BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Perijinan Penelitian Langkah yang harus ditempuh penulis sebelum melakukan penelitian adalah melakukan izin pra penelitian dengan membuat surat izin pra penelitian yang ditujukan kepada Kepala SMP N 10 Salatiga dengan maksud dan tujuan untuk melaksanakan beberapa kegiatan seperti uji instrumen penelitian dan melakukan post test kepada kelas XI yang dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai selesai. Setelah pra penelitian selesai lalu
penulis membuat surat yang
ditujukan kepada Kepala SMP N 10 Salatiga dengan maksud untuk melakukan penelitian dengan melaksanakan treatment pada kelas XI C yang dilaksanakan dari bulan Agustus sampai selesai dengan dilampiri surat izin pra penelitian maupun penelitian dikeluarkan dan ditandatangani oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW. 4.1.2 Tes Awal (Pre Test) Pre test pada pertemuan pertama dilaksanakan penulis pada 25 Juli dengan menyebarkan inventori keterampilan sosial kepada seluruh kelas XI C yang berjumlah 27 anak.
27
Hasil dari pre test yang diberikan kepada kelas XI C, dianalisis penulis untuk mengetahui siswa yang memiliki tingkat stres akademik tinggi. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa yang mempunyai tingkat stres akademik tinggi terdapat 6 siswa yang mempunyai stres akademik sangat tinggi dan 4 siswa stres akademik tinggi yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol berjumlah 5 orang dan kelompok eksperimen berjumlah 5 orang. Tabel 4.1 Deskripsi Kelompok Kontrol dan Eksperimen Kelompok Eksperimen Nama Jenis Kelamin FA Perempuan DP Laki–laki FS Perempuan NS Perempuan
Kelompok Kontrol Nama Jenis Kelamin LN Perempuan RA Perempuan YT Laki–laki DT Perempuan
DA
MN
Perempuan
Perempuan
Pada tabel 4.2 di bawah ini akan dipaparkan hasil skor pre test stres akademik kelompok kontrol dan kelompok eksperimen : Tabel 4.2 Skor pre test kelompok kontrol dan eksperimen No
1 2 3
Kelompok Eksperimen Nama Total Kategori Skor FA 203 Sangat Tinggi DP 228 Sangat Tinggi FS 194 Tinggi
4
NS
204
5
DA
186
Jumlah
5
Sangat tinggi Tinggi
Kelompok Kontrol Nama Total Katego Skor ri LN 207 Sangat Tinggi RA 193 Tinggi YT
202
DT
188
Sangat Tinggi Tinggi
MN
176
Tinggi
5 28
Sangat Tinggi 202 - 228 Tinggi 176– 201 Sedang 150-175 Rendah 124 - 149 Sangat Rendah 98– 123 Dalam tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa ada 2 kelompok dalam penelitian ini yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Didalam kelompok kontrol terdapat 5 siswa yang mempunyai skor pre testtinggisangat tinggi dan kelompok eksperimen terdapat 5 siswa yang mempunyai skor pre testtinggi-sangat tinggi . Jumlah siswa dalam penelitian ini adalah 10. Yang membedakan adalah kelompok eksperimen diberikan treatment sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan treatment. Sebelum melakukan treatment antara kelompok kontrol dan eksperimen di uji homogenitas yang dibantu dengan SPSS 16 for windows. Hasil dari uji homogenitas menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan ditunjukkan sig. 0,530> 0,05, dengan demikian maka penelitian dapat dilanjutkan. Tabel 4.3 Uji Homogenitas Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Ranks Kelompok
N
Mean Rank Sum of Ranks
pretest Eksperimen
5
6.10
30.50
Kontrol
5
4.90
24.50
Total
10
Test Statisticsb
29
Pretest Mann-Whitney U
9.500
Wilcoxon W
24.500
Z
-.629
Asymp. Sig. (2-tailed)
.530
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.548a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok
Setelah dilakukan uji homogenitas pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen terbukti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut yang ditunjukkan dengan sig. 0,530> 0,05, sedangkan skor rata-rata kelompok kontrol 4,90 dan skor ratarata kelompok eksperimen 6,10. 4.1.3 Perlakuan (Treatment) Treatment menurunkan stres akademik memakai teknik Stress Inoculation Training diberikan penulis sesuai dengan rancangan yang dibuat oleh penulis selama 8 sesi yang dilaksanakan. Treatment mulai tanggal 9 Agustus 2016 sampai 16 Agustus 2016. Adapun sesi kegiatan pemberian treatment sebagai berikut : 1. Pertemuan kedua ( layanan ke – 1 ) hari Selasa, 9 Agustus 2016 Layanan dilaksanakan diluar jam pelajaran BK dengan durasi waktu 40 menit. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan panduan yang telah peneliti buat.
30
a. Mengembangkan Hubungan Interpersonal (Rapport) Pada sesi ini konselor mulai mengembangkan hubungan dengan konseli. Dengan berkenalan pada konseli dan menjelaskan tujuan mereka berkumpul dengan konselor. Setelah itu konseli diminta untuk berjanji untuk tidak menceritakan apapun permasalahan yang akan dibahas selama proses kegiatan berlangsung. b. Menjelaskan Tujuan dari Stress Inoculation Training Konselor menejelaskan Tujuan dari Stress Inoculation Training tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan seperangkat keterampilan untuk menghadapi situasi stres di masadepan. c. Menjelaskan Stres Akademik Konselor menjelaskan pengertian dari stres akademik yaitu stres yang muncul karena adanya tekanan-tekanan untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan dalam kondisi persaingan akademik yang semakin meningkat sehingga siswa semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan. sehingga menyebabkan stress. Setelah tanya jawab dengan konseli, sebelum konselor menutup kegiatan, konselor meminta perjanjian untuk pertemuan selanjutnya. Setelah itu kegiatan ditutup dengan doa. Lalu, konselor tidak lupa mengucapkan terimakasih. d. Deskripsi Hasil Layanan `
Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama kegiatan berlangsung:
31
Tabel 4.4 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke – 2 Aspek yang diobservasi
Sangat Baik
Baik
Antusias siswa
v
Partisipasi siswa
v
Aktivitas siswa
v
Respon siswa
v
Kelancaran layanan
v
Suasana pelaksanaan
v
Kurang Baik
Tidak Baik
2. Pertemuan ketiga ( layanan ke – 2 ) hari Rabu, 10 Agustus 2016 Layanan dilaksanakan diluar jam pelajaran BK dengan durasi waktu 40 menit. a. Menjelaskan Sifat dari Reaksi Sebelumnya konselor mengucapkan terimakasih karena bersedia mengikuti kegiatan kembali. Setelah itu kegiatan dimulai dengan berdoa. Konselor pada sesi ini menjelaskan bagaimana rekasi dari ketegangan dan kecemasan ketika mengalami stres akademik. Lalu konselor memnita agar harus tetap melakukan tindakan atau perilaku yang positif. b. Menggambarkan Reaksi pada Suatu Situasi Disini konselor memberikan gambaran apa permasalahan yang terjadi ketika kalian mengalami stres akademik lalu bagaimana reaksinya seperti contohnya ketika ulangan, apa yang kalian rasakan? apa kalian
32
berpikir terus menerus tentang apa yang harus kalian lakukan? apakah kalian menangis tanpa alasan? atau merasa mulut kering, merasa sakit kepala atau juga merasa takut?. Pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok, setelah ditanya anggota kelompok menjawab siap, maka dilanjutkan dengan tahap atau kegiatan berikutknya. c. Memberikan Informasi Tentang Kegunaan Keterampilan Coping Disesi ini konselor memberikan informasi. Keterampilan dan strategi apa saja yang digunakan sesuai dengan permasalahan yang konseli hadapi. Seperti : 1. Mengumpulkan informasi yang objektif atau faktual tentang situasi stres 2. Mengidentifikasi cara mengurangi stres 3. Strategi coping paliatif 4. Metode Relaksasi Mental 5. Metode Relaksasi Fisik Setalah itu konselor menutup kegiatan dengan mengadakan perjanjian terlebih dahulu, setelah itu ditutup dengan doa penutup d. Deskripsi Hasil Layanan Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama kegiatan berlangsung: 33
Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke – 3 Aspek yang diobservasi Antusias siswa Partisipasi siswa Aktivitas siswa Respon siswa Kelancaran layanan Suasana pelaksanaan
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
V V V V V v
. 3. Pertemuan keempat ( layanan ke 3 ) hari Kamis, 11 Agustus 2016 Layanan dilaksanakan diluar jam pelajaran BK pada saat jam pelajaran BK dengan durasi waktu 40 menit. a. Mengumpulkan Informasi yang Objektif atau Faktual Tentang Situasi Stres. Sesi dimulai dengan berdoa dan tak lupa konselor mengucapkan terimakasih sudah berkumpul kembali. Pada sesi ini konselor membantu mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi oleh konseli FS dengan permasalahan selalu jengkel kalau nilai pelajaran UN khususnya matematika mendapatkan nilai jelek, konseli tidak tau harus bagaimana. Disini konselor memberikan penjelasan apa yang dimaksudkan oleh FS. Lalu teman-teman yang lain mencoba untuk memberikan informasi kepada FS. Dari konseli DP dia memberikan informasi mungkin kurang rajin dalam belajar atau kurang maksimal. Setelah itu konseli FS mencoba menyadari akan kesalahannya dan konselor berharap untuk kedepannya tidak seperti itu lagi.
34
b. Mengidentifikasi Cara Mengurangi Stres. Pada permasalahan konseli DP yaitu kalau lagi stres banyak tugas pengennya marah sama orang-orang yang ada disekitar konseli. Sebelum konseli melakukan tindakan fisik atau kata-kata kasar, konselor mencoba menyadari akan kesalahan konseli. Konseli diharapkan dapt mencari jalan keluar dari permasalahan yang klien hadapi. Lalu konseli memberikan keinginan ketika menghadapi masalah akademiknya yaitu menengkan pikiran untuk sementara waktu sampai emosinya mereda. Dan konselor berharap untuk kedepnannya bisa diperbaiki lagi.. c. Strategi Coping Paliatif. Konseli NS mempunyai permasalahan ketika kelas 7 SMP. Dimana dia melaporkan temannya karena temannya menyontek ulangannya. lalu dia melapornya kepada gurunya . setelah itu temannya kena teguran setelah itu temannya marah-marah kepada konseli dan sampai sekarang kalo ketemu tidak pernah mau menyapa apalagi sekarang satu kelas yang membuat konseli jadi kepikiran terus. Mau belajar juga kepikiran terus membuat dia menjadi stres. Disini konselor memberikan strategi coping paliatif dimana strategi ini digunakan ketika seseorang mengalami stres yang tidak terkendali. Caranya untuk mengendalikan stres atau mengurangi stres konseli dapat memikirkan hal yang membuat lucu atau juga dapat berelaksasi permainan. d. Relaksasi Mental. Konseli DA mempunyai permasalahan ketika ulangan takut jika mendapatkan nilai jelek. Takut sekali. Konseli DA diberikan
35
teknik
relaksasi
perhatiannya.
mental.
Coba
Artinya
mengalihkan
diajarkan untuk
untuk
pengalihan
memikirkan
bagaimana
perjuangan orangtuanya untuk dapat menyekolahkan konseli dan memberikan yang terbaik untuk konseli. Konseli membayangkan jika orangtua tahu kalau konseli mendapatkan nilai yang tidak sempurna, mungkin orangtuanya akan merasa kecewa. Lalu konseli berjanji untuk membuat orangtuanya bangga dengan hasil yang dia peroleh. e. Metode Relaksasi Fisik. Konseli FA mengalami peermasalahan sulit tidur ketika mendapatkan banyak tugas, lalu tugasnya belum selesai. Disini konselor memilihkan metode relaksasi fisik.Dimana konseli diajarkan untuk teknik pernapasan yang berguna menenangkan pikiran.Bisa digunakan sebelum ujian atau sebelum tidur atau bisa juga digunakan ketika mengalami stres agar pikiran menjadi tenang. Setelah sesi kegiatan selesai ditutup dengan doa dan perjanjian untuk pertemuan selanjutnya. f. Deskripsi Hasil Layanan Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama kegiatan berlangsung: Tabel 4.6 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke 4 Aspek yang diobservasi Antusias siswa Partisipasi siswa Aktivitas siswa Respon siswa Kelancaran layanan Suasana pelaksanaan
Sangat Baik V
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
V V V V V
36
4. Pertemuan kelima ( layanan ke – 4 ) hari Jumat, 12 Agustus 2016 Layanan dilaksanakan dengan waktu 40 menit, yang dilakukan diluar jam pelajaran BK. a. Mendeskripsikan 4 Fase Kognitif Coping. Ada empat fase yang penting dalam pembelajaran untuk menggunakan mengatasi pikiran. Pertama adalah bagaimana konseli menafsirkan situasi awalnya, dan bagaimana konseli berpikir tentang menanggapi atau mempersiapkan untuk menanggapi. Kedua benar-benar berurusan dengan situasi. Ketiga menghadapi apa pun yang terjadi selama situasi yang benar-benar memprovokasi. Setelah situasi, konseli belajar untuk mendorong diri Anda untuk berurusan dengan perasaan dengan cara yang tidak menyakitkan. b. Pemodelan Mengatasi Pikiran. Dirangkum untuk masing-masing empat fase mengatasi: mempersiapkan situasi, menghadapi situasi, mengatasi saat-saat kritis, dan memperkuat diri untuk menghadapi. Disini konselor memberikan contoh pemodelan dari mengatasi pikiran. c. Cara Mengatasi Pikiran. Konselor harus mendorong konseli untuk "mencoba" dan menyesuaikan pikiran dengan cara apa pun yang dialami oleh konseli. d. Praktek Konseli dari Coping. Beberapa dari konseli diminta untuk mencoba membayangkan permasalahan yang terjadi secara nyata. Lalu konseli diminta untuk mempraktekkan 4 fase kognitif coping yang sudah
37
dijelaskan oleh konselor. Kegiatan diakhiri dengan doa dan meminta persetujuan untuk dilajutkan pertemuan selanjutnya. e. Deskripsi Hasil Layanan Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama kegiatan berlangsung: Tabel 4.7 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke - 5 Aspek yang diobservasi Antusias siswa Partisipasi siswa Aktivitas siswa Respon siswa Kelancaran layanan Suasana pelaksanaan
Sangat Baik V
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
V v V v V
5. Pertemuan kenam ( layanan ke – 5 ) hari Sabtu, 13 Agustus 2016 Layanan dilaksanakan dengan waktu 40 menit. a. Pemodelan Penerapan Keterampilan Coping. Koselor harus pertama memodelkan bagaimana konseli dapat menerapkan keterampilan yang baru diperoleh ketika menghadapi situasi stres.di sini adalah contoh dari demonstrasi pembantu dari proses ini dengan konseli. Akan lebih baik mulai menggunakan metode relaksasi untuk tetap tenang dan menggunakan pikiran berupaya untuk mempersiapkan diri untuk menangani situasi ini secara konstruktif. b. Aplikasi Keterampilan Coping Dalam Praktek Imajinasi dan Role Play. Setelah pemodelan konselor, konseli harus berlatih urutan serupa dari
38
kedua aksi langsung dan keterampilan koping kognitif.praktek dapat terjadi dalam dua cara: imajinasi dan role play, berguna untuk konseli berlatih keterampilan coping sambil membayangkan situasi masalah terkait. praktek ini dapat diulang sampai klien merasa sangat nyaman dalam menerapkan strategi mengatasi situasi dibayangkan. maka klien dapat pratek keterampilan menghadapi bantuan pembantu di role play dari situasi masalah. praktek bermain peran harus mirip dengan situasi perjumpaan konseli. Misalnya, konseli marah kita bisa mengidentifikasi situasi tertentu dan orang-orang dengan siapa ia kemungkinan besar untuk meledakkan atau kehilangan kontrol. konseli dapat membayangkan setiap situasi (dimulai dengan yang paling dikelola) dan membayangkan menggunakan keterampilan coping. Kemudian konseli dapat melatih keterampilan mengatasi dalam bermain peran. c. Deskripsi Hasil Layanan Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama kegiatan berlangsung: Tabel 4.8 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke - 6 Aspek yang diobservasi Antusias siswa Partisipasi siswa Aktivitas siswa Respon siswa Kelancaran layanan Suasana pelaksanaan
Sangat Baik V V
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
V V V V
39
6. Pertemuan tujuh ( layanan ke – 6 ) hari Senin, 15 Agustus 2016 Layanan dilaksanakan dengan waktu 40 menit, yang dilakukan diluar jam pelajaran BK. a. Menjelaskan Kegunaan Mengatasi Keterampilan Di Segala Bidang Kehidupan. Penerapan mengatasi keterampilan untuk situasi yang berpotensi stres lainnya adalah dicapai dengan cara yang sama seperti aplikasi untuk masalah. pertama, setelah menjelaskan kegunaan mengatasi keterampilan di bidang-bidang kehidupan klien, salah satu yang akan membutuhkan koping aktif oleh siapa saja yang mungkin menemukan itu, seperti tidak menerima promosi pekerjaan yang diinginkan atau meningkatkan, menghadapi krisis keluarga, pindah ke tempat baru, mengantisipasi pensiun , atau menjadi sangat sakit. setelah konselor telah dimodelkan penerapan keterampilan berupaya untuk halsituasi, klien akan berlatih menerapkan keterampilan dalam situasi ini atau dalam yang serupa bahwa dia atau dia mengidentifikasi. praktek dapat terjadi dalam imajinasi atau bermain peran. cara baru untuk berlatih adalah untuk berganti peran klien memainkan peran klien. klien membantu atau melatih pembantu untuk menggunakan keterampilan mengatasi. menempatkan klien dalam peran pembantu atau pelatih dapat memberikan jenis lain kesempatan aplikasi yang mungkin juga memiliki manfaat untuk klien strategi mengatasi dan bloster klien efikasi diri. Stres pelatihan inokulasi adalah salah satu dari sejumlah intervensi perilaku kognitif yang yang dibantu untuk mengembangkan.
40
b. Mengevaluasi efektifitas stress inoculation training. Untuk evaluasi dari efektivitas stress inoculation training sepertinya sudha kita praktekkan semua, dan diharapkan mampu diamalkan untuk masa yang mendatang. c. Tindak Lanjut (jika klien masih mengalami stres akademik). Konselor menutup kegiatan, tidak lupa mengucapkan terimakasih sebanyakbanyaknya karena membantuk kegiatan berjalan dengan baik dari awal hingga akhir.Konselor berharap semoga mampu diamalkan dimasa mendatang. d. Deskripsi Hasil Layanan Tabel di bawah ini dipaparkan hasil observasi keseluruhan selama kegiatan berlangsung: Tabel 4.9 Hasil Observasi Kegiatan Pertemuan Ke - 7 Aspek yang diobservasi Antusias siswa Partisipasi siswa Aktivitas siswa Respon siswa Kelancaran layanan Suasana pelaksanaan
Sangat Baik V
Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
V V V V V
4.3.4 Tes Akhir Post test dilaksanakan setelah semua layanan selesai dilaksanakan. Pengambilan data post test dilakukan pada tanggal 16 Agustus 2016 diberikan pada 10 siswa kelas XI C SMP N 10 Salatiga menggunakan
41
inventori yang sama pada saat pre test yaitu Student-Life Stress Inventory. Terdapat lima orang pada kelompok kontrol dan lima orang pada kelompok eksperimen. Tabel dibawah ini dipaparkan mengenai skor post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen : Tabel 4.10 Hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol No Nama Skor Kategori No Nama Skor Katego ri 1 NS 168 Sedang 1 LN 186 Tinggi 2 DA 149 Sedang 2 RA 193 Tinggi 3 DP 175 Sedang 3 YT 187 Tinggi 4 FA 174 Sedang 4 MN 154 Sedang 5
FS
169
Sedang
5
DT
169
Sedang
Sangat Tinggi 202 – 228 Tinggi 176– 201 Sedang 150 - 175 Rendah 124 – 149 Sangat Rendah 98 – 123 Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa hasil post test kelompok eksperimen menunjukkan kategori sedang dan hasil post test kelompok kontrol rata-rata menunjukkan kategori tinggi. 4.2 Analisis Data Student-Life Stress Inventory Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data yang dianalisis adalah data skor post test Student-Life Stress Inventory kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
42
Tabel 4.11 Perbandingan hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Kelompok Eksperimen No Nama Skor 1 NS 168 2 DA 149 3 DP 175 4 FA 174 5
FS
169
Kategori Sedang Sedang Sedang Sedang
Kelompok Kontrol No Nama Skor 1 LN 186 2 RA 193 3 YT 187 4 MN 154
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Sedang
Sedang
5
Sedang
DT
169
Sangat Tinggi 202 – 228 Tinggi 176– 201 Sedang 150 - 175 Rendah 124 – 149 Sangat Rendah98– 123
Berikut merupakan analisis data perbandingan hasil post test inventori keterampilan sosial pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diuji dengan menggunakan analisis Mann Whitney. Tabel 4.12 Analisis data perbandingan hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Posttest
Kelompok
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Eksperimen
5
4.30
21.50
Kontrol
5
6.70
33.50
Total
10
Test Statisticsb Posttest Mann-Whitney U
6.500
Wilcoxon W
21.500
Z
-1.257
43
Asymp. Sig. (2-tailed)
.209
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.222a
a. Not corrected for ties.
Hasil analisis data dengan menggunakan SPSS 16.0, dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Setelah diberikan treatment berupa teknik Stress Inoculation Training pada kelompok eksperimen, mean rank hasil inventori keterampilan sosial pada kelompok ini sebesar 4,30. Angka tersebut menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan mean rank kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis diatas, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil inventori keterampilan sosial kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil skor Asymp. Sig (2tailed) sebesar 0,209 > 0,05. Berikut ini merupakan hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post test inventori keterampilan sosial pada kelompok eksperimen yang diuji menggunakan Mann Whitney.
44
Tabel 4.13 Hasil analisis data perbandingan pre test dan post test Student-Life Stress Inventory kelompok eksperimen
Ranks VAR000 01 Skor
N
Mean Rank
Sum of Ranks
1
5
8.00
40.00
2
5
3.00
15.00
Total
10
1 = Pretest Kelompok Eksperimen 2 = Post Test Kelompok Eksperimen
Test Statisticsb skor Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
Z
-2.611
Asymp. Sig. (2-tailed)
.009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: VAR00001
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui bahwa terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test Student-Life Stress Inventory pada kelompok eksperimen. Mean rank pre test Student-Life Stress Inventory adalah 8,00, sedangkan mean rank post test adalah 3,00, sehingga terdapat penurunan mean rank kelompok eksperimen sebesar 5,00 dan mean rank
45
hasil post test Student-Life Stress Inventory lebih rendah dibandingkan mean rank hasil pre test pada kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil pre test dan post test Student-Life Stress Inventory pada kelompok eksperimen. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,009 < 0,05. 4.3 Uji Hipotesis Hipotesis yang diajukan penulis adalah Stress Inoculation Training dapat menurunkan stres akademik pada siswa kelas XI C SMP N 10 Salatiga. Hasil dibuktikan dengan hasil analisis data pre test dan post test kelompok eksperimen diketahui bahwa terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test Student-Life Stress Inventory pada kelompok eksperimen. Mean rank pre test adalah 8,00, sedangkan mean rank post test adalah 3,00, sehingga terdapat penurunan mean rank kelompok eksperimen sebesar 5,00 dan mean rank hasil post test lebih rendah dibandingkan mean rank hasil pre test pada kelompok eksperimen dengan Asymp. Sig (2 – tailed) 0,009 < 0,05, sehingga dinyatakan signifikan. Berdasarkan analisis tersebut maka hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima. 4.4 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data yang menbandingkan hasil pre test dan post test kelompok eksperimen yang menghasilkan Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,009 < 0,05 sehingga dinyatakan ada penurunan yang signifikan antara hasil re 46
test dan post test kelompok eksperimen. Selain itu, ada penurunan stres akademik yang signifikan yaitu sebesar 5,00, dibuktikan dengan hasil analisis data mean rank pre test 8,00 dan mean rank post test sebesar 3,00 pada kelompok eksperimen. Menurut hasil pengamatan penulis kepada kelompok eksperimen selama layanan bahwa kelompok eksperimen dapat mengikuti dan mempraktekkan berbagai strategi dan metode yang diberikan peneliti. Konseli sangat antusias, berpartisipasi aktif, memperhatikan instruktur yang diberikan dalam kegiatan, hal inilah yang mendukung kelancaran proses layanan teknik Stress Inoculation Training. Teknik Stress Inoculation Training yang peneliti berikan kepada kelompok eksperimen dapat menurunkanstress akademik siswa kelas XI C SMP N 10 Salatiga. Penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Kurniawati, (2012) tentang efektifitas konseling kelompok dengan teknik cognitive behavior modivication dalam menurunkan stress belajar siswa kelas VIII B SMP Al-Azhar Salatiga menyimpulkan bahwa nilai sig.2-tailed adalah 0,221 ≤ 0,05 yang berarti ada perbedaan antara posttest antara kelompok eksperimen dan eksperimen kontrol, sehingga hasilnya efektif dan hipotesis dalam penelitian ini diterima.
47