BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Karimunjawa merupakan gugusan pulau yang terdiri dari dua puluh tujuh pulau yang mana hanya dihuni lima pulau di antaranya, yaitu Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Genting, Pulau Parang, dan Pulau Nyamuk. Secara geografis, Kepulauan Karimunjawa terletak empat puluh lima mil atau delapan puluh tiga kilometer di sebelah utara Pulau Jawa, tepatnya di antara 5º40’ - 5º57’ Lintang Selatan dan 110º04’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah dan merupakan kecamatan yang terdiri dari tiga desa, yaitu Karimunjawa, Kemojan, dan Parang. Pada awalnya Taman Nasional Karimunjawa ditetapkan sebagai Cagar Alam Laut pada tanggal 9 April 1996 melalui Surat keputusan Menteri Kehutanan No. 123/Kpts-II/1986. Selanjutnya kawasan ini diubah penetapannya menjadi Taman Nasional Karimunjawa melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.78/Kpts-II/1999 seluas 111.625 ha yang meliputi 110.117,30 ha kawasan perairan dan 1.507,70 ha kawasan darat. Pada tahun 2001, seluruh kawasan perairan di Taman Nasional Karimunjawa ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam perairan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.74/Kpts-II/2001. Kepulauan Karimunjawa dibagi menjadi dua yaitu Wilayah Taman Nasional Karimunjawa dan Wilayah luar Taman Nasional Karimunjawa. 49
Taman Nasional Laut Karimunjawa merupakan kawasan unggulan yang dimasukkan ke dalam Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 15 Tahun 2004 oleh Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, tentang Rencana
Induk
Pengembangan Pariwisata/RIPP Jawa Tengah. Taman Nasional Karimunjawa yang merupakan satu- satunya taman nasional laut di Propinsi Jawa Tengah saat ini dikelola oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan. Berdasarkan Permenhut No. P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007, Balai Taman Nasional Karimunjawa tergolong balai taman nasional tipe B yang terdiri atas empat bagian yaitu Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Kemujan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Karimunjawa dan Kelompok Jabatan Fungsional PEH dan Polisi hutan. Balai Taman
Nasional
Karimunjawa
mempunyai
tugas
pokok
melaksanakan
pengelolaan ekosistem Taman Nasional Karimunjawa dalam rangka konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Selaku pengelola, Balai Taman Nasional mempunyai sebelas fungsi pengelolaan yang salah satu diantaranya adalah fungsi penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan taman nasional. Berdasarkan UU No.5 tahun 1990, kawasan taman nasional dapat dimanfaatkan untuk aktivitas penelitian,
ilmu pengetahuan,
pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Sejak penunjukan kawasan ini sebagai kawasan perlindungan alam, kawasan ini sudah secara luas dima nfaatkan 50
untuk kegiatan pariwisata, pendidikan, penelitian dan pelatihan. Keanekaragaman hayati yang tinggi menjadikan kawasan ini sebagai laboratorium alam yang ideal bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Jawa Tengah. Berbagai lembaga penelitian, civitas akademika maupun pelajar baik dari mancanegara maupun nusantara memanfaatkan kawasan ini sebagai objek penelitiannya. Di sisi lain, keindahan alam dan keaslian ekosistem yang ada di Taman Nasional Karimunjawa membuat kawasan ini ditetapkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Jawa Tengah. Bahkan secara nasional kawasan ini ditetapkan sebagai daerah tujuan wisata sekunder di Indonesia. Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Jepara terus berusaha untuk meningkatkan kunjungan wisata ke kawasan ini.
4.1.1 Potensi Pariwisata Kepulauan Karimunjawa Potensi kekayaan alam yang dimiliki Kepulauan Karimunjawa adalah sebagai berikut: 1. Obyek wisata alam di darat Keindahan pasir putih yang bisa dinikmati hampir di semua pulau dan keindahan perbukitan Karimunjawa yang jarang dijamah oleh manusia. 2. Obyek wisata bahari Keindahan
kehidupan
bawah
laut
yang
indah
menawan,
keanekaragaman ekosistem biota laut seperti aneka ikan dengan dua ratus sembilan puluh spesies, tujuh spesies kima, tiga spesies penyu, serta keindahan terumbu karang yang menawan untuk dipandang. 51
3. Obyek wisata pendidikan Pembudidayaan rumput laut, penangkaran penyu dan budidaya kerapu. 4. Obyek wisata budaya Keanekaragaman suku budaya di Karimunjawa yang terdiri dari suku Jawa, Bugis, Mandar, Buton, Madura, Munak, Luwu, dan Bajo menarik untuk diamati. 5. Obyek wisata religi Makam Sunan Nyamplungan dan Sumur Wali di Pulau Parang dan pesta Lomban di pantai Ujung Gelam.
4.1.3 Profil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah yang berkedudukan di Jl. Pemuda 136 Semarang – Jawa Tengah memiliki fungsi sebagai berikut: 1. Perumusan kebijakan teknis bidang kebudayaan dan pariwisata 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kebudayaan dan pariwisata 3. Pembinaan dan fasilitasi bidang kebudayaan dan pariwisata lingkup propinsi dan kabupaten/kota 4. Pelaksanaan tugas di bidang sejarah, kepurbakalaan dan permuseuman, nilai budaya, seni dan film, pengembangan destinasi pariwisata, dan pemasaran pariwisata
52
5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporang bidang kebudayaan dan pariwisata 6. Pelaksanaan kesekretariatan Dinas 7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, Kepala Dinas dibantu oleh: 1. Sekretariat 2. Bidang Kesejarahan dan Kepurbakalaan 3. Bidang Nilai Budaya, Seni dan Film 4. Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata 5. Bidang Pemasaran a. Seksi Pengembangan Pasar mempunyai tugas untuk mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pengembangan
pelaksanaan
pedoman
pasar
meliputi
perencanaan
penerapan
pemasaran,
penetapan pelaksanaan
penyusunan data base dan karakteristik pasar, pelaksanaan analisis pasar untuk menetapkan arah pengembangan, pemeliharaan dan pemulihan pasar di dalam dan luar negeri, pelaksanaan penyusunan strategi pemasaran kebudayaan dan pariwisata, pelaksanaan survey dan kajian potensi kebudayaan dan pariwisata. b. Seksi Sarana Pemasaran mempunyai tugas untuk mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di 53
bidang sarana pemasaran meliputi pengumpulan dan penyusunan database
untuk
pengadaan
sara
pemasaran,
pengadaan
dan
pemeliharaan sarana pemasaran, pembuatan brosur/leaflet/booklet, majalah, banner, touchscreen dan sarana pemasaran lainnya serta pemeliharaannya, pengelolaan sistem informasi pemasran, penyediaan dan pendistribusian informasi produk kebudayaan dan pariwisata kepada pusat pelayanan informasi dan public. c. Seksi Promosi mempunyai tugas mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan bidang promosi meliputi penyelenggaraan widyawisata, penetapan pedoman partisipasi dan penyelenggaraan
pameran,event
budaya
dan
pariwisata,
peserta/penyelenggara pameran/event, road show, penerapan branding pariwisata dan penetapan tagline pariwisata. Bidang
Pemasaran
mempunyai
tugas
mempersiapkan
perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan pasar, sarana pemasaran dan promosi. 6. Bidang UPTD 7. Kelompok Jabatan Fungsional
4.1.3.1 Tugas dan Fungsi 1. Sekretariat 2. Bidang Kesejarahan dan Kepurbakalaan 3. Bidang Nilai Budaya, Seni dan Film 54
4. Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Bidang ini memiliki tiga seksi yaitu seksi pengembangan produk pariwisata, seksi usaha pariwisata, seksi pengembangan sumber daya manusia. Seksi pengembangan produk pariwisata bertugas untuk melakukan mengembangkan destinasi wisata yang mana meliputi pelaksanaan kerja sama internasional maupun antar propinsi. Sementara seksi usaha pariwisata melakukan tugasnya dalam membina usaha, menyelenggarakan usaha pariwisata hingga memberikan ijin usaha pariwisata skala propinsi. Sedangkan seksi pengembangan sumber daya manusia berkewajiban untuk mengembangkan sumber daya manusia untuk mengelola kebudayaan dan pariwisata skala propinsi. 5. Bidang Pemasaran Bidang
Pemasaran
mempunyai
tugas
mempersiapkan
perumusan
kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengembangan pasar, sarana pemasaran dan promosi a. Seksi Pengembangan Pasar mempunyai tugas untuk mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang
pengembangan
pelaksanaan
pedoman
pasar
meliputi
perencanaan
penerapan
pemasaran,
penetapan pelaksanaan
penyusunan data base dan karakteristik pasar, pelaksanaan analisis pasar untuk menetapkan arah pengembangan, pemeliharaan dan pemulihan pasar di dalam dan luar negeri, pelaksanaan penyusunan
55
strategi pemasaran kebudayaan dan pariwisata, pelaksanaan survey dan kajian potensi kebudayaan dan pariwisata. b. Seksi Sarana Pemasaran mempunyai tugas untuk mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang sarana pemasaran meliputi pengumpulan dan penyusunan database
untuk
pengadaan
sara
pemasaran,
pengadaan
dan
pemeliharaan sarana pemasaran, pembuatan brosur/leaflet/booklet, majalah, banner, touchscreen dan sarana pemasaran lainnya serta pemeliharaannya, pengelolaan sistem informasi pemasran, penyediaan dan pendistribusian informasi produk kebudayaan dan pariwisata kepada pusat pelayanan informasi dan public. c. Seksi Promosi mempunyai tugas mempersiapkan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan bidang promosi meliputi penyelenggaraan widyawisata, penetapan dan pedoman partisipasi dan penyelenggaraan
pameran,event
budaya
dan
pariwisata,
peserta/penyelenggara pameran/event, road show, penerapan branding pariwisata dan penetapan tagline pariwisata. 6. Unit Pelaksana Teknis Dinas. 7. Jabatan Fungsional
4.1.4 Profil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara yang berkedudukan di Jl. AR. Hakim 151 Jepara memiliki struktur sebagai berikut: 56
Bagan 4.1.4 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara KEPALA DINAS
BAGIAN TATA USAHA
JABATAN FUNGSIONAL
SUB BAGIAN PERENCANAAN DAN EVALUASI
BIDANG PENGEMBANGAN / PENGELOLAAN PARIWISATA DAN BUDAYA
SEKSI PENGEMBANGAN / PENGELOLAAN PARIWISATA
SUB BAGIAN UMUM
BIDANG PENGEMBANGAN KARIMUNJAWA
1. 2. 3.
UPTD OW PANTAI KARTINI DAN PULAU PANJANG UPTD OW PANTAI BANDENGAN UPTD OW PANTAI BENTENG PORTUGIS DAN AIR TERJUN SONGGOLANGIT
SEKSI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KR. JAWA
SEKSI PEREKONOMIAN MASYARAKAT KR. JAWA
SEKSI PROMOSI PARIWISATA
SEKSI SOSIAL BUDAYA
SEKSI PROMOSI KR. JAWA
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara
Di bawah ini merupakan penjabaran tugas dari masing-masing jabatan yang tercantum di dalam struktur organisasi di atas, yaitu sebagai berikut: 1. Kepala Dinas Memiliki tugas untuk memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2. Sekretaris 3. Bidang Pengembangan dan Pengelolaan Pariwisata. 57
Memiliki tugas untuk melaksanakan upaya pengembangan, pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan serta pengawasan sarana prasarana dan obyek wisata, industri, promosi dan informasi wisata. Fungsi: a.
Penyiapan bahan rencana dan program kerja bidang pengembangan, pengelolaaan dan sarana promosi pariwisata serta informasi usaha pariwisata
b.
Pelaksanaan pengumpulan, pengolahaan dan penyusunan data base untuk pengembangan, pengelolaan pariwisata dan pengadaan sarana promosi dan informasi usaha pariwisata
c.
Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana dan program kerja dibidang pengembangan , pengelolaan dan satana promosi serta informasi usaha pariwisata
d.
Pengembangan, pembangunan dan pengelolaan sarana prasarana dan obyek wisata serta usaha pariwisata
e.
Pemeliharaan dan pengawasan sarana prasarana wisata dan obyek wisata
f.
Pelaksanaan, pembinaan usaha pariwisata dan perijinan usaha pariwisata
g.
Pelaksanaan analisis pasar untuk menetapkan arah pengembangan, pengealolaan pariwisata
58
h.
Pengadaan dan pemeliharaan sarana promosi serta pembuatan brosur/leaflet, majalah, buku legenda, kalender dan baliho serta partisipasi dan penyelenggaraan pameran/ event bidang pariwisata
i.
Pelayanan dan penyelenggara administrasi dan bimbingan teknis dibidang pengembangan, pengelolaan dan promosi serta informasi pariwisata.
j.
Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan
k.
Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan Tugas dan Fungsi.
Seksi Promosi dan informasi usaha pariwisata memiliki tugas untuk melakukan pengumpulan, penganalisaan dan penyusunan rencana program serta pelaksanaan kegiatan promosi dan informasi usaha pariwisata Fungsi: a. Penyiapan bahan rencana dan program kerja sarana promosi dan informasi usaha pariwisata b. Pelaksanaan pengumpulan , pengolahan dan penyusunan data base untuk pembuatan sarana promosi dan informasi usaha pariwisata c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama bidang promosi dan informasi usaha pariwisata lingkup Dinas d. Pelaksanaan dan pelayanan administrasi dan bimbingan teknis bidang promosi dan informasi usaha pariwasata
59
e. Pengadaan, pembuatan dan pemeliharaan sarana promosi serta informasi usaha pariwisata meliputi pembuatan brosur/leaflet, majalah, buku legenda, kalender dan sarana promosi informasi lainnya f. Peserta/ penyelenggara pameran dan event yang menunjang pariwisata g. Pengelolaan sistem informasi promosi h. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan i.
Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
sesuai
dengan Tugas dan Fungsi. 4.
Bidang Pengembangan Karimunjawa Memiliki tugas untuk melaksanakan upaya pengembangan paeriwisata kepulauan Karimunjawa dan untuk melaksanakan kegiatan, penyusnan, evaluasi dan pelaporan bidang sosial budaya dan perekonomian masyarakat kepulauan Karimunjawa dalam rangka menunjang pariwisata. Fungsi : 1. Penyiapan bahan rencana kegiatan dan program kerja bidang pengembangan Karimunjawa dalam rangka menunjang pariwisata 2. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana dan program kerja pengembangan karimunjawa lingkup Dinas 3. Penyusunan rencana program kerja pengembangan industri dan perdagangan masyarakat karimunjawa dan pelaksanaan pembinaan perekonomian masyarakat karimunjawa dalam rangka menunjang pariwisata
60
4. Penyelenggaraan
pengembangan
karimunjawa
dalam
rangka
menunjang pariwisata meliputi Wisata tirta, wisata alam , wisata budaya dan wisata minat khusus 5. Pelaksanaan
analisa
dan
evaluasi
pelaksanaan
pengembangan
karimunjawa dalam rangka menunjang pariwisata 6. Pembinaan dan pelatihan kelompok paguyuban dan pelaku wisata dalam rangka menunjang pariwisata 7. Penyelenggaraan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan serta pelestarian warisan budaya, nilai tradisi kepulauan karimunjawa dalam rangka menunjang pariwisata 8. Pelaksanaan dan pelayanan administrasi dan bimbingan teknis bidang pengembangan karimunjawa 9. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan 10. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan Tugas dan Fungsi. 5. Bidang Kebudayaan
4.1.5 Profil Humas Sekretariat Daerah Jepara Kabupaten Jepara dipimpin oleh Bupati yang mana dibantu oleh Sekretariat Daerah, sedangkan divisi Humas berada di bawah Asisten Pemerintahan. Di bawah ini merupakan rincian posisi Sekretariat Daerah yang membantu Bupati untuk memberikan gambaran di mana posisi Humas di dalam struktur organisasi tersebut, yaitu sebagai berikut: 61
a. Sekretaris Daerah b. Asisten Pemerintahan, membawahi : 1) Bagian Tata Pemerintahan, membawahi : a) Sub bag Pemerintahan Umum b) Sub bag Pemerintahan Desa c) Sub bag Pertanahan 2) Bagian Hukum, membawahi : a) Sub bag Perundang-undangan; b) Sub bag Bantuan, Dokumentasi Hukum dan Hak Asasi Manusia c) Sub bag Pengkajian dan Evaluasi Produk Hukum Daerah dan Desa. 3) Bagian Hubungan Masyarakat, membawahi : a) Sub bag Media Massa b) Sub bag Publikasi dan Dokumentasi c) Sub bag Telematika c. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, membawahi : 1) Bagian Pembangunan, membawahi a) Sub bag Program Pembangunan b) Sub bag Pengendalian Pembangunan c) Sub bag Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 2) Bagian Perekonomian, membawahi : a) Sub bag Badan Usaha Milik Daerah dan Perbankan; b) Sub bag Ekonomi Daerah; c) Sub bag Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. 62
3) Bagian Kesejahteraan Masyarakat, membawahi : a) Sub bag Kesejahteraan dan Kesehatan Masyarakat; b) Sub bag Keagamaan; c) Sub bag Pendidikan dan Seni Budaya. d. Asisten Administrasi, membawahi : 1) Bagian Organisasi dan Kepegawaian, membawahi: a) Sub bag Kelembagaan b) Sub bag Ketatalaksanaan c) Sub bag Pendayagunaan Aparatur Daerah dan Kepegawaian 2) Bagian Keuangan, membawahi: a) Sub bag Anggaran; b) Sub bag Perbendaharaan dan Kas Daerah c) Sub bag Akuntansi dan Verifikasi 3) Bagian Perlengkapan, membawahi : a) Sub bag Perencanaan dan Pengadaan b) Sub bag Distribusi dan Pemeliharaan c) Sub bag Administrasi Asset Daerah. 4) Bagian Umum, membawahi : a) Sub bag Protokol b) Sub bag Tata Usaha dan Santel c) Sub bag Rumah Tangga. e. Jabatan Fungsional
63
Sekretariat Daerah mempunyai tugas pokok dan kewajiban membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Sekretariat DPRD, Staf Ahli Bupati, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, Kecamatan dan Kelurahan. Untuk melaksanakan tugasnya Sekretariat Daerah harus berfungsi sebagai berikut: a. penyusunan kebijakan pemerintahan daerah; b. pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah; c. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah daerah; d. pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah; dan e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Peneliti tidak akan menjelaskan masing-masing dari tugas dan fungsi dari bagian di dalam Sekretariat Daerah, karena yang menjadi fokus penelitian dari Peneliti adalah Bagian Humas saja. Bagian Humas yang terdiri dari Sub bag Media Massa, Publikasi dan Dokumentasi, dan Telematika dipimpin oleh Kepala Bagian Humas yang bernama Bapak Hadi Priyanto. Sub Bagian Media Massa memiliki tugas mengumpulkan bahan dan menyusun rancangan pedoman / petunjuk pelaksanaan serta melakukan transformasi informasi dan komunikasi melalui media massa cetak elektronik dan media luar ruang milik Pemerintah Daerah, penyusunan materi informasi kebijakan Pemerintah Daerah, melakukan koordinasi pemberitaan Daerah dan 64
membina usaha perfilman dan video komersial, fasilitasi pengembangan kualitas insan pers serta melakukan kerjasama dengan media massa dan penyampaian hak jawab. Untuk melaksanakan tugasnya, bagian Media Massa memiliki fungsi sebagai berikut: a. Perencanaan, evaluasi dan laporan dibidangnya b. Pengumpulan dan pengolahan data dibidangnya c. Penyusunan rancangan pedoman / petunjuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan di bidangnya d. Penyajian bahan kebijakan pimpinan e. fasilitasi transformasi informasi melalui media massa f. pelaksanaan desiminasi informasi nasional g. koordinasi wartawan, redaksi dan media massa h. pemberian hak jawab Pemerintah Daerah atas pemberitaan media massa i. pelayanan informasi Kebijakan Daerah kepada masyarakat j. fasilitasi dan koordinasi kegiatan kehumasan di daerah k. penyajian pemberitaan daerah l. koordinasi dan fasilitasi pengembangan kemitraan media skala Daerah m. monitoring usaha-usaha perfilman dan rekaman video komersial n. penyelenggaraan penerbitan daerah o. penyelenggaraan kegiatan administrasi Sub Bagian Media Massa
65
p. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Humas sesuai tugas dan fungsinya
Sub Bagian Dokumentasi dan Publikasi memiliki tugas mengumpulkan bahan dan menyusun dokumentasi serta publikasi kegiatan-kegiatan dan kebijakan Pemerintahan Daerah dan menyelenggarakan layanan informasi dan publikasi massa. Untuk melakukan tugasnya, Sub Bagian Dokumentasi dan Publikasi memiliki fungsi sebagai berikut: a. Perencanaan, evaluasi dan laporan di bidangnya b. Pengumpulan dan pengolahan data di bidangnya c. Penyusunan rancangan pedoman / petunjuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan di bidangnya d. Penyajian bahan kebijakan Pimpinan e. Penyusunan dokumentasi Daerah f. Fasilitasi publikasi kegiatan pemerintah daerah g. Fasilitasi dan penyelenggaraan pameran h. Koordinasi dan fasilitasi pemberdayaan komunikasi sosial skala Daerah ; i. Fasilitasi dan pemberdayaan komunikasi sosial; j. Publikasi kegiatan Pemerintahan Daerah; k. Pelaksanaan koordinasi kegiatan-kegiatan di bidangnya; l. Penyelenggaraan kegiatan administrasi Sub Bagian Dokumentasi dan Publikasi; 66
m. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Humas sesuai tugas dan fungsinya.
Sub Bagian Telematika merupakan bagian terakhir dari Bagian Humas. Sub bagian ini memiliki tugas dalam melakukan distribusi data serta pembinaan informatika di daerah.
4.2
Hasil Penelitian Setelah Peneliti melakukan kunjungan dan melakukan wawancara terhadap
delapan orang sumber yang dianggap memiliki informasi mengenai program komunikasi yang dilakukan selama ini terhadap Kepulauan Karimunjawa, maka Peneliti mendapatkan kesimpulan yang mana akan dirangkum dalam sub bab di bawah ini.
4.2.1
Program
Komunikasi
Pemerintah
Daerah
Dalam
Mengkomunikasikan Karimunjawa Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki keindahan menakjubkan dan tak dapat dibandingkan dengan Negara lainnya. Begitu halnya dengan
Karimunjawa
yang
merupakan
sebagian
kecil
dari
Indonesia.
Karimunjawa merupakan kepulauan eksotis dengan keindahan pantai, alam bawah lautnya dan banyaknya spesies yang tinggal di laut tersebut. Dalam rangka untuk mengetahui program komunikasi yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam mengkomunikasikan Karimunjawa, maka Peneliti 67
melakukan penelitian terhadap tiga organisasi yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara dan Sekretariat Daerah Jepara.
4.2.2
Analyzing The Situation Humas Sekretariat Daerah Jepara mengaku bahwa tidak pernah melakukan
analisa peluang dan kendala dalam mengembangkan Kepulauan Karimunjawa. Kendala yang banyak dihadapi menurut Bapak Hadi Priyanto 55 yang adalah Kepala Seksi Humas Sekretariat Daerah Jepara adalah sebagai berikut: ”Karimun Jawa?,
, misalnya di Bappeda ada satu tentang Karimun Jawa, tentang pengembangan Karimun Jawa, pemetaan Karimun Jawa itu untuk apa, , tapi memang kalau Humas ga pernah melakukan... .” Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Trenggono56 selaku Kepala Seksi Pelayanan Informasi dan Pemasaran Produk Wisata, seperti di bawah ini. Nara Sumber Trenggono: Sudah dilakukan beberapa bahkan ada kajian2 yang nanti bisa dikomunikasikan dengan eee… sebagian program dan juga dengan kajian2 tetang keberadaan pengembangan pariwisata karimun jawa, ada.. ada.. tapi tidak disini, karena ada bidang yang mengatur bagian program itu.. Peneliti: kira2 hasilnya gimana pak mengenai itu? Nara Sumber Trenggono: hasilnya adalah rekomendasi2 yang ke depan.. intinya begitu.. rekomendasi2 yang harus dilakukan untuk pengembangan karimun jawa.. nanti secara detailnya ada bagiannya. Namun, Bapak Hadi Priyanto57 mendeskripsikan mengenai kendala sarana dan prasarana yang dialami oleh Karimunjawa.
55
Hasil wawancara dengan Bapak Hadi Priyanto pada tanggal 31 Agustus 2010.
56
Hasil wawancara dengan Bapak Trenggono pada tanggal 2 Juli 2010
68
”Hal yang pertama memang dari sisi sarana mmmm, sarana yang harus menghubungkan Karimunjawa dengan Pulau Jawa itu memang masih sangat terbatas. Yang ada adalah Kapal Kartini, kapal cepat yang berangkatnya tidak... tiap hari.” ”walaupun homestay di sana cukup banyak, walaupun hotel di sana cukup banyak tetapi memang, mmmm... dari sisi penataan, itu memang seluruhnya belum tertata dengan baik. Ketika komunikasi dilakukan ke mancanegara atau kemudian ke nasional tapi kesiapan dari infrastruktur pariwisatanya, obyekobyek wisatanya, itu belum tertata dengan baik. Itu itu akan menjadi kendala ya, kendala karena ketika orang berkunjung ke sana, kalo dia tidak puas, dia akan bercerita ke banyak orang, bahwa Karimun Jawa tidak cukup enak untuk dikunjungi, bahwa Karimun Jawa tidak cukup ramah untuk dikunjungi. ” ”Dari sisi kegiatan, biaya yang disediakan tidak banyak untuk mempromosikan Karimun Jawa. Mmmm... Mungkin di kami itu hanya ada lima puluh juta itu hanya ada untuk seluruh obyek.” Sedangkan Bapak Trenggono58 selaku Kepala Seksi Pelayanan Informasi Pariwisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah memberikan persepsi bahwa Karimunjawa merupakan obyek wisata minat khusus sehingga tidak banyak orang yang mengetahuinya, ditambah dengan adanya fakta bahwa transportasinya susah. “Ke karimunjawa itu adalah salah satu wisata minat khusus. Orang-orang yang tidak mempunyai minat khusus, yang tidak memiliki jiwa petualang saya kira tidak… tidak akan, mereka melakukan perjalanan ke sana. Bagaimana kalau kita misalnya perjalanan dari Semarang ke Karimunjawa kita memerlukan waktu sekitar tiga setengah jam.” Lain halnya yang dikatakan oleh Bapak Budi Krisnanto59 mengenai kendala yang dihadapi dalam mengkomunikasikan Karimunjawa. Beliau menuturkan bahwa hingga saat ini tidak ada kendala merintang dalam usaha untuk
57
Ibid.
58
Hasil wawancara dengan Bapak Trenggono pada tanggal 2 Juli 2010
59
Hasil wawancara dengan Bapak Budi Krisnanto pada tanggal 31 Agustus 2010
69
mengkomunikasikan Karimunjawa, beliau bahkan mengatakan bahwa setiap acara yang diselenggarakan selalu sukses. “sementara ini belum ada kendala, selama ini yang dilakukan belum ada kendala dalam penyampaian promosi atau memasarkan wisata Karimun Jawa kepada yang saya ceritakan tadi”. Kecuali untuk publikasi, kendala yang menurut Bapak Budiyanto60 masih menjadi masalah adalah fasilitas akomodasinya yang masih terbatas dan transportasinya yang tidak tersedia setiap hari
“…kami menjual Karimun Jawa hanya itu karena fasilitas akomodasi perhotelan masih terbatas, kemudian pasar hiburan belum ada, masih-masih seperti itu, kalau transportasi ya Semarang sana 3,5 jam itu pun tidak setiap hari, karena gangguannya macem-macem, kalau dari Jepara kapal Muria itu kan bisa setiap hari ya, nah itu kendala transportasi itu…” Selain itu, Peneliti juga mendapatkan pernyataan Bapak Budiyanto61 di surat kabar Kompas yang menyatakan bahwa belum semua kepala daerah memprioritaskan sektor pariwisata dalam rencana pembangunan daerah. "Pola pikir setiap kepala daerah tidak sama. Banyak yang tidak tahu jika dampak pengembangan wisata sangat banyak." Sejalan dengan apa yang diungkapkan secara panjang lebar oleh Bapak Budi Krisnanto
60
mengenai kendala
yang dihadapi dalam
mengkomunikasikan
Hasil Wawancara dengan Bapak Budiyanto pada tanggal 30 Agustus 2010
61
Den, Han, Egi. (2010, 17 Mei). Pariwisata Belum Jadi Prioritas. Kompas [online] Diakses pada tanggal 28 Agustus 2010 dari http://travel.kompas.com/read/2010/05/17/15304083/Pariwisata.Belum.Jadi.Prioritas.
70
Karimunjawa, demikian pula yang dikatakan oleh Bapak Budiyanto62 sebagai Kepala Seksi Bidang Pemasaran. “Kalau promosi kan ga ada kendala ya.” Berbeda dengan pernyataan Bapak Budiyanto, melalui program komunikasi yang dikirimkan lewat email yang terlampir dalam Lampiran 4, Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah63 telah melakukan riset secara keseluruhan terhadap ruang lingkupnya yaitu Jawa Tengah dan mendapatkan hasil analisa bahwa kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya jumlah bahan/sarana informasi kebudayaan dan pariwisata Jawa Tengah 2. Kurangnya macam/jenis informasi kebudayaan dan pariwisata di Jawa Tengah 3. Lemahnya kerja koordinasi program pemasaran antar pelaku pariwisata, pemerintah, dan masyarakat 4. Kurang terkenalnya Jawa Tengah sebagai Daerah Tujuan Wisata di pasar luar negeri 5. Lemahnya promosi pariwisata Jawa Tengah secara bersama (promosi masih berjalan sendiri-sendiri.
62 63
Budiyanto, loc. cit., Program Kerja Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara. 2010
71
Bapak Trenggono64 menggambarkan bahwa
Karimunjawa memiliki
keunikam dari alam hingga budayanya serta banyaknya kegiatan yang dapat dilakukan di Karimunjawa. “Keberadaan Karimunjawa itu, eh… pertama kealamannya, alaminya. Dari segi alaminya, tapii… di sana juga ada nilai2 budayanya. Jadi… di sana itu selain alamnya, alam laut terutama. Tapi ada dua, jadi alam laut itu pun ada marine dan sub marine. Jadi, marine itu kegiatan yang dilakukan di permukaan, sedangkan sub marine itu adalah kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan di dalam laut seperti diving, snorkeling, dan lain-lainnya. Itu yang menjadi daya tarik.” “ya.. kendalanya hanya untuk membangun aja.. kalau masalah uang ya misalnya keterbatasan brosur kan mungkin bisa jg kami kerja sama dengan teman lainnya ya pihak ketiga misalnya untuk bisa mendukung gitu.. tapi kalau misalnya dia perlu.. maksud kami audio visual itu juga memberikan gambaran secara... ya secara visual lah kebanyakan” Bapak Trenggono65 juga menjelaskan dengan lugas bahwa tidak ada kendala yang berarti dalam mengkomunikasikan Karimunjawa baik secara langsung kepada wisatawan maupun secara nasional ataupun internasional karena sudah terbentuk hubungan dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata pusat di Jakarta. “…untuk sementara ini ndak ada kendala-kendala dan kami dari tourist informationnya tak ada kendala2 yang ee.. lintasan, karena kan sama-sama kita menjual, sama-sama teruntungkan, antara kami.. kamipun juga mengelink dengan temen2 tourist information yang ada di Jepara yang dikelola oleh dinas kebudayaan dan pariwisata Jepara.. jadi kita punya link juga disana bahkan kami juga punya link juga dengan departemen pariwisata di eee.. kementerian kebudayaan dan pariwisata di Jakarta untuk bisa istilahnya mengkomunikasikan, mempromosikan tentang eee karimun jawa secara nasional maupun internasional.. eeee... sudah kami bangun link link tersebut dan selama ini juga tidak ada kendala…”
64
Hasil Wawancara dengan Bapak Trenggono pada tanggal 2 Juli 2010
65
Ibid.
72
Bapak Restiono66 mengungkapkan bahwa ada dua kemungkinan mengapa keunikan Karimunjawa masih kurang tersebar di kalangan masyarakat. Yang pertama, kemungkinan karena taktik komunikasi yang dilakukan kurang gencar, sedangkan kemungkinan kedua adalah tidask ada ketertarikan dari masyarakat untuk mengunjungi Karimunjawa. “…ya ada dua kemungkinan, promosi kita kurang kan itu jawabannya, kedua memang orang tidak tertarik dengan Karimun Jawa, kan bisa jadi begitu, kalau pertanyaan gitu orang tidak mengenal Karimun Jawa ya bisa jadi kita mengkomunikasikannya kurang gencar, itu satu. Terus kedua juga orang apa… tidak tertarik dengan Karimun Jawa Gitu, kan gampang saja jawabannya…”
Karimunjawa merupakan kepulauan yang unik dan masih sedikit orang yang mengetahui keberadaannya sehingga membuat media seperti stasiun televisi mau datang meliput tanpa diundang seperti yang dituturkan oleh Bapak Hadi Priyanto 67. ”untung karena potensinya besar, sehingga media-media ini memang kami tidak harus blocking time, mereka otomatis datang ke sana untuk meliputnya kayak Trans7, Trans tv, Indosiar, itu mereka datang ke sana, tidak harus ada undangan.”
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah juga memiliki Divisi Humas, namun divisi tersebut tidak melakukan program komunikasi untuk Karimunjawa saja, melainkan semua obyek wisata yang merupakan ruang lingkup
66
Hasil wawancara dengan Bapak Restiono pada tanggal 2 Juli 2010.
67
Hasil Wawancara dengan Bapak Hadi Priyanto pada tanggal 31 Agustus 2010
73
dari Jawa Tengah seperti yang dikatakan oleh Bapak Yogi68 sebagai Humas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah. “… secara langsung kita tidak ya, karena secara langsung itu sudah ditangani bidang masing-masing seperti promosi, Bidang Pemasaran, lalu untuk destinasinya sudah ada sendiri, kita cuma membantu dalam hal publikasi saja, seperti program pemerintah seperti apa yang destinasi, nanti ada permasalahan seperti apa kita sampaikan ke media, cuma untuk seperti itu saja, jadi untuk ke dalamnya sudah bagian sendiri-sendiri…” Selain itu, Peneliti mendapatkan data bahwa pernah dilakukan penelitian terhadap peluang dan kendala oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Jawa Tengah terhadap Karimunjawa pada tahun 2006. Penelitian tersebut memiliki beberapa perumusan masalah seperti kendala yang tengah dihadapi oleh Karimunjawa adalah transportasi dan penginapannya yang kurang memadai karena baru tersedia di Desa Karimunjawa, sedangkan desa-desa lain yang jauh dari pusat kecamatan sama sekali belum tersedia penginapan. Di samping itu, hasil penelitian menemukan bahwa keberadaan kelompok pengelola pariwisata di Kepulauan Karimunjawa sudah ada, hal ini ditunjukkan dengan adanya pelaku wisata dan pengelola kawasan lindung Balai Taman Nasional Karimunjawa. Namun fungsi pengelolaan belum optimal, karena masing-masing pihak selama ini melakukan aktifitas sendiri-sendiri, sehingga tampak belum adanya kerjasama dan koordinasi. Pemerintah mempunyai program tersendiri di mana pelaku wisata tidak tahu menahu, sebaliknya pelaku wisata sangat berharap uluran tangan dari pihak luar dalam peningkatan kunjungan tamunya. Sebenarnya masyarakat telah menjalankan kegiatan/bisnis wisata, tetapi 68
Hasil Wawancara dengan Bapak Yogi pada tanggal 30 Agustus 2010
74
umumnya kegiatan wisata baru sebatas mata pencaharian alternatif, karena kebanyakan mereka adalah nelayan dan petani maupun buruh industri. Sedangkan potensi dari Karimunjawa menurut hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Potensi sumber daya alam Kepulauan Karimunjawa yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna tinggi dank has dengan lima tipe ekosistem utama, yaitu ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, dan rumput laut, ekosistem mangrove, ekosistem hutan pantai, dan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang masih terjaga dan alami. 2. Kepulauan Karimunjawa sangat potensial untuk kegiatan ekowisata terutama ekowisata bahari, seperti diving, snorkeling, berenang, memancing, berlayar, selancar air, ski air, dan kegiatan lainnya, antara lain di Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil, Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil, Pulau Kembar, Pulau Burung, Pulau Geleang, dan daerah perairan Karang Kapal serta pulau-pulau lainnya. 3. Wisata darat dapat dilakukan di aeral camping ground di daerah Legon Lele. Wisata tracking ke Bukit Bendera, Bukit Gajah, Legon Goprak, Bukit Tengkorak dan Nyamplungan 4. Wisata religious/sejarah dan budaya berupa ziarah ke makam Sunan Amir Hasan atau Sunan Nyamplungan di Dukuh Nyamplungan di Lereng Gunung Bendera di Pulau Karimun, juga makam dua orang syekh penyebar agama Islam di Pulau Parang. Wisata budaya yang menawarkan berbagai corak 75
rumah/pemukiman adat suku Bugis yang masih aslih di Desa Kemujan (dusun Batu Lawang). 5. Wisata perjalanan dari Pulau Menjangan Besar (karamba ikan Hiu, Kerapu Batu, Barakuda) menuju Pulau Menjangan Besar yang pemandangannya masih asli. 6. Wisata alam di Pulau Parang memiliki tanah subur selain juga dikelilingi dengan daerah karang tepi yang bisa terlihat dari permukaan air. Satwa langka di Karimunjawa terutama di Pulau Burung (Junai mas, Elang laut, Elang laut Perut Putih, Sula sula, burung Dara laut, dan burung Kuntul), Penyu hijau, dan Penyu sisik dengan daerah peneluran di Pulau Sintok. 7. Pulau Menyawakan yang dikelola oleh pihak swasta yaitu Kura Kura Resort, dengan fasilitas lengkap, antara lain: cottage, speed boat, jet ski, paket menyelam, kolam renang di tepi laut, dan lain sebagainya. Di pulau Karimun terdapat dua buah resor sejenis, yaitu Nirwana Resort dan Dewandaru Resort yang lokasinya relative dekat dengan pusat kota. 8. Di Karimunjawa telah terdapat pelaku dan pengelola pariwisata: dua buah hotel melati, pondok wisata (homestay), persewaan kapal/angkutan, pemandu wisata, kelompok nelayan dan budidaya rumput laut, pengrajin dan penjual cinderamata, produk perikanan serta kelompok pelindung swasta. 9. Perjalanan wisata ke Kepulauan Karimunjawa dapat dilakukan melalui laut dengan menggunakan Kapal Ferry Muria dan Kapal Ferry Kartini I dan juga kapal-kapal nelayan, sedangkan perjalanan melalui udara dapat menggunakan 76
pesawat jenis Cassa 212 milik maskapai penerbangan Deraya Air Service dengan lama tempuh sekitar satu jam perjalanan.
4.2.3
Analyzing The Organization Dalam melakukan analisa ini, Peneliti perlu mengetahui apakah kegiatan
komunikasi untuk Karimunjawa yang dilakukan oleh pemerintah daerah didukung dari pemerintah pusat. Berdasarkan dari hasil wawancara yang Peneliti lakukan beberapa waktu lalu, Peneliti mendapatkan fakta bahwa pemerintah pusat tidak memberikan
dukungan
penuh
kepada
pemerintah
daerah
untuk
mengkomunikasikan Karimunjawa secara gencar. Hal ini diketahui Peneliti melalui pernyataan dari Bapak Restiyono69 di bawah ini yang menyatakan bahwa untuk
mengkomunikasikan
dan
mempromosikan
potensi
obyek
wisata
Karimunjawa yang merupakan bagian dari Jawa Tengah, anggaran yang disediakan tidaklah cukup untuk mengakomodir semuanya. “Nilai promosi di sini kalau kita lihat nilainya se-Jawa Tengah yang begitu luas, kita kan memasarkan Jawa Tengah, bukan kabupaten, tidak sekedar Karimun Jawa. Dinas Pariwisata itu harus memasarkan atau mempromosikan Jawa Tengah, dengan anggaran katakanlah 1 milyar tersebut tetap kurang, 2 milyar tetap kurang, 3 milyar ya tetap kurang, karena luasannya kan banyak sekali, potensi objeknya cukup besar.” Pernyataan Bapak Restiyono70 sebagai Seksi Pengembangan Pasar dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah dikonfirmasi oleh Bapak Hadi
69
Hasil Wawancara dengan Bapak Restiono pada tanggal 2 Juli 2010
70
Hasil Wawancara dengan Bapak Hadi Priyanto pada tanggal 31 Agustus 2010
77
Priyanto yang mana Humas dari Sekretariat Daerah Jepara bahwa biaya yang dianggarkan tidak banyak untuk mempromosikan Karimunjawa. ”Dari sisi kegiatan, biaya yang disediakan tidak banyak untuk mempromosikan Karimun Jawa. Mmmm... Mungkin di kami itu hanya ada lima puluh juta itu hanya ada untuk seluruh obyek.” Lain halnya dengan Bapak Trenggono71 yang adalah Kepala Seksi Pelayanan Informasi dan Pemasaran Produk Wisata. Beliau mengungkapkan bahwa sebagai bagian dari Jawa Tengah, Karimunjawa merupakan bagian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, sehingga tidak hanya dikomunikasikan tapi juga dipromosikan. “…Pasti. Apapun karena Karimun Jawa adalah bagian dari kawasan Jawa Tengah untuk kebudayaan dan pariwisata adalah bagian kami untuk dapat mengkomunikasikan, tidak hanya sekedar mengkomunikasikan tapi bisa mempromosikan agar Karimun Jawa juga menjadi salah satu destinasi yang bisa dikunjungi oleh wisatawan...” Menurut
Pak
Trenggono72,
organisasi
mendukung
untuk
mengkomunikasikan Karimunjawa terlihat dari Tourism Information Centre yang didirikan di beberapa lokasi di Indonesia termasuk Jawa Tengah yang memiliki enam Tourism Information Centre. “…Mmmm untuk istilahnya mempromosikan, kami tadi sudah saya sampaikan di depan, kita di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memiliki enam Tourism Information. Fungsi Tourism Information adalah mempromosikan potensi budaya dan pariwisata Jawa Tengah. Tentu saja dengan fungsi tersebut akan mempromosikan Karimun Jawa secara total, jadi bukan hanya di sini tapi kami dengan jemput bola, jadi tidak hanya di Jawa Tengah kita melakukan Tourism Information tapi juga di luar Jawa Tengah, di Bali dan di Jogja misalnya, itu adalah bagian kami untuk mempromosikan potensi budaya pariwisata Jawa 71
Hasil Wawancara dengan Bapak Trenggono pada tanggal 2 Juli 2010
72
Ibid.
78
Tengah yang di antaranya mempromosikan tentang Karimun Jawa, di airport, di sini… di airport Ahmad Yani, terus di sini di Jl. Pemuda 147, ada di bandara Adi Sumarno di Solo, di Jogjakarta di Jl. Malioboro, di Bali di Jl. Raya Kuta, dan satunya lagi di dermaga perintis Karimun Jawa….” Persepsi publik mengenai organisasi yang mengelola Karimunjawa tidak pernah ada, hanya opini publik mengenai alam Karimunjawa yang diungkapkan oleh Bapak Budiyanto 73. “…Beragam, ada yang puas, ada yang… yang puas adalah bermain, tadi ya, snorkeling, diving, tapi kalau transportasinya, akomodasinya, dan lain-lain belum, belum memadai…” Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Tengah, terdapat fakta bahwa pemerintah daerah dan pelaku wisata yang melakukan pengelolaan terhadap Karimunjawa selama ini melakukan aktifitas sendiri dan tidak ada kerjasama maupun koordinasi sehingga fungsi pengelolaan yang dilakukan belum optimal. Pemerintah melakukan programnya sendiri tanpa mempublikasikan kepada pelaku wisata, padahal pelaku wisata yang dalam hal ini adalah masyarakat yang menjalankan bisnis wisata mengharapkan adanya bantuan dari pihak luar seperti investor untuk mengembangkan dan mengelola Karimunjawa.
4.2.4
Analyzing The Public Yang selanjutnya perlu dianalisa dari Karimunjawa adalah publiknya.
Transportasi menuju Karimunjawa yang tidak mudah membuat publik yang mau
73
Hasil Wawancara dengan Bapak Budianto pada tanggal 30 Agustus 2010
79
datang berkunjung menjadi cukup selektif. Secara umum, wisatawan yang memiliki keinginan untuk mengunjungi Karimunjawa adalah wisatawan yang menyukai petualangan dan menikmati pemandangan alam. Kategori publik ini juga dikatakan oleh Bapak Trenggono 74 seperti di bawah ini: “…ke karimunjawa itu adalah salah satu wisata minat khusus. Orang-orang yang tidak mempunyai minat khusus, yang tidak memiliki jiwa petualang saya kira tidak… tidak akan, mereka melakukan perjalanan ke sana. Bagaimana kalau kita misalnya perjalanan dari Semarang ke Karimunjawa kita memerlukan waktu sekitar tiga setengah jam. Dari, eee… dengan kapal, eee… Muria , kita antara lima sampe enam jam. Kalo dia tidak, eee… punya minat khusus, tidak mau memiliki jiwa-jiwa petualang saya kira, mereka kalo hanya sekedar untuk rekreasi mereka juga tidak, akan lebih baik, eee… harga untuk mengikuti paket dua malam satu, eee… Satu hari dua malam, itu bisa, kalo secara berombongan, bisa digunakan untuk mengikuti paket selama lima hari. Ini hitungannya begitu, itu dari sisi ekonomisnya begitu, dari sisi minat, juga juga begitu. Ini barangkali yang mengapa Karimunjawa, eee… ada kurang begitu… jadi orang Jawa Tengah tapi orang wisatawan yang memiliki minat ada nuansa petualangannya pasti dia akan, akan kejar ke Karimunjawa.” Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Restiono75 bahwa orang-orang yang umumnya mengunjungi Karimunjawa adalah mereka yang memiliki minat khusus untuk menikmati alam laut dengan melakukan snorkeling, menyelam, memancing atau sekedar menikmati pemandangan. “Ya kan misalnya kekuatannya di laut, wisata bahari, orang kan pengen tahu, jadi minat khusus pecinta wisata bahari, yang orang suka snorkeling, yang suka diving, suka, iya menikmati dasar bawah laut atau kita juga ya… ya itu aja lah, karena kekuatan Karimun Jawa kan di situ.” Dalam wawancara itu pula, Bapak Restiono 76 mengungkapkan bahwa target dari program komunikasi yang dibuat disusun dalam mempromosikan 74
Hasil Wawancara dengan Bapak Trenggono pada tanggal 2 Juli 2010
75
Hasil wawancara dengan Bapak Restiono DP pada tanggal 2 Juli 2010
76
Ibid.
80
Karimunjawa adalah khalayak ramai karena target marketnya merupakan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. “Jadi, kita pilah-pilah, kalau di pariwisata itu yang disebut target yang ingin diraihnya itu adalah Wisnus atau Wisman. Kalau ditanya khalayaknya mungkin susah, jadi mungkin pertanyaannya… sasaran pangsa pasarnya untuk kegiatan ini tuh siapa. Itu lebih enak di jawab. Ini khalayak… khalayak rame kan…hehehe…” Sebaliknya, Bapak Budiyanto77 sebagai Kepala Divisi Pemasaran dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah menyatakan bahwa publik dari Karimunjawa adalah seluruh kategori umur karena yang datang bisa saja keluarga, remaja, bahkan bayi karena dibawa oleh orang tuanya. “karena ada yang bawa anaknya, bapaknya main snorkeling anaknya cilik kan tidak, sak bojone rak iso snorkeling yo nunggu nang hotel.” “iya, jadi kalau diklasifikasi begitu anak-anak banyak, remaja banyak, orang tua ya banyak, karena keluargane kan mangkat bareng, sing bayi 6 tahun juga ikut, ga bisa main tapi yoo tidur di sana.” Bapak Budiyanto 78 juga menyebutkan bahwa publik dari Karimunjawa adalah wisatawan dari Malaysia dan Singapura, serta pelaku-pelaku wisata. “…ya wisatawan dari Malaysia dan Singapore, pelaku-pelaku wisata…” Masih menurut Bapak Budiyanto79, beliau berpendapat bahwa wisatawan yang senang berkunjung ke Karimunjawa memiliki minat khusus, namun tidak diketahui minat apa yang diinginkan oleh para wisatawan.
77
Hasil Wawancara dengan Bapak Budiyanto pada tanggal 30 Agustus 2010
78
Ibid.
79
Ibid
81
“…karena memang wisatawan itu banyak yang mencari sesuatu yang kita nda’ tahu, sesuatu yang orang sebut minat khusus ya, yang tahu minat khusus kan ya orang itu sendiri yang tahu, minatnya ke mana, Mbak mau cari apa minatnya apa, sehingga Karimun Jawa ini salah satu daya tarik bagi saya sebagai orang Dinas Pariwisata yang harus saya promosikan secara terus menerus…” Untuk mengidentifikasi publik, perlu diketahui apa saja tujuan dan jenis wisatawan
yang berkunjung ke Karimunjawa. Tabel 4.2.4.1 di bawah ini
merupakan tabel yang mendeskripsikan tujuan utama pengunjung Karimunjawa. Tabel 4.2.4.1
Tujuan utama berkunjung * Cluster Number of Case Crosstabulation
Tujuan utama berkunjung
Rekreasi
Petualangan/eco-tourism
Penelitian
Lain-lain
Total
Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case
Cluster Number of Case Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 19 15 43
Total 77
73,1%
51,7%
45,3%
51,3%
6
8
24
38
23,1%
27,6%
25,3%
25,3%
0
4
21
25
,0%
13,8%
22,1%
16,7%
1
2
7
10
3,8%
6,9%
7,4%
6,7%
26
29
95
150
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
Sumber: Skripsi atas nama Christy Widdyawati dengan judul Market Segmentation, Targeting, Positioning Destinasi Wisata Alam Pulau Karimun Jawa
Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa responden paling banyak pada segmen 3 didominasi para wisatawan yang memilki tujuan berkunjung ke Karimunjawa untuk rekreasi sebanyak 43 orang atau 45,3%. Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan jenis wisatawan apa saja yang telah melakukan kunjungan ke Karimunjawa. 82
Tabel 4.2.4.2
Jenis wisatawan * Cluster Number of Case Crosstabulation
Jenis wisatawan
Eco-tourist
Backpacker
The couple only market
The all-inclusive vacation concept Children's holidy
Lain-lain
Total
Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case
Cluster Number of Case Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 13 11 35
Total 59
50,0%
37,9%
36,8%
39,3%
7
10
23
40
26,9%
34,5%
24,2%
26,7%
1
3
6
10
3,8%
10,3%
6,3%
6,7%
3
1
7
11
11,5%
3,4%
7,4%
7,3%
2
4
6
12
7,7%
13,8%
6,3%
8,0%
0
0
18
18
,0%
,0%
18,9%
12,0%
26
29
95
150
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
Sumber: Skripsi dengan judul Market Segmentation, Targeting, Positioning Destinasi Wisata Alam Pulau Karimun Jawa
Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa responden paling banyak pada segmen 3 didominasi jenis wisatawan eco-tourist sebanyak 35 orang atau 36,8% dan backpacker 23 orang atau 24,2%. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh para wisatawan jugadapat menentukan siapa saja yang menjadi publik dari Karimunjawa. Tabel 4.2.4.3 menunjukkan
kegiatan-kegiatan
apa
saja
Karimunjawa beserta urutannya.
83
yang
mungkin
dilakukan
di
Tabel 4.2.4.3 Urutan * Cluster Number of Case Crosstabulation
Urutan
Berenang
Memancing
Diving
Snorkling
Berjemur
Melihat akuarium laut
Penangkaran
Menjelajah pulau
Total
Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case
Cluster Number of Case Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 7 4 18
Total 29
26,9%
13,8%
18,9%
19,3%
1
5
8
14
3,8%
17,2%
8,4%
9,3%
5
5
33
43
19,2%
17,2%
34,7%
28,7%
8
7
19
34
30,8%
24,1%
20,0%
22,7%
1
2
1
4
3,8%
6,9%
1,1%
2,7%
1
0
1
2
3,8%
,0%
1,1%
1,3%
1
3
6
10
3,8%
10,3%
6,3%
6,7%
2
3
9
14
7,7%
10,3%
9,5%
9,3%
26
29
95
150
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
Sumber: Skripsi atas nama Christy Widyawati dengan judul Market Segmentation, Targeting, Positioning Destinasi Wisata Alam Pulau Karimun Jawa
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden paling banyak pada segmen 3 didominasi para wisatawan yang menyukai aktivitas diving sebanyak 33 orang atau 34,7%, snorkeling sebanyak 19 orang atau 20% dan berenang sebanyak 18 orang atau 18,9%. Di bawah ini terdapat ciri-ciri yang membedakan antara tiap segmen dari tabel yang ada di atas, yaitu sebagai berikut:
84
Segmen 1
Segmen 2
- Wirausaha - asal
wisatawan
Segmen 3
- pelajar / mahasiswa
- pelajar / mahasiswa
- asal
- asal
wisatawan
wisatawan
domestik dari Jawa
domestik merata dari
domestik dari Jawa
Timur,
Pulau Jawa, terdapat
Tengah dan wisatawan
pula dari propinsi lain.
mancanegara
Sedangkan wisatawan
negara Jerman.
wisatawan
mancanegara
tidak
ada
mancanegara
dari
dari
negara Jerman. - tidak - menggunakan
jasa
paket tour - pengeluaran
sebesar
1.000.000,-
wisata
jasa paket tour - pengeluaran
Rp 750.000,- - Rp
- mengetahui
menggunakan
Karimunjawa
dari teman.
menggunakan
jasa paket tour sebesar
- pengeluaran
sebesar
Rp 500.000,- - Rp
Rp 500.000,- - Rp
750.000,-
750.000,-
- mengetahui objek
- tidak
wisata
objek
Karimunjawa
dari
buku-buku
travelling
(
- mengetahui wisata
objek
Karimunjawa
dari teman.
Lonely
Planet ). - Aktivitas yang paling - Aktivitas yang paling disukai snorkeling
adalah
disukai
adalah
snorkeling dan diving.
dan
- Aktivitas yang paling disukai adalah diving, snorkeling
dan
berenang.
berenang.
4.2.5
Establishing Goals and Objectives Setiap program komunikasi memiliki goal yang ingin dicapai, yang mana
untuk mencapainya diperlukan beberapa objective yang terukur dan dapat dicapai.
85
Sehingga goal menjadi kunci dari setiap komunikasi dan bagaimana cara mencapainya dengan menggunakan objective tersebut. Divisi Promosi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah yang dikepalai oleh Bapak Budiyanto 80 memiliki goal untuk memperkenalkan dan mempromosikan propinsi Jawa tengah kepada wisatawan seperti yang dikatakannya sebagai berikut: “… mengenalkan, mempromosikan, mengenalkan Jawa Tengah kepada wisatawan, sehingga harapannya semua mengenal, mencintai, dan mengunjungi Jawa tengah…” Goal yang tersebut di atas dikonfirmasi oleh Bapak Hadi Priyanto81 sebagai Kepala Bagian dari Divisi Humas dari Sekretariat Daerah Jepara dengan pernyataan sebagai berikut: ”ya memperkenalkan Karimun Jawa, kemudian ada yang memang yang pertama itu menunjukkan kebanggaan orang Karimun Jawa terhadap daerahnya sendiri, itu memang bagian dari komunikasi yang kami lakukan di Karimun Jawa misalnya lewat pertunjukkan musik, dua tahun... eh satu tahun dua kali, kemudian itu dalam rangka menumbuhkan kebanggaan. Jadi menumbuhkan kebanggaan masyarakat di Karimun Jawa, kemudian yang kedua itu yang ke luar ya, itu paling tidak kan berharap bahwa mmmm masyarakat luar termasuk wisatawan itu mulai mengenal Karimun Jawa bahwa kemudian memperhatikan Karimun Jawa dan barangkali berharap bahwa mereka akan mmmm... datang ke Karimun Jawa. Dengan mereka datang ke Karimun Jawa itu mmmm pasti akan membawa dampak bagi peningkatan kesejahteraan dan kalau mereka dilayani dengan baik di Karimun Jawa, mereka akan anu... menceritakan ya, menceritakan ke orang luar bahwa Karimun Jawa layak dikunjungi.” Sejalan dengan pernyataan dari Bapak Hadi Priyanto, berikut ini merupakan pernyataan yang dilontarkan oleh Bapak Restiono82 ketika menanggapi
80
Ibid.
81
Hasil Wawancara dengan Bapak Hadi Priyanto pada tanggal 30 Agustus 2010
82
Hasil wawancara dengan Bapak Restiono pada tanggal 2 Juli 2010
86
pertanyaan Peneliti, sampai tahap manakah promosi Karimunjawa yang dilakukan. “…ini komunikasi… komunikasi kan kami artikan promosi, . Jadi pertanyaannya gimana tadi,. Ya namanya promosi itu kan kita memberikan informasi… informasi kepada khalayak ya, , entah itu khalayak asing atau khalayak lokal, nah masalah mereka mau datang ya harapannya kita mereka mengenal dengan promosi… mengenalkan mmmm… mengenalkan Karimunjawa pada khalayak umum tadi. Setelah mereka kenal, otomatis ada keingintahuan lah dari mereka, ya mereka… apa… hasil akhirnya harus datang ke Karimunjawa. Harapannya mereka datang. Jadi, Wisman atau Wisnus. Kalau orang asing datang ke sini jadi Wisman, kalau orang mmmm katakanlah orang Jawa Barat datang ke Karimunjawa Wisnus, atau orang Semarang datang ke Karimunjawa juga Wisnus, orang pribumilah katakanlah, orang-orang kita sendirilah, itu Wisnus… gitu.” Sedangkan berdasarkan Bapak Budi Krisnanto 83 sebagai Kepala Seksi Sosial Budaya dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara, goal nya adalah sebagai berikut: “...Ya, minimalnya tujuan pertama, meningkatkan pengunjung di sana. Meningkatkan pengunjung ke Karimun Jawa. Yang kedua, mempromosikan potensi wisata Karimun Jawa, biar potensi yang ada di sana biar di kenal oleh masyarakat wisata di luar Karimun Jawa, itu yang keduanya, terus yang ketiga dengan kunjungan itu kita bisa berbenah, kekurangan apa di Karimun Jawa yang kita kembangkan sebagai objek wisata, tanpa itu kan kita ga bisa anu… masukannya… Pak ini kurang ini, kurang ini, bisa menjadi program untuk pengembangan wisata, di samping kita punya program sendiri juga ada masukan dari wisatawan, itu bisa untuk kita, untuk program pengembangan kegiatan wisata kita…” Menurut Bapak Budi Krisnanto, yang menentukan tujuan dari program adalah dia sendiri yang kemudian dibawa kepada kepala dinas, jika disetujui pula barulah dibawa kepada Bupati. Setelah mendapatkan persetujuan dari Bupati, barulah rencana tersebut dapat dijalankan.
83
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Krisnanto pada tanggal 31 Agustus 2010
87
Peneliti: Ok, nah, yang bikin program apa namanya tadi itu… itu yang bikin siapa ya Pak? Nara sumber dengan Budi Krisnanto: Program apa?, P: program yang tadi mmmm bulan Juni sampai bulan apa? BK: Dinas Pariwisata, P: iya, saya tahu Dinas Pariwisata cuma maksudnya secara spesifik siapa yang membikin? BK: saya Mbak, P: ooh Bapak? BK: iya saya sendiri, P: oke… terus nanti disetujui oleh siapa Pak? BK: diajukan kepada Kepala Dinas, P: ooh Kepala Dinas BK: Kepala Dinas Pariwisata, kalau itu memang event-eventnya nasional, kita langsung ke Bupati, P: ke siapa? BK: ke Pak Bupati,
Positioning untuk Karimunjawa dapat ditentukan dari tujuan utama wisatawan melakukan kunjungan, kegiatan apa saja yang mereka lakukan, dan dari mana mereka tahu mengenai Karimunjawa. Bapak Trenggono 84 menjabarkan bahwa yang ingin dilihat oleh para pengunjung bukan hanya alamnya tapi juga menikmati dan bersyukur kepada Sang Pencipta. “…Gini mmmm kami… kami… kami sudah anu… begini, he’eh sudah ada tag linenya, saya harapkan, , ya harapan kami begitu, orang tidak hanya sekedar mendapatkan… mencari apa ya… kesenangan ragawi, tapi jiwanya juga secara orang melakukan petualangan 84
Hasil Wawancara dengan Bapak Trenggono pada tanggal 2 Juli 2010
88
itu tidak sekedar orang melihat keindahan, tapi bagaimana melihat kebesaran alam yang diciptakan Tuhan itu begitu indah dan kita di mata Tuhan itu tidak ada apa-apanya, ketika kita berada di tengah laut misalnya, atau kita begitu melihat indahnya mmmm karang di dalam laut, kita tidak ada apa-apanya, bagaimana kita mmmm menjadi suatu legenda yang istilahnya membuat damai dengan nuansa kealamannya…” Goal tidak akan dapat dicapai tanpa objective yang ditentukan secara terukur baik secara angka maupun secara waktu. Sedangkan menurut Bapak Hadi Priyanto 85, tidak ada target yang ditetapkan untuk jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Karimunjawa meskipun setiap tahun jumlah wisatawan kian meningkat seperti yang telah diungkapkannya di bawah ini. “…Untuk jangka waktu 5 tahun, saya pikir sebagian tercapai, sebagian lagi masih dalam proses ya, proses untuk mencapai itu. Sebenarnya ketika kami mmmm berharap semakin banyak kunjungan tingkat wisatawan itu semakin anu.., semakin banyak…”
4.2.6
Formulating Action And Response Strategies Dalam menyusun program komunikasi, strategi merupakan tahap yang
paling penting untuk dipikirkan secara matang. Pesan seperti apa yang ingin ditangkap oleh publik dan apa yang dilakukan dalam usaha menyampaikan pesan tersebut supaya ditangkap oleh publiknya. Humas Sekretariat Daerah Jepara86 memilih untuk menggunakan strategi dengan mengadakan lomba memancing delapan kali setiap tahun dan berpartisipasi dalam acara Sail Indonesia yang didukung bersama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah.
85
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Krisnanto pada tanggal 31 Agustus 2010
86
Hasil Wawancara dengan Bapak Hadi Priyanto pada tanggal 31 Agustus 2010
89
“…Kemudian juga kita menyelenggarakan, mmmm satu event yang diharapkan bisa mempromosikan, mendorong, mmmm.. promosi, karena melalui lomba mancing yang diselenggarakan selama delapan kali ya, tiap tahun…” “Sail Indonesia ya, yang tiap tahun diikuti dan tahun ini juga akan diselenggarakan sail untuk Karimunjawa. Kemudian juga kita menyelenggarakan, mmmm satu event yang diharapkan bisa mempromosikan, mendorong, mmmm.. promosi, karena melalui lomba mancing yang diselenggarakan selama delapan kali ya, tiap tahun” Selain special event, Karimunjawa juga dipromosikan dengan menggunakan website, leaflet, brosur, seminar, media koran, majalah dan perkumpulan, serta travel agent yang mana diungkapkan oleh Bapak Hadi Priyanto87 seperti di bawah ini. ”... kami sering memunculkan Karimun Jawa di Tempo, di Kompas, , kalau buat tulisan kami kirim dan menghubungi wartawan ya, tapi paling tulisan mereka, bukan tulisa saya, , iya, , kami terbantu dengan tulisan itu, di berita juga sering, di Wawasan juga sering, Jawa Pos juga sering...” “…jadi misalnya biro perjalanan, kemudian PHRI (Perkumpulan Hotel dan Restoran Indonesia) itu juga kegiatan komunikasi kami. Penerbitan leaflet-leaflet kan juga kita kirim ke sana, ke biro-biro perjalanan, kemudian ke PHRI-PHRI.” Beliau88 menambahkan pula bahwa dengan menggunakan orang-orang yang berpengaruh dapat mengundang orang untuk datang berkunjung ke Karimunjawa.
”...Yang pertama memang, mmmm... Kan dalam model komunikasi ada dua, yang pertama langsung ke orangnya, ke wisatawannya, atau kita menggunakan modelmodel orang-orang yang berpengaruh untuk mempengaruhi kunjungan itu. Ada hotel, ada biro perjalanan, ada pengusaha-pengusaha, itulah model-model yang kami maksud. Kami... juga menggunakan line ini, kemudian juga langsung ke masyarakat, liputan media, lewat website...”
87
Hasil Wawancara kepada Bapak Hadi Priyanto pada tanggal 31 Agustus 2010
88
Ibid.
90
Menurut Bapak Budiyanto89, kegiatan yang selama ini dilakukan adalah dengan melakukan road show, mengundang tamu asing, melakukan pameran di mana-mana, menyebarkan leaflet dan brosur serta membuat paket bisnis kunjungan wisata. “…kami melakukan promosi baik melalui road show, karena kami sering melakukan road show, road show itu kita pergi kemana-mana gitu, potensi kita jual tapi kita menjadi tuan rumah di Medan, Bali, Jakarta, Yogya, di mana-mana itu maupun kita samperin, mengundang tamu asing, kita bawa ke sana, kita pilihkan Jawa Tengah, free yang nanggung kita, nanti pulangnya dia yang menjadi master kita, iya, itu berkali-kali enam kali, tujuh kali, terus melalui event, event dan pameran, pameran di mana-mana, kita banyak brosur, leaflet kita bawa tentang Karimun Jawa, kemudian temu bisnis antara buyer seller, ya itu jadikan paket-paket bisnis kunjungan wistata, itu kan…” Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara90 juga mengarahkan wisatawan untuk menikmati budaya yang dipentaskan oleh masyarakat Karimunjawa, supaya wisatawan tidak hanya menikmati alam laut, namun juga dapat menghargai latar belakang sejarah dan budaya dari Karimunjawa. Pembinaan dan pelatihan dilakukan terhadap masyarakat Karimunjawa dalam rangka untuk menyambut para wisatawan yang kian hari kian melonjak jumlahnya. “…nanti kita masukin pentasnya pertama bulan Juli itu nanti, mulai Juli kita pentas karena Januari Februari jelas kita vakum, tidak ada pengunjung biasane, nah gitu Mbak kan, Januari Februari kita ga mungkin ke Karimun karena gelombang besar, Maret masih agak takut-takut, April kita baru ada kunjungan ke sana, Mei Juni kita pentas, Juni, Juli, Agustus, September kita pentas, empat bulan, itu pentas seni. Event yang lain nanti bulan Oktober Sail…” Selain data yang didapatkan dari wawancara, Peneliti juga mendapatkan beberapa data yang dikirimkan melalui email yang dikirimkan oleh Humas Setda
89
Hasil Wawancara dengan Bapak Budianto pada tanggal 30 Agustus 2010
90
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Krisnanto pada tanggal 31 Agustus 2010
91
Jepara dengan menyebutkan apa saja kegiatan yang mereka lakukan sepanjang tahun untuk mengkomunikasikan Karimunjawa kepada masyarakat, yang mana adalah sebagai berikut:
10.
Dialog di RRI Semarang tentang Karimunjawa
2.
Dialog TVRI Jawa Tengah
3.
Dialog di Pro TV Semarang
4.
Fasilitasi di Televisi Nasional -
Trans TV
-
Metro TV
-
Indosiar
-
TV One
-
TVRI Nasional
5.
Pembuatan leaflet-leaflet
6.
Pembuatan Booklet
7.
Pameran-pameran -
Borobudur Festival
-
PRPP Semarang
8.
Seminar-seminar
9.
Lomba Mancing kerjasama dengan Suara Merdeka
10. Liputan media di berbagai surat kabar 11. Spot radio 12. Promosi lewat internet 13. Promosi lewat biro perjalanan 92
Dan ada pula data yang dikirimkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah dari Seksi Promosi91 sebagai program yang mereka lakukan selama setahun, namun tidak secara spesifik mengenai Karimunjawa, yang mana sebagai berikut: 1. Central Java Batik Fair 2010 2. Festival Wisata Kuliner (Food Tourism) se-Jawa Tengah 2010 3. Gelar Sei Budaya Jawa Tengah 2010 4. Borobudur Travel Mart 2010 5. Road Show Pariwisata 2010 6. Soropadan Agro Expo 2010 7. Mega Jateng Expo 2010 8. Farm Trip ke semua destinasi di Jawa Tengah 9. Partisipasi pada Majapahit Travel Mart (MTM) 2010 10. Paritisipasi pada Gebyar Wisata Nusantara (GWN) 11. Partisipasi pada JawaBarat Travel Exchange 12. Partisipasi pada Tourism Indonesia Mart & Expo 2010 13. Partisipasi pada PATA Travel Mart 14. Partisipasi pada event di Malaysia 15. Partisipasi pada event di India 16. Partisipasi pada event di Singapura
Untuk reactive strategy, tidak ada antisipasi yang dapat dilakukan untuk saat ini karena keberadaan Humas Setda Jepara, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, dan Jepara tidak memancing isu critical. 91
Program Komunikasi Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah. 2010
93
4.2.7
Using Effective Communication Dalam usaha untuk memperkenalkan Karimunjawa kepada audiens,
dibutuhkan orang yang mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dengan baik. Orang ini harus mempunyai kredibilitas tinggi dan disegani oleh masyarakat agar mereka mau
mengikuti apa yang disampaikannya. Namun
berdasarkan wawancara yang dilakukan, ditemukan bahwa tidak ada kegiatan seperti menyelenggarakan pidato dengan memunculkan spokesperson dalam mengimbau masyarakat dengan tujuan untuk mengunjungi Karimunjawa. Meskipun begitu, Humas Setda Jepara92 mengirimkan daftar kegiatan yang dilakukannya di tahun 2010 yang mana sebagian kecilnya adalah melakukan dialog sebagai berikut:
1. Dialog dengan Prof. Dr. Sudarto (Sekarang Rektor UNDIP) pakar lingkungan. 2.
Dialog dengan Direktur Pemberitaan Harian Suara Merdeka (Sasongko Tedjo).
4.2.8
Choosing Communication Tactis Kira-kira empat puluh kilometer jauhnya Karimunjawa dari Pulau Jawa.
Jarak yang agak jauh inilah yang mungkin membuat masyarakat awam tidak mengetahui di mana sebenarnya lokasi kepulauan eksotik ini. Langkah awal
92
Kegiatan Humas Sekretariat Daerah Jepara dalam mengkomunikasikan Karimunjawa (via email). 2010
94
dalam menentukan taktik komunikasi adalah dengan menyebarkan banyak-banyak informasi kepada masyarakat mengenai Karimunjawa. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, Peneliti mendapatkan beberapa taktik komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah selama ini untuk mengkomunikasikan Karimunjawa. Menurut Bapak Budiyanto93, beliau melakukan Oganizational-Site Involvement, yaitu dengan cara mengundang tamu ke Karimunjawa sementara semua biaya ditanggung oleh Pemerintah. “…mengundang tamu asing, kita bawa ke sana, kita pilihkan Jawa Tengah, free yang nanggung kita, nanti pulangnya dia yang menjadi master kita…” Selain itu, Bapak Budiyanto 94 juga menyebutkan taktik lain dengan mengadakan road show ke kota-kota lain untuk mengadakan pameran. “… cara saya mempromosikan, setiap kami melakukan promosi baik melalui road show, karena kami sering melakukan road show, road show itu kita pergi kemana-mana gitu, potensi kita jual tapi kita menjadi tuan rumah di Medan, Bali, Jakarta, Yogya, di mana-mana itu maupun kita samperin…” Pernyataan Bapak Budiyanto dikonfirmasi oleh Bapak Budi Krisnanto95 bahwa mereka sering mengikuti pameran serta membuat leaflet atau selebaran maupun CD untuk mengkomunikasikan Karimunjawa. “… ya tadi seperti yang dilakukan selama ini oleh Dinas Pariwisata, yang pertama membuat semacam leaflet atau selebaran itu, yang kedua mengikuti pameran kayak di Jakarta kemarin Gebyar Wisata Nusantara…” “… di sana juga disediakan CD dan sebagainya yang bisa mengerti potensi Karimun Jawa…” 93
Hasil Wawancara dengan Bapak Budiyanto pada tanggal 30 Agustus 2010
94
Ibid.
95
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Krisnanto pada tanggal 31 Agustus 2010
95
Bapak Trenggono96 selaku Kepala Seksi Tourism Information Centre menambahkan dan mengkonfirmasi terhadap apa yang telah diungkapkan oleh Bapak Budiyanto dan Bapak Budi Krisnanto bahwa untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan Karimunjawa, mereka telah menyediakan website dan menyebarkan brosur, juga pameran di beberapa kota. Selain itu, di beberapa lokasi telah dibuka counter Tourism Information Centre “Sebetulnya kita sudah berupaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan promosi, baik kita memiliki web kita sendiri, entah mencetak brosur seperti yang kita berikan. Itu selalu kita berikan, dan kita juga membuka counter tourist information. Kita punya yang di sini, di airport, di Jogja, di Solo, di Bali, di Karimunjawa pun kita juga… Itu adalah upaya-upaya kami untuk mempromosikan Karimunjawa. Bukan hanya itu, setiap ada kegiatan-kegiatan di luar, dengan promosi-promosi kita melakukan road show ke Bali, Jakarta, atau kegiatan-kegiatan pameran pariwisata maupun istilahnya bursa pariwisata di Lombok, di Makassar, di Jakarta pun, kita selalu mempromosikan, mungkin… yaaa, belum optimal saja.” Selain itu, beliau97 juga menyebutkan bahwa sudah banyak informasi yang telah dibagikan oleh pihak lain selain Pemerintah Daerah, seperti dari para wisatawan yang pernah berkunjung dan menuliskan pengalamannya di blog pribadinya hingga akun facebook, dan upaya publikasi Karimunjawa yang dilakukan oleh para pencinta selam dari Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP). “Tapi kita, telah berupaya untuk melakukan promotion-promotion itu, bahwa… blog pun juga sudah banyak mengenai Karimunjawa dan kita juga sudah mengelola Karimunjawa Inn secara personel sudah ada. Juga ada beberapa pengelola-pengelola resort atau apa di sana juga sudah memungkinkan untuk dilihat untuk bisa diakses. Sebetulnya sudah banyak upaya-upaya ini, bukan hanya kami, temen-temen dari… istilahnya dari, eee… apa ya, eee… pecintapecinta selam dari UNDIP itu ada komunitas selam, ada beberapa perguruan tinggi yang punya, dia juga punya, eee… mempromosikan Karimunjawa. Facebook pun sekarang juga sudah, barangkali juga sudah ada beberapa tentang 96
Hasil Wawancara dengan Bapak Trenggono pada tanggal 2 Juli 2010
97
Ibid.
96
Karimunjawa ya.”
Selanjutnya, pemerintah daerah98 juga berpartisipasi dalam event tahunan seperti Sail Indonesia yang diselenggarakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. Dalam acara ini, para wisatawan yang berkunjung dijamu dengan berbagai acara seperti gala dinner, wisata kuliner, pentas seni, dan sebagainya. “… kita membuat semacam event, event mancing dan event Sail Indonesia, pelayaran yang Sail Indonesia dari agrarian sampai rencana ke Sumatera, rencana besok ini 28 September - 9 Oktober kita didatangi oleh Sail Indonesia dari berbagai Negara…” “… 2-3… dua malam tiga… 2 Oktober… 2 Oktober kita ada beberapa di sana sudah tak buat, hiburan panjat pinang di sana, gala dinner di sana, pentas seni di sana sekalian, waktunya di sana. “… tanggal 3 nya pesta kuliner Karimun Jawa, di sana ada stand khusus, berarti yang lainnya membeli…”
Menurut
Bapak
Hadi
Priyanto99,
setiap
tahun
organisasinya
menyelenggarakan lomba mancing sebanyak delapan kali dengan tujuan untuk meningkatkan pengunjung Karimunjawa. “… kemudian juga kita menyelenggarakan, mmmm satu event yang diharapkan bisa mempromosikan, mendorong, mmmm.. promosi, karena
melalui lomba
mancing yang diselenggarakan selama delapan kali ya, tiap tahun…”
98
Hasil Wawancara dengan Bapak Budianto pada tanggal 30 Agustus 2010
99
Hasil Wawancara dengan Bapak Hadi Priyanto pada tanggal 31 Agustus 2010
97
Masih menurut Bapak Hadi Priyanto 100, beliau menyebutkan bahwa beberapa surat kabar sering mengangkat topik mengenai Karimunjawa karena beberapa kali divisi beliau mengirimkan pers release. Peneliti: Kalau untuk mmmm berarti taktik komunikasi yang selama ini dilakukan lebih ke arah leaflet, booklet, brosur, pameran...
Nara sumber dengan Bapak Hadi Priyanto: Koran, media, , ada banyak, , kami sering memunculkan Karimun Jawa di Tempo, , di Kompas, , kalau buat tulisan kami kirim dan menghubungi wartawan ya, tapi paling tulisan mereka, bukan tulisa saya, , iya, , kami terbantu dengan tulisan itu, di berita juga sering, di Wawasan juga sering, Jawa Pos juga sering.
Bapak Budi Krisnanto 101 mengungkapkan pula bahwa telah dilakukan pentas seni di Taman Mini Indonesia Indah ataupun di kota lain untuk meningkatkan dan menaikkan pengunjung yang datang ke Karimunjawa. “… selanjutnya kita mengadakan pentas seni, pentas seni di luar Karimun Jawa notabene budaya lokal Karimun Jawa yang kita tampilkan di Taman Mini Indonesia Indah atau di Semarang atau di Yogya bentuk promosi yang dilakukan selama ini oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara dalam rangka untuk meningkatkan, mengembangkan, dan menaikkan pengunjung ke Karimun Jawa, itu yang selama ini promosi itu lakukan di Dinas Pariwisata…” Selain melakukan wawancara secara tatap muka, Peneliti juga melakukan kontak melalui email dan mendapatkan bahwa Humas Setda Jepara102 memilih 100
Ibid.
101
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Krisnanto pada tanggal 31 Agustus 2010
98
taktik di bawah ini dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Laporan
Keterangan
Pertanggungjawaban
untuk
mengkomunikasikan
Karimunjawa: 1. Dialog TVRI Jawa Tengah 2. Dialog di Pro TV Semarang 3. Fasilitasi di Televisi Nasional
Trans TV Metro Tv Indosiar TV One TVRI Nasional
4. Pembuatan leaflet-leaflet 5. Pembuatan Booklet 6. Pameran-pameran 7. Seminar-seminar 8. Lomba Mancing kerjasama dengan Suara Merdeka 9. Liputan media di berbagai surat kabar 10. Spot radio 11. Promosi lewat internet 12. Promosi lewat biro perjalanan 13. Pembuatan Booklet 14. Pameran-pameran PRPP Semarang Borobudur Festival 15. Seminar-seminar 16. Lomba Mancing kerjasama dengan Suara Merdeka 17. Liputan media di berbagai surat kabar 18. Spot radio 19. Promosi lewat internet 20. Promosi lewat biro perjalanan
102
Kegiatan publikasi yang dilakukan oleh Humas Sekretariat Daerah Jepara. 2010
99
Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah103 juga mengirimkan taktik komunikasinya yang tercantum dalam program kerjanya melalui email, yang mana adalah sebagai berikut: 1. Central Java Batik Fair 2010 2. Festival Wisata Kuliner (Food Tourism) se-Jawa Tengah 2010 3. Gelar Sei Budaya Jawa Tengah 2010 4. Borobudur Travel Mart 2010 5. Road Show Pariwisata 2010 6. Soropadan Agro Expo 2010 7. Mega Jateng Expo 2010 8. Farm Trip ke semua destinasi di Jawa Tengah 9. Partisipasi pada Majapahit Travel Mart (MTM) 2010 10. Paritisipasi pada Gebyar Wisata Nusantara (GWN) 11. Partisipasi pada JawaBarat Travel Exchange 12. Partisipasi pada Tourism Indonesia Mart & Expo 2010 13. Partisipasi pada PATA Travel Mart 14. Partisipasi pada event di Malaysia 15. Partisipasi pada event di India 16. Partisipasi pada event di Singapura
Tabel 4.2.4.4 di bawah ini menunjukkan bagaimana para wisatawan yang melakukan perjalanan ke Karimunjawa mendapatkan informasi. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa responden paling banyak terletak pada segmen 3 yang
103
Program Komunikasi Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah
100
mengetahui objek wisata Karimunjawa dari teman sebanyak 48 orang atau 50,5%, sedangkan di tempat kedua adalah melalui internet Tabel 4.2.4.4 Mengetahui objek wisata Karimun Jawa * Cluster Number of Case Crosstabulation
Mengetahui objek wisata Karimun Jawa
Teman
Brosur/paket tour
acara TV (jelajah di Trans TV) Buku-buku traveling (lonely planet) Website/internet
Total
Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case Count % within Cluster Number of Case
Cluster Number of Case Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 12 8 48
Total 68
46,2%
27,6%
50,5%
45,3%
1
0
0
1
3,8%
,0%
,0%
,7%
2
4
3
9
7,7%
13,8%
3,2%
6,0%
4
10
9
23
15,4%
34,5%
9,5%
15,3%
7
7
35
49
26,9%
24,1%
36,8%
32,7%
26
29
95
150
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
Sumber: Skripsi atas nama Christy Widyawati dengan judul Market Segmentation, Targeting, Positioning Destinasi Wisata Alam Pulau Karimun Jawa
Seorang petualang bernama Suyanti Prasetio mengaku telah melakukan kunjungan ke Karimunjawa sekitar bulan April tahun lalu. Pengetahuannya mengenai keberadaan Karimunjawa, awalnya karena tergabung di dalam sebuah forum traveler international di internet (couchsurfing.com), dia mendapatkan undangan untuk menghadiri gathering nasional yang kebetulan diadakan di Karimunjawa. Meskipun tidak dapat hadir dalam acara tersebut, Suyanti yang memiliki jiwa petualang melakukan pencarian informasi melalui internet, hingga mendapatkan informasi dari catatan perjalanan (blog) orang-orang yang pernah 101
mengunjungi Karimunjawa. Meskipun tidak begitu detil, namun cukup membantu untuk memberikan informasi bagi orang yang belum mengetahui Karimunjawa sama sekali. Sedangkan dari website yang dikelola oleh pemerintah, Suyanti mengaku hanya mendapatkan sedikit sekali informasi yang dapat digunakannya. Website kepunyaan Pemerintah Kabupaten Jepara tersebut hanya menjelaskan bagaimana mencapai Jepara, namun tidak menyebutkan sama sekali mengenai bagaimana cara mencapai Karimunjawa. Bahkan, ketika nara sumber masih tinggal di Pati (1980-1992) yang berjarak hanya tiga jam dari Jepara, dia sama sekali tidak pernah mendengar bahwa ada kepulauan yang bernama Karimunjawa dan tidak jauh dari kotanya. Yang dipromosikan dan dibuatkan paket wisata biasanya Yogyakarta atau Jakarta yang berjarak tujuh jam perjalanan dari Pati, bahkan pulau Bali. Suyanti menyayangkan tidak diketahuinya kepulauan sebagus ketika dia masih tinggal di Pati, karena ketertarikannya kepada alam membuatnya tertarik untuk mengunjunginya.
4.2.9
Implementing The Strategic Plan Setelah melakukan langkah 1-7, maka dalam sub ini sudah dapat disusun
sebuah program komunikasi. Peneliti tidak mendapatkan data mengenai bagaimana pemerintah daerah melakukan implementasi program komunikasi bagi Karimunjawa. Namun, Peneliti telah melihat bahwa Setda Jepara yang bekerja sama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan telah mengimplemetasikan
102
lomba mancing dan Sail Indonesia. Meskipun Humas Setda Jepara104 mengaku bahwa mereka tidak memiliki program komunikasi secara spesifik untuk Karimunjawa. Peneliti: Berarti, mmmm... Untuk program komunikasi sendiri terhadap pengunjung, untuk para wisatawan, itu belum ada yang khusus ya pak? Nara sumber dengan Bapak Hadi Priyanto: Belum, belum ada. Para pemerintah daerah masih asing dengan program komunikasi, sehingga mereka tidak bisa memperlihatkannya. Namun, mereka memiliki jadwal event tahunan yang sederhana yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah dan Jepara. Bapak Budiyanto 105 sebagai Kepala Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah mengungkapkan bahwa tidak ada jadwal yang tetap setiap tahunnya dalam mengikuti pameran, ataupun mau promo ke mana. “…jadi tidak bisa setahun berapa kali, jadi terprogram dengan buku itu, tinggal volumenya yang berbeda, volume pameran berapa kali, ikut paket bisnis berapa kali, , iya, karena tidak ada event mau promo ke mana, , kayak Jakarta kemarin ada Gebyar Wisata Nusantara, kami promosi kan Karimun Jawa, bahkan kami ada semacam paparan tentang potensi Jawa Tengah kami sampaikan, , begini ya, kalau event yang megang kita bisa kita hitung ya Mbak, , tapi ini event yang megang orang lain, , jadi Gebyar Wisata Nusantara yang menyelenggarakan pemerintah pusat, kami datang ke sana, ingin melihat prospek, , jadi ga bisa direncanakan seperti itu, kemudian ada di Jawa Timur … (kurang jelas) Fair, ooh itu prospek, kita datang, ada gambaran travel lighting, kita datang…”
104
Hasil Wawancara dengan Bapak Hadi Priyanto pada tanggal 31 Agustus 2010
105
Hasil Wawancara dengan Bapak Budianto pada tanggal 30 Agustus 2010
103
Namun, beberapa bulan setelah wawancara dilakukan, Peneliti tetap melakukan kontak dengan pemerintah daerah tersebut, sehingga didapatkan data mengenai program yang dibuat untuk mengkomunikasikan Karimunjawa, meskipun tidak pernah dijelaskan seperti apa implementasinya. Namun program komunikasi yang dikirimkan dari Humas Setda Jepara dan Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah akan dilampirkan di Lampiran 4.
4.2.10 Evaluating The Strategic Plan Setelah melakukan implementasi program komunikasi, maka diperlukan evaluasi yang dimaksudkan untuk memantau apakah tindakan yang telah dilakukan berhasil mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan atau tidak. Namun, Sekretariat Daerah Jepara106 nampaknya tidak melakukan evaluasi. Selama ini, mereka hanya melihat jika jumlah wisatawan meningkat maka apa yang telah dilakukan selama itu adalah benar.
”...Tidak... tidak ada pantauan, hanya kalau mmmm tingkat kunjungan wisata itu menjadi salah satu alasan peningkatan wisatawan, peningkatan anu... bahwa animo orang yang begitu Karimun Jawa meningkat, itu pasti persepsinya bagus, yang tadi saya jelaskan untuk tahun 2004, itu tingkat kunjungan wisata satu tahun kan sembilan ribu, sekarang ketika memasuki bulan Agustus itu tingkat kunjungan kita sudah 15 ribu, ada persepsi masyarakat pada tahun 2009 kita bagus....” Sementara itu dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara107 juga tidak pernah mengadakan evaluasi sehingga mereka pun tidak mengetahui apakah
106
Hasil Wawancara dengan Bapak Hadi Priyanto pada tanggal 31 Agustus 2010
107
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Krisnanto pada tanggal 31 Agustus 2010
104
program yang telah dilakukan selama setahun sudah cukup bagus atau masih bisa ditingkatkan lagi. “…Sementara kita hanya promosi gitu aja Mbak, kita ga ada prediksi…” Sedangkan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah108 merasa cukup berhasil dengan bukti bahwa jumlah pengunjung meningkat setiap tahun. “…Setiap promosi yang dilakukan berhasil semua, karena buktinya wisatawan semakin banyak terus…”
Berdasarkan program pemasaran yang didapatkan setelah melakukan kontak melalui email, ditemukan bahwa Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah melakukan evaluasi secara tahunan untuk menganalisa keberhasilan dari promosi dan pemasaran, meskipun sampai sekarang masih belum didapati evaluasi yang dilakukan seperti apa karena tidak pernah dikirimkan. Humas Setda Jepara109 juga mengungkapkan dengan lugas bahwa tidak pernah dilakukan evaluasi untuk menilai taktik mana yang berhasil dan mana yang tidak untuk membuat publikasi yang dijalankan menjadi semakin efektif dan efisien. Peneliti: Ada pernah melakukan evaluasi Pak mengenai apa namanya mungkin setahun itu sudah melakukan penyebaran leaflet, melakukan pameran, lomba mancing dan ... Nara sumber Hadi Priyanto: Belum pernah... belum pernah.
108
Hasil wawancara dengan Bapak Budiyanto pada tanggal 31 Agustus 2010
109
Hasil wawancara dengan Bapak Hadi Priyanto pada tanggal 31 Agustus 2010
105
Dengan melakukan kontak via email, Peneliti mendapatkan program komunikasi yang dibuat oleh Seksi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Karimunjawa yang dilampirkan di Lampiran 3 karena tidak cukup untuk dimuat di dalam halaman ini.
4.3 Hasil Pembahasan Proses analisa hasil penelitian adalah mencari hubungan antara konsep yang telah ada dengan hasil penelitian yang telah didapatkan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Peneliti berusaha untuk menganalisa dan mengetahui apa saja yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam mengkomunikasikan Karimunjawa dan apa yang sebenarnya menjadi masalah. Analisa yang dilakukan Peneliti menggunakan metode triangulasi, yaitu wawancara yang dilakukan kepada narasumber utama yaitu Hadi Priyanto selaku Kepala Seksi Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Kabupaten Jepara dan Budiyanto selaku Kepala Seksi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah serta Budi Krisnanto selaku Kepala Seksi Sosial Budaya Masyarakat Karimunjawa, dengan nara sumber pembanding Trenggono selaku Kepala Seksi Pelayanan Informasi dan Pemasaran Produk Wisata, Restiono DP selaku staff Seksi Pengembangan Pasar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, Teguh selaku staf dari Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah Berdasarkan hasil penelitian, tugas Sub Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah sesuai dengan Peraturan Bupati No. 30 Tahun 2008 pasal 26, yaitu: ”... melakukan penyusunan program, petunjuk pelaksanaan dan bahan kebijakan Pimpinan dibidang hubungan masyarakat, memberikan pelayanan 106
informasi kepada masyarakat dan media massa, melakukan diseminasi informasi dan pembinaan komunikasi, baik komunikasi interpersonal maupun sosial, menjadi juru bicara Pemerintah Daerah, melakukan dokumentasi dan publikasi kegiatan Pemerintah Daerah, melakukan distribusi data dan pembinaan informatika di Daerah…”110 Berdasarkan penelitian, tugas Hubungan Masyarakat (Humas) Sekretariat Daerah (Sekretarat Daerah) sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Dimock dan Koenig dalam bukunya Rosadi Ruslan yaitu, meningkatkan reputasi untuk mendukung tujuan dan kebijakan perusahaan, membangun dan memelihara hubungan positif dengan publik, menyampaikan informasi pada publik, interest group, pemegang saham, mengenai kebijakan, aktifitas dan prestasi dari sebuah organisasi, menyiapkan pers release dan menghubungi orang-orang di media untuk
menerbitkan
atau
menyiarkan
material
humas,
mengatur
dan
mengumpulkan program-program untuk memelihara dan mempertahankan kontak organisasi dan publik, mengatur pidato untuk kepentingan publikasi, bertanggung jawab dalam pembuatan annual reports. Nara sumber kedua adalah Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah karena secara umum, tugas mereka dalam melakukan pengumpulan, penganalisaan dan penyusunan rencana program serta pelaksanaan kegiatan promosi dan informasi usaha pariwisata sejalan dalam fungsi humas. Nara sumber ketiga adalah Seksi Sosial Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah. Peneliti melakukan wawancara terhadap seksi social budaya karena ketika melakukan kunjungan ke kantor mereka di Jepara, Kepala 110
Peraturan Bupati Jepara Nomor 30 Tahun 2008
107
Seksi Promosinya sedang tidak ada, sehingga diwakilkan oleh Kepala Seksi Sosial Budaya yang dulunya pernah menjabat di seksi promosi, sehingga beliau mengerti mengenai pertanyaan wawancara yang diajukan oleh Peneliti. Dalam mengkomunikasikan Karimunjawa kepada publiknya, dibutuhkan program komunikasi yang efektif dan tepat kepada sasaran. Dalam melakukan penelitian ini, Peneliti menggunakan konsep dari Ronald D. Smith yang mana terdiri dari sembilan tahap yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam program yang telah selama ini dilakukan. Berikut ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Peneliti terhadap Humas Sekretariat Daerah Jepara, Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah dan Seksi Sosial Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara dengan menggunakan konsep Smith sebagai fokus penelitian.
4.3.1
Analyzing The Situation Dalam menyusun program komunikasi, pasti terdapat kendala sehingga
pada akhirnya pesan yang ingin disampaikan oleh organisasi kepada publiknya tidak tersampaikan secara sempurna. Langkah pertama yang mana yaitu analyzing the situation, temuan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah kurangnya anggaran
dana
yang
disediakan
oleh
Pemerintah
Daerah
untuk
mengkomunikasikan Karimunjawa. Peneliti tidak tahu persisnya berapa rupiah anggaran dana yang disediakan untuk menyusun program komunikasi, karena berdasarkan data yang dikirimkan dari Humas Setda Jepara, anggaran dananya 108
tidak dikhususkan untuk Karimunjawa saja. Melainkan tergabung dengan anggaran dana untuk keseluruhan kegiatan dari Humas. Namun, dari wawancara yang telah dilakukan kepada Bapak Hadi Priyanto sebagai Kepala Seksi Divisi Humas Setda Jepara, Peneliti mendapatkan angka sekitar lima puluh juta sebagai anggaran dana untuk publikasi semua obyek wisata di Jepara. Bagi perusahaan yang hendak mengkomunikasikan produk barunya, uang sejumlah itu amat sangat kecil sehingga mungkin hanya mampu melakukan sekali publikasi saja jika menggunakan Koran Kompas, atau hanya mampu menyelenggarakan sekali saja pameran pariwisata. Publikasi yang dilakukan menjadi tidak efektif dan efisien sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu mengenai keberadaan Karimunjawa. Meskipun kurangnya anggaran dana untuk mengkomunikasikan kepulauan ini, namun keindahan dan keunikan Karimunjawa sanggup memukau para pengunjung yang pernah menginjakkan kakinya ke sana. Peneliti sendiri yang telah melakukan perjalanan ke sana bulan April tahun 2010 sempat mengucapkan janji untuk kembali lagi untuk kedua kalinya. Bahkan beberapa stasiun televisi pernah meliput kepulauan eksotik itu untuk meningkatkan rating acara “Jejak Petualang”, atau “Si Bolang” maupun “Mata Angin”. Telah banyak pula majalah untuk jalan-jalan yang juga memasukkan Karimunjawa sebagai obyek wisata berikutnya yang pantas untuk dikunjungi. Meskipun tidak melakukan riset secara formal tentang peluang dan kendala dari Karimunjawa, namun pemerintah daerah yang meliputi Humas Sekretariat 109
Daerah Jepara, Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah serta Jepara telah melakukan riset secara informal dengan melakukan pengamatan secara pribadi. Sehingga mereka dapat menceritakan kendala yang dialami oleh Karimunjawa terletak di transportasinya yang tidak jelas jadwalnya dan memiliki pemandangan yang indah serta eksotis. Melalui program pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah yang didapatkan melalui email, dapat dianalisa bahwa hasil riset yang tumpang tindih mencerminkan kurangnya pengertian dari pegawai Seksi Promosi Jawa Tengah mengenai kendala yang dihadapi oleh Jawa Tengah. Selain itu, berdasarkan program pemasaran Jawa Tengah diketahui bahwa terdapat kekurangan sarana informasi dan lemahnya koordinasi antara pelaku pariwisata Jawa Tengah, menurut Peneliti begitu juga dengan kendala yang dihadapi oleh Karimunjawa. Bahkan bisa lebih parah, karena jika Jawa Tengah yang merupakan sebuah propinsi ditemukan kurangnya informasi, apalagi Karimunjawa yang hanyalah sebuah kecamatan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Tengah yang berjudul “Sarana Pendukung Obyek Wisata Kepulauan Karimunjawa Jawa Tengah” Peneliti menemukan bahwa hasil penelitian tersebut belum digunakan secara maksimal bagi pengembangan dan publikasi Karimunjawa. Hal tersebut tampak dari kondisi saat ini di Karimunjawa yang kurang lebih masih memiliki kelemahan sarana pendukung seperti transport yang tidak jelas jadwalnya, potensi wisata yang tidak dikembangkan dengan baik sehingga alternative kegiatan yang dapat dilakukan menjadi terbatas. Padahal 110
Karimunjawa memiliki alternative kegiatan yang cukup banyak, pengunjung tidak hanya dapat melakukan kegiatan di dalam laut, namun juga dapat melakukan hiking di beberapa tempat di sekitar situ. Dengan adanya beberapa burung langka yang hidup di kawasan tersebut, pengunjung dapat melakukan kegiatan bird watching ataupun photo hunting. Jika berminat, pengunjung dapat melakukan ziarah ke makam Sunan Nyamplungan yang memiliki sejarah kehidupan di Karimunjawa. Budayanya yang unik dapat diangkat untuk menarik pengunjung yang menyukai gaya hidup dan kuliner dari masyarakat kepulauan tersebut, karena terdapat beberapa suku yang tinggal di Karimunjawa seperti Jawa, Bugis, Madura. Akulturasi budaya, makanan, dan tarian adatnya dapat digunakan untuk menarik perhatian dari masyarakat. Namun semua hal di atas tidak dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah daerah, padahal penelitian tersebut telah dilakukan sejak tahun 2006 sehingga pertumbuhan dari pengembangan obyek wisata tersebut tidak tampak secara signifikan. Sedangkan pemerintah daerah sendiri, melakukan riset secara informal dengan menyimpulkannya sendiri ketika melihat keadaan yang ada pada saat ini, seperti yang dikatakan oleh Bapak Restiyono mengenai kemungkinan kenapa masyarakat tidak mengenal Karimunjawa. 4.3.2
Analyzing The Organization Tahap kedua yang merupakan analyzing organization yang mana
seharusnya Peneliti melakukan pengamatan terhadap internal organisasi, opini publik yang terkait dengan reputasi organisasi, dan eksternal dari organisasi. 111
Secara internal, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jateng melakukan pengelolaan dan promosi bagi seluruh obyek wisata di Jateng. Sedangkan Dinas Kebdayaan dan Pariwisata Jepara melakukan pengelolaan dan promosi bagi seluruh obyek wisata di Jepara. Di samping itu ada pula Divisi Humas dari Setda Jepara yang melakukan publikasi bagi apa pun yang terjadi di seputar kawasan Jepara termasuk Karimunjawa. Opini publik yang menurut konsep dapat menjadi suatu ukuran bagi organisasi untuk menilai dirinya sendiri. Namun karena keterbatasan waktu, Peneliti tidak menanyakan mengenai opini dan persepsi publik terhadap Pemerintah Daerah dalam mengkomunikasikan Karimunjawa. Reputasi publik mengenai Pemerintah Daerah mengenai pengelolaan obyek wisata khususnya Karimunjawa tidak pernah diketahui karena tidak pernah dilakukan riset mengenai hal tersebut. Lingkungan eksternal dari Pemerintah Daerah dalam mengembangkan pariwisata di Jawa Tengah termasuk Karimunjawa bisa juga dibilang obyekobyek wisata di propinsi lainnya dengan obyek wisata yang sejenis. Misalnya, Karimunjawa bersaing dengan Pulau Bali, Pulau Lombok, Pulau Bunaken dan sebagainya. Selain itu, tidak adanya kerjasama dan koordinasi antara masing-masing pemerintah daerah tampak dari event dan pameran yang dilakukan secara sendirisendiri.
112
5
Analyzing The Public Kemampuan planner dalam mengidentifikasi dan menganalisa publik
merupakan dasar dalam menyusun sebuah kampanye komunikasi yang terintergrasi. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan dalam tahap ketiga adalah analyzing the public. Seorang Planner perlu mengetahui kelompok mana yang benar-benar merupakan publik dari Karimunjawa, supaya tidak membuang dana hanya karena salah dalam berinteraksi dengan publik yang tidak benar. Selanjutnya, planner harus secara hati-hati memeriksa setiap publik sehingga dapat menentukan strategi untuk mengkomunikasikannya dengan efektif. Namun, berdasarkan hasil penelitian terhadap Pemerintah Daerah yang mengelola Karimunjawa, Peneliti mendapatkan temuan bahwa mereka tidak mengetahui dengan pasti mengenai kelompok mana saja yang menjadi publik bagi Karimunjawa. Bahkan rancu dalam persepsi antara publik dan target market, padahal sebenarnya kedua hal tersebut memiliki arti yang sama sekali berbeda. Berdasarkan konsep, publik merupakan suatu kelompok orang yang berbagi ketertarikan yang sama dengan organisasi. Ibaratnya, publik adalah seperti keluarga sehingga tidak dapat dipilih tapi hanya begitulah adanya. Sedangkan target market di lain pihak lebih seperti teman. Kebanyakan dalam berteman orang memilih berdasarkan ketertarikan umum dan nilai-nilai yang sama. Oleh karena itu, jika Bapak Budiyanto mengungkapkan bahwa publik dari Karimunjawa adalah orang Malaysia dan Singapura, maka pendapat itu tidak sesuai dengan konsep yang Peneliti gunakan.
113
Publik
yang
tidak
dapat
dipilih
karena
ketertarikannya
kepada
Karimunjawa secara alami diungkapkan oleh Bapak Trenggono sebagai Kepala Seksi Tourism Information Centre bahwa Karimunjawa memiliki publik yang tidak biasa. Mereka adalah yang memiliki minat khusus dan suka berpetualang hingga menyebrangi lautan selama enam jam dengan menggunakan Kapal KMP Muria dari Jepara. Bapak Budiyanto selaku Kepala seksi dari Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
yang mengungkapkan bahwa Karimunjawa
merupakan obyek wisata minat khusus namun tidak diketahuinya secara spesifik apa minat khusus tersebut. Hasil analisa Peneliti mengenai minat khusus apa yang ingin dilakukan oleh para pengunjung seperti mengumumkan bahwa apa yang selama ini dilakukan oleh Pemerintah tidak secara langsung ditujukan kepada publiknya melainkan hanya promosi entah kepada siapa .Tidak heran jika di antara masyarakat masih banyak yang belum mengenal Karimunjawa, karena disebabkan oleh tidak sampainya pesan-pesan promosi kepada publiknya. Untuk mengenali siapa saja publik Karimunjawa, Ronald D. Smith mencetuskan suatu konsep yang menjelaskan bahwa terdapat empat kategori publik yaitu: customers, producers, enablers, dan limiters. Berbeda dengan konsep yang Peneliti gunakan, tiga organisasi yang diteliti tidak menggunakan konsep tersebut. Masyarakat yang dituju terlalu luas untuk untuk dapat menyampaikan pesan dari organisasi. Berdasarkan konsep yang digunakan, terdapat kelompok lain selain publik dan target market, yaitu audiens. Audiens 114
merupakan orang-orang yang
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan media yang sama seperti internet, tv, majalah, koran, dll. Namun, hubungan organisasi dan audiens cenderung singkat, hanya sebatas waktu ketika membaca artikel atau menonton acara di televisi saja. Selama ini, yang dituju oleh Pemerintah Daerah ketika mengadakan event dan pameran adalah audiens, bukannya publik. Akibatnya pesan yang disampaikan tidak pernah tepat sampai kepada publik yang sebenarnya. Selain itu, Karimunjawa merupakan wisata minat khusus yang belum tentu semua orang dapat menyukainyaSama halnya dengan pernyataan Bapak Restiono mengenai alasan mengapa Karimunjawa dengan potensinya yang unik masih tidak diketahui oleh masyarakat, belakangan diketahui bahwa adanya kemungkinan kurangnya peminat yang merupakan peminat khusus. Namun, Peneliti menangkap bahwa selama ini pemerintah tidak melakukan publikasi terhadap publik yang tepat sehingga tampaknya peminat Karimunjawa hanyalah sedikit. Selain melakukan penelitian terhadap ketiga organisasi pemerintah, Peneliti juga mendapatkan data sekunder mengenai target market dan publik Karimunjawa dari penelitian yang dilakukan oleh Christy Widyawati, alumnus Universitas Kristen Petra yang juga mengadakan penelitian mengenai Karimunjawa dengan judul ”Market Segmentation, Targeting, Positioning Destinasi Wisata Alam Pulau Karimun Jawa”. Berdasarkan tabel 4.2.4.1 yang menunjukkan tujuan wisatawan ke Karimunjawa, dapat diketahui bahwa 45.3% untuk berekreasi. Berdasarkan data tersebut, jelas terlihat bahwa publik dari Karimunjawa adalah wisatawan.
115
Sedangkan di tabel 4.2.4.2 yang menampilkan jenis wisatawan yang sering melakukan kunjungan, yang ternyata didominasi oleh wisatawan ecotourist sebanyak 36,8%. Didapatkan pula satu karakteristik dari publik Karimunjawa bahwa wisatawan yang menyukai Karimunjawa adalah wisatawan yang peduli akan lingkungan dan tidak suka merusaknya. Tabel 4.2.4.3 menyajikan angka-angka yang menunjukkan bahwa kegiatan yang disukai oleh para wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa adalah menyelam yang mencapai 34,7%. Satu lagi karakteristik publik dari Karimunjawa adalah menikmati indahnya alam di bawah laut dengan menyelam. Riset yang dilakukan oleh Christy Widyawati menunjukkan publik yang sebenarnya dari Karimunjawa, namun sayangnya pemerintah daerah tidak melakukan riset seperti itu, sehingga sampai sekarang mereka masih belum mengetahui publik sebenarnya dan target market yang perlu dituju oleh Karimunjawa.
4.3.4
Establishing Goals and Objectives Langkah
keempat adalah
establishing goals and objective dalam
mengkomunikasikan Karimunjawa. Communication goal dapat dikategorikan menjadi tiga tipe kondisi manajemen yang berbeda, yaitu reputation management goals, yang berhubungan dengan identitas dan persepsi terhadap organisasi; relationship management goals, yang memfokuskan terhadap bagaimana organisasi berhubungan dengan publiknya; dan task management goals, yang
116
mana lebih berkonsentrasi terhadap hal-hal yang harus selesai. Namun, ketiga kategori tersebut tidak ada di dalam tujan yang disebutkan oleh para nara sumber. Tujuan yang diungkapkan oleh Bapak Budiyanto selaku Kepala Seksi Promosi adalah untuk mengenalkan, mempromosikan, Jawa Tengah kepada wisatawan supaya mereka mencintai dan mengunjungi Jawa Tengah hanya melingkupi task management goals saja. Sedangkan menurut Bapat Budi Krisnanto yang menjabarkan bahwa tujuan dari program yang dibuatnya untuk Karimunjawa adalah memperkenalkan Karimunjawa dan berharap wisatawan
mau datang dan mengenalnya yang
kemudian dapat menimbulkan kebanggaan masyarakat Karimunjawa terhadap daerahnya sendiri. Selain itu, beliau berharap meningkatnya kunjungan para wisatawan tersebut dapat berdampak dalam peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sendiri. Tujuan yang dilontarkan oleh Bapak Budi Krisnanto telah melingkupi dua tujuan, yaitu relationship management goals dan task management goals. Meskipun masih belum menjadi tujuan yang sempurna karena belum memasukkan reputation management goals, namun tujuan tersebut sudah cukup baik karena mampu untuk memikirkan dampak untuk masyarakat. Secara keseluruhan, tujuan yang diberikan oleh para nara sumber belum dapat memenuhi kriteria yang disebutkan oleh konsep dari Ronald. D Smith. “…Gini mmmm kami… kami… kami sudah anu… begini, he’eh sudah ada tag linenya, saya harapkan, , ya harapan kami begitu, orang tidak hanya sekedar mendapatkan… mencari apa ya… kesenangan ragawi, tapi jiwanya juga secara orang melakukan petualangan itu tidak sekedar orang melihat keindahan, tapi bagaimana melihat kebesaran alam yang diciptakan Tuhan itu begitu indah dan kita di mata Tuhan itu tidak ada 117
apa-apanya, ketika kita berada di tengah laut misalnya, atau kita begitu melihat indahnya mmmm karang di dalam laut, kita tidak ada apa-apanya, bagaimana kita mmmm menjadi suatu legenda yang istilahnya membuat damai dengan nuansa kealamannya…”111 “…Untuk jangka waktu 5 tahun, saya pikir sebagian tercapai, sebagian lagi masih dalam proses ya, proses untuk mencapai itu. Sebenarnya ketika kami mmmm berharap semakin banyak kunjungan tingkat wisatawan itu semakin anu.., semakin banyak…”112 Positioning untuk Karimunjawa dapat membantu organisasi dalam mengkomunikasikan kepada publik apa yang ingin dilakukan oleh para pengunjung. Namun, berdasarkan data yang Peneliti kumpulkan, terlihat bahwa pemerintah daerah belum mengetahui konsep dalam menentukan posisi bagi Karimunjawa, sehingga mereka masih belum tahu benar apa yang membedakan Karimunjawa dengan obyek wisata lainnya. Meskipun ada komentar yang mengatakan bahwa Karimunjawa berbeda dengan Bali, karena Karimunjawa memiliki diving site dan snorkelling site, namun Pulau Bunaken juga memiliki hal yang sama. Sehingga, keunikannya secara spesifik masih belum bisa ditonjolkan seperti Bali yang dijuluki sebagai Pulau Dewata. Objective dalam mengkomunikasikan Karimunjawa menurut konsep terdiri dari tiga bagian yaitu objective awareness, acceptance dan action. Kesadaran mengenai keberadaan Karimunjawa untuk pertama kalinya yang memulai proses, kemudian
meningkat
menjadi
tertarik
setelah
melihat
foto-foto
yang
mengabadikan keindahannya. Secara bertahap, kemudian memilih untuk menerima kenyataan bahwa Karimunjawa memiliki keindahan alam yang luar 111
Hasil Wawancara dengan Bapak Trenggono pada tanggal 2 Juli 2010
112
Hasil Wawancara dengan Bapak Budi Krisnanto pada tanggal 31 Agustus 2010
118
biasa, dan pada akhirnya muncul keinginan untuk melakukan kunjungan ke Karimunjawa. Pemerintah
Daerah
berusaha
untuk
membuat
masyarakat
datang
berkunjung ke Karimunjawa, yang mana seharusnya membuat suatu kampanye dengan memasukkan objective awareness. Dengan tujuan untuk memperkenalkan dan meningkatkan wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa, diperlukan kesadaran publik untuk mengetahui bahwa terdapat kepulauan yang bernama Karimunjawa. Dalam melakukan penelitian ini, beberapa kali orang tidak tahu dan bertanya mengenai obyek yang diteliti dengan kalimat seperti, ”Apa itu Karimunjawa? Mobil?” Beberapa kali Peneliti menyebutkannya, orang-orang masih salah kaprah dengan sebuah tipe mobil yang menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka tidak pernah mendengar keberadaan suatu kepulauan di antara Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan yang bernama Karimunjawa. Karimunjawa belumlah populer seperti Pulau Bali yang bahkan lebih terkenal dibandingkan Indonesia. Sekali dengar, orang akan tahu bahwa Pulau Bali itu tempat yang menyenangkan untuk wisata pantai, religi, dan bersenangsenang. Gambaran mengenai Pulau Bali sudah terbentuk, sedangkan belum muncul gambaran sama sekali di otak ketika ”Karimunjawa” disebutkan. Bagian kedua dalam membuat objective adalah acceptance untuk membuat masyarakat mengakui bahwa Karimunjawa merupakan kepulauan eksotis yang indah dan dapat melakukan kegiatan snorkelling, menyelam, berenang, dan lain sebagainya.
119
Bagian ketiga adalah action, untuk mendorong para pembaca artikel, audiens yang menonton tv, maupun audiens lain yang menggunakan media yang berbeda. Memutuskan untuk berkunjung ke Karimunjawa karena menyadari keberadaannya dan mengakui keindahannya. Peneliti tidak pernah mendengar adanya objective yang direncanakan oleh para pemerintah, namun dengan adanya kegiatan-kegiatan yang mereka jadwalkan setiap tahunnya seperti lomba mancing, berpartisipasi dalam Sail Indonesia, dapat menjadi suatu objective untuk mencapai tujuan seperti memperkenalkan dan meningkatkan jumlah kunjungan Karimunjawa.
4.3.5
Formulating Action and Response Strategies Langkah selanjutnya merupakan langkah kelima yang adalah formulating
action and response strategies. Strategi yang digunakan oleh Pemerintah Daerah untuk mengkomunikasikan Karimunjawa adalah dengan bekerja sama dengan Departemen Perikanan dan Kelautan untuk mengadakan Sail Indonesia. Pelayaran ini menggunakan beberapa yacht yang berangkat dari Darwin dan menghabiskan selama tiga bulan terapung-apung di lautan mengelilingi Indonesia dengan melakukan beberapa perhentian di Bali, Karimunjawa, Banda, Buton, Kepulauan Timor, Lembata, Wakatobi, Flores, Sulawesi, dan Jawa. Pelayaran yang diadakan setiap tahun ini diadakan sejak tahun 2009.
120
Berdasarkan konsep yang Peneliti gunakan, maka pemerintah daerah Karimunjawa menggunakan action strategies, yaitu audience participation, special events, alliances and coalitions, sponsorship, dan activism. Sail Indonesia yang disebutkan di atas merupakan strategi alliances and coalitons yang diadakan setiap tahun. Event ini diadakan atas hasil partisipasi dari beberapa organisasi yaitu Departemen Kelautan Australia, Departemen Kelautan dan Perikanan, Yayasan Cinta Bahari dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, serta masing-masing daerah yang dikunjungi. Strategi ini cukup menarik untuk memperkenalkan dan membuka diri kepada masyarakat yang mana sebagai audiences.
Dalam event tersebut,
masyarakat Karimunjawa turut berpartisipasi dengan menghadirkan tari-tarian sebagai budaya dari tiga suku yang tinggal di situ. Kemudian, para pengunjung juga dijamu dengan masakan lokal yang dimasak oleh penduduk lokal pula. Event ini tidak hanya memperkenalkan Karimunjawa sebagai obyek wisata alam yang eksotis, tetapi juga memperlihatkan kepada peserta Sail Indonesia yang kebanyakan adalah turis asing bahwa Karimunjawa juga memiliki budaya yang menarik dengan makanannya yang unik. Ada pula lomba mancing yang diadakan sebanyak delapan kali dalam setahun dengan hadiah 25 juta. Event ini masih termasuk dalam strategi alliances and coalitions, karena merupakan hasil dari partisipasi dari Departemen Kelautan dan Perikanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jateng dan Jepara, serta dari kabupaten dan propinsi. dan pentas seni yang baru mau dimulai. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai Karimunjawa 121
kepada audiens, sehingga demi mengikuti acara-acara tersebut, mereka jadi tahu bahwa ada kepulauan Karimunjawa. Pameran yang diadakan setiap tahun di berbagai kota merupakan contoh dari special event untuk menarik perhatian audiens. Namun, karena publik dari Karimunjawa jarang berkunjung ke pameran-pameran, Peneliti merasa bahwa pameran ini tidak begitu berhasil dalam
mengkomunikasikan Karimunjawa.
Penjelasan yang diungkapkan oleh Bapak Budiyanto bahwa seharusnya masyarakat hadir ketika diadakan pameran, supaya mengetahui keberadaan Karimunjawa tidak dapat diterapkan begitu saja. Bukan audiens yang harus mencoba mencari tahu, namun seharusnya penyelenggara pameran yang berusaha keras untuk mencari tahu apa yang disukai oleh audiensnya untuk mendapatkan perhatian mereka. Strategi yang digunakan oleh pemerintah daerah cukup bervariasi dan sejalan dengan apa yang terdapat di dalam konsep, namun menurut Peneliti strategi tersebut tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Analisa ini Peneliti dapatkan dari sedemikian seringnya nara sumber mengatakan bahwa telah dilakukan road show dan pameran serta Sail Indonesia yang diadakan setiap tahun. Ketika ditanya
mengenai program, salah satu dari pemerintah daerah
mengaku bahwa mereka lebih sering berpartisipasi terhadap event yang diselenggarakan oleh pihak lain, sedangkan event yang diselenggarakan sendiri dapat dihitung. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa pemerintah daerah belum memiliki konsep yang tepat akan strategi yang memiliki kemungkinan
122
berhasil lebih besar bila tersusun dengan rapi, baik bentuk kegiatannya, frekuensi dalam setahun, dan dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan. Menerima dengan terbuka televisi nasional yang datang meliput dengan tujuan untuk memperkenalkan dan mengkomunikasikan Karimunjawa juga termasuk strategi yang mampu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai keberadaan Karimunjawa. Selain liputan televisi, pemerintah daerah juga menerima liputan media cetak. Bahkan tidak jarang juga pemerintah daerah mengirimkan pers release maupun berita mengenai Karimunjawa kepada media cetak untuk dipublikasikan. Beberapa kali pemerintah daerah melakukan dialog di radio dan TV, promosi melalui internet, liputan media di surat kabar. Semua kegiatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai keberadaan Karimunjawa.
4.3.6
Using Effective Communication Langkah keenam adalah using effective communication, yang mana tidak
ada kegiatan seperti pidato ataupun dialog terhadap masyarakat untuk mengimbau audiens untuk datang ke Karimunjawa. Pemerintah daerah yang diteliti melakukan dialog dengan menggunakan nara sumber Prof. Dr. Sudarto (sekarang Rektor UNDIP) yang merupakan seorang pakar lingkungan. Tujuan dialog ini adalah mendorong masyarakat Karimunjawa di samping untuk mengembangkan Karimunjawa dari sisi wisata juga memelihara lingkungan hidup di kawasan Karimunjawa. 123
Disebutkan pula bahwa dilakukan dialog dengan Bapak Sasongko Tedjo selaku
Direktur Pemberitaan Harian Suara Merdeka yang bertujuan untuk
mempromosikan Karimunjawa melalui media massa. Dilakukan juga kerjasama dalam mempromosikan Karimunjawa melalui Lomba Mancing Piala Bupati Jepara. Dengan melakukan dialog dengan Bapak Sasongko Tedjo selaku Direktur Pemberitaan Harian Suara Merdeka diharapkan dapat terjadi adanya pertukaran informasi
antara
pemerintah
daerah
dan
publiknya,
untuk
membantu
membangkitkan hubungan antara pemerintah daerah dan publiknya, dan membangun hubungan yang lebih dalam yang dapat dilanjutkan menjadi hubungan yang lebih akrab lagi antara pemerintah daerah dan publiknya. Tampaknya pemerintah daerah belum begitu paham apa manfaat dari dialog antara pembicara dengan publik. Tokoh-tokoh yang dipilih tidak diragukan bahwa mereka mampu untuk berbicara di hadapan masyarakat, namun itu saja belum cukup. Mereka harus memiliki kredibilitas, control, dan karisma yang mampu untuk mengontrol, memukau, dan dipercaya masyarakat ketika mengimbau untuk berkunjung ke Karimunjawa. Bahkan mungkin karena reputasi dan karisma sang tokoh, masyarakat yang sudah menjadikannya sebagai idola akan tertarik pada apapun yang disarankan olehnya. Sehingga kemungkinan untuk meningkatkan jumlah kunjungan menjadi lebih besar. Selain bahwa sang tokoh harus memiliki karisma dan popular supaya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, masyarakat luas untuk dapat
sang tokoh harus dikenal oleh
meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai 124
keberadaan Karimunjawa.
Lebih
bagus
lagi
jika
masyarakat
akhirnya
memutuskan untuk melakukan kunjungan ke Karimunjawa. Sayangnya pula, tidak disebutkan tepatnya berapa kali dialog tersebut dilakukan dalam setahun dan siapa yang diundang untuk menghadiri acara dialog tersebut. Jika yang diundang adalah publik dari Karimunjawa, dialog yang terjadi akan semakin akrab sehingga menimbulkan hubungan keterkaitan yang semakin akrab dan kompak untuk mewujudkan tujuan bersama, yaitu memperkenalkan Karimunjawa, meningkatkan kunjugan pariwisata, menjaga keeksotisan alam dengan berusaha tidak merusaknya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Karimunjawa.
4.3.7
Choosing Communication Tactics Langkah ketujuh yang merupakan choosing communication tactics
merupakan strategi yang dibuat oleh instansi-instansi pemerintah tersebut untuk mengkomunikasikan Karimunjawa dengan berbagai macam cara. Taktik yang mereka gunakan sesuai dengan konsep yang Peneliti gunakan meskipun masih terkesan kurang bervariasi dan frekuensi serta dananya masih belum jelas. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang diwakili oleh Kepala Seksi Promosinya mengungkapkan bahwa mereka mengundang tamu untuk berkunjung ke Karimunjawa. Meskipun seksi promosi, namun juga melakukan fungsi public relations, yang mana jika berdasarkan konsep, taktik ini merupakan komunikasi interpersonal untuk memperkenalkan Karimunjawa kepada audiens. Namun, tidak diketahui seperti apa latar belakang dari tamu yang diundang tersebut, juga tidak 125
disebutkan berapa kali kegiatan ini dilakukan dalam setahun. Jika yang diundang adalah audiens yang cenderung menyukai mall dan hobi belanja, maka mereka bukan audiens yang tepat untuk diundang ke Karimunjawa. Tipe audiens yang seharusnya diundang adalah yang menyukai petualangan dan senang menikmati pemandangan alam dan laut. Frekuensi kegiatan dan jumlah peserta, juga menentukan bagaimana kegiatan ini akan berhasil atau tidak, karena mengundang tamu dan membiayainya bukanlah uang yang kecil. Humas Setda Jepara juga menyebutkan dalam program komunikasinya bahwa mereka memfasilitasi beberapa stasiun televisi nasional yang ingin meliput Karimunjawa. Meskipun liputan ini bukanlah ide yang muncul dari pemerintah daerah
sendiri,
namun
dapat
membantu
pemerintah
daerah
untuk
menginformasikan audiens mengenai keberadaan Karimunjawa. Liputan televisi mampu menghadirkan visualisasi yang mendeskripsikan keindahan Karimunjawa dan mengundang audiens menjadi publik dengan melakukan tindakan, yaitu mencari tahu mengenai Karimunjawa dan melakukan kunjungan. Kegiatan tersebut juga sesuai dengan tugas dan humas untuk mewujudkan tujuan dari organisasi yang mana adalah untuk memperkenalkan Karimunjawa kepada audiens. Bapak Budiyanto juga menyebutkan bahwa mereka juga mengadakan road show ke beberapa kota untuk mengkomunikasikan obyek-obyek wisata di Jawa Tengah termasuk Karimunjawa. Road show ke kota lain ini perlu dilakukan riset, apakah keberhasilannya tinggi atau tidak.
126
Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa mereka juga mengadakan pameran dengan tujuan untuk memperkenalkan dan meningkatkan jumlah pengunjung Karimunjawa. Peneliti pernah mengunjungi salah satu pameran yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jateng yang bertempat di PRPP Semarang. Peneliti melihat
bahwa
tidak banyak publik dari Karimunjawa
yang
menghadirinya, dikonfirmasi pula dengan adanya counter Karimunjawa yang mendapatkan sedikit pengunjung karena Peneliti berada di sana selama beberapa jam. Informasi mengenai pameran memang terlihat di jalan-jalan utama, namun pengunjung dari pameran di Semarang tersebut lebih ke menengah ke bawah. Pameran
tersebut
dinilai kurang menarik audiens atau masyarakat yang
kemungkinan adalah publik dari Karimunjawa. Selain di Semarang, Bapak Budiyanto menyatakan bahwa mereka juga turut berpartisipasi dalam mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh Propinsi Jawa Timur tepatnya di Surabaya. Namun berdasarkan wawancara terhadap salah seorang pengunjung Karimunjawa yang berasal dari Surabaya, dia tidak tahumenahu mengenai adanya pameran tersebut. Bahkan, keberadaan Karimunjawa tidak sengaja dia ketahui dari sebuah forum traveler internasional di internet yang waktu itu kebetulan akan mengadakan gathering nasional di kepulauan tersebut. Disebutkan pula bahwa sering diadakan pameran di Jakarta, namun informasinya mengenai pameran pariwisata tersebut perlu digencarkan supaya masyarakat lebih banyak yang tahu dan berencana untuk mengunjungi pameran tersebut.
127
Penyebaran leaflet dan brosur dilakukan di kawasan pameran, sehingga jika masyarakat tidak mengunjunginya mereka tidak akan mendapatkannya. Selain itu, disebutkan pula bahwa telah banyak blog yang mengabadikan keindahan mengenai Kairmunjawa, baik dengan menggunakan deskripsi maupun dengan visualisasi melalui foto dan video. Meskipun disebutkan bahwa promosi dan penyebaran informasi melalui website (http://www.central-java-tourism.com/desawisata/in/karimunjawa.htm) juga dilakukan, namun usaha tersebut dinilai belumlah
maksimal. Karena website tersebut belum cukup menarik untuk mengundang wisatawan untuk berkunjung dan belum cukup lengkap, selain itu tidak disediakan forum diskusi untuk bertanya, mengingat Karimunjawa masih asing dan terdengar sangat terpencil. Masyarakat pada umumnya akan berpikir bahwa akan susah untuk melakukan kunjungan ke sana karena jaraknya yang jauh dan tidak tahu secara spesifik jadwal dari transportasi yang disediakan. Di sinilah keberadaan website dan catatan perjalanan (blog) yang dibuat oleh perorangan menjadi informasi yang sangat berharga, karena meskipun informasi itu disebarkan oleh individual yang notabene tidak dibayar oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan publikasi, informasi yang mereka sediakan cukup lengkap dan sangat membantu bagi sekian banyak orang yang hendak melakukan perjalanan. Suyanti yang merupakan tipe wisatawan petualang (backpacker), mengaku bahwa dia mendapatkan informasi paling banyak dari catatan perjalanan (blog) dan forum, meskipun tidak sebegitu rincinya. Kebanyakan dari catatan perjalanan (blog) tersebut mendeskripsikan mengenai keindahan dari Karimunjawa dan tidak menjelaskan mengenai bagaimana cara 128
menuju ke sana, kapal pinjam di mana, apa saja kegiatan yang dapat dilakukan, dan lain sebagainya. Namun, website pemerintah dianggap tidak membantu sama sekali karena tidak memberikan informasi yang diminta. Bahkan ada yang tidak tahu bahwa pemerintah memiliki website mengenai Karimunjawa. Taktik pemerintah dalam menyelenggarakan pameran di beberapa kota dinilai tidak tepat, karena publik Karimunjawa yang merupakan tipe backpacker dengan anggaran dana yang terbatas lebih familiar dalam menggunakan internet daripada harus mengunjungi pameran. Selain itu, pameran yang diselenggarakan juga tidak dipublikasikan kepada audiens, sehingga berakibat hanya sedikit masyarakat yang mengunjungi pameran tersebut. Ketika melakukan penelitian ke Semarang pada bulan Juli 2010, kebetulan waktu itu sedang berlangsung pameran pariwisata yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa tengah. Peneliti mencoba untuk berkunjung dan melihat seperti apa kira-kira pameran yang diselenggarakan pemerintah untuk menarik perhatian masyarakat mengenai pariwisata Jawa Tengah. Menurut informasi dari Ibu Puji selaku humas dari Balai Taman Nasional Karimunjawa, terdapat juga counter Karimunjawa di pameran itu. Suasananya yang monoton berkesan jauh dari menarik, bahkan dalam sekejap Peneliti sudah merasa bosan. Lagipula, ketika Peneliti bertanya mengenai Karimunjawa, banyak orang yang tidak tahu di mana itu, bahkan Peneliti mengalami kesulitan untuk menemukan counter pariwisata Karimunjawa. Di salah satu pulau di Kepulauan Karimunjawa yang telah dibeli oleh orang asing, terdapat sebuah resort yang bernama Kura-Kura Resort. Untuk 129
mempromosikannya,
manajemen
dari
resort
ini
membuat
website
(www.kurakuraresort.com) yang sangat menarik dan mengundang audiens untuk mengunjungi Karimunjawa dan menginap di resort tersebut. Jika pemerintah daerah membuat website seperti ini, jumlah wisatawan yang datang tentunya akan melonjak tinggi. Ditambah pula dengan pencinta selam dari beberapa komunitas, yang salah satunya adalah perkumpulan mahasiswa UNDIP dan akan terus membanggakan keindahan bawah laut dari Karimunjawa. Namun informasi yang disebarkan oleh para wisatawan dan pencinta selam dari UNDIP tidak dapat dihitung sebagai keberhasilan publikasi Karimunjawa. Sail Indonesia yang merupakan event tahunan hanya dikomunikasikan melalui internet saja dan pemerintah daerah yang merupakan nara sumber mengaku bahwa mereka hanya berpartisipasi dalam menyukseskan acara ini. Meskipun mereka juga ikut berkepentingan dalam acara tersebut dengan mempersiapkan Karimunjawa supaya siap dikunjungi, namun acara ini taktik komunikasi yang digagaskan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan, sehingga pemerintah daerah tidak dapat mengambil nilai dari acara tersebut. Sail Indonesia sepertinya bukan ditujukan kepada wisatawan domestik, melainkan wisatawan asing. Padahal, jangankan yang asing, wisatawan domestic saja masih banyak yang tidak mengetahui keberadaan dari Karimunjawa. Namun, event ini cukup menarik karena membuat wisatawan-wisatawan asing tersebut mengenal budaya dan makanan khas dari Karimunjawa selain alamnya. Mengenai publikasinya untuk event ini, Peneliti baru mengetahuinya pertama kali ketika 130
disebutkan oleh nara sumber di instansi-instansi pemerintah itu. Yang Peneliti ketahui publikasinya melalui website www.sailindonesia.net. Website ini menjelaskan bagaimana cara berpartisipasi, pulau-pulau yang akan disinggahi, biaya partisipasi, syarat dan kondisi dan lain sebagainya. Namun, event ini cukup menarik karena unik dan peserta perlu membawa perahunya untuk bisa ikut berpartisipasi. Selain itu, event ini membuat wisatawan asing mengenal Indonesia, bahwa budaya dan keindahan alam Indonesia tidak sebanding jika hanya diwakilkan oleh Pulau Bali. Lomba mancing yang juga termasuk dalam special event, merupakan ide yang bagus untuk memperkenalkan dan meningkatkan jumlah kunjungan ke Karimunjawa. Namun, alasan lomba mancing ini diadakan Peneliti belum mendapatkan alasannya. Lomba mancing ini rupanya merupakan event yang cukup dinantikan bagi sebagian orang yang memiliki hobi memancing. Dipublikasikan melalui internet, majalah, dan Koran lokal oleh Humas Sekretariat Daerah Jepara. Special event seperti lomba memancing ini akan lebih menarik jika dipublikasikan dengan menggunakan media internet seperti website khusus yang ditampilkan secara menarik dan informative dan selalu diperbaharui setiap kali terdapat berita baru. Ada pula pentas seni yang katanya baru akan dijadwalkan ketika Peneliti melakukan wawancara Agustus 2010. Akan menjadi sebuah daya tarik budaya yang menarik setelah menikmati keindahan alamnya yang juga memukau. Namun, Peneliti masih tidak tahu apakah pentas seni ini sudah berjalan atau belum. 131
Liputan media di surat kabar juga dilakukan oleh pemerintah daerah, salah satunya dengan menggunakan Suara Merdeka sebagai surat kabar lokal. Surat kabar ini bahkan melakukan kerja sama untuk mengadakan lomba mancing yang telah disebutkan di atas. Tempo dan Kompas sebagai media cetak dengan skala nasional juga menampilkan Karimunjawa di beberapa edisinya. Peneliti menilai bahwa pemunculan Karimunjawa di media cetak nasional ini merupakan awal yang baik untuk memperkenalkan diri di kancah nasional.
4.3.8
Implenting The Strategic Plan Langkah kedelapan adalah implementing the strategic plan, yang mana
dalam hal ini tidak ada rencana yang dikhususkan untuk mengkomunikasikan Karimunjawa secara spesifik. Sebuah program kerja, seharusnya memiliki beberapa elemen sebagai berikut: 1. Judul program dan nama organisasi 2. Ringkasan
mengenai rencana yang dilakukan sebagai overview bagi
perencana dan pembaca yang tidak terlibat langsug dengan program tersebut 3. Tabel yang terdiri dari segmen-segment dari program. 4. Pernyataan prinsip yang merupakan pendekatan menuju kampanye strategi komunikasi (optional). 5. Analisa situasi yang merupakan perpaduan antara penelitian, masalah dan publik. Beberapa perencanaan program menyajikan riset data.
132
6. Rekomendasi yang dibutuhkan untuk mencapai goals dan objectives, strategi dan taktik 7. Jadwal yang menunjukkan pertimbangan waktu yang cocok untuk melakukan taktik. 8. Uraian anggaran dana yang termasuk waktu, uang dan peralatan, sejalan pula dengan pendapatan yang masuk. 9.
Rencana evaluasi dengan metode informasi yang digunakan untuk mengukur efektifitas program
Program komunikasi yang didapatkan dari Humas Setda Jepara tidak secara spesifik dibuat untuk mengkomunikasikan Karimunjawa melainkan program kerja global
dari
divisi
Penyelenggaraan
tersebut Pemerintah
dengan
judul
Daerah
awalnya
dan
adalah
Laporan
“Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban”. Begitu pula dengan program komunikasi dari Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah yang dibuat global untuk mempromosikan semua obyek wisata di Jawa Tengah dengan nama awal “Program Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah” Judul program tidak ditemukan dalam program kerja Humas Setda Jepara, hanya disebutkan “kegiatan meliputi:”. Sehingga pada awalnya Peneliti agak bingung dalam menentukan antara program kerja atau evaluasi. Begitu pula dengan program pemasaran yang dibuat oleh Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, sebuah tabel tanpa judul yang membuat rancu, program tersebut untuk periode kapan. 133
Tidak ada ringkasan mengenai rencana yang ingin dilakukan dalam kedua program tersebut, hanyalah kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam bentuk tabel yang sejalan dengan syarat nomor tiga dari konsep. Namun program kerja Humas Setda Jepara tidak menggunakan tabel, kegiatan hanya disusun berurutan. Tidak ada pernyataan prinsip seperti yang ada pada point nomor 4 yang merupakan pendekatan menuju kampanye strategi komunikasi. Permasalahan yang merupakan bagian dari analisa situasi terurai dalam program kerja yang dibuat oleh pemerintah daerah. Namun peluang yang merupakan informasi bagi pemerintah daerah untuk menonjolkan kelebihannya tidak dicantumkan. Begitu pula dengan publiknya, sama sekali tidak dibahas. Mungkin karena pemerintah daerah masih bingung siapa yang menjadi publik mereka, oleh karena itu mereka tidak mencantumkannya. Program tersebut tidak menyajikan riset data, yang sebenarnya patut dipertanyakan karena menurut Bapak Trenggono, ada riset yang dilakukan meskipun oleh departemen yang berbeda. Namun hingga sekarang pun, Peneliti tidak pernah mendapatkan format riset tersebut. Jadwal waktu untuk melakukan taktik komunikasi tidak dicantumkan di dalam program kerja. Hal ini cukup membingungkan, dengan tidak adanya jadwal program kerja akan menjadi tidak terstruktur dan sulit untuk mengetahui mana taktik yang telah dilakukan dan mana yang belum. Selain itu, perencanaan sebelum mengimplementasikan taktik sangatlah penting, karena dengan adanya jadwal pemerintah daerah dapat menambahkan sesuatu yang mungkin tercetus di tengah tahun. Jadwal tersebut juga dapat dijadikan dokumen untuk mengevaluasi 134
program kerja, apakah taktik tersebut cocok dilakukan di bulan tersebut atau tidak. Mungkin jadwal tersebut hanya dicantumkan di dalam kalender event, tapi Peneliti tidak melihat adanya masalah kenapa jadwal tersebut tidak dimasukkan di dalam program kerja ini. Anggaran dana bukan hanya mengenai uang, tapi juga berhubungan dengan kebutuhan sumber daya untuk mengimplementasikan taktik. Oleh karena itu anggaran dana untuk public relations harus mempertimbangkan lima elemen: personil, material, biaya media, peralatan dan fasilitas, dan biaya administratif. Dalam program kerja yang diperoleh, anggaran dana yang ada tidak dibagibagi untuk kelima elemen yang disebutkan di dalam konsep. Dalam program kerja yang dibuat oleh Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jepara, anggaran dana hanya dianggarkan untuk penggunaan media, pameran, pembuatan kalender event, pembuatan leaflet dan brosur, pembuatan CD, penerbitan majalah informasi pariwisata, pembuatan peta, festival, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk peralatan dan fasilitas juga turut dianggarkan seperti untuk pengadaan dan pengembangan alat layanan informasi pariwisata Jateng berbasis teknologi dan sewa lahan dan konstruksi pemasangan billboard. Untuk biaya material, personil, dan biaya administrative tidak disebutkan di dalam program kerja.
4.3.9
Evaluative Research Langkah terakhir adalah evaluative research dan berdasarkan hasil
penelitian, diketahui bahwa tidak satupun dari instansi yang diteliti mengadakan 135
evaluasi di akhir program. Bahkan Bapak Budiyanto mengungkapkan tanpa ada data bahwa promosi dan publikasi yang dilakukan telah berhasil semua dan tidak ada yang gagal. Sedangkan Bapak Budi Krisnanto menjelaskan bahwa tidak ada pantauan untuk program yang mereka jalankan. Bapak Hadi Priyanto juga mengungkapkan bahwa tidak pernah dilakukan evaluasi setiap akhir tahun. Namun, berdasarkan program kerja yang dibuat oleh Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, tertulis bahwa dilakukan evaluasi setiap akhir tahun. Di sini terlihat bahwa ada yang tidak sinkron antara pernyataan Bapak Budiyanto dan program kerja yang jelas menyatakan mengenai evaluasi tersebut.
136