BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. (1) Mengajukan surat permohonan kepada Dekan I Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo guna memperoleh surat tugas meneliti. Permohonan peneliti tersebut memperoleh surat tugas bernomor: 615/UN47.B2.3/KM/2012 tanggal 22 Mei 2012. (2) Mengadakan uji coba instrumen kepada 34 orang siswa SMA Negeri 1 Gorontalo, pada hari Sabtu, tanggal 6 Oktober 2012. Responden yang terlibat dalam uji coba instrumen dapat dilihat pada lampiran 1. (3) Melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Marisa selama 3 bulan, yakni bulan September 2012 sampai dengan bulan November 2012 dibuktikan dengan Surat Keterangan Penelitian nomor 800/SMA.01/MRS/XI/2012, tanggal 20 November 2012. Berdasarkan langkah-langkah penelitian di atas, maka peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Marisa. Data penelitian yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dalam rangka pengujian hipotesis. Sebelum diadakan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilihat tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dijabarkan sebagai berikut. 1. Uji Validitas Instrumen Arikunto (2010: 211) menyatakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.” Instrumen yang diujicobakan pada penelitian ini dalam bentuk tes pilihan ganda berjumlah 30 butir. Instrumen tersebut diberikan kepada 34 orang responden. Pelaksanaan uji coba tes dilakukan pada siswa kelas IPS di SMA Negeri 1 Gorontalo. Pengukuran validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product moment di bawah ini.
NΣXY – (ΣX)( ΣY) rxy =
(Arikunto, 2010: 213) (NΣX2 – (ΣX)2 (NΣY2 – (ΣY)2)
Di mana : rxy = indeks korelasi antara dua variabel. ∑X = skor untuk setiap butir instrumen. ∑Y = skor total yang diperoleh dari responden. N = jumlah responden.
Berdasarkan data hasil uji coba instrumen pada lampiran 5, diperoleh koefisien validitas untuk setiap item angket seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Koefisien Validitas dan Status Validitas Instrumen No. Koefisien Validitas Pertanyaan
Status Validitas
1
0,4397
Valid
2
0,2409
Valid
3
0,5591
Valid
4
0,5647
Valid
5
0,5476
Valid
6
0,4893
Valid
7
0,0917
Valid
8
0,2320
Valid
9
0,5359
Valid
10
0,4977
Valid
11
0,4844
Valid
12
0,6680
Valid
13
0,5689
Valid
14
0,5271
Valid
15
0,0226
Valid
16
0,5591
Valid
17
0,5362
Valid
18
0,5806
Valid
19
0,5359
Valid
20
0,3920
Valid
21
0,6911
Valid
22
0,4968
Valid
23
0,5559
Valid
24
0,5362
Valid
25
0,4768
Valid
26
0,4904
Valid
27
0,6498
Valid
28
0,6467
Valid
29
0,4919
Valid
30
0,6057
Valid
Adapun perhitungan validitas instrumen penelitian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 6. Memperhatikan data pada tabel koefisien dan status validitas instrumen di atas dapat dikemukakan bahwa seluruh butir tes yang telah diujicobakan mempunyai tingkat kevalidan yang cukup dan baik digunakan untuk memperoleh informasi dari sampel penelitian sehubungan dengan variabel yang dirumuskan. 2. Uji Reliabilitas Instrumen Arikunto (2010: 2110 menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keandalan sesuatu instrumen. Reliabilitas artinya instrumen dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Adapun teknik pengujian reliabilitas tes menggunakan rumus KR-21. Melalui pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tes yang digunakan cukup dapat dipercaya untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah. Berdasarkan data pada lampiran 7 tentang hasil pengujian reliabilitas instrumen diperoleh harga-harga sebagai berikut. X
= 18,29
Vt = 39,09
(ΣX2) = 386884
n
= 34
(ΣX)2 = 12708
k
= 30
Harga-harga yang diperoleh di atas, kemudian dimasukkan ke dalam rumus KR-21. Hasil yang diperoleh adalah harga reliabilitas untuk tes (r11) sebesar 0,85. Jika harga reliabilitas tersebut dibandingkan dengan harga klasifikasi Gulifort, maka dapat dikatakan bahwa tes yang diujicobakan mempunyai reliabilitas tinggi (lihat halaman 33). Artinya, tes tersebut memiliki taraf kepercayaan tinggi sebagai pengumpul data penelitian ini. 3. Pengujian Normalitas Data Pengujian normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Berikut penjelasan mengenai hasil pengujian normalitas terhadap dua data penelitian ini. a. Uji Normalitas Data Pre Tes pada Kelas Pembanding Berdasarkan pengujian normalitas data seperti ditampilkan pada lampiran 10 diperoleh hasil bahwa harga X12hitung adalah 6,6. Sedangkan harga X2daftar pada taraf nyata adalah α = 0,05 dan dk = 5 adalah 11,1 (lihat lampiran 21). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harga X12hitung lebih kecil dari X2daftar atau 6,6 ≤ 11,1. Sehingga disimpulkan bahwa dari data pre-tes pada kelas pembanding berdistribusi normal. b. Uji Normalitas Data Post Tes pada Kelas Pembanding Dari perhitungan pengujian normalitas data post-tes untuk kelas pembanding pada lampiran 12 diperoleh hasil bahwa X2hitung = 5,95 dan X2daftar pada taraf nyata α = 0,05 dari dk = 5 adalah 11,1 (lihat lampiran 21). Jika dibandingkan kedua harga di atas ternyata X22hitung lebih kecil dari X2daftar atau 5,95 ≤ 11,1. Sehingga disimpulkan bahwa data post tes pada kelas pembanding berdistribusi normal. c. Uji Normalitas Data Pre Tes pada Kelas Eksperimen
Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 14, diperoleh harga Y12hitung = 3,4. Sedangkan Y2daftar pada taraf nyata α = 0,05 dari dk = 5 adalah 11,1 (lihat lampiran 21). Jika dibandingkan kedua harga di atas ternyata Y12hitung lebih kecil dari Y2daftar atau 3,4 ≤ 11,1. Jadi, data pre-tes pada kelas eksperimen berdistribusi normal. d. Uji Normalitas Data Post Tes pada Kelas Eksperimen Data hasil pengujian normalitas data post-tes pada kelas eksperimen (lampiran 16) menunjukan bahwa harga Y22hitung = 9,3. Sedangkan Y2daftar pada taraf nyata α = 0,05 dari dk = 5 adalah 11,1 (lihat lampiran 21). Jika dibandingkan kedua harga di atas ternyata Y22hitung lebih kecil dari Y2daftar atau 9,3 ≤ 11,1. Dengan deemikian dapat dikatakan bahwa data post tes pada kelas eksperimen berdistribusi normal. 4. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Hasil analisis statistik menyangkut skor yang diperoleh sampel penelitian untuk masing-masing variable dapat dijelaskan sebagai berikut. Skor pre-tes pada kelas pembanding dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Data Pre-Tes pada Kelas Pembanding Distribusi
Karakteristik
Ukuran sampel
33
Skor terendah
6
Skor tertinggi
17
Jumlah Soal
30
Skor rata-rata Skor rata-rata dalam %
12,04 40,13%
Standar deviasi
3,09
Berdasarkan tabel di atas, nampak bahwa skor rata-rata nilai pre-tes siswa dalam pembelajaran sejarah pada kelas pembanding adalah 12,04 dari skor total atau 40,13%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat dikategorikan rendah.Skor posttes pada kelas pembanding dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Data Post-Tes pada Kelas Pembanding Distribusi
Karakteristik
Ukuran sampel
33
Skor terendah
12
Skor tertinggi
23
Jumlah Soal
30
Skor rata-rata
17,92
Skor rata-rata dalam % Standar deviasi
59,73% 3,09
Berdasarkan tabel di atas, nampak bahwa skor rata-rata nilai post tes siswa pada kelas pembanding adalah 17,92 dari skor total atau 59,73%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah digunakan metode ceramah dapat dikategorikan rendah. Skor pre-tes pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Data Pre-Tes pada Kelas Eksperimen Distribusi
Karakteristik
Ukuran sampel
36
Skor terendah
6
Skor tertinggi
17
Jumlah Soal
30
Skor rata-rata
11,62
Skor rata-rata dalam % Standar deviasi
38,73% 3,06
Berdasarkan tabel di atas, nampak bahwa skor rata-rata nilai pre-tes siswa dalam pembelajaran sejarah pada kelas eksperimen adalah 11,62 dari skor total atau 38,73%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dapat dikategorikan rendah. Skor post-tes pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Data Post-Tes pada Kelas Eksperimen Distribusi
Karakteristik
Ukuran sampel
36
Skor terendah
15
Skor tertinggi
26
Jumlah Soal
30
Skor rata-rata
21,23
Skor rata-rata dalam % Standar deviasi
70,77% 3,21
Berdasarkan tabel di atas, nampak bahwa skor rata-rata nilai post-tes siswa 21,23. dari skor total atau 70,77%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah digunakan metode think-pair share dapat dikategorikan sedang. 5. Pengujian Hipotesis Rumusan hipotesis yang akan di uji dalam penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan nilai hasil belajar pada kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share dan kelas yang diajarkan dengan model konvensional”. Dengan hipotesis statistiknya: H0 : μ1 = μ1
: Terdapat perbedaan nilai hasil belajar pada kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share dan kelas yang diajarkan dengan model konvensional.
H0 : μ1 ≠ μ1
: Tidak terdapat perbedaan nilai hasil belajar pada kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share dan kelas yang diajarkan dengan model konvensional.
Berdasarkan data pada lampiran 17 diperoleh harga-harga sebagai berikut. a. Harga untuk kelompok pembanding 198 Mx =
= 6 33
(ΣX)2 Σx2 = ΣX2 N
(198)2 = 1398 33
= 1398 - 1188
= 210
b. Harga untuk kelompok eksperimen 198 My =
= 6 33
(ΣY)2 Σy2 = ΣY2 N
(342)2 = 1398 36
= 3372 - 3249
= 123 Apabila harga-harga tersebut dimasukan pada rumus uji t di bawah ini, maka diperoleh perhitungan debagai berikut. –
Mx t
My
= Σx2
Σy2
+
1
1 +
√
Nx
+
6 t
Ny -
–
2
n1
n2
1
1
9,5
= 210
+
123
+ √
33
+
36
-
+ 3,5 t
=
√
333
69
67
1188
2
33
36
+ 3,5 t
=
= 6,36 0,55
d.b. = Nx + Ny – 2 = 67. Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh harga t = 6,36 dan db = 67, sedangkan dalam tabel pada lampiran 20 diketahui harga t kritik pada ts0,05 = 1,67. Dengan kata lain: 6,36 ≥ 1,67. Harga t0 signifikan, dan kesimpulan hasil penelitian bahwa eksperimen yang dilakukan mempunyai pengaruh terhadap kelompok ekperimen.
B. Pembahasan Ketika seorang guru melaksanakan proses belajar mengajar sejarah, ia harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga memungkinkan siswa untuk dapat menerima materi ajar dengan baik yang pada intinya mengarah pada pencapaian prestasi belajar yang optimal. Pencapaian hasil belajar yang optimal, khususnya mata pelajaran sejarah di SMA melibatkan intelektual siswa secara menyeluruh dan model pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran. Kelas merupakan komunitas sosial yang ada di sekolah yang memiliki berbagai karakteteristik yang hetorogen. Adanya perbedaan karakteristik tersebut perlu disikapi oleh seorang guru agar dalam pelaksanaan pembelajaran perlu memperhatikan model pembelajaran yang akan digunakan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai hasil belajar siswa pada kelas IPS yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe ThinkPair-Share dan kelas yang diajarkan dengan model konvensional di SMA Negeri 1 Marisa. Pencapaian kedua tujuan penelitian di atas ditempuh melalui beberapa tahapan yang sistematis yang diawali dengan pengujian instrumen penelitian yang digunakan. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas instrumen. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan rumus korelasi product moment, diperoleh hasil bahwa instrumen yang akan digunakan memiliki validitas yang cukup. Sementara dari pengujian reliabilitas menggunakan rumus KR-21 diperoleh hasil, yaitu harga r11 sebesar 0,85 atau dengan kategori tinggi. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data terhadap sampel penelitian yang telah ditetapkan, yaitu kelas XI IPS 1 yang berjumlah 36 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 3 sebagai kelas kontrol atau pembanding dengan jumlah siswa sebanyak 33 orang. Kedua kelas tersebut diberikan pre-tes sebelum perlakuan (treatment) dan post tes sesudah perlakuan Data yang diperoleh dari hasil pre-tes dan post tes kemudian dilakukan pengujian normalitas data dengan rumus produk Chi-Kuadrat. Hasil perhitungan normalitas data pada kelas pembanding diperoleh harga X12hitung adalah 6,6 untuk data pre-tes dan harga X22hitung adalah 5,95 untuk data post tes. Sedangkan X2daftar pada taraf nyata α = 0,05 dari dk = 5 adalah 11,1. Jika dibandingkan kedua harga tersebut ternyata X2hitung lebih kecil dari X2daftar atau 6,6 dan 5,95 ≤ 12,6. Dengan demikian, hasil pengujian normalitas kedua data untuk kelas pembanding berdistribusi normal.
Sementara itu, hasil perhitungan normalitas data pada kelas eksperimen diperoleh harga untuk Y12hitung adalah 3,4 untuk data pre-tes dan harga untuk Y22hitung adalah 9,3 untuk data post tes. Sedangkan X2daftar pada taraf nyata α = 0,05 dari dk = 5 adalah 11,1. Kedua harga di atas ternyata menunjukkan bahwa X2hitung lebih kecil dari X2daftar atau 3,4 dan 9,3 ≤ 11,1. Jadi, kedua data untuk kelas eksperimen dalam sebaran normal. Bertitik tolak dari hasil penelitian untuk kedua variabel yang homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata melalui rumus t-test. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh harga thitung sebesar 6,36, sedangkan dari daftar distribusi pada taraf nyata α = 0,05 atau t(0,95)(67) = 1,67. Ternyata harga thitung tidak berada pada daerah penerimaan Ho yaitu-2,70 sampai +2,70. Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis pada taraf nyata 0,05. Gambar 1. Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis pada Taraf Nyata α = 0,05
-6,36
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6,36
Jadi, harga t signifikan, dan kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa eksperimen yang dilakukan mempunyai pengaruh terhadap kelas eksperimen. Berdasarkan hasil analisa data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis peneliti berbunyi “Terdapat perbedaan nilai hasil belajar pada kelas yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share dan kelas yang diajarkan dengan model konvensional”, dapat diterima.
Hasil pengujian di atas memberikan gambaran pula bahwa hasil belajar siswa lebih tinggi jika digunakan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share dalam pembelajaran sejarah. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan nilai rata-rata skor siswa pada kelas eksperimen dan kelas pembanding setelah diberikan perlakukan (treatment). Pada kelas eksperimen, rata-rata skor siswa adalah 20,47, sedangkan kelas pembanding, rata-rata skor hanya 17,39 (lihat lampiran 17). Perbedaan nilai hasil belajar siswa pada kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share lebih tepat digunakan dalam pembelajaran sejarah dibandingkan dengan metode ceramah, khususnya ketika mengajarkan kompetensi dasar “Menganalisis proses interaksi antara tradisi lokal, Hindu-Buddha, dan Islam di Indonesia” . Keunggulan dari model pembelajaran Think-Pair-Share adalah siswa dikelompokkan secara hetorogen dengan memperhatikan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, etnik, serta perbedaan kemampuan akademis. Pada penelitian yang telah dilakukan, peneliti membagi siswa ke dalam enam kelompok. Pembagian kelompok hetorogen tersebut secara proposional dapat dilihat pada lampiran 18 dengan rincian sebagai berikut. Tabel 9. Pembagian Kelompok Experimen (Think Pair-Share) Anggota Kelompok No
Kelompok (Nomor Sampel Kelas Eksperimen)
1.
Kelompok I
2, 1, 12, 18, 31, dan 36
2.
Kelompok II
3, 7, 20, 22, 26, dan 35
3.
Kelompok III
4, 8, 21, 24, 25, dan 30
4.
Kelompok IV
6, 10, 14, 23, 29, dan 32
5.
Kelompok V
9, 15, 16, 17, 19, dan 34
6.
Kelompok VI
1, 11, 13, 27, 28 , dan 33
Selain keunggulan yang diperoleh siswa melalui pembelajaran melalui kelompok yang dibentuk, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan orang lain setelah ia memperoleh pengalaman belajar yang diperoleh dari bahan bacaan yang dipahaminya. Selain itu, setiap siswa mendapatkan tanggungjawab penuh terhadap tugas yang diembannya dalam diskusi kelompok. Interaksi siswa dalam kegiatan Think-Pair-Share, menjadikan setiap siswa saling membantu secara efektif dan efisien, memberi informasi kepada teman, baik pasangan maupun kelompok, memproses informasi secara lebih efektif dan efisien, menghargai satu sama lain dalam diskusi kelompok, membantu anggota kelompoknya untuk mengembangkan argumentasi, kemampuan terhadap materi yang dibahas, serta saling memberikan motivasi antara sesama anggota kelompok untuk keberhasilan bersama.