BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum SMP Negeri 6 Ambon 4.1.1 Profil Sekolah SMP Negeri 6 Ambon merupakan salah satu lembaga pendidikan di Kota Ambon yang terletak di Jln. Kakialy Tanah Tinggi Ambon, yang secara geografis terletak di kelurahan Rijali, kecamatan Sirimau dan terletak 500 m dari pusat Kota Ambon Ibu Kota Provinsi Maluku, memiliki potensi sumberdaya peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, dukungan sarana dan prasarana, serta partisipasi masyarakat yang baik. SMP Negeri 6 Ambon memiliki luas lahan 63 x 62,10 m2 dengan luas tanah terbangun 56,20 x 52,70 m2. SMP Negeri 6 Ambon sebagai salah satu sekolah negeri dengan model Sekolah Standar Nasional (SSN) telah memperoleh akreditasi dengan nilai “A” dan merupakan sekolah SNN terbaik di Provinsi Maluku. Selain itu juga, sekolah tersebut merupakan sekolah model
berwawasan
lingkungan
dan
sekolah
yang
melaksanakan program inklusi bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus (Sumber: Profil SMP Negeri 6 Ambon). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan
nasional yang dikembangkan sesuai dengan kekhasan, potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik, 50
51
oleh sebab itu kurikulum disusun melibatkan semua warga sekolah dan stakeholder dengan menggunakan pendekatan
dan
analisis
SWOT.
kemampuan
atau
kompetensi
berbeda,
mengharuskan
Dalam
peserta
artian
didik
sekolah
yang untuk
mengembangkan potensi sekolah lewat kelas khusus yaitu kelas akselerasi, untuk menjawab tantangan pendidikan. Program
akselerasi
adalah
program
yang
dirancang secara khusus untuk memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik yang benar-benar memiliki
potensi kecerdasan
dan bakat istimewa.
Program akselerasi di Kota Ambon sudah dilaksanakan sejak tahun 2007, dan tidak semua sekolah mampu menyelenggarakannya.
SMP
Negeri
6
Ambon
merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Ambon yang telah melaksanakan program akselerasi pada tahun ajaran 2007/2008, walaupun sekolah tersebut bukan merupakan sekolah piloting. SMP
Negeri
pendidikannya pendidikan,
6
Ambon
dalam
program
dua
program
menyelenggarakan
yaitu:
program
reguler
dan
program
akselerasi, dengan tetap mengedepankan pendidikan berbasis
keunggulan
lokal
dan
global
yang
memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik. Keunggulan lokal diimplementasikan dengan
kurikulum
sekolah
berupa
muatan
lokal
(Mulok) yang merupakan kegiatan kurikuler untuk
52
mengembangkan kompetensi yang dapat disesuaikan dengan
ciri
keunggulan
khas daerah.
dan
potensi
Sedangkan
daerah
termasuk
untuk
menjawab
kebutuhan di era perkembangan teknologi yang begitu pesat dengan berdaya saing global SMP Negeri 6 Ambon memberikan fasilitas berupa laboratorium yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik dalam pembelajaran materi teknologi informasi dan komunikasi sekaligus sebagai sarana pengembangan diri peserta didik. Kegiatan
pengembangan
diri
dan
kreativitas
siswa di SMP Negeri 6 Ambon dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler, yang mencakup kegiatan keagamaan
(Rohani
Islam
dan
Rohani
Kristen),
keolahragaan (Bola Basket, Bola Voli, Karate, Sepak Bola), kepemimpinan (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa atau LDKS, Palang Merah Remaja, Pramuka), seni (Teater, Paduan Suara, Tarian Daerah, dan Musik), Pecinta Alam dan Kelompok Ilmiah Remaja. Kegiatan ekstrakurikuler sendiri berfungsi untuk mengembangkan potensi, bakat dan minat peserta didik, mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik, mengembangkan suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan peserta didik yang menunjuang proses pengembangan, dan mengembangkan kesiapan karier peserta didik. Di SMP Negeri 6 Ambon setiap siswa diberikan kesempatan dan hak
yang
sama
untuk
mengikuti
kegiatan
ekstrakurikuler. Segala aktifitas peserta didik yang berkenaan dengan kegiatan ekstrakurikuler berada di bawah pimpinan dan pengawasan guru pembina yang telah diberikan tugas oleh kepala sekolah.
53
4.1.2 Visi dan Misi SMP Negeri 6 Ambon 1. Visi Berbudaya mutu, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur berdasarkan imtaq. Indikator: a. Terwujudnya peningkatan prestasi akademik dan non akademik. b. Terwujudnya peningkatan kualitas dan kapasitas yang handal. c. Teroptimalnya
sarana
pendukung
belajar,
menambah serapan pengetahuan yang luas. d. Terciptanya perilaku dalam bertutur dan bertindak e. Terciptanya lingkungan bersih dan kondusif dalam menunjang pengembangan pola hidup sehat. f. Terimplementasinya konsep MBS secara transparan, akuntabel, dan patisipatif. g. Terwujudnya
peran
serta
dan
daya
dukung
masyarakat. h. Terwujudnya iman dan taqwa melalui KBM maupun kegiatan keagamaan. i. Terwujudnya
pengembangan
diri
yang
berciri
budaya lokal. 2. Misi a. Mengembangkan proses belajar mengajar secara baik. b. Mengembangkan bakat minat peserta didik melalui kegiatan akademik dan non akademik. c. Mengembangkan kompetensi secara kontinu. d. Menumbuhkan sikap inovatif dikalangan warga sekolah.
54
e. Menumbuhkan semangat keunggulan dikalangan guru dan peserta didik. f. Membentuk
kepribadian
peserta
didik
melalui
kegiatan imtaq dan budi pekerti. g. Mengembangkan wiyata mandala sekolah melalui 7K. h. Mengembangkan pendidikan life skill melalui mata pelajaran tertentu. i. Mengembangkan bahasa Inggris sebagai bahan ajar sekolah dan diluar sekolah. j. Mengembangkan ICT dalam proses belajar mengajar. k. Mengembangkan POB. l. Menanamkan rasa kepercayaan di masyarakat. 3. Tujuan Sekolah a. Peserta didik dapat mencapai nilai UN 75. b. Peserta didik dapat memiliki prestasi di bidang akademik maupun non akademik. c. Tenaga pendidik memiliki kualifikasi S1. d. Tenaga
pendidik
dan
kependidikan
memiliki
kompetensi yang handal. e. Warga sekolah menikmati sarana dan prasarana yang memadai. f. Sekolah mampu menerapkan konsep MBS g. Warga sekolah dapat mewujudkan budaya sehat dan bersih.
55
4.2 Hasil Penelitian Berdasarkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan, maka untuk langkah selanjutnya peneliti melakukan
analisis
terhadap
menjawab
permasalahan
data
tersebut
penelitian
yang
guna telah
dirumuskan tentang bagaimana context, input, process, dan product penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Deskripsi dan analisis penelitian dimaksudkan untuk menyajikan hasil pengumpulan data
yang
diperoleh,
sesuai
dengan
pokok
permasalahan yang akan dikaji berdasarkan komponen evaluasi yang digunakan, yakni: context, input, process, dan product. 4.2.1 Evaluasi
Context
Program
Akselerasi
SMP
Negeri 6 Ambon 1. Latar Belakang Penyelenggaraan Program Akselerasi Program dipersiapkan
akselerasi bagi
peserta
adalah didik
program yang
yang
memiliki
kecerdasan istimewa untuk menyelesaikan program pendidikan SMP lebih cepat, yakni dua tahun. Latar belakang program akselerasi adalah pemikiran bahwa peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa (IQ 130) pada dasarnya dapat menguasai pelajaran lebih cepat
dari
teman
sebayanya.
Agar
keistimewaan
tersebut dapat terakomodasi dengan baik, sekolah perlu memberikan layanan pendidikan yaitu program akselerasi sebagai salah satu solusi untuk menjawab
56
kebutuhan peserta didik cerdas istimewa tersebut dalam melaksanakan proses pembelajaran. Terkait
dengan
hal
tersebut,
maka
sekolah
melakukan identifikasi terhadap peserta didik yang memiliki IQ ≥ 130. Hal tersebut sebagaimana yang disampaikan
oleh
Koordinator
Program
Akselerasi
bahwa, Program akselerasi memiliki tujuan untuk melayani peserta didik yang kami sebut sebagai peserta didik cerdas istimewa. Karena itu, memang yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi peserta didik tersebut. Hasilnya, kami menemukan bahwa memang terdapat peserta didik yang memiliki IQ ≥ 130 (Sumber: wawancara dengan Koordinator Program Akselerasi, 30 Maret 2015).
Pernyataan
tersebut
diperkuat
dengan
data
mengenai peserta didik yang memiliki IQ ≥ 130 selama tujuh tahun terakhir sebagai berikut: Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik SMP Negeri 6 Ambon yang memiliki IQ 130 Tujuh Tahun Terakhir Jumlah Peserta Jumlah Tahun Peserta Didik Didik yang Ajaran Memiliki Baru IQ 130 2007/2008 386 23 2008/2009 408 26 2009/2010 448 28 2010/2011 328 30 2011/2012 383 50 2012/2013 392 35 2013/2014 386 53 2014/2015 335 55 (Sumber: Dokumen Sekolah, data diolah)
Persentase 5,96% 6,37% 6,25% 9,15% 13,05% 8,93% 13,73 16,42%
57
Berdasarkan
hasil
wawancara
dan
data
dokumentasi di atas, dapat disimpulkan bahwa di SMP Negeri 6 Ambon terdapat peserta didik yang memiliki IQ ≥
130
dan
sangat
disayangkan
apabila
mereka
digabung dengan peserta didik lain yang memiliki kemampuan IQ < 130 dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu juga, terdapat permasalahan yang dialami oleh peserta didik dengan karakter keunggulan oleh
karena
intelektualnya,
motivasinya
maupun
minatnya, di kelas selalu menunjukkan kemampuan penyerapan materi pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan peserta didik sebayanya. Kondisi peserta didik yang
demikian
apabila
tidak
diberikan
layanan
pembelajaran yang sesuai akan terjadi peserta didik menjadi
bosan,
kurang
ada
minat
belajar
yang
kemudian menyebabkan peserta didik berprestasi di bawah kinerjanya. Sehingga untuk mengatasi kondisi yang ada serta menjawab kebutuhan peserta didik berkarakter keunggulan tersebut, maka pihak sekolah menyelenggarakan program akselerasi. Dengan
misi
meningkatkan
kualitas
mutu
lulusan dan meningkatkan status sekolah menjadi sekolah
unggulan,
2007/2008
SMP
maka
pada
Tahun
Ajaran
Negeri
6
Ambon
mulai
menyelenggarakan program akselerasi. Pada saat itu sekolah dipimpin oleh Drs. J. Tengkery, M.Pd dan terus berjalan hingga saat ini di bawah kepemimpinan Drs. Jantje S. R. Mahulette, M.MPd dan telah memiliki alumni sebanyak tujuh angkatan.
58
Pada tahun ajaran 2007/2008, SMP Negeri 6 Ambon menyelenggarakan program akselerasi untuk angkatan pertama. Penyelenggaraan kelas akselerasi ini merupakan upaya untuk memberi layanan optimal kepada peserta didik yang memiliki IQ 130. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator Visi SMP Negeri 6 Ambon “Terwujudnya peningkatan prestasi akademik dan non akademik” dan telah membawa SMP Negeri 6 Ambon menjadi sekolah unggulan di Kota Ambon (Sumber: Profil SMP Negeri 6 Ambon, Tahun 2014). Penyelenggaraan
program
akselerasi
di
SMP
Negeri 6 Ambon diperkuat dengan adanya landasan yuridis tentang penyelenggaraan program akselerasi pendidikan di Indonesia. Latar belakang pendukung tersebut
merupakan
pendorong
utama
munculnya
gagasan untuk menyelenggarakan program akselerasi di sekolah tersebut. Berkaitan dengan hal ini, kepala sekolah mengungkapkan bahwa: Yang melatarbelakangi penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon yaitu: adanya potensi yang dimiliki sekolah, dalam hal ini adanya peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi dari teman seusianya, dikaitkan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa warga masyarakat atau peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa, perlu dilayani, sehingga sekolah mengembangkan kelas akselerasi. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Hal
senada
disampaikan
oleh
koordinator
program akselerasi bahwa: Latar belakang implementasi program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon adalah peserta didik banyak yang cerdas, banyak guru yang berkualitas, serta sarana-prasarana dan media pembelajaran yang
59
memadai, dan juga untuk menghindari kejenuhan dari anak tersebut terkait dengan proses belajar mengajar serta memberikan kebebasan pada anak tersebut. Kepala sekolah melihat potensi tersebut, kemudian mengajukan permohonan ke dinas, setelah mendapat izin kami tinggal melaksanakan program tersebut sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan oleh kepala sekolah. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh wakil kepala sekolah bahwa: Ada beberapa alasan yang menjadi latar belakang SMP Negeri 6 Ambon menyelenggarakan program akselerasi, diantaranya melihat potensi peserta didik yang menonjol dalam pembelajaran. Sering kali peserta didik tersebut dihadapkan dengan kenyataan bahwa mereka harus menunggu untuk masuk ke materi baru, atau melewati materi yang telah mereka pahami, dikarenakan teman sekelas yang lain belum paham mengenai materi yang di sampaikan. Dari keadaan inilah sekolah mulai berpikir untuk memberikan wadah guna memberikan pelayanan khusus pada anak didik yang memiliki kecerdasaan istimewa tersebut. Selain itu pihak sekolah juga merasa sudah mampu untuk menjalankan program kelas akselerasi dengan melihat potensi yang dimiliki oleh sekolah, antara lain: sarana-prasarana pendukung, media pembelajaran yang memadai dan didukung oleh guru yang memenuhi kualifikasi akademik yang baik, serta profesional dalam bidang yang diampu. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)
Dari
hasil
wawancara
diatas
menunjukkan
bahwa penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon merupakan inisiatif sekolah. Latar belakang
dilaksanakannya
pemahaman
bahwa
siswa
program yang
ini
memiliki
adalah bakat
akademik luar biasa pada dasarnya dapat menguasai pelajaran lebih cepat daripada siswa pada umumnya.
60
Agar
bakat,
keinginan,
dan
keistimewaan
siswa
tersebut dapat terakomodasi dengan baik perlu adanya layanan dalam bentuk program khusus yaitu program akselerasi atau program percepatan belajar. 2. Tujuan Penyelenggaraan Program Akselerasi Penyelenggaraan
program
akselerasi
di
SMP
Negeri 6 Ambon bertujuan untuk menjawab kebutuhan dan
memberikan
pelayanan kepada peserta didik
cerdas istimewa (IQ 130). Tujuan program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon mengacu pada salah satu tujuan sekolah tersebut, yaitu: peserta didik dapat memiliki prestasi di bidang akademik maupun non akademik. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 24 Maret 2015 bahwa “tujuannya yang jelas kita memberikan wadah kepada anak-anak yang berpotensi untuk menyelesaikan studinya dua tahun dengan hasil yang memuaskan dan diterima di sekolah favorit
atau
yang
diinginkan.
Itu
sasaran
dan
targetnya”. Hal
senada
juga
diungkap oleh
koordinator
program akselerasi saat di wawancara pada tanggal 30 Maret 2015 bahwa, sasaran dari program akselerasi, “peserta didik diharapkan lulus dan diterima di semua SMA terutama SMA favorit”. Dari pernyataan kedua narasumber di atas dapat diketahui bahwa program akselerasi bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
agar
mereka
lulus
dengan
hasil yang
61
memuaskan dan diterima di SMA favorit dimana hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan SMP Negeri 6 Ambon yaitu peserta didik dapat mencapai nilai UN 75 dan memiliki prestasi di bidang akademik maupun non akademik. (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon). Selain itu, penyelenggaraan program akselerasi juga untuk mengefektifkan penggunaan sarana dan prasarana
yang
telah
ada
karena
sebelum
menyelenggarakan program akselerasi, SMP Negeri 6 Ambon juga sudah menyelenggarakan program Moving Class, yang kemudian program tersebut ditutup pada tahun 2011. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala sekolah sebagai berikut: Penyelenggaraan program akselerasi merupakan upaya sekolah untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki sekolah, baik sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang telah ada dalam penyelenggaraan program Moving Class. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon selain bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan terhadap peserta didik cerdas istimewa, juga merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mengefektifkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah ada sebelumnya dalam penyelenggaraan program Moving Class.
62
Disamping
itu,
peluang
dan
prospek
penyelenggaraan program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon
sangat
terbuka.
Hal
ini
seperti
yang
diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa: Di Kota Ambon, sekolah kami bukan merupakan sekolah piloting tetapi diberi kepercayaan oleh dinas pendidikan untuk menyelenggarakan program akselerasi. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
potensi yang dimiliki SMP Negeri 6 Ambon, berupa kesiapan sarana dan prasarana pendukung, peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa (IQ 130), dan didukung oleh guru yang memenuhi kualifikasi akademik yang baik, serta profesional dalam bidang yang diampu, merupakan unsur pendukung yang melatarbelakangi munculnya gagasan penyelenggaraan program akselerasi di sekolah tersebut. 3. Dukungan Masyarakat Selain potensi dan aset yang dimiliki sekolah, juga
adanya
masyarakat
dukungan terhadap
yang
sangat
penyelenggaraan
baik
dari
program
akselerasi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh koordinator program akselerasi sebagai berikut: Dibukanya program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon adalah merupakan hasil kesepakatan musyawarah guru di sekolah, dan juga hasil keputusan dari komite sekolah dengan pihak sekolah. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)
63
Pernyataan
diatas
didukung
pula
oleh
pernyataan dari ketua komite, menyatakan bahwa: Respon kami selaku pengurus komite atas diselenggarakannya program akselerasi ini sangat positif dan alasan apapun sarana yang dibutuhkan sepanjang komite masih bisa memenuhinya akan tetap memberikan bantuan. Kami selaku pengurus komite sangat setuju dengan adanya program akselerasi tersebut. (Sumber: Wawancara dengan ketua komite, 10 April 2015).
Hal tersebut juga secara implisit disampaikan oleh orang tua peserta didik yang menyatakan bahwa: Kami akan memberikan fasilitas yang lebih baik di sekolah maupun di rumah untuk mendukung program akselerasi tersebut dan itu sudah menjadi konsekuensi kami sebagai orang tua yang ingin anaknya lebih maju. (Sumber: Wawancara orang tua peserta didik, 10 April 2015).
Dukungan orang tua tersebut dikuatkan dengan surat pernyataan kesanggupan orang tua dari peserta didik yang mengikuti program akselerasi (Terlampir). Dari
hasil
wawancara
diatas
menunjukkan
bahwa dukungan orang tua dan masyarakat/komite, merupakan
unsur
pendukung
penyelenggaraan
program akselerasi. Dimana, program tersebut juga merupakan upaya sekolah untuk menjawab kebutuhan masyarakat
dalam
hal
pemberian
pelayanan
pendidikan kepada peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
64
4.2.2 Evaluasi Input Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon 1. Kebijakan Penyelenggaraan Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon memiliki kapasitas dan status selaku Sekolah Standar Nasional terbaik di Provinsi Maluku, menyelenggarakan program kelas akselerasi sebagai implementasi kebijakan program pendidikan perihal pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa. Program akselerasi tersebut sudah berjalan sejak Tahun Ajaran 2007/2008 sampai sekarang. Pada
awal
diselenggarakannya
program
akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, pihak sekolah telah mengajukan permohonan izin penyelenggaraan kepada Dinas Pendidikan Kota Ambon dan sekolah telah memperoleh surat izin penyelenggaraan. Namun, pihak sekolah tidak bisa menunjukkan SK tersebut karena sekolah
tidak
memilikinya.
Hal
ini
seperti
yang
diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa, Surat izin penyelenggaraan program akselerasi tersebut tidak kami miliki karena pada saat serahterima jabatan, dokumen-dokumen yang terkait dengan program akselerasi tidak diberikan oleh kepala sekolah sebelumnya (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).
Meskipun demikian, dalam penyelenggaraannya sekolah berpedoman pada Surat Keputusan Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar
Dasar
Kementerian
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
dan
Pendidikan Kebudayaan
65
Nomor: 1033/C4/KU/2014 tentang pemberian bantuan sosial operasional PK LK, inklusi, CI BI, Braille, dan UKS/ruang (Sumber:
terapi
pendidikan
Dokumen
SMP
dasar
Negeri
6
tahun
2014
Ambon,
SK
Terlampir). Berdasarkan landasan yuridis tersebut di atas, maka
sekolah
tetap
menyelenggarakan
program
akselerasi yang memang sudah seharusnya program tersebut diberikan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa (IQ130). Dalam penyelenggaraan program akselerasi, SMP Negeri 6 Ambon memiliki pedoman AKSELERASI”
yaitu:
“DOKUMEN-1
(Sumber:
Dokumen
PROGRAM
sekolah,
2013).
Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah: Untuk panduan kami menggunakan pedoman dari pusat (Depdiknas), dikolaborasikan dengan hasil searching di internet, kemudian sekolah mengadaptasi dan mengembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan sekolah. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh wakil kepala sekolah bahwa: Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon berpedoman pada “Dokumen-1 Program Akselerasi” yang diadaptasi dari pedoman penyelenggaraan program akselerasi yang dari pusat (Depiknas). (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)
Hal yang sama disampaikan oleh koordinator program akselerasi bahwa: Kami menggunakan pedoman dari pusat yang kemudian di adaptasi dan dikembangkan sendiri oleh sekolah, serta dibuat dalam satu dokumen yang diberi nama: ”Dokumen-1 Program Akselerasi.
66
(Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)
Dengan mempunyai
demikian, pedoman
SMP
Negeri
6
penyelenggaraan
Ambon program
akselerasi yang dikembangkan oleh sekolah sesuai dengan panduan dari Depdiknas, sehingga dalam penyelenggaraannya
sekolah
berpedoman
sesuai
dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. 2. Perencanaan Program Akselerasi Perencanaan program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon
dilakukan
terhadap
komponen-komponen
program akselerasi yang saling berhubungan dalam menunjang kelancaran penyelenggaraannya, yaitu: a. Rekrutmen Peserta didik Salah satu komponen input (masukan) dalam pelaksanaan program akselerasi adalah peserta didik. Proses rekrutmen peserta didik program akselerasi dimulai pada saat penerimaan peserta didik baru (PPDB). Peserta didik SMP Negeri 6 Ambon yang akan masuk
di
program
akselerasi
harus
mengikuti
serangkaian tes yaitu: tes psikologis, tes akademis, dan tes kesehatan. Tes IQ 125; tes akademis dengan nilai sekurang-kurangnya 8,0. Rapor, nilai rata-rata seluruh mata pelajaran tidak kurang dari 8,0 dan dinyatakan sehat
oleh
dokter.
menandatangani sekolah.
surat
Orang
tua
kesepakatan
siswa
harus
dengan
pihak
67
Mengenai
perekrutan
siswa
seperti
yang
disampaikan oleh kepala sekolah sebagai berikut, Terkait dengan perekrutan siswa, pihak penyelenggaraan melakukan tes terhadap peserta didik baru di SMP Negeri 6 Ambon yakni tes psikotes, tes akademis, dan tes kesehatan. Selain itu, orang tua juga harus menandatangani surat kesepakatan. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, tanggal 24 Maret 2015)
Hal senada juga diungkapkan oleh wakil kepala sekolah, Dalam merekrut siswa, pertimbangannya pada hasil tes psikologis dan matrikulasi. Pelaksanaan tes psikologis, untuk melihat tingkat IQ. Kemudian siswa mengikuti matrikulasi selama 3 bulan. Nah, hasil tes psikologis dan matrikulasi ini sebagai pertimbangan kami apakah siswa diterima di kelas program akselerasi atau tidak. (Sumber: Wawancara dengan wakil kelapa sekolah, tanggal 25 Maret 2015)
Penjelasan
yang
sama
berdasarkan
analisis
dokumen bahwa rekrutmen peserta didik program akselerasi dilaksanakan setelah calon peserta didik dinyatakan diterima sebagai peserta didik baru di SMP Negeri 6 Ambon. Terkait dengan hal tersebut, sekolah memiliki SOP yang jelas untuk rekrutmen calon siswa program akselerasi, yaitu: 1) Input siswa Peserta didik tamatan SD/MI atau yang sederajat dari colon penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2) Sistem Assesment a) Penjaringan Peserta didik yang akan masuk kelas akselrasi diterima berdasarkan seleksi dalam Penerimaan peserta didik baru (PPDB).
68
b) Penyaringan (1) Akademis Tertinggi dari sejumlah siswa yang diterima pada
Penerimaan
Siswa
Baru
atau
yang
bernilai sama. (2) Psikologis Pelaksanaan Psikotest bekerjasama dengan Yayasan Dynda Pratama atau Universitas Pattimura dengan kriteria sebagai berikut: -
Test
Intelegensi
Umum
dengan
skala
Weshler IQ 125 -
Test kreativitas dengan skala Kreativitas Firural CQ 125
-
Inventori keterikatan terhadap tugas skala Rendi TC 125
-
EQ dengan kategori baik, penyesuaian diri baik, rasa ingin tahu baik, daya tahan terhadap
stress
baik
dan
daya
juang
kategori baik. (3) Informasi Data Subjektif Nominasi yang diperoleh dari diri sendiri, teman sebaya, orang tua, dan guru SD-nya. (4) Wawancara Kesanggupan siswa, orang tua/wali dalam mendukung program akselerasi. (5) Kesehatan fisik dengan keterangan dokter Kesediaan
peserta
didik
dan
persetujuan
orang tua dengan mengisi surat perjanjian. (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon)
69
Berdasarkan hasil wawancara dan data dokumen di atas menunjukkan bahwa proses rekrutmen peserta didik program akselerasi dimulai pada saat penerimaan peserta didik baru. Selanjutnya, melakukan seleksi administrasi, tes akademis, dan tes psikologis. Tampak bahwa persyaratan seleksi mengacu pada kriteria yang terdapat dalam Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon, yakni: informasi tentang data objektif yang meliputi bidang akademis dan bidang psikologis; informasi data subyektif yang meliputi minat, kesiapan mental, kesanggupan pembiayaan; dan informasi data pendukung
yang
meliputi
kesehatan
fisik
dan
komitmen sebagai peserta didik program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. b. Kurikulum Program Akselerasi Kurikulum program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dikembangkan secara diferensiasi oleh sekolah dengan berpedoman pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum program akselerasi pada dasarnya sama dengan kurikulum kelas reguler, yaitu: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan lokal. Dalam hal ini tidak menyimpang dari kurikulum nasional, substansi kurikulum tetap sama, namun aspek konten materi, dengan irama yang lebih dipercepat sesuai dengan kemampuan potensi peserta
didik.
Perbedaannya
adalah
penyusunan
struktur program pengajaran dengan alokasi waktu yang lebih singkat yaitu dari tiga (3) tahun menjadi dua (2) tahun dari peserta didik reguler.
70
Hal ini sesuai dengan penuturan dari Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian bahwa: Kurikulumnya yang digunakan adalah KTSP sama dengan kurikulum program reguler hanya saja untuk program akselerasi jam belajarnya dipadatkan karena kelulusannya dipercepat. Kalau reguler itu satu semester enam bulan, maka untuk program akselerasi ini satu semester empat bulan, sehingga waktu pelaksanaan antara reguler dan akselerasi ada sedikit perbedaan, kecuali akhir tahun sama. (Sumber: Wawancara dengan Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian, 30 Maret 2015)
Untuk
pelaksanaannya
dilakukan
pemadatan
waktu dari tiga tahun pada kelas reguler, menjadi dua tahun pada program akselerasi. Masa pendidikan pada program
reguler
menggunakan
istilah
semester,
sedangkan pada program akselerasi menggunakan istilah studi. Adapun perbandingan masa pendidikan antara peserta didik program akselerasi dengan reguler dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Perbedaan Pelaksanaan Program Reguler dan Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Program Reguler Kelas VII Semester I Kelas VII Reguler Kelas VII Semester II Kelas VIII
Kelas VIII
Waktu Juli 2012 Agustus September Oktober November Desember Januari 2013 Februari Maret April Mei Juni Juli
Program Akselerasi Kelas VII Semester I (Studi 1) Kelas VII Semester II (Studi 2)
Tahun ke – 1 (Akselerasi I)
Kelas VIII Semester I (Studi 3) Kelas VIII
Tahun ke – 2
71
Reguler
Semester I
Agustus Semester II (Akselerasi II) (Studi 1) September Oktober November Kelas IX Desember Semester I Januari 2014 (Studi 2) Februari Maret Kelas VIII Kelas IX Semester II April Semester II Mei (Studi 3) Juni (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015; Kalender Pendidikan SMP Negeri 6 Ambon, data diolah)
Melalui data di atas dapat dijelaskan bahwa program akselerasi memiliki masa pendidikan dua tahun, yaitu akselerasi I untuk tahun pertama dan akselerasi II untuk tahun ke dua, yang masing-masing kelas akselerasi tersebut ditempuh dalam tiga masa studi.
Sedangkan,
kelas
reguler
menyelesaikan
pendidikan selama tiga tahun, yaitu kelas VII, VIII, dan IX, dimana masing-masing kelas ditempuh dalam dua semester. Program akselerasi ini menjadikan kurikulum standar yang biasanya ditempuh siswa SMP dalam waktu tiga tahun menjadi dua tahun. Jika dalam kelas reguler materi setiap semester ditempuh selama enam bulan, maka dalam kelas akselerasi hanya diselesaikan dalam waktu sekitar empat bulan. Pada tahun pertama siswa kelas akselerasi akan mempelajari materi kelas satu ditambah setengah materi kelas dua dan di tahun kedua siswa akan mempelajari materi kelas dua yang tersisa ditambah dengan seluruh materi kelas tiga.
72
Struktur kurikulum program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama dua tahun mulai kelas VII sampai dengan kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Kompetensi mata pelajaran. Untuk lebih
jelasnya tentang struktur kurikulum
program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Struktur Kurikulum Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Komponen
Kelas dan Alokasi Waktu VII VIII IX
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 2 2 2 2. Pendidikan 2 2 2 Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 6 6 6 4. Bahasa Inggris 6 6 6 5. Matematika 5 5 5 6. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5 7. Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6 8. Seni Budaya 2 2 2 9. Pendidikan Jasmani, 2 2 2 Olahraga, dan Kesehatan 10. Teknologi Informasi dan 2 2 2 Komunikasi B. Muatan Lokal 1. Kuliner Daerah 3 3 3 2. Kurikulum Plus - Kesehatan 3 3 3 - Sains 3 3 3 Jumlah 47 47 47 (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon)
Berdasarkan tabel di atas, kurikulum program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon terdiri dari 10 mata pelajaran, satu muatan lokal, dan satu kurikulum plus.
73
Menurut
kepala
sekolah
saat
diwawancara
menyatakan bahwa: Kurikulum yang diterapkan di kelas akselerasi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP). Kurikulum ini sama dengan yang diterapkan di kelas reguler. Perbedaannya, kurikulum ini dalam pengembangannya harus didiferensiasikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya. Dan juga, waktu penyelesaian kurikulum tersebut dipercepat daripada program reguler, yang ditempuh selama 2 tahun. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Pendapat yang sama disampaikan oleh wakil kepala sekolah bahwa: Kurikulum yang diterapkan di kelas akselerasi sama dengan kurikulum di kelas reguler, yaitu: kurikulum KTSP. Perbedaan dengan kelas reguler adalah kelas akselerasi waktunya lebih lama jam belajarnya per hari bila dibandingkan dengan kelas reguler, kemudian 1 semester untuk kelas akselerasi sama dengan 4 bulan sedangkan 1 semester untuk kelas reguler sama dengan 6 bulan. Lama waktu belajar di SMP untuk kelas akselerasi selama 2 tahun sedangkan bagi kelas reguler adalah 3 tahun. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa Kurikulum program akselerasi pada dasarnya sama dengan kurikulum kelas reguler, yaitu: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan lokal. Perbedaanya, kurikulum ini dalam pengembangannya harus didiferensiasikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik cerdas istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam
74
arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya. Sehingga lama waktu belajar di SMP yang seharusnya untuk kelas regular diselesaikan dalam waktu tiga tahun tetapi untuk kelas akselerasi hanya diselesaikan demikian,
dalam
peserta
waktu didik
dua
program
tahun.
Dengan
akselerasi
lulus
bersamaan dengan kelas reguler yang sudah masuk satu tahun sebelumnya. Perencanaan kurikulum yang dilakukan pada program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon berdasarkan hasil temuan penelitian sudah memenuhi ketentuan yang ada. Kurikulum yang digunakan oleh program akselerasi merupakan pemadatan dari kurikulum kelas regular, yang seharusnya kurikulum kelas regular diselesaikan dalam waktu tiga tahun untuk kelas akselerasi hanya diselesaikan dalam waktu dua tahun. c. Tenaga Pendidik (Guru) Kualifikasi tenaga pendidik merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan keberhasilan proses pelaksanaan program akselerasi. Idealnya, guru yang mengajar pada program akselerasi juga memiliki potensi
dan
kecerdasan
didiknya
memiliki
potensi
istimewa.
Namun,
untuk
istimewa
karena
kecerdasan mencapai
peserta
dan
kondisi
bakat ideal
tersebut nampaknya sulit tercapai. Berkenan dengan hal tersebut, guru yang dipilih hendaknya guru yang memiliki kemampuan, sikap, dan keterampilan terbaik di antara guru yang ada.
75
Guru-guru
tersebut
dipilih
berdasarkan
pengalaman dan kemampuan mengajar, serta memiliki kualifikasi sesuai dengan bidangnya. Selain itu, hal yang penting juga adalah memiliki dedikasi tinggi serta memiliki
emosional
yang
stabil
sehingga
mampu
menjalin ikatan emosional dengan peserta didik guna memahami karakteristik peserta didik itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah sebagai berikut: Guru-guru yang mengajar di program akselerasi merupakan guru-guru yang dipilih berdasarkan kualitas, tanggung jawab, dan pendidikan guru tersebut. Saya dibantu oleh kaur bidang standar isi dan proses pembelajaran memilih langsung guruguru yang dianggap kompeten dan sudah senior untuk mengajar di program akselerasi. Latar belakang pendidikan guru-guru tersebut juga menjadi pertimbangan kami. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Berdasarkan penjelasan kepala sekolah di atas ditegaskan
bahwa,
untuk
tenaga
pendidik
(guru)
program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dipilih berdasarkan pengalaman dan kemampuan mereka mengajar,
penguasaan
materi
dan
emosional,
pengetahuan kebutuhan/kondisi peserta didik, dan tidak semua guru dapat mengajar di kelas akselerasi. Hal
ini
juga
senada
dengan
pernyataan
disampaikan oleh wakil kepala sekolah bahwa: Guru yang mengajar di kelas akselerasi adalah guruguru yang dianggap berpengalaman dan senior. Pemilihan guru pengajar program akselerasi sepenuhnya ditentukan oleh kepala sekolah dengan tetap mengacu pada pedoman dan standar yang sudah ditentukan. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)
yang
76
Mengenai disampaikan
perekrutan
oleh
tenaga
koordinator
pendidik
program
juga
akselerasi
bahwa: Dari sekian banyak guru yang ada, diambil 24 orang untuk mengajar di program akselerasi. Kriterianya sesuai dengan buku pedoman penyelenggaraan program akselerasi. Selebihnya, pemilihan guru program akselerasi sepenuhnya ditentukan oleh kepala sekolah. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)
Jumlah guru di SMP Negeri 6 Ambon yang mengajar pada kelas akselerasi sebanyak 24 orang, terdiri dari: lima (5) laki-laki dan 19 perempuan, dan merupakan guru mata pelajaran dengan rata-rata kualifikasi pendidikan S1 (Sumber: Profil SMP Negeri 6 Ambon, 2014). Dari hasil wawancara dan data profil guru menunjukkan
bahwa
dalam
memilih
guru
yang
mengajar di program akselerasi ditentukan oleh kepala sekolah dengan berpedoman pada kriteria yang ada pada Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon. Guru yang mengajar pada program akselerasi harus
memenuhi
kualifikasi
sebagaimana
yang
dipersyaratkan, serta memiliki motivasi yang kuat untuk mengembangkan potensi siswa secara maksimal. Perencanaan seleksi guru program akselerasi di SMP Negeri
6 Ambon
berdasarkan hasil temuan
penelitian adalah sudah sesuai dengan ketentuan yang ada pada pedoman penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa. Guru yang mengajar di kelas akselerasi merupakan guru-guru pilihan yang
77
dipilih oleh Kepala Sekolah dengan dibantu Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian. d. Sarana dan Prasarana Komponen input selanjutnya adalah sarana dan prasarana. Sekolah penyelenggara program akselerasi diharapkan
mampu
memenuhi
sarana
penunjang
kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.
Dengan
adanya
sarana
dan
prasarana
penunjang kegiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan
peserta
didik,
diasumsikan
proses
pelaksanaan program akselerasi akan dapat berjalan dengan lancar, dan tujuan program dapat tercapai dengan baik pula. Sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan program akselerasi yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar program akselerasi pada umumnya sama
dengan
program
kelas
regular,
seperti:
laboratorium IPA, perpustakaan, dan laboratorium komputer. Tetapi ada sarana prasarana khusus yang diberikan pada program akselerasi seperti: ruangan kelas bersih, nyaman, dan dilengkapi dengan AC, pembelajaran berbasis Information and Communication Technology (ICT), VCD, TV, infocus, komputer, jaringan internet (WiFi), modul, buku, dan lain sebagainya. Sarana program
dan
akselerasi
prasarana
yang
tersedia
cukup
memadai
untuk
seperti
dikemukakan oleh kepala sekolah sebagai berikut: Sarana dan prasarana yang tersedia untuk program akselerasi cukup memadai, kami punya laboratorium IPA, laboratorium komputer, perpustakaan, dan ruang multimedia, dan setiap
yang
78
kelas tersedia LCD, Komputer, dan TV. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh kaur bidang standar sarpras dan pembiayaan bahwa: Untuk sarana dan prasarana cukup baik, setiap kelas di program akselerasi tersedia TV, komputer, LCD, serta fasilitas penunjang lainnya seperti: laboratorium dan ruang multimedia (Sumber: Wawancara dengan Kaur Bidang Standar Sarpras dan Pembiayaan, 1 April 2015)
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan salah seorang peserta didik program akselerasi bahwa: Sarana dan prasarana di kelas akselerasi lebih lengkap daripada di program reguler, di tiap-tiap kelas ada komputer, TV, dan LCD, kalau di kelas reguler tidak ada. Kami diwajibkan memiliki laptop. (Sumber: Wawancara dengan peserta didik program akselerasi, 6 April 2015)
Pernyataan-pernyataan diatas diperkuat dengan studi dokumen dan observasi yang dilakukan pada tanggal 1 April 2015, ditemukan data dokumen sarana dan prasarana sekolah sebagai berikut: ruang kelas dengan luas rata-rata 63 m2 yang dilengkapi fasilitas antara lain LCD, TV, 1 unit komputer, dan AC. Fasilitas penunjang lainnya terdiri dari 2 ruang Lab. IPA, 1 ruang Lab. Komputer, 1 ruang multimedia, ruang kesenian,
perpustakaan,
serta
ruang
serba
guna
(Sumber: Data Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 6 Ambon, data diolah) Dari hasil wawancara dan data sarpras diatas menunjukan bahwa fasilitas yang disediakan pihak sekolah
sudah
cukup
memadai
dan
memenuhi
ketentuan yang ada untuk penyelenggaraan program
79
akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Sarana dan prasarana yang digunakan pada program akselerasi harus
lengkap
untuk
menunjang
proses
belajar
mengajar dan pengembangan bakatnya. e. Pembiayaan Penyelenggaraan program akselerasi tidak lepas dari masalah biaya. Biaya tersebut digunakan untuk membiayai segala macam kegiatan dalam program tersebut. Selama ini, dana untuk program akselerasi bersumber dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan iuran dari orang tua peserta didik, sedangkan dana dari pemerintah masih sangat terbatas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bahwa: Biaya dari pemerintah untuk program akselerasi sangat sedikit. Dan selama ini dana yang digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan di program akselerasi sebagian besar adalah dari orang tua peserta didik/komite sekolah dan dana BOS. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)
Pernyataan
tersebut
diperkuat
dengan
data
tentang sumber pembiayaan penyelenggaraan program akselerasi setiap tahunnya seperti pada tabel berikut: Tabel 4.4 Sumber Dana Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Tahun Ajaran 2013/2014 No 1. 2. 3.
Sumber Dana BOS Direktorat PLB (Pendidikan Luar Biasa) Komite Sekolah/orang tua siswa (jumlah keseluruhan iuran bulanan dan
Total Biaya Rp. 790.230.000,Rp. 210.000,- x 52 x 12 = Rp. 131.040.000,-
80
sumbangan pendidikan bagi siswa baru) 4. Lain-lain Jumlah Rp. 921.270.000 (Sumber: Studi Dokumentasi RKAS Tahun 2013/2014 dan wawancara dengan Bendahara SMP Negeri 6 Ambon, tanggal 1 April 2015)
Hasil wawancara dan studi dokumentasi di atas menunjukkan
bahwa
pembiayaan
untuk
penyelenggaraan program akselerasi bersumber dari pemerintah (dana BOS) dan pihak sekolah mengambil kebijakan dengan menarik sumbangan berupa iuran tetap dari orang tua peserta didik setiap bulan. Perencanaan
pembiayaan
program
akselerasi
yang dilakukan oleh SMP Negeri 6 Ambon berdasarkan hasil
temuan
penelitian
adalah
dilakukannya
musyawarah antara pihak sekolah dan orang tua peserta didik sekaligus untuk penentuan apa saja yang dibutuhkan oleh peserta didik cerdas istimewa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Semua kegiatan yang dilakukan dalam program akselerasi ini dibantu oleh orang tua peserta didik, karena program akselerasi ini masih merupakan program mandiri tanpa adanya bantuan dari pemerintah. Para orang tua peserta didik tidak merasa keberatan untuk membantu pembiayaan, demi kelancaran program tersebut.
81
4.2.3 Evaluasi
Process
Program
Akselerasi
SMP
Negeri 6 Ambon 1. Persiapan Penyelenggaraan Program Akselerasi Penyelenggaraan Negeri
6
Ambon
program
akselerasi
diawali
dengan
di
SMP
persiapan
penyelenggaraan program. Pihak sekolah menyiapkan berbagai
sumber
daya
terselenggaranya kesiapan
guru
program
program yang
yang
mendukung
akselerasi,
memenuhi
meliputi:
syarat
rata-rata
pendidikannya lulusan S1, sarana dan prasarana belajar yang memadai, dan lain sebagainya. Langkah selanjutnya
sekolah
membuat
rencana
program
akselerasi disusun dengan baik dalam bentuk proposal yang memuat profil sekolah dan diajukan kepada dinas pendidikan
kota,
provinsi,
dan
pemerintah
pusat
dengan tujuan mendapatkan izin penyelenggaraan program akselerasi. Persiapan-persiapan
yang
dilakukan
adalah
mengikuti sosialisasi program akselerasi dari Dirjen PLB Jakarta di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku, mengikuti pendidikan dan latihan guru mata pelajaran tingkat SMP untuk penyelenggaraan program
akselerasi
di
Jakarta,
melakukan
rapat
koordinasi dengan guru-guru calon pengampu mata pelajaran pada program akselerasi, dan komite sekolah, sosialisasi program akselerasi kepada orang tua peserta didik, penyusunan kalender pendidikan, analisis materi pelajaran,
program
tahunan,
program
caturwulan,
82
satuan pelajaran, dan perangkat pembelajaran (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015). Keputusan untuk menyelenggarakan program akselerasi
telah
melalui
serangkaian
proses
perencanaan dengan menggunakan analisis SWOT terhadap kelayakan SMP Negeri 6 Ambon dalam menyelenggarakan program akselerasi. Hasil analisis SWOT tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Matrik Hasil Analisis SWOT Kelayakan SMP Negeri 6 Ambon FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL Strength (S) 3,55 Opportunities (O) 3,50 Weaknesses (W) 2,60 Treaths (T) 2,30 Selisih 0,95 Selisih 1,20 (Sumber: Dokumen Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon)
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa strategi pengembangan SMP Negeri 6 Ambon dalam persiapan penyelenggaraan
program
akselerasi
perlu
memanfaatkan strategi S-O yaitu mendukung strategi agresif, yang memungkinkan sekolah tersebut untuk membuka program akselerasi. Selanjutnya,
kepala
sekolah
melakukan
sosialisasi konsep akselerasi pendidikan bagi peserta didik
yang
memiliki
potensi
kecerdasan
istimewa
kepada seluruh dewan guru. Tampak bahwa tujuan untuk mengadakan sosialisasi kepada seluruh unsur tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah tersebut adalah perlunya
untuk
memperoleh
program
akselerasi
pemahaman sebagai
tentang
wadah
bagi
83
peserta didik yang memiliki kecerdasan istimewa di SMP Negeri 6 Ambon. Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara peneliti dengan koordinator program akselerasi sebagai berikut: Kami melaksanakan sosialisasi konsep akselerasi pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Sosialisasi tersebut dengan melibatkan stakeholders yang meliputi; warga sekolah yang terdiri dari guru dan pegawai, komite sekolah yang dapat memfasilitasi sarana dan prasana pelaksanaan program akselerasi, dan orangtua peserta didik sebagai penyumbang dana pelaksanaan program, serta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku selaku pemangku kebijakan yang memberikan izin terhadap rencana pelaksanaan program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon ini (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).
Kegiatan selanjutnya setelah sosialisasi adalah melakukan studi banding ke beberapa sekolah di Jakarta
yang
akselerasi.
sudah
menyelenggarakan
Tujuannya,
dengan
program
melakukan
studi
banding maka hal-hal yang masih baru dan belum dipahami dengan benar akan menjadi lebih jelas. Kegiatan seleksi tenaga pendidik dan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program akselerasi merupakan proses pemanfaatan sumberdaya sekolah
secara
terpadu
yang
diharapkan
dapat
menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Muara
dari
semua
kegiatan
persiapan
penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon
adalah
tersusunnya
proposal
permohonan
84
penyelenggaraan.
Kelengkapan
dan
keakuratan
isi
proposal permohonan itu mengindikasikan seberapa jauh pemahaman dan kesiapan sekolah tersebut untuk dapat ditetapkan
sebagai
sekolah
penyelenggara
program
akselerasi. 2. Mekanisme Penyelenggaraan Program Akselerasi Permohonan
izin
penyelenggaraan
program
akselerasi dilaksanakan atas ide dari pihak sekolah yang bersangkutan yang dikenal dengan istilah school based management, manajemen berbasis sekolah. Pada prinsipnya, dengan menggunakan manajemen berbasis sekolah
ini
menentukan
sekolah arah
lebih
mandiri
pengembangan
dan
mampu
sesuai
dengan
tuntutan lingkungan masyarakatnya akan kualitas layanan pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan hal di atas, kepala sekolah menceritakan
proses
perizinan
penyelenggaraan
program akselerasi sebagai berikut: Untuk pengajuan izin kami membuat permohonan yang dilengkapi dengan profil sekolah. Profil sekolah memuat data-data fisik sekolah, seperti luas tanah dan bangunan, jumlah ruang kelas dan sarana di ruang kelas itu, fasilitas lain seperti lab IPA, lab komputer, perpustakaan, terus keadaan gurugurunya dengan kualifikasi dan masa mengajarnya. Proposal ini kami buat rangkap tiga. Masing-masing kami kirim ke Dinas Kota, Dinas Provinsi, dan Direktorat PSLB di Jakarta (Sumber: wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).
Lebih lanjut, koordinator program akselerasi juga menyatakan: Seingat saya, tidak lama setelah kami kirimkan proposal itu, ada pengawas sekolah dari Dinas yang
85
datang untuk klarifikasi. Mereka datang untuk mencocokkan data yang kami tuliskan di profil sekolah dengan keadaan yang sebenarnya ada di sekolah. Mereka melihat langsung kondisi kelas. Karena kami memang memenuhi kriteria yang dibuat dalam Pedoman maka oleh Dinas Pendidikan Kota kami direkomendasikan ke Dinas Provinsi (Sumber: wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).
Menyambung pernyataan yang disampaikan oleh kedua informan di atas, kaur bidang standar sarpras dan pembiayaan mengungkapkan bahwa: Sama seperti tim dari Dinas Pendidikan Kota, tim dari Dinas Provinsi juga datang untuk mencocokkan data yang kami tulis di profil sekolah dengan kenyataan di lapangan. Mereka minta data-data prestasi anak-anak dan juga melihat semua fasilitas sekolah (Sumber: wawancara dengan Kaur Bidang Standar Sarpras dan Pembiayaan, 1 April 2015).
Simpulan dari pernyataan-pernyataan di atas, mekanisme penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon mengikuti alur sebagai berikut: (1) sekolah
menyusun
proposal
permohonan
penyelenggaraan kepada Dinas Pendidikan Kota, Dinas Pendidikan
Provinsi,
dan
Direktorat
PLB
yang
dilengkapi dengan profil sekolah, (2) Dinas Pendidikan Kota melakukan observasi dan supervisi ke sekolah, (3) hasil
observasi
dan
supervisi
itu
menjadi
dasar
rekomendasi ke Dinas Provinsi, (4) Dinas Provinsi melakukan observasi dan supervisi ke sekolah, dan (5) Dinas Provinsi menerbitkan SK Penetapan sebagai sekolah penyelenggara program akselerasi.
86
3. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi Ditinjau program
dari
akselerasi
bentuk di
SMP
penyelenggaraannya, Negeri
6
Ambon
menggunakan model ”Kelas Khusus”, yaitu: peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus. Dalam artian bahwa ruang belajar untuk kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon disendirikan. Setiap tahunnya sekolah membentuk satu atau dua kelas akselerasi, tergantung jumlah peserta didik yang di rekrut. Seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa: Sekolah menggunakan model kelas khusus. Sekolah mengembangkan kelas CI, BI olahraga, dan BI Seni. Kelas BI Seni ini tidak ada di sekolah lain, hanya di SMP Negeri 6 Ambon. Alasan dibukanya kelas BI Seni karena beberapa tahun terakhir SMP Negeri 6 Ambon mempunyai prestasi di tingkat internasional di bidang vocal group, serta peserta didik mempunyai talenta menyanyi dan bermain musik. Filosofisnya, karena orang Ambon itu identik dengan menyanyi dan musik. Kelas BI Seni merupakan bagian dari BI, walaupun pola seperti ini tidak/belum ada di tingkat nasional, tetapi sekolah membuatnya supaya menjadi model. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Pendapat yang sama disampaikan oleh wakil kepala sekolah bahwa: Sekolah mengembangkan 3 kelas akselerasi, yaitu: kelas Cerdas Istimewa (CI), Bakat Istimewa Olahraga, (BI Olahraga), dan Bakat Istimewa Seni (BI Seni). Pemilihan bentuk model kelas khusus didasarkan pada kebutuhan belajar dari peserta didik tersebut, mereka memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa sehingga mereka harus mendapat pelayanan khusus dalam memenuhi kebutuhan belajarnya. Apabila mereka tidak
87
diberikan layanan khusus misalnya dicampur dengan peserta didik kelas reguler, maka cenderung akan underachiever yaitu berprestasi jauh dibawah kemampuan aslinya. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)
Hal
yang
sama
juga
diungkapkan
oleh
koordinator program akselerasi bahwa: Program akselerasi di sekolah kami terdiri dari: kelas Cerdas Istimewa (CI), Bakat Istimewa (BI), dan Bakat Istimewa Seni (BI Seni). Kelas BI Seni baru dibuka tahun ini. Dalam pelaksanaannya menggunakan model kelas khusus. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)
Pernyataan diatas juga diperkuat dengan hasil observasi yang menunjukkan bahwa masing-masing program tersebut mempunyai ruang kelas sendiri. (Sumber: Hasil Observasi, 1 April 2015). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan memperlihatkan bahwa pihak sekolah dalam menyelenggarakan
program
akselerasi
menggunakan
model kelas khusus, dan program yang dikembangkan terdiri dari: kelas Cerdas Istimewa (CI), Bakat Istimewa Olahraga (BI Olahraga), dan Bakat Istimewa Seni (BI Seni). Selanjutnya, dalam penelitian ini difokuskan pada penyelenggaraan program akselerasi bagi peserta didik cerdas istimewa (CI) karena dari ketiga program yang dikembangkan oleh sekolah, hanya kelas CI saja yang menggunakan model layanan percepatan belajar, yaitu memadatkan masa belajar dari tiga tahun menjadi dua tahun. Sedangkan untuk kelas BI, baik BI Olahraga maupun BI Seni tetap menyelesaikan pendidikan dalam waktu tiga tahun sama seperti kelas reguler.
88
Program akselerasi merupakan program yang independen, maka manajemennya terpisah dengan program
reguler.
Hal
ini
bertujuan
untuk
memperlancar proses belajar mengajar dalam rangka menghasilkan kualitas lulusan yang lebih baik, efektif, dan efisien. Berikut time schedule kelas akselerasi, Tabel 4.6 Time Schedule Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Tahun Ajaran 2014/2015 NO 1. 2. 3. 4. 5.
WAKTU 15 -17 Juli 2014 18 - 20 Juli 2014 21 July 2014 13 - 17 Oktober 2014 2 - 10 Desember 2014
KEGIATAN MOS Workshop KBM pertama Semester I Mid Semester Pelaksanaan Ujian Akhir Semester I 6. 11 - 20 Desember 2014 Kegiatan Sekolah 7. 21 Desember 2014 Pembagian Raport 8. 22 - 31 Desember 2014 Libur Akhir Semester Ganjil 9. 1 - 5 Januari 2015 Libur Semester 10. 6 Januari 2015 Hari Pertama Semester II 11. 24 - 29 Maret 2015 Mid Semester Ujian Nasional 12. 21 - 23 April 2015 24 30 April 2015 Ujian Praktek 13. Ujian Semester II 14. 2 - 7 Juni 2015 9 20 Juni 2015 Kegiatan Sekolah 15. Pembagian Raport 16. 21 Juni 2015 17. 23 - 30 Juni 2015 Libur Semester II (Sumber: Studi Dokumentasi Kalender Pendidikan SMP Negeri 6 Ambon Tahun Ajaran 2014/2015)
4. Pengelolaan Program Akselerasi Dalam
penyelenggaraan
program
akselerasi,
pihak sekolah membentuk tim penyelenggara yang diberi kewenangan khusus untuk mengelola program tersebut, melalui Surat Keputusan Kepala Sekolah No. 422/14/SMP 6/2014 tentang penetapan koordinator
89
kelas khusus. Melalui SK kepala sekolah tersebut, maka jelas bahwa program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon
memiliki
kepengurusan
yang
resmi
(SK
Terlampir). Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh kepala sekolah yang menyatakan bahwa: Dalam mempersiapkan implementasi program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, kami perlu melakukan persiapan yaitu membentuk tim penyelenggara program akselerasi di sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru-guru senior yang memiliki kepedulian dan perhatian untuk memberikan layanan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Hasil wawancara tersebut di dukung pula oleh pernyataan dari koordinator program akselerasi bahwa: Pembentukan tim ini adalah dengan tujuan untuk mengelola penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Hal ini dilakukan melalui rapat dewan guru setelah melakukan sosialisasi program akselerasi kepada semua dewan guru yang ada di SMP Negeri 6 Ambon. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)
90
Adapun susunan tim penyelenggara program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sebagai berikut: Penanggungjawab Program Akselerasi (Kepala Sekolah) Koodinator Program Akselerasi (Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian)
Wali Kelas Program Akselerasi
Guru Mata Pelajaran
Peserta didik Program Akselerasi Gambar 4.1 Struktur Pengurus Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi, data diolah)
Dari data dokumen struktur pengurus program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon menunjukan bahwa pengorganisasian dan pembagian tugas sesuai dengan bidang masing-masing, sehingga penyelenggaraannya dapat berjalan dengan baik. Pengorganisasian tugas pada program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dilakukan dengan struktur organisasi
yang
sangat
sederhana
dengan
alasan
efisiensi. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah
yang menjelaskan
bahwa: Didalam struktur pengorganisasian, kepala sekolah bertindak sebagai penanggungjawab program. Pada struktur ini tidak terdapat bendahara yang mengatur keuangan dari program akselerasi, karena sistem keuangan program akselerasi dijadikan satu dengan pembiayaan sekolah. Jadi, dengan jumlah
91
yang relatif sedikit tidak dibuatkan struktur organisasi yang besar. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Hal tersebut didukung juga oleh pernyataan dari wakil kepala sekolah bahwa: Sistem pengorganisasinya sebagai berikut: kepala sekolah sebagai penanggung jawab, koordinator program akselerasi dirangkap sekaligus oleh Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian. Masingmasing kelas akselerasi didampingi oleh dua wali kelas. Tidak terdapat bendahara program akselerasi karena pembiayaan program akselerasi disatukan dengan pembiayaan sekolah. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah tanggal 25 Maret 2015)
Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh koordinator program akselerasi bahwa: Penanggungjawab program akselerasi adalah kepala sekolah, kemudian koordinator program dijabat oleh Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian. Tidak ada bendahara khusus untuk program akselerasi. (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa untuk
mengoptimalkan
penyelenggaraan
program
akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, maka kepala sekolah telah membentuk tim penyelenggara program akselerasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan program akselerasi tidak dirangkap oleh kepala sekolah. Artinya, kepala sekolah berdasarkan mekanisme
yang
ada,
koordinator
program
telah
akselerasi
menetapkan tersendiri,
tugas utama mengelola program akselerasi.
ketua dengan
92
5. Pelaksanaan Program Akselerasi Pelaksanaan merupakan bentuk konkrit dari apa yang telah direncanakan sebelumnya, rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan rambu-rambu yang telah
dibuat.
Dalam
hal
ini,
rambu-rambu
yang
dimaksud adalah yang terdapat dalam buku pedoman pendidikan bagi peserta didik cerdas istimewa. Pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon meliputi: a. Rekrutmen Peserta didik Pelaksanaan program akselerasi diawali dengan proses rekrutmen peserta didik yang dimulai pada saat seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) setiap tahun ajaran baru, yang dimulai pada bulan Juni. Berdasarkan perencanaan, tiap kelas ditempati oleh 20 orang peserta didik (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon). Namun, dalam pelaksanaannya, jumlah peserta didik yang mengikuti program akselerasi setiap tahun rata-rata berjumlah 25 orang peserta didik yang di seleksi dari peserta didik baru, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Keadaan Peserta Didik Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Delapan Tahun Terakhir
No.
Tahun Ajaran
1. 2. 3.
2007/2008 2008/2009 2009/2010
Jumlah Peserta Didik CI yang memiliki IQ 130 23 26 28
Jumlah Peserta Didik CI Hasil Rekrutmen
Jumlah Rombel CI
20 20 25
1 1 1
93
4. 2010/2011 30 25 1 5. 2011/2012 50 48 2 6. 2012/2013 35 25 1 7. 2013/2014 53 52 2 8. 2014/2015 55 50 2 (Sumber: Dokumen SMP Negeri 6 Ambon, data diolah)
Terjadinya fluktuasi jumlah peserta didik yang mengikuti program akselerasi mengacu pada hasil tes sesuai persyaratan masuk program tersebut. Hal ini juga didukung hasil wawancara dengan kepala sekolah yang menyatakan bahwa: Setiap tahunnya kami membentuk kelas akselerasi, dimana jumlah kelas dan peserta didiknya tergantung dari hasil seleksi. Misalnya, jika dari hasil seleksi diperoleh 25 orang, maka dibentuk satu kelas, dan apabila diperoleh 50 orang maka dibentuk dua kelas. Apabila jumlah peserta didik jumlah siswa yang masuk program akselerasi kurang dari 20 peserta didik, maka akan dipertimbangkan lebih lanjut. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
dalam
pelaksanaannya, pihak sekolah masih memberikan toleransi jumlah peserta didik program akselerasi untuk setiap kelasnya, dari yang seharusnya 20 orang tiap kelasnya. Artinya, sekolah tidak perlu memisahkan kelebihan peserta didik ini ke dalam kelas tersendiri. Pelaksanaan
seleksi
peserta
didik
sudah
dilakukan sesuai dengan yang direncanakan, yaitu dengan
melakukan
tiga
tahapan,
tes
potensial
akademik, psikotes, dan kesehatan. Proses rekrutmen dan
seleksi
siswa
baru
SMP
Negeri
6
Ambon
berlangsung dengan terbuka tanpa adanya rayonisasi dengan memfokuskan pada proses pelaksanaan seleksi
94
yang
objektif,
jawabkan. program
terbuka,
Pelaksanaan akselerasi
dan tes
dapat seleksi
bekerjasama
dipertanggung peserta
dengan
didik
Yayasan
Dynda Pratama (Pusat Penyelenggaraan Pelatihan dan Test Psikologi) Yogyakarta. Hasil tes psikotes dari psikolog direkomendasikan kepada pihak sekolah yang isinya siswa disarankan, dipertimbangkan, atau tidak disarankan untuk masuk ke program akselerasi. Jumlah maksimal siswa yang diterima di program akselerasi tidak boleh melebihi 25 siswa apabila jumlah yang disarankan melebihi quota maka hasil akademik sebagai penentuannya, namun juga memperhatikan persetujuan orang tua. Walaupun siswa masuk dalam kategori disarankan, dan hasil tes akademiknya bagus, apabila orang tua tidak sepakat pihak
penyelenggara
tidak
bisa
memaksa
siswa
tersebut masuk ke program akselerasi. Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah, beliau menyatakan bahwa, Rekrutmen dan seleksi siswa yang masuk ke kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dilakukan dengan memperhatikan nilai NUN SD, rapor SD kelas 4, 5, dan 6, tes akademis, tes psikologis dengan tes IQ, minat, dan persetujuan orang tua (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).
Berdasarkan
hasil
wawancara
di
atas
menunjukkan bahwa proses rekrutmen siswa kelas akselerasi dimulai pada saat test masuk (PPDB). Selanjutnya
melakukan
seleksi
administrasi,
tes
akademik dan tes psikologi. Kemudian merengking nilai siswa mulai dari yang tertinggi sampai terendah. Siswa akan mengikuti matrikulasi selama tiga bulan. Peserta
95
yang dinyatakan lulus dalam proses rekrutmen dan seleksi
adalah
mereka
yang
memiliki
potensi
kecerdasan, kreativitas, yang tinggi dan keterikatan pada tugas (task commitment) yang mengacu pada indikator
ketangguhan,
kemandirian,
bertanggung
jawab, beretos kerja, realistis, suka belajar, dan dapat berkonsentrasi dengan baik. Proses seleksi untuk menjadi peserta didik kelas akselerasi dilakukan secara objektif, akuntabel (dapat dipercaya), dan transparan. b. Kurikulum Pelaksanaan
kurikulum
program
akselerasi
berdasarkan temuan penelitian sudah sesuai dengan apa yang direncanakan. Kurikulum program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon dikembangkan secara diferensiasi oleh sekolah. Oleh karena itu, Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian dalam menyusun draf kurikulum program kelas akselerasi dibantu oleh beberapa orang guru senior. Kurikulum kelas
akselerasi
pada
dasarnya
sama
dengan
kurikulum kelas reguler, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP)
dan
muatan
lokal,
perbedaannya untuk kelas akselerasi lebih dipadatkan waktunya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian bahwa, Kurikulum yang diterapkan di kelas akselerasi sama dengan kurikulum di kelas reguler, yaitu kurikulum KTSP. Perbedaan dengan kelas reguler adalah kelas akselerasi waktunya lebih lama jam belajarnya per hari bila dibandingkan dengan kelas reguler. Kemudian, satu semester untuk kelas akselerasi sama dengan 4 bulan sedangkan satu semester untuk kelas reguler sama dengan 6 bulan. Lama waktu belajar di SMP untuk kelas akselerasi selama
96
2 tahun sedangkan bagi kelas reguler adalah 3 tahun (Sumber: wawancara dengan Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian, 30 Maret 2015).
Begitu juga hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah, beliau menjelaskan bahwa, Kurikulum kelas akselerasi itu sama dengan kurikulum kelas reguler, yakni menggunakan kurikulum KTSP. Perbedaannya, kurikulum ini dalam pengembangannya harus dideferensiasikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya (Sumber: wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015).
Berdasarkan data dokumen yang dipedomani dari kurikulum akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dan jadwal pelajaran di kelas akselerasi menunjukan bahwa kurikulum program akselerasi di sekolah tersebut menggunakan kurikulum KTSP dan Kurikulum Muatan Lokal dengan dimodifikasi materi/isi, alokasi waktu, modifikasi proses belajar mengajar, sarana pendukung dan media yang dipergunakan (Sumber: Hasil Studi Dokumen Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon). Hasil wawancara dan studi dokumentasi di atas menunjukkan bahwa kurikulum kelas akselerasi pada dasarnya sama dengan kurikulum kelas reguler, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan muatan dalam
lokal.
Perbedaannya,
pengembangannya
kurikulum
harus
tersebut
dideferensiasikan
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa dengan cara memberikan pengalaman belajar yang
97
berbeda dalam arti kedalaman, keluasan, percepatan, maupun dalam jenisnya. Sehingga, lama waktu belajar di SMP untuk kelas akselerasi selama dua (2) tahun sedangkan bagi kelas reguler adalah tiga (3) tahun. c. Rekrutmen dan Pembinaan Tenaga Pendidik (Guru) Jumlah guru SMP Negeri 6 Ambon yang mengajar pada program akselerasi ada 24 orang, terdiri dari: lima (5) laki-laki dan 19 perempuan, dan merupakan guru mata
pelajaran
dengan
kualifikasi
pendidikan
S1
berjumlah 19 guru, S2 sebanyak tiga (3) orang guru, dan dua (2) orang guru lulusan DIII (Sumber: Profil Guru SMP Negeri 6 Ambon). Pelaksanaan seleksi tenaga pendidik berdasarkan temuan penelitian belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Hal ini disebabkan karena masih terdapat dua orang guru lulusan DIII, yaitu guru mata
pelajaran
Namun
prakarya
demikian,
kedua
(TIK)
dan
orang
penjaskesrek. guru
tersebut
sementara menempuh studi lanjut S1. Khusus untuk mata pelajaran penjaskesrek, hal ini bukan berarti di sekolah tersebut tidak ada guru penjaskesrek dengan kualifikasi S1, tetapi guru yang bersangkutan sudah mengajar di kelas bakat istimewa olahraga (Sumber: Wawawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015). Tidak dijumpai adanya penerapan seleksi secara khusus yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam memilih guru yang mengajar pada kelas akselerasi. Pemilihan
guru
program
akselerasi
sepenuhnya
98
ditentukan oleh kepala sekolah dengan pertimbangan, antara lain: guru yang sudah senior dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.
Guru-guru
tersebut
sudah
memenuhi
standar kompetensi dan mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikan. Berdasarkan
observasi
yang
dilakukan
oleh
peneliti pada tanggal 2 April 2015 ditemukan bahwa guru yang mengajar di kelas akselerasi sudah mampu menyesuaikan
dengan
kondisi
siswa
dan
berpenampilan sopan. Hal ini merupakan bentuk pelayanan pendidikan dalam program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon yaitu dengan menyediakan guru terbaik dan yang memiliki prasyarat kriteria guru program akselerasi, sehingga mampu menyesuaikan dan mengimbangi kemampuan belajar peserta didik yang berkebutuhan khusus (dalam arti “lebih”) dengan kemampuan
mengajarnya
yang
nantinya
dapat
memberikan hasil yang memuaskan. Guru program akselerasi memiliki tugas dan tanggung jawab yang sedikit berbeda dengan guru program regular. Oleh karena itu guru akselerasi dianggap perlu dibekali dengan pengetahuan tentang siswa berbakat intelektual beserta kebutuhan akan pendidikannya. Dan pihak SMP Negeri 6 Ambon berusaha untuk mengikutsertakan guru-guru program akselerasi di berbagai pelatihan, workshop, ataupun seminar yang berkaitan dengan pendidikan peserta didik program akselerasi.
99
Sebagaimana sekolah
bahwa
yang
diungkapkan oleh kepala
“pembekalan
guru-guru
akselerasi
dilakukan baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar.” (Sumber: wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015). Sementara itu, koordinator program akselerasi mengatakan bahwa: SMP Negeri 6 Ambon bekerjasama dengan dinas pendidikan dan perguruan tinggi di Ambon dalam rangka pengembangan program akselerasi. Kegiatan yang dilakukan berupa pelatihan atau workshop untuk guru akselerasi. (Sumber: wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).
Kegiatan yang dilakukan SMP Negeri 6 Ambon dalam
rangka
pengembangan
guru
akselerasi
di
antaranya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Rencana Kegiatan Pembinaan Guru Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Selama Satu (1) Tahun
No 1.
2.
Kegiatan Workshop tentang pembuatan bahan ajar untuk program akselerasi Workshop pembelajaran CTL
Waktu Pelaksanaan
Penanggung Jawab Kegiatan
Nara Sumber
Juli (minggu ke 1)
Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian
- Dinas Pendidik an Kota Ambon - Dosen Unpatti
Juli (minggu ke 4)
Kaur Bidang Standar Isi, Proses, dan Penilaian
Tim Dosen FKIP Unpatti
Sumber Dana dan Biaya yang dianggarkan BOS (10 juta) Komite Sekolah (10 juta) BOS (5 juta) Komite Sekolah (15 juta)
100
3.
Workshop Februari Kepala Dinas BOS PengembangSekolah Pendidik(10 juta) an/Penyusuna an Kota Komite n Kurikulum Sekolah 2013 (Program (10 juta) Akselerasi) (Sumber: Studi Dokumentasi RKAS dan wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015)
Untuk mempersiapkan guru-guru yang kompeten pada
program
kelas
akselerasi
pihak
sekolah
menyelenggarakan workshop minimal satu kali dalam setahun dengan menggunakan dana BOS. Hal ini sebagai mana yang diungkapkan oleh kepala sekolah yang menyatakan bahwa, Setelah perekrutan guru kelas akselerasi, kemudian pihak sekolah menyelenggarakan workshop atau diklat selama 2-3 hari, seperti diklat pengembangan media dan sumber pembelajaran, workshop penggunaan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dilakukan secara rutin dalam setiap tahun dalam rangka untuk mempersiapkan kompetensi dan kemampuan guruguru yang akan mengajar di kelas akselerasi. Karena guru harus menghadapi siswa-siswa yang memiliki kecerdasan istimewa yang mempunyai pola perkembangan yang berbeda dari siswa-siswa dengan intelegensi normal lainnya (Sumber: wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).
Workshop ini diselenggarakan di SMP Negeri 6 Ambon sendiri dengan mendatangkan narasumber dari luar sekolah yang kompeten. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan tersebut antara lain: waktu kegiatan terlalu singkat (hanya dilaksanakan 2-3 hari), serta informasi yang mendadak dari dinas pendidikan terkait waktu pelaksana kegiatan (Sumber:
101
wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015). Berdasarkan data hasil wawancara dan studi dokumentasi di atas, menunjukkan bahwa guru-guru yang di rekrut untuk program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon diharuskan untuk mengikuti diklat dan workshop. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas mengajar guru sehingga mampu memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. d. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana untuk siswa akselerasi seharusnya disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
yang
memiliki
kemampuan
dan
tingkat
kecerdasan tinggi. Namun, di SMP Negeri 6 Ambon sarana dan prasarana yang disediakan untuk siswa akselerasi tidak berbeda jauh dengan siswa reguler. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Kaur Bidang
Standar
Sarpras
dan
Pembiayan
menyatakan bahwa: Pada dasarnya siswa akselerasi itu mempunyai hak yang sama dengan siswa reguler, sarana dan prasarana yang disediakan sekolah juga sama, perbedaannya hanya terletak pada ruang kelasnya dimana ruang kelas akselerasi dilengkapi dengan AC, LCD, komputer, dan televisi. Sedangkan, untuk sarana dan prasarana lain misal laboratorium serta perpustakaan, sama. (Sumber: wawancara dengan kaur bidang standar sarpras dan pembiayaan, 1 April 2015).
yang
102
Sementara itu, menurut Koordinator Program Akselerasi bahwa, Fasilitas yang disediakan bagi peserta didik program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sama dengan peserta didik reguler agar tidak terjadi kesenjangan, yang membedakan hanya ruang kelas siswa akselerasi dilengkapi dengan AC, LCD, satu unit komputer untuk setiap kelas, serta televisi karena disesuaikan dengan kebutuhan siswa akselerasi (Sumber: wawancara dengan Koordinator Program Akselerasi, 30 Maret 2015).
Dari beberapa pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana di SMP Negeri 6 Ambon yang disediakan untuk peserta didik akselerasi pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan peserta didik reguler. Hal tersebut dilakukan agar tidak menimbulkan kesenjangan sosial antara peserta didik akselerasi dengan reguler. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1 April 2015 ditemukan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 6 Ambon sudah cukup lengkap dan memadai, hanya saja jumlah ruangannya terbatas, misalnya laboratorium. Saat ini kondisi sarana dan prasarana dalam kondisi baik. Ruang kelas akselerasi juga sudah cukup nyaman karena sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang tidak dimiliki oleh kelas reguler. Namun, pihak sekolah masih perlu menambah jumlah laboratorium agar siswa akselerasi dapat menggunakan dengan leluasa. Berdasarkan
hasil
studi
dokumentasi
data
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMP negeri 6 Ambon, sekolah tersebut belum memiliki laboratorium bahasa (data Terlampir). Dengan hanya mengandalkan
103
sumber
pembiayaan
mengalami
yang
kesulitan
laboratorium
tersebut.
ada,
dalam Untuk
pihak
upaya
sekolah
pengadaan
mengatasi
masalah
tersebut pihak sekolah bekerjasama dengan perguruan tinggi (Universitas Pattimura) dalam hal penggunaan laboratorium bahasa yang dimiliki oleh perguruan tinggi tersebut. e. Pembiayaan Program Pembiayaan untuk program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sampai saat ini masih menjadi permasalahan karena subsidi dari pemerintah masih belum
mencukupi.
Sumber
dana
untuk
program
akselerasi berasal dari Pemerintah Pusat yaitu berupa dana BOS dan orang tua peserta didik. Perihal pembiayaan program akselerasi seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah bahwa: Pembiayaan penyelenggaraan program akselerasi bersumber dari dana BOS dan subsidi (iuran) orang tua. Tapi kita pernah mendapatkan, hanya khusus untuk sekolah penyelenggara. Memang dari program kementerian ada khusus untuk yang akselerasi. Tetapi itu tidak setiap tahun kita dapat, hanya sekolah-sekolah penyelenggara akselerasi tertentu yang mendapatkan, tidak semua sekolah akselerasi dapat. Pada tahun anggaran 2014/2015 dana yang diperoleh sebesar Rp. 30 juta. Dana tersebut digunakan dalam proses penerimaan peserta didik baru dan operasional sekolah. Sedangkan, iuran dari orang tua peserta didik sebesar Rp. 210.000,-/bulan. Biaya tersebut digunakan untuk mendukung operasional sekolah, seperti: honor/insentif guru, penelitian, mulok komputer kreatif, dan kelebihan jam mengajar. (Sumber: Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
104
Biaya SPP yang dibayarkan oleh peserta didik program akselerasi yaitu sebesar Rp. 210.000/siswa, sedangkan
untuk
program
reguler
sebesar
Rp.
150.000/siswa. Seperti pernyataan dari Bendahara sekolah yang mengatakan bahwa, Kalau untuk program akselerasi sumber dananya dari dana BOS dan partisipasi orang tua peserta didik berupa iuran tetap tiap bulan sebesar Rp. 210.000,- (Sumber: Wawancara dengan bendahara sekolah, 1 April 2015)
Hasil wawancara di atas diperkuat dengan data tentang sumber-sumber pembiayaan penyelenggaraan program akselerasi Tahun Ajaran 2014/2015 seperti pada tabel berikut: Tabel 4.8 Sumber Dana Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Tahun Ajaran 2014/2015 No 1. 2. 3.
4.
Sumber Dana BOS Direktorat PLB (Pendidikan Luar Biasa) Komite Sekolah/orang tua siswa (jumlah keseluruhan iuran bulanan dan sumbangan pendidikan bagi siswa baru) Lain-lain Jumlah
Total Biaya Rp. 748.340.000,Rp. 30.000.000,Rp. 210.000,- x 50 x 12 = Rp. 126.000.000,-
Rp. 904.340.000
(Sumber: Studi Dokumentasi RKAS dan wawancara dengan Bendahara SMP Negeri 6 Ambon, 1 April 2015)
Dari hasil wawancara dan studi dokumentasi diatas
menunjukkan
bahwa
pembiayaan
untuk
penyelenggaraan program akselerasi bersumber dari pemerintah (dana BOS) dan pihak sekolah mengambil
105
kebijakan dengan menarik sumbangan berupa iuran tetap dari orang tua peserta didik setiap bulan. Untuk pembiayaan operasional yang berasal dari orang tua peserta didik, tentu dilakukan melalui koordinasi sekolah, komite, dan orang tua peserta didik. Hal ini menunjukkan
bahwa
dari
segi
perencanaan
pembiayaan untuk penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, belum direncanakan secara baik. Namun, sejauh ini pihak sekolah tidak mengalami kendala dari segi pembiayaan karena seluruh peserta didik program akselerasi mendapat beasiswa dari pemerintah. 6. Kegiatan Pembelajaran Program Akselerasi Kegiatan pembelajaran program akselerasi secara umum telah diatur dalam kalender pendidikan program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon. Pelaksanaan Proses belajar mengajar pada program akselerasi dilaksanakan setiap hari efektif sesuai dengan kalender pendidikan yang disusun oleh sekolah. Waktu belajar dilaksanakan pada pagi hari mulai pukul 08.00-15.00 untuk hari Senin dan Sabtu, pukul 07.15-14.15 untuk hari Selasa – Jumat, dengan alokasi waktu setiap jam pelajaran 45 menit (Sumber: Jadwal Pelajaran Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Tahun 2014). Wawancara dengan Kaur Bidang Standar Isi dan Proses Penilaian menyatakan bahwa: Proses belajar mengajar di kelas akselerasi dilakukan sama dengan kelas regular, alokasi waktu setiap mata pelajaran sama-sama 45 menit per jam mata pelajaran, namun jumlah kredit tiap mata pelajaran berbeda. Kurikulum yang dipergunakan
106
juga berbeda dengan kelas regular, media pembelajaran, sarana pendukung, kedalaman dan keluasan materi yang diajarkan oleh guru juga berbeda. (Sumber: Wawancara dengan kaur bidang standar isi dan proses penilaian, 30 Maret 2015).
Lebih
lanjut,
berdasarkan
hasil
wawancara
dengan salah seorang guru mata pelajaran kelas akselerasi menyatakan bahwa: Kegiatan proses pembelajaran di kelas akselerasi dirancang untuk memberikan pengalaman yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antara peserta didik dengan guru, untuk mencapai itu maka kami memilih suatu pendekatan pembelajaran dan strategi belajar melalui pendekatan student center, cooperative learning, CTL, PAKEM, dan lain-lain (Sumber: Wawancara dengan guru mata pelajaran program akselerasi, 2 April 2015).
Berdasarkan
hasil
wawancara
di
atas
menunjukkan bahwa bentuk kegiatan pembelajaran di kelas akselerasi menggunakan kurikulum KTSP dengan pendekatan strategi
sebagaimana
pembelajaran
yang
dikemas
sudah
disebutkan,
sedemikian
rupa
sehingga materi yang mestinya diberikan dalam waktu enam (6) bulan harus dapat diselesaikan dalam waktu empat (4) bulan per semester. Mengingat peserta didik program akselerasi memiliki kecerdasan luar biasa, maka setiap guru harus mempersiapkan rencana pembelajaran yang efektif dan efesien. Berdasarkan kalender pendidikan yang ada di SMP Negeri 6 Ambon, bahwa penilaian hasil belajar program akselerasi di sekolah tersebut jadwalnya tidak sama dengan kelas reguler, karena waktu belajar kelas akselerasi
adalah
empat
bulan.
Tetapi
untuk
107
ketentuan-ketentuan
umum
pelaksanaan
penilaian
hasil belajar siswa sama dengan kelas reguler. Macammacam alat penilaian pun sama dengan kelas reguler. Sekolah menetapkan jenis penilaian bagi tiap mata pelajaran meliputi: ulangan harian, tugas kelompok maupun tugas individu dan pekerjaan rumah (RP), ujian tengah semester, dan ujian akhir semester (Sumber: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon). Perencanaan
proses
pembelajaran
yang
dilaksanakan oleh guru di SMP Negeri 6 Ambon meliputi: program tahunan, program semester, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), khusus sesuai
dengan
karakteristik
peserta
didik
cerdas
istimewa karena waktu yang diberikan lebih singkat dibandingkan dengan peserta didik kelas reguler, dan disesuaikan dengan kalender pendidikan yang telah dirancang khusus. Pengaturan program pembelajaran yang biasanya ditempuh dalam waktu enam semester menjadi empat semester, dilakukan tanpa mengurangi isi muatan kurikulum.
Kunci
keberhasilan
guru
dalam
memberikan pengajaran di program akselerasi terletak pada kemampuan guru untuk melakukan analisis materi pelajaran dengan kalender pendidikan. Di SMP Negeri 6 Ambon, perencanaan akselerasi yang meliputi kurikulum akselerasi dilakukan pada awal tahun ajaran baru. Hal ini dijelaskan oleh kepala sekolah bahwa ”Setiap guru membuat perangkat pembelajaran diawal tahun ajaran. Ini berfungsi untuk memudahkan
108
guru
dalam
kegiatan
belajar-mengajar”
(Sumber:
Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015). Selain
itu
dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran, guru telah memanfaatkan sarana dan media pembelajaran yang ada seperti: LCD, komputer, ruang
multimedia,
serta
laboratorium.
Kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan oleh peserta didik program akselerasi dalam pelaksanaannya memiliki komposisi sebagai berikut: model pembelajaran klasikal 70%, model pembelajaran individual 30%, kegiatan didalam
kelas/sekolah
70%,
dan
penerapan
pembelajaran diluar kelas/sekolah 30% (Sumber: RKS dan RKAS SMP Negeri 6 Ambon, Tahun 2013/2014). Sedangkan dalam hal penilaian hasil belajar peserta didik program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon jadwalnya tidak sama dengan kelas reguler, karena waktu belajar program akselerasi adalah empat bulan.
Tetapi
untuk
ketentuan-ketentuan
umum
pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik sama dengan
kelas
reguler.
Sekolah
menetapkan
jenis
penilaian bagi tiap mata pelajaran meliputi: ulangan harian, ujian tengah semester, dan ujian nasional, serta sistem penilaian berbasis kelas yang terdiri dari: tes dan non tes, dengan kuis, presentasi produk, proyek, dan portofolio.
109
7. Monitoring
dan
Supervisi
Penyelenggaraan
Program Akselerasi Tujuan dilaksanakan monitoring dan supervisi yaitu untuk mengawasi atau memantau pelaksanaan program akselerasi di sekolah apakah sudah berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, menyatakan bahwa: Kalau selama ini kami hanya melaksanakan evaluasi dalam bentuk rapat. Untuk monitoring dan supervisi secara khusus ketika program akselerasi berjalan tidak ada (Sumber: wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015).
Hal senada juga diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bahwa, Kegiatan supervisi terhadap pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon yang dilakukan oleh sekolah berlangsung setiap satu semester sekali, sedangkan monitoring dan supervisi yang seharusnya dilaksanakan oleh Dinas terkait ketika program berjalan tidak ada (Sumber: wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015).
Namun, sebagai bentuk sekolah
menyusun
dan
pertanggungjawaban,
mengirimkan
laporan
penyelenggaraan program akselerasi kepada Dirjen Pendidikan
Dasar
Pendidikan
Luar
diungkapkan
oleh
dan Biasa
Menengah di
Jakarta,
koordinator
cq.
Direktorat
seperti
program
yang
akselerasi
berikut ini: Setiap selesai satu tahun pelajaran, kami selalu mengirimkan laporan seluruh kegiatan program akselerasi ke Ditjen PLB di Jakarta. Isinya mirip profil sekolah. Mulai dari data per tahunnya dari jumlah siswa sampai hasil ujiannya, jumlah guru, serta sarana dan prasarana (Sumber:
110
wawancara dengan koordinator akselerasi, 30 Maret 2015).
program
Hal ini diperkuat dengan hasil studi dokumentasi pada
tanggal
1
April
2015
terhadap
laporan
penyelenggaraan program akselerasi yang disusun oleh sekolah, yang memuat tentang keterlaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Temuan penelitian di atas menunjukkan bahwa tidak ada monitoring dan supervisi secara khusus yang dilakukan oleh Dinas terkait terhadap penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Meskipun demikian, sebagai bentuk pertanggungjawaban, pihak sekolah
menyusun
penyelenggaraan Pendidikan
dan
program
Dasar
dan
mengirim
tersebut Menengah
laporan
kepada cq.
Dirjen
Direktorat
Pendidikan Luar Biasa di Jakarta. 8. Hambatan
Dalam
Penyelenggaraan
Program
Akselerasi SMP
Negeri
6
Ambon
sebagai
sekolah
penyelenggara program akselerasi, memiliki tantangan dalam menyelenggarakan program akselerasi kedepan, karena
adanya
penutupan
kebijakan
program
pemerintah
akselerasi,
yaitu
tentang dengan
dikeluarkannya Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Republik
Indonesia
No.
6398/D/KP/2014 tentang pelaksanaan kelas khusus program akselerasi jenjang pendidikan dasar dan menengah. Dalam point 2 dinyatakan bahwa: Dengan diberlakukannya Kurikulum 2013, secara otomatis telah mengakomodir kebutuhan peserta
111
didik cerdas istimewa untuk dapat menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dari masa studi yang seharusnya dengan menerapkan sistem kredit semester (SKS).
Lebih lanjut, dalam point 4 dinyatakan bahwa “Mulai tahun pelajaran 2015/2016 dan seterusnya, sekolah tidak diperbolehkan lagi untuk menerima peserta didik baru untuk kelas khusus akselerasi”. Berdasarkan surat edaran tersebut, maka untuk Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Negeri 6 Ambon tidak diperbolehkan untuk membuka dan menerima peserta didik baru untuk program akselerasi. Namun, untuk peserta didik program akselerasi Tahun Pelajaran 2014/2015 diberikan kesempatan untuk menyelesaikan sampai tamat dan melakukan penyesuaian terhadap perhitungan beban belajar. Hal ini dijamin dalam point 3 dari surat edaran tersebut. Selanjutnya, pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga sedang mempersiapkan
petunjuk
untuk
program
cerdas
istimewa dengan sistem SKS, sesuai pada point yang ke 5 dalam surat edaran sebagai berikut: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang mempersiapkan petunjuk teknis tentang penyelenggaraan program cerdas istimewa dengan SKS yang akan dijadikan panduan pelaksanaan program cerdas istimewa.
Merujuk pada point 5 dari surat edaran tersebut, bahwa tetap ada harapan dan jaminan untuk tetap menyelenggarakan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, walaupun dengan menggunakan sistem SKS.
112
Hal tersebut disampaikan oleh kepala sekolah sebagai berikut: Sejauh ini sekolah tetap mengikuti perkembangan terkait dengan wacana pemerintah untuk menghentikan program akselerasi tersebut. Selama belum ada kepastian dari pemerintah, sekolah tetap menyelenggarakan program tersebut. Dan kalaupun harus dihentikan atau diganti dengan sistem SKS, sekolah tetap siap. Yang penting dapat mengakomodir potensi peserta didik cerdas istimewa. (Wawancara dengan kepala sekolah, 24 Maret 2015)
Hal tersebut, tentunya menjadi peluang bagi sekolah
untuk
akselerasi
tetap
dengan
menyelenggarakan
sistem
SKS
tersebut.
program Namun,
kalaupun program akselerasi dihentikan atau diganti dengan menggunakan sistem SKS, sekolah tetap tidak mempermasalahkan hal tersebut sepanjang program atau sistem yang baru tersebut bisa mengakomodir potensi yang dimiliki peserta didik. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
dalam penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri
6
Ambon,
terdapat
kendala-kendala
dan
perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan baik dari segi programnya maupun sumber daya pendukung lainnya.
113
4.2.4 Evaluasi
Product
Program
Akselerasi
SMP
Negeri 6 Ambon Sebagaimana telah dijelaskan pada komponen sebelumnya bahwa tujuan dilaksanakannya program akselerasi di antaranya adalah peserta didik dapat memiliki prestasi di bidang akademik maupun non akademik. Salah satu indikator keberhasilan program di bidang akademis yaitu kelulusan ujian nasional dan serapan masuk ke SMA. Prestasi akademik peserta didik SMP Negeri 6 Ambon, baik peserta didik reguler maupun akselerasi, dapat dilihat pada data prestasi sekolah/peserta didik tujuh (7) tahun terakhir Nilai Ujian Akhir Nasional (NUAN) yang diperoleh dari rata-rata seluruh siswa yang telah selesai mengikuti ujian akhir nasional. Tabel 4.10 Data Perkembangan NUAN Peserta Didik Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon Rerata NUAN Bahasa Bahasa Matematika IPA Indonesia Inggris 1. 2007/2008 6,33 6,41 6,14 8,74 2. 2008/2009 7,15 8,43 8,51 8,02 3 2009/2010 6,17 8,19 8,42 7,72 4. 2010/2011 7,43 8,54 8,04 7,79 5. 2011/2012 6,44 8,15 8,42 7,04 6. 2012/2013 7,61 9,15 8,96 6,61 7. 2013/2014 7,81 8,36 8,59 7,50 (Sumber: Dokumen sekolah, data diolah) No.
Tahun Ajaran
Jumlah 27,62 32,11 30,50 31,80 30,05 32,33 32,26
Rerata Mapel 6,91 8,03 7,63 7,95 7,51 8,08 8,07
114
Angka kelulusan mencakup semua siswa reguler dan akselerasi sebagai berikut, Tabel 4.11 Angka Kelulusan SMP Negeri 6 Ambon
No.
Tahun Ajaran
1. 2007/2008 2. 2008/2009 3 2009/2010 4. 2010/2011 5. 2011/2012 6. 2012/2013 7. 2013/2014 (Sumber: Dokumen
Berkaitan pernyataan
Jumlah Kelulusan Jumlah Jumlah % Peserta yang Kelulusan Ujian Lulus 443 443 100% 438 438 100% 413 413 100% 423 423 100% 466 466 100% 437 437 100% 392 392 100% sekolah, data diolah)
dengan
yang
komponen
disampaikan
hasil,
oleh
berikut
koordinator
program akselerasi pada 30 Maret 2015 bahwa, Kalau dilihat dari tujuan sampai akhir pelaksanaan program bisa dikatakan tercapai semua. Karena yang tujuh tahun itukan semuanya lulus 100% dan diterima di SMA favorit, baik negeri maupun di swasta (Sumber: Wawancara dengan koordinator program akselerasi, 30 Maret 2015).
Pendapat
yang
sama
berdasarkan
wawancara dengan wakil kepala sekolah bahwa, Yang paling diharapkan terhadap output program akselerasi yaitu peserta didik dapat menyelesaikan pendidikannya tepat dua (2) tahun, lulus 100%, dan dapat diterima di SMA favorit dan berkualitas. Sampai saat ini tujuan itu tercapai (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015).
hasil
115
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil pencapaian program akselerasi yang telah berjalan
di
memuaskan.
SMP
Negeri
Program
6
Ambon
akselerasi
sudah
telah
cukup
meluluskan
siswanya 100% dan alumni program akselerasi diterima di SMA favorit, baik negeri maupun swasta. Mereka masuk
ke
sekolah
SMA
unggulan/favorit
dengan
pertimbangan bahwa tidak semua sekolah SMA di Kota Ambon menyelenggarakan program akselerasi. Hasil temuan penelitian di atas diperkuat dengan data jumlah lulusan peserta didik program akselerasi yang diterima di SMA favorit di Kota Ambon seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel 4.12 Jumlah Peserta didik Program Akselerasi yang diterima di SMA-SMA Favorit di Kota Ambon Empat Tahun Terakhir No
Tahun
1.
2010/2011
Jumlah Peserta didik 25
Sekolah Penerima -
2.
2011/2012
30
-
SMA Negeri 1 Ambon SMA Negeri 2 Ambon SMA Siwalima Ambon SMA Negeri 1 Ambon SMA Negeri 2 Ambon SMA Siwalima Ambon SMA Lentera Ambon SMA Negeri 1 Manado SMA Negeri 1 Surabaya SMK Negeri 7 Ambon
Jumlah Peserta didik 17 5 3 21 3 2 1 1 1 1
116
3.
2012/2013
25
-
4.
2013/2014
25
-
(Sumber: Dokumen SMP Negeri 6
SMA Negeri 1 Ambon SMA Negeri 2 Ambon SMA Negeri 4 Ambon SMA Siwalima Ambon SMA Lentera Ambon SMA Ternate Institut Yohanes Surya SMA Pertanian Ambon SMA Negeri 1 Ambon SMA Negeri 2 Ambon SMA Negeri 4 Ambon SMA Siwalima Ambon SMA Kristen YKPM Ambon Ambon)
10 7 1 3 1 1 1 1 18 4 1 1 1
Berdasarkan hasil analisis dokumen pada tanggal 1 April 2015, peserta didik program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon mampu meraih prestasi pada sejumlah jenis lomba yang pernah diikuti, baik ditingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. Dengan mengikuti kegiatan tersebut banyak sekali prestasi yang diraih sekolah ini. Seperti yang diungkapkan oleh wakil kepala sekolah sebagai berikut: Prestasi peserta didik program akselerasi dalam lomba-lomba keilmuan di tingkat kota, provinsi, maupun nasional menunjukkan prestasi yang menggembirakan. (Sumber: Wawancara dengan wakil kepala sekolah, 25 Maret 2015)
117
Pernyataan dari wakil kepala sekolah diatas dikuatkan dengan data prestasi dan jenis lomba yang pernah diikuti oleh peserta didik program akselerasi sebagai berikut: Tabel 4.13 Data Prestasi Peserta Didik Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon NO 1. 2.
3. 4.
5. 6. 7. 8.
9. 10.
NAMA PESERTA DIDIK Marischa T. Thiono Ekine Wahyuni ng Tias & Helda Kezia Setiawati Timisela Grant Walsen, Khen Michael, & Mathew Papilaya Kevin Enrico Alicia Angel Ganur Debora Mulya Gladys A. Tetelepta
Jeschrist Kolelsy Gian
PRESTASI KEJUARAAN
PERINGKAT
TINGKAT
Story Telling
Juara I
Provinsi
2009/2010
Cipta Puisi
Juara I
Provinsi
2009/2010
Cipta Puisi
Juara II
Provinsi
2011/2012
LPIR Bidang IPTEK
Juara I
Provinsi
2011/2012
FMSC Matematika Sains Olimpiade SMP – Fisika
Juara I Juara VI
Kota Nasional
2011/2012
Juara I
Provinsi
2012/2013
Sanitasi
Juara III
Kota
2012/2013
FMSC Matematika Sains Story Telling Olimpiade SMP – Biologi Pidato (Bahasa Inggris) Olimpiade
Juara I Juara VIII
Provinsi Nasional
2013/2014
Juara II Juara I
Nasional Provinsi
2012/2013
Juara IV
Nasional
2013/2014
Juara III
Provinsi
2012/2013
TAHUN
118
11. 12. 13. 14.
15.
Siahaya & Kent Chandra Tiara Uneputty Axel Manuputt y Kent Chandra Yoel Pesiwariss a
SMP – Matematika Story Telling
Juara I
Kota
2013/2014
Story Telling
Juara II
Kota
2013/2014
Cam Sains (Cipta Roket Air) Baca Puisi Bertutur Pidato Sanitasi
Juara I
Nasional
2014/2015
Juara Juara Juara Juara Juara Juara
Kota Kota Kota Kota Nasional Provinsi
2012/2013 2012/2013 2013/2014 2013/2014 2013/2014 2014/2015
I I I I IV III
David Olimpiade Dompeipe SMP – Biologi n (Sumber: Dokumentasi Prestasi Peserta didik Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon)
Hal diatas menunjukkan bahwa dampak program akselerasi untuk masa depan, yaitu: output program mampu bersaing dengan peserta didik dari sekolah lain, ini menunjukkan bahwa ada nilai tambah yang diperoleh sekolah dari program akselerasi tersebut.
119
Tabel 4.14 Matriks Deskriptif Evaluasi Program Akselerasi Menggunakan Model CIPP di SMP Negeri 6 Ambon Komponen Evaluasi
Context
Aspek 1. Latar Belakang Penyelenggara an Program Akselerasi 2. Tujuan Penyelenggara an Program Akselerasi
3. Dukungan Masyarakat
1. Kebijakan Penyelenggara an Program Akselerasi
Deskripsi Temuan Penelitian Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon merupakan inisiatif sekolah Tujuan dari diselenggarakannya program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, yaitu untuk menjawab kebutuhan dan memberikan pelayanan kepada peserta didik cerdas istimewa (IQ 130), serta mengefektifkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Adanya dukungan yang sangat baik dari masyarakat terhadap penyelenggaraan program akselerasi.
Input
Landasan yuridis: Surat Keputusan Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 1033/C4/KU/2014 tentang pemberian bantuan sosial operasional PK LK, inklusi, CI BI, Braille, dan UKS/ruang terapi pendidikan dasar tahun 2014. Pedoman penyelenggaraan: Dokumen-1 Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon.
120
2. Perencanaan Program Akselerasi: a. Rekrutmen peserta didik
-
-
b. Kurikulum program akselerasi
-
Kurikulum KTSP yang di diferensiasi.
c. Tenaga pendidik (guru)
-
Guru yang mengajar berjumlah 24 orang. Merupakan guru maple Kualifikasi pendidikan S1
d. Sarana dan prasarana
-
e. Pembiayaan
-
1. Persiapan penyelenggara an program akselerasi
Process
Prosedur rekrutmen mengacu pada pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar. Rekrutmen peserta didik CI dilakukan 3 bulan setelah PPDB.
2. Mekanisme penyelenggara an program akselerasi 3. Bentuk penyelenggara an program akselerasi 4. Pengelolaan program akselerasi
-
Ruang kelas ber AC, VCD, TV, komputer, infocus, akses internet, modul, buku, lab. komputer, lab. IPA, perpustakaan, ruang multimedia, ruang kesenian.
Dana BOS dan iuran dari orang tua peserta didik. Mengikuti sosialisasi program akselerasi dari Dirjen PLB, analisis SWOT, studi banding, SK penyelenggaraan dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku. Mekanisme penyelenggaraan sesuai dengan pedoman penyelenggaraan program percepatan belajar dari Depdiknas. - Menggunakan model Kelas Khusus. - Setiap kelas ditempati oleh 20 orang peserta didik. Kepengurusan program akselerasi berdasarkan SK Kepsek No. 422/14/SMP 6/2014
121
5. Pelaksanaan program akselerasi: a. Rekrutmen peserta didik
-
-
Rekrutmen dilakukan setiap tahuan ajaran baru. Peserta didik mengikuti tes psikologis, tes akademik, dan tes kesehatan. Jumlah peserta didik dalam satu kelas rata-rata 25 orang
b. Kurikulum
-
Kurikulum diferensiasi Penyesuaian kurikulum hanya akan terlihat pada implementasi kurikulum tersebut selama PBM.
c. Rekrutmen dan Pembinaan tenaga pendidik (guru)
-
Rekrutmen guru ditentukan oleh kepala sekolah berdasarkan hasil supervisi. Masih terdapat dua orang guru dengan kualifikasi pendidikan D-III Pembinaan guru dilakukan dalam bentuk in-service training dan bekerja sama dengan instansi lain.
-
-
d. Ketersedian sarana dan prasarana
-
-
e. Pembiayaan program
-
Ruang kelas ber AC, VCD, TV, komputer, infocus, jaringan internet, modul, buku, lab. komputer, lab. IPA, perpustakaan, ruang multimedia, ruang kesenian. Belum mempunyai lab. bahasa. Peserta didik diwajibkan memiliki laptop. Dana BOS dan iuran dari orang tua peserta didik. Perencanaan pembiayaan untuk penyelenggaraan program akselerasi belum direncanakan secara baik.
122
Semua peserta didik CI mendapat beasiswa Pelaksanaan proses belajar mengajar pada program akselerasi dilaksanakan setiap hari efektif sesuai dengan kalender pendidikan yang disusun oleh sekolah. Tidak ada monitoring dan supervisi secara khusus yang dilakukan oleh Dinas terkait terhadap penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Adanya kebijakan pemerintah tentang penutupan program akselerasi. -
6. Kegiatan pembelajaran program akselerasi 7. Monitoring dan Supervisi Penyelenggara an Program Akselerasi 8. Hambatan dalam penyelenggara an program akselerasi 1. Hasil Ujian Nasional
2. Prestasi Product
3. Serapan di SMA Favorit
Sekolah telah menetapkan standar kelulusan yang setara atau lebih tinggi dari pada standar kelulusan yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Pendidikan (SNP). - Peserta didik program akselerasi 100% lulus. Berpartisipasi aktif dalam melibatkan peserta didiknya untuk mengikuti berbagai kegiatan perlombaan yang diadakan, baik ditingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional. -
Lulusan program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon banyak yang diterima pada SMA-SMA favorit di Kota Ambon.
123
4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian tentang evaluasi program
akselerasi
SMP
Negeri
6
Ambon
yang
mencakup empat komponen model evaluasi CIPP yaitu: Context, Input, Process, dan Product, maka diperoleh gambaran
penilaian
mengenai
keempat
komponen
tersebut. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibahas masing-masing hasil evaluasi program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon. 4.3.1 Evaluasi
Context
Program
Akselerasi
SMP
Negeri 6 Ambon 1. Latar Belakang Penyelenggaraan Program Akselerasi Pemerintah
Indonesia
memberikan
perhatian
khusus terhadap pendidikan peserta didik yang cerdas dan berbakat istimewa. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa “warga negara yang memiliki berhak
potensi
kecerdasan
memperoleh
dan
pendidikan
bakat
istimewa
layanan
khusus”.
Untuk menjalankan amanat Undang-undang tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan
Pedoman
Penyelenggaraan
Program
Percepatan Belajar bagi siswa, SD, SMP, dan SMA yang cerdas dan berbakat istimewa. Bagi
siswa
yang
memiliki
kemampuan
dan
kecerdasan diatas rata-rata, seharusnya memperoleh perhatian
dan
layanan
pendidikan
sebagaimana
mestinya. Dengan demikian bagi siswa yang memiliki
124
potensi
kecerdasan
istimewa
memerlukan
tempat
pendidikan khusus. Hal ini disebabkan siswa yang memiliki
potensi
mempunyai
kecerdasan
dan
kebutuhan-kebutuhan
bakat pokok
istimewa yakni:
pengertian, penghargaan, dan perwujudan diri. Apabila kebutuhan pokok ini tidak terpenuhi, mereka akan menderita kecemasan dan keragu-raguan. Menurut Van Tiel & Widyorini (2014) menyatakan apabila potensi mereka tidak dimanfaatkan, maka mereka akan mengalami
kesulitan
dalam
pembelajaran
bahkan
mereka akan memiliki sikap acuh tak acuh dan malas karena pengajaraan yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya. Lebih lanjut, latar belakang pendukung yang meliputi faktor internal, eksternal, dan yuridis telah menunjukkan kesiapan pihak SMP Negeri 6 Ambon dalam penyelenggaraan program akselerasi. Kesiapankesiapan yang ada merupakan modal bagi sekolah untuk membuat kebijakan tentang penyelenggaraan program
akselerasi.
Pada
mekanisme
pembuatan
kebijakan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, pihak sekolah telah membuat langkah-langkah yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta segenap daya dukung yang ada. Hal tersebut selaras dengan sistem perencanaan pendidikan yang memperhatikan dua faktor lingkungan yaitu lingkungan masyarakat sebagai
lingkungan
eksternal
dan
lingkungan
kelembagaan sebagai lingkungan internal. Dalam kaitannya dengan daya dukung tersebut, kesiapan yang bersifat internal telah memperkuat perencanaan awal penyelenggaraan program akselerasi
125
di SMP Negeri 6 Ambon. Kondisi internal yang berupa kesiapan
sarana
prasarana,
staf,
guru,
layanan
pendidikan, proses pendidikan dan sistem Manajemen Berbasis
Sekolah
munculnya
(MBS)
gagasan
telah
menjadi
pendorong
penyelenggaraan
program
akselerasi di sekolah tersebut. Artinya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SMP Negeri 6 Ambon sebagai sekolah penyelengara program akselerasi telah mampu memenuhi
latar
pendukung
atau
belakang
internal
penunjang
sebagai
kegiatan
faktor
program
akselerasi yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan peserta didik. Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan dari Mukhtar dkk (2007) yang menyatakan bahwa faktor internal yang menunjang pendidikan khusus atau program akselerasi harus disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimiliki oleh
siswa
memenuhi
sehingga kebutuhan
dapat
dipergunakan
belajar
mereka
untuk
dan
dapat
menyalurkan potensi yang mereka miliki. 2. Tujuan Penyelenggaraan Program Akselerasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan penyelenggaraan program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon adalah untuk memberikan layanan pendidikan terhadap peserta didik cerdas istimewa (IQ 130) serta mengefektifkan penggunaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah. Dengan
demikian,
dapat
dikatakan
bahwa
penyelenggaraan program kelas akselerasi didasarkan pada aspek kebutuhan, aset atau potensi, dan tujuan
126
dari sekolah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Stufflebeam (2003) menyatakan bahwa “evaluasi konteks berupaya menilai tentang kebutuhan, aset, peluang, serta tujuan dari lingkungan”. Sekolah
sebagai
lembaga
pendidikan
perlu
memberikan pelayanan khusus kepada siswa dengan kategori tersebut. Kondisi tersebut sesuai dengan yang tercantum
dalam
penyelenggaraan
Depdiknas
program
(2009)
akselerasi
bahwa
mempunyai
maksud dan tujuan untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik cerdas istimewa untuk mengikuti pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya. Selain itu, tujuan penyelenggaraan program kelas akselerasi berdasarkan hasil penelitian adalah untuk mengefektifkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah ada sebelumnya dalam penyelenggaraan program moving class di SMP Negeri 6 Ambon. Oleh sebab itu, dengan adanya kebijakan dari sekolah untuk menyelenggarakan program akselerasi, maka sarana dan
prasarana
bermanfaat
yang
secara
dimiliki
sekolah
maksimal
untuk
akan
lebih
mendukung
penyelenggaraan program akselerasi. Hal ini sesuai dengan
yang
tercantum
dalam
Depdiknas
(2004)
tentang dimensi sekolah unggul bahwa sarpras berguna untuk menunjang kebutuhan siswa serta menyalurkan bakat,
baik
ekstrakurikuler.
kegiatan
kurikuler
maupun
127
3. Dukungan Masyarakat Demikian halnya dengan kesiapan yang bersifat eksternal yakni berupa daya dukung masyarakat, komite sekolah, dan pemerintah telah menjadi pemicu munculnya
gagasan
penyelenggaraan
program
akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon. Temuan penelitian ini senada dengan yang diungkapkan oleh Widiastono (2004) yang menyatakan bahwa dukungan stakeholders (masyarakat/komite/warga sekolah/dan praktisi pendidikan) akan memberikan pertimbangan dalam penentuan pelaksanaan kebijakan pendidikan akselerasi
di
sekolah.
Partisipasi
stakeholders
diharapkan dengan suka rela memberikan perhatian, pengorbanan, dan kerja sama untuk meningkatkan kualitas
penyelenggaraan
program
akselerasi
pendidikan. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan dari Depdiknas
(2009)
bahwa
keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan akselerasi memerlukan dukungan moral, teknis, dan finansial dari pemerintah dan masyarakat setempat. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan
oleh
Citra
Ceria
(2011)
yang
menyimpulkan bahwa animo masyarakat cukup tinggi terhadap program akselerasi dan dalam hal partisipasi pun sudah cukup baik.
128
4.3.2 Evaluasi Input Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon 1. Kebijakan Penyelenggaraan Program Akselerasi Program akselerasi adalah program pendidikan yang memberikan kesempatan kepada siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata untuk dapat menyelesaikan program pendidikannya dalam waktu lebih cepat dari siswa lainnya, dimana siswa dapat menyelesaikan pendidikannya dalam waktu dua tahun. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon telah tersedia dalam bentuk perizinan yang diberikan
kepada
sekolah.
Dalam
operasionalnya
sekolah berpedoman pada Surat Keputusan Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar
Dasar
Direktorat
Kementerian
Jenderal
Pendidikan
dan
Pendidikan Kebudayaan
Nomor: 1033/C4/KU/2014 tentang pemberian bantuan sosial operasional PK LK, inklusi, CI BI, Braille, dan UKS/ruang terapi pendidikan dasar tahun 2014. Berdasar SK tersebut maka dasar pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon secara hukum mempunyai dasar yang kuat dan legal. Hal tersebut dilakukan
diperkuat oleh
dengan
Marni
hasil
Serepinah
penelitian (2014)
yang yang
menunjukkan bahwa dasar/pedoman penyelenggaraan program
akselerasi
penyelenggaraan
telah
program,
memenuhi
kriteria
dimana
legalitas
penyelenggaraan program baik secara de facto dan de jure telah memiliki legalitas penyelenggaraan program.
129
Hal ini selaras dengan fungsi utama pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003, yaitu mengembangkan potensi peserta didik secara
utuh
dan
optimal
dimana
pengembangan
potensinya memerlukan strategi yang sistematis dan terarah. Melalui penyelenggaraan pendidikan khusus bagi
mereka
tersebut,
yang
memiliki
potensi-potensi
kecerdasan
yang
selama
istimewa
ini
belum
dikembangkan secara optimal, akan tumbuh dan menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini merupakan salah satu bentuk realisasi pendidikan, sebagai amanat konstitusi adalah layanan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Program percepatan belajar atau akselerasi sebagai salah satu pilihan program layanan khusus pendidikan nasional. Program akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan waktu belajar dari enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA. Tujuan umum program ini adalah memberikan layanan
kebutuhan
peserta
didik
yang
memiliki
karakteristik khusus pada segi potensi intelektual dan bakat istimewa agar terlayani sesuai bakat, minat, dan kemampuannya (Wahyuningsih, 2012). Program
akselerasi
merupakan
bagian
dari
kebijakan pendidikan jalur formal yang diberikan khusus kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan dan keberbakatan istimewa. Program akselerasi sangat esensial dalam menyediakan kesempatan pendidikan yang tepat bagi siswa yang cerdas. Program akselerasi membawa
siswa
pada
tantangan
yang
130
berkesinambungan yang akan menyiapkan mereka menghadapi pendidikan selanjutnya dan produktivitas selaku orang dewasa. Melalui program akselerasi ini, siswa diharapkan akan memasuki dunia profesional pada
usia
yang
lebih
muda
dan
memperoleh
kesempatan untuk bekerja produktif (Hawadi, 2004 dalam Utama Putra, 2012). 2. Perencanaan Program Akselerasi Perencanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon meliputi: a. Rekrutmen Peserta Didik Dengan
mempelajari
data
hasil
penelitian,
rekrutmen peserta didik program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon dilakukan melalui beberapa tes, yaitu: 1) Psikotes, yang meliputi tes IQ, kreativitas, dan komitmen pada tugas (task commitment). Peserta didik yang lulus tes psikologis adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori genius (IQ 140) atau mereka yang memiliki kemampuan intelektual umum dengan kategori cerdas (IQ 130) yang ditunjang oleh kreativitas dan keterikatan terhadap tugas dalam kategori di atas rata-rata. Pelaksanaan tes IQ calon peserta didik program akselerasi dilaksanakan oleh Lembaga Psikologi yang ditunjukkan oleh sekolah dalam
hal
ini
adalah
Yayasan
Dynda
dari
Yogyakarta. 2) Tes Potensial Akademik meliputi tes tertulis untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA,
131
dan Bahasa Indonesia yang diperoleh dari skor nilai ujian nasional dari sekolah sebelumnya memenuhi syarat untuk masuk ke SMP Negeri 6 Ambon. 3) Tes wawancara terhadap orang tua/wali peserta didik, yaitu kesediaan calon peserta didik program akselerasi dan persetujuan orang tua. Sebagaimana teori Renzulli & Reis (Solangelo dalam Semiawan, 2007) bahwa prosedur identifikasi anak
berbakat
dalam
Model
Pengayaan
Sekolah
(Schoolwide Enrichment Model – SEM) terdiri dari enam langkah yaitu: “(1) Nominasi berdasarkan tes. Tes yang dimaksud biasanya tes intelegensi atau tes hasil belajar atau tes bakat tunggal, yang memberi peluang pada seseorang yang baik dalam bidang tertentu, tetapi mungkin tidak baik dalam bidang yang lain, untuk dapat dimasukkan dalam kategori anak berbakat, (2) Nominasi guru yaitu kemampuan di atas rata-rata keterlekatan pada tugas dan kreativitas dapat dijaring melalui aspek psikomotorik, aspek perkembangan, aspek kinerja dan aspek sosiometrik dengan berbagai alat (instrumen) identifikasi melalui langkah-langkah berikutnya, (3) Alternatif lainnya yang bisa merupakan nominasi teman sebaya, nominasi orang tua atau nominasi diri, maupun tes kreativitas, (4) Nominasi khusus yang merupakan review terakhir dari mereka yang sebelumnya tidak terlibat dalam nominasi-nominasi tersebut (seperti bekas guru murid tertentu). Boleh juga mengusulkan untuk membatalkan nominasi tertentu berdasarkan pengalaman tertentu dengan anak tertentu, (5) Nominasi informasi tindakan (action information). Proses ini terjadi bila gurunya setelah memperoleh penataran dalam pendidikan anak berbakat, dapat melakukan interaksi yang dinamis, sehingga meningkatkan motivasi interes anak untuk suatu topik atau bidang tertentu di sekolah ataupun luar sekolah, (6) Proses nominasi sebagaimana dilakukan oleh guru berdasarkan pesan informasi tindakan (PIT).”
132
Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa rekrutmen peserta didik program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sudah dilaksanakan dengan baik melalui seleksi yang hasilnya sudah memenuhi syarat dan kriteria siswa program akselerasi dalam buku pedoman program akselerasi (Depdiknas, 2003). b. Kurikulum Program Akselerasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum yang diterapkan pada program kelas akselerasi SMP Negeri 6 Ambon sama dengan kurikulum kelas reguler, yaitu kurikulum KTSP. Perbedaannya dengan kelas reguler waktunya lebih padat bila dibandingkan dengan kelas
reguler,
yakni
satu
semester
untuk
kelas
akselerasi sama dengan empat bulan, sedangkan satu semester kelas reguler sama dengan enam bulan. Sehingga waktu pembelajaran ditempuh dua tahun. Hasil temuan penelitian ini didukung oleh pernyataan dari Mukhtar dkk (2007) menyatakan bahwa kurikulum yang dipergunakan dalam program akselerasi adalah kurikulum nasional yang sudah distandarisasi, namun hendaknya dengan
diimprovisasi
tuntutan
alokasi
belajar
siswa
waktunya yang
sesuai
memiliki
kemampuan dan kecerdasan, serta motivasi belajar yang lebih tinggi. Hal senada juga diungkapkan oleh Widiastono (2004) menyatakan bahwa kurikulum yang digunakan dalam program akselerasi adalah kurikulum nasional yang standar, namun dilakukan improvisasi alokasi waktunya sesuai dengan tuntutan belajar lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan belajar dan
133
motivasi belajar siswa seusianya. Dalam hal ini untuk menyelesaikan studi di SMP, yang biasa memakan waktu 3 tahun dapat dipercepat menjadi 2 tahun. Depdiknas (2003), menjelaskan bahwa kurikulum yang digunakan dalam program percepatan adalah kurikulum
nasional
dan
muatan
lokal,
yang
dimodifikasi dengan penekanan materi esensial dan dikembangakan dapat
memacu
pembelajaran etika,
dan
melalui sistem pembelajaran yang dan
dan
mewadahi
integrasi
antara
pengembangan spiritual, logika,
estetika,
serta
dapat
mengembangkan
kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik, dan sistematis,
linear,
konvergen,
untuk
memenuhi
tuntutan masa kini dan masa mendatang. Mengingat peserta didik yang dihadapi adalah peserta didik cerdas istimewa, maka materi pelajaran yang ditetapkan harus lebih berbobot dan menantang dibandingkan dengan isi materi pelajaran yang standar bagi peserta didik reguler. Karenanya dalam penetapan pelajaran harus dilakukan melalui penanjakan agar sesuai dengan kecepatan dan keunggulan berpikir peserta didik. Dengan demikian, makna diferensiasi kurikulum sesungguhnya merupakan bentuk penyesuaian dengan karakter siswa cerdas istimewa bukan upaya membuat asal berbeda dengan lainnya. Diperlukan antara lain kurikulum berdiferensiasi sebagai persyaratan pokok dalam penyelenggaraan layanan pembelajaran siswa cerdas istimewa (Croft, 2003 dalam Supriyanto, 2012).
134
c. Tenaga Pendidik (Guru) Tenaga pendidik merupakan komponen yang sangat penting dan strategis dalam penyelenggaraan program
akselerasi
pendidikan.
Tenaga
pendidik
memiliki kontribusi yang langsung dan signifikan dalam mempengaruhi mutu program akselerasi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan proses dan hasil yang optimal dari penyelenggaraan program akselerasi, maka harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon perlu dipersiapkan tenaga pendidik yang terbaik. Sebab menurut Brown (1975) bahwa guru yang baik adalah guru yang dipersiapkan dengan baik pula. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sangat tergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya, guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya
mewujudkan
terprogram Renzulli
dalam
(2004)
segala
pendidikan
menyatakan
sesuatu
yang
telah
akselerasi
tersebut.
pandangan
mutakhir
menyatakan bahwa meskipun suatu program akselerasi itu bagus, namun berhasil atau gagalnya program akselerasi tersebut pada akhirnya terletak ditangan pribadi guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekrutmen guru-guru kelas akselerasi dilakukan melalui rapat dengan tim program kelas akselerasi SMP Negeri 6 Ambon,
dengan
mempertimbangkan
syarat-syarat
khusus antara lain: guru asli pengajar di SMP Negeri 6 Ambon, minimal memiliki pengalaman mengajar 5
135
tahun, berijazah
minimal S1 sesuai dengan bidang
studinya, memiliki kompetensi dan dedikasi yang tinggi, memiliki kompetensi di bidangnya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Marland (1972)
yang
menyatakan
bahwa
tenaga
pendidik
akselerasi harus mempunyai keunggulan tertentu, baik dari
segi
penguasaan
materi
pelajaran,
metode
pengajaran, maupun komitmen dalam melaksanakan tugas, karena para siswa yang mereka hadapi adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Depdiknas (2003), bahwa kepribadian yang ada pada seorang guru yang mengajar di kelas akselerasi harus mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik yang ada pada peserta didik kelas akselerasi. d. Sarana dan Prasarana Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas yang disediakan pihak sekolah sudah cukup memadai untuk penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri
6
Ambon.
berhubungan
Sarana
dengan
dan
kegiatan
prasarana belajar
yang
mengajar
program akselerasi pada umumnya sama dengan program
kelas
regular,
seperti:
laboratorium
IPA,
perpustakaan, dan laboratorium komputer, tetapi ada sarana prasarana khusus yang diberikan pada program kelas akselerasi seperti: ruangan kelas bersih, nyaman, dan dilengkapi dengan AC, pembelajaran berbasis Information and Communication Technology (ICT), VCD, TV, infocus, komputer, jaringan internet (WiFi), modul, buku, dan lain sebagainya.
136
Lingkungan belajar di kelas akselerasi seperti ini juga
memenuhi
Mujiman
kaidah
(2006),
berlangsung
efektif,
agar
yang
disampaikan
kegiatan
di
setiap
belajar
lingkungan
oleh dapat perlu
penyediaan sumber informasi, narasumber, dan adanya suasana yang kondusif bagi berlangsungnya kegiatan belajar. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, maka akan
mampu mendukung dalam
penyelenggaraan program akselerasi. Hal ini seperti tercantum dalam Depdiknas (2004) bahwa dengan adanya sarana dan prasarana yang baik, maka akan mampu memenuhi kebutuhan bagi siswa. Berdasarkan temuan penelitian dan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa
sarana
dan
prasarana
dalam
rangka mendukung penyelenggaraan program layanan kelas akselerasi cukup baik. e. Pembiayaan Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
pembiayaan untuk penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon bersumber dari pemerintah (dana BOS) dan pihak sekolah mengambil kebijakan dengan menarik sumbangan berupa iuran tetap dari orang tua peserta didik setiap bulan. Hal ini selaras dengan pendapat Levin (1987 dalam Fattah, 2008), pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan
sumberdaya
tersedia
digunakan
untuk
memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Setiap kebijakan dalam pembiayaan sekolah akan mempengaruhi bagaimana sumber daya
137
diperoleh
dan
dialokasikan.
Ghozali
(2012
dalam
Fattah, 2008) menyatakan bahwa biaya pendidikan adalah
merupakan
nilai
uang
dari
sumber
daya
pendidikan yang dibutuhkan untuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan, oleh karenanya untuk menghitung biaya pendidikan harus terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan sumber daya pendidikan termasuk kualifikasi atau spesifikasi dan jumlahnya, untuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan. Lebih lanjut, Nurhadi (2012 dalam Fattah, 2008) membedakan antara pembiayaan pendidikan dengan pendanaan
pendidikan.
Pembiayaan
pendidikan
(costing) lebih menyangkut persoalan estimasi dan perencanaan kebutuhan biaya yang diperlukan untuk mendukung proses pendidikan, sedangkan pendanaan (funding/financing) lebih berkaitan dengan persoalan bagaimana, siapa, dan seberapa mendanai pendidikan. Dengan demikian pihak sekolah harus berusaha untuk memenuhinya dengan mencari dari sumber-sumber pendanaan yang lain.
4.3.3 Evaluasi
Process
Program
Akselerasi
SMP
Negeri 6 Ambon 1. Persiapan Penyelenggaraan Program Akselerasi Temuan tentang persiapan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, diawali dengan sosialisasi pada seluruh warga sekolah. Hal tersebut mengindikasikan suatu
pemahaman
bahwa
keputusan
untuk
menyelenggarakan program akselerasi telah melalui
138
serangkaian proses perencanaan dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Berdasarkan hasil analisis itulah diputuskan untuk menyusun proposal permohonan penyelenggaraan program akselerasi. Pada SMP Negeri 6 Ambon, sosialisasi program akselerasi kepada dewan guru dilakukan sendiri oleh kepala
sekolah.
Hal
ini
selaras
dengan
yang
dikemukakan Sergiovanni (1987 dalam Sobri, 2003), bahwa kualitas pendidikan yang diterima di sekolah akan menghasilkan kualitas belajar sebagai produk dari
keefektifan
manajerial
kepala
sekolah,
yang
didukung oleh guru dan staf sekolah lainnya sebagai cerminan keefektifan dan keberhasilan sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah memberikan pelayanan yang optimal mengenai kebutuhan tugas kepada guru dan staf sekolah lainnya. Setelah sosialisasi dilakukan, kepala sekolah membentuk
panitia
pelaksana
yang
bertugas
mengidentifikasi faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan sekolah serta faktor-faktor eksternal
yang
dapat
menjadi
peluang
dan
ancaman/kendala sekolah dalam menyelenggarakan program akselerasi. Dalam hal ini, nampak tanggung jawab kepala sekolah dalam mengorganisasikan orang, tugas,
dan
layanan
dalam
suatu
cara
yang
memudahkan pencapaian tujuan. Kegiatan selanjutnya, melakukan studi banding ke
beberapa
sekolah
di
Jakarta
yang
sudah
menyelenggarakan program akselerasi. Kegiatan ini sejalan dengan salah satu langkah dalam perencanaan, yaitu
mengumpulkan
data
atau
informasi
dan
139
menganalisisnya. Dengan melakukan studi banding, hal-hal yang masih baru dan belum dipahami dengan benar akan lebih menjadi nyata dan jelas, dengan demikian
juga
perencanaan
memenuhi
yaitu
tidak
salah
terlepas
satu dari
prinsip
pemikiran
pelaksanaan. Temuan
tentang
sosialisasi
pada
orang
tua
peserta didik mengindikasikan bahwa SMP Negeri 6 Ambon juga melibatkan pengguna jasa dan mitra kerja terdekat. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukan oleh Satori (2003) bahwa dalam Manajemen Berbasis Sekolah
haruslah
power
ada
sharing
(berbagi
kewenangan) yang berlandaskan pada prinsip saling mengisi
dan
membantu
meningkatkan termasuk
di
partisipasi
partisipasi dalamnya
dan
berkepentingan,
serta
masyarakat orang
untuk
yang
kuat,
peserta
didik.
pihak-pihak
yang
tua
keterlibatan seperti
usaha
komite
sekolah,
dewan
pendidikan setempat, orang tua peserta didik, serta seluruh personel sekolah memungkinkan terjadinya kebijakan dan keputusan yang baik. Karena itu, komunikasi yang intensif dan terbuka antara pihakpihak yang berkepentingan tersebut mutlak diperlukan. Kegiatan seleksi guru pengajar dan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program akselerasi pemanfaatan
merupakan
proses
sumber-sumber
daya
penetapan sekolah
dan secara
terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatankegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Khusus untuk seleksi guru, hal ini diperlukan semua anak di sekolah, terlebih yang
140
memiliki kekhususan seperti peserta didik akselerasi, memerlukan
guru
yang
bisa
memahami
mereka
(Munandar, 2009). Seleksi guru yang dilakukan oleh pihak
sekolah
memperlihatkan
bahwa
sekolah
mengamini kedua pernyataan di atas. Adapun guru yang lolos seleksi adalah guru yang memiliki kelayakan sebagaimana yang diungkapkan oleh Maker (1982) yaitu memiliki karakteristik filosofis, profesional, dan pribadi. 2. Mekanisme Penyelenggaraan Program Akselerasi Temuan penelitian menunjukkan bahwa SMP Negeri
6
Ambon
telah
memahami
mekanisme
penyelenggaraan program akselerasi sesuai dengan pedoman yang diterbitkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Gambar berikut menggambarkan keseluruhan
mekanisme
penyelenggaraan
program
akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku 2 Dinas Pendidikan Kota Ambon 3
1
4
SMP Negeri 6 Ambon Gambar 4.2 Mekanisme Permohonan Penyelenggaraan Program Akselerasi SMP Negeri 6 Ambon
141
Tahap-tahap yang dilalui SMP Negeri 6 Ambon adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2003): a. Sekolah mengajukan proposal permohonan izin secara tertulis dilengkapi dengan data dan informasi tentang ketersediaan sumberdaya pendidikan (input siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, saranaprasarana, dana, manajemen sekolah, proses belajar mengajar,
dan
lingkungan
sekolah)
sebagai
pendukung penyelenggaraan Program Percepatan Pembelajaran, kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon (nomor 1). b. Dinas Pendidikan Kota Ambon meneliti proposal sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam Pedoman
Penyelenggaraan
Program
Percepatan
Belajar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas. Karena SMP Negeri 6 Ambon memenuhi kriteria, selanjutnya diberikan
rekomendasi
oleh
Kepala
Dinas
Pendidikan Kota Ambon untuk kemudian diusulkan guna memperoleh Surat Keputusan (SK) sebagai sekolah
Penyelenggaraan
Program
Percepatan
Belajar dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku (nomor 2). c. Selanjutnya,
dinas
pendidikan
provinsi
melalui
pejabat atau Tim Pengendali Program Percepatan Belajar Provinsi yang telah dibentuk meneliti dan mengevaluasi proposal SMP Negeri 6 Ambon. Hasil penelitian dan evaluasi tersebut memenuhi kriteria, sehingga kemudian pejabat atau Tim Pengendali Program Percepatan Belajar di Provinsi Maluku bersama-sama dengan pejabat Dinas Pendidikan
142
Kota
Ambon
mengadakan
observasi
dan
atau
supervisi ke SMP Negeri 6 Ambon. Hasil observasi dan atau supervisi selanjutnya dianalisis dan dibahas dalam
rapat
Tim
Pengendali
Provinsi.
Karena
memenuhi kriteria, maka Tim Pengendali Provinsi memberikan
laporan
dan
mengusulkan
kepada
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi untuk segera memproses dan menerbitkan Surat Keputusan (SK) Penetapan sebagai sekolah Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar (nomor 3). d. Dinas
pendidikan
Penetapan
Sekolah
provinsi
memberikan
Penyelenggaraan
SK
Program
Percepatan Belajar kepada SMP Negeri 6 Ambon, dengan tembusan SK tersebut kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Ambon (nomor 4). Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jovita Dwi Satyarini (2010) yang menunjukkan
bahwa
mekanisme
penyelenggaraan
program akselerasi meliputi kegiatan meyusun dan mengirimkan
proposal
Kabupaten/Kota
yang
kepada akan
Dinas
Pendidikan
merekomendasikannya
kepada Dinas Pendidikan Provinsi untuk dilakukan penelitian dan evaluasi terhadap proposal tersebut. Apabila dianggap memenuhi kriteria, Dinas Pendidikan Provinsi akan menerbitkan Surat Keputusan Penetapan penyelenggaraan program akselerasi.
143
3. Bentuk Penyelenggaraan Program Akselerasi Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
dalam
penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon menggunakan model “kelas khusus” dimana peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa
belajar
dalam
satu
kelas
(tanpa
tercampur dengan kelas reguler). Hal ini senada dengan yang
diungkapkan
oleh
Widiastono
(2004)
yang
menyatakan bahwa model kelas khusus akselerasi adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler pada jenjang dasar dan menengah tanpa membaur
dengan peserta didik
reguler lainnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Clark (1983 dalam Depdiknas, 2003) yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khsusus. Kemudian pernyataan di atas, diperkuat oleh Mukhtar dkk (2007) juga mengungkapkan bahwa pembinaan siswa-siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa secara kolektif (kelompok) diberi kesempatan secara khusus sesuai dengan potensi yang mereka miliki ke dalam kelas khusus. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Chandrakirana Damayanti (2013) yang menyimpulkan bahwa proses dan evaluasi belajar dilaksanakan di kelas khusus. Bentuk
penyelenggaraan
program
akselerasi
dapat dibedakan atas tiga menurut Clark (1983 dalam Depdiknas, 2003) yaitu: (1) kelas reguler, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa
144
tetap berada bersama-sama dengan yang lainnya di kelas reguler, (2) kelas khusus, dimana siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus, dan (3) sekolah khusus, di mana semua siswa yang belajar di sekolah tersebut adalah siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pemilihan program dan bentuk penyelenggaraan pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa tersebut sangat tergantung pada: (1) individu-individu siswa yang ikut dalam kelas tersebut, (2) situasi dan kondisi lingkungan tempat program akan dilaksanakan, dan (3) pertimbangan politis dan ekonomis, yaitu sejauh mana kesesuaian dengan kebijaksanaan pendidikan, dan sejauh mana mudah dan murahnya pelaksanaannya. Berdasarkan
pertimbangan
tersebut,
dalam
rangka perintisan awal ditetapkan prioritas untuk menerapkan program percepatan (akselerasi) belajar dengan bentuk kelas khusus, sehingga diberi nama ”Kelas Akselerasi”. Hal ini telah diimplementasikan pada beberapa sekolah, baik pada tingkat SD, SMP, dan SMA. Hal
ini
sejalan
dengan
pendapat
yang
dikemukakan oleh Widiastono (2004) sistem percepatan kelas (akselerasi) merupakan strategi alternatif yang relevan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
di
atas
rata-rata,
disamping
untuk
memberikan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan potensi siswa juga mengimbangi kekurangan yang
145
terdapat pada strategi klasikan-massal. Dalam kelas akselerasi
ini
siswa
diberi
peluang
untuk
dapat
menyelesaikan studi lebih cepat, misal di SD enam tahun menjadi lima tahun, dan sekolah lanjutan tiga tahun menjadi dua tahun tanpa meloncat kelas. 4. Pengelolaan Program Akselerasi Hasil
penelitian
tentang
pembentukan
tim
pengelola program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon menunjukkan bahwa pengelolaan program akselerasi tidak dirangkap oleh kepala sekolah. Artinya kepala sekolah, berdasarkan mekanisme yang ada, telah
menetapkan
ketua
koordinator
program
akselerasi tersendiri dengan tugas utama mengelola program
akselerasi.
Dalam
pelaksanaan
tugasnya,
ketua koordinator dibantu oleh staf yang bersifat mandiri maupun dirangkap oleh staf sekolah secara umum. Dengan struktur organisasi
yang sederhana,
hubungan kerja antar unsur-unsurnyapun menjadi cepat
dan
memiliki
intesitas
yang
tinggi.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Hersey
(1997)
yang
menyatakan
bahwa
struktur
organisasi yang sederhana adalah suatu struktur organisasi
yang
tidak
rumit
yang
memiliki
departementalisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang tersentralisasi pada seseorang, dan sedikit formalisasi. Hal senada juga diungkapkan oleh Robbins (2007) yang menyatakan bahwa struktur organisasi yang sederhana memiliki kekuatan yang
146
terletak pada kecepatanya, fleksibel, efesien untuk dikelola, dan akuntabilitasnya jelas. Pembentukan
tim
penyelenggara
untuk
mengelola program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6
Ambon
tertentu
dilakukan
yang
untuk
berkaitan
melaksanakan
dengan
tugas
penyelenggaraan
program akselerasi. Adanya bagan struktur organisasi dan pembagian tugas pokok dan fungsi setiap unsur yang ditunjuk sebagai pelaksana program tersebut menunjukkan bahwa pengoragnisasian pada program akselarasi di sekolah tersebut telah sesuai dengan hakikat pengoraganisasian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Argyris (1978) yang menyatakan bahwa struktur organisasi merupakan seperangkat hubungan yang efektif antara orang-orang dalam organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. (2007)
menyatakan
(organization
bahwa
structure)
Kemudian Robbins struktur
menentukan
organisasi bagaimana
pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Adanya
fungsi
rangkap
antara
koordinator
program akselerasi dan kaur bisang standar isi dan proses penilaian, kemudian bendahara, menunjukkan bahwa
pada
dasarnya
pengorganisasian
program
akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon telah mengarah kepada
konsep
efisiensi,
khususnya
dalam
pengurangan tenaga kerja dan anggaran. Hal ini sesuai dengan azas berhasil guna dan berdaya guna yang dikemukakan oleh Effendi (1998) yang menegaskan
147
bahwa dalam perencanaan perlu adanya perhatian terhadap beberapa azas, salah satunya adalah azas berhasil guna dan berdaya guna. Dengan demikian, rencana yang dibuat akan mengacu secara tepat pada pencapaian
tujuan
yang
diharapkan
serta
dapat
memanfaatkan sumberdaya seminimal mungkin. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan, maka tugas-tugas
tersebut
dilakukan
dalam
kondisi
lingkungan yang mendukung sehingga mereka dapat bekerja
sama
memperoleh struktur
secara
kepuasan organisasi
efektif
dan
pribadi. yang
efisien,
Dengan sederhana
dan
adanya telah
mempermudah hubungan kerja antar personel dalam tim pelaksanaan penyelenggaraan program akselerasi. Struktur organisasi sederhana ini, merupakan tindakan nyata yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka untuk mengoptimalkan hubungan-hubungan yang efektif antar personel. Hal ini sesuai dengan ungkapan Argyris (1978) yang menyebutkan bahwa tujuan atau sasaran suatu organisasi akan mudah tercapai apabila terdapat tindakan yang mengusahakan agar terjadi hubungan-hubungan yang efektif antara personel, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dan dalam kondisi lingkungan tertentu. Untuk mencapai keberhasilan, tentu setiap personel perlu didayagunakan secara maksimal dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam
memilih
kemampuannya.
pekerjaan Nawawi
yang (1996)
sesuai
dengan
menyatakan
148
penempatan personel pada unit kerja dan posisi yang tepat sesuai dengan kemampuan pendidikan dan pengalamannya memiliki pengaruh yang kuat terhadap pencapaian keberhasilan tujuan suatu organisasi. Pemilihan
personel
pada
tim
pelaksana
penyelenggara program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon telah dilakukan secara tepat, yakni dengan mengikuti konsep the right man on the right place. Dengan demikian, Effendi (1998) menyatakan hal-hal apa dan mengapa dikerjakan, siapa, dimana, bagaimana,
dan
kapan
mengerjakan
telah
sesuai
dengan proses perencanaan pendidikan yang optimal. 5. Pelaksanaan Program Akselerasi Pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, meliputi: a. Rekrutmen Peserta Didik Pada dasarnya kepesertaan peserta didik dalam pelayanan program akselerasi terbuka bagi semua siswa
yang
dalam
pelaksanaan
pembelajarannya
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga penyelenggara dalam hal ini pihak sekolah. Berdasarkan
temuan
penelitian,
pelaksanaan
program akselerasi pendidikan di SMP Negeri 6 Ambon sesuai perencanaan dan dilaksanakan pada awal tahun pelajaran.
Pada
tahap
penerimaan
peserta
didik
diperlukan input yang berkualitas. Peserta didik di sekolah ini merupakan raw input yang telah dipilih melalui proses penerimaan peserta didik program
149
akselerasi. Proses penerimaan tersebut telah dilakukan secara ketat dengan menerapkan tahapan-tahapan; seleksi administrasi, tes akademik, tes psikologi, tes kesehatan, tes wawancara yang mengarah pada minat dan dukungan dari orang tua/wali. Sehingga pada akhirnya diperoleh peserta didik yang benar-benar memiliki
potensi
kreativitas
dan
Implementasi
kecerdasan task
dengan
commitment
program
intelegensi,
yang
akselerasi
tinggi.
menuntut
pelaksanaan program yang efektif dan efisien dan karenanya harus memenuhi persyaratan pokok yang menunjang pelaksanaan program tersebut diantaranya perekrutan dan seleksi peserta didik, pengorganisasian kelas, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian dan pelaporan hasil belajar. Tanpa memberdayakan konsep-konsep implementasi
ini program
secara
tepat
akselerasi
guna,
pendidikan
maka tidak
berlangsung secara efektif. Lebih lanjut dijelaskan intelegensi yang tinggi saja belum cukup untuk menentukan kemampuan dan kecerdasan luar biasa; demikian pula, kreativitas tanpa pengikatan
diri
terhadap
tugas
belum
menjamin
prestasi unggul. Oleh karena itu, interaksi antara ketiga ciri tersebut merupakan unsur yang esensial dan ketiga-tiganya sama pentingnya dalam menentukan kemampuan dan kecerdasan luar biasa seseorang. Hal serupa juga dikemukakan oleh Widiastono (2004)
150
menyatakan bahwa masukan (input, intake) siswa di seleksi secara ketat dengan menggunakan kriteria tertentu dan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang digunakan adalah: (1) prestasi belajar, dengan indikator nilai rapor, nilai UN, hasil prestasi akademik; (2) skor psikotes, yang meliputi: inteligency
quotient
(IQ)
minimal
125,
kreativitas,
tanggung jawab terhadap tugas (task commitment), dan emotional quotient (EQ); (3) kesehatan. Hal ini sesuai dengan hakikat penyelenggaraan program pendidikan
akselerasi, khusus
yakni
memberikan
bagi
peserta
didik
layanan yang
diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan dan memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas dan keterikatan pada tugas di atas rata-rata untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar mereka. Berkaitan
dengan
hal
tersebut
Munandar
(2009)
menyatakan bahwa peserta didik tersebut memiliki kebutuhan-kebutuhan
pokok
tertentu
berupa
pengertian, penghargaaan, dan perwujudan diri yang harus terpenuhi. Lanjut Widiastono (2004) menyatakan pelayanan pendidikan yang kurang memperhatikan potensi anak, bukan saja akan merugikan anak itu sendiri, jika tidak maka mereka akan menderita kecemasan dan keraguraguan yang berujung pada kesulitan yang berakibat
151
buruk
bagi
diri
sendiri
dan
bahkan
merugikan
lingkungan belajarnya, khususnya di sekolah. Proses seleksi penerimaan peserta didik bagi program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon bersifat objektif, transparan, dan akuntabel. Obyektif artinya jauh dari unsur kolusi dan nepotisme atau kedekatan emosional, jadi peserta didik yang direkrut pada program akselerasi ini betul-betul peserta didik yang memiliki kemampuan istimewa dan bakat istimewa (gifted and talented) dan tidak memiliki unsur peserta didik titipan. Kemudian transparan, mengingat SMP Negeri 6 Ambon sebagai organisasi pelayan program akselerasi bagi publik, maka sekolah harus transparan terhadap publik mengenai proses dan hasil dari seleksi yang dicapai. Sehingga bagi publik, transparan bukan lagi merupakan kebutuhan tetapi hak yang harus diberikan oleh
sekolah
sebagai
organisasi
penyelenggara
pendidikan akselerasi. Sedangkan
akuntabilitas,
agar
perekrutan
peserta didik tidak dilakukan sewenang-wenang oleh pihak sekolah, maka pihak SMP Negeri 6 Ambon harus bertanggungjawab
terhadap
apa
yang
dikerjakan.
Untuk itu, sekolah berkewajiban mempertanggung jawabkan kepada publik tentang apa yang dikerjakan sebagai konsekuensi dari mandat yang diberikan oleh publik/masyarakat.
Ini
berarti,
publik/masyarakat
152
dapat memberikan penilaian terhadap penyelenggaraan sekolah apakah pelaksanaan seleksi peserta didik program akselerasi dilakukan secara memuaskan atau tidak. b. Kurikulum SMP
Negeri
6
Ambon
telah
menggunakan
kurikulum KTSP. Kurikulum yang digunakan di kelas akselerasi
adalah
kurikulum
berdiferensiasi
yaitu
kurikulum yang dipercepat dari tiga tahun menjadi dua tahun.
Hal
ini
sudah
sejalan
dengan
pedoman
penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik CI/BI bahwa salah satu bentuk diferensiasi kurikulum adalah mempercepat waktu pembelajaran yaitu dari waktu yang seharusnya berdurasi enam tahun menjadi lima tahun
(untuk
SD)
dan
waktu
yang
seharusnya
berdurasi tiga tahun (SMP/SMA) dipercepat menjadi dua tahun. Disamping itu juga dilakukan pengayaan dan
pendalaman
pada
materi
pelajaran
tertentu
(Depdiknas, 2003). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kurikulum program akselerasi SMP Negeri 6 Ambon dikembangkan secara diferensiasi. Kurikulum ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampuan
dan
kecerdasan
tinggi
dengan
cara
memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam arti
kedalaman,
keluasan,
dan
percepatan
jenis
pelajaran yang ada. Temuan penelitian ini didukung oleh pernyataan dari Ward (1980) yang menyatakan bahwa sekolah penyelenggara pendidikan akselerasi
153
bagi peserta didik yang memiliki kemampuan istimewa dan
bakat
istimewa
and
(giftend
talented)
harus
berhadapan dengan tuntutan proses pengembangan kurikulum diferensiasi. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jovita Dwi Satyarini (2010) yang menunjukkan bahwa kurikulum dan pembelajaran pada program akselerasi adalah kurikulum nasional dan muatan lokal. Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berdiferensiasi. Kalender akademik program akselerasi memuat empat bulan hari efektif setiap semesternya. Istilah ”diferensiasi” dalam pengertian kurikulum diferensiasi menunjukkan pada kurikulum yang tidak berlaku umum, melainkan dirancang untuk kebutuhan tumbuh kembang bakat tertentu. Semiawan (2007) menyatakan
pengembangan
kurikulum
diferensiasi
bertitik tolak dari asumsi bahwa setiap manusia berbeda kecepatan perkembangannya. Clendening dan Davies
(dalam Depdiknas, 2009) menjelaskan bahwa
yang dimaksud differentiated adalah isi pelajaran yang menunjuk pada konsep dan proses kognitif tingkat tinggi, strategi instruksional yang akomodatif dengan gaya
belajar
anak
berbakat,
dan
rencana
yang
memfasilitasi kinerja siswa. Menurut Depdiknas (2003) bahwa pengembangan kurikulum diferensiasi dapat dilakukan dengan modifikasi kurikulum nasional dan muatan lokal yang dapat dilakukan dengan cara modifikasi: (1) alokasi waktu, yang sesuai dengan kecepatan belajar anak, (2) isi/ materi, pilih yang esensial, (3) proses belajar mengajar, yang menekankan
154
pengembangan proses berpikir tingkat tinggi seperti: analisis, evaluasi, dan problem solving, (4) sarana dan prasarana, yang disesuaikan dengan karakteristik anak yang
berbakat
pengetahuan
yakni
baru,
memungkinkan
senang
(5)
anak
menemukan
lingkungan
berbakat
sendiri
belajar,
dapat
yang
menemukan
kehausan akan pengetahuan, dan (6) pengeloalaan kelas
yang
memungkinkan
anak
berbakat
dapat
bekerja di kelas secara mandiri, berpasangan, maupun kelompok. Pada dasarnya diadakannya kelas akselerasi adalah untuk membentuk jiwa penemu bagi anak anak yang memiliki bakat istimewa dan cerdas istimewa, yaitu dengan membentuk kelompok peserta didik dengan minat dan bakat serta kecerdasan tertentu untuk membuat usulan proyek yang akan digarap oleh anak-anak dengan bimbingan guru yang sesuai dengan usulan
project
tersebut.
Hal
ini
sejalan
dengan
pendapat dari Flieger (1962 dalam Coleman, 1985) bahwa
inti
dari
mendidik
anak
berbakat
adalah
kurikulum berdiferensiasi. Diferensiasi kurikulum di SMP Negeri 6 Ambon untuk program kelas akselerasi yaitu kurikulum KTSP dengan durasi waktu tiga tahun dipercepat menjadi dua tahun, disertai pendalaman dan pengayaan pada materi-materi pelajaran tertentu, berdasarkan prioritas dan tingkat kebutuhannya. Hal ini sejalan dengan pendapat
Davis
dan
diferensiasi kurikulum
Rimm
(1998)
yaitu
bahwa
hendaknya dilakukan pada
segenap elemen yang terdiri dari: materi, proses, produk, dan lingkungan belajar.
155
c. Rekrutmen dan Pembinaan Tenaga Pendidik (Guru) Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan guru yang mengajar di program akselerasi merupakan hak
dari
kepala
sekolah.
Kepala
sekolah
akan
melakukan penilaian terhadap guru yang memiliki empat kompetensi yaitu pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Selain berdasarkan kompetensi yang dimiliki guru, penilaian juga didasarkan atas kinerja serta tanggungjawab yang tinggi terhadap pekerjaan. Hal lain yaitu guru yang mengajar di kelas akselerasi harus mampu mengoperasikan media pembelajaran yang ada. Hal ini selaras dengan Direktorat PSLB (2010) bahwa pendidikan khusus yang diselenggarakan bagi siswa
CI
kebutuhan
hendaknya
dirancang
siswa
diampu
dan
sesuai oleh
dengan
guru
yang
kompeten. Tidak semua guru dapat menjadi guru yang efektif
bagi
intelektual
siswa dan
CI.
Dibutuhkan
kepribadian
yang
karakteristik
spesifik,
serta
dibutuhkan pelatihan pendidikan siswa berkecerdasan istimewa agar guru dapat melakukan
diferensiasi
kurikulum dan menggunakan metode pembelajaran dan
evaluasi
yang
tepat
agar
siswanya
dapat
berkembang optimal. Guru yang unggul tidak hanya dibutuhkan oleh siswa akselerasi saja tetapi siswa reguler juga berhak di didik oleh guru yang unggul juga agar memperoleh pelayanan yang optimal karena guru merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan pendidikan. Hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lubis
156
(dalam Rena Putri, 2005) bahwa guru yang mengajar program akselerasi adalah guru-guru biasa yang juga mengajar program reguler, hanya saja sebelumnya guru-guru tersebut telah dipersiapkan dalam suatu lokakarya dan workshop sehingga memiliki pemahaman dan ketrampilan untuk memberikan pengajaran bagi siswa akselerasi. Retnowati (2004) juga menjelaskan bahwa guru dalam program akselerasi ini selain harus unggul dalam penguasaan materi dan mengajar serta memiliki komitmen dalam tugas tetapi juga harus mampu
mendidik
jadi
tidak
hanya
transfer
of
knowledge tetapi juga character building. Berdasarkan temuan penelitian, di SMP Negeri 6 Ambon, setelah perekrutan guru kelas akselerasi, kemudian
pihak
sekolah
juga
menyelenggarakan
workshop untuk guru-guru kelas akselerasi tentang pengembangan sumber pembelajaran, pendekatan dan penggunaan
media
pembelajaran,
guna
untuk
mempersiapkan guru-guru di kelas akselerasi yang profesional. Karena yang dihadapi adalah siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa serta kemauan belajar tinggi. Tujuan diselenggarakannya pelatihan bagi guruguru kelas akselerasi adalah untuk mempersiapkan guru-guru yang profesional di kelas akselerasi. Temuan ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Van Tiel & Widyorini (2014) yang menyatakan bahwa seorang guru akselerasi perlu mendapatkan pelatihan-pelatihan yang memadai dan selalu mengikuti penyegaran keilmuan guna mengikuti perkembangan strategi pengajaran yang didukung oleh hasil-hasil penelitian mutakhir (evidence practice) yang kini sangat pesat berkembang.
157
Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa paradigma baru
pembelajaran
perkembangan
ilmu
yang
dipengaruhi
pengetahuan
dan
oleh
teknologi
memberikan peluang dan tantangan yang besar bagi perkembangan profesional, baik pada preservice dan inservice guru di Indonesia. Oleh karena itu guru-guru kelas
akselerasi
pembaharuan
harus
metode
lebih
siap
dalam
pembelajaran
hal
dibandingkan
guru-guru yang mengajar di kelas reguler. d. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
untuk
sarana dan prasarana yang dipersiapkan untuk peserta didik program akselerasi secara keseluruhan sama dengan peserta didik reguler. Perbedaanya hanya terletak pada ruang kelas akselerasi yang dilengkapi dengan AC, infokus, komputer, dan televisi, sedangkan untuk peserta didik reguler fasilitas tersebut tidak disediakan. Sarana
dan
prasarana
penunjang
kegiatan
pembelajaran program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon yaitu: (a) Sarana belajar, antara lain: ruang kelas, laboratorium IPA, laboratorium komputer, ruang kesenian,
ruang
OSIS,
ruang
UKS,
ruang
BK,
perpustakaan; (b) Prasarana, antara lain: sumber belajar seperti modul/diktat dan buku referensi; media pembelajaran
seperti:
almari
khusus/loker,
LCD,
komputer/laptop, dan slide projector; adanya sarana lain seperti AC dan jaringan internet.
158
Jika dihubungkan dengan standar Departemen Pendidikan
Nasional
yang
harus
tersedia
dalam
program akselerasi sudah cukup memenuhi. Namun, kekurangan dari sarana prasarana yang ada yaitu adanya ada beberapa peralatan di laboratorium IPA yang
kondisinya
tersedianya
kurang
baik,
laboratorium
dan
bahasa.
juga
belum
Ketersediaan,
kelengkapan dan kondisi sarana prasarana di sekolah merupakan salah satu komponen yang sangat penting diperlukan sebagai penunjang dan pendukung kegiatan belajar mengajar siswa terutama bagi siswa yang berkebutuhan berbakat,
khusus.
siswa
Kaitannya
diberikan
ruang
dengan khusus
anak untuk
bereksperimen dan dibuat kondusif agar bersikap positif
terhadap
lingkungannya
(Mardiati
Busono,
1999). Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hawadi (2004) bahwa sarana dan prasarana program akselerasi hampir
sama
dengan
program
reguler,
tetapi
kualitasnya lebih ditingkatkan, meliputi: (a) kegiatan intrakurikuler:
ruang
belajar
yang
memadai,
kelengkapan ruang belajar dan kondisi ruang belajar; (b) kegiatan ekstrakurikuler: sarana yang membentuk kreativitas,
pembinaan
akhlak
dan
pengembangan
intelektual siswa. Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa kondisi sarana prasarana program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sudah cukup menunjang
kegiatan
program
akselerasi.
Namun,
kekurangan yang dimiliki bisa menjadi masalah yang cukup serius untuk segera ditangani karena sarana
159
prasarana
merupakan
komponen
yang
sangat
diperlukan sebagai penunjang dan pendukung kegiatan belajar mengajar siswa terutama bagi siswa yang berkebutuhan
khusus
dalam
hal
ini
yaitu
anak
berbakat, agar bakat mereka dapat tersalurkan dengan baik. Sarana dan prasarana yang terdapat di SMP Negeri
Ambon
memenuhi
untuk
program
standar
Permendiknas
Nomor
yang 24
akselerasi
sudah
ditentukan
pada
Tahun
2007,
sehingga
menunjang proses pembelajarannya, baik pemenuhan dari segi jenis dan macam sarana prasarana yang harus tersedia. e. Pembiayaan Program Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber dana untuk penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon diperoleh dari Pemerintah Pusat yaitu berupa dana BOS dan subsidi dari orang tua siswa.
Disisi
akselerasi
lain,
juga
semua
peserta
mendapatkan
didik
program
beasiswa
dari
pemerintah. Berkaitan
dengan
sumber
biaya
pendidikan,
Nicholas Barr (2005) menyatakan “If it is not possible to rely wholly on public funding, it is necessary to bring in private finance-but in ways that do not deter students from
poor
backgrounds”.
memungkinkan
Artinya
jika
tidak
menggantungkan sepenuhnya pada
subsidi pemerintah, diperlukan kemampuan dalam menyerap dana masyarakat (SPP), akan tetapi jangan
160
sampai membebani peserta didik dari latar belakang keluarga yang tidak mampu. Upaya
awal
pemerintah
dalam
memberikan
pelayanan khusus bagi anak yang berbakat intelektual dan berprestasi adalah dengan pemberian beasiswa. Namun, menurut Munandar (dalam Hawadi, 2004) pemberian beasiswa tersebut tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi siswa yang berbakat intelektual karena pemberian beasiswa hanya membantu kekurangan finansial untuk melanjutkan pendidikan tetapi tidak memberi mereka pendidikan yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak berbakat intelektual. Ketersediaan dana dalam pelaksanaan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sudah mampu memenuhi kebutuhan pelaksanaan program akselerasi. Sumber pendanaan sudah sesuai dengan UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 46 ayat 1 dan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 pasal 2 bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. 6. Kegiatan Pembelajaran Program Akselerasi Hasil
penelitian
tentang
pembelajaran
di
kelas
pelaksanaan
pembelajaran
pelaksanaan
akselerasi di
proses
menunjukkan
kelas
akselerasi
dilaksanakan mulai Juli, dengan menempati lokal kelas VII. Proses belajar mengajar dilaksanakan tiap hari efektif disusun
sesuai oleh
dengan
kalender
sekolah.
Waktu
pendidikan belajar
yang
semuanya
161
dilaksanakan pada pagi hari mulai pukul 08.00-15.00 untuk hari Senin dan Sabtu, serta pukul 07.15-14.15 untuk hari Selasa-Jumat, dengan alokasi waktu tiap jam 45 menit. Kegiatan
pembelajaran
dirancang
untuk
memberikan pengalaman yang melibatkan proses fisik dan mental melalui interaksi peserta didik dengan guru, lingkungan pendidikan dan masyarakat serta sumber
belajar
yang
mendukung
tercapainya
kompetensi dasar yang dirumuskan dalam silabus pembelajaran. Untuk mencapai itu maka dipilih suatu pendekatan pembelajaran student center, cooperative, learning, CTL, PAKEM, dan lain-lain. Pendekatan
student
center
pada
proses
pembelajaran akselerasi menurut Mukhtar dkk (2007) adalah siswa dituntut lebih aktif dan kreatif dalam memahami
kebutuhan
pendidikannya,
sementara
seorang guru hanya akan lebih berperan sebagai Pemberi umpan dan memberikan bimbingan bagi para siswa yang memerlukannya. Kemudian Pendekatan cooperative pendekatan
learning
menurut
pembelajaran
Lie
yang
(2010),
melibatkan
suatu pada
pembelajaran yang memberi pengalaman bekerja sama menyelesaikan tugas, dan proses semacam ini dapat membentuk sikap untuk saling menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mengingat kecerdasan mendesain
luar
siswa
kelas
akselerasi
biasa,
maka
setiap
pembelajaran
memiliki
guru
berdasarkan
harus
aktivitas,
fleksibel dan menyenangkan serta mempersiapkan rencana pembelajaran yang efektif dan efisien serta
162
mempersiapkan sejalan
modul
dengan
pembelajaran.
pendapat
Temuan
beberapa
orang
ini
pakar
diantaranya menurut Meier (2000) menyatakan bahwa untuk
mendesain
pembelajaran
percepatan
harus
memperhatikan prinsip aktivitas, artinya para peserta didik
belajar
dibandingkan
banyak apabila
dari
pengalaman
mereka
mempelajari
aktif dari
presentasi. Kemudian menurut Mukhtar dkk (2007) menyatakan bahwa pembelajaran akselerasi bersifat responsif
terhadap
perubahan
dan
berupaya
menciptakan program pembelajaran yang fleksibel dan bertujuan
untuk
mengadakan
perbaikan
secara
kontinu. Sedangkan menurut Colin (1997) dengan metode percepatan belajar ini seorang siswa dapat belajar
secara
menyenangkan,
dan
mereka
dapat
menciptakan suatu pembelajaran yang sukses dan menyenangkan. Bentuk kegiatan pembelajaran di kelas akselerasi menggunakan kurikulum KTSP dan muatan lokal. Pembelajaran yang dikemas sedemikian rupa sehingga materi yang semestinya diberikan dalam waktu 6 bulan harus dapat diselesaikan dalam waktu 4 bulan per semester sehingga dalam waktu 2 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian hasil belajar program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon, jadwal waktunya tidak sama dengan kelas reguler, karena waktu belajar kelas akselerasi adalah empat bulan. Tetapi untuk ketentuan-ketentuan umum pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa sama dengan kelas reguler. Macam-macam alat penilaiannya pun sama dengan kelas reguler. Sekolah menetapkan jenis
163
penilaian bagi tiap mata pelajaran meliputi: (1) ulangan harian, (2) tugas, baik tugas kelompok maupun tugas individu dan pekerjaan rumah PR, (3) uji tengah semester, (4) ujian akhir semester. Hal ini sebagaimana Depdiknas (2003) bahwa penilaian yang digunakan dalam pendidikan khusus bagi kelas akselerasi adalah penilaian autentik (proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa). Alat penilaian yang digunakan: (1) Hasil karya (product) berupa karya seni, laporan, gambar, bagan, tulisan dan benda, (2) Penugasan (project) yaitu bagaimana siswa bekerja
dalam
kelompok
menyelesaikan
sebuah
atau
proyek,
individual (3)
Unjuk
untuk kerja
(performance) yaitu penampilan diri dalam kelompok maupun
individu,
dalam
bentuk
kedisiplinan,
kerjasama, kepemimpinan, inisiatif dan penampilan di depan umum, (4) Tes tertulis (paper and pencil test), yaitu penilaian yang didasarkan pada hasil ulangan harian, semester atau akhir program, (5) Kumpulan hasil kerja siswa (portofolio) yaitu kumpulan karya siswa berupa laporan, gambar, peta, benda-benda, karya tulis, isian, tabel-tabel, dan sebagainya. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, program akselerasi tidak mempunyai guru yang khusus. Semua guru akselerasi
juga
mengajar
program
regular
bidang
pelajaran yang sama. Berbeda dengan penyampaian materi pada program regular, pada program akselerasi penyampaian pengajar
materi
mempercepat
dipercepat materi
waktunya. tanpa
Guru
mengurangi
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator,
164
materi yang biasanya disampaikan dalam empat kali tatap muka dipercepat menjadi dua kali tatap muka. Dengan metode percepatan belajar ini, seorang siswa diharapkan dapat menemukan cara belajar yang baru dan sesuai dengan karakternya. Oleh karena itu menurut Meier (2000) menyatakan guru yang mengajar di kelas akselerasi idealnya adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mendesain sistem pembelajaran akselerasi. Agus Marsidi (2007) mengatakan bahwa setiap guru dituntut memiliki kemampuan mengembangkan dan melaksanakan kurikulum sesuai dengan tingkat kemampuan dan karakteristik individu siswa, sehingga mampu berperan aktif dalam tugas tersebut di sekolah. Di sisi lain, sekolah mempunyai tugas dan wewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan
kondisi,
lingkungan
kebutuhan
setempat.
Untuk
masyarakat menjamin
dan
efektivitas
pengembangan kurikulum dan program pengajaran, maka
kepala
pengajaran
sekolah bersama
sebagai
pengelola
dengan
guru-guru
program harus
menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional ke dalam program tahunan, semesteran dan bulanan. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa kegiatan pembelajaran kelas program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon sudah dilaksanakan dengan baik. Meskipun
ada
ditingkatkan
beberapa yaitu
hal
metode
yang
masih
perlu
pembelajaran
lebih
diarahkan dan disesuaikan dengan karakteristik dan pengembangan kreativitas anak berbakat.
165
7. Monitoring
dan
Supervisi
Penyelenggaraan
Program Akselerasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada monitoring
dan
supervisi
secara
khusus
yang
dilakukan oleh Dinas terkait terhadap penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 6 Ambon. Meskipun demikian, sebagai bentuk pertanggungjawaban, pihak sekolah
menyusun
penyelenggaraan Pendidikan
dan
program
Dasar
dan
mengirim
tersebut Menengah
laporan
kepada
Dirjen
cq.
Direktorat
pendidikan
anak-anak
Pendidikan Luar Biasa di Jakarta. Khususnya
mengenai
berbakat, monitoring dan supervisi sistematis secara tradisional terhadap program memang sangat minim (Davis & Rimm, 1985). Salah satu alasannya adalah ukuran
“berhasil”
berbakat
dalam
akademik
lebih
mengukur sulit
anak-anak
dilakukan
bila
dibandingkan dengan memonitor program remedial atau program keterampilan dasar. Pada kedua program ini, data dari pengukuran hasil belajar memberikan ukuran
langsung
dan
valid
mengenai
perubahan
tingkah laku (Hawadi, 2004). Namun demikian, upaya untuk melakukan monitoring dalam pelaksanaannya terhadap program pendidikan anak berbakat sangat penting, apabila kalau programnya sudah jelas, yaitu akselerasi. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jovita Dwi Satyarini (2010) yang menunjukkan bahwa mekanisme pembinaan meliputi pembina
pusat,
provinsi,
dan
kabupaten/kota.
Monitoring dilakukan secara berjenjang, dilaksanakan
166
oleh Ditjen Dikdasmen cq. Dit PLB, Dinas Pendidikan Provinsi
(Subdin
PLB),
dan
Dinas
Pendidikan
Kabupaten; dan melakukan evaluasi program setiap tahun. 8. Hambatan Akselerasi
Dalam
Penyelenggaraan
Program
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMP Negeri 6 Ambon sebagai sekolah penyelenggara program akselerasi,
memiliki
tantangan
dalam
menyelenggarakan program akselerasi kedepan, karena adanya
kebijakan
pemerintah
tentang
penutupan
program akselerasi, yaitu dengan dikeluarkannya Surat Edaran Republik
Kementerian Indonesia
Pendidikan No.
dan
Kebudayaan
6398/D/KP/2014
tentang
pelaksanaan kelas khusus program akselerasi jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah dalam hal ini melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang mempersiapkan petunjuk untuk program cerdas istimewa dengan sistem SKS, sesuai pada point yang ke 5 dalam surat edaran sebagai berikut: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang mempersiapkan petunjuk teknis tentang penyelenggaraan program cerdas istimewa dengan SKS yang akan dijadikan panduan pelaksanaan program cerdas istimewa.
Namun, hal ini tidak sesuai dengan kehadiran layanan cerdas istimewa yang secara khusus memang dirancang untuk siswa dengan keunikan tersendiri karena keunggulan kemampuannya, keunggulan CI
167
maupun kecepatan belajar sehingga walaupun hadir misalnya sistem SKS tidaklah tergoyahkan karena layanan CI digunakan untuk layanan khusus. Sistem SKS hanya merupakan sistem sajian kurikulum yang juga ditawarkan dalam layanan CI yang dinamakan dengan grade skipping maupun credit examination. Jauh sebelum sistem SKS muncul pada sekolah telah ada sistem semacam SKS yang dipergunakan dalam layanan CI dan tidak menghilangkan layanan CI itu sendiri. Hakikat grade skipping adalah membolehkan siswa di bawahnya mengikuti kelas di atasnya untuk mata pelajaran tertentu (Van Tassel Baska, 2005 dalam Supriyanto, 2012). Dengan demikian, kehadiran sistem SKS tidak ada pengaruhnya terhadap keberadaan layanan CI. 4.3.4 Evaluasi
Product
Program
Akselerasi
SMP
Negeri 6 Ambon Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
hasil
pencapaian program akselerasi yang telah berjalan di SMP Negeri 6 Ambon sudah cukup memuaskan. Program akselerasi telah meluluskan peserta didiknya 100%, berprestasi dalam berbagai kegiatan lomba, dan alumni program akselerasi diterima di SMA favorit, baik negeri maupun swasta. Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan
oleh
Citra
Ceria
(2011)
yang
menyimpulkan bahwa prestasi akademik peserta didik program akselerasi menunjukkan hasil yang sangat baik karena setiap tahunnya selalu menghasilkan 100% kelulusan dengan nilai rata-rata di atas standar.
168
Namun,
hal
ini
bertolak
belakang
dengan
pendapat dari Supriyanto (2012) bahwa pencapaian nilai dalam ujian nasional yang tinggi bagi siswa cerdas istimewa sebenarnya akan tercapai dengan sendirinya, sebab siswa cerdas istimewa yang memiliki IQ tinggi akan terlalu mudah mengerjakan soal ujian yang sejatinya merupakan materi ujian yang bobot dan tingkat kesulitannya jauh di bawah kemampuannya, sebab materi ujian nasional merupakan materi untuk anak normal yang IQ nya sekitar 100. Jadi dilihat dari sisi ini, maka tercapainya nilai ujian nasional tinggi pada siswa cerdas istimewa sebenarnya bukan prestasi, tetapi pencapaian hasil belajar biasa saja. Seharusnya dengan adanya intelegensi luar biasa ini anak dapat menunjukkan prestasi luar biasa (sebagai produk intelegensi luar biasanya), namun kita sering mendapatkan peserta didik tidak dapat memperlihatkan prestasi
luar
biasanya.
Anak-anak
ini
mengalami
pencapaian prestasi yang rendah, yang disebut sebagai gifted underachiever (Baum, 2004 dalam Van Tiel & Widyorini,
2014).
Sekalipun
demikian,
anak
yang
mempunyai potensi intelegensi tinggi ini namun tidak menunjukkan prestasi luar biasanya tetap disebut sebagai anak cerdas istimewa atau gifted children. Ia sebenarnya bukan saja mempunyai hak yang sama untuk
mendapatkan
pelayanan
pendidikan
cerdas
istimewa berdasarkan potensi yang dimilikinya, namun ia
juga
mempunyai
membutuhkan
perhatian
hak
sebagai
khusus
anak
karena
yang
berbagai
kesulitannya yang menyebabkan potensi intelegensi
169
istimewanya itu tidak dapat diwujudkan (Montgomery, 2009 dalam Van Tiel & Widyorini, 2014). Terhadap peserta didik cerdas istimewa yang tidak berprestasi ini bukan berarti kemudian makna potensi luar biasanya dikesampingkan, potensi kecerdasannya diragukan, dan dikembalikan kedalam kelompok anakanak berkecerdasan normal sebagaimana yang sering terjadi dalam program-program layanan anak cerdas istimewa
beberapa
waktu
lalu.
Kita
tentunya
mengharapkan bahwa anak-anak cerdas istimewa yang belum menunjukkan prestasi istimewanya itu juga diperhitungkan sebagai anak cerdas istimewa dan layak mendapatkan
layanan
khusus
dalam Van Tiel & Widyorini, 2014).
(Montgomery,
2009