BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Per Siklus 4.1.1. Pra Siklus Proses pembelajaran konvensional dengan menggunakan metode ceramah yang diterapkan oleh peneliti pada kondisi awal tidak memicu aktivitas siswa untuk berfikir kritis, kreatif,
keterlibatan fisik maupn emosionalnya dalam proses
pembelajaran dan konsentrasi
sebaliknya proses tersebut justru berakibat
rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar. Prosentase aktivitas siswa dalam pembelajaran konvensional hanya mencapai 33,34 % dengan kategori kurang. Sedangkan ratarata hasil belajar siswa hanya mencapai 49,8 ( dibawah KKM 60 ). Berikut ini dipaparkan deskripsi aktivitas pembelajaran pra silkus pada tabel 1 dan hasil belajar siswa pra siklus pada tabel 2 serta diagram 1. Tabel 1 Aktifitas Belajar Siswa Pra Siklus No 1. 2. 3.
Indikator Aktif Kritis Kreatif Jumlah Rata-rata
Jumlah Siswa 9 9 8 26
Prosentase 34,62 % 34,62 % 30,77 % 33.34 %
Keterangan : Pada tahap ini aktivitas siswa ( berfikir kritis, kreatif, keterlibatan fisik maupn emosional dalam proses pembelajaran ) hanya sebesar 33,34 % atau berada dalam katagori kurang. Adapun hasil belajar siswa pra siklus dapat dilihat pada tabel dan diagram sebagai berikut :
26
Tabel 2 : Daftar Nilai Siswa Pra Siklus Sekolah
: SDN 1 Kebonagung
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Smt
: IV / 1
Materi Pokok
: Hubungan Kesehatan Antar Satuan Berat
KKM
: 60
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
NAMA SISWA AS ASH PSTY SSS SL AK AP AKS AM BR DASW DJF DS FIS JD KDR MSA MAA MBOS MKSQ MYEF PR PYAS KP ZNS SEW Jumlah Rata Rata
NILAI 48 50 40 42 60 72 48 40 48 52 50 70 42 42 50 40 50 52 74 40 42 60 42 50 54 40 1294 49.8
Dari tabel hasil belajar siswa tersebut diatas dapat dikatakan bahwa hanya ada 5 siswa yang tuntas dalam belajarnya (memenuhi KKM 60) sedangkan 21 siswa lainnya tidak tuntas. Nilai rata-ratanya hanya mencapai 49,8. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Aktivitas berproses yang rendah sangat berpengaruh pada hasil
belajar yang rendah pula. Secara rinci nilai hasil belajar siswa Pra Siklus dapat dilihat pada diagram 1 berikut : Diagram 1. Hasil Belajar Siswa Pra Siklus.
Nilai tertinggi dicapai oleh satu orang siswa bernomor 19. Di atas atau sama dengan KKM ( > 60 ) dicapai 5 siswa yaitu nomor 5, 6, 12, 19 dan 22 .Sedangkan yang ada dibawah KKM ( < 60 ) dicapai 20 siswa yakni nomor : 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 24, 25 dan 26.
4.1.2. Siklus I 4.1.2.1. Rencana Perbaikan pembelajaran Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 November 2011 dengan menerapkan
model pembelajaran problem
posing indikator hubungan antar satuan berat pada kelas IV SDN 1 Kebonagung Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012. Proses pembelajaran akan diamati oleh teman sejawat yang bernama Titik Kusmilah dan hasilnya akan dicatat dalam lembar pengamatan. Proses pembelajaran akan diakhiri dengan tes formatif dan hasilnya akan dianalisa untuk menentukan apakah upaya perbaikan pembelajaran tersebut telah menunjukkan adanya peningkatan atau belum. 4.1.2.2.
Pelaksanaan Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus I mata pelajaran Matematika indikator menentukan hubungan antar satuan berat dengan menerapkan model pembelajaran problem posing pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Kebonagung Tahun pelajaran 2011/2012 akan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 November 2011 dengan menekankan pada penggunaan media anak tangga dan model satuan berat dengan menggunakan metode bervariasi yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok dan tugas. Selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus I ini diamati oleh teman sejawat dan segala hasil temuan dicatat dan ditulis dilembar observasi. Proses pembelajaran diakhiri dengan tes sebagai evaluasi dan dianalisis hasilnya untuk mengetahui adanya peningkatan aktivitas berproses dan hasil yang dicapai. Dari hasil analisa data diketahui bahwa pada Siklus I ini ketuntasannya mencapai 96,2 % dan nilai rata-rata kelas 75,7 sebelum diadakan perbaikan Siklus I standar ketuntasannya hanya mencapai 19,23 % dan nilai rata-rata kelas 49,8 artinya perbaikan Siklus I sudah ada kemajuan yang berarti, tetapi dengan pertimbangan peningkatan prestasi maka masih diperlukan perbaikan pembelajaran Siklus II.
4.1.2.3.
Pengamatan Selama proses perbaikan pembelajaran berlangsung, pengamat melakukan pengamatan terhadap jalannya proses perbaikan pembelajaran tersebut. Dan dari data pengamatan yang dilakukan oleh observer diketahui bahwa peneliti sudah banyak memberikan contoh-contoh dan latihan soal yang bervariasi, juga sudah memanfaatkan media anak tangga dan model satuan berat tetapi belum maksimal. Serta sudah menggunakan metode bervariasi (ceramah, tanya jawab, diskusi, tugas). Dari analisa data prestasi belajar siswa pada perbaikan pembelajaran Siklus I diketahui bahwa nilai terendah adalah 60 ,nilai tertinggi 88 , rata-rata kelas 75,7 serta standar ketuntasannya 96,2 %. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran pada Siklus I yang memfokuskan pada kegiatan guru dengan memperbanyak contoh dan latihan soal, menggunakan media anak tangga satuan berat serta menggunakan metode bervariasi sudah ada kemajuan yang berarti. Akan tetapi masih ada siswa yang belum tuntas. Oleh karena itu direncanakan perbaikan pembelajaran Siklus II. Data nilai hasil pembelajaran Matematika Siklus I Indikator menentukan hubungan antar satuan berat dalam Pemecahan Masalah Kelas IV SDN 1 Kebonagung Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat dilihat melalui tabel 3 dan diagram 2 sebagai berikut :
Tabel 3 : Daftar Nilai Siswa Siklus 1 Sekolah
: SDN 1 Kebonagung
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Smt
: IV / 1
Materi Pokok
: Hubungan Kesehatan Antar Satuan Berat
KKM
: 60
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
NAMA SISWA AS ASH PSTY SSS SL AK AP AKS AM BR DASW DJF DS FIS JD KDR MSA MAA MBOS MKSQ MYEF PR PYAS KP ZNS SEW Jumlah Rata Rata
NILAI 88 80 70 78 80 86 76 80 78 80 84 78 62 74 78 76 60 56 76 70 76 84 70 72 84 72 1968 75,7
Tertinggi
terendah
Diagram 2. Hasil Belajar Siswa Siklus 1.
Tabel 4. Rentang nilai pembelajaran matematika Siklus I Renatang Nilai
Banyak Siswa
56 – 60
2
61– 65
1
66 – 70
3
71 – 75
3
76 – 80
12
81 - 85
3
86 – 90
2
Jumlah
26
4.1.2.4. Refleksi Dari refleksi diketahui bahwa selama guru mengajar pada perbaikan Siklus I, suasana kelas belum sepenuhnya kondusif, karena siswa masih sulit menerima penjelasan meskipun peneliti telah memanfaatkan media, memberikan penjelasan maksimal, memberi contoh dan member latihan soal, namun hasilnya masih belum memuaskan. Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran matematika pada kondisi awal nilai terendah 40. Sedangkan hasil belajar Siklus I nilai terendah 56 maka deskriptif komparatif nilai terendah meningkat 40 % dari 40 menjadi 56 nilai tertinggi pada kondisi awal 74 sedangkan nilai tertinggi pada siklus I adalah 88 jadi deskriptif komparatifnya meningkat 18,91 % dari 74 menjadi 88. Nilai rerata pada kondisi awal 49,8 pada Siklus I reratanya adalah 75,7 jadi deskriptif komparatif nilai rerata meningkat 52 %. Tabel 5. Tabel Hasil Refleksi Deskriptif Komparatif Siklus I No Uraian
Kondisi Awal
Siklus I
1.
Nilai terendah
40
74
2.
Nilai tertinggi
74
88
3.
Nilai Rerata
49,8
75,7
Diagram 3. Grafik Hasil Refleksi deskriptif komparatif siklus
I 4.1.3. Siklus II 4.1.3.1. Rencana Perbaikan pembelajaran pada sikus II dilaksanakan pada hari Kamis, 24 November 2011 indikator yang diajarkan yaitu menentukan hubungan kesetaraan antar satuan berat dalam pemecahan masalah pada kelas IV SDN 1 Kebonagung Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan menggunakan rencana pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran akan diamati oleh teman sejawat yaituTitik Kusmilah
dan dari hasil pengamatannya akan dicatat dalam lembar
pengamatan. Proses pembelajaran diakhiri dengan tes formatif kemudian diadakan analisis .Dari hasil analisis dapat dilihat apakah upaya perbaikan pembelajaran telah menunjukkan kemajuan atau belum.
4.1.3.2. Pelaksanaan Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus II mata pelajaran Matematika indikator menentukan hubungan kesetaraan antar satuan berat pada siswa kelas IV SDN 1 Kebonagung Tahun Pelajaran 2011/2012 akan dilaksanakan pada hari Kamis, 24 November 2011 dan menggunakan rencana perbaikan pembelajaran Siklus II yang menekankan pada penggunaan model pembelajaran problem posing dan penggunaan media alat peraga yang berupa anak tangga dan model satuan berat. Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus II ini diamati oleh teman sejawat dan dari hasil temuan dalam observasi dicatat dan ditulis dalam lembar observasi. Siswa mengerjakan tes formatif diakhir pembelajaran kemudian diadakan analisis untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dapat dicapai. Dari analisis data diketahui bahwa nilai rata-rata kelas mencapai 81,07 standar ketuntasan mencapai 100 % yang semula pada Siklus I standar ketuntasannya hanya 96,2 dan rata-rata kelas hanya 75,7 Artinya perbaikan pembelajaran Siklus II ini sudah mengalami kemajuan yang sangat signifikan.Peneliti tidak melakukan kegiatan siklus III. 4.1.3.3. Pengamatan Dari data pengamatan yang dilakukan oleh observer dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus II, peneliti memanfaatkan media peraga berupa anak tangga dan model satuan berat, menggunakan metode bervariasi dan model pembelajaran problem posing dalam kegiatan inti. Dengan model ini peneliti meminta siswa untuk membuat soal sendiri dari soal yang ada kemudian melemparkannya ke kelompok lain, kelompok lainpun melakukan hal yang sama, begitu seterusnya. Dari analisis data pada perbaikan pembelajaran Siklus II prestasi hasil belajar siswa menunjukkan nilai terendah adalah 70 dan nilai tertinggi 94 dan nilai rata-rata kelas 81,07 serta standar ketuntasan mencapai 100 %. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran Siklus II yang memfokuskan penggunaan model pembelajaran problem
posing, memanfaatkan media gambar anak tangga dan model satuan berat sudah menunjukkan keberhasilan yang signifikan dan dianggap sudah menuntaskan hasil belajar siswa. Untuk itu perbaikan pembelajaran dianggap sudah selesai. Dari hasil nilai perbaikan pembelajaran Matematika dengan indicator menentukan hubungan kesetaraan antar satuan berat pada siswa kelas IV SDN 1 Kebonagung Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2011/2012 dapat dibuat tabel dan diagram 4 sebagai berikut : Tabel 6. Tabel Rentang nilai pembelajaran matematika Siklus II Rentang Nilai
Banyak Siswa
60 – 65
-
66 – 70
3
71 – 75
-
76 – 80
15
81 – 85
1
86 - 90
5
91 - 95
2
Jumlah
2108
Rata - rata
81,07
Tabel 7 : Daftar Nilai Siswa Siklus 2 Sekolah
: SDN 1 Kebonagung
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Smt
: IV / 1
Materi Pokok
: Hubungan Kesehatan Antar Satuan Berat
KKM
: 60
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
NAMA SISWA AS ASH PSTY SSS SL AK AP AKS AM BR DASW DJF DS FIS JD KDR MSA MAA MBOS MKSQ MYEF PR PYAS KP ZNS SEW Jumlah Rata Rata
NILAI 94 94 80 78 80 88 80 76 78 90 90 90 76 76 90 70 70 80 76 80 70 80 78 80 84 80
2108 81,07
Tertinggi
terendah
Gambar 4. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Matematika Siklus II
4.1.3.4. Refleksi Dari hasil refleksi dapat dikemukakan bahwa selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus II suasana pembelajaran telah membaik dan kondusif. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pembelajaran peneliti menggunakan model pembelajaran problem posing secara maksimal, memanfaatkan media gambar anak tangga dan model satuan berat sehingga siswa lebih aktif, kritis, kreatif dan suasana kelas lebih hidup dan menyenangkan karena keterlibatan siswa lebih nampak. Dengan diterapkannya model pembelajaran problem posing peningkatan penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan lebih signifikan dan hasil belajar yang dicapai mengalami kemajuan yang sangat pesat. Yaitu standar ketuntasannya mencapai 100 % dan nilai rata-rata kelas mencapai 81,07 Sedangkan pada Siklus I standar ketuntasannya mencapai
96,2 dan nilai rata-rata kelas 75,7 Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran dianggap dapat menuntaskan pembelajaran maka perbaikan pembelajaran dianggap selesai. Tabel 7. Tabel dan Diagram Hasil Refleksi Deskriptif Komparatif Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II sebagai berikut : No
Uraian
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
1.
Nilai Terendah
40
56
70
2.
Nilai Tertinggi
74
88
94
3.
Rerata
49,8
75,7
81,07
Tabel 8 : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Kebonagung Nomor
Nama Siswa
Nilai Perbaikan Siklus I 88
Perbaikan Siklus II 94
Urut
Induk
1.
2265
AS
Kondisi Awal 48
2.
2266
ASH
50
80
94
3.
2287
PSTY
40
70
80
4.
2293
SSS
42
78
78
5.
2295
SL
60
80
80
6.
2297
AK
72
86
88
7.
2398
AP
48
76
80
8.
2399
AKS
40
80
76
9.
2300
AM
48
78
78
10.
2302
BR
52
80
90
11.
2303
DASW
50
84
90
12.
2305
DJF
70
78
90
13.
2307
DS
42
62
76
14.
2308
FIS
42
74
76
15.
2309
JD
50
78
90
16.
2310
KDR
40
76
70
17.
2313
MSA
50
60
70
18.
2314
MAA
52
56
80
19.
2315
MBOS
74
76
76
20.
2316
MKSQ
40
70
80
21.
2317
MYEF
42
76
70
22.
2318
PR
60
84
80
23.
2319
PYAS
42
70
78
24.
2320
KP
50
72
80
25.
2321
ZNS
54
84
84
26.
2322
SEW
40
72
80
Jumlah
1294
1968
2108
Rata-rata Kelas
49.8
75,7
81,07
Diagram 5. Grafik Hasil Refleksi Deskriptif Komparatif Pra Siklus, Siklus 1I dan Siklus II.
4.2. Pembahasan Setiap Siklus Problem posing adalah suatu model pembelajaran yang sangat memungkinkan siswa untuk memproduksi soal melalui belajar soal yang ada secara mandiri. Model pembelajaran problem posing merupakan suatu pendekatan yang efektif karena didalamnya terkandung kegiatan yang memerlukan pola fikir matematis. Akhirnya model pembelajaran problem posing sangat tepat jika diterapkan untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal pengukuran, karena cara pengerjaan soal pengukuran adalah dengan pola fikir matematis. 4.2.1. Siklus I Dalam banyak hal keberhasilan suatu pembelajaran banyak dipengaruhi oleh banyak factor. Dari berbagai kajian teori yang paling menentukan adalah eksistensi guru dengan segala kemampuannya, media pembelajaran yang representative, dan factor pendukung lainnnya. Demikian yang terjadi pada penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan mendasarkan pada kegagalan-kegagalan yang dialami oleh guru, dengan diskusi bersama teman sejawat dan dosen pembimbing serta mempelajari referensi kajian pustaka maka upaya peningkatan perbaikan pembelajaran Siklus I dilakukan dengan menitikberatkan pada penggunaan alat peraga gambar anak tangga dan model satuan berat dan metode ceramah, janya jawab, tugas dan diskusi kelompok. Dengan menekanan pada hal- hal tersebut diatas ternyata perbaikan pembelajaran Siklus I masih perlu peningkatan meskipun sudah ada kemajuan hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis tes formatof Siklus I yang ketuntasan belajarnya mencapai 96,2 % dan rata-rat kelasnya
75,7 sedangkan pada
pembelajaran kondisi awal ketuntasan belajarnya hanya 19,23 dan rata-rata kelasnya 49,8. Dengan demikian perbaikan pembelajaran Siklus I dengan memfokuskan pada penggunaan media anak tangga dan model satuan berat dan metode ceramah, tanya jawab, tugas dan diskusi kelompok masih perlu adanya peningkatan penguasaan siswa dan hasil belajar, maka dari itu direncanakan perbaikan pembelajaran siklus II.
4.2.2. Siklus II Pada pembahasan Siklus I telah diuraikan bahwa keberhasilam dalam proses pembelajaran banyak dipengaruhi oleh beberapa factor. Dari berbagai kajian teori yang paling menentukan adalah eksistesi guru dengan segala kemampuannya, setelah itu baru media dan faktor-faktor pendukung lainnya. Demikian halnya dengan perbaikan pembelajaran siklus II ini peneliti berusaha mengelola proses pembelajaran dengan menitikberatkan pada penggunaan model pembelajaran problem posing serta penggunaan media anak tangga dan model satuan berat. Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut secara langsung dapat membuat siswa menjadi aktif,berfikir kritis , kreatif dalam mengerjakan dan pembuatan soal dari dan untuk kelompok lain. Sehingga hasil belajar yang dicapai siswamemuaskan. Pencapaian hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil analisis tes formatif siklus II yang standar ketuntasannya mencapai 100 % dan nilai rata-rata kelasnya 81,07 sedangkan pada siklus I standar ketuntasannya 96,2 % dan nilai ratarata kelasnya 75,7. Dengan demikian perbaikan pembelajaran siklus II yang menitikberatkan pada penggunaan model pembelajaran
problem posing, memanfaatkan media
gambar anak tangga dan model satuan berat dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran Matematika indicator hubungan kesetaraan antar satuan berat yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa.