BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Penelitian dilakukan di kelas IV SDN Watuagung 01 pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 14 siswa pada mata pelajaran IPS, dengan materi pokok “Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”. a. Motivasi Siswa Kondisi Awal Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, peneliti ingin mengetahui kondisi awal motivasi belajar siswa kelas IV SDN Watuagung 01 dengan menyebarkan angket. Hasilnya terdapat pada tabel 4.1
Kategori
Tabel 4.1 Tingkat Motivasi Siswa Pada Kondisi Awal Rentan Nilai Frekuensi
Prosentase
ST
123-231
5
36%
T
114-122
1
7%
S
105-113
3
21%
R
96-104
3
21%
SR
87-95
2
15%
14
100%
Jumlah
Dari tabel diatas kondisi awal motivasi belajar siswa dapat dideskripsikan bahwa siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi berjumlah 5 anak (36%), siswa yang memiliki motivasi tinggi berjumlah 1 anak (7%), siswa yang memiliki motivasi sedang berjumlah 3 anak (21%), siswa yang memiliki motivasi rendah berjumlah 3 anak (21%) dan siswa yang memiliki motivasi sangat rendah berjumlah 2 anak (15%).
36
37
b.
Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal Sebelum diadakan tindakan hasil belajar siswa kelas IV SDN Watuagung
01 masih banyak yang belum tuntas. Ketuntasan klasikal belajar siswa kelas 4 pada mata pelajaran IPS hanya 36% dengan nilai rata-rata 54. Hal ini belum sesuai dengan tujuan yang akan dicapai pada setiap kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau jauh dari ketuntasan belajar pada mata pelajaran IPS yaitu 65. Hasil belajar IPS selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Watuagung 01 Pra Siklus No
Ketuntasan
Frekuensi
Prosentase
1
Tuntas
5
36%
2
Tidak tuntas
9
64%
Jumlah
14
100%
Nilai tertinggi
70
Nilai terendah
30
Rata-rata
54
Berdasarkan tabel 4.2 ketuntasan siswa sebelum diadakan tindakan hanya ada 5 siswa yang tuntas dan 9 siswa yang tidak tuntas. Dengan hasil nilai tertinggi yaitu 70 dan nilai terendah 30 yang terpaut cukup jauh. Rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Watuagung 01 dikarenakan siswa kurang termotivasi saat proses KBM dan minimnya penggunaan model pembelajaran
serta proses belajar yang lebih
menekankan guru untuk berceramah serta membatasi kreativitas siswa yang membuat siswa menjadi jenuh. Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar pra siklus dijadikan sebagai sampel penelitian. Penelitian dilakukan dengan 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving.
38
4.1.2 Siklus I Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut: a.
Perencanaan Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan pertemuan pertama
ini adalah mempersiapkan instrumen, alat dan bahan untuk penelitian agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal dengan berdasarkan hasil evaluasi pra siklus sebagai acuan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV. b.
Pelaksanaan Tindakan
1). Pertemuan Pertama Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 16 april 2013 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Kegiatan Awal Pertemuan pertama ini berlangsung pada jam ke 3-4 sebelum pelajaran dimulai berdo’a terlebih dahulu, kemudian guru memberi salam dan mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya kepada siswa: ”pada minggu sebelumnya siswa belajar tentang materi apa?” setelah kegiatan itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. b. Kegiatan Inti 1. Setelah suasana kelas tenang, guru meminta siswa membuka buku Ilmu Pengetahuan Sosial tentang pokok bahasan/materi perkembangan teknologi produksi 2. Siswa menyimak penjelasan guru secara singkat tentang materi perkembangan teknologi produksi. 3. Siswa memperhatikan gambar alat-alat produksi. 4. Siswa maju menyebutkan dan menunjukan satu nama alat produksi. 5. Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang pengertian produksi.
39
6. Siswa dengan bimbingan guru membentuk 3 kelompok secara heterogen dengan jumlah murid untuk tiap kelompok 4-5 orang. 7. Guru membagikan tugas untuk tiap kelompok. 8. Setiap kelompok berdiskusi dan mengerjakan tugas. 9. Anggota dalam kelompok saling membantu untuk menguasai dan memahami materi pelajaran. 10. Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. 11. Siswa mengerjakan pertanyaan secara individu 12. Guru menghitung nilai kelompok, dan nilai kuis/pertanyaan individu. 13. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memperoleh skor tertinggi. c. Kegiatan Akhir Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa dilanjutkan dengan tindak lanjut serta mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
Observasi Kegiatan observasi dilakukan dengan mengamati aktivitas belajar murid, dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran serta pemerolehan belajar murid. Dari hasil observasi yang dilakukan selama berlangsungnya siklus I pertemuan 1, data tentang aktivitas belajar murid dan guru serta pemerolehan belajar murid terlihat belum begitu banyak menunjukkan perubahan dimana siswa masih terlihat bosan dan kurang mengerti dengan materi yang dipelajari serta kurangnya partisipasi siswa dalam kelompoknya.
Refleksi dan Tindak Lanjut Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus 1 pertemuan pertama pada tanggal 16 april 2013 terdapat 5 siswa yang tuntas dan 9 siswa yang belum tuntas pada mata pelajaran IPS kelas IV dengan pokok bahasan mengenal
40
perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 1 pertemuan pertama siswa masih terlihat bosan dan kurangnya partisipasi siswa dalam kelompoknya 64% siswa belum tuntas belajar. Hal tersebut dikarenakan kurangnya interaksi siswa dengan teman sekelompoknya dan interaksi siswa dengan guru yang belum optimal dalam proses pembelajaran. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus 1 pertemuan pertama, rata-rata nilai belum mencapai KKM (65) maka akan diperbaiki dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 1 pertemuan kedua agar hasil belajar siswa yang dicapai secara optimal. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki atau menindak lanjuti pembelajaran pada siklus berikutnya antara lain dengan cara : memotivasi siswa dengan memberi pujian ketika siswa menjawab pertanyaan dengan benar.
2). Pertemuan Kedua Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 20 april 2013 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Kegiatan Awal Pertemuan kedua siklus 1 ini berlangsung pada jam ke 1-2 sebelum pelajaran dimulai berdo’a terlebih dahulu, kemudian guru memberi salam dan mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya kepada siswa sebagai apersepsi: ”pernahkah kalian menulis surat atau mengirim sms teman atau keluarga?” setelah kegiatan itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. b. Kegiatan Inti 1. Siswa menyimak penjelasan guru secara singkat tentang perkembangan teknologi komunikasi. 2. Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang alat komunikasi pada masa lalu dan masa kini.
41
3. Siswa dengan bimbingan guru dibagi menjadi 3 kelompok secara heterogen beranggotakan 4-5 orang.. 4. Guru membagikan LKS dan tugas untuk tiap kelompok. 5. Setiap kelompok mendiskusikan dan mengerjakan tugas tersebut dengan teman satu kelompok. 6. Anggota dalam kelompok saling membantu untuk menguasai dan memahami materi pelajaran. 7. Anggota kelompok yang sudah menguasai dan memahami materi pelajaran diminta menjelaskan pada anggota kelompoknya sampai anggota dalam kelompok memahami. 8. Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya didepan kelas. 9. Siswa mengerjakan pertanyaan secara individu. 10. Guru menghitung nilai kelompok, dan nilai kuis/pertanyaan indvidu. 11. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok. c. Kegiatan Akhir Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa dilanjutkan dengan tindak lanjut serta mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
Observasi Siswa sudah mulai menikmati pembelajaran dan terlihat lebih santai dalam berinteraksi dengan guru maupun teman dalam kelompoknya meskipun masih ada beberapa siswa yang terlihat masih canggung untuk mengeluarkan pendapat dalam kelompok.
Refleksi dan Tindak Lanjut Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus 1 pertemuan kedua terdapat 8 siswa yang tuntas dan 6 siswa belum tuntas belajar, sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran, diketahui
42
bahwa selama guru mengajar pada pembelajaran siklus 1 pertemuan kedua siswa sudah aktif akan tetapi beberapa siswa tingkat keaktifannya masih kurang dan perhatian siswa dalam materi pembelajaran kurang serta masih ada 43% siswa belum tuntas belajar. Hal tersebut dikarenakan masih ada beberapa siswa yang enggan mengeluarkan pendapat dalam kelompoknya dan lebih cenderung timpang karena ada yang lebih dominan berpendapat. Untuk menindak lanjuti dilakukan cara memotivasi siswa agar berani dalam berpendapat dalam diskusi kelompok
3). Hasil Tindakan/Penelitian Data temuan pelaksananan tindakan siklus I Dari temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus I. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus I yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.3 Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Watuagung 01 Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Problem Solving Siklus I No Ketuntasan
Frekuensi
Prosentase
1
Tuntas
8
57 %
2
Tidak tuntas
6
43 %
Jumlah
14
100%
Nilai tertinggi
75
Nilai terendah
40
Nilai rata-rata
62
Terlihat bahwa nilai rata-rata siswa dalam kelas terjadi peningkatan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Problem Solving dimana nilai rata-rata pra siklus yaitu 57 pada mata pelajaran IPS kelas IV meningkat menjadi 62 pada siklus 1. Jumlah siswa yang tuntas belajarnya pada
43
pra siklus hanya 5 siswa meningkat menjadi 8 siswa yang tuntas pada siklus I dengan nilai tertinggi mencapai 75. Hasil Refleksi Dari hasil pembelajaran IPS di kelas IV SDN Watuagung 01 pada siklus pertama dinyatakan belum berhasil. Nilai yang diperoleh pada siklus I yaitu 75 yang merupakan nilai tertinggi dan nilai terendah yaitu 40 dengan nilai rata-rata 62. Sebanyak 8 anak yang mencapai nilai KKM dan masih ada 6 anak yang belum mencapai atau memenuhi nilai KKM. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai. Setelah melakukan diskusi dengan
observer
dapat
diketahui
faktor
penyebab
kurang
berhasilnya
pembelajaran yang telah dilakukan di siklus I yaitu: 1. Pertemuan pertama pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD Problem Solving tidak efektif karena saat pembagian kelompok siswa cenderung memilih-milih sehingga siswa tidak berkonsentrasi dalam pembelajaraan karena merasa tidak nyaman dengan anggota kelompok yang heterogen. 2. Siswa malu untuk menyampaikan pendapatnya dan kesulitan dalam menjelaskan materi pembelajaran kepada anggota kelompoknya sehingga pada siklus kedua guru harus lebih dapat merangsang siswa untuk berani berbicara dengan anggota kelompoknya secara aktif. 3. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I yaitu 57% meningkat dibandingkan ketuntasan belajar sebelum diadakan tindakan yaitu 36% dengan nilai rata-rata siklus I yang mencapai 62 sedangkan sebelum diadakan tindakan yaitu 54. Namun hal tersebut belum berhasil karena nilai ketuntasan belum mencapai 80% sehingga masih perlu diadakan siklus kedua dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving.
44
4.1.3 Siklus II Praktek pembelajaran dilaksanakan dengan pokok bahasan mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Siklus II ini dilakukan melalui dua pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan Hasil refleksi pada siklus I dengan observer menjadi salah satu pertimbangan untuk melaksanakn pembelajaran yang lebih baik lagi. Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan pertemuan pada siklus II ini adalah dengan mempersiapkan instrumen, alat dan bahan untuk penelitian agar efektifitas pembelajaran dapat meningkat dibandingkan dengan siklus I b. Pelaksanaan Tindakan 1). Pertemuan Pertama Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 22 April 2013 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Kegiatan Awal Pertemuan pertama siklus II ini berlangsung pada jam ke 1-2 sebelum pelajaran dimulai berdo’a terlebih dahulu, kemudian guru memberi salam dan mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya kepada siswa sebagai apersepsi: ”masih ingatkah kalian pengertian komunikasi?” setelah kegiatan itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. b. Kegiatan Inti 1. Siswa menyimak penjelasan guru secara singkat tentang keuntungan teknologi komunikasi dari masa lalu dan masa kini. 2. Siswa memperhatikan gambar alat-alat komunikasi. 3. Siswa maju menyebutkan dan menunjukkan satu nama alat komunikasi masa lalu dan masa kini berserta keuntungannya. 4. Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang keuntungan teknologi komunikasi dari masa lalu dan masa kini. 5. Siswa dengan bimbingan guru dibagi menjadi 3 kelompok secara heterogen beranggotakan 4-5 siswa.
45
6. Guru membagikan LKS dan tugas untuk tiap kelompok. 7. Setiap kelompok mendiskusikan dan mengerjakan tugas tersebut dengan teman satu kelompok. 8. Anggota dalam kelompok saling membantu untuk menguasai dan memahami materi pelajaran tentang keuntungan teknologi komunikasi dari masa lalu dan masa kini. 9. Anggota kelompok yang sudah menguasai dan memahami materi pelajaran tentang keuntungan teknologi komunikasi dari masa lalu dan masa kini diminta menjelaskan pada anggota kelompoknya sampai anggota dalam kelompok memahami. 10. Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. 11. Murid mengerjakan pertanyaan secara individu. 12. Guru menghitung nilai kelompok, dan nilai kuis/pertanyaan individu. 13. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok. c.
Kegiatan Akhir Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan yang telah
dilakukan. Kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa dilanjutkan dengan tindak lanjut serta mengadakan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan.
Observasi Siswa sulit memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran kepada anggota kelompoknya yang belum mengerti.
Refleksi dan Tindak Lanjut Berdasarkan observasi dan analisis hasil tes pada siklus II pertemuan pertama terdapat 10 siswa yang tuntas dan 4 siswa belum tuntas belajar. Hal tersebut menunjukan adanya peningkatan hasil belajar yang cukup baik namun tindak lanjut dalam siklus ke II pertemuan kedua nilai siswa harus meningkat lagi.
46
2). Pertemuan Kedua Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 25 April 2013 melalui beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Kegiatan Awal Pertemuan kedua siklus II ini berlangsung pada jam ke terakhir, sebelum pelajaran dimulai berdo’a terlebih dahulu, kemudian guru memberi salam dan mengabsen siswa. Untuk mengawali pembelajaran guru bertanya kepada siswa sebagai apersepsi: ”siapa yang pernah mengunjungi/mudik didesa nenek kalian, nah biasanya kalian menggunakan kendaraan apa?” setelah kegiatan itu guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan. b. Kegiatan Inti 1. Siswa menyimak penjelasan guru secara singkat tentang teknologi transportasi. 2. Siswa memperhatikan gambar alat-alat transportasi. 3. Siswa maju menyebutkan dan menunjukkan satu nama alat transportasi. 4. Siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang teknologi transportasi. 5. Siswa dengan bimbingan guru dibagi menjadi 3 kelompok secara heterogen beranggotakan 4-5 siswa. 6. Guru membagikan LKS dan tugas untuk tiap kelompok. 7. Setiap kelompok mendiskusikan dan mengerjakan tugas tersebut dengan teman satu kelompok. 8. Anggota dalam kelompok saling membantu untuk menguasai dan memahami materi pelajaran tentang teknologi transportasi. 9. Anggota kelompok yang sudah menguasai dan memahami materi pelajaran tentang
teknologi
transportasi
diminta
menjelaskan
pada
anggota
kelompoknya sampai anggota dalam kelompok memahami. 10. Perwakilan setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. 11. Murid mengerjakan pertanyaan secara individu. 12. Guru menghitung nilai kelompok, dan nilai kuis/pertanyaan individu. 13. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok.
47
c.
Kegiatan Akhir Dalam pertemuan kedua ini diadakan tes untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman materi yang sudah diajarkan.
Observasi Siswa sudah antusias mengikuti pembelajaran, tidak ada siswa yang ribut, semua siswa aktif dalam kerja kelompok dan siswa berani mengungkapkan pendapatnya.
Refleksi Bardasarkan observasi dari pelaksanaan siklus II dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah sangat antusias, aktif dan saling berlomba-lomba menjadi yang terbaik dibandingkan saat pembelajaran siklus I, hal ini terjadi karena siswa sudah mengerti dan terlibat langsung ladam proses pembelajaran dari awal hingga akhir dimana setiap siswa terlibat dan harus berperan aktif dalam tiap kelompok maupun secara individu. Hasil dari tindakan siklus II diperoleh hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV meningkat. Sehingga dapat dinyatakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS. Hasil tersebut menunjukan adanya kebenaran pernyataan dari Eni Fuji Astute (2012) dan Nanik Badriyah (2009) bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving siswa akan lebih mudah untuk memahami materi pembelajaran yang disampaikan karena siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran.
3). Hasil Tindakan Penelitian Data Temuan Pelaksanaan Tindakan Siklus II Hasil analisis angket motivasi belajar pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut:
48
Tabel 4.4 Hasil Analisis Angket Motivasi Belajar Pada Siklus I dan II Kategori
Rentan Nilai
Frekuensi
Prosentase
ST
120-130
10
72%
T
109-119
2
14%
S
98-108
1
7%
R
87-97
0
0%
SR
76-86
1
7%
14
100%
Jumlah
Dari tabel siklus I dan II motivasi belajar siswa dapat dideskripsikan bahwa siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi ada 10 anak (72%), siswa yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 2 anak (14%), siswa yang memiliki motivasi sedang ada 1 anak (7%), siswa yang memiliki motivasi rendah tidak ada (0%), dan siswa yang memiliki motivasi sangat rendah sebanyak 1 anak (7%). Pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua siklus II diakhir pembelajaran diadakan tes/evaluasi untuk mengukur ketuntasan belajar siswa. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Data Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Watuagung 01 Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Problem Solving Siklus II No
Ketuntasan
Frekuensi
Prosentase
1
Tuntas
12
86%
2
Tidak tuntas
2
14%
Jumlah
14
100%
Nilai tertinggi
85
Nilai terendah
45
Nilai rata-rata
72
49
Berdasarkan tabel diatas nilai rata-rata siswa kelas IV SDN Watuagung 01 pada siklus II yaitu 72 meningkat dibandingkan nilai rata-rata pra siklus yaitu 57 dan siklus I yaitu 62. Jumlah siswa
yang tuntas belajarnya pada siklus II
meningkat menjadi 12 siswa, sementara pada pra siklus hanya 5 siswa dan siklus I yaitu 8 siswa. Tabel 4.5 menunjukan bahwa perolehan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Watuagung 01 dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving pada siklus II dengan jumlah siswa yang nilainya ≥ 65 atau yang memenuhi KKM sudah terlihat sangat meningkat. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II sudah mencapai standar atau dapat dikatakan berhasil karena nilai ketuntasannya sudah mencapai 86%. Dari data tersebut dapat diperoleh informasi bahwa yang telah tuntas pada siklus II sebanyak 12 siswa dari 14 jumlah keseluruhan siswa kelas IV SDN Watuagung 01 atau setara dengan 86%. Maka dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving berhasil seperti yang dikatakan oleh Nanik Badriyah (2009).
4.2 Hasil Analisis Data 4.2.1 Data Temuan perbandingan Ketuntasan Motivasi
Tabel 4.6 Perbandingan Ketuntasan Angket Motivasi Pra Siklus dan Siklus II No
Motivasi Belajar
Pra Siklus
Siklus II
Frekuensi
Prosentase
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Tinggi
5
36%
10
72%
2
Tinggi
1
7%
2
14%
3
Sedang
3
21%
1
7%
4
Rendah
3
21%
0
0%
5
Sangat Rendah
2
15%
1
7%
50
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa motivasi siswa pada kondisi awal yang sangat dan tinggi ada 6 orang siswa, siklus II ada 12 siswa. Dan motivasi siswa pada pra siklus yang termotivasi sedang, rendah dan sangat rendah ada 8 siswa, siklus II siswa yang motivasi sedang dan sangat rendah ada 2 siswa.
4.2.2 Data Temuan perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Watuagung 01 pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran koopertaif tipe STAD problem solving mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata prosentase ketuntasan belajar setiap siklus. Analisis data antar siklus dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Watuagung 01 Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II N
Ketuntasan
o
Pra siklus
Siklus 1
Siklus 2
Frekue
Prosent
Frekue
Prosent
Frekue
Prosent
nsi
ase
nsi
ase
nsi
ase
1
Tuntas
5
36%
8
57%
12
86%
2
Tidak tuntas
9
64%
6
43%
2
14%
Jumlah
14
100%
14
100%
14
100%
Nilai tertinggi
70
75
85
Nilai terendah
30
40
45
Nilai rata-rata
54
62
72
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar dari pra siklus sampai siklus I. Nilai yang mencapai KKM dari pra siklus yang berjumlah 5 siswa meningkat disiklus II menjadi 12 siswa dari 14 siswa. Hal tersebut menunjukan adanya peningkatan hasil belajar IPS tiap siklus setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving seperti yang dikatakan oleh Eni Fuji Astuti (2012).
51
Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan kelas dilaksanakan mengalami peningkatan dari nilai rata-rata 54 dengan ketuntasan klasikal 36% siswa tuntas dan setelah dilaksanakan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving dalam pembelajaran rata-rata siklus I
menjadi
62 dengan
ketuntasan belajar 57% siswa tuntas. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 72 dengan ketuntasan klasikal mencapai 86% siswa tuntas hasil belajarnya.
4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari sebelum tindakan (pra siklus) , tindakan siklus I dan II terbukti bahwa pembelajaran memerlukan kompetensi yang tinggi dari seorang guru. Dari hasil observasi sebelum tindakan siswa yang termotivasi belajar sangat sedikit dan hasil belajar IPS siswa sangat rendah, hal ini disebabkan dari berbagai masalah yang dihadapi siswa. Dari beberapa kajian teori mengenai pembelajaran,
yang paling
menentukan keberhasilan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran itu meliputi cara memilih model pembelajaran, strategi, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving pertemuan pertama siklus I guru kesulitan saat harus mengambil keputusan ketika siswa enggan berdiskusi karena merasa tidak cocok berada dalam anggota kelompoknya sehingga pada pertemuan berikutnya guru harus bisa memberi arahan yang baik kepada siswa agar bisa menerima setiap anggota kelompoknya tanpa harus memilih-milih. Pertemuan kedua siklus I guru harus berhadapan dengan permasalahan yang timbul karena siswa menjadi pasif, siswa kesulitan saat harus menjelaskan materi kepada anggota kelompoknya yang belum mengerti di tambah lagi siswa merasa canggung saat harus berpendapat didalam kelompoknya. Pada pertemuan pertama siklus II siswa mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving, mereka sudah mau
52
menerima anggota kelompoknya tanpa memilih-milih dan tidak segan lagi saat harus berpendapat serta tidak canggung saat harus menjelaskan kembali materi pelajaran yang telah dipelajari. Pertemuan kedua siklus II terlihat sangat jelas siswa sudah menikmati pembelajaran, siswa terlihat lebih aktif dan nilai mereka mengalami peningkatan yang signifikan. Maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving yang dilakukan guru pada siswa kelas IV SDN Watuagung 01dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Begitu juga dengan motivasi siswa, sebelum di lakukan tindakan masih sangat kurang namun setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Problem Solving terjadi adanya peningkatan motivasi di dalam pembelajaran. Siswa yang sebelumnya pasif menjadi aktif karena terbiasa dengan model pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk berani berpendapat dan berkerja dalam kelompok.