74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian Berdasakan pertanyaan yang diajukan kepada pengusaha cafe dan data-data
yang dikumpulkan dari pengusaha cafe yaitu tentang strategi diferensiasi produk, harga, dan promosi sebagai indikator yang mempengaruhi pendapatan pengusaha cafe akan di uraikan sebagai berikut : 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi salah satu kota tujuan wisata di Nusantara, memiliki banyak tempat bersantap untuk mendukung gaya hidup anda. Dari café sampai resto, semuanya tersedia demi memanjakan para penikmat kuliner. Industri makanan dan minuman (Food and Beverage) café ataupun restoran di kota Bandung adalah sebuah industri yang hampir tidak pernah mati. Untuk membuat suatu café terlihat menarik, maka produk atau jenis makanan yang ditawarkan harus mempunyai kelebihan serta perbedaan pada rasa, ragam menu, serta cara penyajian dari makanan. Tempat yang strategis harga yang murah turut membantu larisnya suatu café.
74
75
4.1.2
Karakteristik Responden
4.1.2.1 Deskripsi Karakteristik Pengusaha Café Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin dipandang perlu untuk menggambarkan apakah usaha cafe dikelola oleh pengusaha laki-laki atau perempuan. Dari hasil yang diperolah yang dilakukan terhadap 60 responden pengusaha cafe di kota Bandung yang menjadi sample dalam penelitian ini. Berikut data disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi Persentase ( % ) Laki-laki 40 66,67 Perempuan 20 33,33 Jumlah 60 100 Sumber : Diolah dari hasil angket
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa industri cafe dikelola oleh pengusaha berjenis kelamin laki-laki sebesar 66,67 % dan pengusaha berjenis kelamin perempuan sebesar 33,33 % dari jumlah responden. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar usaha cafe diminati oleh pengusaha laki-laki. Berdasarkan data responden di atas menunjukkan bahwa, secara keseluruhan usaha cafe di kota Bandung lebih banyak diminati oleh pengusaha laki-laki. 4.2.2
Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia dipandang perlu untuk mengambarkan tingkat produktivitas pengusaha
dalam menjalankan usahanya, dimana pada usia tertentu seseorang dapat mencapai produktivitas optimal. Dari hasil penelitian yang diberikan kepada 60 responden.
76
Berdasarkan tingkat usia yang dimiliki responden secara keseluruhan disajikan pada tabel 4.2 berikut ini Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia ( Tahun ) Frekuensi Persentase ( % ) <20 0 0 21 – 30 24 40,00 31 – 40 27 45,00 41 – 50 9 15,00 Jumlah 60 100 Sumber : Diolah dari hasil angket
Tabel di atas menunjukkan bahwa karaktersistik pengusaha cafe menurut usia. Dari 60 responden yang presentasinya tertinggi adalah responden yang berusia antara 31 sampai 40 tahun dengan jumlah persentase sebesar 45% dan yang terendah usia kurang dari 20 tahun. Dapat disimpulkan bahwa, responden menurut usia banyak diminati oleh usia antara 31-40 tahun hal ini dikarenakan usia tersebut usia yang produktif untuk lebih banyak melakukan pekerjaan dan hal ini dapat ditunjang oleh pengalaman usaha yang cukup banyak. 4.2.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan pengusaha
dalam meningkatkan usaha pencapaian keuntungannya. Oleh karena itu pendidikan yang memadai akan memberikan penggetahuan dan pengalaman yang cukup dalam meningkatkan produksi dan efisiensi pengusaha dalam menjalankan usahanya.
77
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jenjang Frekuensi Persentase ( % ) SD 3 5,00 SMP / Sederajat 6 10,00 SMA / Sederajat 13 21,67 Perguruan tinggi 38 63,33 Jumlah 60 100 Sumber : Diolah dari hasil angket
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa pengusaha dengan tingkat pendidikan terbanyak dari 60 responden ada pada jenjang pendidikan perguruaan tinggi sebesar 63,33%. Sedangkan penggusaha dengan tingkat pendidikan terkecil ada pada jenjang sekolah dasar hanya ada 3 orang atau sebesar 5% pengusaha cafe di kota Bandung dari seluruh jumlah responden. Bahwa dengan latar belakang pendidikan yang baik akan membantu pengusaha cafe dari berbagai aspek manajemen, seperti manajemen kinerja, manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran. Seperti yang dikemukakan oleh Soelaiman Sukmalana (2007:6) bahwa kinerja karyawan terdapat manejemen yang menaungi kinerja karyawan. Beliau mengatakan bahwa manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi (hubungan interaktif), yang dilakukan secara sinergi antara para karyawan dan manager dalam suatu aktivitas organisasi yang dilakukan secara berkesinambungan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
78
4.2.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha Pengalaman dalam usaha dalam mengelola cafe merupakan faktor yang turut
menunjang dalam keberhasilan seorang pengusaha menjalankan usahanya, karena apa yang telah dialami seorang pengusaha dimasa lampau, sedikit banyak telah mempengaruhi dan membentuk jiwa dan diri seorang pengusaha untuk menjadi cepat tanggap terhadap kondisi serupa. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengalaman usaha pengusaha cafe di kota Bandung dapat dilihat dari tabel 4.4 dibawah ini: Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha Lama ( tahun ) Frekuensi Persentase ( % ) < 5 tahun 15 25 6 – 10 tahun 34 56,67 11-15 tahun 8 13,34 > 15 tahun 3 5,00 Jumlah 60 100 Sumber : Diolah dari hasil angket
Tabel di atas terlihat bahwa golongan pengalaman usaha terbanyak dari seluruh responden adalah selama 6 sampai 10 tahun dengan presentase sebesar 56,67 % atau sebanyak 34 orang dan pengusaha yang pengalaman lebih dari 15 tahun ada 3 orang atau sebesar 5 % dari semua jumlah responden. Hal ini dapat terlihat dari frekuensi pengalaman usaha pengusaha café yang berkisar antara 6-10tahun. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengalaman pengusaha café di bidang kuliner bisa dibilang sangat menjanjikan dan menguntungkan.
79
4.3
Deskripsi Variabel
4.3.1 Diferensiasi Produk Salah satu cara yang bisa dilakukan seorang pengusaha dalam pasar persaingan yang bercorak monopolistik agar dapat memenangkan persaingan dan mempertahankan loyalitas pelanggan adalah dengan membuat inovasi dan pengembangan produk serta menciptakan produk- produk baru. Aktivitas tersebut dalam ilmu pemasaran lebih dikenal dengan istilah diferensiasi produk. Produk yang dimaksud dalam usaha kuliner adalah makanan atau minuman yang dijual atau dalam istilah restoran adalah menu. Menurut Marsum WA (2005:159) bagi perencana menu mengenai mutu dari setiap makanan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : 1. Flavour (rasa/bau) 2. Consistency (kemantapan atau ketetapan) 3. Texture / Form / Shape (susunan / bentuk/ potongan) 4. Nutritional Content (kandungan gizi) 5. Visual appeal ( daya penarik lewat ketajaman mata) 6. Arromatic appeal (daya penarik lewat bau harum) 7. Temperature (panas/suhu) Diferensiasi produk merupakan salah satu faktor yang memiliki daya tarik bagi konsumen. Hal tersebut dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti cipta rasa menu, warna makanan, bentuk makanan, porsi makanan, suhu makanan, tampilan
80
makanan, aroma makanan, dan kandungan gizi. Dari data yang berhasil dihimpun melalui kuesioner mengenai diferensiasi produk yang berhasil diciptakan oleh pengusaha cafe di kota Bandung. 4.3.2 Tanggapan Responden Mengenai Menciptakan Rasa Yang Enak Pada Menu Hasil penelitian menunjukan bahwa, skor jawaban responden untuk indikator diferensiasi produk yaitu tanggapan responden mengenai menciptakan rasa yang enak pada menu terpusat pada alternatif jawaban enak, yaitu sebanyak 19 responden atau 31,67% dari seluruh responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram di bawah ini:
FREKUENSI
20 15 10 5
17
19
Skor = 163 13 8
Sangat enak = 28,34% 3
0
enak = 31,67% Cukup enak = 21,67% Tidak enak = 13,34%
tanggapan responden mengenai menciptakan rasa yang enak pada menu
Sangat tidak enak = 5%
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Gambar 4.1 Tanggapan responden mengenai menciptakan rasa yang enak pada menu
81
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa usaha café selalu menciptakan rasa yang enak pada setiap menu yang akan dijual. Hal ini menunjukan bahwa kesegaran makanan dan minuman yang dijual benar-benar baik dan rasanya enak. Rasa pada makanan sangatlah penting selalu diperhatikan untuk menunjang selera makan para konsumen agar menghasilkan kualitas rasa yang enak dalam idustri makanan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapakan oleh Marsum. WA (2005:159) “Flavour (rasa/bau) harus diperhatikan bahwa rasanya harus enak dan baunya pun harus sedap”.
4.3.3 Tanggapan Responden Mengenai Warna Makanan Perolehan data mengenai tanggapan responden terhadap warna makanan seperti : memberikan warna yang menarik untuk setiap menu yang disajikan agar dapat menarik konsumen untuk makan di café, sebab warna merupakan aspek yang menarik untuk diperhatikan untuk pengembangan produk dalam aspek warna, dapat dilihat pada diagram berikut ini :
FREKUENSI
15
Skor = 149
18
20
15 12
Sangat menarik = 20%
11
10
menarik = 30% 4
82
Gambar 4.2 Tanggapan responden mengenai warna makanan
Diagram di atas menunjukan bahwa skor jawaban responden terhadap warna makanan yaitu ketertarikan warna makanan dan minuman yang dijual di cafe terpusat pada alternatif jawaban menarik, yaitu sebanyak 18 responden atau 30% dari seluruh responden. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa café di kota Bandung memberikan warna yang menarik pada makanan dan minuman yang dijual. Hal ini ditunjukan oleh persepsi responden tentang tanggapan responden mengenai warna makanan yang dijual di cafe, paling dominan ada pada kategori menarik. Aspek warna makanan merupakan hal yang penting dalam industri makanan karena warna makanan yang menarik dapat menggugah selera makan konsumen. Tentunya konsumen akan lebih memilih makanan yang warnanya cerah dan menarik untuk mencicipi. Seperti yang dikemukakan oleh Marsum WA. (2005:160) visual appeal (daya tarik lewat ketajaman mata) di dalam menyusun suatu hidangan perlu diperhatikan
83
penampilannya. Hidangan harus diatur, disusun dengan rapih, seni, warna yang menarik dan baik agar benar-benar menarik sehingga menimbulkan selera makan pada tamu.
4.3.4 Tanggapan Responden Mengenai Bentuk Potongan Makanan Perolehan data mengenai tanggapan responden terhadap bentuk potongan makanan seperti pengusaha dapat mengembangkan dan aspek bentuk makanan yang unik dan menarik untuk disajikan dan merupakan salah satu aspek yang dipertimbangkan oleh pengusaha café dalam mengembangkan produknya. Dapat dilihat pada diagram berikut ini :
19
20
Skor = 159
18
FREKUENSI
Sangat sesuai = 18,34% 15 10 5
11 sesuai = 31,67%
7 5
cukup sesuai =30%
0 Tidak sesuai = 16,67% tanggapan responden mengenai potongan makanan
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Sangat tidak sesuai = 8,34%
Gambar 4.3 Tanggapan responden mengenai bentuk potongan makanan
84
Berdasarkan gambar 4.3 di atas, menunjukan bahwa skor jawaban responden untuk tanggapan responden mengenai bentuk potongan makanan terpusat pada alternatif jawaban sesuai, yaitu sebanyak 19 responden atau 31,67% dari seluruh responden. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa café di kota Bandung dalam rangka membuat makanan dan minuman yang lezat dan bentuk makanan yang sesuai selera, termasuk menarik. Hal ini ditunjukan oleh persepsi responden tentang bentuk makanan yang dijual di cafe, paling dominan ada pada kategori menarik. Menurut Marsum W.A (2005:159) Texture/Form/Shape (susunan/bentuk/potongan).
4.3.5 Tanggapan Responden Mengenai Porsi Makanan Perolehan data mengenai tanggapan responden terhadap porsi makanan seperti : hidangan menu yang disajikan harus sesuai dengan porsi dan ukuran menu agar memuaskan konsumen café, dapat dilihat pada diagram berikut ini :
85
FREKUENSI
20
17
Skor = 147 16
15 10
15
Sangat sesuai = 28,34% 7 5
5
sesuai = 26,67% cukup sesuai =25%
0 tanggapan responden mengenai porsi makanan
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak sesuai = 11,67% Sangat tidak sesuai = 8,34%
Gambar 4.4 Tanggapan responden mengenai porsi makanan Berdasarkan gambar 4.4 di atas, menunjukan bahwa skor jawaban responden mengenai porsi makanan dan minuman yang diberikan oleh café di kota Bandung terpusat pada alternatif jawaban sangat sesuai, yaitu sebanyak 17 responden atau 28,34% dari seluruh responden. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa café di kota Bandung dalam rangka pemberian porsi makanan dan minuman kepada konsumen, masih dalam kriteria cukup. Hal ini ditunjukan oleh persepsi responden tentang kesesuaian porsi makanan dan minuman yang diberikan oleh pengusaha cafe dengan harapan pembeli, paling dominan ada pada kategori cukup sesuai. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa porsi yang diberikan oleh pengusaha cafe sudah sesuai dengan pemenuhan kebutuhan pembeli akan makanan. Porsi harus disesuaikan dengan harga makanan sehingga menjadi salah satu daya tarik untuk membeli.
86
4.3.6 Tanggapan Responden Mengenai Suhu Makanan Perolehan data mengenai tanggapan responden terhadap suhu makanan seperti: suhu penyajian makanan harus sesuai dengan menu yang dipesan oleh konsumen café, dapat dilihat pada diagram berikut ini :
FREKUENSI
15 10
Skor = 165
18
20
15 Sangat sesuai = 16,67%
10 8
9 sesuai = 30%
5
cukup sesuai =25%
0 tanggapan responden mengenai suhu makanan Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak sesuai = 13,34% Sangat tidak sesuai = 15%
Gambar 4.5 Tanggapan responden mengenai suhu makanan Berdasarkan hasil penelitian diatas tanggapan responden mengenai suhu makanan terpusat pada jawaban alternatif sesuai, yaitu sebanyak 18 responden atau sebesar 30%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu makanan yang disediakan oleh pengusaha café di kota Bandung sesuai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu yang disajikan pada setiap makanan sesuai. Seperti yang dikatakan oleh Marsum. WA (2005:160) Temperature (panas/suhu) artinya di dalam menyajikan makanan harus diperhatikan suhunya. Makanan panas harus disajikan dalam keadaan
87
benar-benar panas, dengan piring yang panas. Untuk makanan dingin harus disajikan dalam keadaan dingin dengan piring atau tempat yang dingin pula.
4.3.7 Tanggapan Responden Mengenai Tampilan Menu Perolehan data mengenai tanggapan responden terhadap tampilan menu seperti : penyusunan suatu menu harus diperhatikan tampilannya. Hidangan harus diatur, disusun dengan rapih, seni dan baik agar benar-benar menarik sehingga menimbulkan selera makan bagi para konsumen café, dapat dilihat pada diagram
FREKUENSI
berikut ini :
16 14 12 10 8 6 4 2 0
Skor = 177
15 13
13 10
9
Sangat menarik = 21,67% menarik = 25% cukup menarik =21,67%
tanggapan responden mengenai tampilan makanan
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak menarik = 16,67% Sangat tidak menarik = 15%
Gambar 4.6 Tanggapan responden mengenai tampilan makanan
88
Berdasarkan hasil diagram diatas data responden mengenai tampilan makanan berada pada jawaban alternatif menarik yaitu sebanyak 15 responden atau sebesar 25% dari semua responden. Dan jawaban yang terkecil berada pada sangat tidak menarik sebesar 9 responden atau 15%. Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tampilan menu yang disajikan pengusaha café di kota Bandung cukup menarik hal itu terbukti pada jawaban responden yang kebanyakan memilih jawaban menarik. Seperti yang dikatakan oleh Marsum. WA (2005:160) Visual Appeal (daya penarik lewat ketajaman mata) di dalam menyusun suatu hidangan perlu diperhatikan penampilannya. Hidangan harus diatur, disusun dengan rapih, seni dan baik agar benar-benar menarik sehingga menimbulkan selera makan bagi para tamu.
4.3.8 Tanggapan Responden Mengenai Aroma Makanan Perolehan data mengenai tanggapan responden terhadap aroma makanan seperti : penyajian makanan harus diperhatikan aroma makanannya agar menambah selera makan konsumen café, dapat dilihat pada diagram berikut ini :
89
FREKUENSI
20 15 10
Skor = 163
17 11
12
11 9
Sangat enak = 18,34% enak = 28,34%
5
cukup enak = 20%
0
Tidak enak = 18,34% tanggapan responden mengenai aroma makanan
Sangat tidak enak= 15%
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Gambar 4.7 Tanggapan responden mengenai aroma makanan
Berdasarkan perolehan data dari hasil penelitian di atas mengenai tanggapan responden terhadap aroma makanan berada pada jawaban alternatif enak sebanyak 17 responden atau sebesar 28,34% dan jawaban terrendah berada pada jawaban sangat tidak enak sebanyak 9 responden atau sebesar 15% dari semua responden. Dari hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa aroma makanan yang disajikan oleh pengusaha café di kota Bandung sangat enak hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Marsum. WA (2005:160) Aromatic Appeal (daya penarik lewat bau harum) makanan yang disajikan harus sedap/harum aromanya sehingga lebih membangkitkan selera makan para tamu. Menurut penyelidikan bahwa daya penarik lewat mata lebih kuat daripada daya penarik lewat bau harum makanan itu
90
4.3.9 Tanggapan Responden Mengenai Kandungan Gizi Perolehan data mengenai tanggapan responden terhadap kandungan gizi seperti : penyajian makanan harus diperhatikan pula gizi yang terkandung didalam makanan agar menambah gizi pada konsumen café, dapat dilihat pada diagram berikut ini :
FREKUENSI
Skor = 170
17
20 15
12
10
11
10 10
Sangat bergizi = 28,34% bergizi = 20%
5 0
cukup bergizi = 18,34% tanggapan responden mengenai nilai gizi pada makanan
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak bergizi = 16,67% Sangat tidak bergizi= 16,67%
Gambar 4.8 Tanggapan responden mengenai kandungan nilai gizi pada makanan
Berdasarkan hasil dari penelitian di atas bahwa tanggapan responden mengenai kandungan nilai gizi pada makanan berada pada alternatif jawaban sangat bergizi sebanyak 17 responden atau 28,34% sedangakan yang paling rendah berada pada jawaban tidak bergizi dan sangat tidak bergizi masing-masing sebanyak 10 responden atau 16,67. Seperti yang dikatakan oleh Marsum. WA (2005:160), makanan yang disajikan harus diperhatikan kandungan gizinya. Walaupun di dalam Food Service
91
Industry yang bersifat komersial (yaitu di dalam semua restoran) penyajian makanan yang diutamakan penampilannya, gizi dinomerduakan, namun tidak berarti bahwa dalam menyusun menu boleh mengabaikan soal gizi ini. 4.3.10 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Diferensiasi Produk Rekapitulasi tanggapan responden terhadap variabel diferensiasi produk dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.5 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Diferensiasi Produk Sangat Sangat Buruk Cukup Baik Diferensiasi Sko Buruk Baik Produk r F % F % F % F % F % 3 5 8 13,34 13 21,67 19 31,67 17 28,34 163 Cipta Rasa 4 4 11 18,34 15 25 18 30 12 20 149 Warna Makanan 5 8,34 7 16,67 18 30 19 31,67 11 18,34 159 Bentuk Makanan 5 8,34 7 11,67 15 25 16 26,67 17 28,34 147 Porsi Makanan 9 15 8 13,34 15 25 18 30 10 16,67 165 Suhu Makanan 9 15 10 16,67 13 21,67 15 25 13 21,67 177 Tampilan Menu 9 15 11 18,34 12 20 17 28,34 11 18,34 163 Aroma Makanan 10 16,67 10 16,67 11 18,34 12 20 17 28,34 170 Kandungan Gizi Total 1299 Sumber : Pengolahan Data Tahun 2011
Hasil pengolahan data secara keseluruhan mengenai gambaran variabel diferensiasi produk pengusaha cafe dapat diketahui melalui skoring penelitian, dimana nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan kriteria skor-skor ideal yang didapatkan dari skor maksimal dan skor minimal. Sehingga melalui skor tersebut
92
dapat diketahui daerah kontinum yang menunjukan wilayah ideal dari variabel diferensiasi produk. Hal tersebut dapat diketahui dengan cara sebagai berikut : Mencari skor maksimal Skor Ideal = skor tertinggi x jumlah butir item x jumlah responden = 5 x 8 x 60 = 240 Mencari skor Minimal Skor Minimal = Skor terendah x jumlah butir item x jumlah Responden = 1 x 8 x 60 = 480 Mencari Jenjang Tingkat Kualitas Pelayanan Panjang Interval kelas = Skor Maksimal – Skor Minimal = 2400 – 480 = 1920 Mencari Panjang Interval Kelas Panjang Interval = Jenjang / Banyak kelas interval = 1920 /5 = 384 Berdasarkan jumlah skor hasil pengumpulan data mengenai diferensiasi produk cafe adalah 1299. Dengan demikian maka diferensiasi produk menurut 60 orang responden adalah 1299/1920x60 = 40,60 % dari kriteria yang ditetapkan. Garis kontinum variabel diferensiasi produk dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Sangat Rendah
500
Rendah
900
Cukup
Tinggi
1300
1700
1300
1700
Sangat Tinggi
2100
2500
1299 500
900
1566
2100
Garis Kontinum Variabel Diferensiasi Produk
2500
93
Berdasarkan gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa diferensiasi produk berada pada kategori rendah.
4.4
Harga Harga yang sesuai dengan manfaat yang diharapkan dan kebutuhan konsumen
akan memberikan suatu kepuasan bagi konsumen, karena harga merupakan suatu nilai yang dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara persepsi terhadap manfaat yang dirasakan konsumen. Seperti yang dikemukakan oleh Marsum. WA (2005:164) yaitu: 1. The Reasonable Price Method (memberikan harga yang pantas) 2. The Highest Price Method (menentukan harga dengan alternatif tinggi) 3. The Loss Leader Price Method (menentukan harga yang kehilangan petunjuk) 4. The Imtuitive Price Mrthod (pemberian harga secara konstitusi)
4.4.1 Tanggapan Responden Mengenai Harga yang Ditentukan Untuk Setiap Porsi. Perolehan data dari responden mengenai harga yang ditentukan untuk setiap porsi, dapat dilihat pada diagram berikut :
94
FREKUENSI
20 15
17 12
Skor = 197 15 Sangat sesuai = 20%
10
10
6
5 0
sesuai = 28,34% cukup sesuai = 25%
tanggapan responden mengenai harga yang ditentukan untuk setiap porsi
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak sesuai = 16,67% Sangat tidak sesuai= 10%
Gambar 4.9 Tanggapan responden mengenai harga yang ditentukan untuk stiap porsi
Berdasarkan hasil penelitian diatas tanggapan responden mengenai harga yang ditentukan untuk setiap porsi terpusat pada jawaban alternatif sesuai, yaitu sebanyak 17 responden atau sebesar 28,34%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga untuk setiap porsi makanan yang disediakan oleh pengusaha café di kota Bandung sesuai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga porsi makanan yang disajikan pada setiap makanan cukup sesuai. Seperti yang dikatakan oleh Marsum. WA (2005:163) Cara memberikan harga yang sesuai dengan porsi. Disini pemimpin menentukan harga yang rendah dengan harapan akan menjadi daya tarik bagi tamu-tamu untuk datang dan membeli sebanyak hidangan yang lain.
95
4.4.2 Tanggapan Responden Mengenai Cara Menentukan Harga Dengan Alternatif Tinggi Perolehan data dari responden mengenai harga yang ditentukan dengan alternatif tinggi, manurut Marsum. WA (2005:163) The Highest Price Method artinya cara menentukan harga dengan alternatif yang tertinggi. Manager atau pimpinan menentukan harga yang paling tinggi untu suatu makanan dimana menurut pendapatanya tamu tidak akan keberatan dan tetap mau membayarnya. dapat dilihat
FREKUENSI
pula pada diagram berikut :
14 12 10 8 6 4 2 0
14 14 14
Skor = 188
11 7
Sangat sesuai = 18,34% sesuai = 23,34% cukup sesuai = 23,34%
tanggapan responden mengenai menentukan harga dengan alternatif tinggi
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak sesuai = 23,34% Sangat tidak sesuai= 16,67%
Gambar 4.10 Tanggapan responden mengenai cara menentukan harga dengan alternatif tinggi
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden mengenai cara menentukkan harga dengan alternatif tinggi berpusat pada jawaban sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai yang masing-masing berjumlah 14 responden atau 23,34% dari semua responden.
96
Hal ini menunjukkan bahwa menentukkan harga dengan alternatif tinggi masih belum sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen.
4.4.3 Tanggapan Responden Mengenai Cara Menentukan Harga Sedikit Lebih Tinggi dari Pasar Perolehan data dari responden mengenai cara menentukan harga sedikit lebih tinggi dari pasar, dapat dilihat pada diagram berikut :
18 19
FREKUENSI
20 15 10 5
Skor = 203
11
Sangat sesuai = 18,34% 6
6
0
sesuai = 30% cukup sesuai = 31,67%
tanggapan responden mengenai cara menentukan harga sedikit lebih tinggi
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak sesuai = 10% Sangat tidak sesuai= 10%
Gambar 4.11 Tanggapan responden mengenai cara menentukan harga sedikit lebih tinggi dari pasar
Berdasarkan hasil penelitian di atas jawaban responden mengenai cara menentukan harga sedikit lebih tinggi dari pasar berpusat pada jawaban alternative cukup sesuai sebanyak 19 responden atau sebesar 31,67%. Hal ini menunjukkan bahwa menentukkan harga sedikit lebih tinggi menjadi alternatif dari penjualan
97
makanan di café agar dapat menambah pendapatan pengusaha café di kota Bandung. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwar (2000:14), bahwa : “Harga merupakan nilai barang yang dinyatakan dengan satuan uang dan jumlah uang yang dibayarkan untuk memperoleh suatu barang atau jasa”. Dengan kata lain bahwa harga merupakan suatu nilai tukar barang atau jasa yang dinyatakan dalam bentuk uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan melalui kesepakatan antara penjual dan pembeli.
4.4.4 Tanggapan Responden Mengenai Cara Menentukan Harga yang Rendah Perolehan data dari responden mengenai cara menentukan harga yang rendah, dapat dilihat pada diagram berikut :
FREKUENSI
15
13
15
Skor = 184 11 11
10
10
5
Sangat sesuai = 21,67% sesuai = 25%
0
cukup sesuai = 18,34% tanggapan responden mengenai cara menentukan harga yang rendah
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak sesuai = 18,34% Sangat tidak sesuai= 16,67%
Gambar 4.12 Tanggapan responden mengenai cara menentukan harga yang rendah
98
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden mengenai cara menentukan harga yang rendah berpusat pada jawaban alternatif sesuai sebanyak 15 responden atau sebesar 25% dari semua responden. Hal ini menunjukkan bahwa menentukan harga yang rendah sesuai untuk mendapatkan konsumen yang datang dan berkunjung ke café.
4.4.5 Tanggapan Responden Mengenai Cara Menentukan Harga yang Pantas, Layak dan Masuk Akal Perolehan data dari responden mengenai cara menentukan harga yang pantas,
FREKUENSI
layak, dan masuk akal, dapat dilihat pada diagram berikut :
25 20 15 10 5 0
Skor = 211
22 15 10
10
Sangat setuju = 36,67% 3
setuju = 16,67% cukup setuju = 25%
tanggapan responden mengenai cara menentukan harga yang pantas, layak , dan masuk akal
Tidak setuju = 16,67% Sangat tidak setuju= 5%
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Gambar 4.13 Tanggapan responden mengenai cara menentukan harga yang pantas, layak, dan masuk akal
99
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden mengenai cara menentukan harga yang pantas, layak dan masuk akal berpusat pada alternatif jawaban sangat setuju sebanyak 22 responden atau 36,67% dan nilai terendah berpusat pada jawaban sangat tidak setuju sebanyak 3 responden atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa harga yang ditentukan oleh setiap pengusha café di kota Bandung harus masuk akal agar konsumen datang dengan puas bisa menikmati menu yang disediakan tanpa harga yang mahal. Seperti yang dikatakan oleh Marsum. WA (2005:163), The reasonable price method artinya cara memberikan harga yang pantas, layak atau masuk akal. Manager atau pimpinan menentukan harga untuk suatu makanan, yang menurut perasaannya harga itu sudah adil dan wajar. 4.4.6 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Harga Rekapitulasi tanggapan responden terhadap variabel harga dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Harga Sangat Sangat Buruk Cukup Baik Kualitas Buruk Baik Pelayanan F % F % F % F % F % 6 10 10 16,67 15 25 17 28,34 12 20 Harga Setiap Porsi Alternative Harga 7 16,67 14 23,34 14 23,34 14 23,34 11 18,34 Tingggi 10 6 10 19 31,67 18 30 11 18,34 Harga Lebih Tinggi 6 11 18,34 15 25 13 21,67 Harga yang Rendah 10 16,67 11 18,34 3 5 10 16,67 15 25 10 16,67 22 36 Harga yang Layak Total Sumber : Pengolahan Data Tahun 2011
Sko r 197 188 203 184 211
983
100
Hasil pengolahan data secara keseluruhan mengenai gambaran variabel harga pengusaha cafe dapat diketahui melalui skoring penelitian, dimana nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan kriteria skor-skor ideal yang didapatkan dari skor maksimal dan skor minimal. Sehingga melalui skor tersebut dapat diketahui daerah kontinum yang menunjukan wilayah ideal dari variabel diferensiasi produk. Hal tersebut dapat diketahui dengan cara sebagai berikut : Mencari skor maksimal Skor Ideal = skor tertinggi x jumlah butir item x jumlah responden = 5 x 5 x 60 = 1500 Mencari skor Minimal Skor Minimal = Skor terendah x jumlah butir item x jumlah Responden = 1 x 5 x 60 = 300 Mencari Jenjang Tingkat Kualitas Pelayanan Panjang Interval kelas = Skor Maksimal – Skor Minimal = 1500 – 300 = 1200 Mencari Panjang Interval Kelas Panjang Interval = Jenjang / Banyak kelas interval = 1200 /5 = 240 Berdasarkan jumlah skor hasil pengumpulan data mengenai harga cafe adalah 983. Dengan demikian maka harga menurut 60 orang responden adalah 983/1200x60 = 49,15 % dari kriteria yang ditetapkan. Garis kontinum variabel diferensiasi produk dapat dilihat pada gambar berikut ini :
101
Sangat Rendah
300
540
Rendah
Cukup
780
Tinggi
1020
Sangat Tinggi
1260
1500
983 500
900
1300
1700
2100
2500
Garis Kontinum Varibel Harga 1566
Berdasarkan gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa harga berada pada kategori cukup.
4.5 Gambaran Variabel Promosi Promosi merupakan aktivitas pemasaran untuk mengkomunikasikan informasi tentang perusahaan daan produknya kepada konsumen sehingga menciptakan permintaan (Burnett, 2000). Untuk dapat mengkomunikasikan produknya dengan efektif, sehingga perusahan harus menentukan terlebih dahulu pasar sasarannya (target market) dan mengkombinasikan dengan alat promosi seperti periklanan, promosi, penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung dan tenaga penjual sedemikian rupa sehingga konsumen dapat mengenal produk perusahaan dan tertarik untuk membeli produk tersebut (Payne, 2000). Adapun hasil dari tanggapan responden terhadap persepsi promosi adalah sebagai berikut: 4.5.1 Tanggapan Responden Mengenai Promosi yang Dilakukan Secara Rutin Perolehan data dari responden mengenai promosi yang dilakukan secara rutin. Dapat dilihat pula pada diagram berikut:
102
24
FREKUENSI
25 20 15 10 5 0
16
Skor = 165 14
Sangat rutin = 26,67% 5 1
rutin = 40% cukup rutin= 23,34%
tanggapan responden mengenai promosi yang dilakukan secara
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak rutin = 8,34% Sangat tidak rutin= 1,67%
Gambar 4.14 Tanggapan responden mengenai promosi yang dilakukan secara rutin
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden mengenai promosi yang dilakukan secara rutin berpusat pada jawaban alternatif adalah rutin sebanyak 24 responden atau sebesar 40% dan jawaban terkecil berada pada alternatif jawaban sangat tidak rutin sebanyak 1 responden atau sebesar 1,67%. Hal ini menunjukkan pengusaha café di kota Bandung cukup rutin melakukan promosi kepada konsumen hal ini dpat dilihat pada jawaban yang banyak dipilih oleh responden yaitu rutin melakukan promosi. Menurut Saladin (2002:123), adalah : Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku dan tetap mengingat produk tersebut”.
103
4.5.2 Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Diskon Terhadap Konsumen Perolehan data dari responden mengenai pemberian diskon terhadap konsumen, dapat dilihat pada diagram berikut:
20
Skor = 149
FREKUENSI
20 15 10 5
14
14 7
Sangat setuju = 14% 5
0
setuju= 20% cukup setuju= 14% Tidak setuju= 7%
tanggapan responden mengenai pemberian diskon terhadap konsumen
Sangat tidak setuju= 5%
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Gambar 4.15 Tanggapan responden mengenai pemberian diskon terhadap konsumen
Berdasarkan penelitian di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden mengenai pemberian diskon terhadap konsumen berada pada alternatif jawaban setuju sebanyak 20 responden atau sebesar 20% dan yang terkecil terdapan pada jawaban sangat tidak setuju yakni sebanyak 5 responden atau 5%. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap pemberian diskon kepada konsumen cafe di kota Bandung cukup sesuai hal tersebut karena pemberian diskon kepada konsumen cukup efektif untuk menarik konsumen datang ke café. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler (1995:790) Price-off promotion, pemberian potongan harga yang dikaitkan dengan jumlah produk yang dibeli.
104
4.5.3 Tanggapan Responden Mengenai Ramah Dalam Melakukan Promosi Perolehan data dari responden mengenai ramah dalam melakukan promosi, dapat dilihat pada diagram berikut
FREKUENSI
25
23
Skor = 187
20
20 15 10 5 0
Sangat setuju = 38,34%
11 4
setuju= 33,34% 2 cukup setuju= 18,34%
tanggapan responden mengenai ramah dalam melakukan promosi
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak setuju= 6,67% Sangat tidak setuju= 3,34%
Gambar 4.16 Tanggapan responden mengenai ramah dalam melakukan promosi
Berdasarkan diagram diatas tanggapan responden mengenai ramah dalam melakukan promosi café di kota Bandung adalah berada pada jawaban alternatif tertinggi sebanyak 223 responden atau sebesar 38,34% yang berada pada kategori sangat setuju. Dan jawaban terendah berada pada jawaban sangat tidak setuju sebanyak 2 responden atau sebesar 3,34%. Hal ini menunjukkan bahwa ramah dalam melakukan promosi sangat sesuai untuk melakukan promosi agar para konsumen senang dan datang berkunjung. Seperti yang dikatakan Kotler (1995:727) Komunikasi atau alat promosi itu mendapat
105
perhatian dan biasanya memberikan informasi yang dpat membawa konsumen untuk membeli produk itu.
4.5.4 Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Brosur Kepada Konsumen Perolehan data dari responden mengenai pemberian brosur kepada konsumen, dapat dilihat pada diagram berikut:
25
Skor = 158
FREKUENSI
25 20 15 10 5 0
13
Sangat setuju = 21,67%
10 10 2
setuju= 41,67% cukup setuju= 16,67%
tanggapan responden mengenai pemberian brosur kepada konsumen
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak setuju= 16,67% Sangat tidak setuju= 3,34%
Gambar 4.17 Tanggapan responden mengenai pemberian brosur kepada konsumen
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden mengenai pemberian brosur kepada konsumen berada pada jawaban alternatif tertinggi yaitu sebanyak 25 responden atau sebesar 41,67% atau setuju dan jawaban alternatif terkecil berada pada alternatif jawaban sangat tidak setuju sebanyak 2 responden atau 3,34% dari seluruh responden.
106
Hal ini mmenunjukkan bahwa Kotler (1995:725) media dalam melakukan promosi dapat berupa media seperti surat kabar, billboard, brosur. Dari hasil diagram di atas dapat diketahui bahwa pemberian brosur kepada konsumen berada pada kategori setuju untuk melakukan promosi pada konsumen café di kota Bandung.
4.5.5 Tanggapan Responden Mengenai Promosi Melalui Media Cetak atau Media Elektronik Perolehan data dari responden mengenai promosi melalui media, media yang digunakan untuk melakukan promosi seperti media cetak dan elektronik seperti yang dikemukakan oleh Kotler (1995:725) penetapan waktu menggunakan media dapat dilakukan dengan musim (seasonality) dan kemajuan yang diharapkan untuk selama satu tahun yang dikenal sebagai penjadwalan secara makro. Dapat pula dilihat pada diagram berikut:
FREKUENSI
107
30 25 20 15 10 5 0
Skor = 169
27
8
Sangat setuju = 13,34%
12 8
5
setuju= 20% cukup setuju= 25%
tanggapan responden mengenai promosi melalui media cetak/elektronik
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak setuju= 13,34% Sangat tidak setuju= 8,34%
Gambar 4.18 Tanggapan responden mengenai promosi melalui media
Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden mengenai promosi melalui media berada pada jawaban alternatif cukup sebanyak 27 responden atau sebesar 25% dan jawaban terendah berada pada alternatif jawaban sangat tidak setuju sebanyak 5 responden atau sebesar 8,34%. Hal ini menunjukkan bahwa promosi café melalui media cetak/elektronik berada pada kategori cukup dengan banyaknya jawaban responden terhadap kategori tersebut.
4.5.6 Tanggapan Responden Mengenai Promosi yang Dilakukan dari Mulut ke Mulut Perolehan data sari responden menegnai promosi dari mulut ke mulut atau konfrontasi personal seperti yang di kemukakan oleh Kotler (1995:728) Personal
108
Selling mempunyai hubungan yang langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih, melalui pembicaraan langsung ini masing-masing pihak lainnya dapat mengadakan penyesuaian.
20
FREKUENSI
20
Skor = 148
15
15
12
Sangat setuju = 25% 8
10
5
5 0
setuju= 33,34% cukup setuju= 20%
tanggapan responden mengenai promosi melalui mulut ke mulut
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak setuju= 13,34% Sangat tidak setuju= 8,34%
Gambar 4.19 Tanggapan responden mengenai promosi yang dilakukan dari mulut ke mulut
Berdasarkan dari hasil penelitian terhadap responden café mengenai tanggapan responden terhadap promosi yang dilakukan dari mulut ke mulut berada pada alternatif jawaban setuju sebanyak 20 responden atau sebesar 33,34% dan jawaban pada alternatif terendah beradapa pada kategori sangat tidak setuju sebanyak 5 responden atau sebesar 8,34%. Hal ini menunjukkan bahwa promosi yang dilakukan dari mulut ke mulut efektif untuk menarik konsumen berkunjung ke cafécafé di kota Bandung.
109
4.5.7 Tanggapan Responden Mengenai Promosi Melalui Sales Promotion Girls/Sales Promotion Boy Perolehan data dari responden mengenai promosi melalui sales promotion girl/sales promotion boy, dapat dilihat pada diagram berikut:
FREKUENSI
20 15
14
17
20
Skor = 139 Sangat setuju = 23,34%
10 5
4
5
setuju= 28,34%
0 cukup setuju= 33,34% tanggapan responden mengenai promosi melalui sales promotion girl/sales promotion boy
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Tidak setuju= 6,47% Sangat tidak setuju= 8,34%
Gambar 4.20 Tanggapan responden mengenai promosi melalui spg/spb Berdasarkan hasil diagram diatas tanggapan responden mengenai promosi melalui spg/ spb berada pada jawaban alternatif cukup setuju sebanyak 20 responden atau sebesar 33,34% sedanagkan jawaban terendah berada pada jawaban alternatif tidak setuju sebanyak 4 responden atau sebesar 6,67%. Hal ini menunjukkan cukup sesuainya promosi yang dilakukan oleh sales promotion girls/sales promotion boy sebagai bantuan melakukan promosi ke konsumen café di kota Bandung. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler (1995:728)
110
butir ke 4 Sales promotion merupakan salah satu bagian dari sarana ppromosi yang aktivitasnya bersifat tidak rutin, dan merupakan suatu rangsangan jangka pendek untuk membujuk pembeli agar lebiih mengarahkan perhatian terhadap produk yang telah ditawarkan oleh sales promotion girl atau sales promotion boy. 4.5.8 Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Potongan Harga Perolehan data dari responden mengenai pemberian potongan harga, dapat dilihat pada diagram berikut:
20 FREKUENSI
20
16
Skor = 171
17
15 10 5
Sangat setuju = 26,67% 4
3
0
setuju= 33,34% cukup setuju= 28,34%
tanggapan responden mengenai pemberian potongan harga
Tidak setuju= 6,67% Sangat tidak setuju= 5%
Sumber : Skor jawaban responden, diolah 2011
Gambar 4.21 Tanggapan responden mengenai pemberian potongan harga Berdasarkan hasil penelitian di atas terhadap tanggapan responden mengenai pemberian potongan harga berada pada alternatif jawaban sebanyak 20 responden atau sebanyak 33,34% dari semua responden dan berada pada kategori setuju dan yang terendah terdapat pada alternatif jawban sangat tidak setuju sebanyak 3 responden atau 5%.
111
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian potongan harga kepada konsumen café di kota Bandung berada pada kategori setuju. 4.5.9 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Promosi Rekapitulasi tanggapan responden terhadap variabel promosi dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Rekapitulasi Tanggapan Responden Terhadap Variabel Promosi Sangat Sangat Buruk Cukup Baik Kualitas Buruk Baik Skor Pelayanan F % F % F % F % F % Rutin melakukan 1 1,67 5 8,34 14 23,34 24 40 16 26,67 165 promosi 5 7 7 14 14 20 20 14 14 149 Memberikan diskon 5 2 3,34 4 6,67 11 18,34 20 33,34 23 38,34 187 Ramah 2 3,34 10 16,67 10 16,67 25 41,67 13 21,67 158 Pemberian brosur Melalui media 5 8,34 8 13,34 27 45 12 20 8 13,34 169 cetak/elektronik Dari mulut ke 5 8,34 8 13,34 12 20 20 33,34 15 25 148 mulut 5 8,34 4 6,47 20 33,34 17 28,34 14 23,34 139 Melalui spb/spg Memberikan 3 5 4 6,67 17 28,34 20 33,34 16 26,67 171 potongan harga Total 1286 Sumber : Pengolahan Data Tahun 2011
Hasil pengolahan data secara keseluruhan mengenai gambaran variabel promosi pengusaha cafe dapat diketahui melalui skoring penelitian, dimana nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan kriteria skor-skor ideal yang didapatkan dari skor maksimal dan skor minimal. Sehingga melalui skor tersebut dapat diketahui daerah kontinum yang menunjukan wilayah ideal dari variabel diferensiasi produk. Hal tersebut dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :
112
Mencari skor maksimal Skor Ideal = skor tertinggi x jumlah butir item x jumlah responden = 5 x 8 x 60 = 2400 Mencari skor Minimal Skor Minimal = Skor terendah x jumlah butir item x jumlah Responden = 1 x 8 x 60 = 480 Mencari Jenjang Tingkat Kualitas Pelayanan Panjang Interval kelas = Skor Maksimal – Skor Minimal = 2400 – 480 = 1920 Mencari Panjang Interval Kelas Panjang Interval = Jenjang / Banyak kelas interval = 1920 /5 = 384 Berdasarkan jumlah skor hasil pengumpulan data mengenai promosi pengusaha cafe adalah 1286. Dengan demikian maka promosi menurut 60 orang responden adalah 1286/1920x60 = 40,19 % dari kriteria yang ditetapkan. Garis kontinum variabel harga dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Sangat Rendah
400
720
Rendah
Cukup
1040
Tinggi
1360
Sangat Tinggi
1680
2000
1290 Sumber : Pengolahan Data Tahun 2011
500
900
1300
1700 1566
2100
2500
113
4.6 Pendapatan Dalam penelitian ini varibel terikat yang dibahas adalah variabel pendapatan. Dalam sebuah kegiatan usaha yang menjadi tujuan sebuah usaha adalah pendapatan. Pendapatan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan volume penjualan. Semakin banyak produk yang terjual maka semakin banyak pula pendapatan yang akan kita peroleh. Pendapatan atau penerimaan total dapat dihitung dengan dengan rumus sebagai berikut.
Pendapatan = jumlah produk yang berhasil dijual x harga jual per unit produk
Salah satu acuan keberhasilan usaha adalah pendapatan. Selama pendapatan yang diperoleh maksimal maka perusahaan akan tetap mampu bertahan menjalankan usaha. Semakin besar pendapatan yang diperoleh maka akan semakin besar pula kesempatan perusahaan tersebut berkembang. Karena dari pendapatanlah sebuah perusahan dapat menjalankan produksinya. Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhaadap Pendapatan Pada Pengusaha Cafe di Kota Bandung No Jumlah pendapatan ( Rp ) Frekuensi Persentase ( % ) 1 < 10.000.000 0 0 2 40.000.000 – 50.000.000 8 3,34 3 60.000.000 – 70.000.000 30 50 4 80.000.000 – 90.000.000 14 23,33 5 ≥ 100.000.000 8 13,34 Jumlah 60 100
114
Berdasarkan perolehan data diatas mengenai tanggapan responden terhadap pendapatan yaitu 0 responden (0%) mendapat penghasilan pendapatan sebesar kurang dari 10.000.000, 8 responden (3,34%) mendapatkan penghasilan pendapatan sebesar 40.000.000-50.000.000, 30 responden (50%) mendapatkan penghasilan pendapatan sebesar 60.000.000-70.000.000, 14 responden (23,33%) mendapatkan penghasilan pendapatan sebesar 80.000.000-90.000.000 dan 8 responden (13,34%) mendapatkan penghasilan pendapatan sebesar kurang lebih 100.000.000. 4.7 Teknik Analisis Data dan pengujian Hipotesis 4.7.1 Uji Validitas Rekapitulasi hasil uji validitas item atas instrument dalam penelitian ini adalah sebagai terlampir. Rekapitulasi jumlah item pada masing-masing instrument penelitian tampak pada tabel 4.9 berikut ini :
No
1. 2. 3. 4.
Tabel 4.9 Hasil Validitas Instrumen Penelitian Variabel Jumlah Item Angket Jumlah Item Tidak Jml Valid Soal Valid Diferensiasi Produk 8 8 Harga 5 5 Promosi 8 8 Pendapatan 1 1
Sumber : Hasil Validitas Instrumen Penelitian
Berdasarkan tabel 4.30 diatas diketahui bahwa pada angket variabel diferensiasi produk, harga, promosi dan pendapatan tidak ada item yang tidak valid.
115
4.7.2 Uji Reliabilitas Berdasarkan
uji
reliabilitas
instrument
penelitian
dilakukan
dengan
menggunakan langkah-langkah sebagaimana telah dibahas pada Bab III dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
No 1. 2. 3. 4.
Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Uji Reliabilitas Variabel rhitung rtabel Diferensiasi Produk Harga Promosi Pendapatan
0,774 0,648 0,772 0,625
0,254 0,254 0,254 0,254
Keterangan Valid Valid Valid Valid
Sumber : hasil Rekapulasi Hasil Uji Reliabilitas
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa instrument penelitian diferensiasi produk diperoleh nilai rhitung = 0,774 dan dari r kritis diperoleh rtabel dengan n = 60 dan taraf nyata (α) = 0,05 sebesar 0,254. Hal ini berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,774 > 0,254) dengan demikian instrument penelitian diferensiasi produk mempunyai daya ketetapan atau dengan kata lain reliabel. Berdasarkan tabel diatas juga, kita dapat mengetahui bahwa instrument penelitian harga memperoleh nilai rhitung = 0,648 dan dari tabel r kritis diperoleh nilai rtabel dengan n = 60 dan taraf nyata ( α) = 0,05 sebesar 0,254. Hal ini berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,648 > 0,254) dengan demikian instrument penelitian harga mempunyai daya ketetapan atau dengan kata lain reliabel. Berdasarkan tabel 4.31, kita juga dapat mengetahui bahwa instrument promosi memperoleh rhitung = 0,772 dan dari tabel r kritis diperoleh nilai rtabel dengan n = 60
116
dan taraf nyata ( α) = 0,05 sebesar 0,254. Hal ini berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,772 > 0,254) dengan demikian instrument penelitian promosi mempunyai daya ketetapan atau dengan kata lain reliabel. Selanjutnya, diketahui bahwa instrument pendapatan memperoleh rhitung = 0,625 dan dari tabel r kritis diperoleh nilai rtabel dengan n = 60 dan taraf nyata ( α) = 0,05 sebesar 0,254. Hal ini berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,625 > 0,254) dengan demikian instrument penelitian pendapatan mempunyai daya ketetapan atau dengan kata lain reliabel.
4.8
Pengujian Hipotesis Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda untuk menguji hubungan dua variabel independen atau lebih terhadap satu variabel dependen. Adapun yang menjadi variabel dependen adalah pendapatan sedangkan yang menjadi variabel independen adalah diferensiasi produk, harga dan promosi. Untuk membuktikan hipotesis tersebut diolah dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows. H0:β1 = 0, koefisien arah regresi tidak berarti, artinya tidak terdapat pengaruh antara Diferensiasi Produk (X1), Harga (X2), dan Promosi (X3) dengan Pendapatan pengusaha café di kota Bandung. H1:β1 > 0, koefisien arah regresi berarti, artinya terdapat pengaruh antara Diferensiasi Produk (X1), Harga (X2), dan Promosi (X3) dengan Pendapatan pengusaha café di kota Bandung
117
Kriteria pengambilan keputusan untuk hipotesis yang diajukan adalah : 1.
Untuk hipotesis statistic utama, yaitu : H0 : ρyx1 = H0 : ρyx2 = H0 : ρyx3 = 0 H1 : sekurang-kurangnya ada sebuah ρyx1, ρyx2,ρyx3≠0 Statistik uji yang digunakan dalam uji F dimana : Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
2.
Untuk uji hipotesis turunan atau parsial Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
4.8.1 Koefisien Korelasi Berganda dan Determinasi Hasil uji koefisien determinasi dalam model persamaan regresi ini adalah sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 4.11 Koefisien Determinasi antara Variabel X1,X2 dan X3
Model
R
1
.643
a
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
.414
.383
.2901652
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
Berdasarkan tabel diatas, maka diketahui bahwa koefisien diferensiasi produk, harga dan promosi terhadap pendapatan pengusaha café di kota Bandung sebesar 0,643. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi derajat keberpengaruhan
118
variabel-variabel independen dengan variabel dependen adalah sebesar 64,3 %. Dengan kata lain, hal ini berarti besarnya sumbangan variabel independen (diferensiasi produk, harga, dan promosi) terhadap variabel dependen adalah sebesar 64,3%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 35,7 %
4.8.2
Analisis Persamaan Regresi Analisis dalam model penelitian ini berupa model regresi linear berganda.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui besarnya pengaruh diferensiasi produk, harga dan promosi terhadap pendapatan pengusaha café di kota Bandung. Hasil analisis regresi berganda atau tiga variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagaimana akan diuraikan sebagai berikut :
Tabel 4.12 Output Koefisien Regresi Coefficients Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
a
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
119
1
(Constant)
18.307
.168
X1
.014
.004
X2
.025
X3
.014
109.137
.000
.337
3.163
.003
.008
.331
3.204
.002
.005
.296
2.771
.008
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil perhitungan tabel diatas dapat diketahui model persamaan regresi yang diperoleh sebagai berikut : Y= 18,307+0,014X1+0,025X2+0,014X3
Dari persamaan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1.
jika diferensiasi produk, harga dan promosi 0, maka nilai dari pendapatan pengusaha cafe di kota Bandung sebesar 18,307.
2.
jika pendapatan dinaikan 1 % maka diferensiasi produk akan naik 0,014
3.
dan jika pendapatan dinaikan 1 % maka harga juga akan naik 0,025
4.
dan apabila pendapatan dinaikan 1% maka promosi juga akan naik menjadi 0,014.
4.8.3
Pengujian Hipotesis dan Signifikan secara Simultan (Uji F) Hasil uji F atas model persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai
berikut : Tabel 13 Hasil Uji F b
ANOVA
120
Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
3.358
3
1.119
Residual
4.689
56
.084
Total
8.047
59
F 13.369
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Uji hipotesis melalui uuji F diperoleh melalui tabel anova. Pada tabel diatas tampak bahwa niilai F sebesar 13,169 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. uji hipotesis dilakukan dengan membandingkan antara F hitung terhadap F tabel dengan langkah-langkah sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan tabel diatas, tampak bahwa nilai Fhitung sebesar 13,369 > Ftabel sebesar 2,758. Oleh karena itu, maka semua variabel secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pengusaha café di kota Bandung.
4.8.4 Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t) Hasil pengujian pengaruh masing-masing variabel secara parsial terhadap pendapatan adalah sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 4.14 Hasil Uji t
121
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 18.307
.168
X1
.014
.004
X2
.025
X3
.014
Coefficients Beta
T
Sig.
109.137
.000
.337
3.163
.003
.008
.331
3.204
.002
.005
.296
2.771
.008
a. Dependent Variable: Y
Nilai t hitung yang terdapat dalam pada table 4.14 digunakan untuk mengukur tingkat signifikasi pengaruh variabel diferensiasi produk ( X1 ), harga ( X2) dan promosi (X3) terhadap pendapatan ( Y ). Dengan dk (derajat kebebasan ) = N-2 dimana N = jumlah sampel dan k = variabel konstan , sehingga dk = 60 – 2, maka nilai t tabel dengan dk = 58 dengan taraf kepercayaan sebesar 90 %. Hasil t tabelnya adalah adalah 1,671. Berdasarkan tabel diatas, tampak bahwa hasil uji t variabel diferensiasi produk, harga dan promosi signifikan. Hal tersebut didasarkan pada nilai signifikansi masing-masing variabel yang lebih kecil dari 0,05. Selain itu, nilai thitung pada masingmasing variabel yaitu 3,163, 3,204, dan 2,771 lebih besar daripada ttabel 1,671. Dengan demikian, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya ketiga variabel tersebut yakni diferensiasi produk, harga dan promosi memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan pengusaha café di kota Bandung. 4.9
Pembahasan Hasil Penelitian
122
Berdasarkan uraian diatas yang disajikan sebagai pembahasan tentang diferensiasi produk, harga dan promosi sebagai variabel yang mempengaruhi pandapatan pengusaha café di kota Bandung. Dari hasil data diatas setelah diolah melalui program spss 16.0 for windows adapun pembahasan tiap variabel sebagai berikut : 1.
Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Pendapatan Pengusaha Café Produk merupakan salah satu unsur di dalam bauran pemasaran, tanpa sebuah
produk tentunya sebuah perusahaan tidak akan bisa beroperasi. Cafe atau restoran merupakan sebuah usaha yang bergerak di bidang jasa makanan, oleh sebab itu café atau restoran yang berada di Kota Bandung memiliki produk dan pelayanan yang dapat ditawarkan kepada pembelinya yang dapat memuaskan pelanggannya. Berdasarkan hasil pengujian antara diferensiasi peroduk terhadap pendapatan diperoleh hubungan yang kuat di antara kedua variabel tersebut, diperoleh hubungan yang kuat antara (0,80-1,000) hal itu ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,643. Selain itu, diferensiasi produk memiliki pengaruh sebesar 0,014 terhadap pendapatan, berarti jika diferensiasi produk naik satu angka maka pendapatan akan naik sebesar 0,014 dan begitu pula sebaliknya. Dilihat dari tingkat signifikannya, diferensiasi produk juga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan yang memiliki angka signifikan yaitu 0,003 yang lebih kecil dari 0,05. Jadi secara keseluruhan diferensiasi produk berpengaruh terhadap pendapatan hal tersebut sesuai dengan pendapatan Kotler (2000:252) “Diferensiasi produk adalah tindakan merancang suatu perbedaan
123
yang berarti, untuk membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing. satu perusahaan
harus mencoba mengidentifikasi cara- cara spesifik agar dapat
mendiferensiasikan produknya untuk mencapai keuntungan yang kompetitif.” 2.
Pengaruh Harga Terhadap Pendapatan Pengusaha Café Adanya harga dalam setiap usaha jasa makanan mutlak adanya, karena harga
sudah disesuaikan sebelum produk dijual, hingga tamu yang datang dapat mememsans sesuai harga yang ditentukan dari café tersebut. Berdasarkan korelasi antara harga terhadap pendapatan diperoleh hubungan yang kuat di antara kedua variabel tersebut, hal itu ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,643. Selain itu, harga memiliki pengaruh sebesar 0,025 terhadap pendapatan, hal itu berarti jika harga naik satu angka maka pendapatan akan naik sebesar 0,025 dan begitu pula sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan Anthony dan Hermanson (2002:14) “Harga jual merupakan semua biaya produk ditambah dengan margin keuntungan yang dihitung sebagai persentase pengembalian atas investasi dalam membuat suatu produk.” Dari dimensi harga , dimensi yang paling berpengaruh adalah tanggapan responden mengenai cara menentukan harga yang pantas, layak, dan masuk akal yang mempunyai skor yang besar yaitu 211.
3.
Pengaruh Promosi Terhadap Pendapatan Pengusaha Cafe
124
Promosi dalam suatu usaha makanan sangat penting untuk mempromosikan produk yang kita jual, dan hamper di semua café atau restoran di kota Bandung melakukan promosi untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen. Promosi juga dapat menjadi nilai tambah untuk mendatangkan konsumen yang ingin mencoba produk yang dijual. Berdasarkan korelasi antara promosi terhadap pendapatan diperoleh hubungan yang kuat di antara kedua variabel tersebut, hal itu ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,643. Selain itu, promosi memiliki pengaruh sebesar 0,014 terhadap pendapatan, hal itu berarti jika promosi naik satu angka maka pendapatan akan naik sebesar 0,014 dan begitu pula sebaliknya. Seperti yang dikemukakan oleh Swasta (2002:237), “Promosi adalah arus atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran”. 4.
Pengaruh Diferensiasi Produk, Harga dan Promosi Terhadap Pendapatan Pengusaha Café. Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa diferensiasi produk, harga dan
promosi memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan yakni sebesar 0,643, yang artinya menunjukan tingkat korelasi yang sangat kuat. Besarnya pengaruh diferensiasi produk, harga, dan promosi secara bersama- sama terhadap pendapatan
125
pengusaha cafe 0.643 adalah sebesar 64,3%, sedangkan sisanya sebesar 35,7% dipengaruhi oleh faktor- faktor lain. Dilihat dari hasil uji F dengan bantuan SPSS 16.0 for windows diperoleh nilai Fhitung sebesar 13.369 sedangkan Ftabel (α=0,05) sebesar 2,758. Karena Fhitung (13.369) > Ftabel (2,758), maka Ho ditolak, atau Ha diterima. Artinya pengaruh secara bersama variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diterima yang artinya diferensiasi produk, harga dan promosi secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha cafe”. Dan untuk Nilai thitung yang digunakan untuk mengukur tingkat signifikansi pengaruh variable diferensiasi produk (X1), harga (X2) dan promosi (X3) terhadap pendapatan (Y) hasil nilai t yang mana nilai t hitung diferensiasi produk, harga dan promosi lebih besar dari t tabel itu artinya bahwa secara parsial, diferensiasi produk, harga dan promosi berpengaruh positif terhadap pendapatan. Agar dapat mempertahankan sebuah bisnis dengan loyalitas yang tinggi dari para konsumen, sebuah café atau restoran harus berusaha keras berinovasi untuk mencari terobosan baru dalam menyediakan produk yang bervariasi, harga yang dapat dijangkau oleh berbagai kalangan dan gencar melakukan promosi untuk memberikan sesuatu yang berbeda dengan café lainnya dalam usaha merebut pelanggan. cafe atau setiap organisasi lainnya yang dapat melakukan hal di atas, akan dapat mewujudkan pendapatan yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh
126
Buchari (1998:256) “Kombinasi dari produk, distribusi, harga dan promosi merupakan suatu usaha untuk mencapai hasil yang maksimal.”