67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) 1. Sejarah Singkat Berdirinya Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Organisasi Pertiwi Cabang Kabupaten Bandung sejak kelahirannya hingga sekarang, tidak henti-hentinya berusaha untuk berpartisipasi aktif turut mensukseskan program Pemerintah dibidang kesejahteraan sosial seperti halnya dibidang pendidikan PKK KB, dan usaha-usaha untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat yang tergolong kategori yang masih memerlukan bantuan dan pertolongan, masih memerlukan bimbingan dan pengarahan, hingga mereka tidak mempunyai perasaan dibiarkan atau disia-siakan oleh golongan masyarakat yang sudah memperoleh kemajuan. Dharma wanita Kabupaten Bandung yang selama ini berada di bawah pengelolaan Ny. R.H. Lily Sumantri, sering melakukan kunjungan kerja ke daerah-daerah pedalaman. Dari hasil kunjungan-kunjungan tersebut ternyata bahwa di dalam kehidupan sosial, terdapat mereka yang tergolong kategori yang perlu mendapat pertolongan dan bimbingan serta santunan, terutama anak-anak yang terlantar pendidikannya, lebih-lebih yang sudah tidak mempunyai sanak saudara lagi atau hidup sebatang kara. Dihadapkan kepada kenyataan-kenyataan tersebut di atas, maka terketuk dan tergugahlah hati masing-masing pengurus organisasi yang terdorong oleh rasa tanggung jawabnya. Maka para ibu pengurus
Pertiwi Cabang Kabupaten
68
Bandung dibawah pimpinan ibu R.H. Lily Sumantri menyodorkan suatu gagasan untuk mendapat dukungan dan bantuan dari Bupati serta dari semua pihak, untuk menjelmakan suatu “Panti Sosial Asuhan Anak”, sebagai sarana perawatan dan pembinaan orang-orang tersebut di atas. Mengingat tugas dan misinya yang sangat kompleks, artinya tidak hanya mengelola atau mengurus Panti Asuhan saja, tetapi harus juga menangani bidangbidang lainnya, maka dirasakan perlu adanya suatu badan yang khusus menangani Panti Asuhan secara full time. Untuk maksud tersebut maka Panti Asuhan tersebut harus dijadikan Yayasan di bawah akte notaris. Pada tanggal 24 Desember 1976, Ny. R.H. Lily Sumantri dan Ny. Bana Supriatna, masing-masing selaku Ketua Umum dan Sekretaris Umum Pertiwi Cabang Kabupaten Bandung, menghadap kepada Notaris Ny. Soemantria Sanitioso SH di Cimahi, untuk membuat akte Notaris Yayasan bagi Panti Sosial Asuhan Anak Pertiwi di Manggahang Kecamatan Baleendah. Sejak itulah Panti Sosial Asuhan Anak tersebut dikukuhkan menjadi “ Yayasan Bhakti Pertiwi” di bawah akte Notaris No. 20 tanggal 24 Desember 1976.
2. Instrumen Data Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi a. Nama Orsos
: Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Bhakti Pertiwi
b. Alamat
: Kel. Manggahang, Kec. Baleendah, Kab. Bandung.
c. Kapasitas Tampung
: 65 orang
d. Jumlah Anak Asuh
: 40 orang anak dengan komposisi: 25 orang anak laki-laki
69
15 orang anak perempuan. e. Jumlah tenaga panti
: 13 orang
f. Tanggal berdiri
: 24 Desember 1976
g. Akte Notaris
: Ny. Soemantria sanitioso, SH No. 20
h. Organisasi pelindung
: Bupati Bandung.
i. No. Pendaftaran. Dinas Sosial Propinsi. Jawa Barat
: 062/ 1097/ PRKS/ 86/ 2005
No. STPU ORSOS Soreang
: 062 / 63/ 01/ II/ UKS/ 03/ 04
j. Aset bangunan yang dimiliki No
Ruangan
: Banyaknya
1.
Kamar mandi
2
2.
Kantor
1
3.
Ruang tidur (Putri)
3
4.
Ruang tidur (Putra)
3
5.
Dapur
1
6.
Kesenian
1
7.
Ruang tamu
1
8.
Komputer
2
9.
Mesjid
1
k. Aset tanah yang dimiliki
: Luas tanah kurang lebih 7000 m
Fasilitas pendukung yang berada di Panti Bhakti Pertiwi, diupayakan dapat membantu kegiatan anak asuh sehingga mereka diharapkan dapat merasa kerasan seperti di rumah sendiri.
70
Kurikulum pendidikan yang diterapkan di panti sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi mengikuti pola atau model pendidikan asrama, dimana setelah mereka pulang dari pendidikan formal/ sekolah umum, melakukan kegiatan sesuai dengan keterampilan yang diminati anak asuh tersebut.
3. Keadaan Anak Asuh Keadaan anak asuh yang ada di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dan daerah yang berbeda-beda (Mayoritas dari Kabupaten Bandung) dan dari Aceh. Usia terkecil anak adalah berumur 7 tahun sampai dengan yang terbesar adalah 25 Tahun. Jumlah anak asuh yang berada di dalam panti sebanyak 40 orang. Mengenai syarat-syarat untuk bisa diterima atau ditampung di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bhakti Pertiwi, adalah sebagai berikut : a.
Anak-anak yatim, anak-anak piatu dan anak-anak yatim piatu,
b.
Anak-anak orang tuanya tidak mampu.
c.
Usia antara 6 sampai 12 Tahun.
d.
Membawa surat keterangan dari Kepala Desanya masing-masing
e.
Berbadan sehat. Keadaan anak asuh akan dipaparkan berdasarkan usia, status, dan tingkat
pendidikan seperti pada tabel berikut ini :
71
a. Kategori Anak Menurut Usia Usia 7-10 11-17 18-21 Jumlah
Jumlah 4 10 9 40
b. Kategori Anak Menurut Status Anak STATUS ANAK Yatim Piatu Yatim Piatu Orang Tidak Mampu Terlantar Jumlah
JUMLAH 22 2 1 13 2 40
c. Kategori Anak Menurut Tingkat Pendidikan TINGKAT PENDIDIKAN SD SMP SMA PT Penyaluran Jumlah
JUMLAH 13 11 10 4 2 40
4. Bentuk Kegiatan dan Materi di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi Bentuk kegiatan yang menjadi rutinitas anak selama mengikuti program pembinaan dan bimbingan di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi adalah membangun semua potensi diri anak baik segi jasmani, rohani, sosial, intelektual, kepribadian, maupun etika atau budi pekerti. Kegiatan pembinaan dan bimbingan ini di arahkan kepada tujuan untuk membentuk sikap mandiri dan rasa percaya diri anak. Bentuk kegiatan tersebut seperti peningkatan bimbingan mental anak baik secara perorangan maupun melalui kegiatan pengajian atau konseling,
72
peningkatan bimbingan kesenian baik tradisional maupun modern, bimbingan kursus komputer, bahasa Inggris/ Mandarin, menjahit, sablon, pijat refleksi, kerajinan tangan, kegiatan usaha dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan harus dapat menarik anak asuh sehingga dapat aktif mengikutinya sesuai dengan kemampuan atau bakat yang dimilikinya. Untuk pengisian waktu luang anak, diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat positif seperti membaca buku, menonton televisi yang acaranya sesuai dengan perkembangan mental atau jiwanya. Dalam kegiatan ini para pembina tetap selalu memberikan pengawasan dan mendampingi anak sehingga setiap sikap dan perilaku anak selalu dibimbing dan diarahkan pada hal-hal yang bersifat edukatif dan rekreatif.
73
Bentuk kegiatan yang dilakukan di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi adalah sebagai berikut: a.Kegiatan Pembinaan Mental dan Rohani NO 1.
KEGIATAN Pendidikan Agama
FREKWENSI 2 x sehari
KETERANGAN Di Mushola Panti dibimbing oleh pengurus.
2.
Pendidikan Mental
4 x Sebulan
Setiap malam Jum’at dibimbing oleh pengurus.
3.
Olah Raga
2 x Seminggu
Dibimbing oleh pengurus : Sepak
ditambah
Bola - Volley Ball - Tenis Meja -
waktu-waktu
Catur -Senam dll.
luang 4.
Pramuka
1 x Seminggu
Bersama sekolah
5.
Kesenian
2 x Seminggu
Dibimbing oleh pengurus dan pelatih: - Nasyid - Degung - Calung - Tari tradisional dan Modern dll.
6.
Kebersihan,
Setiap hari
Kebersihan di luar dan didalam panti
Keindahan dan Ketertiban 7.
Dharmawisata
8.
Pesantren Kilat
1 x setahun
Pada libur bulan suci Ramadhan
74
b. Kegiatan dan Usaha-usaha Lain NO 1.
JENIS Pertanian
FREKWENSI Musiman
KETERANGAN Memanfaatkan halaman dibimbing oleh pengurus
2.
Perikanan
Musiman
Ternak ikan menunjang untuk menambah gizi
3.
Kerajinan Tangan
Waktu luang
Membuat bunga, menjahit, menyulam dll, dibimbing oleh
4.
Rental Komputer
Tiap hari
pengurus s.d.a
c. Rencana Kerja 1. Rencana Kerja Jangka Pendek : a. Meningkatkan proses belajar mengajar dan pengadaan buku-buku paket secara bertahap. b. Meningkatkan kerjasama yang baik dengan pihak sekolah dimana para kelayan belajar guna meningkatkan monitoring mereka dalam upaya meningkatkan prestasi belajar. c. Meningkatkan disiplin kelayan dalam pendidikan, waktu, tugas kelompok kerja dan menanamkan rasa cinta dan memiliki terhadap panti, sehingga timbul kesadaran bahwa antara dirinya dengan panti tidak dapat dipisahkan. d. Mengadakan kemitraan baik dengan yayasan Bhakti Pertiwi, maupun dengan Dinas, instansi dan lembaga terkait baik pemerintah maupun swasta, serta dengan para donator. e. Memberikan pendidikan keterampilan, seperti percetakan sablon dan
75
komputer, serta bahasa Inggris dan bahasa Mandarin f. Setiap bulan diadakan rapat intern untuk merumuskan serta mengevaluasi rencana kerja baik jangka pendek maupun jangka panjang. g. Menyalurkan anak asuh yang sudah selesai masa pendidikan. h. Menambah alat-alat pesta untuk usaha ekonomi produktif. i. Melabur gedung asrama. j. Menambah satu lokal untuk ruangan usaha ekonomi produktif rental komputer. k. Menambah satu lokal untuk ruangan perpustakaan. 2. Rencana Kerja Jangka Panjang: a. Mengadakan kerjasama dengan psikolog, karena satu dua orang kelayan yang membutuhkan penanganan khusus. b. Membangun lapangan olah raga Volley Ball. c. Pengaspalan jalan dilokasi panti. d. Perehaban plafon di asrama putra.
d. Usaha Ekonomi Produktif. Usaha Ekonomi Produktif ( UEP ) yang dilaksanakan dilingkungan Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi adalah : 1. Menyewakan Kursi dan Pemanas Makanan Untuk Pesta Usaha menyewakan kursi dan alat pemanas makanan penghasilannya sangat kurang dikarenakan kurangnya peralatan seperti kendaraan untuk
76
mengangkut, tenda, panggung dan lain-lainnya. Jumlah kursi yang dimiliki oleh panti kurang memadai dan sudah mulai ada yang rusak, jumlahnya hanya 100 buah, sehingga kalau ada yang meminjam pada waktu yang bersamaan tidak bisa dilayani kedua-duanya, sedangkan untuk menambah jumlah kursi dan alat-alat yang lainnya tidak memungkinkan dikarenakan harga yang tinggi sedangkan dana yang tersedia tidak mencukupi. 2. Usaha Rental Komputer Usaha rental komputer mulai berjalan lancar, karena belum ada persaingan yang cukup berat, didaerah tempat panti berada hanya ada dua rental komputer, dan mudah-mudahan usaha rental ini terus berjalan dengan lancar. Usaha rental komputer ini sangat besar sekali manfaatnya bagi lingkungan panti sendiri, seperti untuk pembuatan kop surat, amplop, kartu lebaran dan lain-lain, kami membuat sendiri sehingga tidak terlalu banyak mengeluarkan banyak biaya dan juga bagi kelayan sendiri, dimana mereka bisa belajar lebih banyak tentang komputer sehingga mereka tidak ketinggalan oleh yang lainnya.
77
5. Biaya dan Sumber Biaya. Dana yang diperoleh Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi adalah sebagai berikut: a. Penerimaan : 1. Saldo akhir tahun 2006……………………………………...Rp. 1.277.750,2. Bantuan dari yayasan Dharmais tahun anggaran2007…….Rp. 21.000.000,3. Bantuan dari Yayasan Dharmais paket lebaran Th.1427H…Rp. 1.750.000,4. Bantuan dari Pemda Kabupaten Bandung…………………Rp. 75.000.000,5. Subsidi kebutuhan dasar dariDepsos………………………Rp. 29.382.500,6. Donasidari masyarakat……………………………………Rp.150.600.000,7. Usaha ekonomi produktif………………………………….Rp. 3.500.000,Jumlah Penerimaan…………………………………………..Rp.284.510.250,b. Pengeluaran : 1. Makan……………………………………………………..Rp.82.125.000,2. Kesehatan………………………………………………….Rp.4.250.000,3. Pendidikan…………………………………………………Rp.35.000.000,4. Extra Voding……………………………………………….Rp.4.800.000,5. Kebersihan badan dan pakaian/perlengkapan mandi………Rp.6.000.000,6. Transport sekolah…………………………………………..Rp.57.600.000,7. Honor pengelola panti……………………………………...Rp.64.800.000,8. Paket lebaran……………………………………………….Rp.6.750.000,9. Alat-alat Tulis Kantor………………………………………Rp.3.500.000,10. Rekening Listrik…………………………………………….Rp.3.000.000,-
78
11. Rekening Telepon………………………………………….Rp.1.800.000,12.Biaya Operasional…………………………………………Rp.2.000.000,13. BahanBakarminyak/minyak Tanah………………………Rp.9.000.000,14.Lain lain…………………………………………………Rp.3.000.000,Jumlah Pengeluaran………………………………………….Rp.285.625.000,C.SALDO AKHIR TAHUN 2007…………………………...Rp.1.114.750,-
6. Struktur Organisasi Pelindung
:Bupati Bandung.
Ketua
: Ny. Hj. E Kurniaty Adas Coswara
Wakil Ketua
: Dadan As
Sekretaris
: Ny Supriati
Bendahara
: Ny Euis Nurlaela
Bidang Tata Usaha
: Ny. Supriaty
Bid. Pendidikan dan Pengajaran
: Dra. Yunie Indrianti
Bid. Umum dan Rumah Tangga
: Ny. Euis Nurlaela
Sie Ident dan Program PLY
: Ny. Supriati
Sie Bimbingan Lanjut
: Dra. Yunie Indriati
Sie. Rehabilitasi
: Dra. Yunie Indriati
79
7. Program Pembinaan dan Pelayanan Program pembinaan dan pelayanan yang ada di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi adalah sebagai berikut : 1. Penyantunan Penyantunan yang diberikan kepada kelayan pondok anak yatim ( PAY ) Bhakti Pertiwi berupa pemenuhan kebutuhan kesejahteraan mereka, mulai dari kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, rekreasi dan sebagainya. 2. Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Asuh dan Pembinaan a) Dalam bidang pendidikan dan pembinaan, semua anak asuh yang berada di Panti disekolahkan pada sekolah-sekolah umum yang ada di sekitar Panti mulai tingkat SD, SMP, SMA, sampai lanjutan atas dan atau Diploma/ S1. b) Pengadaan buku-buku pelajaran baik paket maupun LKS dan buku tambahan lainnya. c) Pemberian pelajaran tambahan baik yang dilaksanakan di Panti maupun luar Panti seperti bimbingan belajar tambahan di sekolah maupun di tempat kursus, seperti Ganeca operation ( GO ), bimbingan bahasa mandarin, bimbingan pijat refleksi, bimbingan keterampilan/ pengisian waktu luang, dan bimbingan komputer. d) Peningkatan bimbingan mental anak asuh baik secara perorangan maupun melalui kegiatan pengajian, konseling dan lain-lain. e) Peningkatan bimbingan kesenian baik tradisional maupun modern.
80
f) Mengikut sertakan anak asuh dalam berbagai kegiatan ekstra kurikuler. g) Mengikutkan anak-anak asuh yang berprestasi pada berbagai kursus sesuai dengan minat dan kemampuan anak seperti kursus komputer, bahasa Inggris, menjahit, sablon dan lain-lain. 3. Pelatihan Dalam bidang pelatihan, anak asuh yang berada di Panti dilatih keterampilan dan kesenian yang diminati yang memiliki nilai ekonomis produktif. Kegiatan-kegiatan tersebut di atas dimaksudkan agar anak memiliki bekal dan kesiapan untuk hidup bermasyarakat secara layak apabila telah selesai menjalani pelayanan di Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ). Seiring dengan berkembangnya Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Bhakti Pertiwi, lembaga ini berkeinginan terwujudnya kemandirian dan keberdayaan yang sesungguhnya sehingga usaha kesejahteraan sosial yang diupayakan khususnya dalam penyantunan dan pembinaan anak-anak yatim terlantar berjalan dengan semestinya lebih jauhnya lagi tumbuh rasa kemandirian dan jiwa kewirausahaan pada anak-anak asuh. 4. Penyaluran Anak Dalam bidang penyaluran anak asuh yang telah selesai studinya, maka pihak panti berusaha menyalurkan anak ke dunia pekerjaan sesuai dengan kualifikasi anak, menghubungi instalasi untuk menyalurkan anak mencari pekerjaan, mengembalikan anak pada orang tua/ keluarganya ( bila pihak keluarga telah mampu dan siap untuk menerimanya ).
81
8. Visi, Misi, Tujuan serta Sasaran Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Visi
: Bermutu, berahlak mulia, tumbuh dan berkembang sehat, mandiri dan bermanfaat ( Mensejahterakan anak ).
Misi
: - Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas hidup
anak. - Mengembangkan
pola-pola
pelayanan,
bantuan
dan
perlidungan sosial dalam rangka mencegah menanggulangi permasalahan sosial anak. -Memberdayakan individu dan keluarga kelayan melalui pendidikan, pembinaan dan penyantunan. Tujuan
:
a. Membantu Pemerintah dan turut berpartisipasi untuk mensukseskan program pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda. b. Berusaha memelihara dan mendidik anak-anak yatim piatu untuk menjamin
pertumbuhan
dan
perkembangannya
dalam
rangka
pembinaan dan pemupukan kemampuannya sebagai tunas muda yang merupakan sumber tenaga potensial bagi pembangunan Negara. c. Bergerak dalam bidang usaha sosial dan proyek-proyek kemanusiaan. d. Bekerjasama dengan badan-badan pemerintah dan swasta serta organisasi-organisasi sosial atau Yayasan lainnya yang sama maksud dan tujuannya dengan Yayasan ini.
82
B. Pengolahan dan Penafsiran Hasil Penelitian Pada paparan ini penulis akan mencoba menafsirkan data yang telah ditabulasikan kemudian ditafsirkan sesuai dengan kondisi yang ada. Adapun tabulasi dan penafsiran terlihat sebagai berikut: a. Pengembangan Kesadaran dan Tanggung Jawab Tabel 1 Motivasi anda mengikuti kegiatan di panti. No 1
Alternatif Jawaban
F
%
a. Karena kewajiban sebagai warga panti
13
32, 5
b. Karena kegiatan itu bermanfaat
24
60
c. Karena mengikuti kawan.
3
7,5
40
100 %
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 24 orang (60 %) anak asuh mengatakan bahwa motivasi mengikuti kegiatan di Panti adalah karena kegiatan itu bermanfaat, sedangkan hampir setengahnya 13 orang (32,5 %) mengikuti kegiatan di Panti karena kewajiban sebagai warga Panti, dan sebagian kecil yaitu 3 orang (7,5 %) mengikuti kegiatan di Panti karena mengikuti kawan. Berdasarkan hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar anak asuh mengikuti kegiatan di Panti termotivasi karena mereka menyadari bahwa kegiatan itu sangat bermanfaat bagi dirinya, terlepas dari kegiatan tersebut merupakan kewajiban bagi anak asuh.
83
TABEL 2 Perilaku/ sikap anda dalam menerima segala tata tertib Panti. No
Alternatif Jawaban
F
%
2
a. Saya menerima dengan penuh kesadaran
33
82,5
b. Saya menerima dengan terpaksa
2
5
c. Saya tidak menerima karena di rasa
5
12,5
40
100%
dan tanggung jawab.
memberatkan. Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar yaitu 33 orang ( 82,5 %) menerima segala tata tertib Panti dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab, sedangkan sebagian kecil yaitu 5 orang ( 12,5 % ) menerima segala tata tertib panti karena tidak merasa memberatkan dirinya, dan hampir tidak ada yaitu 2 orang ( 5 % ) anak asuh menerima segala tata tertib Panti karena merasa terpaksa. TABEL 3 Perilaku anda bila dalam tata tertib terdapat sanksi atau hukuman bagi yang melanggar. No 3
Alternatif Jawaban a. Setuju,
untuk
mencegah
F
%
terjadinya
21
52,5
itu
18
45
1
2,5
40
100%
pelanggaran. b. Setuju,
agar
pelanggaran
tidak
terulang lagi. c. Tidak setuju. Jumlah (N)
84
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 21 orang (52,5 %) anak asuh menyetujui dalam tata tertib terdapat sanksi atau hukuman bagi yang melanggarnya untuk mencegah terjadinya pelanggaran, sedangkan hampir setengahnya yaitu 18 orang ( 45 % ) anak asuh menyetujui tata tertib terdapat sanksi atau hukuman bagi yang melanggarnya agar pelanggaran itu tidak terulang lagi, dan hampir tidak ada 1 orang ( 2,5 % ) anak asuh tidak setuju dalam tata tertib terdapat sanksi atau hukuman bagi yang melanggarnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebelum pelanggaran terjadi, maka sanksi harus diterapkan terlebih dahulu, dan dimana pelanggaran sudah pernah terjadi, maka sanksi dibuat untuk memberikan peringatan agar pelanggaran tidak terulang kembali.
TABEL 4 Perilaku/ sikap jika melanggar peraturan. No 4
Alternatif Jawaban a. Mengakui
kesalahan
dan
F
%
berusaha
38
95
b. Mengakui kesalahan tapi tidak mau
2
5
-
-
40
100%
tanggung jawab.
bertanggungjawab. c. Tidak
mau
mengakui
apalagi
bertanggungjawab. Jumlah (N)
85
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa hampir seluruhnya yaitu 38 orang (95 %) anak asuh jika melanggar peraturan mengakui kesalahan dan berusaha bertanggungjawab, sedangkan hampir tidak ada yaitu 2 orang ( 5 % ) anak asuh jika melanggar peraturan mengakui kesalahan tapi tidak
mau
bertanggungjawab
atau
tidak
bersedia
untuk
menerima
konsekuensinya.
b. Pengembangan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. TABEL 5 Sikap anda jika berhadapan dengan sesama warga Panti. No 5
Alternatif Jawaban
F
%
a. Berbicara dan bersikap sopan
23
57,5
b. Menghargai dan menyayangi
17
42,5
-
-
40
100%
c. Tidak memperdulikan. Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 23 0rang (57,5 %) anak asuh jika berhadapan dengan sesama warga Panti berbicara dan bersikap sopan, sedangkan hampir setengahnya yaitu 17 orang (42,5 %) anak asuh jika berhadapan dengan sesama warga Panti menghargai dan menyayangi. Kemampuan berinteraksi anak asuh dalam lingkungan Panti sendiri maupun lingkungan luarnya ( masyarakat ) terbina dengan baik. Berdasarkan jawaban mereka berbicara dan bersikap sopan terwujud bagi Pembina,
86
maupun sesama anak asuh, yang kemudian terefleksi dengan cara saling menghargai dan menyayangi.
TABEL 6 Sikap anda jika berhadapan dengan masyarakat luar. No 6
Alternatif Jawaban
F
%
a. Berbaur dan bergaul dengan mereka
28
70
b. Bergaul dengan selektif
12
30
-
-
40
100%
c. Tidak memperdulikan Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 28 orang (70 %) anak asuh berbaur dan bergaul dengan masyarakat luar. Hal tersebut menunjukkan bahwa anak-anak asuh di panti ini memiliki hubungan sosial yang baik dengan lingkungan sekitarnya, sedangkan hampir setengahnya yaitu 12 orang ( 30 % ) anak asuh bergaul dengan selektif dengan masyarakat luar.
87
c. Bimbingan pribadi TABEL 7 Jika anda memiliki masalah, selalu dibicarakan/ dikonsultasikan dengan Pembina. No 7
Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
32
80
b. Jarang
7
17,5
c. Tidak pernah sama sekali
1
2,5
Jumlah (N)
40
100%
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar yaitu 32 orang ( 80 % ) apabila anak asuh memiliki masalah selalu dibicarakan atau dikonsultasikan dengan Pembina, sedangkan sebagian kecil yaitu 7 orang ( 17,5 % ) apabila anak asuh mendapatkan masalah jarang dibicarakan atau dikonsultasikan dengan Pembina, dan hampir tidak ada yaitu 1 orang ( 2,5 % ) anak asuh bila mendapatkan masalah tidak pernah sama sekali dibicarakan atau dikonsultasikan dengan pembina. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari sebagian besar anak asuh memiliki komunikasi yang baik dengan Pembina, dimana anak-anak tidak merasa enggan berbicara atau meminta solusi dari Pembina.
88
TABEL 8 Sikap Pembina sendiri, dalam mendengarkan masalah anda. No
Alternatif Jawaban
F
%
8
a. Menanggapi dan berusaha membantu
36
90
4
10
-
-
40
100%
memecahkan masalah b. Menanggapi, namun tidak membantu memecahkan masalah c. Sama sekali tidak menanggapi maupun membantu Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar yaitu 36 orang (90 %) Pembina selalu menanggapi dan berusaha membantu memecahkan masalah mereka, sedangkan sebagian kecil yaitu 4 orang (10 % ) Pembina menanggapi, namun tidak membantu memecahkan masalah mereka. Hal ini bisa terjadi karena tidak ada kesepakatan atau solusi yang dapat diterima anak, sehingga anak berargumentasi demikian. d. Penyesuaian sosial. TABEL 9 Yang Pembina lakukan agar anda bisa beradaptasi di lingkungan Panti. No 9
Alternatif Jawaban
F
%
21
52,5
b. Memberikan pengarahan
11
27,5
c. Membiarkan saya beradaptasi sendiri
8
20
40
100%
a. Melibatkan
secara
langsung
dalam
kegiatan
Jumlah (N)
89
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 21 orang (52,5 %) menjawab bahwa Pembina secara langsung melibatkan anak dalam kegiatan, dan hampir setengahnya yaitu 11 orang ( 27,5 % ) menjawab bahwa untuk beradaptasi di lingkungan Panti, maka Pembina memberikan pengarahan sebelumnya kepada mereka, sedangkan hanya sebagian kecil yaitu 8 orang ( 20 % ) menjawab bahwa ia beradaptasi di lingkungan Panti dengan sendirinya. Ketiga hal tersebut menunjukkan bahwa setiap anak memiliki tingkat pengalaman
yang berbeda dalam hal penyesuaian
sosial dengan
lingkungannya.
d. Memberikan pendidikan Keagamaan. TABEL 10 Kegiatan keagamaan yang sering dilaksanakan secara bersama adalah? No
Alternatif Jawaban
F
%
10
a. Shalat berjamaah dan tadarus Al-Qur’an.
18
45
b. Kultum pembinaan akhlak.
15
37,5
c. Pengajian yasinan tiap hari jumat.
7
17,5
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa hampir setengahnya yaitu 18 orang (45 %) menjawab bahwa kegiatan keagamaan yang sering dilaksanakan secara bersama adalah shalat berjamaah dan tadarus
90
Al- Qur’an, dan hampir setengahnya yaitu 15 orang (37,5 %) juga menjawab bahwa kegiatan keagamaan yang sering dilaksanakan yaitu kultum pembinaan akhlak, sedangkan sebagian kecil yaitu 7 orang ( 17,5 % ) menjawab bahwa kegiatan keagamaan yang sering dilaksanakan adalah pengajian yasinan setiap hari jumat. Hal tersebut menunjukkan bahwa shalat berjamaah dan tadarus Al-Qur’an maupun kultum pembinaan akhlak merupakan kegiatan keagamaan yang sama-sama dilaksanakan secara bersama.
TABEL 11 Manfaat yang anda rasakan dari kegiatan keagamaan tersebut. No 11
Alternatif Jawaban
F
%
a. Menambah pengetahuan keagamaan.
18
45
b. Menjauhkan saya dari perbuatan yang
22
55
-
-
40
100%
negatif. c. Tidak ada manfaat yang saya peroleh.
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 22 orang (55 %) menjawab bahwa manfaat yang dirasakan dari kegiatan keagamaan tersebut adalah untuk menjauhkan mereka dari perbuatan yang negatif, sedangkan hampir setengahnya yaitu 18 orang (45 %) menjawab bahwa manfaat yang dirasakan dari kegiatan keagamaan yaitu untuk menambah pengetahuan keagamaan mereka.
91
Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan keagamaan tersebut benarbenar memberikan hasil atau manfaat terhadap anak asuh, selain menambah pengetahuan juga dapat menghindarkan anak dari sesuatu hal yang bersifat negatif dan menyimpang.
f. Kegiatan bersama TABEL 12 Jenis keterampilan yang dilakukan di Panti. No
Alternatif Jawaban
F
%
12
a. Komputer dan les bahasa asing ( Inggris,
6
15
b. Menjahit dan kerajinan tangan.
17
42,5
c. Menggambar dan melukis
17
42,5
Jumlah (N)
40
100%
Mandarin,dll ).
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa hampir setengahnya yaitu 34 orang (42,5%) menjawab bahwa jenis keterampilan yang dilakukan di Panti adalah menjahit dan kerajinan tangan serta menggambar dan melukis, sedangkan hanya sebagian kecil saja yaitu 6 orang ( 15 % ) menjawab bahwa jenis keterampilan yang dilakukan mereka di Panti yaitu komputer dan les bahasa asing. Sekalipun ketiganya merupakan jenis keterampilan yang kesemuanya diberikan di Panti, namun terlihat jelas bahwa frekuensi pemberian keterampilan menjahit, kerajinan tangan, menggambar dan melukis adalah yang paling sering dilakukan, selebihnya tergantung pada waktu senggang.
92
TABEL 13 Kegiatan tersebut menyenangkan. No 13
Alternatif Jawaban
F
%
a. Ya, menyenangkan.
33
82,5
b. Kadang-kadang.
7
17,5
c. Tidak menyenangkan.
-
-
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar yaitu 33 orang (82,5 %) mereka menjawab bahwa kegiatan yang ada di Panti menyenangkan, sedangkan hanya sebagian kecil saja yaitu 7 orang ( 17,5 % ) yang menjawab kadang-kadang. Sekalipun
jawaban
mereka
kadang-kadang,
tetapi
hal
tersebut
menunjukkan bahwa pada saat tertentu atau pada kondisi tertentu kegiatan yang diberikan di Panti ada kalanya memberikan kesenangan, sekalipun pada kondisi tertentu mungkin tidak. g. Menghindarkan anak dari berbagai ancaman dan bahaya. TABEL 14 Anda merasa aman dan nyaman tinggal di Panti. No 14
Alternatif Jawaban
F
%
a. Ya.
34
85
b. Kadang-kadang.
5
12,5
c. Tidak.
1
2,5
40
100%
Jumlah (N)
93
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar yaitu 34 orang ( 85 % ) menjawab mereka merasa aman dan nyaman tinggal di Panti, dan sebagian kecil dari mereka yaitu 5 orang (12,5 %) menjawab bahwa kadang-kadang mereka merasa aman dan nyaman tinggal di Panti, sedangkan hampir tidak ada yaitu 1 orang ( 2,5 % ) menjawab tidak merasa aman dan nyaman tinggal di Panti.
TABEL 15 Jika ‘ya’ alasannya. No
Alternatif Jawaban
F
%
15
a. Karena suasana Panti penuh
29
72,5
11
27,5
c. Karena ada petugas keamanan (satpam ).
-
-
Jumlah (N)
40
100%
kekerabatan. b. Karena ada Pembina yang mengawasi.
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 29 orang (72,5 %) menjawab merasa aman dan nyaman tinggal di Panti karena suasana Panti penuh kekerabatan, sedangkan hampir setengahnya yaitu 11 orang ( 27,5 % ) menjawab merasa aman dan nyaman tinggal di Panti karena ada Pembina yang mengawasi.
94
TABEL 16 Jika ‘tidak’ alasannya. No 16
Alternatif Jawaban
F
%
a. Karena sering terjadi kegaduhan.
9
22,5
b. Karena sering terjadi perselisihan.
30
75
c. Karena sering terjadi pencurian.
1
2,5
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 30 orang (75 %) menjawab mereka merasa tidak aman dan nyaman tinggal di Panti karena sering terjadi perselisihan, dan hanya sebagian kecil saja yaitu 9 orang ( 22,5 % ) yang menjawab bahwa mereka tidak merasa aman dan nyaman tinggal di Panti karena sering terjadi kegaduhan, sedangkan hampir tidak ada yaitu 1 orang (2,5 %) yang menjawab bahwa mereka merasa tidak aman dan nyaman tinggal di Panti karena sering terjadi pencurian. Ketiga hal tersebut dapat dimaklumi dikarenakan jumlah anak asuh yang cukup banyak dan tinggal dalam satu atap, dengan kondisi lingkungan dan pembawaan perilaku atau watak anak yang berbeda-beda.
95
h. Merawat anak asuh. TABEL 17 Yang dilakukan Pembina terhadap anda dalam kaitannya dengan pengasuhan. No 17
Alternatif Jawaban
F
%
a. Menjaga kesehatan.
14
35
b. Menjaga kerapihan dalam berpakaian.
19
47,5
c. Memberikan makanan yang bergizi.
7
17,5
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa hampir setengahnya yaitu 19 orang (47,5 %) menjawab bahwa yang dilakukan Pembina terhadap mereka dalam hal pengasuhan adalah dengan menjaga kerapihan dalam berpakaian, dan hampir setengahnya juga yaitu 14 orang (35 %) yang menjawab bahwa yang dilakukan Pembina terhadap mereka dalam hal pengasuhan adalah dengan menjaga kesehatan, sedangkan hanya sebagian kecil saja yaitu 7 orang ( 17,5 % ) yang menjawab bahwa yang dilakukan Pembina terhadap mereka dalam hal pengasuhan yaitu dengan memberikan makanan yang bergizi. Analisis mengenai variabel peranan Panti Sosial telah penulis jelaskan diatas, dengan menyajikan tafsiran sementara berdasarkan hasil data yang penulis peroleh dari instrumen penelitian ( angket ), Selanjutnya penulis akan kembali menganalisis mengenai variabel pembinaan disiplin dengan teknik yang serupa, untuk mendapatkan hubungan yang signifikan antara dua variabel tersebut.
96
Analisis data tentang pembinaan disiplin bagi anak asuh dengan dimensi langkah penanaman disiplin dengan indikator sebagai berikut secara terperinci dapat dilihat pada tabel berikut : a. Pembiasaan. TABEL 18 Anda bangun tidur biasa jam berapa. No 18
Alternatif Jawaban
F
%
a. Pukul 04.00 pagi.
29
72,5
b. Pukul 05.00 pagi.
10
25
c. Pukul 03.00 pagi.
1
2,5
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 29 orang (72,5 %) menjawab bahwa mereka bangun tidur yaitu pukul 04.00 pagi, dan hampir setengahnya yaitu 10 orang ( 25 % ) yang menjawab bahwa mereka bangun tidur yaitu pukul 05.00 pagi, sedangkan hampir tidak ada yaitu 1 orang ( 2,5 % ) yang menjawab mereka bangun tidur pukul 03.00 pagi. Berdasarkan data tersebut tampak bahwa pembiasaan bangun tidur pada pukul 04.00 pagi merupakan tata aturan untuk membiasakan mereka berdisiplin, dan dengan adanya anak yang masih terlambat bangun menunjukkan bahwa tata aturan tersebut masih belum sepenuhnya ditaati.
97
TABEL 19 Kegiatan yang dilakukan setelah bangun tidur. No 19
Alternatif Jawaban
F
%
a. Shalat subuh berjamaah.
36
90
b. Menghapal pelajaran sekolah .
2
5
c. Piket.
2
5
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar yaitu 36 orang ( 90 % ) menjawab shalat subuh berjamaah merupakan kegiatan mereka setelah bangun tidur, sedangkan hampir tidak ada yaitu 4 orang ( 5 % ) yang menjawab bahwa menghapal pelajaran sekolah dan piket yang dilakukan mereka setelah bangun tidur. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas bahwa shalat berjamaah merupakan salah satu langkah penanaman disiplin bagi anak dan harus dibiasakan.
TABEL 20 Pada waktu shalat maghrib dan isya dilakukan secara berjamaah. No 20
Alternatif Jawaban
F
%
40
400
b. Tidak berjamaah.
-
-
c. Tidak shalat.
-
-
40
100%
a. Ya, berjamaah.
Jumlah (N)
98
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa seluruhnya yaitu 40 orang ( 400 % ) menjawab melaksanakan waktu shalat magrib dan isya dilakukan secara berjamaah, dan tidak ada ( 0 % ) yang menjawab melaksanakan shalat magrib dan isya dilakukan tidak berjamaah ataupun tidak shalat. TABEL 21 Kegiatan dilakukan setelah shalat isya. No
Alternatif Jawaban
F
%
21
a. Mengerjakan tugas sekolah.
36
90
b. Belajar Al-Qur’an.
3
7,5
c. Tidur.
1
2,5
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar yaitu 36 orang ( 90 % ) menjawab mengerjakan tugas sekolah adalah kegiatan yang dilakukan setelah shalat isya, dan hanya sebagian kecil yaitu 3 orang (7,5 %) menjawab bahwa belajar Al-Qur’an merupakan kegiatan yang dilakukan mereka setelah shalat isya, sedangkan hampir tidak ada yaitu 1 orang ( 2,5 % ) yang menjawab bahwa tidur merupakan kegiatan yang dilakukan setelah shalat isya. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa anak asuh memiliki kewajiban serta kesadaran akan tugas yang menjadi tanggungjawab dirinya untuk belajar, walaupun ada satu orang yang menjawab kegiatan yang dilakukan setelah shalat isya adalah tidur.
99
b. Contoh atau tauladan TABEL 22 Pembina dalam membantu anda berdisiplin dalam melakukan segala peraturan dan kegiatan. No 22
Alternatif Jawaban
F
%
21
52,5
b. Memberi contoh.
10
25
c. Memberi hukuman bila melanggar.
9
22,5
40
100%
a. Memberitahukan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 21 orang (52,5 %) menjawab Pembina membantu anak asuh berdisiplin dengan cara memberitahukan apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, dan hampir setengahnya yaitu 10 orang ( 25 % ) yang menjawab bahwa Pembina membantu anak asuh berdisiplin dengan cara memberi contoh dari Pembina itu sendiri, sedangkan hanya sebagian kecil saja yaitu 9 orang ( 22,5 % ) menjawab bahwa pembina membantu anak asuh berdisiplin dengan cara memberi hukuman bila melanggar. Ketiga hal tersebut terlihat bahwa tingkat pembinaan disiplin yang diberikan Pembina sudah berjalan dengan baik dan semestinya.
100
c. Pengawasan. TABEL 23 Sikap anda dalam mematuhi setiap peraturan atau kegiatan yang diterapkan di Panti. No 23
Alternatif Jawaban a. Saya mematuhi walau tidak ada
F
%
33
82,5
7
17,5
-
-
40
100%
Pembina. b. Saya mematuhi bila ada Pembina yang mengawasi. c. Saya tidak mematuhi sama sekali.
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar yaitu 33 orang (82,5 %) menjawab mematuhi setiap peraturan atau kegiatan yang diterapkan di panti walau tidak ada pembinanya, dan hanya sebagian kecil saja yaitu 7 orang (17,5 %) menjawab bahwa mematuhi setiap peraturan atau kegiatan yang diterapkan di panti bila ada Pembina yang mengawasinya, sedangkan tidak ada (0 %) yang menjawab tidak mematuhi sama sekali semua peraturan yang diterapkan di Panti. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih perlu adanya pengawasan yang diberikan oleh Pembina dalam hal membantu anak berdisiplin bagi mereka yang belum terbiasa dengan segala kegiatan maupun peraturan yang ada di Panti.
101
d. Teguran. TABEL 24 Sikap Pembina lakukan jika anda melanggar peraturan. No 24
Alternatif Jawaban
F
%
a. Menegur secara baik.
39
97,5
b. Memaki dengan kata-kata kasar.
1
2,5
c. Membiarkannya.
-
-
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa hampir seluruhnya yaitu 39 orang (97,5 %) menjawab bahwa cara yang dilakukan Pembina jika ada anak asuh yang melanggar peraturan yaitu dengan menegur secara baik, dan hampir tidak ada yaitu 1 orang
(2,5 %) yang menjawab bahwa cara yang
dilakukan Pembina jika ada anak asuh yang melanggar peraturan yaitu memaki dengan kata-kata kasar, sedangkan tidak ada ( 0 % ) yang menjawab bahwa cara yang dilakukan Pembina jika ada anak asuh yang melanggar peraturan ialah dengan membiarkannya. Hal tersebut dapatlah terjadi apabila faktor keadaan anak asuh, Pembina sendiri maupun kondisi yang memaksa Pembina melontarkan kata-kata kasar jika anak asuh melanggar peraturan.
102
e. Hukuman. TABEL 25 Anda melanggar peraturan, Pembina pernah memberikan hukuman secara fisik. No 25
Alternatif Jawaban
F
%
a. Pernah.
21
52,5
b. Kadang-kadang.
18
45
c. Tidak pernah.
1
2,5
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 21 orang (52,5 %) menjawab pernah memberikan hukuman fisik oleh Pembina, dan hampir setengahnya yaitu 18 orang (45 %) menjawab kadang-kadang Pembina memberikan hukuman fisik jika melanggar peraturan, sedangkan hampir tidak ada yaitu 1 orang ( 2,5 % ) yang menjawab tidak pernah memberikan hukuman fisik oleh Pembina. Dengan adanya bentuk hukuman fisik yang diberikan kepada anak tersebut, terlihat diberikan Pembina sesuai dengan kesalahan/ pelanggaran yang dilakukan anak, dan sesuai dengan usia anak bersangkutan, oleh karena itu terdapat keragaman jenis hukuman yang diberikan kepada anak seperti yang terdapat pada tabel diatas.
103
TABEL 26 Jika pernah hukuman fisik dalam bentuk apa. No 26
Alternatif Jawaban
F
%
a. Berlari mengelilingi Panti.
6
15
b. Menjewer telinga.
25
62,5
c. Memukul tangan atau kaki.
9
22,5
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 25 orang (62,5 %) menjawab bahwa bentuk hukuman fisik yang diberikan Pembina yaitu menjewer telinga, dan hanya sebagian kecil saja yaitu 9 orang ( 22,5 % ) yang menjawab bahwa bentuk hukuman fisik yang diberikan Pembina yaitu dengan memukul tangan atau kaki, sedangkan sebagian kecil juga yaitu 6 orang ( 15 % ) yang menjawab bahwa bentuk hukuman fisik yang diberikan Pembina yaitu dengan berlari mengelilingi Panti.
TABEL 27 Yang anda rasakan dengan pemberian hukuman fisik tersebut. No 27
Alternatif Jawaban
F
%
a. Menyadari.
28
70
b. Jera.
11
27,5
c. Tidak menerima.
1
2,5
40
100%
Jumlah (N)
104
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 28 orang (70 %) menjawab bahwa pemberian hukuman fsisik tersebut mereka menjadi sadar akan perbuatannya, dan hampir setengahnya yaitu 11 orang ( 27,5 % ) yang menjawab bahwa pemberian hukuman fisik tersebut membuat mereka menjadi jera, sedangkan hampir tidak ada yaitu 1 orang ( 2,5 % ) yang menjawab bahwa pemberian hukuman fisik tersebut tidak menerima. Dengan pemberian hukuman fisik tersebut terlihat memiliki sifat yang positif bagi anak seperti menyadari atau jera. Hal tersebut membuktikan bahwa hukuman pun memberi nilai mendidik, walaupun ada satu orang anak yang menjawab tidak menerima hukuman tersebut.
TABEL 28 Selain hukuman fisik apalagi yang diberikan Pembina? No 28
Alternatif Jawaban
F
%
a. Membersihkan kamar mandi.
18
45
b. Membersihkan halaman.
13
32,5
c. Membersihkan ruangan asrama.
9
22,5
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa hampir setengahnya yaitu 18 orang (45 %) menjawab membersihkan kamar mandi merupakan hukuman yang diberikan pada anak asuh yang telah melanggar peraturan Panti, dan hampir setengahnya juga yaitu 13 orang (32,5 %) yang
105
menjawab bahwa membersihkan halaman merupakan hukuman yang diberikan pada anak yang melanggar peraturan, sedangkan hanya sebagian kecil yaitu 9 orang (22,5 %) yang menjawab bahwa membersihkan ruangan asrama merupakan hukuman yang diterima bagi anak yang melanggar peraturan. Ketiga hukuman tersebut memberikan nilai mendidik pada anak juga pada lingkungannya. Selain membuat anak menyadari juga membuat lingkungan asrama tetap terjaga atau bersih.
f. Ganjaran TABEL 29 Yang dilakukan Pembina jika anda melakukan tugas dengan baik. No 29
Alternatif Jawaban
F
%
a. Memberikan pujian.
32
80
b. Memberikan kehormatan (semisal jadi
8
20
-
-
40
100%
ketua adik). c. Memberikan materi.
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar yaitu 32 orang ( 80 % ) menjawab bahwa yang dilakukan Pembina apabila anak asuh melaksanakan tugas dengan baik dengan memberikan pujian, dan hanya sebagian kecil saja yaitu 8 orang ( 20 % ) yang menjawab bahwa yang dilakukan Pembina apabila anak asuh melaksanakan tugas dengan baik yaitu dengan memberikan kehormatan.
106
Dengan demikian tampak bahwa tingkatan yang paling tinggi dan sering dilakukan Pembina apabila mendapati anak asuhnya melaksanakan tugas dengan baik ialah dengan memberikannya pujian. TABEL 30 Yang anda rasakan dengan pemberian pujian atau materi atau kehormatan tersebut. No 30
Alternatif Jawaban
F
%
a. Saya merasa di hargai.
19
47,5
b. Saya merasa lebih bersemangat.
15
37,5
c. Saya merasa diakui.
6
15
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa hampir setengahnya yaitu 19 orang (47,5 %) menjawab merasa di hargai dengan diberikannya reward tersebut ( pemberian pujian, materi, atau kehormatan ), dan hampir setengahnya juga yaitu 15 orang ( 37,5 % ) yang menjawab bahwa lebih bersemangat dengan diberikannya reward tersebut ( pemberian pujian, materi, atau kehormatan ), sedangkan hanya sebagian kecil saja yaitu 6 orang ( 15 % ) menjawab merasa diakui dengan diberikannya reward tersebut ( pemberian pujian, materi, atau kehormatan ). Hal demikian sangatlah membantu anak merasa dihargai dan termotivasi dalam melakukan segala hal dengan baik.
107
g. Melatih fisik, mental dan moral. TABEL 31 Menurut anda peraturan atau tata tertib perlu. No 31
Alternatif Jawaban
F
%
a. Perlu.
38
95
b. Ragu-ragu.
2
3
c. Tidak.
-
-
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa hampir seluruhnya yaitu 38 orang ( 95 % ) menjawab bahwa peraturan atau tata tertib itu perlu diterapkan, dan hampir tidak ada yaitu 2 orang ( 3 % ) yang menjawab bahwa peraturan atau tata tertib itu ragu-ragu untuk diterapkan. Hal tersebut menandakan adanya dilema pada anak asuh mengenai peraturan yang memiliki konsekuensi tersendiri dengan perlunya peraturan sebagai alat menciptakan ketertiban. TABEL 32 Jika perlu, alasannya. No 32
Alternatif Jawaban
F
%
a. Guna membiasakan diri.
5
12,5
b. Guna membina diri.
9
22,5
c. Guna mengatur perilaku.
26
65
40
100%
Jumlah (N)
108
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa lebih dari setengahnya yaitu 26 orang (65 %) menjawab bahwa peraturan atau tata tertib itu perlu diterapkan untuk mengatur perilaku, dan hanya sebagian kecil yaitu 9 orang ( 22,5 % ) menjawab bahwa peraturan atau tata tertib itu perlu diterapkan untuk membina diri, sedangkan hanya sebagian kecil juga yaitu 5 orang (12,5 %) menjawab bahwa peraturan atau tata tertib itu perlu diterapkan untuk membiasakan diri. Berdasarkan ketiga alasan yang diberikan responden menunjukkan bahwa peraturan adalah penting keberadaannya untuk menumbuhkan sikap kedisiplinan.
h. Mengontrol tindakan pantas/ tidak. TABEL 33 Dari penegakan disiplin di Panti dapat mengontrol tindakan anda kearah yang lebih pantas dilakukan. No 33
Alternatif Jawaban
F
%
a. Sudah.
34
85
b. Kadang-kadang.
5
12,5
c. Belum.
1
2,5
40
100%
Jumlah (N)
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar yaitu 34 orang ( 85 % ) menjawab bahwa dari penegakan disiplin di Panti sudah dapat mengontrol tindakan anak asuh kearah yang lebih pantas dilakukan, dan hanya sebagian kecil saja yaitu 5 orang ( 12,5 % ) yang menjawab bahwa
109
penegakan disiplin di Panti kadang-kadang dapat mengontrol tindakan anak asuh kearah yang lebih pantas dilakukan, sedangkan hampir tidak ada yaitu 1 orang (2,5 %) yang menjawab bahwa penegakan disiplin di Panti belum dapat mengontrol tindakan anak asuh kearah yang lebih pantas dilakukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih perlu adanya pembinaan kedisiplinan bagi anak asuh, walaupun pada tabel diatas menunjukkan bahwa penegakan disiplin di panti sudah berjalan dengan baik. Terlihat bahwa sebagian besar anak asuhnya sudah mampu mengontrol tindakannya sendiri kearah yang lebih baik.
i. Penyesuaian diri dengan lingkungan. TABEL 34 Dengan melaksanakan kegiatan atau peraturan sudah membuat anda di terima di lingkungan Panti. No 34
Alternatif Jawaban
F
%
a. Ya, merasa diterima.
37
92,5
b. Belum, karena teman-teman tidak
3
7,5
c. Belum, karena Pembina tidak merespon.
-
-
Jumlah (N)
40
100%
merespon.
Hasil pengolahan dari tabel di atas menunjukan bahwa hampir seluruhnya yaitu 37 orang (92,5 %) menjawab merasa diterima di lingkungan Panti atas apa yang telah anak asuh laksanakan ( peraturan maupun kegiatan di panti ), dan
110
hanya sebagian kecil saja yaitu 3 orang ( 7,5 % ) yang menjawab belum merasa diterima di lingkungan Panti karena teman-teman tidak merespon. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mereka belum sepenuhnya mampu beradaptasi dalam lingkungan Panti, kendati mungkin mereka mampu beradaptasi dalam situasi tertentu maupun lingkungan sekitarnya.
C. Data Hasil Wawancara Analisis data berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang Pembina, secara keseluruhan terperinci sebagai berikut : Responden 1 ( R 1 ) : Ibu Dra. Yunie Indrati ( Sie. Rehabilitasi, bimbingan lanjut) Responden 2 ( R 2 ) : Bapak Dadan AS. ( Sie Multi Fungsi ) Responden 3 ( R 3 ) : Bapak Uyub (Sie. Rumah Tangga) Berikut ini akan diuraikan deskripsi hasil wawancara dari ketiga responden yang telah disebutkan di atas yaitu sebagai berikut : 1. Program Pembinaan bagi anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi. Program operasional bagi anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi diarahkan pada akar kemiskinan yang diantisipasi dengan : 1.1. Program peningkatan dan pengembangan potensi dan taraf kesejahteraan sosial. a) Penampungan anak yatim, yatim piatu, fakir miskin, dan anak terlantar. b) Santunan biaya sekolah dan lainnya.
111
c) Bimbingan dan penyuluhan sosial. 1.2. Program Rehabilitasi dan bantuan sosial. a) Program rehabilitasi dan pengembangan fungsi Panti Sosial Asuhan Anak b) Program bantuan terhadap keluarga miskin atau tidak mampu dalam perekonomiannya.
a. Program Jangka Pendek Program operasional di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi ini terefleksi dari program kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, dimana sementara ini kegiatan jangka pendek yang diadakan di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi ( PSAA ) yaitu dengan memperhatikan berupa pemenuhan kebutuhan kesejahteraan anak asuh, mulai dari kebutuhan makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, rekreasi dan sebagainya (diungkapkan oleh R 1 ).
b. Program Jangka Menengah Program operasional jangka menengah terdiri atas pengembangan fasilitas dan kebutuhan Panti, dimana sarana yang akan dibangun akan dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan Panti. Sehingga mereka (anak asuh) tidak merasa kekurangan apapun berada di Panti. Kemudian program jangka menengah lainnya yaitu menyelesaikan studi mereka ( anak asuh ) setidaknya sampai Sekolah menengah Atas
112
(SMA ), sedangkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi haruslah anak asuh yang benar-benar mempunyai prestasi belajar yang bagus sehingga pengurus Panti bisa mengusahakan anak-anak yang berprestasi tersebut untuk bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.
c. Program Kerja Jangka Panjang Sedangkan
yang
menjadi
program
jangka
panjang
ialah
pemberdayaan anak asuh, dimana anak asuh yang ada di Panti ini, mereka disekolahkan di sekolah menengah kejuruan agar mereka memiliki keahlian dan keterampilan yang kedepannya mampu hidup layak ke arah jiwa interpreneuship yang mandiri. Selain itu, mereka dibekali pula keterampilan-keterampilan yang di selenggarakan oleh Panti ini yaitu unit usaha kerajinan kaligrafi arab, merangkai bunga dari bahan plastik ( kerajinan tangan ), rental komputer, menyewakan alat-alat pernikahan, juga menerima panggilan untuk upacara adat pernikahan, sablon. Sebagaimana sifat pelayanan Panti Sosial pada umumnya, PSAA Bhakti Pertiwi memberikan pembinaan dengan cara membantu dan membimbing anak asuh ke arah perkembangan pribadi yang wajar, serta memberikan kemampuan keterampilan agar mereka mampu hidup secara layak dan bertanggungjawab baik terhadap dirinya maupun masyarakat. ( seperti di ungkapkan oleh R1,R2 ).
113
2. Pola Pembinaan Disiplin dan Bimbingan Bagi Anak Asuh. Keberadaan Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) sebagai wadah pendidikan sangat penting dan berperan dalam mengembangkan potensi anak baik fisik, mental, sosial serta kemampuannya secara wajar melalui pelayanan yang profesional ( diungkapkan oleh R1, R2, R3, ) terbentuknya manusia-manusia
yang
berkepribadian
matang
dan
berdedikasi,
mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan keluarganya. Pola pembinaan disiplin ialah dengan diberikannya peraturan dan tata tertib, dimana merupakan alat bagi anak asuh untuk memiliki kebiasaan yang baik, mandiri dan melaksanakan kewajibannya sebgai individu yang bertanggung jawab, dan dengan diberikannya sanksi atau hukuman bagi mereka yang melanggarnya. ( Diungkapkan oleh R2, R3 ). Sebagai contoh pola pembinaan yang diterapkan di Panti ini yakni berdasarkan surat keputusan ketua Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Bhakti Pertiwi yang telah ditetapkan bahwa Jenis-jenis pelanggaran berat misalnya : 1. Merokok. 2. Mencuri, berkelahi. 3. Bolos sekolah, keluar Panti tanpa ijin. 4. melawan pengurus, menghina teman atau orang lain. 5. tidak shalat fardu berjamaah. 6. meminum minuman keras atau memakai narkoba.
114
Adapun hukuman yang dikenakan dari pelanggaran-pelanggaran berat di atas seperti mencuri, berkelahi, melawan pengurus, menghina teman atau orang lain, meminum minuman keras atau memakai narkoba, maka pimpinan Panti dapat mengeluarkan atau memulangkan anak asuh yang bersangkutan kepada sanak keluarganya. Akan tetapi sampai saat ini di Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Bhakti Pertiwi tidak ada anak asuh yang melakukan pelanggaran berat seperti yang di ungkapkan di atas, walaupun ada itu sudah lama terjadi dan pengurus Panti atas kesepakatan bersama terpaksa memulangkan anak tersebut karena anak yang bersangkutan tidak mau lagi dibina, dididik dan diasuh ( diungkapkan oleh R3 ). Sementara itu pelanggaran yang sering terjadi yaitu tidak shalat berjamaah kecuali wanita yang sedang datang haid, maka pengurus memberikan hukuman yaitu dengan uang tranportasi untuk pergi ke sekolah tidak diberikan dan mereka harus berjalan kaki ke sekolah atau membersihkan seluruh ruangan yang ada di Panti. Hukuman yang diberikan terhadap anak asuh yang melanggar itu adalah bertujuan untuk mendidik anak agar bisa mematuhi peraturan yang ada di Panti atau bisa melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Peranan
pembimbing
yang
lain
yaitu
sebagai
pelaksana
administrasi yang mencakup : (1) administrasi pegawai; (2) administrasi anak; (3) administrasi Panti. Semua kegiatan administrasi ditangani oleh sub bagian tata usaha membuat daftar hadir petugas, sistem kerja harus dilaksanakan tugas sehari-hari dengan penuh tanggungjawab. Dalam
115
melaksanakan administrasi anak sub bagian tata usaha membuat daftar SPP anak ( Pendidikan formal ) menyimpan dana untuk kebutuhan anak yang tidak diduga ( seperti membayar LKS, renang, dan kegiatan yang lainnya ). Sedangkan dalam melaksanakan administrasi Panti diantaranya membuat daftar menu, mengecek keperluan kegiatan Panti. Keterbukaan administrasi seperti pemakaian dana diungkapkan saat ada pemakaian saja atau kadang-kadang satu tahun sekali. Dana diperoleh dari Pemerintah, orang tua asuh dan adanya donatur yang tetap maupun tidak tetap (diungkapkan oleh R1, R2, R3,). Semua petugas berhak memberikan pembinaan dan bimbingan kepada anak binaan. Tidak ditetapkan berapa anak asuh yang harus dibina melainkan seluruh anak yang berada di Panti merupakan tanggungjawab dari seluruh pengurus Panti. Kehidupan di Panti layaknya hidup dalam lingkungan keluarga sendiri. Pembimbing dianggap sebagai orang tua sendiri sehingga anak kapan pun dapat mencurahkan permasalahan yang dihadapi baik masalah pribadi maupun dalam pendidikan dan pembimbing membantu sesuai dengan kemampuannya. Pola pembinaan dan bimbingan Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi dilaksanakan sejak anak binaan bersedia untuk tinggal di Panti dan mematuhi serta bertanggungjawab terhadap peraturan yang berlaku sampai anak binaan selesai melaksanakan pendidikan formal ( lulus SMK/SMU ). Semua responden mengatakan bahwa pembinaan dan bimbingan yang dilaksanakan Panti cukup efektif karena sejak masih kecil ( usia SD )
116
sampai beranjak dewasa (usia 18 tahun) anak dibina dan dibimbing dengan penuh kasih sayang dan anak dapat merasakan bahwa kebutuhan fisik, mental dan sosialnya dapat dipenuhi dibandingkan tinggal dengan latar belakang kehidupan keluarga yang serba kekurangan. Yang menjadi sasaran utama pola pembinaan dan bimbingan anak binaan menurut semua responden memberikan pendapat yang intinya sama yaitu sasaran utama dari program pembinaan dan bimbingan anak binaan ini adalah agar anak dapat diarahkan kepada sikap dan perilaku yang baik dengan tetap membina potensi belajarnya agar lebih baik prestasinya. Menurut R1 dan R2 sasaran utama dalam pembinaan dan bimbingan tersebut agar dapat diarahkan dan diaplikasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang menjadi rutinitas anak yang bersifat fisik, mental, spiritual, sosial, etika atau budi pekerti, kepribadian, intelektual dan sebagainya. Pola pembinaan dan bimbingan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bhakti Pertiwi selain membina anak asuh pihak Panti juga dalam pola pembinaan dan bimbingan mengundang pada orang tua/ keluarga anak asuh. Dalam hal ini R1,R2,R3 mengemukakan pendapat yang hampir sama bahwa pola pembinaan dan bimbingan bagi orang tua/ keluarga ini diberikan melalui penyuluhan dan pengarahan, serta konsultasi mengenai pemantapan
fungsi
keluarga,
bimbingan,
rawatan,
asuhan
anak,
pentingnya pendidikan dan pembentukan sikap dan kepibadian anak yang baik sejak dini yang dilaksanakan pada saat kegiatan motivasi dan pada saat kunjungan orang tua/ keluarga anak asuh ke Panti.
117
Sedangkan menurut R2, R3, bahwa pola pembinaan dan bimbingan bagi orang tua/ keluarga anak asuh tersebut bertujuan supaya orang tua/ keluarga dapat mengerti dalam membina dan mendidik anaknya, karena dilihat dari latar belakang masalah keluarganya kebanyakan yang kurang mendapatkan perhatian orang tua/ keluarganya yang bisa menyebabkan anak mengalami kekecewaan, dan sebagai wujud dari perasaan kekecewaannya itu dilampiaskan dengan perilaku anak yang bisa beraneka ragam misalnya dengan sifat pendiamnya, tidak disiplin, dan perilaku menyimpang lainnya. Semua itu pada dasarnya anak tersebut lakukan untuk mencari perhatian yang tidak ia dapatkan dari orang tua/ keluarganya. Pola pembinaan dan bimbingan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bhakti Pertiwi yaitu dilihat dulu dari karakter anak (secara kelompok), pembinaan secara individual, dengan secara bijaksana menangani anak yang bermasalah. Pola pembinaan dan bimbingan dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu mulai dari tahap awal seperti memberikan motivasi, orientasi, kepada anak asuh dengan cara anak asuh yang mempunyai prestasi yang bagus dan sukses dalam karirnya maka diberikan kesempatan oleh pengurus Panti untuk menceritakan kepada adik-adiknya tentang keberhasilannya, sehingga anak-anak yang lain menjadi lebih semangat lagi untuk mencapai citacitanya. Kemudian tahap pelaksanaan, tahap pembinaan dan bimbingan dan sampai pada tahap akhir. Para responden pada intinya mengatakan hal
118
yang sama bahwa anak-anak yang telah mengikuti pembinaan dan bimbingan sosial di Panti ini sikap dan perilakunya menjadi lebih baik bahkan sudah banyak yang bekerja sehingga dapat menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya.
3.
Prioritas yang lebih didahulukan dalam Pembinaan Disiplin Anak Asuh. Prioritas yang lebih didahulukan dalam pembinaan disiplin anak asuh menurut R2, R3, adalah lebih memperhatikan anak-anak asuh, dengan peningkatan gizi dan kesehatan anak melalui perbaikan menu dan pemberian ekstra fooding (empat sehat lima sempurna), pemeriksaan kesehatan badan dan gizi secara berkala ( 1 bulan sekali ) yang dilaksanakan bersama Puskesmas setempat, bimbingan olah raga. R3 menambahkan pendapatnya bahwa prioritas yang utama adalah kerapihan dalam berpakaian, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, juga pemberian sanksi bagi anak asuh yang melalaikan tugas kewajibannya, merupakan salah satu prioritas utama dalam membina anak-anak asuh berdisiplin. Dalam pembinaan disiplin anak asuh maka pengurus Panti menggunakan pendekatan pencegahan (persuasif), yakni hal apa yang harus terlebih dahulu dilakukan sebelum anak melalaikan apa yang menjadi kewajibannya. Misalnya, anak-anak Panti yang bangunnya kesiangan sehingga mereka tidak melaksanakan shalat berjamaah kecuali bagi anak perempuan yang sedang haid, maka diberikan sanksi
119
membereskan semua ruangan yang berada di Panti. Sanksi atau hukuman yang diberikan di Panti sifatnya menyeluruh pada anak asuh dan bertujuan untuk mendidik atau membina mereka berdisiplin. Secara umum, prioritas yang diberikan lebih memperhatikan anakanak seoptimal mungkin, dengan peningkatan gizi dan kesehatan anak melalui perbaikan menu dan pemberian ekstra fooding, pemeriksaan kesehatan badan dan gizi, bimbingan olah raga, kerapihan dalam berpakaian, menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Prioritas yang dilakukan dalam pembinaan disiplin bersifat persuasif yaitu pendekatan pencegahan sebelum anak melalaikan kewajibannya.
4. Kendala/ Kesulitan yang dihadapi dalam Pembinaan Kedisiplinan. Kendala yang dihadapi dalam membentuk kedisiplinan anak asuh ialah latar belakang anak asuh dan genitas ( pembawaan dari lingkungan sebelumnya dan pembawaan dari orang tua ), serta keluarga anak asuh sebelumnya yang tinggal dekat dengan Panti, sering menjadi kendala atau kesulitan pengurus dalam membiasakan mereka hidup berdisiplin (diungkapkan oleh R2,R3). Kendala pembinaan disiplin selama ini ialah latar belakang anak asuh, lingkungan dimana mereka tinggal sebelumnya, dan faktor genitas atau pembawaan watak orang tua, yang menjadikan faktor yang sangat mempengaruhi kepribadian anak, sehingga segala peraturan dan tata tertib sering diabaikan, akan tetapi hal itu masih bisa diatasi. Dan juga faktor
120
lain yaitu adanya anak asuh yang keluarga atau rumahnya dekat dengan Panti, sehingga mereka harus pulang pergi kerumahnya hanya untuk membantu orang tuanya untuk bekerja, serta kurangnya kesadaran keluarga atau orang tua anak asuh untuk melaksanakan program-program Panti yaitu salah satunya membina mereka berdisiplin. Maka dari itu seperti yang diungkapkan oleh R2 Panti selalu mengadakan silaturahmi dengan pihak keluarga anak asuh untuk memberikan pengarahan terhadap orang tua atau keluarga anak asuh dalam membina mereka berdisiplin. Perkembangan psikologis anak juga sangat mempengaruhi kepribadian anak, karena usia anak asuh yang rata-rata masa remaja yang mengalami masa pubertas, yang mudah terpengaruh oleh pergaulan di luar Panti. Sebagai contoh ada kasus anak yang bolos sekolah dan juga tidak membayar administrasi ke sekolah padahal pengurus Panti sudah memberikannya pada anak tersebut, akan tetapi kendala tersebut dapat diatasi dengan memberikan pengarahan, bimbingan dan adanya kerjasama dengan pihak sekolah dan wali kelas.
5. Strategi atau Upaya yang Dilakukan Pembina dalam Menghadapinya. Strategi atau upaya yang dilakukan pembina dalam membentuk kedisiplinan anak-anak asuh ialah dengan memberikan contoh atau tauladan, pemberian nasihat, peringatan, hingga pada akhirnya pemberian hukuman secara fisik ( menampar anak asuh yang memang kesalahannya sangat fatal ), juga hukuman lain seperti membersihkan semua ruangan
121
yang ada di Panti, dan tidak diberi uang trasportasi untuk pergi ke sekolah sehingga mereka harus berjalan kaki sampai di sekolah. Hukuman yang diberikan disesuaikan dengan usia anak yang melakukan pelanggaran. Yang pada akhirnya adanya pemulangan bagi anak yang sulit diatur atau berontak, yang sudah tidak ingin dididik dan dibina oleh Panti. (diungkapkan oleh R1, R2, R3). R1, menambahkan strategi atau upaya dalam menanggulagi kasus anak yang bolos sekolah atau tidak membayarkan administrasi sekolah atau pelanggaran-pelanggaran lainnya yang berhubungan dengan sekolah , biasanya anak tersebut diberikan pengarahan, bimbingan baik dari pihak Panti maupun dari pihak sekolah. Untuk itu pihak pengurus Panti bekerjasama dengan kepala sekolah dan wali kelas, juga bekerjasama dengan pihak keluarga anak asuh.
6. Dampak atau Hasil yang dicapai berdasarkan Pola Pembinaan yang diberikan. Dampak positif dari pemberian hukuman seperti : membereskan semua ruangan Panti, atau tidak diberi uang transportasi untuk pergi ke sekolah sehingga mereka harus berjalan kaki untuk sampai ke sekolah adalah agar anak berolahraga/ sehat dan ada juga dampak negatifnya ialah dari lingkungan sekitar atau pihak luar Panti adalah sanksi sosial terhadap nama baik Panti. Akan tetapi sanksi atau hukuman yang diberikan dari setiap pelanggaran dimaksudkan agar mereka menyadari, mau berpikir dan
122
jera. Juga dampak negatif dari pemberian hukuman fisik seperti menampar yaitu tidak sesuai dengan HAM, atau bisa juga disebut dengan penganiyayaan, akan tetapi pemberian hukuman fisik itu dilakukan karena pihak pengurus Panti sudah tidak mempunyai cara lagi untuk menyadarkan anak tersebut akan kesalahan yang diperbuatnya seperti melawan pengurus Panti (diungkapkan oleh R3). Pemberian hukuman sebagai pola pembinaan disiplin, tidak sepenuhnya hasil yang positif saja, terutama mendidik mereka agar mampu menyadari kesalahan dalam belajar untuk bertanggungjawab. Tetapi pemberian hukuman tersebut memberikan sanksi sosial masyarakat terhadap Panti sendiri. Adapun hasil yang diperoleh dalam pola pembinaan anak asuh terbagi kedalam aspek antara lain sebagai berikut: a. Aspek pengetahuan Aspek pembinaan yang diterapkan berhubungan erat dengan pengetahuan agama. Mulai dari kultum pembinaan akhlak, shalat berjamaah, belajar mengaji atau pengajian Al-Qur'an, dimana setiap kegiatan dilakukan bersama-sama. b. Aspek Sikap Sikap dapat berupa sopan santun dalam berbicara maupun bertindak pada semua orang, berlaku jujur pada diri sendiri dan orang lain, bertanggungjawab atas setiap kegiatannya, bagaimana bersikap pada orang yang lebih tua/ muda, rajin belajar serta berusaha keras untuk
123
mencapai prestasi dan lain-lain. c. Aspek Keterampilan Setiap anak asuh harus mampu berdisiplin dalam mengikuti segala kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Panti Asuhan, termasuk kegiatan di luar Panti misalnya sekolah atau masyarakat. Sebagai contoh aktif dalam mengikuti kegiatan olah raga, kerja bakti, piket, belajar tambahan atau kursus, seperti komputer, les bahasa, kerajinan tangan ( kaligrafi ) dan lain-lain.
7. Perihal Anak Asuh dalam Menyampaikan Pendapat serta Masalahnya. Pemberian saran, masukan atau kritik dari anak asuh selalu disampaikan kepada pembina. Menurut R2, bahwa pendidikan itu tidak harus selalu berhasil seketika, tetapi melalui proses. Pada umumnya anak asuh mengikuti tata tertib apabila ada pengawas atau pembina yang memantau atau mengawasi, tetapi disamping itu anak asuh selalu dibiasakan untuk beretika yang baik, dimana mereka bisa menyadari akan manfaat dari pemberian sanksi atau peraturan tersebut disaat mereka tumbuh dewasa, keluar dari Panti atau mereka sudah bekerja. Permasalahan pribadi maupun perihal pendapat mereka secara umum selalu diutarakan pada pembina, secara langsung maupun tidak. Terutama
bagi
mereka
yang
sudah
beranjak
dewasa,
pembina
mengikutsertakan dalam pemecahan masalahnya agar mereka dapat menerima dan ikut bertanggungjawab atas langkah-langkah yang
124
ditempuhnya.
8. Sikap Pembina dalam Membantu Permasalahan yang dihadapi Anak Asuh. Pembinaan khusus bagi anak yang memiliki masalah, bersifat dari hati ke hati, terlihat apabila anak memiliki masalah, biasanya jika diajak bicara mereka mau mengutarakannya (pembina mulai bertanya terlebih dahulu). Tetapi banyak pula yang bungkam. Untuk menindaknya, pembina menelusuri permasalahan anak tersebut melalui temannya. Dari setiap permasalahan yang mendera anak, selalu diadakan pembicaraan untuk menemukan solusi atau jalan keluar bagi anak tersebut. Dalam
mengahadapi
permasalahan
anak
biasanya
pembina
melakukan pendekatan-pendekatan khusus kepada anak asuh dengan memberikan motivasi dan pengarahan dengan istilah tegas tapi lugas terhadap anak tersebut agar tidak larut dalam suatu permasalahan. Panti sendiri memiliki Psikiater atau Psikolog dalam menangani kasus anak yang memerlukan pembinaan khusus. Biasanya setiap satu bulan sekali Psikolog
tersebut
memantau
perkembangan
kepribadian
anak
(diungkapkan oleh R1 dan R2).
9. Cara Pembina Melakukan Evaluasi dalam Proses Pembinaan. Kerjasama antar pembina di Panti terjalin dengan baik. Setiap satu minggu dua kali ( khususnya hari jum'at dan minggu ) diadakan evalusi
125
untuk sharing atau membahas perkembangan dan hambatan yang dihadapi pembina dalam membimbing dan mendidik anak asuh. Cara pembina melakukan evalusi termasuk dalam pembinaan disiplin adalah dengan cara memberikan penilaian terhadap anak asuh untuk melihat
hasil perkembangan selama ini, dan pada akhirnya
melakukan pembahasan untuk menindaklanjutinya. Dengan kata lain merupakan bimbingan dan konseling bagi perkembangan kemajuan anak secara pribadi maupun sosialnya ( diungkapkan oleh R2 ). Panti sendiri memiliki Psikolog atau Psikiater untuk menangani masalah-masalah anak yang memerlukan pembinaan khusus.
10. Kerjasama Antar Pembina di Panti Kaitannya dengan Pembinaan Disiplin Anak Asuh. Kerjasama antar pembina di Panti ini umumnya terjalin dengan baik, setiap satu minggu sekali, khususnya hari jum'at diadakan evaluasi untuk sharing, atau membahas perkembangan dan hambatan apa yang dihadapi pembina dalam membimbing dan mendidik anak asuh. Tidak luput juga pemecahan yang harus dilakukan. Secara susunan kepengurusan Panti, pembina memiliki tugas masing-masing, tetapi di luar itu hubungan saling bantu, membantu antar tugas pembina tersebut secara umum. (diungkapkan oleh R2).
126
D. Analisis dan Hasil Penelitian Inti kajian pembahasan dari hasil penelitian ini penulis berusaha untuk menganalisa lebih lanjut hasil penafsiran sementara dari berbagai data yang terangkum dalam tabel 1-34, dan sekaligus menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, dengan landasan teoritis yang relevan dan hasil wawancara. Berdasarkan tujuan penelitian, dengan diantaranya adalah untuk mengetahui program pembinaan disiplin, pola pembinaan, kesulitan yang dihadapi beserta upaya untuk menanggulanginya, dan yang terakhir ialah mengetahui hasil dari pola pembinaan kedisiplinan yang diterapkan atau diberikan di Panti Asuhan bagi anak asuhnya. Program pembinaan disiplin mengacu pada tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, yang berhubungan erat dengan pengetahuan agama, kultum pembinaan akhlak, belajar mengaji, dan shalat berjamaah. Yang kedua yaitu aspek sikap diantaranya tata karma atau bersikap pada semua orang ( pada yang lebih muda/tua ), bersikap jujur, dan bagaimana setiap anak asuh dapat melaksanakan dan mempertanggung jawabkan tugas dan kewajibannya, yang ketiga adalah aspek keterampilan, dimana setiap anak asuh harus mampu berdisiplin dalam mengikuti segala kegiatan yang dilakukan di dalam maupun di luar Panti, seperti sekolah, belajar tambahan/les dan kursus, seperti komputer, menjahit, memasak dan kerajinan tangan lainnya. Program keterangan ini memberikan mereka bekal sebagai modal dikemudian hari. Seperti pada tabel 11 menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya anak asuh dengan adanya kegiatan-kegiatan yang ada di Panti
127
khususnya dalam bidang keagamaan, memberikan banyak manfaat selain bekal sebagai modal dikemudian hari juga kegiatan-kegiatan yang ada di Panti bermanfaat untuk menjauhkan mereka dari perbuatan yang negatif dan menambah pengetahuan mereka. Dengan demikian jelaslah bahwa program pembinaan disiplin dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang terprogram, pemberian keterampilan yang
bersifat
mendidik,
serta
penerapan
aturan
dan
norma
didalam
pelaksanaannya. Pola bina anak asuh melalui berbagai macam pola diantaranya yaitu: 1. Kegiatan jangka pendek yang diadakan di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi ( PSAA ) yaitu dengan memperhatikan berupa pemenuhan kebutuhan kesejahteraan anak asuh, mulai dari kebutuhan makanan, pakaian, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, rekreasi dan sebagainya. 2. Program operasional jangka menengah terdiri atas pengembangan fasilitas dan kebutuhan Panti, dimana sarana yang akan dibangun akan dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan Panti, dan program operasional jangka menengah lainnya yaitu menyelesaikan studi mereka ( anak asuh ) setidaknya sampai Sekolah menengah Atas (SMA ), sedangkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi haruslah anak asuh yang benar-benar mempunyai prestasi belajar yang bagus. 3. program jangka panjangnya ialah pemberdayaan anak asuh, dimana anak asuh yang ada di Panti ini, mereka disekolahkan di sekolah menengah kejuruan agar mereka memiliki keahlian dan keterampilan yang kedepannya mampu
128
hidup layak ke arah jiwa interpreneuship yang mandiri. Selain itu, mereka dibekali pula keterampilan-keterampilan yang di selenggarakan oleh Panti ini yaitu unit usaha kerajinan kaligrafi arab, merangkai bunga dari bahan plastik ( kerajinan tangan ), rental komputer, menyewakan alat-alat pernikahan, juga menerima panggilan untuk upacara adat pernikahan, sablon. Pembinaan disiplin melalui kegiatan dan keterampilan ini dilakukan oleh sebagian besar anak asuh atas kesadaran diri sendiri serta kewajibannya sebagai warga Panti. Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka telah mampu membiasakan diri berdisiplin dalam mengikuti bimbingan serta aturan Panti. Kendati demikian, tidak menutup fakta bahwa masih ada sebagian kecil anak asuh yang belum mampu memahami makna pentingnya dari setiap kegiatan yang diberikan, dalam hal ini mereka terbilang masih bersifat mengikuti saja. Walaupun hal semacam ini merupakan proses awal menerapkan disiplin diri tetapi perlu adanya bimbingan personal maupun kelompok yang sifatnya mendidik dalam arti memberi penjelasan, bukan sekedar mengajari atau bersifat mengatur dan menyuruh anak. Sebagaimana hasil wawancara, dijelaskan bahwa pola pembinaan disiplin didalam Panti adalah dengan menerapkan peraturan atau tata tertib, dan pemberian sanksi bagi yang melanggarnya, dimana peraturan merupakan alat bagi anak asuh untuk memiliki kebiasaan yang baik, mandiri dan melaksanakan kewajibannya sebagai individu yang bertanggung jawab. Seperti yang terdapat pada tabel 3 lebih dari setengahnya anak asuh menyetujui dalam tata tertib terdapat sanksi atau hukuman bagi yang melanggarnya untuk mencegah terjadinya pelanggaran dan kesalahan yang pernah dibuat tidak terulang lagi.
129
Dengan adanya pola pembinaan disiplin melalui penerapan aturan serta sanksi yang tegas, akan membantu mereka dapat menguasai tingkah laku diri sendiri dengan berpedoman pada norma-norma yang jelas, dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik sendiri, karena itu Pembina haruslah secara aktif dan terus menerus berusaha untuk memainkan peranannya, dengan secara bertahap mengembangkan pengendalian dan pengarahan diri sendiri pada anak-anak yakni dengan pendekatan tauladan, pemberitahuan serta peringatan. Sasaran utama dari program pembinaan dan bimbingan anak binaan ini adalah agar anak dapat diarahkan kepada sikap dan perilaku yang baik dengan tetap membina potensi belajarnya agar lebih baik prestasinya. Pembinaan dan bimbingan tersebut agar dapat diarahkan dan diaplikasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang menjadi rutinitas anak yang bersifat fisik, mental, spiritual, sosial, etika atau budi pekerti, kepribadian, intelektual dan sebagainya. Pola pembinaan dan bimbingan di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bhakti Pertiwi selain membina anak asuh pihak Panti juga dalam pola pembinaan dan bimbingan mengundang pada orang tua/ keluarga anak asuh. Pola pembinaan dan bimbingan bagi orang tua/ keluarga ini diberikan melalui penyuluhan dan pengarahan, serta konsultasi mengenai pemantapan fungsi keluarga, bimbingan, rawatan, asuhan anak, pentingnya pendidikan dan pembentukan sikap dan kepibadian anak yang baik sejak dini yang dilaksanakan pada saat kegiatan motivasi dan pada saat kunjungan orang tua/ keluarga anak asuh ke Panti. Pola pembinaan dan bimbingan bagi orang tua/ keluarga anak asuh tersebut bertujuan supaya orang tua/ keluarga dapat mengerti dalam membina dan mendidik
130
anaknya, karena dilihat dari latar belakang masalah keluarganya kebanyakan yang kurang mendapatkan perhatian orang tua/ keluarganya yang bisa menyebabkan anak mengalami kekecewaan, dan sebagai wujud dari perasaan kekecewaannya itu dilampiaskan dengan perilaku anak yang bisa beraneka ragam misalnya dengan sifat pendiamnya, tidak disiplin, dan perilaku menyimpang lainnya. Prioritas yang lebih didahulukan dalam pembinaan disiplin anak asuh adalah lebih memperhatikan anak-anak seoptimal mungkin, dengan peningkatan gizi dan kesehatan anak melalui perbaikan menu dan pemberian ekstra fooding, pemeriksaan kesehatan badan dan gizi, bimbingan olah raga, kerapihan dalam berpakaian, menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Prioritas yang dilakukan dalam pembinaan disiplin bersifat persuasif yaitu pendekatan pencegahan sebelum anak melalaikan kewajibannya. Kendala pembinaan disiplin selama ini ialah latar belakang anak asuh, lingkungan dimana mereka tinggal sebelumnya, dan faktor genitas atau pembawaan watak orang tua, yang menjadikan faktor yang sangat mempengaruhi kepribadian anak, sehingga segala peraturan dan tata tertib sering diabaikan, akan tetapi hal itu masih bisa diatasi. Dan juga faktor lain yaitu adanya anak asuh yang keluarga atau rumahnya dekat dengan Panti, sehingga mereka harus pulang pergi kerumahnya hanya untuk membantu orang tuanya untuk bekerja, serta kurangnya kesadaran keluarga atau orang tua anak asuh untuk melaksanakan programprogram Panti yaitu salah satunya membina mereka berdisiplin. Maka dari itu Panti selalu mengadakan silaturahmi dengan pihak keluarga anak asuh untuk memberikan pengarahan terhadap orang tua atau keluarga anak asuh dalam
131
membina mereka berdisiplin. Strategi atau upaya yang dilakukan pembina dalam membentuk kedisiplinan anak-anak asuh ialah dengan memberikan contoh atau tauladan, pemberian nasihat, peringatan, hingga pada akhirnya pemberian hukuman secara fisik ( menampar anak asuh yang memang kesalahannya sangat fatal ), juga hukuman lain seperti membersihkan semua ruangan yang ada di Panti, dan tidak diberi uang trasportasi untuk pergi ke sekolah sehingga mereka harus berjalan kaki sampai di sekolah. Hukuman yang diberikan disesuaikan dengan usia anak yang melakukan pelanggaran. Dampak positif dari pemberian hukuman seperti : membereskan semua ruangan Panti, atau tidak diberi uang transportasi untuk pergi ke sekolah sehingga mereka harus berjalan kaki untuk sampai ke sekolah adalah agar anak berolahraga/ sehat dan ada juga dampak negatifnya ialah dari lingkungan sekitar atau pihak luar Panti adalah sanksi sosial terhadap nama baik Panti. Akan tetapi sanksi atau hukuman yang diberikan dari setiap pelanggaran dimaksudkan agar mereka menyadari, mau berpikir dan jera. Juga dampak negatif dari pemberian hukuman fisik seperti menampar yaitu tidak sesuai dengan HAM, atau bisa juga disebut dengan penganiyayaan, akan tetapi pemberian hukuman fisik itu dilakukan karena pihak pengurus Panti sudah tidak mempunyai cara lagi untuk menyadarkan anak tersebut akan kesalahan yang diperbuatnya seperti melawan pengurus Panti.
132
Salah satu faktor yang mendorong anak asuh dalam melaksanakan tanggung jawab dan tugasnya adalah dengan melihat kondisi anak yang bersangkutan. Fakta yang ditunjukkan oleh angket, mengindikasikan adanya sebagian besar anak asuh selalu membicarakan permasalahannya secara langsung kepada Pembina. Salah satu upaya yang dilakukan Pembina dalam membantu anak memecahkan masalahnya ialah dengan menelusuri permasalahan anak tersebut melalui teman dekatnya, kemudian Pembina selalu mengusahakan mencari, membantu menemukan solusi terbaik bagi mereka, dimana anak asuh pun ikut dalam memberikan menentukan dan memilih keputusan yang dikehendakinya, namun tetap dalam pertimbangan Pembina. Tertuju pada masalah perkembangan sosial anak, menjadi kendala bagi anak asuh untuk belajar dan beradaptasi secara sosial, baik di luar lingkungan Panti maupun di dalam Panti sendiri. Untuk itu, upaya yang dilakukan Pembina dalam membantu mereka adalah dengan cara memberikan pengarahan dan melibatkan secara langsung dalam kegiatan supaya mereka memiliki tugas dan tanggung jawab bersama dan memberikan respon atas setiap tugas dan tingkah laku mereka. Berdasarkan hasil observasi penulis, keadaan semacam ini tidak selalu berjalan sesuai dengan diharapkan anak asuh, karena antar sesama anak asuh sendiri hanya saling memperhatikan dalam hal mengerjakan tugas, tanpa memberikan respon yang baik yang memungkinkan mereka merasa terdorong atau termotivasi oleh temannya sendiri.
133
Berdasarkan hasil angket menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan pertama kali oleh Pembina apabila anak asuh melanggar peraturan ialah dengan cara menegurnya secara baik-baik dengan menghindari hukuman yang sifatnya fisik. Pembina tidak selalu menimpakan hukuman begitu saja jika kesalahan yang diperbuat anak masih bisa ditolerir dengan nasihat, sindiran, atau peringatan. Bentuk penghargaan yang paling tinggi adalah memberikan gelar penghormatan seperti “kakak teladan” terutama bagi mereka yang telah dewasa untuk menjadi teladan dan pemimpin bagi adik-adiknya, dengan tujuan agar mereka dapat belajar bertanggung jawab dalam mendidik dan membimbing adikadiknya. Bentuk penghargaan lainnya adalah berupa pujian maupun materi, dimana ketiga bentuk penghargaan tersebut memberikan pengakuan, motivasi dan semangat kepada mereka dalam berperilaku sesuai aturan. Setiap bentuk penghargaan diberikan untuk suatu hasil yang lebih baik. Adapun fungsi dari penghargaan diantaranya mempunyai nilai mendidik, yang artinya bila suatu tindakan disetujui maka hal tersebut dapat dirasakan bahwa hal tersebut adalah baik, dan memotivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Segala upaya yang dilakukan Pembina dalam membentuk kedisiplinan anak asuh ini tidak terlepas dari tujuan disiplin itu sendiri, yakni mengontrol tindakan mereka ke arah yang lebih baik, membantu mereka menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan mendidik mereka agar mampu bertanggung jawab atas segala tindakan-tindakannya.
134
Cara pembina melakukan evalusi termasuk dalam pembinaan disiplin adalah dengan cara memberikan penilaian terhadap anak asuh untuk melihat hasil perkembangan selama ini, dan pada akhirnya melakukan pembahasan untuk menindaklanjutinya. Dengan kata lain merupakan bimbingan dan konseling bagi perkembangan kemajuan anak secara pribadi maupun sosialnya. Kerjasama antar pembina di Panti ini umumnya terjalin dengan baik, setiap satu minggu sekali, khususnya hari jum'at diadakan evaluasi untuk sharing, atau membahas perkembangan dan hambatan apa yang dihadapi pembina dalam membimbing dan mendidik anak asuh. Tidak luput juga pemecahan yang harus dilakukan. Secara susunan kepengurusan Panti, pembina memiliki tugas masingmasing, tetapi di luar itu hubungan saling bantu, membantu antar tugas pembina tersebut secara umum. Hasil akhir dari angket menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh anak asuh dalam mematuhi dan mengikuti segala peraturan dan kegiatan diantaranya adalah mereka mampu membina diri, belajar untuk membiasakan diri, dan mengatur perilaku ke arah yang lebih baik dan disetujui lingkungannya. Walaupun tingkatan mereka berbeda-beda, namun ketiganya merupakan hasil yang diperoleh dari pola pembinaan disiplin yang diterapkan di dalam panti Asuhan. Dengan demikian, penegakan disiplin di Panti berhasil mengontrol tindakan anak asuh kea rah yang lebih pantas dilakukan. Pembinaan yang dilaksanakan di Panti Sosial Asuhan Anak Bhakti Pertiwi, pada dasarnya merupakan usaha yang dilakukan secara berencana dan teratur untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dengan
135
pengendalian dan pengembangan dan tingkah laku anak ke arah yang baik dan positif. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam pola Dasar pembinaan dan pengembangan Generasi Muda yang di kutif oleh Nurlina (1994:44)dikatakan bahwa: “Pembinaan sebagai upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, bertanggung jawab dalam memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian secara seimbang dan selaras”. Sedangkan disiplin menurut Soegeng Prijodarminto, S.H, (1994:23) dalam Tulus Tu’u, (2004:31) menjelaskan bahwa: “Disiplin sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman”. Berdasarkan dua kutipan di atas mengisyaratkan bahwa pembinaan disiplin bagi anak asuh dilakukan melalui berbagai kegiatan yang diberikan agar mereka memiliki sikap, pengetahuan serta keterampilan. Program pembinaan disiplin tersebut dilakukan melalui kegiatan yang bersifat mental spiritual dan sosial, kegiatan-kegiatan tersebut ditopang oleh tata aturan atau norma yang ditetapkan
di
dalam
Panti,
kesadaran
serta
tanggung
jawab
dalam
melaksanakannya. Program keterampilan yang diberikan bagi anak asuh terbilang bervariasi, walaupun sarana dan prasarana dapat dikatakan masih belum memadai, tetapi setiap anak diharuskan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Panti. Berbeda dengan bunyi pasal 9 dalam Undang-undang No.23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak, bahwa: “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
136
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”. Walaupun terdapat kesenjangan antara kebebasan memilih bagi anak dengan kondisi yang memaksa mereka mengikuti program atau kegiatan yang diberikan, menurut penulis kondisi semacam ini merupakan tahap awal bagi anak untuk belajar semua hal, mengenai bakat dan minatnya, anak dapat menentukan setelah mereka beranjak dewasa, dengan kontrol, bimbingan dan pengawasan Pembina. Langkah penerapan disiplin menurut Ngalim Purwanto (1980:224) salah satunya adalah dengan “Pembiasaan”, misalnya kebiasaan berpakaian rapi, berbicara santun, makan dan tidur pada waktunya. Seperti halnya waktu bangun tidur, menunjukkan bahwa sebagian besar anak asuh bangun pada pukul 04.00 pagi yang kemudian melaksanakan shalat subuh berjamaah. Upaya yang dilakukan Pembina dalam mengatasi permasalahan disiplin anak asuh, sebagaimana yang dikemukakan oleh Amier Daein Indra Kusuma (1973:55), ialah dengan menggunakan alat pendidikan disiplin, diantaranya: 1) 2) 3) 4) 5)
Pemberitahuan Contoh dan tauladan Pengawasan Teguran Hukuman. Kelima alat pendidikan disiplin ini sebetulnya telah diterapkan oleh
Pembina, namun frekuensi yang diberikan dari masing-masingnya tidaklah seimbang, karena hasil angket membuktikan bahwa pemberitahuan memiliki frekuensi yang sering dibandingkan pemberian contoh. Tetapi dalam hal pengawasan, anak asuh telah mematuhi peraturan atau tata tertib dan
137
melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik, hal ini tercermin dan menjadi tauladan dari anak asuh yang lebih dewasa dalam membimbing adik-adiknya yang masih muda. Walaupun begitu, menurut penulis pengawasan harus tetap dilakukan oleh Pembina untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan muncul pada perilaku anak. Penulis mengindikasikan bahwa tata tertib Panti sebagai alat pembiasaan disiplin sudah terefeksi dengan baik. Seperti cara anak berinteraksi dengan sesama warga Panti menunjukkan adanya cara bersikap dan berbicara dengan sopan, terutama dengan antar sesama anak asuh, dan prestasi mereka yang bagus baik di sekolah maupun di dalam Panti menunjukkan bahwa dengan adanya pembinaan disiplin dapat menghasilkan nilai yang baik. Untuk itu dengan adanya peraturan, merupakan pola yang diterapkan dalam bertingkah laku maupun dalam berinteraksi yang mempunyai nilai mendidik
dalam
mengenalkan
perilaku
yang
disetujui/
berlaku
dalam
lingkungannya, juga mengekang perilaku yang tidak dikehendaki untuk mencegah perbuatan yang menyimpang akibat pengaruh dari luar. Disiplin diri menurut Maman Rachman, (1999:168) dalam Tulus Tu’u (2004:32) mengemukakan bahwa: “Disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya”. Dalam tata tertib Panti, setiap anak asuh diwajibkan mengikuti kegiatan dan piket yang telah ditentukan pengasuh, serta bersedia menerima hukuman bila melanggar peraturan tata tertib yang ada di Panti. Begitu pula hasil angket pada
138
tabel 4 menunjukkan bahwa hampir seluruh anak asuh menerima dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab dalam menerima segala tata tertib Panti, dan mereka mengakui kesalahan serta berusaha tanggung jawab apabila melanggar peraturan Panti. Hukuman dalam disiplin menurut Syamsu Yusuf (2005:161) bahwa: “…Berilah hukuman, atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang, apabila dia melakukan perbuatan yang tidak baik. Hukuman tersebut akan menjadi reinforcement (faktor penguat) bagi anak, untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak baik itu”. Adapun jenis hukuman yang ditimpakan pada anak asuh bersifat fisik dan mental, seperti menjewer telinga, membersihkan kamar mandi, halaman dan seluruh ruangan Panti ataupun berlari mengelilingi Panti. Menurut penulis, hukuman fisik ini dapat diberikan selama tidak melukai anak. Tetapi hukuman yang bersifat mental seperti ejekan/ sindiran, tentunya menjadikan anak merasa ‘down’, rendah diri dan selalu merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri. Bagi penulis, hukuman yang bersifat melukai anak secara mental ini sebaiknya tidak terlalu sering ditimpakan. Seperti yang terdapat pada tabel 25 dengan adanya hukuman fisik yang diberikan kepada anak tersebut, terlihat diberikan Pembina sesuai dengan kesalahan/ pelanggaran yang dilakukan anak, dan sesuai dengan usia anak bersangkutan. Dampak positif yang ditimbulkan dari pemberian sanksi itu sendiri terhadap anak ialah memberikan penyadaran kepada mereka dan jera untuk mengulangi
penyimpangan-penyimpangan
yang
dilakukan
sebelumnya.
Disamping adanya pembisaan dan teladan pada anak yang sudah mulai kritis pikirannya, Pembina harus memberikan penjelasan tentang arti pentingnya suatu
139
peraturan tata laku, yang tujuannya agar anak menyadari nilai dan fungsi peraturan tersebut. Secara garis besarnya tujuan pembinaan di Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Bhakti Pertiwi adalah untuk membentuk sikap dan kepribadian yang mantap dan mandiri. Sehubungan dengan tujuan ini, maka kegiatan pembinaan dan bimbingan Panti Sosial Asuhan Anak ( PSAA ) Bhakti Pertiwi yang diberikan kepada anak binaan ini diantaranya berupa: 1. Pelayanan fisik, 2. Pembinaan pengetahuan dan keterampilan, 3. Pembinaan mental. Karena memang pada dasarnya pembinaan dan bimbingan tersebut memiliki dimensi-dimensi yang memiliki pengembangan segenap kemampuan manusia yaitu akal, budi, kemampuan/ motivasi, estetika dan kemampuan mengerjakan sesuatu. Disamping itu, pembinaan yang dilaksanakan Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bhakti Pertiwi termasuk pembinaan moral bagi pembinaan anakanaknya. Karena kegiatan-kegiatan yang dapat membentuk sikap dan perilaku anak seperti yang diharapkan yaitu beriman, berbudi, disiplin dan bertanggung jawab. Penggunaan moral itu sendiri mengandung arti sebagai usaha dalam mengembangkan anak-anak menjadi pribadi yang baik serta memiliki kematangan jiwa sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing. Sehingga pada akhirnya nanti mampu mewujudkan tanggung jawab hidup terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta terhadap sesama manusia.
140
Upaya pembinaan moral oleh Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bhakti Pertiwi dilaksanakan melalui kegiatan pembiasaan hidup teratur dan disiplin terhadap berbagai cara untuk melaksanakan pembinaan moral antara lain dengan pendidikan agama, penerapan nilai-nilai Pancasila, bimbingan pengisian waktu luang dan penanaman disiplin.