BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada 47 orang guru BK SLTA (5, SMA, 1 MA, dan 9 SMK) di Salatiga, seperti yang dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Data obyek penelitian
JUMLAH GURU NO SEKOLAH
ALAMAT
BK
YANG MENJADI RESPONDEN
1
SMA Negeri 1
Jl. Kemiri 1 Salatiga
2
SMA Negeri 2
Jl.
Tegalrejo
4 orang
79 2 orang
Salatiga 3
SMA Negeri 3
Jl. Kartini 34 Salatiga
4
SMA Kristen 1
Jl.
Osamaliki
4 orang
32 3 orang
Salatiga 5
SMA Kristen 2
Jl.
Argoluwih
15 1 orang
Salatiga 6 7
Madrasah
Aliyah Jl. KH Wahid Hasyim 3 orang
Negeri
12 Salatiga
SMK Negeri 1
Jl. Nakula Sadewa I/3 6 orang Salatiga
8
SMK Negeri 2
Jl. Parikesit, Warak, 7 orang Salatiga
9
SMK Negeri 3
Jl.
Ja’far
Shodiq, 3 orang
49
Kalibening, Salatiga 10
SMK PGRI 1
Jl. Nakula Sadewa I 1 orang Salatiga
11
SMK PGRI 2
Jl. Nakula Sadewa I 2 orang Salatiga
12
SMK Saraswati
Jl.
Hasanudin
738 4 orang
Salatiga 13 14
SMK
Jl. KH Ahmad Dahlan 5 orang
Muhammadiyah
Salatiga
SMK TI Kristen
Jl. Kemiri Raya 7-11 1 orang Salatiga
15
SMK
Sultan Jl.
Fattah
Diponegoro115 1 orang
Salatiga
Dari 47 orang guru BK, 27 orang guru berjenis kelamin wanita dan 20 orang guru berjenis kelamin lakilaki. 46 orang guru BK memiliki pendidikan S1 Bimbingan Konseling dan 1 orang guru memiliki pendidikan S2 Psikologi.
16 orang guru (dari 8 sekolah) memiliki rasio
guru BK : Siswa ≥ 1 : 150, artinya satu orang guru melayani lebih dari 150 siswa.
4.2 Analisis Faktor Untuk analisis faktor mengikuti lima langkah, yaitu (a) Menguji kelayakan analisis, (b) menyajikan matriks korelasi, (c) melakukan ekstraksi, (d) melakukan rotasi, dan (e) memberi nama faktor.
50
a.
Menguji Kelayakan Analisis dan Menyajikan Matriks Korelasi Untuk
memenuhi
kelayakan
analisis,
data
diasumsikan cukup dan antar variabel memiliki korelasi.
Kecukupan data didentifikasikan melalui
nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) dan Kaiser-Meyer-Olkin
(KMO).
Data
dikatakan
memenuhi asumsi kecukupukan data jika nilai KMO dan MSA ≥ 0.5. Uji kelayakan 1. Tabel 4.2 Hasil KMO #1 KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin
Measure
of
Sampling
Adequacy. Bartlett's
Test
Sphericity
of Approx. Chi-Square
,535 692,639
df
300
Sig.
,000
Sumber: Output SPSS
Pada uji kelayakan data yang pertama, nilai KMO yang muncul sebesar 0.535 yang berarti data sudah memenuhi syarat kelayakan untuk difaktorkan.
Tabel di atas juga menunjukkan
data sudah memenuhi asumsi saling berkorelasi yaitu dengan melihat nilai Sig. 0.000 yang lebih kecil dari α 0.05.
51
Meskipun data memiliki nilai KMO yang memenuhi syarat, nilai MSA pada beberapa data, yang ditunjukkan dengan simbol “a” pada tabel Anti-image
Matrices
bagian
Anti-image
Correlation, memiliki nilai ≤ 0.5 (item 2, 3, 4, 9, 14, 16, 19, 23, dan 25) yang berarti data tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
Untuk itu
data yang memiliki nilai MSA ≤ 0.5 tersebut dibuang dan data yang memiliki nilai MSA ≥ 0.5 ( item 1, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 22, dan 24) dilakukan pengujian dari awal lagi (hasil MSA #1 lihat di lampiran). Uji kelayakan 2 Tabel 4.3 Hasil KMO #2
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin
Measure
Sampling Adequacy. Bartlett's Sphericity
Test
of Approx.
of
,734
Chi- 388,09
Square
6
df
120
Sig.
,000
Sumber: Output SPSS
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai KMO menjadi 0.734 yang berarti sudah memenuhi syarat untuk kecukupan untuk difaktorkan. Tabel di atas juga menunjukkan data sudah
52
memenuhi
asumsi
saling
berkorelasi
yaitu
dengan melihat nilai Sig. 0.000 yang lebih kecil dari α 0.05. Meskipun nilai KMO menjadi naik, hasil uji kedua masih menunjukkan terdapat dua data (item 18 dan item 20) yang memiliki nilai MSA ≤ 0.5 sehingga data belum dapat dianalisis lebih lanjut. Item 18 dan 20 dibuang dan dilakukan pengujian dari awal kembali (hasil MSA #2 lihat lampiran). Uji kelayakan 3 Tabel 4.4 Hasil KMO #3
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin
Measure
Sampling Adequacy. Bartlett's
Test
Sphericity
of Approx.
of
,758
Chi- 361,63
Square
3
df
91
Sig.
,000
Sumber: Output SPSS
Tabel di atas menunjukkan nilai KMO yang semakin meningkat karena dihapusnya data-data yang memiliki nilai MSA ≤ 0.5. Nilai KMO yang tertera adalah 0,758 dan berarti data sudah memiliki kelayakan untuk difaktorkan. Tabel di atas juga menunjukkan data sudah memenuhi
53
asumsi saling berkorelasi yaitu dengan melihat nilai Sig. 0.000 yang lebih kecil dari α 0.05. Pada uji kelayakan ketiga semua
data
memiliki nilai MSA ≥ 0.5 sehingga uji kecukupan data telah terpenuhi dan analisis faktor dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya. b.
Melakukan Ekstraksi Analisa faktor bertujuan untuk mencari variabel baru yang disebut faktor yang saling tidak berkorelasi, lebih sedikit jumlahnya dari variabel asli, tetapi menyerap sebagian informasi dari variabel asli.
Untuk kepentingan tersebut
data yang sudah memiliki kelayakan analisis di atas harus diekstraksi. Dari 25 item yang digunakan dalam skala sikap, tersisa 14 item yang lolos uji kelayakan data sebagai syarat awal analisis faktor, yaitu item 1, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 17, 21, 22, 24 yang kemudian akan diekstraksi.
Hasilnya
seperti di bawah ini: Tabel 4.5 Komunalitas
Communalities Initial
Extraction
item_1
1,000
,620
item_5
1,000
,566
item_6
1,000
,822
54
item_7
1,000
,758
item_8
1,000
,723
item_10
1,000
,714
item_11
1,000
,794
item_12
1,000
,841
item_13
1,000
,697
item_15
1,000
,749
item_17
1,000
,670
item_21
1,000
,778
item_22
1,000
,658
item_24
1,000
,672
Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber: Output SPSS
Tabel
Communalities
menunjukkan
seberapa besar kontribusi sebuah item terhadap faktor yang terbentuk.
Dari tabel di atas
diketahui bahwa: Item_1 nilainya 0.620
= kontribusi variabel
item_1 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 62.0% Item_5 nilainya 0.566
= kontribusi variabel
item_5 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 56.6% Item_6 nilainya 0.822
= kontribusi variabel
item_6 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 82.2% Item_7 nilainya 0.756
= kontribusi variabel
item_7 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 75.6%
55
Item_8 nilainya 0.723
= kontribusi variabel
item_8 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 72.3% Item_10 nilainya 0.714
= kontribusi variabel
item_10 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 71.4% Item_11 nilainya 0.794
= kontribusi variabel
item_11 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 79.4% Item_12 nilainya 0.841
= kontribusi variabel
item_12 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 84.1% Item_13 nlainya 0.697
= kontribusi variabel
item_13 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 69.7% Item_15 nilainya 0.749
= kontribusi variabel
item_15 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 74.9% Item_17 nilainya 0.670
= kontribusi variabel
item_17 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 67.0% Item_21 nilainya 0.778
= kontribusi variabel
item_21 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 77.8% Item_22 nilainya 0.658
= kontribusi variabel
item_22 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 65.8%
56
Item_24 nilainya 0.672
= kontribusi variabel
item_24 terhadap faktor yang terbentuk adalah sebesar 67.2.0% Semua variabel memiliki nilai > 50%, oleh karenanya
dapat
disimpulkan
bahwa
semua
variabel memiliki kontribusi yang besar terhadap faktor yang terbentuk.
57
Tabel 4.6 Faktor yang Terbentuk Total Variance Explained Extraction Initial Eigenvalues %
of
Sums
of
Squared
Loadings Cumulative
Rotation Sums of Squared Loadings %
of
Cumulative
%
of
Component
Total
Variance
%
Total
Variance
%
Total
Variance
Cumulative %
1
5,944
42,457
42,457
5,944
42,457
42,457
4,052
28,943
28,943
2
1,533
10,953
53,410
1,533
10,953
53,410
2,483
17,737
46,680
3
1,467
10,481
63,892
1,467
10,481
63,892
2,240
15,999
62,679
4
1,117
7,977
71,868
1,117
7,977
71,868
1,286
9,189
71,868
5
,817
5,838
77,706
6
,733
5,235
82,941
7
,595
4,247
87,189
8
,509
3,636
90,824
9
,398
2,845
93,669
10
,264
1,882
95,551
11
,212
1,513
97,064
12
,181
1,295
98,360
13
,147
1,052
99,411
14
,082
,589
100,000
58
Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber: Output SPP
59
Tabel Total untuk
Variance
menunjukkan
Explained berguna
besarnya
persentase
keragaman total yang mampu diterangkan oleh keragaman faktor-faktor yang terbentuk. menentukan
berapa
komponen/faktor
Untuk yang
dipakai agar dapat menjelaskan keragaman total maka
perlu
eigenvalue.
memperhatikan
besar
nilai
Kolom yang diperhatikan dalam
langkah ini adalah kolom “Initial Eigenvalues”. Suatu
eigenvalues
menunjukkan
besarnya
sumbangan dari faktor terhadap seluruh variabel asli.
Hanya faktor dengan varian > 1 yang
dipertahankan, oleh karena itu hanya komponen 1, 2, 3, dan 4 yang diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Kolom persentase
“cumulative kumulatif
%”
varian
merupakan yang
dapat
dijelaskan oleh faktor. Besarnya keragaman yang mampu diterangkan oleh faktor/komponen 1 sebesar 42,457%.
Besarnya keragaman yang
mampu diterangkan oleh faktor/komponen 2 sebesar 10,953% sehingga besarnya persentase kumulatif adalah 53,410%. Besarnya keragaman yang mampu diterangkan oleh faktor/komponen 3 sebesar 10,481% sehingga besarnya persentase kumulatif adalah 63,891%. Besarnya keragaman yang mampu diterangkan oleh faktor/komponen 4 sebesar 7,977% sehingga besarnya persentase kumulatif
menjadi
sebesar
71,868%.
60
Berdasarkan
nilai
eigenvalue
keempat
faktor/komponen yang lebih besar dari 1 dan besarnya persentase kumulatif keempat faktor sebesar
71,868%,
keempat
faktor
dapat dapat
disimpulkan mewakili
bahwa
keragaman
variabel-variabel asal. c.
Melakukan Rotasi Setelah mengetahui bahwa faktor maksimal yang bisa terbentuk adalah 4 faktor, langkah selanjutnya
adalah
melakukan
penentuan
masing-masing variabel akan masuk ke dalam faktor mana, apakah faktor 1, 2, 3, atau 4. Matriks yang
faktor
dipergunakan
berisi/memuat untuk
koefisien
mengekspresikan
variabel yang dinyatakan dalam faktor (factor loading). Faktor loading merupakan korelasi dari variabel dan faktor.
Variabel akan menjadi
bagian dari sebuah faktor apabila memiliki nilai berkorelasi 0,50 atau lebih untuk dapat dianggap signifikan. Semakin besar nilai korelasi, semakin penting
loading
menginterpretasikan
matriks
faktor.
61
Tabel 4.7 Rotasi Faktor
Rotated Component Matrixa S u m b
Component 1
2
3
4
item_6 e
,858
,271
-,068
,089
S item_8
,830
,156
,090
-,048
item_7
,792
,307
,177
-,070
item_5
,633
,090
,250
,307
item_21 e
,600
,275
,573
,119
item_15 r
,251
,824
-,050
,069
: item_12
-,124
,767
,484
-,048
item_13
,415
,724
,028
-,027
item_17
,523
,611
,151
,012
item_11 t
,025
-,041
-,881
,126
item_10 p
-,443
-,114
-,586
-,400
u item_22
,539
,108
,571
,172
item_1
,239
,055
,140
,735
item_24
,412
,118
,282
-,639
u
m b
O u
t
S
Extraction Method: Principal Component P S Analysis. u Rotation Method: Varimax with Kaiser m
Normalization.a b
a.e Rotation converged in 9 iterations. sumber: Output SPSS
Tabel Rotated Component Matrix di atas menjelaskan bahwa:
62
1. item_6 (0,858), item_8 (0,830), item_7(0,792), item_5
(0,633),
item_21
(0,600),
item_17
(0,523), dan item_22 (0,539) memiliki korelasi yang kuat dengan faktor 1. 2. item_15
(0,824),
item_12
(0,767),
item_13
(0,724), dan item_17 (0,611) memiliki korelasi yang kuat dengan faktor 2. 3. item_21 (0,573), item_11 (-0,881), item_10 (0,586), dan item_22 (0,571) memiliki korelasi yang kuat dengan faktor 3.
Tanda negatif (-)
menunjukkan arah korelasi. 4. item_1 (0,735) dan item_24 (-0,639) memiliki korelasi yang kuat dengan faktor 4. Dari tabel di atas terlihat item_17, item_21, dan item_22 termuat dalam lebih dari satu faktor,
untuk
itu
item-item
tersebut
harus
dihapus dan item yang tersisa dirotasi ulang. Karena dirotasi ulang dengan item yang berbeda, maka terdapat beberapa nilai yang berubah dari beberapa tabel. Hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Komunalitas (uji ulang)
Communalities Initial Extraction item_1
1,000
,668
item_5
1,000
,615
item_6
1,000
,838
63
item_7
1,000
,774
item_8
1,000
,727
item_10
1,000
,735
item_11
1,000
,860
item_12
1,000
,878
item_13
1,000
,633
item_15
1,000
,821
item_24
1,000
,709
Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber: Output SPSS
Semua item, setelah dirotasi ulang dengan menghilangkan item_17, item_21, dan item_22, masih tetap memiliki nilai > 50%, oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa semua item memiliki kontribusi yang besar terhadap faktor yang terbentuk.
Jumlah item yang tersisa setelah
rotasi ulang adalah 11 item, yaitu item 1, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, dan 24.
64
Tabel 4.9 Faktor yang Terbentuk (uji ulang) Total Variance Explained Extraction Sums of Squared
Rotation Sums of Squared
Loadings
Loadings
Initial Eigenvalues % of
Cumulative %
% of
Cumulative
Total
Variance
%
% of
Cumulative
Total
Variance
%
Component
Total
Variance
1
4,354
39,581
39,581
4,354
39,581
39,581
3,187
28,975
28,975
2
1,456
13,235
52,817
1,456
13,235
52,817
1,958
17,799
46,773
3
1,343
12,211
65,028
1,343
12,211
65,028
1,557
14,155
60,928
4
1,104
10,033
75,061
1,104
10,033
75,061
1,555
14,132
75,061
5
,717
6,522
81,582
6
,663
6,030
87,612
7
,496
4,510
92,122
8
,282
2,563
94,685
9
,245
2,227
96,912
10
,186
1,687
98,599
11
,154
1,401
100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber: Output SPSS
65
Setelah item_21,
rotasi
dan
ulang
item_22,
dengan
maka
menghilangkan
berdasarkan
nilai
item_17, eigenvalue
keempat faktor/komponen yang lebih besar dari 1 dan besarnya persentase kumulatif keempat faktor sebesar 75,061%, dapat disimpulkan bahwa keempat faktor dapat mewakili keragaman item-item asal. Tabel 4.10 Rotasi Faktor (uji ulang)
Rotated Component Matrixa Component 1
2
3
4
item_1
,121
,042
,807
,006
item_5
,585
,070
,490
-,167
item_6
,853
,214
,226
,116
item_7
,817
,269
,116
-,147
item_8
,834
,128
,113
-,040
item_10
-,370
-,127
-,615
,451
item_11
-,009
-,062
-,123
,917
item_12
-,052
,816
,038
-,455
item_13
,465
,642
,057
-,028
item_15
,294
,845
,062
,131
item_24
,545
,068
-,432
-,470
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 8 iterations. Sumber: Output SPSS
Setelah dilakukan rotasi ulang dengan menghilangkan item_17, item_21, dan item_22, maka factor loading yang terbentuk adalah sebagai berikut: 1. item_5, item_6, item_7, item_8, dan item_24 memiliki korelasi yang kuat dengan faktor 1. 66
2. item_12, item_13, dan item_15 memiliki korelasi yang kuat dengan faktor 2. 3. item_1 dan item_10 memiliki korelasi yang kuat dengan faktor 3. 4. item_11 memiliki korelasi yang kuat dengan faktor 4. Hasil ini menunjukkan empat faktor dengan muatan masing-masing dan sudah tidak ada item yang termuat di dalam lebih dari satu faktor. Tabel 4.11 Matriks Transformasi Faktor Component Transformation Matrix Component
1
2
3
4
1
,788
,468
,307
-,257
2
,410 -,512
,306
,690
3
,175
,452 -,690
,538
4
-,425
,561
,411
,579
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Tabel Component Tranformation Matrix di atas berfungsi untuk menunjukkan apakah faktor-faktor yang terbentuk sudah tidak memiliki korelasi lagi satu sama lain.
Nilai-nilai korelasi
tersebut harus berada di atas 0,5. Nilai faktor 1 sebesar 0,788; nilai faktor 2 sebesar -0,512; faktor 3 sebesar -0,690; dan faktor 4 sebesar 0,411. Tanda negatif (-) menunjukkan arah korelasi. d.
Memberi Nama Faktor Tabel 4.15 Nama Faktor
Nomor Item
Item
Nama Faktor
67
5
Sebagai
guru
mendapat cukup
BK
saya
kesempatan untuk
yang
mengikuti
seminar/workshop
tentang
penelitian termasuk evaluasi program BK. 6
Dengan pelatihan yang saya dapatkan, berbagai
saya jenis
memahami dan
metode
penelitian. 7
Dengan pelatihan yang saya dapatkan,
saya
mampu
merancang
Faktor 1
penelitian
bimbingan dan konseling. 8
Dengan pelatihan yang saya dapatkan,
saya
mampu
Akses guru BK untuk mengembangkan kemampuan analitis
memanfaatkan hasil penelitian dalam
bimbingan
dan
konseling dengan mengakses jurnal
pendidikan
dan
bimbingan dan konseling. 24
Tidak
mudah
menentukan
ketrampilan
apa
yang
seharusnya
siswa
kembangkan dalam program BK. 12
Tidak terdapat data mengenai kemampuan bakat,
intelegensi,
minat,
dan
aspirasi
karier siswa. 13
Terdapat
data
mengenai
gender dan orientasi seksual
Faktor 2
siswa. 15
Terdapat
data
mengenai
etnisitas,
keadaan
ekonomi
keluarga,
latar
belakang
pendidikan
orang
tua,
Ketersediaan data pribadi dan sosial siswa
dan
komunitas asal. Faktor 3
1
Sebagai guru BK saya terlibat
Kebijakan
68
hampir
di
setiap
aspek
operasional sekolah. 10
Hanya
staf
tertentu
sekolah terhadap profesionalisme guru BK
yang
sudah mendapatkan pelatihan saja yang merencanakan dan melakukan penelitian. Faktor 4
11
Saya
tertarik
melakukan tetapi
untuk
penelitian
kurang
BK
mengetahui
sistematikanya.
Kurangnya pengetahuan guru
BK
mengenai penelitian BK
Dengan demikian terbentuk empat faktor dengan muatan yang beragam sehingga ketiga faktor tersebut harus diberi nama yang mewakili item-item yang termuat dalam faktor. Faktor 1 bernama “akses guru BK untuk mengembangkan kemampuan analitis”, faktor 2 bernama “ketersediaan data pribadi dan sosial siswa”, faktor 3 bernama “kebijakan sekolah terhadap profesionalisme guru BK”, dan faktor 4 bernama “kurangnya pengetahuan guru BK mengenai penelitian BK”. 4.3 Pembahasan Hasil Analisis Faktor Analisis faktor merupakan alat untuk mengetahui struktur korelasi antar sejumlah besar variabel dengan cara mendefinisikan seperangkat variabel yang berkorelasi tinggi yang disebut dengan faktor. Faktor yang terbentuk bukan lagi faktor asli karena terbentuk dari sekumpulan variabel yang mendukung.
Analisis faktor bertujuan bukan hanya untuk
mereduksi data tetapi lebih untuk mengetahui konsep dasar dari relasi antar variabel dalam sebuah faktor sehingga lebih memiliki makna. Lima alasan guru BK tidak melakukan evaluasi perencanaan yang dikemukakan oleh Shertzer & Stone (1981), yaitu kekurangan waktu, kurangnya pelatihan mengenai penelitian dan evaluasi, ketersediaan data 69
siswa, kebutuhan akan anggaran evaluasi, dan kesulitan menentuan kriteria, merupakan variabel asli yang tidak diketahui korelasinya. Tidak diketahui hal apa saja yang mendukung pernyataan tentang variabel “kekurangan
waktu”
misalnya.
Setelah
dilakukan
analisis
faktor,
terbentuk empat faktor yang masing-masing memiliki beragam item pendukung.
Empat faktor tersebut terbentuk setelah dilakukan proses
ekstraksi dan rotasi item. Untuk melakukan analisis faktor, terdapat lima urutan langkah yang harus dilalui.
Langkah pertama adalah menguji kelayakan analisis dan
langkah kedua adalah menyajikan matriks korelasi. Uji kelayakan analisis akan menunjukkan tingkat korelasi antar variabel atau item dan ketepatan analisis faktor. Standar yang digunakan adalah nilai KMO ≥ 0,5 dan nilai MSA ≥ 0,5.
Hair et al (2010) memberikan rentang nilai MSA sebagai
berikut: MSA ≥ 80
sangat tinggi
MSA ≥ 70
tinggi
MSA ≥ 60
sedang
MSA ≥ 50
rendah
MSA ≤ 50
tidak dapat diterima
Dalam penelitian ini uji kelayakan analisis dilakukan tiga kali karena meskipun nilai KMO ≥ 0,5 tetapi beberapa item masih memiliki nilai MSA ≤
0,5.
Item-item
yang
memiliki
nilai
MSA
≤
0,5
dihilangkan.
Menghilangkan item dengan nilai ≤ 0,5 akan meningkatkan nilai KMO. Nilai KMO pada uji yang pertama adalah 0, 535 dan meningkat menjadi 0,734 pada uji kedua setelah item-item dengan nilai MSA ≤ 0,5 dihilangkan dan pada akhirnya nilai KMO meningkat lagi menjadi 0,758. Pada uji yang ketiga, dengan nilai KMO 0,758, semua item yang tersisa memiliki nilai MSA yang beragam mulai dari rendah sampai sangat tinggi tetapi tidak terdapat item yang memiliki nilai MSA “tidak dapat diterima” atau dibawah 0,5. Dengan demikian item-item tersebut memenuhi syarat kelayakan dan kecukupan analisis. Langkah kedua (menyajikan matriks korelasi) dapat dilihat dari tabel Bartlett test of sphericity. Nilai signifikansinya harus < 0,05. Sejak awal pengujian, nilai signifikansinya adalah 0,000. Artinya, 70
matriks
korelasi
memiliki
korelasi-korelasi
yang
signifikan
antara
setidaknya beberapa dari item yang ada. Langkah ketiga adalah melakukan ekstraksi. muncul adalah tabel communalities.
Tabel yang pertama
Tabel communalities menjelaskan
kontribusi item terhadap faktor yang mungkin terbentuk. Semakin tinggi nilai extraction, semakin tinggi kontribusi item tersebut terhadp faktor yang mungkin terbentuk. Hasil yang muncul adalah setiap item memiliki nilai extraction > 0,5 yang berarti item-item tersebut memiliki kontribusi lebih dari 50% terhadap faktor yang mungkin muncul. Nilai tersebut dianggap sudah cukup untuk melanjutkan analisis. Dalam proses ekstraksi akan muncul
tabel
total
variance
explained
yang
menjelaskan
besarnya
keragaman total yang diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Dalam proses ini, faktor yang memiliki eigenvalue di atas 1 yang dipertahankan.
Penelitian ini menghasilkan 14 komponen (faktor) tetapi
hanya empat komponen (faktor) yang memiliki nilai eigenvalue > 1. Komponen 1 (faktor 1) memiliki eigenvalue 5,944; komponen 2 (faktor 2) memiliki eigenvalue 1,533; komponen 3 (faktor 3) memiliki eigenvalue 1,467; dan komponen 4 (faktor 4) memiliki eigenvalue 1,117. Untuk mengetahui item apa saja yang mendukung tiap faktor baru yang terbentuk, maka dilakukanlah langkah keempat, yaitu rotasi terhadap item-item.
Item-item yang termuat dalam sebuah faktor harus
lebih besar dari 0,5. Rotasi akan memastikan tidak ada item yang termuat dalam lebih dari satu faktor sehingga menghilangkan ambiguitas. sebuah item dengan
Jika
nilai ≥ 0,5 termuat dalam lebih dari satu faktor maka
analisis menjadi ambigu. Dari hasil rotasi yang pertama terdapat tiga item dengan nilai ≥ 0,5 yang termuat dalam lebih dari satu faktor, yaitu item 17, 21, dan 22.
Setelah tiga item tersebut dihilangkan dan diekstraksi dan
dirotasi ulang maka terbentuklah 11 faktor (sebelum ekstraksi ulang terbentuk 14 faktor) tetapi tetap hanya terdapat empat faktor yang memiliki eigenvalue > 1. Eigenvalue faktor 1 berubah dari 5,944 menjadi 4,354. Eigenvalue faktor 2 berubah dari 1,533 menjadi 1,456. Eigenvalue faktor 3 berubah dari 1,467 menjadi 1,343. Eigenvalue faktor 4 berubah dari 1,117 menjadi 1,104. Dapat disimpulkan bahwa menghilangkan item 71
akan menurunkan nilai eigenvalue.
Setelah ekstraksi dan rotasi ulang,
tidak ada lagi item dengan nilai ≥ 0,5 yang termuat dalam lebih dari satu faktor. Dari hasil rotasi tersebut diketahui bahwa item pendukung faktor 1 adalah item 5, 6, 7, 8, dan 24; item pendukung faktor 2 adalah item 12, 13, dan 15; item pendukung faktor 3 adalah item 1 dan 10; dan item pendukung faktor 4 adalah item 11.
Dengan mengetahui item-item
pendukung sebuah faktor, kita akan lebih mampu memahami struktur sebuah variabel. Langkah kelima adalah memberi nama faktor. pemberian nama faktor ini berdasarkan karakter-karakter dari item-item yang termuat dalam sebuah faktor. Faktor 1 terbentuk dari item 5, 6, 7, 8, dan 24. Item 5, 6, 7, 8 merupakan item yang berkaitan dengan kesempatan guru BK untuk mengikuti pelatihan mengenai penelitian dan evaluasi program BK dan item 24 berkaitan dengan kesulitan guru BK menentukan ketrampilan yang seharusnya dikembangkan dalam program BK. Maka dari itu faktor itu diberi nama “akses guru BK untuk mengembangkan kemampuan analitis”. Faktor 2 terbentuk dari item 12, 13, dan 15. Item 12, 13, dan 15 adalah item yang berkaitan dengan data-data tentang siswa yang tersedia di sekolah sehingga faktor 2 dinamakan “ketersediaan data pribadi dan sosial siswa”.
Faktor 3 terbentuk dari item 1 (keterlibatan guru BK di
hampir setiap operasional sekolah) dan 10 (hanya staf tertentu saja yang melakukan evaluasi program BK) sehingga faktor 3 dinamakan “kebijakan sekolah terhadap profesionalisme guru BK”. Faktor 4 terbentuk hanya dari satu item, yaitu item 11 (minimnya pengetahuan guru BK mengenai evaluasi
program
BK),
sehingga
faktor
4
dinamakan
“kurangnya
pengetahuan guru BK mengenai evaluasi program BK). Hasil penelitian Moyer (2011) menunjukkan bahwa alokasi waktu guru BK dalam melakukan kegiatan non-BK menjadi faktor paling besar dalam menyebabkan burnout pada guru BK.
Asumsinya, burnout yang dialami
oleh guru BK ini akan berimbas juga pada tidak terlaksananya evaluasi perencanaan program BK. Hasil tersebut tidak sejalan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, alokasi guru BK dalam melakukan kegiatan nonBK tidak menjadi faktor paling besar yang menyebabkan guru BK tidak 72
melakukan evaluasi perencanaan program.
Kegiatan non-BK yang
dilakukan oleh guru BK (item 1) menjadi item pendukung faktor ketiga dalam penelitian ini. Penelitian ini memperkaya teori dari Shertzer & Stone (1981) dengan menambahkan ide baru berupa empat alasan (faktor) baru yang menyebabkan guru BK SLTA di Salatiga tidak melakukan evaluasi perencanaan program. Jika membandingkan hasil skor skala sikap pada item 5, 6, 7, dan 8 dengan hasil faktor 1 terlihat kontradiktif. Item 5, 6, 7, dan 8 merupakan muatan dari faktor 1 sebagai penyebab guru BK tidak melakukan evaluasi perencanaan. Padahal item 5, 6, 7, dan 8 adalah pernyataan positif dan dijawab oleh responden dengan skor tinggi dan memiliki rata-rata hampir 2,8.
Artinya, responden merasa sudah cukup mendapatkan pelatihan
tetapi hasil analisis faktor menunjukkan item-item tersebut merupakan alasan paling tinggi dengan nilai eigenvalue 4,343 sebagai penyebab guru BK tidak melakukan evaluasi perencanaan program. Hal ini disebabkan skor skala sikap yang bervariatif dan item-item skala sikap telah melewati proses ekstraksi dan rotasi sehingga meskipun terlihat kontradiktif jika dibandingkan dengan analisis logika, item-item tersebut memang menjadi penyebab tidak terlaksananya evaluasi perencanaan program BK oleh guru BK.
73