BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Deskripsi Subjek Penelitan Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA N 1 Getasan Tahun Pelajaran 2012/2013. Siswa kelas XI IPS berjumlah 51 siswa terdiri dari kelas yaitu kelas XI IPS-1 dengan jumlah siswa 19, kelas XI IPS-2 dengan jumlah siswa 18, dan kelas XI IPS-3 dengan jumlah siswa 14 karena pada saat penelitian dilakukan semua siswa hadir. B.
Analisis Hasil Belajar 1. Analisis Pretest a. Analisis Deskriptif Menurut Priyatno (2012), menjelaskan bahwa analisis deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Pretest
N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
hasil belajar XI IPS-1
19
20
67
42.32
12.396
hasil belajar XI IPS-2
18
17
43
29.61
7.405
hasil belajar XI IPS-3
14
13
37
22.93
6.911
Valid N (listwise)
14
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rerata sebelum perlakuan (pretest) untuk kelas XI IPS-1 adalah 42.32 dengan standat deviasi 12.396, kelas XI IPS-2 adalah 29.61 dengan standar deviasi 7.405, dan XI IPS-3 adalah 22.93 dengan standar deviasi 6.911. b. Analisis Frekuensi Analisis frekuensi digunakan untuk menghitung frekuensi data pada variabel, untuk analisis statistik seperti percentile values, central tendency, dispersion, dan distribution, serta untuk menampilkan grafik (Priyatno, 2012). Berdasarkan output frekuensi hasil belajar sebelum perlakuan (pretest), dapat dikatakan bahwa frekuensi data nilai pretest berada pada rentang nilai 13-67. Artinya nilai maksimum pretest yang diperoleh siswa adalah 67, dan nilai minimum yang diperoleh siswa adalah 13. 23
24 c. Uji Normalitas Hasil Belajar Hasil belajar siswa yang telah dideskripsikan kemudian diuji normalitas untuk mengetahui apakah data yang diambil berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Sample Kolmogrov-Sminov Test. Kaidah yang digunakan yaitu > 0.05 maka sebaran data tersebut normal, sedangkan apabila < 0.05 maka sebaran data tersebut tidak normal. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretest hasil belajar N
51
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
32.51 12.315 .122
Positive
.122
Negative
-.084
Kolmogorov-Smirnov Z
.874
Asymp. Sig. (2-tailed)
.429
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan output uji normalitas pada Tabel 4.2 terlihat bahwa hasil uji Kolmogrov-Sminov Z nilai hasil belajar matematika siswa adalah 0.874 dengan signifikansi 0.429. Hal ini menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal karena signifikansinya lebih dari 0.05.
Gambar 4.1 Distribusi Uji Normalitas Pretest
25 2. Analisis Posttest a. Analisis Deskriptif Menurut Priyatno (2012), menjelaskan bahwa analisis deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Tabel 4.3 Hasil Analisis Deskriptif Data Posttest N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
hasil belajar XI IPS-1
19
53
76
66.11
7.930
hasil belajar XI IPS-2
18
53
82
68.78
7.417
hasil belajar XI IPS-3
14
71
82
74.71
3.911
Valid N (listwise)
14
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa nilai rerata setelah perlakuan (posttest) untuk kelas XI IPS-1 adalah 66.11 dengan standar deviasi 7.930, kelas XI IPS-2 adalah 68.78 dengan standar deviasi 7.417, dan XI IPS-3 adalah 74.71 dengan standar deviasi 3.911. b. Analisis Frekuensi Analisis frekuensi digunakan untuk menghitung frekuensi data pada variabel, untuk analisis statistik seperti percentile values, central tendency, dispersion, dan distribution, serta untuk menampilkan grafik (Priyatno, 2012). Berdasarkan output frekuensi hasil belajar setelah perlakuan (posttest), dapat dikatakan bahwa frekuensi data nilai posttest berada pada rentang nilai 53-82. Artinya nilai maksimum posttest yang diperoleh siswa adalah 82, dan nilai minimum yang diperoleh siswa adalah 53. Berdasarkan hasil analisis data posttest, nilai posttest tersebut dikategorikan menjadi lima kategori. Pembangian kategori hasil belajar matematika dalam penelitian ini didasarkan pada kategori hasil belajar mengikuti acuan Azwar (2012). Kategori hasil belajar sebagai berikut:
< ( ̅ − 1,0 ) ( ̅ − 1,0 ) ≤ < ( ̅ + 1,0 ( ̅ + 1,0 ) ≤
)
: rendah : sedang : sedang
26 Tabel 4.4 Kategori Hasil Belajar Postest Siswa XI IPS SMA N 1 Getasan Interval < 61,828 61,828 ≤ < 76,992 76,992 ≤
Kategori Rendah Sedang Tinggi
F 10 38 3
Persentase 20% 74% 6%
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan hasil bahwa hasil belajar matematika siswa yang memiliki katerogi rendah sebanyak 10 siswa dengan persentase sebesar 20%, kategori sedang sebanyak 38 siswa dengan persentase sebesar 74%, dan kategori tinggi sebanyak siswa dengan kategori sebesar 6%. Artinya sebagian besar siswa kelas XI IPS SMA N 1 Getasan berada dalam kategori sedang yang ditunjukkan dengan persentase siswa paling besar. c.
Uji Normalitas Hasil Belajar Hasil belajar siswa yang telah dideskripsikan kemudian diuji normalitas untuk mengetahui apakah data yang diambil berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Saple Kolmogrov-Sminov Test. Kaidah yang digunakan yaitu . > 0.05 maka sebaran data tersebut normal, sedangkan apabila . < 0.05 maka sebaran data tersebut tidak normal. Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Posttest hasil belajar N a Normal Parameters Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
51 69.41 7.582 .289 .134 -.289 2.063 .000
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa hasi uji Kolmogrov-Sminov Z nilai hasil belajar matematika siswa adalah 2.063 dengan signifikansi 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa data posttest dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal karena nilai signifikansinya kurang dari 0.05.
27
Gambar 4.2 Distribusi Uji Normalitas Posttest 3. Uji Beda Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Perhitungan dalam penelitian ini adalah Uji t untuk sampel berpasangan atau Two Related Samples Test. Two Related Samples Test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua variabel yang berpasangan. Sampel yang berpasangan adalah sebuah kelompok sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, misalnya perlakuan sebelum dan sesudah (Priyatno, 2012). Hasil uji beda ratarata hasil belajar matematika posttets dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Hasil Uji Beda Rata-Rata Data setelah perlakuan sebelum perlakuan Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a
-6.217
.000
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan Tabel 4.6 perhitungan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai z sebesar -6.217 dengan signifikasi sebesar 0.000. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Tidak terdapat pengaruh hasil belajar matematika siswa antara H0: sebelum penerapan Metode Hypnoteaching dengan setelah penerapan Metode Hypnoteaching.
28 H1:
Terdapat pengaruh hasil belajar matematika siswa antara sebelum penerapan Metode Hypnoteaching dengan setelah penerapan Metode Hypnoteaching. Jenis data yang akan diuji dalam penelitian ini adalah data yang tidak berdistribusi dengan normal, sehingga statistik yang digunakan adalah statistik nonparametrik yaitu menggunakan Uji Wilcoxon. Kriteria Pengujian Hipotesis (Priyatno, 2012): Jika Signifikansi > 0.05 maka H0 diterima. Jika Signifikansi < 0.05 maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa Nilai Z adalah -6.217 dengan signifikansi 0.000 < 0.05 maka H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara sebelum penerapan Metode Hypnoteaching dengan setelah penerapan Metode Hypnoteaching. Hal ini berarti bahwa Metode Hypnoteaching berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI IPS SMA N 1 Getasan tahun pelajaran 2012/2013. 4. Uji N-Gain Data rata-rata peningkatan Gain normalisasi diperoleh dari selisih skor pretest dan posttest. Data Gain menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan metode hypnoteaching. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji N-Gain diperoleh gain sebesar 0.55, itu berarti N-gain yang dihasilkan termasuk dalam kategori sedang karena pengaruhnya sebesar 55%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode hypnoteaching berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa yang ditunjukkan dengan terdapat peningkatan hasil belajar matematika siswa sebelum penerapan metode hypnoteaching dengan hasil belajar matematika siswa setelah penerapan metode hypnoteaching. C.
Pembahasan Hasil Penelitian .Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa penerapan Metode Hypnoteaching berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI IPS SMA N 1 Getasan tahun pelajaran 2012/2013 yang ditunjukan hasil Uji Wilcoxon menunjukkan nilai Z sebesar -6.217 dengan signifikansi 0.000 < 0.05 , selain itu terdapat peningkatan rata-rata hasil belajar matematika sebelum menggunakan metode Hypnoteaching sebesar 32.51, sedangkan rata-rata hasil belajar matematika setelah menggunakan metode Hypnoteaching sebesar 69.41. Pengaruh dari penerapan metode hypnoteaching adalah sebesar 55% yang ditunjukkan menggunakan uji N-gain. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Linta (2012) yang menunjukkan bahwa Metode Hypnoteaching berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata hasil belajar siswa setalah menggunakan
29 Metode Hypnoteaching lebih tinggi dibandingkan rata-rata siswa sebelum menggunakan Metode Hypnoteaching. Nilai rata-rata hasil belajar pretest siswa sebelum menggunakan Metode Hypnoteaching adalah 32.51 yang berada pada kategori sangat rendah dengan standar deviasi sebesar 12.315. Signifikansi dari data tersebut lebih besar dari 0.05 yaitu 0.429 maka dapat dikatakan bahwa data pada penelitian ini berdistribusi normal. Proses pembelajaran matematika menggunakan Metode Hypnoteching awalnya kurang bisa diikuti oleh siswa, karena siswa merasa bahwa masih ada celah pemisah dengan guru sehingga banyak siswa yang cenderung diam di kelas, hal tersebut sejalan dengan Novian (2012) bahwa pada saat pertama kali diterapkan Metode Hypnoteaching siswa masih memulai beradaptasi. Tahapan yang pertama yaitu tahap niat dan motivasi guru memulai pembelajaran dengan cerita motivasi sehingga dapat membuat siswa mengikuti pembelajaran dengan senang hati dan santai. Tahap yang kedua yaitu tahap Pacing siswa mulai bisa membuka diri dengan beberapa pertanyaan dari guru, meskipun ada beberapa siswa yang masih diam saja. Tahap ketiga yaitu tahap Leading sebagian besar siswa sudah mulai antusias melaksanakan beberapa perintah guru, selanjutnya guru meminta semua siswa memberikan tepuk tangan untuk teman mereka yang mau maju ke depan kelas melaksankan perintah guru. Tahap yang keempat, guru memberikan gerakan dan nyanyian sebagai motivasi ketika siswa mulai merasa bosan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, selain itu memberikan reward kepada siswa yang dapat mengerjakan tugas dari guru sebagai peraturan awal selama pembelajaran, dan memberikan punishment kepada siswa yang tidak memperhatikan perintah guru. Siswa yang semula jarang memperhatikan guru dalam kegiatan pembelajaran setelah menggunakan Metode Hypnoteaching menjadi antusias mengikuti pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Yuni (2011) bahwa pembelajaran menggunakan Metode Hypnoteaching membuat siswa menjadi antusias mengikuti pembelajaran karena pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak monoton. Pembelajaran menggunakan metode hypnoteaching mengharuskan guru selalu menggunakan kata-kata positif di dalam menyampaikan materi sebagai tahap yang kelima, karena dengan menggunakan kata positif secara tidak langsung dapat mengembalikan mental siswa yang drop karena tidak dapat menerima materi yang diberikan guru. Tahap yang kelima yaitu tahap Modelling guru memberikan motivasi kepada beberapa siswa yang masih pasif selama proses pembelajaran, serta senantiasa menjadi teladan atau contoh melalui ucapan dan perilaku yang konsisten sebagai kunci keberhasilan dalam menggunakan metode hypnoteaching. Kesulitan yang dialami selama penelitian ini adalah perbedaan jumlah siswa yang ada di kelas XI IPS yang terdiri dari XI IPS-1, XI IPS-2 dan XI IPS-3. Perbedaan tersebut menyebabkan kurangnya waktu dari guru untuk memberikan perhatian satu per satu kepada siswa, karena di dalam metode hypnoteaching lebih
30 memperhatikan kualitas dari pada kuantitas dari sampel yang digunakan. Hal tersebut berakibat hasil belajar matematika siswa dari setiap kelas berbeda-beda. Tes akhir atau posttest yang dilakukan pada ketiga kelas memperoleh hasil bahwa rata-rata hasil belajar siswa setelah menggunakan Metode Hypnoteaching sebesar 69.41 dengan standar deviasi 7.582. Signifikansi dari data tersebut kurang dari 0.05 yaitu 0.000 maka dapat dikatakan bahwa data pada penelitian ini tidak berdistribusi normal. Selain terdapat pengaruh yang ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata hasil belajar matematika, pembelajaran menggunakan Metode Hypnoteaching membuat suasana pembelajaran menjadi menyenangkan serta siswa lebih bisa memahami potensi diri yang dimiliki melalui guru yang menjadi panutan selama pembelajaran, sehingga siswa mulai berani untuk mengemukakan pendapat, bertanya dan berdiskusi dengan guru maupun teman yang lain. Senada dengan Riananda (2012) bahwa Metode Hypnoteaching dapat meningkatkan kemampuan afektif, dan kemampuan siswa berpendapat di kelas. Setiap siswa memperhatikan pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan senang hati, tidak merasa bosan dan merasa bahwa guru adalah teman, sehingga siswa tidak takut untuk mengungkapkan ide luar biasa yang dimiliki oleh setiap siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan kehadiran siswa selama proses pembelajaran berlangsung.