27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa hal, meliputi pemilihan subjek, tempat wawancara, serta perlengkapan atau alat bantu untuk merekam wawancara yang sedang berlangsung. 1. Tempat Wawancara Wawancara yang dilakukan tergantung dari kenyamanan subjek, wawancara. Wawancara untuk guru dilakukan di sekolah ketika guru sedang tidak mengajar, Sedangkan tempat wawancara siswa selalu dilakukan di rumah, hal ini bertujuan untuk memberikan rasa aman kepada subjek agar dalam proses wawancara tersebut dapat lebih santai, dan tidak canggung. 2. Perlengkapan Penelitian Proses penelitian membutuhkan beberapa perlengkapan untuk mendokumentasikan jalannya penelitian, hal tersebut dilakukan dengan media alat perekam berupa kamera digital dan tape recorder. Kegiatan merekam video dan merekam suara narasumber dilakukan ketika wawancara berlangsung. 3. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan juli sampai agustus 2012. Subjek penelitian terdiri dari 7 orang yaitu: G1, G2, G3, G4, S1, S2, dan S3. Wawancara yang dilakukan dengan narasumber dilaksanakan 3-4 kali pertemuan. Setiap satu kali pertemuan wawancara dilaksanakan kurang lebih sekitar 20 sampai 30 menit. Waktu pelaksanaan wawancara tergantung dari narasumber. Kegiatan wawancara diakhiri bila narasumber sudah mulai jenuh dan tidak berkonsentrasi dalam menjawab pertanyaan. B. Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Kristen Salatiga yang beralamatkan di Jalan Tentara Pelajar 6 Salatiga. Sekolah ini berada di bawah Yayasan Kemakmuran Rejeki (YKR). Awalnya YKR mendirikan SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) di tahun 1953 dan siswa-siswanya hanya khusus berasal dari anggota gereja. Kenyataan berkata sebaliknya, ketika
28 anggota jemaat banyak yang tidak berminat memasukkan putra-putrinya ke SMEP, maka penerimaan siswa diselenggarakan untuk umum dalam arti dapat menerima siswa dari luar jemaat gereja. Sehingga minat ke SMEP makin banyak, untuk itu YKR jauh sebelumnya telah memikirkan bagaimana nasib para lulusan setelah lulus dari SMEP. Sejak tanggal 1 Agustus 1958 didirikanlah SMEA Kristen Salatiga dengan SK Pendirian tanggal 1-8-1958 No. Pend/10/58 dengan tujuan menampung anak-anak yang telah selesai dari SMEP (yang telah diintegrasikan menjadi SMP Kristen Krida Dharma sejak tahun 1976). Gedung dalam SMK Kristen Salatiga terdiri dari 3 lantai ruang kelas. Lantai 1 merupakan ruang kelas untuk siswa kelas 3, lantai 2 merupakan ruang kelas untuk kelas 2, serta lantai 3 merupakan ruang kelas untuk siswa kelas 1. Ruang yang ada di SMK Kristen salatiga tak hanya ruang kelas, akan tetapi juga tersedia ruang guru, ruang laboratorium komputer, kooperasi, laboraturium bahasa, ruang lab mengetik, ruang BK, ruang pramuka, ruang OSIS, perpustakaan, serta beberapa laboratorium yang sedang dibangun secara bertahap. Kegiatan belajar di SMK Kristen Salatiga dimulai pada pukul 07.15 hingga pukul 13.30, kecuali hari jumat kegiatan belajar mengajar berakhir pukul 12.00. Sekolah juga memberikan ekstrakurikuler bagi siswa, ketika pulang sekolah. Ekstrakurikuler yang selama ini dilakukan siswa yakni Pramuka, Voli, Basket, Osis, Kerohanian, Kesenian, Paduan Suara, serta PMR. SMK Kristen memiliki visi, misi dan tujuan sekolah untuk mencapai kualitas pendidikan, berikut visi, misi, dan tujuan dari SMK Kristen Salatiga: 1. Visi SMK Kristen: Menjadi lembaga pendidikan yang menghasilkan sumberdaya manusia sebagai tenaga menengah yang bermoral, berjiwa melayani dan professional dalam ikut mewujudkan masyarakat yang damai, sejahtera, adil dan makmur. 2. Misi SMK Kristen a. Mengembangkan proses belajar mengajar yang kondusif dan menghantar siswa untuk memiliki ketrampilan serta keahlian yang memadai dengan didukung oleh tenaga pendidikan yang professional. b. Menyelenggarakan laboratorium yang relevan dengna keahlian da ketrampilan tenaga menengah.
29 c. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan mental spiritual siswa. 3. Tujuan Umum dan Khusus Tujuan Umum : a. Tersedianya sarana prasarana media pembelajaran yang memadai b. Meningkatkan mutu pembelajaran yang mengarahpada peningkatan mutu tamatan sesuai IPTEK. c. Tersedianya ruang kelas yang layak. d. Terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat. Tujuan Khusus : a. Menumbuhkan semangat belajar siswa. b. Terciptanya suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. c. Memperkokoh ketahanan sekolah. d. Memperindah sekolah. e. Menyediakan tempat belajar yang layak. Visi serta Misi yang telah dibuat tersebut merupakan rumusan apa yang akan SMK Kristen lakukan baik terhadap proses pelaksanaan pembelajaran, lingkungan, serta tenaga pendidiknya dengan memperhatikan kurikulum yang telah diberlakukan SMK Kristen. C. Hasil Penelitian KTSP adalah kurikulum yang memberikan otonomi kepada sekolah. Sekolah diberikan kewenangan didalam mengembangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum. KTSP yang dibuat SMK Kristen berdasarkan pada tujuh prinsip pengembangan KTSP. KTSP yang telah dibuat saat ini berdasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Management Pendidikan Dasar Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 251/C/KEP/MN/2008 tentang Spectrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Silabus yang disusun sekolah serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditentukan berdasarkan kemampuan yang dimiliki, sehingga setiap sekolah tentulah memiliki silabus dan KKM yang berbeda, karena kemampuan tiap sekolah berbeda. KTSP merupakan suatu kurikulum penyempurna dari kurikulum sebelumnya, artinya terdapat beberapa bagian KBK yang masih di ikutsertakan dalam KTSP dan bagian-bagian tersebut disempurnakan dari segi metode pembelajaran, KBK dan KTSP menekankan pembelajaran yang
30 berpusat pada siswa. Siswa sebagai subjek pelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. Pembelajaran dengan KBK dan KTSP, dari segi penilaian juga memperhatikan tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik, sedangkan bagian yang disempurnakan dari KBK adalah pemberian mata pelajaran muatan lokal yang di susun oleh sekolah untuk mengembangkan potensi yang ada pada sekolah tersebut. Sekolah menyesuaikan dan menyusun kurikulum untuk mengakomodasi semua potensi yang ada pada siswa, sekolah dan daerah, sehingga potensi-potensi tersebut diharapkan dapat berkembang secara optimal dan dapat meningkatkan kualitas sekolah. Program keahlian yang dibuka SMK Kristen Salatiga terdapat 4 Program Keahlian yang meliputi Program Keahlian Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran, serta Multimedia. Penyusunan Program Keahlian tersebut juga disesuaikan adanya permintaan output lulusan dari Dunia Usaha dan Dunia Industri. Hal yang membedakan SMK Kristen Salatiga dengan SMK lainnya adalah pada pengembangkan muatan lokal yang ada di sekolah tersebut. Muatan lokal yang ada di SMK Kristen meliputi Bahasa Jawa, Mengetik, Mesin Bisnis, serta mengelola mesin modal, dimana pengembangan muatan lokal tersebut telah disesuaikan dengan potensi dari sekolah serta Dunia Usaha dan Dunia Industri. 1. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berdasarkan KTSP di SMK Kristen Salatiga a. Persiapan sekolah dalam melaksanakan KTSP Persiapan yang dilakukan sekolah dalam mempersiapkan pelaksanaan KTSP adalah sekolah mengadakan sosialisasi kepada guru tentang KTSP. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan guru dalam menghadapi perubahan kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Sosialisasi ke kepala sekolah melalui dinas dalam pertemuan-pertemuan penting yang diadakan pemerintah kepada masing-masing perwakilan sekolah, adapun hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber G4. Berikut petikan wawancaranya. Petikan 1 P : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan KTSP? G4 : Sebelum pelaksanaan KTSP, kepala sekolah mengikuti
31 sosialisasi di tingkat propinsi untuk pemberlakuan KTSP. Waktu itu Kepala sekolah yang melaksanakannya di solo, setelah itu mengundang tim pengolah kurikulum dari sekolah. Waktu itu pak WY di hotel asia solo. Jadi memang ada sosialisasi sebelumnya dari pemerintah. Sosialisasi yang dilakukan sekolah kepada guru-guru di SMK tersebut tidak hanya dilakukan dalam rapat bersama. Sosialisasi juga dilakukan dengan menginformasikan secara personal yakni dari guru ke guru, seperti petikan wawancara di bawah ini. Petikan 2 P : Pernahkah ada review dari sekolah berkaitan dengan evaluasi pembelajaran KTSP? G2 : Evaluasi biasanya dilakukan tidak secara global, tetapi secara personal. Petikan 3 P : Untuk kurikulum sebelum KTSP, ibu pernah mengetahui? G1 : Belum, karena jadi guru itu sebenarnya bukan bidang saya, Saya bukan berasal dari lulusan FKIP. Jadi guru itu bukan impian saya. Awalnya ada lowongan pekerjaan, saya diterima, dan saya senang jadi saya jalani. Sehingga, awal saya belajar KTSP dan hal yang berkaitan dengan pengajaran itu saya belajar otodidak disini, setelah saya menjadi guru baru mengerti, ternyataseperti ini kurikulumnya. P : Sebelumnya, ibu pernah diberikan mengenai panduan KTSP atau mungkin buku berkaitan dengan KTSP bu? G1 : Dulu pernah dipinjami buku dari guru lain, jadi itu merupakan kumpulan dari silabus-silabus KTSP. P : Kalau yang anda tahu sendiri, KTSP itu sebenarnya kurikulum yang bagaimana bu? G1 : Detail KTSP saya tidak begitu mengerti, cuman selama saya mengajar selama ini sesuai yang saya bisa, saya tahu, dan saya bandingkan dengan guru-guru lain juga. Prinsipnya apakah anak-anak bisa menerima dan mereka bisa menikmati menerimanya tanpa tekanan, itu yang saya lakukan.
32 Hasil wawancara diatas terlihat bahwa sekolah dalam menginformasikan KTSP tidak hanya melalui rapat formal saja, akan tetapi juga melalui guru ke guru. Selain itu, sekolah juga mengirimkan beberapa guru untuk mengikuti pelatihan atau seminar guna mempersiapkan guru-guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar (PBM) yang berdasarkan KTSP. Guru yang mendapatkan pelatihan atau sosialisi, kemudian men-share kan hasil yang sudah didapatnya berkaitan dengan KTSP kepada teman-teman yang lain melalui suatu pertemuan yang diadakan sekolah. b. Perencanaan Pembelajaran Guru dalam melaksanakan pembelajaran, perlu menyusun silabus serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP tersebut disusun untuk menggambarkan prosedur pembelajaran yang akan berlangsung di kelas. Berikut petikan wawancara dengan guru sebagai narasumbernya. Petikan 4 P : Ketika ibu mengajar, apakah yang harus dipersiapkan? G2 : RPP itu jelas, absensi siswa, agenda mengajar, modul atau buku paket, alat peraga digunakan kalau kita mengajar membutuhkan alat peraga. P : Pernahkah berperan untuk membuat silabus? G2 : Saya belum pernah, tetapi pada saat MGMP antar guru se-Salatiga kita bicarakan di situ, ada teman yang ikut seminar di semarang kemudian dia share kan ke guruguru salatiga agar mempunyai suatu kesepakatan yang sama. Petikan 5 P : Apakah yang anda persiapkan sebelum melaksanakan pembelajaran? G3 : Persiapannya tentu saja RPP, tapi RPP itu sudah dibuat dahulu sebelum proses pembelajaran. P : Apakah ibu ikut berperan dalam membuat silabus? G3 : Silabus itu dibuat secara kolektif, jadi bersama-sama dengan guru yang lain, kadang kami sering melihat silabus dari teman kami yang berbeda sekolah dalam
33 pertemuan MGMP. P : Seberapa dalam komponen di dalam silabus yang ibu pahami? G3 : Komponen ya, kan di silabus itu ada Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator-indikator, jadi sebenarnya silabus itu penjabaran dari KD, ingin dibawa kemana pembelajaran itu. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan narasumber terlihat bahwa semua guru melaksanakan persiapan sebelum pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP dilaksanakan secara bersamaan. Silabus disusun berdasarkan rapat bersama, dan RPP disusun secara individual oleh masing-masing guru untuk melaksanakan perencanaan proses pembelajaran selama 1 tahun ke depan. Silabus dan RPP merupakan kedua hal yang tidak bisa dipisahkan, karena saling berkaitan satu sama lain. Silabus merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator-indikator materi pembelajaran. Penyusunan RPP tentu juga harus memperhatikan silabus yang telah dibuat. RPP merupakan perencanaan jangka pendek yang dilakukan guru untuk merencanakan apa saja yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Semua guru di SMK Kristen Salatiga telah menyusun silabus dan RPP pada awal tahun pelajaran. Penyusunan ini dilakukan secara bersama dalam rapat bersama anggota sekolah. c. Metode Mengajar Metode mengajar yang digunakan ketiga guru dalam penelitian ini bervariasi. Berikut petikan wawancara dengan ketiga narasumber. Petikan 6 P : Ketika ibu mengajar, ibu sering menggunakan metode apa? G1 : Paling sering ceramah, pernah juga tugas kelompok, jadi saya berikan masalah untuk didiskusikan di kelompok, karena dengan begitu saya berpikir bahwa dalam satu kelompok, mereka bisa saling melengkapi, yang tidak
34 mengerti bisa diajarkan dari yang mengerti. Karena hanya dengan penjelasan guru, terkadang siswa kurang mengerti, akan tetapi dengan teman sebayanya mereka jauh lebih mengerti. P : Untuk metode-metode lain ibu pernah mencoba? G1 : Belum pernah. Kalau saya melihat kondisi dan waktu dalm kelas juga, kebetulan saya dapatnya kelas 1.1 yang seperti itu. Dibuat dengan metode-metode lainnya, saya juga harus berpikir 2x. bisa atau tidak. Kan karakter anaknya yang seperti itu semua, jadi mereka lebih cenderung dituntun. Dulu saya juga pernah membaca dan mempelajari buku dari G3 tentang metode belajar. Petikan 7 P : Selama ini guru mengajarkan matematika bagaimana? S3 : Pasti ditulis di papan, memberikan ceramah, latihan soal. P : Tapi pernah tidak dari ketiga guru itu menggunakan diskusi ? S3 : Pernah dulu, G3. P : Kalau ketika diskusi terjadi, yang kamu dapatkan dari sana apa? S3 : Seru, ramai, selain itu kalau kita sudah paham, nanti bisa membantu teman yang tidak bisa. Berdasarkan wawancara diatas dapat ditemukan bahwa guru melaksanakan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, misalnya diskusi kelompok, serta menggunakan pendekatan kontekstual yang dihubungkan dengan keadaan atau kegiatan sehari-hari sehingga siswa dapat lebih memahami materi. Ada pula guru yang menggunakan metode ekspositori yang dipadu dengan metode drill dan diskusi kelompok. Pemilihan metode pembelajaran yang ditetapkan guru biasanya ditentukan oleh materi yang sedang dipelajari dan berdasarkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta kondisi siswa. Metode yang digunakan guru juga membuat siswa merasa senang dan tertarik dengan diskusi dan pendekatan kontekstual karena siswa belajar dari proses untuk mendapatkan konsep. Interaksi antar siswa memberikan dampak positif, yaitu adanya
35 kerjasama di antara mereka serta dapat lebih mengenal teman satu sama lain. Pembelajaran berdasarkan KTSP menekankan pada keaktifan siswa. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal sehingga terbentuk kompetensi yang diinginkan. Penting karenanya guru harus merancang pengalaman belajar peserta didik, hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menerapkan strategi belajar mengajar yang efektif dan kondusif yaitu dengan memilih metode, media, serta alat pembelajaran yang sesuai dengan materi sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru-guru SMK Kristen bervariasi didalam menggunakan metode. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi yang dipelajari. Kesesuaian antara materi dengan metode akan menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) efektif dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Metode yang biasanya guru gunakan adalah metode ekspositori, metode pemberian latihan soal (drill). Guru masih menggunakan metode ekspositori dengan alasan siswa belum dapat untuk diajak berdiskusi sehingga apabila guru menerapkan metode diskusi, siswa kesulitan hingga menimbulkan kegaduhan, tentu saja hal tersebut akan menyita waktu, akibatnya tujuan pembelajaran tidak tercapai. d. Media Pembelajaran Media atau alat peraga merupakan salah satu bagian yang mendukung suksesnya pembelajaran. Penggunaan media dan alat peraga yang tepat dapat memudahkan siswa memahami materi. Berikut petikan wawancara peneliti dengan guru matematika berkaitan media dalam pembelajaran. Petikan 8 P : Ibu pernah memanfaatkan media LCD untuk pembelajaran? Dalam materi apa? G1 : Fungsi. P : Respon ke siswa bagaimana? G1 : Karenakan untuk fungsi saya memanfaatkannya grafik, dan saya memanfaatkan apikasi maple. Ketika kita memasukan angka daam maple maka fungsi muncul,
36 Siswa kagum melihatnya, karena ada program yang begitu dimasukan fungsi, grafik akan langsung keluar, padahal kalau mereka mengerjakan soal fungsi mereka harus menghitung terlebih dahulu koordinat x, y. Petikan 9 P : Apakah anda menggunakan media pembelajaran untuk menunjang PBM? G2 : Kebetulan saya tidak mengajar di kelas 2, saya mengajar di kelas 1. Biasanya anak-anak saya minta untuk membuat kelompok, kemudian dibagi per kelompokkelompok, karena mereka di SD, SMP sudah dapat, di SMK ini kan mereka tinggal mengulang. Jadi anak-anak saya libatkan dalam membuat media pembelajaran, saya minta anak-anak untuk membuat kubus, kemudian presentasi di depan kelas. Pendapat lain mengenai media pembelajaran juga dikemukakan oleh narasumber G3 yang mempunyai pandangan agak berbeda dengan G1 dan G2. Berikut petikan wawancaranya. Petikan 10 P : Bagaimana sekolah menyediakan media pembelajaran yang menunjang PBM? G3 : Yang sering digunakan adalah LKS, yakni lembar kegiatan siswa. Media pembelajaran yang disediakan sekolah itu hanya bangun ruang, selebihnya tergantung dari guru yang membuat, dan bukan sekolah yang menyediakan, mungkin untuk pembelajaran setingkat SMK tahap berpikirnya sudah abstrak, jadi media pembelajarannya sudah tidak berbentuk kebendaan. G3 : Karena untuk SMK, pembelajaran matematikanya lebih ke terapan ya, bukan ke konsep, jadi mengatasi masalah anak yang kurang memahami konsep, mungkin lebih banyak latihan soal, karena mereka penerapan, yang kita gunakan adalah matematika terapan. Guru-guru di SMK Kristen memanfaatkan media di dalam melakukan kegiatan pembelajaran, walaupun tidak semua materi
37 menggunakan media. Pembuatan media dilakukan guru dengan melibatkan siswa. Guru juga lebih memilih lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran, dengan demikian guru tidak hanya menggunakan buku sebagai sumber belajar melainkan juga memanfaatkan lingkungan. Namun masih ada guru yang belum menggunakan media atau alat peraga karena beliau menitikberatkan pada hasil ujian akhir sehingga cara mengajarnya pun lebih kepada pemberian latihan-latihan soal. e. Sumber Belajar Sumber belajar adalah salah satu faktor pendukung pembelajaran. Berikut adalah petikan wawancara peneliti dengan beberapa narasumber. Petikan 11 P : Sumber belajar yang ibu gunakan itu biasanya berupa hand out atau bagaimana? G1 : Di sekolah tidak meminjamkan buku, mungkin karena bukunya terbatas, jadi sekolah tidak meminjamkan, selain itu siswa di sekolah kami kurang tanggung jawabnya. Jadi sekolah hanya meminjamkan buku bagi yang mau pinjam. Makanya kelemahannya siswa yang malas tidak akan pinjam buku. P : Kalau untuk sumber belajar berupa internet, pernahkah memanfaatkan? G1 : Kalau untuk matematika belum pernah. P : Kalau referensi yang ibu manfaatkan selain dari sekolah itu apa? G1 : Referensinya, saya menggunakan buku SMA itu iya, selain itu juga internet. Petikan 12 P : Bagaimana penggunaan Sumber belajar yang ibu gunakan? G1 : Kalau sumber belajar kurang, saya lebih sering browsing, karena kalau memanfaatkan buku, keanekaragaman untuk soalnya terbatas, jadi saya lebih sering memanfaatkan browsing-browsing. Karena saya juga tidak suka jika mereka hanya saya minta melihat buku, terus
38 saya jelaskan, itu tidak efektif, karena mereka juga kurang memahami, jadi mereka lebih suka saya menjelaskan kemudian mencatat. Fungsi buku saya manfaatkan untuk tugas. Mengambil buku di perpustakaan untuk mengerjakan tugas. Petikan 13 P : Apakah sumber belajar yang digunakan selain guru? G2 : Karena buku di perpustakaan banyak, jadi saya memanfaatkan itu, agar anak mau mengunjungi perpustakaan. LKS selama ini memang saya gunakan tetapi setelah saya melihat urutan materinya tidak sama, kan anak rugi jika membelinya. LKS yang dibuat diluar tidak sesuai dengan urutan dari materi yang akan kita ajarkan, misalnya saja materi kelas 1 diletakan di kelas 2, yang kelas 2 justru diletakan di kelas 1. Kalau begitu kan saya bingung. Biasanya setelah itu saya cek terlebih dahulu, kalau sesuai, saya beli, jika tidak, saya tidak beli. Karena ada banyak buku di perpustakaan yang belum dimanfaatkan juga. P : Apakah sumber belajar yang disediakan sekolah dirasa sudah cukup? G2 : Kalau sumber belajarnya saya rasa cukup, kalau saya ingin menambah materi saya pakai referensi lain, referensireferensi yang lama yakni kurikulum 94, kalau itu masih relevan saya masih menggunakan, karena sumber belajar yang sekarang ini isinya singkat, justru malah lebih bagus sumber belajar yang dulu, penjelasannya lengkap, sedangkan yang sekarang banyak dikurangi isinya. Sumber belajar biasanya saya dapatkan dari bantuan balai pustaka. P : Apakah anda memberikan tugas kepada siswa untuk mencari sumber lain melalui internet? G2 : Kalau matematika belum pernah, karena tugas yang saya berikan masih berhubungan dengan penguasaan materi. Belum ada manfaatnya yang internet, melalui sumber belajar yang kita punya saja anak-anak bisa melihat dari hal itu.
39 Petikan 14 P : Sumber belajar apakah yang digunakan dalam pembelajaran selain guru? G3 : Sejauh ini sumber belajar pasti berupa buku, apakah itu buku dari perpustakaan atau buku pegangan saya sendiri. P : Selain itu ibu pernah memanfaatkan sumber lain? G3 : Internet untuk mengambil soal Petikan 15 P : Pernah tidak mendapat tugas berkaitan dengan internet? S2 : Dulu pernah dari G3, waktu kelas 2 ketika ujian. Remidi tugas mencari di internet, yang remidi banyak. Berdasarkan hasil wawancara nampak bahwa sumber belajar yang digunkan adalah buku, siswa, serta lingkungan, sedangkan dari hasil observasi diperoleh data bahwa guru memenfaatkan siswa untuk menjadi sumber belajar melalui tutor sebaya. Semua guru SMK menggunakan sumber belajar berupa buku ajar, yaitu buku yang ada di perpustakaan, tak jarang buku tersebut dijadikan buku ajar karena isinya yang sesuai dengan karakteristik KTSP, yaitu mengajak siswa aktif dan mengaitkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru matematika juga memanfaatkan siswa sebagai sumber belajar, yaitu dengan adanya tutor sebaya. Beberapa guru juga berinisiatif memberikan siswa tugas untuk mencari sumber belajar melalui internet. f.
Penilaian Hasil penilaian merupakan salah satu bahan evaluasi pembelajaran. KTSP merupakan kurikulum yang menghendaki ketuntasan dalam belajar. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) merupakan salah satu standar penilaian dalam KTSP. Penentuan KKM diserahkan pada masing-masing sekolah. Berikut ini adalah petikan wawancara peneliti dengan beberapa narasumber mengenai penilaian. Petikan 16 P : Kalau untuk penilaian iti bagaimana bu? G1 : Penilaian, kalau untuk satu bab biasanya tugas, ulangan, selain itu saya juga menilai kepribadian siswa, misalnya di
40
P G1
: :
P G1
: :
P G1 P
: : :
G1 P
: :
G1
:
P G1
: :
rata-rata dari nilai tugas, nilai ulangannya mungkin hanya dapat 6, sedangkan anak B yang kepribadiannya lebih jelek justru mendapatkan nilai 7. Maka saya tidak akan segan-segan untuk menaikan anak yang nilainya 6 jadi 7. Sehingga kepribadian anak itu memang berpengaruh. Kepribadian itu, maksudnya yang seperti apa bu? Lebih pada keaktifan, kalau anak ini aktif di kelas, memperhatikan di kelas, sikapnya baik. Sekarang karakter siswa itu dapat niai plus, jadi saya masukan dalam nilai akhirnya. Kalau prosentase dari penilaian itu bagaimana? Kalau yang sering saya pakai, tugas dan ulangan saya berikan 60%, sedangkan TAS hanya 40%, kenapa? karena saya melihat ketika ulangan harian, saya menunggu tes itu sendiri, jadi saya tahu, anak ini memang tidak bisa, kalau yang itu bisa. Hanya kalau untuk TAS itu tergantung juga dari pengawasnya. Ada pengawas yang tidak peduli, “mencontek urusanmu, tidak ya urusanmu” seperti itu, jadi saya lebih suka nilai ulangan harian itu yang nilai bobotnya lebih tinggi, karena saya tahu, kemampuan dari beberapa anak memang mampu, dan ada yang kurang mampu. Jadi nilai untuk tugas, berapa persennya dari ulangan? Kalau nilai tugas saya rata-rata dengan ulangan harian. Kalau untuk materi ulangannya ibu ambil per sub bab, atau bagaimana? Per sub bab saja. Untuk ulangan harian, misalkan ada siswa yang tidak tuntas, bagaimanakah dengan remidinya? Remidi yang saya berikan biasanya dengan soal yang lebih mudah, tapi bobot nilai maksimalnya tidak seratus, Karna nilai ulangan harian yang pertama nilai maksimalkan pasti seratus, cuman nanti untuk remidinya nilai maksimalnya adalah 80 yang saya gunakan, jadi bobotnya berbeda. Untuk matematika, KKM nya berapa bu? 70.
41 Petikan 17 G3 : Untuk pembelajaran matematika, aspeknya lebih ke kognitif, jadi untuk psikomotorik dan afektif hanya pendukung saja, titik beratnya lebih ke kognitifnya. Petikan 18 P : Kalau tes harian, pasti ada remidi? S1 : Tidak pasti, tergantung gurunya. Tapi, kalau G1 memberikan remidi rutin. Karena remidi itu untuk katrol nilai, pasti di kejar-kejar terus, waktu dulu saya pernah kurang 1 tugas, dikejar terus sampai rapotku untuk nilai matematikanya tidak diisi. Hasil wawancara tersebut terlihat bahwa penilaian yang dilakukan guru mencangkup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif dinilai melalui post test, ulangan harian, tugas. Ranah afektif dinilai berdasarkan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran, misalnya keaktifan, respon, tingkah laku ketika mereka bekerja dalam kelompok untuk menemukan suatu konsep dengan pendekatan kontekstual atau ketika pembelajaran secara klasikal. Ranah psikomotorik dinilai ketika siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan suatu konsep. Guru tidak segan-segan dalam mengadakan remidi bagi siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Guru mengadakan remidi, tidak hanya remedial mengajar akan tetapi juga remidi tes. g. Siswa Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa guru sudah beralih ke pembelajaran yang berpusat pada siswa, walaupun guru masih menyampaikan materi, namun setidaknya siswa sudah mulai aktif dalam pembelajaran misalnya dengan diskusi, seperti yang diungkapkan oleh narasumber. Berikut petikan wawancaranya. Petikan 19 S2 : Dulu pernah, kalau bisa menjawab soal dapat hadiah uang. kalau begitu yang sering maju yang pintar. P : Pernah tidak dulu waktu guru mengajar, memberikan kesempatan kalian berpendapat?
42 S2 : Pernah, dulu saya juga pernah. Petikan 20 P : Selama ini guru-guru pernah memberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapat? S3 : Pernah, berpendapat cara mengajar guru, jangan terlalu cepat ketika mengajar. P : Terus tanggapannya bagaimana? S3 : Ya senyum, keudian mengucapkan “ya . . . ya . . . ya . . .” Hasil observasi yang dilakukan peneliti yakni, pada awal KBM dimulai, guru memang menyampaikan tujuan pembelajaran serta motivasi untuk memacu siswa. KBM yang dilakukan guru memberi kesempatan siswa untuk berpendapat. Guru juga meminta siswanya untuk maju ke depan dan mempresentasikan jawaban dari pekerjaan mereka guru melakukan interaksi dengan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, selain itu guru berkeliling untuk melihat pekerjaan siswa serta membimbing, jika ada siswa yang mengalami kesulitan. Kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran sebenarnya tergantung dari apa yang telah dilakukan oleh guru, apabila guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat, secara tidak langsung guru membuat siswa aktif di kelas, namun sebaliknya jika guru hanya menyampaikan materi melalui ceramah maka siswa akan pasif, mencatat, dan mengerjakan soal. Memberi kesempatan pada siswa untuk berpendapat, akan membantu siswa mendapatkan kompetensi yang di harapkan. Observasi yang dilakukan menunjukan, ketika guru mengajar guru tak jarang memanfaatkan siswa sebagai sumber belajar, hal ini dapat terlihat ketika ada siswa yang berdiskusi merundingkan materi yang diberikan guru, siswa terlihat saling mengajari satu sama lain, ini menunjukan adanya tutor sebaya. Kelas yang diberi metode drill juga terliha sama, siswa dalam kelas tersebut terlihat aktif karena guru selalu melibatkan siswa, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, meminta siswa untuk mengerjakan di depan kelas dan menjelaskannya.
43 Pembelajaran KTSP yang terjadi di kelas harus terjalin kerjasama antara guru dan siswa guna mewujudkan kompetensi siswa seperti yang telah ditetapkan. Guru menyampaikan materi dengan metode yang bervariasi serta menjadi fasilitator bagi siswa, dan siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga ada timbale balik guru dengan siswa. h. Orang Tua Keberhasilan siswa dalam belajar tidak lepas dari dukungan orang tua. Berikut petikan wawancara peneliti dengan siswa SMK Kristen Salatiga tentang bentuk dukungan orang tua terhadap belajar siswa. Petikan 21 P : Bagaimana bentuk dukungan orang tua untuk mendukung prestasi? S1 : Bukannya bagaimana ya, tapi orang tua tidak begitu mengerti, kita kan sudah SMK, jadi orang tua lebih percaya penuh dengan kita, dukungannya dalam bentuk doa dan materi. Belajar saja, jadinya inisiatif kita sendiri. Petikan 22 P : Dulu orang tua memberikan dukungan ke prestasi bagaimana? S2 : Meminta kita untuk belajar. Dulu waktu SMA kelas satu pernah mengikuti les matematika, bahasa inggris. Petikan 23 P : Selama ini, bagaimana bentuk dukungan orang tua yang diberikan untuk meningkatkan prestasi? S3 : Sekolah kita dibiayai, fasilitas komputer diberikan, kalau ada tugas perlu biaya, saya minta orang tua. Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan orang tua juga berperan dalam keberhasilan pembelajaran. Memberikan fasilitas, perhatian, dorongan dapat menumbuhkan semangat siswa untuk berprestasi. Salah satu karakteristik KTSP adalah peran orang tua dalam mendukung kegiatan belajar siswa. Dukungan dari orang tua menjadikan siswa merasa diperhatikan, sehingga akan tergerak
44 untuk berprestasi. Lain halnya jika orang tua tidak memberikan dukungan terhadap prestasi anak, maka siswa akan mencari perhatian dengan menimbulkan kegaduhan. Siswa SMK Kristen salatiga mendapat dukungan orang tua berupa fasilitas, perhatian, semangat untuk berprestasi. 2. Kendala-Kendala yang dialami Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berdasarkan KTSP di SMK Kristen Salatiga a. Kendala yang berkaitan dengan guru dalam pembelajaran matematika Berikut petikan wawancara dengan beberapa narasumber mengenai kendala yang berkaitan dengan guru. Petikan 24 P : Kendala dalam menyusun Silabus dan RPP? G1 : Karena saya bukan dari pendidikan, sebenarnya isi RPP apa saja, kemudian dalam menyusun silabus itu bagaimana, memang terus terang kesulitan, karena tidak dapat bekal dari kuliah, selama ini saya hanya tanya G1, G3, download, kalau tidak saya bertanya dengan guru dari SMK lain. Petikan 25 P : Kendala yang anda hadapi dalam menyusun RPP dan silabus? G2 : Silabus waktu nya sudah ditentukan dari sana, misalnya 36 jam. Waktu kita tidak sampai 36 jam, permasalahannya bagaimana menyesuaikannya itu, kita tahu kalau 1 kali pertemuan di kelas 2 x 45 menit, dan memadatkan materi itu yang kesulitan, setelah materi ini saya harus bagaimana. Saya berpikir, yang sering keluar di ujian nasional itu yang saya tekankan, sedangkan yang tidak sesuai dengan ujian nasional, kadang tidak begitu saya tekankan. Sedangkan, kendala dalam membuat RPP ada di pelaksanaannya yang tidak bisa tepat waktunya. Berdasarkan wawancara diatas, dapat terlihat bahwa guru masih mengalami kendala dalam menyusun RPP, selain itu guru juga kesulitan dalam mengelola kelas dan waktu tidak sesuai
45 dengan rencana pembelajaran, hal tersebut membuktikan bahwa guru perlu untuk meningkatkan kemampuan professionalnya. b. Kendala yang berkaitan dengan siswa dalam pembelajaran matematika Kendala ini berkaitan dengan ketidaksiapan anak mengikuti pembelajaran. Di bawah ini adalah petikan wawancaranya. Petikan 26 P : Selama ini ketika belajar, bisa dijelaskan kendala apa aja yang ditemui? S1 : Malas, seperti tidak ada kemauan. Kalau jujur saya itu anaknya lemah dalam berhitung, dulu pernah tes IQ, hasilnya saya lemah sekali di bidang berhitung, jadi saya kurang minat di berhitung, itu sebabnya saya seperti kurang minat di matematika, kimia, fisika. Tapi kalau saya focus memperhatikan, ternyata saya bisa. Kadang dalam hati bangga, senang, sampai teman-teman bilang “kok pinter ya” teman saya ada yang bilang seperti itu mbak, ternyata kalau memperhatikan saya bisa. Petikan 27 P : Apakah pernah mengalami kendala dalam mengikuti pembelajaran? S3 : Paling selama ini malas, kalau badan sedang tidak enak, pusing, jadi tidak bisa konsen, selain itu biaya paling menjelang tes itu. P : Cara mengatasi nya bagaimana kalau sudah malas? S3 : Biasanya menenangkan diri, menghilangkan stress, pusing ya dengan jalan-jalan dengan teman. Pelaksanaan pembelajaran KTSP menuntut siswa untuk aktif dalam PBM, guru hanyalah sebagai fasilitator. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan bahwa penyebab siswa yang mengalami kesulitan belajar ketika KBM adalah karena siswa tidak melakukan persiapan dengan baik dan minat siswa, hal tersebut tentu saja berdampak pada kelas, karena siswa tersebut mencari perhatian dengan membuat kegaduhan dalam kelas.
46 c. Kendala yang berkaitan dengan fasilitas pendukung dalam pembelajaran matematika Fasilitas pendukung merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Fasilitas yang memadai tentunya diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lancar. Petikan 28 P : Bagaimana persiapan dengan sarana dan prasarana? G4 : Untuk laboratorium, kita ada ketua-ketua lab yang nantinya bertanggung jawab mengurus lab, misalkan saja G2 sebagai ketua lab mengetik, memanggil tukang servis untuk menyervis mesin ketik. Sehingga ketika liburan selesai mesin ketik sudah siap di gunakan. Selain itu kita punya banyak lab, misalkan saja lab yang letaknya diatas ruang guru, lab multimedia yang dilengkapi dengan interet, kalau yang dibelakang ruang guru adalah lab khusus untuk pembelajaran komputer yang tidak ada kaitannya dengan internet, jadi mereka memanfaatkan excel, word, accses, kita punya 3 lab. Petikan 29 S1 : Ada, tapi tidak lengkap, misalnya aja busur, penggaris, papan berkotak yang untuk gambar, kalau misalnya membawa alat peraga geometri itu bisa diambil di kantor. Fasilitas di dalam kelas itu kurang spidol, kita harus membawa sendiri. Petikan 30 P : Bagaimana media yang disediakan sekolah? S1 : Cukup, sekarang begini, kadang ada temen yang tidak dapat komputer karena fasilitas komputernya kurang. Sampai ada siswa yang mengatakan seperti ini “wah percumah membayar mahal-mahal, tidak dapat komputer, lebih baik pulang saja”, pasti begitu, tapi ya reaksi gurunya biasa saja. Petikan 31 S3 : Sepertinya jarang, paling seperti penggaris untuk papan tulis, perlengkapan seperti busur, jangka yang di kelas saja sekarang sudah pada hilang.
47
Berdasarkan wawancara diatas dapat dikatakan bahwa perlengkapan kelas masih belum lengkap, misalnya busur, penggaris dan papan berkotak sehingga untuk menggambar grafik, bangun datar dan bangun ruang masih mengalami kesulitan. Selain itu, pemanfaatan multimedia dengan jaringan internet masih terbatas sekali, sehingga pemanfaatannya masih belum maksimal. d. Analisis data Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran matematika berdasarkan KTSP antara lain ada anak yang belum siap dalam melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan KTSP, sehingga yang mereka lakukan adalah menarik perhatian guru seperti tidur dikelas, tidak memperhatikan, dan berusaha untuk membuat kegaduhan dikelas. Kendala lain berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan KBM yang tidak berjalan sesuai dengan RPP yang dirancang guru tersebut. RPP yang telah disusun menjadi tidak sesuai dengan kenyataan, karena ada beberapa komponen dalam RPP yang terlewatkan, misalnya pretest, posttest, apersepsi, atau metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan rencana pembelajaran. Selain itu masih terdapat guru yang mengajar dengan menggunakan satu metode, yaitu metode ceramah. Hal ini dikarenakan guru menganggap siswa belum mampu untuk diajak berdiskusi. Guru juga belum memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan sekolah, misalnya LCD, Laptop sebagai media pembelajaran yang dapat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru juga mengalami kendala lain berkaitan dengan kemampuan guru dalam internet, kurangnya kemampuan guru dalam hal internet menjadikan guru takut untuk memberikan tugas yang berhubungan dengan internet. Padahal, di internet banyak terdapat hal-hal yang berkaitan dengan matematika, contohnya adalah materi pembelajaran, media pembelajaran, serta permainan matematika yang dapat dijadikan simulasi dalam proses pembelajaran. Terbatasnya fasilitas sekolah juga menjadi kendala yang dihaapi sekolah. Kendala ini berkaitan dengan
48 masalah pendanaan. Ada beberapa kelas yang perlengkapannya belum terpenuhi. 3. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala Guru, siswa, serta sekolah melakukan beberapa usaha untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi. Usaha yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Usaha Guru untuk mengatasi kendala KTSP merupakan kurikulum baru yang didalamnya menetapkan adanya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa yang siap terhadap hal itu tidak menjadi kendala, namun bagi siswa yang belum siap hal tersebut menjadi kendala. Kendala bagi siswa adalah juga kendala bagi guru. Untuk mengatasinya guru telah melakukan berbagai usaha, dibawah ini merupakan petikan wawancara dengan guru. Petikan 32 G1 : Paling sering ceramah, tugas kelompok, jadi mereka saya berikan masalah untuk nanti didiskusikan di kelompok, karena dengan begitu saya berpikir dalam 1 kelompok mereka bisa saling melengkapi, yang tidak mengerti bisa diajari oleh yang mengerti. Karena dengan penjelasan guru, terkadang siswa kurang mengerti, justru dengan teman sebayanya mereka jauh lebih mengerti. Petikan 33 P : Kalau menghadapi anak yang tidak peduli terhadap pelajaran matematika itu bagaimana? Cara mengatasi hal itu? G2 : Tentu saja ada anak yang seperti itu, yang dasar nya saja ia tidak bisa, kalau kita kembali ke belakang, tentu saja akan memakan waktu untuk mengajarinya. Sekarang materi yang saya punya saat ini, siswa butuh apa. Misalnya untuk materi sistem persamaan linear, berarti dia harus tahu terlebih dahulu konsep-konsep dasarnya, masih kurang memahami apa saja, jadi kita mengerti dan harus tetap mendekatinya, kalau siswa tetap tidak peduli, kita memberikan nilai dengan berat hati, kalau dia mulai aktif ada perubahan, kita bisa memberikan nilai tuntas, biarpun
49 berhati-hati pasti dengan ikhlas juga. Tapi kalau anak itu sudah tidak peduli, membuat tugas saja tidak mau, tetap saja kita yang harus aktif, sebenarnya guru hanya sebagai fasilitator, dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan semua tugas itu. Jadi tidak hanya membimbing, mendidik dan juga harus bisa mengarahkan. Berdasarkan wawancara diatas terlihat guru berusaha mengatasi perbedaan antara siswa yang siap dengan yang belum siap dalam menghadapi KTSP adalah dengan metode diskusi, siswa yang mampu membantu siswa yang belum mampu. Selain itu, guru juga memberikan pelayanan individual kepada siswa yang masih belum memahami materi pembelajaran ketika KBM berlangsung. Pelayanan individual menjadikan siswa nyaman dalam belajar, hal tersebut juga berguna untuk mengatasi perbedaan kemampuan pada siswa. b. Usaha Siswa untuk mengatasi kendala Siswa melakukan berbagai cara untuk mengatasi kendala yang dihadapi saat proses pembelajaran, berikut petikan wawancaranya. Petikan 34 P : Kalau kemarin saya dengar dari S1, guru kalau memberikan tugas banyak sekali ya, mulai dari biayanya, cara mengatasi nya bagaimana? S3 : Kalau saya sih tidak begitu saya pikirkan berlebihan, saya berpikir santai.Karena tugas sudah saya kerjakan terlebih dahulu, jadi tidak menumpuk banyak. Pertama kalau ada tugas aku kerjakan terlebih dahulu, nanti kalau ada halangan apa-apa baru bertanya teman, kerja kelompok, biasanya belajar kelompok kalau tidak dirumah saya, ya di tempat teman. Petikan 35 P : Menurut kamu menarik tidak pembelajarannya? S1 : Kalau dengan ceramah membosankan, kalau dibuat kelompok-kelompok diskusi dengan teman-teman tidak malu bertanya, tidak tegang, enak bisa sambil bercanda dan dijelaskan sedetail-detailnya.
50
Wawancara yang dilakukan dengan narasumber diatas dapat dilihat bahwa siswa berusaha untuk mengatasi berbagai kendala yang mereka hadapi ketika proses pembelajaran, salah satunya dengan bertanya dengan salah satu teman ketika ada materi yang tidak dimengerti siswa. Usaha lainnya yang dapat dilakukan siswa adalah dengan mengadakan belajar kelompok atau bertanya kepada guru secara langsung ketika mengalami kesulitan dalam belajar. c. Usaha sekolah untuk mengatasi kendala Sekolah mengatasi kendala dalam pelaksanaan KTSP dengan melakukan beberapa usaha. Berikut petikan wawancaranya. Petikan 36 P : Kendala dalam menyusun Silabus dan RPP? G1 : Karena saya bukan dari pendidikan, sebenarnya isi RPP itu apa saja, kemudian dalam menyusun silabus itu bagaimana, memang terus terang kesulitan, karena tidak dapat bekal dari kuliah. Saya mengetahui hal itu dari bertanya dengan G2, G3, download, kalau tidak saya tanya terlebih dahulu dengan guru dari SMK lain. P : Tapi selama ini dalam menyusun silabus bagaimana bu? G1 : Biasanya mengacu pada tahun kemarin. Berdasarkan wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa dalam pelaksanaan KTSP masih terdapat beberapa guru yang belum memahami KTSP, hal tersebut dikarenakan latar belakang guru yang bukan berasal dari pendidikan, namun usaha yang dilakukan guru tersebut adalah dengan bertanya langsung kepada senior dan wakil ketua bidang kurikulum, serta melakukan pendalaman dengan meminjam referensi dari sekolah berkaitan dengan KTSP. Masalah yang berkaitan dengan dana pengembangan dan penyediaan sarana prasarana, sekolah menyiasatinya dengan melakukan pembangunan secara bertahap.
51 D. Analisis Penelitian Proses pelaksanaan pembelajaran matematika yang berbasis KTSP merupakan proses pelaksanaan pembelajaran yang tujuannya untuk pembentukan kompetensi matematika pada siswa. Pembentukan kompetensi matematika pada siswa, dapat diperhatikan bukan hanya dari nilai siswa yang tinggi, akan tetapi jika siswa mampu memahami matematika dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah matematika serta mampu mengembangkan matematika dalam berbagai bidang. Siswa harusnya dapat mencapai kompetensi tersebut dengan cara guru melibatkan siswa secara langsung terhadap pembelajaran. Salah satu cara untuk melibatkan siswa terhadap pembelajaran adalah dengan siswa diajak untuk menemukan sendiri konsep matematika, siswa diminta untuk berpendapat tentang materi yang sedang dipelajari, serta siswa diminta dapat menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Keterlibatan siswa tersebut tentunya akan membuat siswa merasa memiliki pengalaman matematika yang tidak hanya sekedar menghafal rumus, akan tetapi siswa akan mampu menyerap ilmu yang mereka dapat, dan ilmu tersebut tentunya akan bertahan lama. Pembentukan kompetensi matematika siswa dapat pula didukung oleh berbagai hal, misalnya metode mengajar, penggunaan media pembelajaran, dan penilaian. Hal tersebut merupakan beberapa komponen yang saling terkait dan dapat memaksimalkan proses pembelajaran matematika berdasarkan kurikulum saat ini. Pelaksanaan KTSP yang berlaku di SMK Kristen salatiga dapat terlihat dari aktifitas yang dilakukan guru, siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru dalam melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, media pembelajaran yang berfariasi, sumber belajar berupa buku dan siswa melalui tutor sebaya, serta guru mampu untuk melakukan penilaian yang berdasarkan 3 ranah yakni kognitif, afektif, serta afektif. Sekolah juga melakukan berbagai cara untuk mensosialisasikan KTSP kepada guru, serta siswa yakni melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan dinas kota, rapat berkaitan dengan kurikulum yang berlaku, melaksanakan pembekalan kepada siswa berkaitan KTSP melalui kegiatan Masa Orientasi Siswa ketika penerimaan siswa baru. Pelaksanaan yang sudah berjalan di SMK Kristen
52 Salatiga tentu tak semudah dibayangkan karena baik guru, siswa maupun sekolah mengalami berbagai kendala. Usaha guru, siswa, maupun sekolah yang selama ini telah di lakukan untuk mengatasi kendala yang muncul dari pelaksanaan KTSP adalah guru mengatasi ketidaksesuaian waktu pembelajaran dengan berusaha untuk mengembangkan dan menyesuaikan materi ajar dengan waktu yang tersedia. Kendala dari siswa diatasi dengan mengadakan belajar kelompok dengan teman, serta bertanya pada guru secara langsung apabila ada kesulitan dalam belajar, sedangkan kendala dari sekolah yakni sarana dan prasarana diatasi dengan melakukan pembangunan secara bertahap. Cara untuk mensukseskan KTSP dapat dilakukan dengan berbagai hal, berikut akan dijabarkan temuan-temuan dalam penelitian, untuk kemudian di kaitkan dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang seharusnya dalam KTSP. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah sosialisasi tentang KTSP. Sekolah tentunya juga memainkan peranan penting di dalam proses pelaksanaan pembelajaran, peranan tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan sosialisasi terhadap kurikulum yang sedang berlaku saat ini. Berdasarkan hasil penelitian peneliti masih menemukan guru yang belum dapat memahami tentang KTSP kaitannya dengan karakteristik KTSP, penilaian KTSP, serta silabus yang merupakan komponen dari KTSP. Bentuk sosialisasi untuk guru dapat dilakukan dengan mengadakan seminar atau workshop berkaitan dengan KTSP. Baiknya workshop tersebut juga membahas tentang karakteristik, komponen, serta penilaian dalam KTSP. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengirimkan beberapa guru untuk mengikuti pelatihan kependidikan. Hasil dari pelatihan tersebut dapat disampaikan pula dengan guru-guru yang lain. Silabus juga merupakan komponen penting dalam KTSP. Silabus adalah penjabaran dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Silabus adalah pedoman atau acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yakni terbentuknya kompetensi pada siswa, apabila guru tidak memahami setiap komponen yang ada dalam silabus maka dapat menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Silabus harusnya dirancang sendiri oleh sekolah sesuai dengan potensi dan
53 karakter sekolah sehingga KTSP yang digunakan SMK Kristen Salatiga mempunyai ciri khas dan berbeda dengan sekolah lain. Penilaian yang ada dalam KTSP berbeda dengan penilaian kurikulum terdahulu yang hanya menekankan penilaian pada aspek kognitif. Penilaian dalam KTSP memperhatikan pada tiga aspek, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. KTSP juga menghendaki adanya pretest, posttest, dan remidi bagi siswa yang belum tuntas. Pretest merupakan upaya untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, dengan pretest guru dapat mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa. Berdasarkan apa yang ditemui peneliti guru di SMK Kristen belum melakukan pretest, oleh karenanya guru sebaiknya mulai mengadakan pretest karena dengan adanya pretest secara tidak langsung siswa akan terdorong untuk belajar pada malam sebelumnya, selain itu tentu akan mempermudah proses pemahaman siswa karena siswa sudah membaca sebelumnya. Posttest adalah tes kemampuan setelah penyajian materi. Tujuan diadakan posttest untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat memahami materi yang telah dipelajarinya. Hasil yang didapat dari postteset dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk pembelajaran hari itu. Soal posttest pun tidak perlu banyak jumlahnya, akan tetapi harus dapat mengukur kompetensi siswa. Siswa juga memainkan posisi sentral dalam proses pembelajaran matematika, sehingga sekolah perlu melibatkan siswa dalam sosialisasi tersebut. Sosialisasi dapat dilakukan disela-sela Kegiatan Belajar Mengajar atau dapat dilakukan di awal tahun pelajaran, yakni guru menyampaikan peraturan dalam KBM berkaitan dengan KKM, penilaian dalam pembelajaran, serta kegiatan siswa yang kaitannya dengan metode mengajar guru. Sosialisasi tersebut dapat pula dilakukan ketika MOS (Masa Orientasi Siswa), tujuannya tentu agar siswa tidak hanya mengerti tentang KTSP, akan tetapi dapat memahami KTSP. Langkah-langkah tersebut ditempuh agar siswa siap dengan pembelajaran berbasis KTSP. Langkah kedua yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, mengajak siswa aktif sehingga mempunyai pengalaman belajar matematika. Hal tersebut erat kaitannya dengan proses pembentukan kompetensi. Proses pembentukan kompetensi dapat dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, sehingga melalui keaktifan tersebut siswa akan mampu mengembangkan kompetensinya secara optimal.
54 Proses pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat pula dilakukan dengan penggunaan metode pembelajaran oleh guru. Salah satu metode pembelajaran yang mengajak siswanya untuk aktif adalah metode kooperatif, metode penemuaan terbimbing. Guru dapat pula melakukan pendekatan kontekstual, Problem Based Learning (PBL), Pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru membantu siswa untuk menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari serta dapat mengajak siswa untuk berpikir kritis. Langkah ketiga adalah evaluasi terhadap pelaksanaan KTSP. Evaluasi tersebut adalah terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru, yang erat kaitannya dengan kompetensi guru, kesiapan siswa, kesiapan sumber belajar, media dan sarana pendukung lainnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kompetensi professional guru masih belum maksimal, oleh karena itu sekolah perlu untuk mengambil langkah mengatasi hal tersebut. Langkah terakhir yang dapat dilakukan adalah dengan pemenuhan kebutuhan sarana pendukung pembelajaran. Di SMA Kristen Salatiga masih ada beberapa sarana yang belum lengkap, misalnya laboraturium matematika. Laboraturium tersebut tentu akan membantu dan mendukung siswa dalam belajar dan bekerja matematika, namun jika pemenuhan laboraturium tersebut elum terlaksana, guru tentunya dapat mengajak siswa untuk berkunjung ke sekolah atau universitas terdekat yang mempunyai laboraturium. Pemenuhan yang lain adalah alat tulis yang berkaitan dengan matematika, misalnya penggaris, busur, jangka, dan papan berkotak. Guru tentu harus memberikan contoh yang benar untuk membuat lukisan yang berkaitan dengan alat-alat tersebut, misalnya menggambar lingkaran, segitiga, bangun ruang, bangun datar, serta hal lain yang berkaitan. Guru tentunya akan kesulitan apabila tidak ada alat yang dapat digunakan untuk mencontohkan apa yang akan dipelajari, hal tersebut akan berdampak pada siswa, karena siswa akan kesulitan dalam memahami materi. Beberapa fasilitas tersebut merupakan fasilitas pendukung bagi guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran sehingga tidak monoton dan dapat mengikuti perkembangan yang ada. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dilakukan secara bertahap mengingat pendanaan yang ada, namun demikian sebaiknya sekolah membuat skala prioritas kebutuhan yang harus dipenuhi.