BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Gambaran Umum Film Soegija
Soegija merupakan film drama epik sejarah Indonesia yang menceritakan kisah seorang tokoh pahlawan nasional yaitu Albertus Soegijapranata. Film yang rilis tahun 2012 ini memakan biaya produksi hingga 12 miliar, dan menjadi film termahal yang pernah disutradarai Garin Nugroho. Film ini dibintangi oleh aktor-aktor dari beragam latar belakang budaya, beberapa aktor dan aktris ternama, seperti: Nirwanto Dewanto sebagai Albertus
Soegijapranata, Butet Kertarajasa sebagai Koster Toegimin, Henky solaiman sebagai Kakek Lingling, Olga Lydia Sebagai Ibu Lingling, Rukman Rosadi sebagai Lantip. Film ini menjadi film termahal sebab harus menggunakan perlengkapan kuno pada masa kemerdekaan, guna mendukung properti dalam film. Selain mengambil setting saat perjuang kemerdekaan Indonesia, film ini juga menggunakan enam bahasa. Diantaranya, Indonesia, Jawa, Inggris, Belanda, Jepang dan Latin. Tidak hanya pemain dari Indonesia, di film ini juga mengambil aktor dari luar. Seperti: Suzuki yang berperan sebagai Noboyuki, Wouter Zweers sebagai Robert, dan Wouter Braaf sebagai Hendrick. Saat akan liris pada 7 Juni 2012, film ini juga menjadi kontroversi di dunia maya dan Blackberry Messenger. karena banyak yang menilai bahwa film ini akan mempengaruhi iman seseorang. Beberapa Kru yang terlibat dalam film ini diantaranya yaitu: Sutradara (Garin Nugroho), Produser (Djaduk Ferianto, Murti Hadi Wijayanto SJ, Tri Giovanni), Penulis (Armantono, Garin Nugroho), Sinematografi (Garin Nugroho), Musik (Djaduk Ferianto), Penyunting (Garin Nugroho). Film ini diangkat dari catatan harian Soegija, dengan mengambil latar belakang perang kemerdekaan Indonesia dan pendirian Republik Indonesia Serikat (RIS) pada periode tahun 1947-1949.
Menceritakan tentang kisah hidup seorang Seogija yang saat itu diangkat menjadi Uskup. Uskup adalah sebutan untuk pemangku jabatan tertinggi yang diberikan oleh Gereja Katolik (dan Gereja-gereja Timur) dengan pentahbisan. Tugas pelayanan ini diterimakan secara tak terhapuskan dalam tahbisan uskup dengan penumpangan tangan disertai doa. Tugas tersebut mencakup memimpin (kegembalaan) dan mengajar (magisterium). Jabatan Uskup sudah terdapat pada abat pertama, dalam umat-umat masa Perjanjian baru. Berdasarkan tradisi rasuli sejak semula itu, uskup menjadi pengganti para Rasul sebagai gembala. Keanggotaan dalam dewan para uskup mencakup persekutuan dengan uskup Roma sebagai pengganti Petrus, yang ditetapkan Kristus sebagai kepala dewan para rasul. Soegija di angkat menjadi uskup di Gereja Katolik Indonesia ketika perang dunia kedua, dimana pada saat itu Soegija merupakan satu-satunya pribumi yang diangkat menjadi seorang Uskup. “Romo Kanjeng” sapaan sehari-sari Soegija, ia hidup sebagai pemimpin ditengah benturan ideologi lokal dan kacaunya sebuah bangsa. Karena pada saat itu rakyat Indonesia sangat menderita, banyak penduduk yang terpisah dari keluarga, kelaparan akibat kekejaman tentara Jepang dan Belanda yang silih berganti menjajah Indonesia khususnya Semarang dan Jogja. Tentara Belanda yang lebih dulu menjajah Indonesia di pukul mundur oleh tentara Jepang dibawah pimpinan jendral Yamamoto dan menguasai Asia Barat. Saat itu Mariyem salah satu penduduk desa yang bercita-cita menjadi perawat harus terpisah dari Maryono (kakaknya) yang pergi meninggalkan mariyem
seorang diri, karena ia diangkut oleh pasukan Jepang untuk dijadikan budak.nilai nasionalisme juga terlihat pada percintaan abtara mariyem dengan hendrick, dimana mariyem merasa kecewa saat Belanda ingkar janji dan menggempur jogja. Karena hendrick merupakan warga Negara Belanda sedangkan mariyem warga Negara Indonesia. Dan lingling yang harus terpisah dari ibunya. Simbol katolik dan nasionalisme terlihat saat Jepang yang menguasai Indonesia menahan seluruh penduduk dan juga tentara Belanda yang ada di Indonesia. Jepang pun meminta kepada Romo untuk menjadikan Gereja Katolik sebagai markas tentara Jepang, namun romo menolak dengan tegas. Karena gereja merupakan tempat yang disucikan dan tidak bisa dijadikan markas. Romo mengacam Noboyuki jika ia bersikeras untuk menjadikan gereja sebagai markas maka ia harus memenggal kepala romo terlebih dahulu. Gereja merupakan simbol katolik, sedangkan sikap Soegija yang menentang Belanda merupakan wujud dari nasionalisme itu sendiri. Hiroshima dan Nagasaki dibom dan memakan korban sebanyak 80.000 penduduk. Seperti ramalan Jayaba, Jepang menjajah Indonesia hanya seumur jagung yaitu tiga tahun lebih. Juni 1945 Okinawa jatuh dan 100.000 pasukan Jepang mati. Tentara Jepang pun dipukul mundur oleh pejuang Indonesia namun Noboyuki mati ditembak oleh pejuang Indonesia yang melakukan perlawanan. Tanggal 15 Agustus perang selesai, dan tepat tanggal 17 Agustus Bung Karno dan Bung Hatta mengumumkan kemerdekaan Indonesia. Seluruh penduduk
Indonesia pun sorak ramai mengumandangkan kemerdekaanya dengan mengarak bendera merah putih. Sebagian besar kota-kota di Indonesia masih dikuasai Belanda, yang tersisa hanya beberapa kota di Sumatera dan Jawa saja. Akhirnya penduduk hijrah dari Semarang ke Jogja, para pejuang tanah air pun berkumpul di Jogja, karena sesuai kesepakatan perang dihentikan (gencatan senjata). Saat itu Jogja menjadi benteng pertahanan bangsa Indonesia. Soegija bersama Soekarno bertemu dengan wakil dari Vatikan di gedung Agung Yogyakarta, dalam rangka menyatakan secara resmi bahwa Vatikan mengakui kemerdekaan Indonesia, usaha diplomasi tersebut bertujuan untuk mengagetkan Belanda, bahwa Indonesia mampu mempengaruhi Negara-negara diseluruh dunia. Akan tetapi Belanda kembali datang ke Indonesia, Belanda telah melanggar janjinya untuk gencatan senjata, dan para pejuang Indonesia melakukan perang gerilya. Tentara Belanda kembali menjajah dan menahan para penduduk Indonesia karena Belanda khawatir akan perlawanan gerilya pejuang Indonesia. Mariyem yang saat itu telah menjadi seorang perawat, menemukan kakaknya sudah kaku tidak bernyawa (meninggal) di kamar mayat. Dan ingling telah kembali berkumpul bersama ibunya.
Perang gerilya yang dilakukan pejuang Indonesia berhasil memukul mundur tentara Belanda. Pengorbanan para pejuang dan Rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaannya tidak sia-sia . Karena pada 1949 Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia di Amesterdam disaksikan oleh Ratu Yuliana dan Drs Moh Hatta. Dan Soekarno di nobatkan menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) pada saat itu.
1.2 Hasil Penelitian 1.2.1 Simbol Katolik dalam film Soegija
Sign
= Para pendengar radio sekalian, saya pak besut akan melaporkan rangkaian acara tentang penaubatan Soegijapranata sebagai Uskup danaba yang berkedudukan di Semarang.
Object
Interpretant
Teknik Pengambilan gambar Medium Di gambar terlihat pak besut Shot, karena kamera mengambil objek mengenakan peci hitam sebagai sebatas pinggang ke atas.
penyiar radio menyampaikan rangkaian acara penaubatan Soegija di
Gambar ini menunjukan suasana gereja gereja. Peci hitam tidak hanya katolik, dimana akan dimulai acara dikenakan oleh kaum muslim, di Jawa pengangkatan Soegija sebagai Uskup. umat katolik juga sering mengenakan peci hitam karena peci hitam merupakan tutup kepala tradisi Jawa, sama seperti blangkon. Tp bedanya blangkon memiliki corak batik sedangkan peci tidak. Dan Gereja merupakan sebuah tempat suci dimana umat katolik melakukan banyak kegiatan, salah satunya yaitu beribadah.
Sign
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang Pada
gambar
telihat
Soegija
digunakan adalah pan kanan. Karena mengenakan Jubah di bantu dengan objek berada di kanan kamera. Di
gambar
terlihat
para imam dan koster. Soegija Jubah merupakan pakaian resmi yang
mengenakan jubah berwarna ungu digunakan para rohaniwan. panjang, kerah lebar beserta topi yang Warna ungu mengungkapkan tobat, seirama. duka, dan mati raga. Warna ungu dipakai pada masa adven, prapaskah, dan misa arwah atau pemakaman.
Sign
Object
Interpretant
Teknik gambar yang digunakan yaitu Putera Altar yang hendak memasuki Medium mengambil
Shot.
Karena
objek
pada
kamera gereja
dengan
membawa
salib
bagian penyangga.
pinggang hingga kepala Salib tersebut disebut dengan salib Digambar itu terlihat seseorang yang penyangga. Salib ini diberi penyangga membawa salib panjang. Yang dibawa agak panjang, salib ini dipakai untuk saat akan penaubatan Soegija sebagai arak-arakan. Uskup.
minggu
Misalnya
palma
atau
pada
hari
perarakan
Sakramen Mahakudus pada hari raya
kamis putih. Salib itu terbuat dari kayu ataupun bahan
material.
memalang
Bentuk
(horizontal)
dan
dengan posisi
vertikal itu melambangkan sebuah arti, yaitu
bahwa
lambang
vertikal
melambangkan kehendak Allah dan horizontal melambangkan dunia dan manusia. Yang berarti ketika dunia atau manusia memalangi (berdosa melawan) kehendak dan rencana Allah.
Sign
Bersediakah saudara mengajarkan dengan kata dan teladan segalanya yang saudara mengerti dari kitab suci kepada umat bagi siapa saudara ditahbiskan? Saya bersedia (Soegija)
Object
Interpretant
Teknik gambar yang digunakan adalah Di Medium
Shot,
dimana
gambar
telihat
pengangkatan
gambar Soegija Sebagai Uskup Pribumi baru
mengambil Soegija dan Uskup yang dan juga Uskup lama. Disana terlihat lama. Kamera mengambil gambar dari sebagai uskup pribumi, Soegija di akui bagian pinggang hingga ke kepala.
oleh Uskup yang berasal dari Negara lain. Pakaian yang dikenakan Uskup
Dalam gambar tersebut terlihat Soegija adalah
Kasula.
Kasula
merupakan
mengenakan baju kasula dan topi mantol lebar, pakaian paling luar yang merah. digunakan imam. Ini adalah pakaian Kasula disini adalah baju berwarna khas bagi imam waktu persembahan putih dengan hiasan garis merah di Ekaristi. sekelilingnya. Untuk kasula sendiri ada dua macam, yang besar menutupi seluruh tubuh dan yang agak ramping tidak demikian. Kasula ramping yang bergaya gotik dan ada yang bergaya romawi. Dari sini diketahui bahwa pakaian liturgi
berpengaruh
kepada
gaya
pakaian
orang Romawi.
Sign
Object
Interpretant Cincin ini disebut sebagai cincin uskup
Teknik pengambilan gambar yang dimana cincin ini dipakai ditangan digunakan adalah big close up dimana kanannya. Cincin uskup terbuat dri posisi
kamera
mengambil
bagian emas murni dan batu permata. Cincin
tertentu agar tampak lebih besar. ini
melambangkan
kesetiaan
dan
Gambar atau visual di atas menunjukan penyatuannya
dengan
keuskupan
gambar cincin. Cincin ini dikenakan (Gereja Parikular). Seorang anggota saat
Soegija
Uskup.
ditahbiskan
sebagai umat
Katolik
yang
menyalami
uskupnya lazim mencium cincin itu sambil berlutut dengan satu kaki. Digambar terlihat uskup lama yang memakaikan cincin tangannya berada dibawah menandakan
tangan seorang
Soegija.
Ini
uskup
tetap
rendah diri meskipun derajatnya tinggi.
Sign
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang
Tongkat, dalam perayaan liturgi itu
digunakan adalah pan kanan. Karena
disebut dengan tongkat uskup (tongkat
posisi objek berada di kanan
gembala), tongkat ini memiliki makna tersendiri,
yaitu
melambangkan
Dalam gambar tersebut terlihat Soegija wewenang atau kuasa penggembala mengenakan jubah uskup, tongkat umat. uskup, serta mitra Dan juga mitra, tutup kepala yang digunakan oleh uskup pada waktu ia memimpin upacara liturgi. Mitra ialah topi uskup yang berbentuk rumah (berkerucut) dan memiliki dua lembar selendang pendek belakangnya yang disebut infulae.
Sign
Tuan tentu tahu ada hubungan diplomatik antara Vatikan dan Jepang. Jepang punya wakil di Roma dan Vatikan punya wakil di Tokyo. Gereja ini tempat yang disucikan tidak bisa dijadikan markas. Penggal dulu kepala saya baru tuan boleh memakainya.
Object
Teknik
pengambilan
Interpretant
gambar
yang Dalam dialog terungkap bahwa Soegija
digunakan yaitu long shot, dimana kamera tersinggung
atas
permintaan
Tentara
mengambil gambar keseluruhan pada Jepang yang menginginkan gereja sebagai objek. Dalam
markas mereka. gambar
terlihat
Soegija Jubah merupakan pakaian resmi para
mengenakan pakaian panjang berwarna rohaniwan/rahaniwati. Jubah ada yang hitam, salib yang menggantung dileher panjangnya sampai mata kaki dan atas
dan topi berwarna merah.
badannya menyempit. Warna hitam mengungkapkan kesedihan atau berkabung. Salib dada yaitu salib yang menggantung di dada.
Sign
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang Dalam gambar terlihat bagaimana tentara digunakan adalah long shot. Dimana Jepang
mengusik
gereja
dengan
posisi
gambar
diambil
dengan memindahkan para imam ke tempat lain.
keseluruhan. Jubah merupakan pakaian resmi para Dalam gambar terlihat para imam rohaniwan/rahaniwati. yang
mengenakan
jubah
putih warna
putih
juga
melambangkan
panjang semata kaki, yang sedang kesalehan. Jubah putih banyak dipakai ditodongkan
pistol
oleh
tentara oleh imam-imam oraja (Pr)
Jepang.
Sign
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang Jubah merupakan pakaian resmi para digunakan adalah long shot, karena rohaniwan/rahaniwati. gambar di ambil dengan menyorot warna
putih
juga
melambangkan
keseluruhan ruangan gereja. kesalehan. Jubah putih banyak dipakai Dalam gambar telihat beberapa imam oleh imam-imam oraja (Pr) yang
sedang
berbicang
dan Selendang atau Stola ialah semacam
menggunakan jubah putih, dan kain selempang atau selendang dari kain merah serupa selendang. halus yang dikenakan pada bahu turun ke dada. Stola adalah tanda martabat untuk diakon, imam, dan uskup. Akan tetapi hanya cara memakainya saja yang berbeda. Stola untuk calon imam karena pemakaiannya yaitu dari bahu kiri bersilang ke lengan kanan. Stola merupakan keabadian.
symbol
kekekalan
dan
Sign
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang Digambar terlihat soegija sedang dirawat digunakan adalah medium shot. dengan suster ditemani koster dan juga dokter. Dimana
kamera
mengambil Jubah
merupakan
pakaian
resmi
para
gambar pada bagian pinggang rohaniwan/rahaniwati. hingga ke atas kepala. warna putih juga melambangkan kesalehan. Dalam gambar tersebut terlihat Jubah putih banyak dipakai oleh imam-imam Soegija yang sedang diperiksa oraja (Pr) oleh perawat Soegija mengenakan jubah berwarna putih dan kain Kolar adalah kerah putih yang dikenakan yang melingkar dilehernya.
melingkat pada leher imam atau pendeta. Di Indonesia sendiri kolar sering digunakan oleh para pendeta protestan sedangkan imam katolik jarang memakainnya.
Sign
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang Dalam gambar telihat para imam yang digunakan
adalah
Medium
shot. sedang berdoa di depan altar. Dan
Karena posisi objek berada di tengah.
terdapat
Lilin
atau
candela
melambangkan kehangatan dan lambah Dalam gambar telihat beberapa orang kristus sebagai cahaya terang dunia. imam, dan altar, serta lilin di atas altar Pengorbanan dan kasih dan kehadiran dan kandelar. tuhan. Lilin diletakan di dekat atau di atas altar supaya terangnya memenuhi
ruangan. Tempat lilin disebut kandelar, ada dua macam bercabang.
kandelar;
tunggal
dan
1.2.2 Nilai Nasionalisme dalam film Soegija
Sign
Saudaraku tangan kanan kita kepal setinggi telinga, kini Negara kita telah merdeka. Suara mengguntur mengucapkan salam nasional merdeka, dan kita akan mempertahankan itu dengan cara apapun juga. Merdeka!! Merdeka!!
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang Dalam gambar terlihat seorang perwira digunakan adalah medium shot. Indonesia yang sedang mengangkat Karena posisi perwira tersebut tanggan dan tersenyum sambil berada di tengah kamera.
menggunakan baju perwira.
Dalam gambar terlihat seorang Dari dialog terungkap bahwa perwira perwira Indonesia yang sedang tersebut sedang mengajak para pribumi
tersenyum
sambil
mengangkat untuk meneriakan kata merdeka, untuk
tangan kanan setinggi telinga.
merayaan kemerdekaan Indonesia. Seorang perwira dengan baju perwiranya, sambil mengepalkan tangan menunjukan bentuk perlawanan kepada penjajah sedangkan tersenyum merupakan ungkapan kebahagiaan seseorang secara non verbal.
Sign
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang Nasionalisme terwujud dengan adanya
digunakan
adalah
long
shot. bendera Merah putih yang diarak-arak oleh
Dimana kamera pengambil gambar orang pribumi mengelilingi kota. Digambar secara
keseluruhan.
Menshoot terlihat
perwira
situasi dimana pribumi berkumpul mengumumkan di pusat kota.
yang
sedang
kemerdekaan
Indonesia
saat itu. Semua penduduk yang yang tertindas oleh penjajah terlihat bersemangat
bendera merah putih,
terlihat menyambut kemerdekaan Indonesia.
seorang pejuang Indonesia yang sedang memegang microphone dan
Merah putih adalah bendera Indonesia
dikelilingi oleh penduduk yang yang berarti identitas bangsa. membawa bendera
merah-putih
dan mengibarkan bendera merah putih
Sign
Object
Interpretant
Teknik gambar yang digunakan Di gambar juga terlihat di ruangan yang adalah over shoulder shot. Karena gelap seorang perwira Indonesia di temani pengambilan gambar kamera berada dengan pribumi lainnya sedang berusaha dibelakang Sedangkan
salah
satu
pelaku. mengusir tentara Jepang dengan cara
objek
pertama berdiplomasi. Namun masyarakat pribumi
menghadap ke kamera.
yang merasa geram karena tentara Jepang tidak
digambarkan
terlihat
juga
pergi
dan
pakaian penyerangan di markas Jepang.
perwira
ndonesia.
Pejuang
melakukan
Indonesia
berusaha
mengusir Baju yang dikenakan perwira Indonesia
tentara Jepang dengan berbica, merupakan wujud dari cintanya terhadap namun pejuang Indonesia yang lain tanah air, serta usaha para pejuang yang menembaki tentera Jepang hingga mengusir para tentara Jepang juga wujud mati.
dari nasionalisme itu sendiri.
Sign
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang Dalam digunakan Karena
adalah kamera
long
gambar
terlihat
para
pejuang
shot. Indonesia sedang berlatih untuk melakukan
mengambil serangan terhadap penjajah, guna meraih
gambar secara keseluruhan.
kemerdekaan. Tidak hanya orang dewasa,
terlihat dua anak kecil dan seorang bahkan anak kecil pun ikut turut serta remaja yang sedang memegang dalam
memperjuangkan
hak
rakyat
kecil Indonesia saat itu. Di gambar terlihat dua
bamboo
runcing.
anak
tersebut
sedang
mengajarkan anak kecil yang melihat para pribumi
remaja untuk belajar menusuk dewasa berlatih perang menggunakan Alat karung yang di analogikan sebagai bambu runcing merupakan salah satu alat lawan.
tradisional runcing
bangsa ini
Indonesia.
digunakan
oleh
Bambu bangsa
Indonesia untuk berperang. Dulu saat penjajahan bambu runcing ini digunakan sebagai satu-satunya senjata yang dimiliki bangsa Indonesia.
Sign
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang Dalam gambar terlihat saat petang pun, para digunakan adalah establish shot. perwira Indonesia tetap terjaga, supaya bisa Karena
kamera
menampilkan melawan para penjajah. Mereka selalu siaga
keseluruhan pemandangan atau untuk memerdekakan Negara Indonesia. suatu tempat. Perang gerilya ini hanya di miliki dan Dalam
gambar
terlihat
para dilakukan oleh bangsa Indonesia. Karena
perwira Indonesia yang melewati perang ini melawan para penjajah dengan bukit dengan membawa senjata sembunyi-sembunyi, saat lawannya sedang lengkap. Mereka bersiap untuk dalam keadaan lemah atau insirahat. melakukan
serangan
gerilya
terhadap tentara Belanda.
Sign
Kita mendapatkan intruksi untuk melakukan serangan umum besar-besaran. Dan kita akan menyerang Jogja dari semua penjuru dari semua titik.
Object
Interpretant
Teknik pengambilan gambar yang Dari dialog terungkap bahwa perwira digunakan adalah medium shot. Indonesia berusaha untuk menggempur para Karena gambar
mengambil penjajah agar meninggalkan Indonesia.
kamera dari
bagian
pinggang Di gambar terlihat seorang perwira yang
hingga kekepala. memegang Dalam
gambar
terlihat
para membuat
pala
menandakan
strategi
perwira Indonesia yang sedang mengalahkan penjajah.
perang
sulutnya untuk
Dan perwira lain
mengatur staregi, dan ada juga terlihat selalu bersiaga dengan membawa yang membawa senjata.
senjata api disampingnya. Para perwira yang mengatur strategi merupakan wujud nasionalisme. Karena itu termasuk dalam
usaha untuk melawan para penjajah agar pergi dari Indonesia.
1.3 Pembahasan Pengertian segitiga makna Charles Sanders Peirce tentang Sign, Object, dan Interpretant. Memberikan pengertian bahwa tanda-tanda yang ada dalam film Soegija ini telah diolah oleh peneliti untuk menemukan simbol Katolik dan Nasionalisme dalam bentuk audio dan visual. Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis Triangle Meaning Pierce. melalui analisis semiotika C.S. Pierce dengan pemberian makna Katolik dan Nasionalisme pada film berdasarkan tiga elemen yaitu, tanda, objek, dan interpretant. Beberapa lambang yang didapat dari hasil penelitian tentang simbol katolik tergambar dari hal-hal berikut, yaitu: 1. Gereja. Gereja merupakan sebuah tempat suci dimana umat katolik melakukan banyak kegiatan, salah satunya yaitu beribadah. 2. Jubah ungu. Jubah merupakan pakaian resmi yang digunakan para rohaniwan. Warna ungu mengungkapkan tobat, duka, dan mati raga.
Warna ungu dipakai pada masa adven, prapaskah, dan misa arwah atau pemakaman. 3. Salib, atau biasa disebut dengan salib penyangga. Salib ini diberi penyangga agak panjang, salib ini dipakai untuk arak-arakan. Misalnya pada hari minggu palma atau perarakan Sakramen Mahakudus pada hari raya kamis putih. 4. Kasula ialah mantol lebar, pakaian paling luar yang digunakan imam. Ini adalah pakaian khas bagi imam waktu persembahan Ekaristi. Untuk kasula sendiri ada dua macam, yang besar menutupi seluruh tubuh dan yang agak ramping tidak demikian. Kasula ramping yang bergaya gotik dan ada yang bergaya romawi. Dari sini diketahui bahwa pakaian liturgi berpengaruh kepada gaya pakaian orang romawi. 5. Cincin tersebut merupakan cincin uskup dimana cincin ini dipakai ditangan kanannya. Cincin ini melambangkan kesetiaan. 6. Tongkat, dalam perayaan liturgi itu disebut dengan tongkat uskup, tongkat ini memiliki makna tersendiri, yaitu melambangkan wewenang atau kuasa penggembala umat. Dan juga mitra, tutup kepala yang digunakan oleh uskup pada waktu ia memimpin upacara liturgi. 7. Jubah hitam. Jubah merupakan pakaian resmi para rohaniwan/rahaniwati. Jubah ada yang panjangnya sampai mata kaki dan atas badannya menyempit. Warna hitam mengungkapkan kesedihan atau berkabung.Salib dada yaitu salib yang menggantung di dada.
8. Jubah Putih. Jubah merupakan pakaian resmi para rohaniwan/rahaniwati. warna putih juga melambangkan kesalehan. Jubah putih banyak dipakai oleh imam-imam oraja (Pr). 9. Selendang atau Stola ialah semacam selempang atau selendang dari kain halus yang dikenakan pada bahu turun ke dada. Stola adalah tanda martabat untuk diakon, imam, dan uskup. Akan tetapi hanya cara memakainya saja yang berbeda. Stola untuk calon imam karena pemakaiannya yaitu dari bahu kiri bersilang ke lengan kanan. 10. Kolar adalah kerah putih yang dikenakan melingkat pada leher imam atau pendeta. Di Indonesia sendiri kolar sering digunakan oleh para pendeta protestan sedangkan imam katolik jarang memakainnya. 11. lilin melambangkan kehangatan dan lambah kristus sebagai cahaya terang dunia. Pengorbanan dan kasih dan kehadiran tuhan. Lilin diletakan di dekat atau di atas altar supaya terangnya memenuhi ruangan. 12. Tempat lilin disebut kandelar, ada dua macam kandelar; tunggal dan bercabang. Pada hasil penelitian diatas lambang-lambang tersebut merepresentasikan tentang simbol katolik dalam film Soegija. Dalam film tersebut jubah putih yang dikenakan para rohaniwan/rohaniwati terlihat mendominasi dibeberapa scene. Warna putih ini melambangkan kegembiraan dan kesucian, warna putih juga dipakai untuk pesta Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria, para malaikat, para santo dan santa. Selain itu, Soegija juga sering kali menggunakan salib dada pada pakaian yang ia kenakan setiap harinya. Dan gereja yang tergambar di beberapa
scene juga salah satu lambang dari simbol katolik, karena gereja merupakan tempat ibadah umat katolik, sama seperti masjid untuk umat islam. Tempat ibadah merupakan identitas untuk umat yang beragama, baik itu Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu. Selain lambang-lambang, nilai Katolik juga terdapat pada dialog Soegija yang mengatakan “ini saatnya kita terpanggil mempertahankan hak alam, hak agama, dan hak bangsa kita. Kita harus mengasihi gereja dan dengan begitu kita mengasihi Negara. Sebagai orang katolik yang baik mestinya kita juga patriot yang baik, 100% republik karena kita merasa 100% katolik”. Sedangkan lambang lain terlihat dari hasil penelitian tentang nilai Nasionalisme juga tergambar dari hal-hal berikut, yaitu: 1. Nasionalisme terwujud dengan adanya bendera Merah putih. Merah putih adalah bendera Indonesia yang berarti identitas bangsa. 2. Baju yang dikenakan perwira Indonesia merupakan wujud dari cintanya terhadap tanah air, serta usaha para pejuang yang mengusir para tentara Jepang juga wujud dari nasionalisme itu sendiri. 3. bambu runcing merupakan salah satu alat tradisional bangsa Indonesia. Bambu runcing ini digunakan oleh bangsa Indonesia untuk berperang. Dulu saat penjajahan bambu runcing ini digunakan sebagai satu-satunya senjata yang dimiliki bangsa Indonesia.
4. Perang gerilya ini hanya di miliki dan dilakukan oleh bangsa Indonesia. Karena perang ini melawan para penjajah dengan sembunyi-sembunyi, saat lawannya sedang dalam keadaan lemah atau istirahat. 5. Para perwira yang mengatur strateegi merupakan wujud nasionalisme. Karena itu termasuk dalam usaha untuk melawan para penjajah agar pergi dari Indonesia. Selain
nilai-nilai
katolik
dari
hasil
penelitian
di
atas
juga
merepresentasikan tentang nilai Nasionalisme. Dimana Nasionalisme itu di wujudkan dengan bambu runcing, bendera Merah Putih dan juga perang gerilya. Nilai Nasionalisme itu hanya tergambar di beberapa scene saja. Merah putih melambangkan identitas bangsa Indonesia, karena merah putih merupakan bendera bangsa Indonesia, mulai dari Indonesia merdeka hingga kini. Dari hasil penelitian terdapat simbol katolik dan nasionalisme dalam film Soegija. Daam film ini bisa kita lihat bagaimana sosok tokoh agama katolik juga berjuang
keras
untuk
memerdekakan
bangsa
Indonesia.
Negara
yang
beranekaragam budaya, suku, ras dan agama ini, mampu bersatu untuk melawan penjajah. Hanya saja dalam film ini yang dimunculkan tokoh Soegija yang memang pada zaman itu merupakan tokoh agama katolik yang pertama diangkat menjadi uskup pribumi.