BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Gambaran Umum Obyek Yayasan Intermedika Prana (YIM) bermula dari terbentuknya PT. Mitra Konsep Konsivalua (M2K) pada pertengahan tahun2001, yang diprakarsai oleh Ny. Jenny Kusumawati berpartner dengan Dr. Bertrand Guichoux seorang dokter asing dari Perancis. Perusahaan ini bergerak dalam bidang.bidang antara lain : Home Medical Care, Konsultan Kesehatan, Program Vaksinasi dan Program Edukasi Kesehatan khusus diperuntukkan bagi Korporasi. Dalam
perjalanannya
PT.
Mitra
Konsep
Konsivalua
ingin
mengembangkan diri dalam pelayanan kesehatan berupa Klinik yang dikhususkan bagi tenaga-tenaga asing dan turis asing di Jakarta.Untuk melaksanakan kegiatan klinik tersebut diperlukan payung yang berupa yayasan, maka dibentuklah Yayasan Inter Medika (YIM) yang akhirnya harus berubah nama menjadi Yayasan Intermedika Prana (YIM) dikarenakan perubahan perundang-undangan mengenai Perseroan Terbatas danYayasan dari KemenkumHAM pada tahun 2007. YIM adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bekerja dengan komunitas Gay dan LSL (lelaki seksual dengan lelaki) secara independen, ditargetkan untuk menjadi Komunitas Gay dan LSL yang sehat dan berdaya. Untuk target dan tujuan tersebut, YIM juga melakukan aktivitas-aktivitas, seperti :
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Pemetaan, Penjangkauan, merujuk, mendistribusikan kondom dan lubricant, membua tkomdom outlet di panti-panti pijat, HIV Manager Kasus, HIV Konseling, memberikan edukasi dan informasi yang tepat mengenai IMS, HIV dan AIDS, melaksanakan dokter keliling atau mobile clinics secara rutin baik di panti-panti pijat maupun di hotspot, mengedukasi komunitas tentang perbedaan gender, YIM goes to kampus, advokasi sehubungan dengan stigma dan diskriminasi terhadap komunitas Gay dan LSL dan dalam usahanya untuk dapat membantu Pemerintah mengenai program pencegahan IMS, HIV dan AIDS. YIM melakukan networking dengan stakeholder dan lembaga-lembaga lain yang bergerak di bidang yang serupa dan pada dasarnya YIM didirikan karena kepedulian terhadap komunitas Gay dan LSL serta menjunjung nilai-nilai independensi, nirlaba, kesetaraan, solidaritas, transparansi dan akuntabilitas. Yim juga telah membentuk kelompok - kelompok kecil, yang legalitasnya akan segera diurus pada instansi-intansi terkait, yaitu : 1. YIMers adalah Komunitas Gay dan LSL dewasa atau telah berusia lebih dari 25 tahun dan bukan Pekerja Seks 2. YIMpiest adalah Komunitas LSL Pekerja Seks 3. YIMoet adalah Komunitas LSL Remaja yang berusia antara 18 – 24 tahun 4. YIMie adalah Komunitas Gay dan LSL yang telah terinfeksi HIV YIM juga telah menjadi anggota dari beberapa networking seperti : GWLINA, Forum LSM, Forum LGBTIQ demikian juga dalam membina hubungan baik dengan beberapa lembaga nasional dan internasional, seperti : KPAN, UNAID, HIVOS, APCOM, Pink Triangle, Aidsfonds, AHF, USAID, dan lainlain.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
2.7.1. Logo dan Filosofi Lembaga
Gambar Logo atau Lambang Yayasan Inter Medika
Filosofi Lambang/Logo dari Yayasan Inter Medika adalah Dua Tangan yang membentuk sebuah bentuk Wajik yang berarti Perlindungan bagi Komunitas Gay dan LSL, sedangkan warna Merah melambangkan simbol warna Darah, dimana HIV menularkan melalui Darah, dan warna putih di dalamnya melambangkan arti suci, bersih dengan hati ikhlas mendampingi komunitas GAY dan LSL dengan jiwa kerelawanan.
4.1.2. Kantor Sekretariat Yayasan Inter Medika 1. N a m a
: YAYASAN INTERMEDIKA PRANA
2. Alamat
: Kompleks Griya Kemayoran Blok R 20 Jl. Industri Raya no.10 – 11, Kel. Gunung Sahari Utara, Kec. Sawah Besar,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
Jakarta - Pusat
3. Telpon & Fax
: 021 – 6385 0618
4. E-mail
:
[email protected]
5. Website
: www.intermedika.org
6. Akte Pendirian
: No. 20/Notaris H. Warman, SH.Tanggal 13 Mei 2008
7. Pengesahan
: AHU-3512.AH.0102 Tahun 2008
8. NPWP No.
: 02.739.878.3-416.000
9. Surat IjinOperasional
: 012.10130.165 Tanggal 30 Oktober 2012
10. Tanda Daftar Yayasan
: 012.31.71.01.1003.55
4.1.3. Visi dan Misi Yayasan Inter Medika
Visi Komunitas LSL yang Sehat dan Berdaya Yang dimaksud sehat adalah terpenuhnya hak seksual dan hak kesehatan, yang dimaksud berdaya adalah 1) Mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi 2) mampu mengaktualisasikan SRHR (sexual rights and helath rights) dan hak asasi manusia.
Misi 1). Meningkatkan pemenuhan Hak Seksual da hak Kesehatan komunitas LSL
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
memalui akses layanan, outreach dan advokasi. 2). Membangun dan meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan komunitas LSL agar lebih berdaya dalam mengaktualisasi Hak Seksualitas dan Hak Kesehatan melalui pelatihan, pendampingan, penyuluhan, konseling dan penelitian. 3). Meningkatkan dukungan terhadap komunitas LSL agar dapat membangkitkan rasa percaya diri, memberikan rasa nyaman dan memperoleh hak yang setara melalui Jejaring Nasional dan Internasional, Kampanye dan Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi. 4). Meningkatkan kapasitas organisasi dan sumber daya manusia Yayasan Inter Medika ke arah yang lebih mandiri serta berkelanjutan.
4.1.4 Nilai – Nilai a. Independen: Tidak berafiliasi dengan partai politik, suku, agama dan golongan b. Nirlaba (not for profit) : Beroreintasi keuntungan untuk berkelanjutan program c. Sosial : Dengan mengutamakan kepentingan komunitas LSL d. Kesetaraan : Semua orang punya hak yang sama tanpa membedakan jenis kelamin, gender, latar belakang, status HIV, ekspresi gender, orientasi seksual, identitas seksual, bentuk dan kemampuan tubuh, usia, suku, bangsa, agama/kepercayaan dan ras e. Soldidaritas : Peduli, bersahabat dan empati f. Transparansi : Keterbukaan informasi g. Akuntabel : Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
BOARD
DIREKTUR
FINANCE MANAGER
DIVISI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
PROGRAM MANAGER
ADMIN OFFICER
CASHIER
PENDIDIKAN & ADVOKASI
OUTREACH & SERVICE
R&D
INFORMASI & PUBLIKASI
MANAGER KASUS
COORDINATOR
COUNSELOR
R & D DAN INFORMASI & PUBLIKASI
PETUGAS OUTREACH
PETUGAS OUTREACH
PETUGAS OUTREACH
PEER EDUCATOR
VOLUNTEER
STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN INTER MEDIKA PROJECT SUM 2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN INTER MEDIKA
DIREKTUR FINANCE dan ADMIN.off PROGRAM MANAGER M&E
Janitor
KOR.Penjangkauan
YIMers
YIMpist
PL
PL
PL
PE
PE
PE
PE
PE
PE
PE
PE
PE
PL
PE
MK/KONSELOR OR MK/KONSELOR
YIMoet
PL
PE PE
KOR. PDP
PL
PE PE
PE PE
OR MK/KONSELOR OR
PL
PE
PE
PE
B D B D
PE
PE
PE
PE
http://digilib.mercubuana.ac.id/
B D B D
PE
PE
B D B D
PE
PE
66
4.1.6. Jobdesk Staff Yayasan Inter Medika
a. Direktur Program (Ardian Harrymurti Prabowo) – 1 orang -
Bertanggung jawab terhadap tujuan program lembaga yanga da di Visi dan Misi
-
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program yang berpedoman pada RENSTRA Lembaga
-
Berkoordinasi dengan Ketua Yayasan terkait pelaporan program
-
Memonitoring, Mengevaluasi dan Berkoordinasi dengan Program Manager terkait hasil pelaporan Program yang telah dijalankan
b. Program Manager (Juna Rislon Damanik) – 1 orang -
Bertanggung jawab terhadap tujuan program lembaga yanga ada di Visi dan Misi
-
Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program yang berpedoman pada RENSTRA Lembaga
-
Bertanggung jawab terhadap pengorganisasian dan pelaksanaan project yang sedang dijalankan oleh lembaga
-
Menganalisa kebutuhan lembaga dari hasil kinerja untuk dijadikan pengembangan lembaga
-
Bertanggung jawab terhadap pengelolaan sumber daya yanga da di lembaga
-
Membuat pelaporan project sesuai dengan eprmintaan lembaga dan pelaporan kerja lembaga kepada Direktur dan Pembina Lembaga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
-
Mendelegasikan dan pengembangan SDM sesuai dengan keahlian masing-masing sesuai kebutuhan masing-masing
-
Berkordinasi dengan coordinator setiap Divisi terkait pelaporan dan pengorganisasian
-
Mengawasi Finance dalam melakukan transaksi keuangan yang terkait dengan program dn project.
c. Koordinator Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) (Sadon Kuswara) – 1 orang -
Berkoordinasi dengan Program Manager untuk menjalankan program yang sedang dilakukan oleh lembaga
-
Melakukan koordinasi dengan Divisi lain di lembaga untuk tujuan perbaikan dan peningkatan kualitas program
-
Bersama sama dengan program manager menjalin hubungan baik serta menjalin kerjasama dengan lembaga mitra dan stakeholder
-
Mengorganizer semua team PDP yang terdiri dari MK, Konselor, dan Buddies
-
Memastikan Konselor bertugas sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat denganc ara melakukan cros cek ke Puskesmas Prime tempat konselor melakukan konseling
-
Memastikan semua Dampingan PL, Konselor, MK, dan Buddies terdokumentasi dengan baik
-
Berkordinasi dengan ketua G-Support untuk program dan kegiatan ODHA isi dibawah naungan lembaga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
-
Menganalisa kebutuhan ODHA dampingan dan merekomendasikan ke Program Manager sebagai acuan peningkatan kualtas pendampingan terhadap ODHA
-
Membuat laporan naratif hasil team PDP kepada Program Manager setiap awal bulan
-
Selain 8 hari kerja untuk tugas luar sesuai dengan tertulis di transport, maka diwajibkan hadir dikantor sesuai dengan hari kerja dalam satu bulan yang sudah disepakai di lembaga
d. Koordinator Penjangkauan (Risman Sofyan) – 1 orang -
Berkordinasi dengan Program Manager untuk menjalankan program yang sedang di lakukan oleh lembaga
-
Melakukan koordinasi dengan Divisi lain di lembaga untuk tujuan perbaikan dan peningkatan kualitas program
-
Bersama sama dengan Program Manager menjalin hubungan baik serta menjalin kerjasama dengan lembaga Mitra dan Stakeholder
-
Mengorganizer semua kegiatan PL dan memastikan semua kegiatan outreach dan pelaporan berjalan dengan baik
-
Merekapitulasi semua laporan PL sesuai dengan formulir yang sudah disediakan oleh lembaga donor
-
Memastikan
bahwa
petugas
lapangan
bekerja
sesuai
jobdesknya serta memastikan bahwa target bulanan tercapai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan
69
-
Melaporkan hasil capaian Petugas Lapangan dalam bentuk naratif kepada Program Manager setiap awal bulan
-
Selain 8 hari kerja untuk tugas luar sesuai yang tertulis di transport, maka diwajibkan hadir dikantor sesuai dnegan hari kerja dalam satu bulan yang sudah disepakati di lembaga.
e. Koordinator Layanan dan Advokasi (Slamet Widadi) – 1 orang -
Berkordinasi dengan Program Manager untuk menjalankan program yang sedang dilakukan oleh lembaga
-
Melakukan koordinasi dengan Divisi lain di lembaga untuk tujuan perbaikan dan peningkatan kualitas program
-
Bersama sama dengan Program Manager menjalin hubungan baik serta menjalin kerjasama dengan lembaga Mitra dan Stakeholder
-
Membuat rencana kerja advokasi program untuk penyedia akses layanan dan mitra kerja lembaga
-
Menganalisa kebutuhan lembaga pada penyedia akses layanan terkait rujukan dan pendampingan komunitas
-
Kunjungan rutin ke penyedia akses layanan untuk melihat kebutuhan terkait rujukan dan pendampingan
-
Mengumpulkan data dari petugas lapangan terkait pengalaman merujuk dampingan di akses layanan
-
Membuat laporan naratif kegiatan terkait hubungan dengan akses layanan dan mitra kerja setiap awal bulan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
-
Selain 8 hari kerja untuk tugas luar sesuai yang tertulis di transport, maka di wajibkan hadir dikantor sesuai dengan hari kerja dalam satu bulan yang sudah disepakati di lembaga.
f. Finance Officer (Seritul Hidayah) – 1 orang -
Memonitor, mengumpulkan data dan menganalisa keuangan lembaga untuk memastikan keseimbangan kondisi keuangan yang ada di lembaga
-
Melakukan koordinasi dengan Program Manager untuk pengeluaran arus kas lembaga dalam kepentingan program lembaga
-
Mengatur struktur Aktiva Lembaga
-
Membuat laporan keuangan Lembaga (Neraca dan laporan R/L sederhana berbentuk Neraca Saldo)
-
Melaporkan Neraca Saldo lembaga per bulan untuk semua staf lembaga
-
Memberikan dana yang dibutuhkan oleh PIC kegiatan yang membutuhkan pengeluaran sesuai dengan yang tertera dalam budget kegiatan dan TOR kegiatan
-
Finance wajib melakukan pengawasan penyerapan dana yang dilakukan PIC
-
Finance tidak boleh ikut melakukan transaksi dalam kegiatan yang dilakukan oleh PIC
-
Membuat Time Sheet staff sesuai dengan laporan harian transport
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
-
Setiap bulan WAJIB memberikan struk Gaji staf sebelum Gaji di transfer ke rekening masing-masing
g. Monitoring dan Evaluasi Officer (Rosidin Marsal Alharbi) – 1 orang -
Berkoordinasi dengan Program Manager untuk mengamati/mengetahui perkembangan dan kemajuan, serta mengidentifikasi permasalahan yang ada di lembaga dalam melaksanakan programnya
-
Membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) dari setiap kegiatan program yang dilakukan oleh lembaga
-
Memantau kegiatan dan mengamati perkembangan pelaksanaan kegiatan program serta memberikan masukan terhadap analisa masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan program
-
Berkordinasi dengan kordinator lapangan dalam hal pengumpulan laporan harian petugas lapangan
-
Menginput laporan harian yang sudah di verifikasi oleh Kordinator lapangan ke dalam program yang sudah tersedia
-
Mengeluarkan dan menyerahkan hasil laporan yang sudah di olah kepada Program Manager untuk kepentingan lembaga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
h. ICT Officer (Angga Juliansyah) – 1 orang -
Berkoordinasi dengan Program Manager dan semua team untuk melakukan pendokumentasian semua kegiatan yang berkaitan dengan program
-
Melakukan pendokumentasian semua kegiatan terkait program yang dilakukan oleh lembaga
-
Bertanggung jawab dalam mengelola semua platform yanga da di Yayasan Inter Medika, mulai dari facebook, Fanpage, Website, Blog, dll yang berhubungan dengan lembaga
-
Bertanggung jawab melakukan update informasi terhadap Platform tersebut diatas sesuai dengan kebutuhan, terutama facebook harus di update setiap harinya.
-
Mengupload foto dan narasi singkat kegiatan lembaga ke dalam facebook atau alat Platform lainnya yang ada di lembaga
-
Bertugas menjadi penyalur informasi dan penampung informasi dari semua jejaring yang ada di Facebook atau Platform lainnya untuk di share ke lembaga dalam bentuk laporan
-
Membuat laporan bulanan terkait kegiatan yang dilakukan terkait tugas dan tanggungnjawab, yang akan diserahkan kepada Program Manager selambat-lambatnya tanggal 3 awal bulan
i. Divisi Konselor (Paloma Haryadi, Jalaludin, Suhardin, Nurzaldy dan Aidin Susandi) – 5 orang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
-
Berkoodinasi dengan team PDP dan team pejangkauan dalam hal pendampingan dan rujukan pada kelompok dampingan
-
Berkoordinasi dengan Koordinator Akses layanan untuk berjejaring dengan semua akses layanan rujukan untuk kepentingan pendampingan rujukan
-
Mengikuti standar konseling VCT dan mempunyai sertifikat
-
Melakukan konseling pra dan pasca test bagi klien yang akan melakukan test HIV
-
Melakukan konseling pasca test bagi klien yang akan melakukan test HIV
-
Bertanggung jawab megelola dan menyimpan dokumen konseling VCT
-
Melakukan rujukan klien pelayanan manajemen kasus
-
Melakukan konseling lanjutan apabila diperlukan
-
Wajib membuat laporan kunjungan klien untuk program dan laporan untuk dinas kesehatan
-
Membantu kordinator layanan dan petugas lapangan untuk melakukan verifikasi data terkait pendampingan
j. Petugas Lapangan (Outreach Worker) – 15 orang -
Melakukan Rujukan dan pendampingan pada komunitas Gay dan LSL di wilayah kerja Yayasan Inter Medika
-
Memberikan informasi terkait Kesehatan Seksual dan reproduksi pada Komunitas Gay dan LSL dampingan Yayasan Inter Medika
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
-
Melakukan pendokumentasian terhadap dampingan yang di rujuk dan didampingi untuk data lembaga
-
Membantu Kordinator Lapangan dalam melakukan pelaporan bulanan terkait pendampingan dan penjangkauan
-
Membuat jadwal turun lapangan setiap awal bulan sebagai pedoman untuk turun lapangan
-
Berkordinasi dengan MK dan Konselor terkait pendampingan Komunitas ODHA
-
Wajib mengikuti meeting mingguan staff di hari yang sudah disepakati di lembaga
k. Janitor (Office Boy) – 1 orang -
Bertanggung jawab terhadap kebersihan Kantor serta tata letak ruangan kantor untuk kenyamanan bekerja staf
-
Bertanggung jawab menjaga dan mengatur file lembaga (hardcopy dan Asli) yang tersusun di kantor
-
Membantu staf terutama keuangan dalam mengirim document yang terkait dengan lembaga
-
Menjaga inventaris lembaga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
4.1.7. Gambaran Umum tentang Produk dan Jasa Yayasan Inter Medika Adapun gambaran umum tentang Produk dan Jasa yang dikembangkan oleh Yayasan Inter Medika yang diciptakan sesuai kebutuhan dan manfaat bagi komunitas Gay dan LSL khususnya, dan Masyarakat pada umumnya, peneliti mengambil salah satu jasa yang ditawarkan oleh Yayasan Inter medika yaitu, Pemeriksaan Infeksi Menukar Seksual (IMS) dan Pemeriksaan HIV – Voluntery Counseling and Testing (VCT), yaitu pemeriksaan HIV secara sukarela bagi komunitas Gay dan LSL disertai dengan pra dan pasca Konseling HIV. Pemeriksaan IMS dan HIV merupakan bentuk jasa yang ditawarkan oleh Yayasan Inter Medika yang memiliki tujuan untuk memutus rantai epidemic penularan HIV dan AIDS di wilayah DKI Jakarta, terutama berfokus kepada komunitas Gay dan LSL yang memiliki perilaku beresiko tinggi. Pelayanan Jasa pemeriksaan IMS dan HIV ini bekerjasama dengan penyedia layanan kesehatan yanga da di DKI Jakarta, dalam hal ini Yayasan Inter Medika bekerjasama dengan Puskesmas Kecamatan di 5 wilayah DKI Jakarta, diantaranya : Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Puskesmas Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, Puskesmas Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur dan Puskesmas Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Saat ini Yayasan Inter Medika tidak hanya melakukan penawaran Jasa pemeriksaan IMS dan HIV di kalangan komunitas Gay dan LSL saja, tetapi berusaha untuk menawarkan pada instansi – instansi swasta dan pemerintah di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
DKI Jakarta, sehingga pelayanan jasa kesehatan ini dapat di akses oleh semua lapisan masyarakat tentunya.
Gambar 1. Jasa Pemeriksaan IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
Gambar. 2 Jasa Konseling HIV
4.2. Hasil Penelitian Bagian bab ini merupakan diskripsi dan analisa terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti kepada beberapa subjek penelitian yang terdiri dari sumber utama serta dilengkapi oleh sumber-sumber pendukung lainnya yang peneliti jadikan sebagai data dan pelengkap atas sumber utama tersebut. Subjek penelitian utama
(key infroman) dalam penelitian ini adalah
Bapak. Juna Rislon Damanik selaku Program Manager Yayasan Inter Medika, dan Sdra. Risman Sofian selaku Koordinator Outreach Yayasan Inter Medika dan di dukung oleh subjek pendukung lainya (Nara Sumber). Diantaranya : Sdra. Rosidin Marshal Alharbi (Monitoring dan Evalausi Officer atau Data Manager), Sdra.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
Zaenal Ramadhan (Outreach Worker Yayasan Inter Medika), Sdra. Cecep Septiansyah (Outreach Worker Yayasan Inter Medika), Sdra. Suhardin (Komunitas Gay). Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh peneliti kepada subjek penelitian baik sumber utama maupun sumber pendukung lainnya adalah pertanyaan yang bersifat rinci agar penelitian ini dapat berlangsung secara struktur dengan baik. 4.2.1
Pengenalan Situasi
Langkah awal dari proses kegiatan Outreach dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS kepada komunitas Gay Remaja, yang dilakukan Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah menganalisis lingkungan di sekitar permasalahan sosial yang ada. Dari lingkungan sosial sebagai kelompok sasaran/penerima manfaat program yang djalankan oleh Yayasan Inter Medika, kemudian dianalisis masalah, peluang dan tantangan apa sajakah yang ada, dan berkaitan dengan kegiatan outreach dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja. Untuk dapat menentukkan masalah-masalah yang akan dipecahkan atau dicari jalan keluarnya, perlu memahami data lapangan, khususnya yang berkaitan antara kegiatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Inter Medika dengan Sasarannya. Dalam kesempatan wawancara dengan Bapak. Juna Rislon Damanik selaku Program Manager Yayasan Inter Medika, beliau menjelaskan mengenai permasalahan yang terjadi khususnya pada Gay Remaja di DKI Jakarta dalam hal kesehatan HIV dan AIDS, berikut hasil wawancaranya :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
“Masalah yang ditemui kenapa Yayasan Inter Medika perlu adanya kegiatan publikasi informasi HIV dan AIDS bagi Gay remaja di DKI Jakarta adalah berdasarkan sumber data dari IBBS 2015 sekitar 18-25 tahun pada Gay remaja terinfeksi HIV dan paling berisiko khususnya di DKI Jakarta, makanya Kami melakukan intervensi kepada Gay remaja dan melakukan pemberian informasi HIV dan AIDS melalui strategi-stragtegi program yang dijalankan saat ini, agar prevalensi HIV tidak tinggi lagi khususnya bagi Gay remaja.”49 Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa masalah utama yang terjadi karena situasi prevalensi infeksi HIV yang sangat tinggi di DKI Jakarta khususnya bagi Gay Remaja, dan Yayasan Inter Medika melakukan intervensi
melalui
program
yang
sudah
dijalankan,
terutama
dalam
mempublikasikan informasi HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta. Untuk mengatasi masalah utama yang terjadi karena prevalensi infeksi HIVdan AIDS, Juna Rislon Damanik mengungkapkan : “Untuk mengatasi tersebut Yayasan Inter Medika akan melakukan strategi program yang dijalankan melalui pendekatan kepada komunitaskomunitas Gay di DKI Jakarta melalui program penjangkauan dan pemberian informasi kepada komunitas di hotspot.” Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa untuk mengatasi masalah yang ditemui Yayasan Inter Medika adalah Yayasan Inter medika melakukan strategi program baik dalam kegiatan penjangkauan dan pendampingan yang disesuaikan dengan kebutuhan program yang dijalankan selama ini. Khususnya bagi komunitas Gay Remaja. Dalam tahap – tahap aktivitas yang dijalankan pada sasaran yang sudah direncanakan saat ini, menurut Juna Rislon Damanik sebagai berikut :
49
Hasil Wawancara dengan Bapak Juna Rislon Damanik selaku Program Manager
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
“Tahap – tahap aktivitas yang dijalankan adalah kami melakukan mapping hotspot dan pendataan terlebih dahulu, kemudian baru mengatur strategi dan merencakan sesuai apa yang sudah kami rencanakan sebelumnya, terutama dalam aktivitas penjangkauan dan pendampingan.” Peneliti mengambil kesimpulan bahwa untuk melakukan kegiatan atau aktivitas publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS kepada Gay Remaja di Jakarta, Yayasan Inter Medika melakukan mapping (pendataan) langsung ke hotpsot sehingga dapat mengetahui keberadaan komunitas Gay remaja dan dalam memberikan informasinya tepat sasaran, terutama dalam kegiatan penjangkauan dan pendampingan bagi Gay remaja. Dalam melakukan aktivitas publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS tersebut dilakukan oleh Outreach Worker, dan Juna Rislon Damanik mengungkapkan: “Karena aktivitas publikasi informasi kesehatan HIV dan AIDS menyasarkan kepada populasi kunci Gay dan LSL (lelaki seksual dengan lelaki lainnya) dan yang terlibat adalah komunitas Gay. Kemudian outreach worker atau petugas lapangan adalah bagian dari komunitas Gay, sehingga mereka dengan mudah untuk berada di lingkungannya, dengan melakukan pendekatan secara kontinyu dengan komunitas Gay.”50 Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas publikasi dilakukan oleh outreach worker karena outreach worker atau petugas lapangan merupakan bagian dari komunitas Gay, sehingga Outreach Worker Yayasan Inter Medika dengan mudah untuk masuk ke dalam lingkungan komunitas Gay, dengan melakukan kegiatan pendekatan secara berkala.
50
Hasil Wawancara denang Bapak Juna rislon Damanik selaku Program Manager
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
Menurut Juna Rislon Damanik terhadap Proses aktivitas publikasi yang dilakukan oleh Outreach Worker dalam mempublikasikan informasi HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, adalah sebagai berikut : “Proses aktivitas publikasi yang dilakukan oleh kami masih menggunakan cara konvensional atau mengambil dari komunitas yang sudah ada, dengan melibatkan pemberdayaan komunitas gay yang sudah terbentuk, seperti : YIMers, YIMoet, YIMpist dan YIMie karena proses aktivitas ini masih sangat efektif, selain kita melihat media online, kita mengambil dari komunitas Gay untuk melakukan kegiatan penjangkauan dan pemberian informasi HIV dan AIDS. Saat ini Media online sangat cepat perkembangannya, sehingga kami melakukan kegiatan publikasi melalui media sosial, baik penjangkauan maupun pendampingan secara online, memberikan media KIE, dan Outreach worker memberikan informasi melalui media sosial seperti : Wechat, What app, BBM, pemberian informasi lewat media sosial tersebut dengan alasan tidak dapat dilakukan Face to Face.” Berdasarkan uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa proses aktivitas publikasi yang dilakukan Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah masih menggunakan cara publikasi konvensional, artinya dilakukan secara tatap muka (face to face) dan tidak menutup kemungkinan prosesnya melalui broadcast ke media sosial atau dengan cara online, seperti : Wechat, What app, BBM dan media sosial lainnya. Selain itu bentuk-bentuk aktivitas publikasi yang dilakukan oleh Yayasan Inter Medika dalam mempublikasikan informasi HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, Juna Rislon Damanik mengungkapkan : “Bentuk aktivitas publikasi yang dilakukan oleh Kami sebagai LSM yaitu seperti kegiatan edutainment, Broadcast ke media sosial, face to face, pertemuan rutin komunitas, sehingga tepat sasaran.” Peneliti menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk aktivitas publikasi yang dilakukan oleh Yayasan Inter Medika adalah Edutainment, Broadcast informasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
kesehatan HIV dan AIDS melalui Media sosial, face to face, dan kegiatan pertemuan berkala yang dilakukan oleh komunitas Gay Remaja. Menurut Juna Rislon Damanik selaku Prorgam Manager waktu pelaksanaan kegiatan outreach dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter medika, sebagai berikut : “Outreach Worker melakukan kegiatan outreachnya di hotspot-hospot (tempat tongkrongan Gay) setiap harinya, dengan mengunjungi hostpot di mana komunitas Gay berkumpul dan melakukan aktivitas di sana. sesuai dengan jam yang ditentukan dan situasi yang ramai dengan komunitas Gay, seperti di Mall, Taman, Restaurant, Tempat Olah Raga, Discotique/Club.” Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan outreach (pemberian informasi) melalui penjangkauan yang dilakukan setiap hari, pada jam dan situasi yang ramai oleh komunitas Gay, dimana komunitas Gay berkumpul di beberapa titik hotpsot (tempat tongkrongan), seperti Mall, Tempat Olah Raga dan Taman serta tempat hiburan lainnya. Juna Rislon Damanik menjelaskan juga mengenai anggaran untuk menjalankan aktivitas publikasi, beliau berpendapat : “Ya, jelas kami menjalankan aktivitas publikasi tersebut dengan anggaran, karena setiap kegiatan pasti menggunakan budget, tetapi kita tidak memfokuskan untuk kegiatan remaja saja, melainkan kegiatan lainnya, sebagai contoh melakukan kegiatan US40 (Youth School Disversity) sekolah keberagaman bagi Gay remaja. Atau kegiatan melalui media online, seperti : YIMoet Channel, Pengadaan media KIE, walaupun Kami sebagian media KIE di support oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), dan kita bisa langsung minta ke KPAN, kemudian Kami menggunakan anggaran atau budget untuk pertemuan remaja secara rutin atau pertemuan bulanan, dan budget untuk pengadaan shelter bagi Gay Remaja yang terinfeksi HIV.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa adanya anggaran atau budget yang digunakan oleh Yayasan Inter Medika dalam melakukan kegiatan publikasi informasi HIV dan AIDS bagi Gay Remaja melalui support dana dari sumber dana (funding), dalam hal ini seperti KPAN (Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS). 4.2.2. Penggunaan Media untuk Publikasi Penggunaan media adalah salah satu cara untuk mempublikasikan informasi dan berita, berdasarkan dengan penggunaan media untuk publikasi informasi HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, Juna Rislon Damanik selaku Program Manager Yayasan Inter Medika berpendapat : “Penggunaan media yang digunakan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah media online dan media cetak, seperti : Broadcast ke media sosial : Facebook, What app, BBM, Wechat, dan aplikasi Gay Dating seperti : Growl, Hornet, Grindr, Jackdy, karena komunitas Gay banyak yam mengakses informasi di media online selain mencari pasangan seks atauun sekedar mencari informasi tentang kesehatan HIV dan AIDS.” Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa penggunaan media yang digunakan outreach worker adalah media cetak dan media online, seperti : Facebook, Wechat, BBM, dan aplikasi Gay dating lainnya, seperti: Grindr, Jackdy, Hornet, Growlr, sehingga informasi yang dipublikasikan tepat sasaran kepada komunitas Gay. Outreach Worker menggunakan media tersebut untuk mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, berikut penjelasan dari Juna Rislon Damanik :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
“Karena media online dan aplikasi Gay dating merupakan sasaran yang tepat untuk memberikan informasi kepada komunitas Gay saat ini, karena melihat perkembangan teknologi yang sangat cepat, maka Kami menggunakan media online untuk melakukan publikasi informasi HIV dan AIDS, sehingga tepat sasaran.” Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa Outreach Worker menggunakan media online dan apliaksi Gay Dating agar tepat sasaran dalam memberikan informasi bahaya HIV dan AIDS. Khususnya bagi Gay Remaja di Jakarta. Juna Rislon Damanik memberikan pendapatnya mengenai waktu pemberian informasi tentang bahaya HIV dan AIDS dipublikasikan di media oleh Outreach worker, sebagai berikut : “Informasi dasar HIV dan AIDS dipublikasikan pada saat aktivitas penjangkauan dan pendampingan berlangsung dilakukan oleh outreach worker, terutama untuk komunitas Gay, dan tidak menutup kemungkinan informasi dasar HIV dan AIDS dapat diakses oleh masyarakat umum.” Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pemberian informasi HIV dan AIDS dilakuakn setiap hari pada saat kegiatan penjangkauan dan pendampingan berlangsung, teruatama untuk komunitas Gay di media online, dan informasi HIV dan AIDS dapat juga diakses oleh masyarakat umum lainnya. Dalam kegiatan publikasi informasi feedback atau umpan balik dari khalayak atau audiens sangat diperlukan oleh si pemberi berita atau pesan, berikut pendapat dari Juna Rislon Damanik mengenai feedback dari penerima informasi setelah outreach worker mempublikasikan informasi tentang bahaya HIV dan AIDS :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
“ya ada, feedbacknya sangat bagus, kita memiliki struktur kepengurusan komunitas remaja, karena bisa dilihat bahwa kita fokus kepada remaja, mereka meemberikan komentarnya di media dan banyak komunitas Gay remaja yang mau mengakses layanan kesehatan HIV dan AIDS, dan komunitas Gay Remaja juga terlibat dan mau mengikuti kegiatan yang diadakan oleh divisi Gay remaja Yimoet, seperti pertemuan rutin, event yang diselenggarakan oleh lembaga. Kemudian Kami mendorong untuk komunitas remaja untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tentang informasi kesehatan seskual, reproduksi dan mendorong mereka untuk mengeluarkan segala kreativitasnya dalam kegiatan yang diadakan oleh Yayasan Inter Medika” atau divisi YIMoet.” Berdasarkan uraian di atas. Maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa feedback dari komunitas Gay remaja di media online sangat bagus, karena melihat antusias Gay remaja untuk mendapatkan informasi dari Outreach Worker Yayasan Inter Medika (divisi YIMoet), terutama keterlibatan Gay Remaja pada kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasam Inter Medika, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang bahaya HIV dan AIDS, Kesehatan seksual dan reproduksi Remaja, untuk itu Yayasan Inter Medika mendorong komunitas Gay Remaja agar aktif dan kreatif dalam mengikuti event – event yang melibatkan komunitas Gay Remaja tentunya.
Mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaan media untuk mempublikasikan informasi HIV dan AIDS, Juna Rislon Damnik berpendapat : “Kita harus bijak dalam melihat media khususnya kendala terkait isu LGBT di masyakarat. Kita harus melihatnya juga broadcastnya, jadi bahasa yang harus dibatasi dan bukan pro ke komunitas saja tetapi informasi yang dipublikasikan dapat dimanfaatkan masyarakat juga. Isu LGBT membuat kami tidak bebas bergerak dalam memberikan informasi kepada komunitas Gay remaja, karena adanya stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap komunitas Gay saat ini, maka Kami batasi dalam penggunaan media saat ini.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
86
Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa kendala – kendala yang dihadapi oleh Yayasan Inter Medika dalam penggunaan media terutama dalam memberikan informasi HIVd an AIDS bagi Gay Remaja masih dibatasi, dikarenakan adanya isu LGBT yang kian marak saat ini di masyarakat, sehingga munculnya sikap stigma dan diskriminasi bagi komunitas Gay, dan sebagian kegiatan pemberian informasi HIV dan AIDS saat ini dibatasi baik dari segi bahasa maupun waktu dalam pengguna medianya.
4.2.3. Isi komunikasi yang digunakan Outreach Worker Yayasan Inter Medika Selain itu peneliti menanyakan mengenai isi komunikasi yang digunakan outreach worker dalam mempublikaskan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta. Dan Juna Rislon Damanik berpendapat : “Ya, isi komunikasinya disesuaikan dengan informasi yang berkenaan dengan program pemerintah, seperti : kesehatan seksual, kesehtan reproduksi, IMS dan HIV, ada informasi yang baru keluar, yaitu SRHR untuk remaja, seperti buku saku, tujuannya untuk memberikan pemahaman remaja dan meningkatkan kebutuhan dalam akses layanan kesehatan bagi remaja.” Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa isi komunikasi disesuaikan dengan kebutuhan remaja dalam akses layanan kesehatan, baik kesehatan seksual, kesehatan reproduksi maupun IMS, HIV dan AIDS, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman dan peningkatan pengetahuan bagi Remaja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
87
Dalam hal ini peneliti memberikan pertanyaan mengenai isi komunikasi yang digunakan oleh outreach worker apakah hanya seputar informasi HIV dan AIDS. Menurut Juna Rislon Damanik : Tidak, isi komunikasi yang digunakan dan dipublikasikan oleh outreach worker tidak hanya seputar HIV dan AIDS saja, tetapi isi komunikasi mengenai IMS, Kondom, kesehatan seksual dan reproduksi serta gaya hidup Remaja saat ini.” Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa isi komunikasi yang digunakan tidak hanya seputar bahaya HICVdan AIDS saja, tetapi komunikasi mengenai pengetahuan pencegahan dan penularan IMS, Kondom, Kesehatan Seksual dan kesehatan reproduksi, serta gaya hidup remaja. 4.2.4. Hasil publikasi Outreach Worker dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta Selain itu menurut Juna Rislon Damanik hasil publikasi yang dilakukan Outreach Worker dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, beliau menjawab : “Ya, hasilnya sangat baik, itu bisa dilihat dari posting-posting dan kegiatan yang dilakukan oleh Outreach Worker, mereka mempublikasikan melalui media sosial dan face to face (tatap muka), dan hasilnya banyak yang mengakses layanan kesehatan tes HIV dan tes IMS.” Hasil publikasi yang dilakukan outreach worker Yayasan Inter Medika dapat dilihat melalui postingan atau broadcast yang ada di media sosial, dan hasilnya juga dapat dilihat dari banyaknya komunitas yang mengakses layanan kesehatan IMS dan HIV ke tempat layanan kesehatan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
Keberhasilan Publikasi menjadi tolak ukur dalam aktivitas publikasi yang disampaikan oleh si pemberi berita atau pesan . dalam hal ini peneliti memebrikan pertanyaan mengenai keberhasilan Publikasi apa saja yang sudah berhasil dilakukan oleh Outreach worker Yayasan Inter Medika, berikut pendapat dari Juna Rislon Damanik : “Publikasi yang sudah berhasil ya seperti : kegiatan Mobile Clinic atau kolaborasi outreach dengan penyedia layanan kesehatan, dan kegiatan edutainment dan pelatihan/training bagi komunitas Gay Remaja.” Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa publikasi yang sudah berhasil adalah publikasi dalam kegiatan mobile clinic dan edutainment serta adanya kegiatan pelatihan/training bagi komunitas Gay Remaja. Mengenai Publikasi apa saja yang belum berhasil dilakukan oleh Outreach worker Yayasan Inter Medika, berikut pendapatnya : “Kegiatan Publikasi yang belum berhasil ya dengan media cetak atau dengan wartawan, karena belum ada pendekatan dengan banyak media cetak, kami masih bermitra dengan stakeholder yang berkaitan dengan program kerja dan kegiatan yang berkenaan dengan kebutuhan lembaga saat ini dan kegiatan fund rising serta publikasi melalui website yang masih kurang berhasil.” Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa Yayasan Inter medika masih belum berhasil dalam kegiatan publikasi dengan media, seperti pendekatan dengan media cetak atau para pers/wartawan, dikarenakan belum menjadi kebutuhan di lembaganya, dan kegiatan fund rising yang belum terlaksana.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
Aktivitas publikasi yang dilakukan oleh Yayasan Inter Medika tidak semuanya lancar, tetapi ada beberapa aktivitas publikasi yang belum berhasil dijalankan, berikut pendapat dari Juna Rislon Damanik selaku Program Manager Yayasan Inter Medika : “Karena Outreach worker masih berfokus kepada kegiatan publikasi ke media sosial saja dan masih menggunakan cara konvensional, dan masih belum berani untuk pendekatan dengan media atau para wartawan, karena takut identitasnya di ketahui orang banyak, mengingat kemarin maraknya isu LGBT, jadi ya mereka fokus kepada kegiatan program saja, terutama dalam memberikan informasi HIV dan AIDS untuk remaja.” Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa Outreach Worker Yayasan Inter Medika saat ini masih berfokus kepada kegiatan publikasi ke media online dan kegiatan publikasi secara konvensional, tanpa melibatkan para wartawan atau pers, dikarenakan rasa kekhawatiran outreach worker Yayasan Inter Medika akan diketahui identitas atau oreintasi seksualnya kepada media, dan lebih mefokuskan kepada kegiatan yang berkenaan dengan program yang dijalankan oleh Yayasan Inter Medika. Dalam hal ini mengenai kegiatan monitoring dan evaluasi peneliti memberikan pertanyaan kepada Juna Rislon Damanik selaku Program Manager bahwa bagaimana Bapak Juna memonitoring dari hasil publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta? Berikut pendapatnya : “Biasanya Saya melakukan monitoring melihat dari hasil capaian laporan setiap divisinya terutama divisi outreach worker. Monitoring dilakukan dengan cara berkunjung langsung ke lapangan setiap minggunya, dan mengikuti pertemuan staff dan melihat melalui system informasi yang dilaporkan oleh saya, sudah sejauh mana publikasi di jalankan dan melihat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
90
progress yang dilakukan oleh outreach worker, melalui broadcast dan posting-postingnya di media sosial seperti : facebook, Wechat, What app, aplikasi gay dating lainnya.” Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa monitoring yang dilakukan oleh Program Manager Yayasan Inter Medika dengan cara berkunjung langsung ke lapangan/hotpsot dan ikut terlibat di dalam pertemuan yang diadakan oleh Yayasan Inter Medika setiap minggunya.
Kegiatan evaluasi adalah salah satu untuk melihat keberhasiland ari suatu program atau keguiatan ayng dijalankan maupun yang belum dijalankan oleh suatu perusahaan atau organisasi, Dalam hal ini peneliti memberikan pertanyaan kepada Juna Rislon Damanik tentang evaluasi dari hasil publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, berikut pendapatnya : “Saya melakukan evaluasi hasil publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS dengan cara koordinasi bersama team lapangan dan kordinator lapangan yang terlibat dalam program kerja melalui laporan kerja setiap bulannya, termasuk mengevaluasi kegiatan lainnya yang sudah dijalankan atau yang belum dijalankan sesuai dengan kebutuhan lembaga.” Evaluasi yang dilakukan Program Manager Yayasan Inter Medika adalah dengan cara koordinasi dengan outreach worker dan kordiantor lapangan melalui laporan kerja yang diberikan setiap bulannya, dan mengevaluasi program kerja atau kegiatan yang sudah dijalankan maupun yang belum dijalankan oleh lembaga. Peneliti juga memberikan pertanyaan kepada Juna Rislon Damanik mengenai waktu pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi dari hasil
http://digilib.mercubuana.ac.id/
91
publikasi informasi tentang Bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, beliau mengungkapkan : “Ya seperti saya bilang tadi, saya melakukan monitoring dan evaluasi setiap kegiatan pertemuan staff setiap minggu dan per bulannya, saya melihat dari hasil capaian outreach worker dalam kegiatannya dilapangan, biasanya kita memiliki bank data atau melihat dari hasil capaian di system informasi (epi info) dari lembaga yang dilaporkan oleh data manager.” Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa kegiatan monitoring dan evaluasi dari hasil publikasi yang dilakukan oleh Prorgam Manager, adalah dilakukan setiap pertemuan staff minguan dan pertemuan bulanan, dan hasilnya dapat dilihat melalui system informasi atau yang disebut (Epi Info) atau berupa bank data yang disampaikan oleh Data Manager.
II. Key Informan 2. (Risman Sofian selaku Koordinator Lapangan)
Dalam kesempatan wawancara berikutnya, peneliti melakukan wawancara dengan
Sdra. Risman Sofian selaku Koordinator Lapangan Yayasan Inter
Medika, beliau juga menjelaskan mengenai permasalahan yang terjadi khususnya pada Gay Remaja di DKI Jakarta dalam hal kesehatan HIV dan AIDS, berikut hasil wawancaranya : “Berdasarkan hasil STBP 2015 prevalensi penularan HIV dari komunitas LSL sebanyak 32%, penularan HIV di dominasikan usia produktif 25 tahun ke bawah, oleh karena itu kami berupaya memberikan informasi dan edukasi kepada komunitas Gay remaja dan masyarakat pada umumnya. Remaja merupakan usia yang masih mencari jati diri dan masih labil, sehingga mereka cendrung mencari informasi di mana pun mereka dapatkan, tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
92
hanya informasi kesehatan seksual tetapi bagaimana Remaja juga mencari pasangan.” Berdasarkan uraian di permasalahan
yang
ditemui
atas peneliti adalah
mengambil
peningkatan
kesimpulan bahwa
prevalensi
HIV
yang
didominasikan oleh usia produktif di bawah 25 tahun. Pemberian aktivitas informasi dilakukan karena kebutuhan remaja akan informasi yang benar dan jelas, bahwa Gay remaja cenderung mencari informasi kesehatan dan mencari pasangan. Dalam hal ini Peneliti juga memberikan pertanyaan mengenai Aktivitas lain apa saja yang dilakukan oleh Outreach Worker dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, berikut pendapat dari Informan : “Ya, selain aktivitas penjangkauan secara langsung ke hotspot, mereka juga melakukan publikasi ke media online, seperti : BBM, What app, Wechat, dan aplikasi Gay lainnya untuk memberikan informasi HIVd an AIDS. Dan divisi Gay remaja juga membuat kegiatan lain seperti contoh : US40 (sekolah keberagaman) dengan tujuan memebrikan pemahaman informasi kepada Gay Remaja baik informasi kesehatan seksual, kesehatan reproduksi, kondom, dan IMS, dan mereka juga membuat shelter untuk Gay Remaja yang terinfeksi HIV, tujuannya untuk memberikan pemberdayaan bagi ODHA Remaja dan dukungan pengobatan serta perawatan bagi ODHA Remaja. Karakterisitik Gay remaja antara usia 18 s/d 24 Tahun”. Dan divisi Remaja (YIMoet) juga mengadakan pertemuan bulanan untuk melibatkan gay Remaja, gunanya untuk memberikan pemahaman dan informasi seputar remaja.”51
Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh outreach worker selain kegiatan penjangkauan secara langsung ke hotspot, Outreach worker Yayasan Inter Medika melakukan aktivitas 51
Hasil Wawancara dengan Risman Sofian selaku Koordiantor Lapangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
publikasi ke beberapa media sosial dan aplikasi Gay, seperti : BBM, What app, Wechat, Facebook. Dan Outreach Worker Yayasan Inter Medika telah mengadakan sekolah keberagaman bagi gay remaja usia 18 – 24 Tahun, dengan tujuan memberikan pemahaman informasi dan edukasi kepada Gay Remaja tentang informasi kesehatan seksual, kesehatan reproduksi, Kondom dan IMS (Infeksi Menular Seksual), dan divisi Gay Remaja juga memiliki shelter bagi Gay Remaja yang terinfeksi HIV, tujuan diadakannya shelter adalah untuk pemberdayaan bagi komunitas ODHA Remaja, dan untuk dukungan pengobatan serta perawatannya. Kemudian divisi remaja Yayasan Inter Medika juga sering mengadakan pertemuan bulanan dengan melibatkan komunitas Gay remaja. Mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaan media untuk mempublikasikan informasi HIV dan AIDS, berikut pendapatnya : “Tantangan atau kendala untuk remaja saat ini masih berfikiran yang labil, dan masih rentan dalam melakukan perilaku yang berisiko, sehingga memberikan informasinya harus dengan kemasan yang sesuai dengan remaja, atau dengan banyak permainan dan secara perlahan dalam memberikan informasinya, sehingga menarik untuk dilihat oleh remaja, dan Gay remaja mau mengakses informasinya.” Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa kendala yang ditemui oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah feedback dari remaja dalam mengakses informasi HIV dan AIDS masih kurang, dan memberikan infromasinya dengan metode permainan yang di kemas dengan menarik, agar Gay remaja mau mengakses informasi layanan kesehatan yang dipublikasikan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
94
Risman Sofyan berpendapat mengenai proses aktivitas yang dilakukan oleh Outreach worker dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, berikut pendapatnya : “Ya itu adanya pembentukkan YIMoet (Komunitas Gay Remaja), di lembaga kita ada timnya, mereka itu memberikan informasinya ke temanteman remaja di pertemuan rutin, misalkan di tempat makan, sehingga Outreach Worker dengan mudah memberikan informasinya kepada komunitas Gay Remajanya.”
Proses yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika dengan melalui proses pembentukan divisi remaja yaitu YIMoet, Yayasan Inter Medika memiliki Tim remaja sendiri, harapannya tim YIMoet dapat memberikan informasinya kepada Gay Remaja dengan mudah dan tepat sasaran, melalui divisi yang telah ditentukan di lembaganya. Dalam hal ini peneliti juga memberikan pertanyaan kepada Risman Sofyan selaku Koordinator Lapangan mengenai isi publikasi yang disampaikan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, beliau mengungkapkan : “Ya pastinya, isi dari publikasinya yah seputar informasi dasar tentang informasi HIV dan AIDS, IMS, dan tentang Kondom, walaupun kita tidak membagi kondom kepada usia Remaja karena terkait dengan UU, maka kita hanya memberikan informasi pencegahan dan penularan serta pendampingan saja kepada Gay Remaja.” Isi publikasi yang disampaikan Outreach Worker Yayasan Inter Medika, tidak hanya seputar HIV dan AIDS saja melainkan informasi seputar kesehatan IMS, pengetahuan penggunaan Kondom yang benar, dan cara pencegahan dan penularan HIV serta pendampingan bagi Gay Remaja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
95
Selain itu peneliti mewawancarai Risman Sofian terkait hasil publikasi yang dilakukan Outreach Worker dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta? “Ya, hasilnya lumayan baik, karena dilihat dari hasil broadcast dan kegiatan yang dilakukan oleh Outreach Worker, mereka mempublikasikan melalui media sosial seperti : di Grindr, Hornet, atau di group facebook dan melalui face to face (tatap muka), dan bisa dilihat dari yang mengakses tes HIV khususnya, tetapi tidak semua Outreach Worker mendokumentasikannya dengan baik.”
Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa hasil publikasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika bisa dilihat dari hasil broadcast melalui aplikasi gay dating dan media sosial lainnya, terutama publikasi mengenai layanan kesehatan Gay Remaja dalam mengakses layanan tes HIV. Dalam hal ini peneliti memberikan pertanyaan mengenai publikasi apa saja yang sudah berhasil dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan inter Medika, dan menurut Risman Sofian : “Publikasi yang sudah berhasil adalah melalui internet outreachmellaui media sosial dan edutainment yang melibatkan Gay Remaja di Hotspot potensial : Gay Bar, dan Pusat pembelanjaan.” Peneliti juga memberikan pertanyaan mengenai publikasi apa yang belum berhasil dilakukan oleh Outreach worker Yayasan Inter Medika, beliau mengungkapkan : “yang belum berhasil saat ini adalah publikasi ke media cetak, karena teman-teman Outreach Worker masih berfokus kepada kegiatan yang berkenaan dengan program saja, tetapi belum meluas dan melakukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
96
keterliabtannya dengan media massa, karena masih berfokus kepada pengembangan dan peningkatan program yang dijalankan saat ini.” Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa aktivitas publikasi yang berhasil dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah melalui media sosial dan penjangkauan melalui hotspot yang di kemas melalui ebntuk aktivitas publikasinya seperti : edutainment yang dilakukan di hotspot potensial seperti : Gay bar dan pusat pembelanjaan, kemudian beberapa aktivitas publikasi yang dilakukan masih ada yang belum berhasil , yaitu pedneekatan dan keterlibatan Outreach Worker Yayasan Inter Medika dengan media massa, karena Yayasan Inter Medika masih berfokus kepada peningkatan dan pengembangan program yang dijalankan saat ini.
Dalam kaitannya dengan aktivitas publikasi informasi melalui media salah satunya untuk melihat dari respon pengguna media khususnya Gay remaja di Jakarta, peneliti memberikan pertanyaan mengenai feed back dari aktivitas publikasi yang dilakukan oleh Outreach Worker melalui media, dan beliau mengungkapkan : “Ya Feedbacknya cukup baik, walaupun ada beberapa yang tidak merespon atau memberikan komentarnya di media, tetapi kami berusaha untuk memberikan pengetahuan terus menerus secara berkala, tidak semua yang kami publikasikan di respon dengan baik dan cepat oleh gay remaja, ada yang cuek da nada yang sekedar bertanya saja, atau pun ada yang benar-benar ingin tes HIV dan mau tahu tentang pengetahuan pencegahan dan penularan bahaya HIV dan AIDS.” Berasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa tidak semua publikasi informasi yang diberikan Outreach Worker Yayasan Inter Medika direspon dengan cepat dan baik, sehingga Outreach Worker Yayasan Inter
http://digilib.mercubuana.ac.id/
97
Medika berusaha untuk mempublikasikan informasi bahay HIV dan AIDS secara berkala dan terus – menerus, walaupun Gay Remaja tidak semuanya mau mengakses layanan eksehatan HIV dan AIDS”. Peneliti juga memberikan pertanyaan mengenai Kapan dan dimana aktivitas Publikasi informasi tersebut di lakukan oleh Outreach Worker, beliau berpendapat : “Ya setiap kita turun lapangan, pasti kita akan bertemu dengan usia-usia remaja, dalam hari kerja pun atau bahkan dalam hari weekend pun kita melakukannya dan memberikan informasi di lapangan, dan setiap saat informasi tersebut harus kita berikan. lalu kita bisa melakukannya di taman, kita bisa di tempat hiburan, di tempat olah raga, bhakan di tempat makan, di mana pun asal mereka nyaman.” Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan publikasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika setiap hari kerja, pada saat Outreach Worker turun lapangan atau berkunjung ke hotspot potensial, dan Outreach Worker Yayasan Inter Medika melakukannya di hotspot seperti Taman, Tempat hiburan, tempat olah raga, bahkan di tempat makan, terutama dalam melakukan kegiatan publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta. Dalam proses pengumpulan data ini, peneliti juga memberikan pertanyaan mengenai kegiatan Monitoring yang dilakukan oleh Risman Sofian terhadap aktivitas publikasinya kepada Outreach Worker dalam memberikan informasi HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, berikut pendapatnya : “Ya untuk melakukan hal seperti itu di lihat dari capaian remajanya, berapa capaian akses VCTnya, berapa capaian ODHAnya, yang akses ARV berapa? dan berapa jumlah remaja yang mengakses layanan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
98
kesehtan, kalau ada capaian remajanya tinggi yang terinfeksi HIV, maka kita gencarkan pemberian informasinya kepada remaja. Selain infromasi HIV kita juga memberikan informasi tentang SOGIEB, Kesehatan seksual, dan kesehatan reproduksi, agar informasi yang diberikan tidak hanya informasi HIV dan AIDS saja, tetapi mereka dapat mengetahui secara menyeluruh yang berhubungan dengan program HIV dan AIDS.” Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa untuk melakukan monitoring kepada Outreach Worker, Koordinator lapangan Yayasan Inter Medika melihat hasil capaian remajanya, terkait capaian akses VCT, capaian ODHA Remaja, dan jumlah Gay Remaja yang mengakses layanan kesehatan HIV, dan Yayasan Inter Medika berupaya memberikan informasi selain informasi HIV dan AIDS, seperti informasi tentang kesehatan seksual, SOGIEB dan kesehatan reproduksi, apabila capaian remaja yang terinfeksi HIV semakin tinggi. Dalam mengevaluasi dari aktivitas Publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika, baik aktivitas yang dijalankan maupun aktivitas yang belum dijalankan, berikut pendapat dari Risman Sofian : “Kita melakukan rapat koordinasi setiap minggunya dengan staff YIM yang lain, bagaimana kita membahas apa kendala-kendala mereka dilapangan, Apa tantangan yang dihadapi?, dan bagaimana mencari solusinya, itu cara mengevaluasinya.” Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas evaluasi publikasi yang dilakukan Yayasan Inter Medika adalah dengan cara mengikuti rapat koordinasi mingguan bagi Staff Yayasan Inter Medika, dan membahas segala kendala yang ditemui dilapangan terhadap kegiatan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
99
dijalankan, dan membahas bagaimana Staff Yayasan Inter Medika mencari solusinya untuk mengatasi kendala tersebut. Menurut Risman Sofian bentuk aktivitas publikasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika selain penjangkauan dan aktivitas yang menggunakan media adalah : “Ya dengan melakukan aktivitasnya seperti mengadakan edutainment, baik di tempat hiburan di taman, publikasi di kemas secara menarik, dan melibatkan komunitas remajanya, adanya menari, menyanyi, dan diselingi informasi HIV dan AIDS. Biasanya mereka memberikan informasi melalui posting menggunakan media online dan aplikasi dating , seperti : Facebook, Wechat, grindr, hornet.” Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa bentuk aktivitas publikasi selain dengan cara penjangkauan, Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah melakukan aktivitas edutainment, yang di kemas dengan menarik dengan melibatkan komunitas Gay Remaja, kemudian mempublikasikan informasinya dengan menggunakan media online, seperti : Facebook, Wechat, BBM, Grindr, Hornet, melalui postingan yang berisi tentang informasi kesehatan HIV dan AIDS. Dalam hal menanggapi tahap-tahap publikasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika, Risman Sofian menjawab : “Ya pertama kita menyusun strategi, bagaimana cara kita menggunakan broadcast yang miudah di mengerti para remaja khususnya, dan memberikan informasnya pun harus sesuai dengan bahasa mereka, kemudian cari tempat dan waktu yang seefisien mungkin, sehingga mereka benar-benar nyaman untuk menerima informasi dari kita.” Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tahaptahap publikasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika
http://digilib.mercubuana.ac.id/
100
adalah melakukan penysusunan strategi dalam memberikan informasinya kepada para remaja, terutama dalam cara broadcastnya ke media, dan Yayasan Inter Medika juga lebih memperhatikan dari segi bahasa, waktu dan tempat yang tepat, sehingga dilakukan dengan efisien. Kemudian adanya rasa kenyamanan dari para remaja untuk menerima informasi dari Outreach Worker Yayasan Inter Medika. Menurut Risman Sofian budget khusus dalam melaksanakan aktivitas publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja, yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika, adalah berikut pendapatnya: “Ya kita ada budget khusus untuk remaja, karena remaja paling diprioritaskan, ada budget dari lembaga, dana da budget dari pihak luar, seperti dari KPAK Jakarta Barat (Komisi Penanggulangan AIDS Kotamdya Jakarta Barat. Kemudian ada budget pertemuan remaja setiap bulannya, dan kita mendapatkan budget dari AIDS Foundations, khusus mendanai kegiatan dan pembentukan shelter bagi Remaja yang terinfeksi HIV (ODHA).” Berdasarkan dari uraian di atas, maka penilti mengambil kesimpulan bahwa adanya budget yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan atau aktivitas publikasi bagi remaja yang dilakukan oleh Yayasan Inter Medika, baik untuk aktivitas pertemuan bulanan maupun untuk kegiatan pembentukkan shelter bagi remaja ODHA (remaja yang terinfeksi HIV).
III. Informan 1. Zaenal Ramadhan selaku Outreach Worker Yayasan Inter Medika 2. Cecep Septiansyah selaku Outreach Worker Yayasan Inter Medika 3. Suhardin Selaku Outreach Worker Yayasan Inter Medika
http://digilib.mercubuana.ac.id/
101
4. Rosidin Marshal Alharby selaku Staff Officer Yayasan Inter Medika Dalam hal ini peneliti memberikan pertanyaan mengenai aktivitas publikasi yang dilakukan oleh Outreach Worker dalam mempublikasikan informasi HIV dan AIDS bagi Gay remaja di Jakarta. Menurut Informan I (Zaenal Ramadhan): “Publikasi informasi mengenai pengetahuan HIV dan AIDS selama ini sih melalui media sosial juga, dan kita juga mendatangi titik – titik komunitas gay remaja berkumpul, dan misalkan kaya gay remaja berada di tempat Gym atau spa sauna, tapi kalau di media sosial biasanya banyak pengguna aplikasi grindr, hornet, jackdy dan blued, dan rata-rata banyak usia remaja yang range nya itu sekitar usia 17 – 24 tahun.”52
Menurut Informan 2 (Cecep Septiansyah) : “Biasa remaja kan sekarang ini suka pakai gadget, saya melakukan publikasi melalui media sosial. seperti facebook, ke group-group yang ada di facebook, dan biasa memberikan informasi mengenai HIV dan AIDS, atau memberikan informasi pada saat turun lapangan, biasanya ngejapri ke personal yang pakai aplikasi gay, dan biasanya saya sekalian kasih informasi mengenai tes HIV.”53
Menurut Informan 3 (Suhardin) :54 “Selama ini yang Saya tahu, kegiatan yang dilakukan oleh teman-teman petugas lapangan sangat efisien, seperti : broadcast ke media sosial dan kegiatan penjangkauan di hotspot potensial, Cuma terkadang kita menemui teman-teman komunitas Gay di lapangan tidak semudah yang kita bayangkan, misalkan langsung ketemu atau tatap muka kerena komunitas gay menjaga kerahasiaan dan privasi dia, agar identitas dan orientasi seksualnya tidak diketahui.”
Hasil wawancara dengan Zaenal Ramadhan selaku Outreach Worker Yayasan Inter Medika Hasil wawancara dengan Cecep Septiansyah selaku Outreach Worker Yayasan Inter Medika 54 Hasil wawancara dengan Suahrdin selaku Komunitas Gay dan Konselor HIV Yayasan Inter Medika 52 53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
102
Menurut Informan 4 (Rosidin Marshal Alharby) : “Tentunya outreach worker melakukan kegiatan penjangkauan untuk komunitas LSL, sampai sekarangpun aktivitas yang dilakukan outreach worker adalah pemberian informasi melalui media sosial, karena peneggunaan media sosial untuk publikasi informasi HIV dan AIDS adalah salah satu teknik aktivitas Outreach worker dalam mempublikasikan informasi saat ini, biasanya mereka menjangkau lewat media, dan apabila ada yang merespon mereka melakukan kopi darat (face to face), janjian ketemu untuk mengajak tes HIV. Karena sekarang ini masih adanya LSL atau Gay yang hident (tertutup), jadi teman-teman Outreach worker menjangkau melalui media sosial.”
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa aktivitas publikasi informasi yang dilakukan Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah melalui penjangkauan atau tatap muka langsung ke sejumlah titik hostpot komunitas Gay remaja berkumpul seperti tempat Spa dan Sauna, dan aktivitas publikasi menggunakan media sosial (online) seperti pengguna aplikasi Grindr, Hornet, Jackdy, Blued, kemudian rata-rata pengguna media online atau aplikasi gay dating usia sekitar 17 – 24 Tahun. Kemudian dalam hal ini peneliti juga memberikan pertanyaan mengenai Kapan Outreach Worker melakukan aktivitas publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta. Menurut Informan 1 (Zaenal Ramadhan): “Biasanya saya turun lapangan dengan penyedia layanan kesehatan (Puskesmas), untuk kegiatan tes HIV, nah ketika di hotspot saya buka aplikasi Gay disana, dengan jarak terdekat disitu banyak banget komunitas gay, dan saya ngejapri informasi secara personil, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
103
memberikan informasi tentang tes HIV, dan selain itu bisa temu kangen untuk ketemu misalkan di sauna dan spa, dan rata-rata usia remaja yang datang, biasanya di hotspot T1 sauna setiap hari selasa banyak banget remaja yang datang, dan kita sifatnya berjejaring, jadi misalkan ada yang tes HIV, kita suruh temannya untuk tes HIV juga dan saya bisa antar dan dampingi mereka, efektif sih sampai saat ini.” Menurut Informasn 2 (Cecep Septiansyah) : “Ya dilakukan setiap hari, biasanya kita melakukan tes HIV di Sevel gitu, lalu kita tawarin ke komunitas Gay yang meenggunakan aplikasi seperti : hornet, grindr. Kita ngejapri dan kita tawarkan satu per satu, bahwa kita ada melaksanakan kegiatan mobile clinic (pemeriksaan HIV) di Sevel, atau saya tawarin juga ke group gay yang ada di facebook, grindr, hornet.” Menurut Informan 3 (Suhardin) : “Kalau masalah waktu kapan dan di mana, biasanya kita bekerjasama dengan salah satunya adalah puskesmas, karena puskesmas memiliki alatalat yang mendukung kerja kita dilapangan dalam hal pemeriksaan HIV, dan LSM menentukkan hotspot-hotspot yang mana bisa dijadikan utnutk tempat kegiatan publikasi infomrmasi atau kegiatan kolaborasi outreach dengan pusekmas, biasanya kita melakukan setiap hari sabtu dan minggu dimana komunitas gay berkumpul, biasanya di lakukan sore atau malam hari setelah aktivitas bekerja, jadi menyesuaikan situasi dan jamnya.”
Menurut Informan 4 (Rosidin Marshal Alharby): “Tentunya dilakukan setiap hari, kadang satu minggu sekali melalui penjangkauan langsung (face to face) atau menggunakan media sosial (internet outreach).” Berdasarkan uraian di atas peneliti mengambil kesimpulan bahwa aktivitas publikasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah dilakukan setiap turun lapanagan di hotspot tertentu, atau bisa dilakuakn setiap hari libur, hari sabtu dan minggu, sore atau malam hari setelah pulang melakukan aktivitas bekerja, hotspot yang sering dilakukan aktivitas publikasi seperti di tempat Gym, Sauna, dan aktivitas publikasi menggunakan media online, yang dilakukan pada saat Outreach Worker Yayasan Inter Medika mendatangi hotpsot
http://digilib.mercubuana.ac.id/
104
yang potensial (Tempat gay remaja berkumpul), dan kegiatannya disesuaikan situasi dan waktunya. Selain itu peneliti juga memberikan pertanyaan mengenai Proses aktivitas publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika bagi Gay Remaja di Jakarta. Menurut Informan 1 (Zaenal Ramadhan) : “Ya prosesnya kita mengadakan pertemuan dilapangan dengan komunitas, kemudian kita berikan face to face informasinya, kalau di media sosial kita baisanya ada website yang dapat diakses siapapun termasuk komunitas Gay Remaja, kita ada website gue berani.com dan gue bisa.org, biasanya berisikan tentang kesehatan HIV dan AIDS dan dukungan perawatan dan pengobatan bagi ODHA, dan kita juga prosesnya memberikan broadcast informasi kesehatan saja di media sosial, selain ke lapangan.” Menurut Informan 2 (Cecep Septiansyah) : “Biasanya prosesnya saya pertama bikin posting-posting dengan informasi HIV dan AIDS, terus biasanya kalau posting jika ada kegiatan mobilic clinic di hotspot saya baru posting ke media sosial, dan saya broadcast ke media sosial facebook, grinder, hornet gitu. Kalau di facebook kita broadcast ke group-group komunitas gay, dan kalau di daerah manapun kita japri orang-orang yang berada di situ satu per satu kita broadcast informasinya. Kalau ada kegiatan pertemuan atau kegiatan edutainment yah kita bikin timnya.”
Menurut Informan 3 (Suhardin) : “ya biasanya prosesnya teman-teman petugas lapangan membuat draft informasi tentang kesehatan HIV dan AIDS sebelum dipublikasikan ke media, petugas lapangan melihat informasi mana yang perlu dipubliaksikan, kemudian mereka langsung kirim per personal pengguna media sosial atau di posting melalui media facebook, girnder, hornet, informasi yang diberikan seperti : Informasi HI dan AIDS, cara penualran HIV, pencegahannya serta menginformasikan bagaimana cara mengakses layanan kesehatan yang tersedia di wilayah DKI Jakarta.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
105
Menuurut Informan 4 (Rosidin Marshal Alharby) : “Kita ada tim ICT (Information, Communication and Teknologi), mereka membuat kalimat untuk mengajak tes HIV untuk komunitas LSL atau Gay remaja di Jakarta, seperti : tempat kegiatannya, jam berapa dilakukan aktivitas tersebut, dan lain – lain, biasanya ada jadwal khusus untuk melakukan aktivitasnya, kemduain sebelum dipublikasikan di musyawarahkan dahulu, jadi ahrus di acc oleh timnya atau coordinator lapangannya.” Proses aktivitas publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS yang dilakukan oleh Outreach Worekr Yayasan Inter Medika adalah hanya sebatas broadcast informasi ke sejumlah media sosial saja, dan membuat alur dan mekanisme yang terarah, masih mengandalkan cara konvensional dan memanfaatkan media sosial yang ada dari lembaga, seperti : adanya website www.gueberani.com
dan
www.guebisa.org yang dimiliki oleh lembaganya. Mengenai dengan Isi komunikasi yang digunakan Outreach Worker dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta,berikut pendapatnya : Menurut Informan 1 (Zaenal Ramadhan) : “Ya Pokoknya seperti seputar pengetahuan IMS, HIV dan AIDS. terus tentang penggunaan kondom, sekarang kan sudah obat ARV untuk menekan laju virus hiv, agar mereka sehat, terus setelah itu juga kita kasih tahu bagaimana setianya mereka sama pasangan atau mereka diusahakan tidak menggunakan narkoba, atau bergonta ganti pasangan, pokoknya sih aku sebenarnya menekankan pemberian pengetahuannya sih lebih ke kondom, karena yang aku lihat sekarang ini sih usia remaja banyak sekali yang tidak menggunakan kondom, karena mereka pikir alasannya sih ngga enak dan ribet pake kondom.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
106
Menurut informan 2 (Cecep Septiansyah) : “Kalau aku biasanya gak langsung seputar HIV dan AIDS saja, biasanya bikin status free kondom atau yang mau kondom bisa hubungi contact person ini.”
Menurut Informan 3 (Suhardin) : “Isi komunikasi selain informasi HIV dan AIDS , megnenai penyakit IMS serta tentang penyakit TB (tuberculosis), dan banyak lagi informasi bisa diberikan, yang berhubungan dengan penyakit HIV, layanan kesejatan, informasi tentang HAM, dan kesetaraan gender.”
Menurut Informan 4 (Rosidin marshal Alharby) : “Tentu tidak, isinya kita bicara tidak hanya tentang informasi HIVd an AIDS saja, tetapi tentang kesehatan hak seksual, hak kesehatan reproduksi, paralegal, advokasi, hokum, akrena maslahanya teman-teman komunitas Gay ada yang mendapatkan sikap yang kuang baik dari aparat ketika mereka berada di hospot, jadi mereka harus mengetahui hak dan perlindungan hukum serta informasi tentang hukum.”
Isi komunikasi yang dipublikasikan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah tidak hanya seputar informasi HIV dan AIDS saja, melainkan pengetahuan informasi tentang Kondom, Narkoba dan kesehatan bagi ODHA Remaja yang terinfeksi HIV, dan lebih menekankan informasi mengenai pencegahan melalui penggunaan Kondom kepada Gay Remaja, karena Gay Remaja enggan menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual, dengan alasan tidak enak menggunakan kondom dan ribet menggunakan kondom. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mengenai kendala yang ditemui saat mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, berikut pendapatnya :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
107
Menurut Informan 1 (Zaenal Ramadhan) : “Ya mereka itu kadang merasa lebih pintar, dan kadang diberi informasi ada yang jawab iya..iya saja dan ada yang cuek dengan informasi yang aku berikan.” Menurut informan 2 (Cecep Septiansyah) : “Kendala biasanya masih banyak yang nggak peduli, terkadang ada comment – comment yang negative, jadi yang tadinya gay remaja mau periksa HIV jadi tidak mau tes HIV karena ada comment – comment yang negative.” Menurut Informan 3 (Suhardin) : “Kendala yang ditemui diantaranya kesulitan dalam menemui komunitas Gay, karena banyaknya yang menutupi diri, disebabkan norma di masyarakat. Namun terkadang memandang dirinya sehat dan tidak butuh informasi, karena dilihat dari fisik saja, padahal mereka tidak paham tentang HIV, mereka berasumsi bahwa HIV tidak bergejala.”
Menurut Informan 4 (Rosidin marshal Alharby) : “Ya kendalanya kita udah berusaha memebrikan informasi tentang HIV dan AIDS, pengetahuan obat ARV untuk ODHA Gay Remaja yang terinfeksi, tetapi banyak respon atau website yang bertolak belakang dengan aktivitas kita,misalkan ada bebrapa oknum atau website yang menolak untuk minum ARV (komuntas anti ARV), agar tidak mau mengkonsumsi ARVbagi yang terinfeksi HIV , jadi tujuan kita untuk mempublikasikan informasi HIV dan AIDS terhambat oleh adanya tanggapan atau respon yang salah, ada yang pro dan kontra, sehingga yang tadinya Gay Remaja sudah tes HIV, kemudian statusnya positif HIV, langsung hilang begitu aja, karena pengetahuan dan pemahaman yang kurang dan salah persepsi, dan juga ada yang tidak mau identitasnya diketahui oleh orang lain.”
Kemudian dalam mengatasi kendala yang ditemui oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta. Informan 1 (Zaenal Ramadhan) mengungkapkan : “Ya aku lebih nge push atau mendorong aja, dan kita ada nomer telepon yang bisa dihuubungi ketika kita menjangkau, dan kita push aja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
108
perkembangannya, kalau mereka tidak mau tes HIV, kita juga kasih shock terapi dengan memberi gambar tentang penyakit IMS, atau kasih pengetahuan masa-masa sudah jadi AIDS seperti apa?dan apabila ada Gay remaja yang minum obat ARV,dan kasih tahu bagaimana perkembangan kondisi kedepannya.” Menurut informan 2 (Cecep Septiansyah) : “Mengatasinya kalau gak ada yang peduli sama broadcast atau publikasi informasi yang aku sampaikan ke media sosial, aku tetap terus broadcast, kalau ada comment-comment negative, aku akan balas beri comment lagi, dan kalau gak bisa di kasih tahu yang memberi comment negative itu, aku block, dan kalau ada orang yang mau tes HIV, langsung akau japri dia untuk minta kontak yang bisa dihubungi dan langsung di follouw up untuk janji periksa HIV.” Menurut Informan 3 (Suhardin) “Untuk mengatasi masalah tersevbut dibutuhkan kerjasama antara stakeholder, instansi erkait, LSM dan kelompok masyarakat serta layanan kesehatan harus saling memberi sumbangsi dalam memberantas bahaya HIV dan AIDS.” Menurut Informan 4 (Rosidin Marshal Alharby) : “Kami mempersiapkan meeting dengan managemen lembaga, kedepannya yang pertama di internal lembaga yaitu setidaknya memebri peningkatan kapasitas staff terkait aktivitas Outreach Worker dalam penjangkauan, atay sebagia marketing dalam mempblikasikan informasi HIV dan AIDS, kemudian di eksternalnya kami melakukan mediasi dengan stakeholder terkait, atau melakukan jejaring dengan jaringan GWL-INA, Arus Pelangi, bermitra dengan LBH Jakarta untuk melakukan kerja advokasi, misalnya ada beberapa media atau memalui website yang menstigma dan mendiskriminasikan isu LGBT.” Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kendala yang ditemui Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah sikap dari Gay Remaja yang cuek dan merasa paling pintar apabila diberi informasi kesehatan tentang HIV dan AIDS oleh Outreach Worker. Kemudian dalam mengatasi kendala atau tantangan yang ditemui Outreach Worker Yayasan Inter Medika dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja adalah lebih memberikan dorongan moril dan memberikan shock therapy kepada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
109
Gay remaja melalui bukti gambar penyakit IMS agar Gay Remaja lebih menjaga kesehatannya dan Gay Remaja mau mengakses tes HIV. Yayasan Inter Medika berupaya mengadakan Rapat koordiansi bersama antar divisi terkait masalah yanga di hadapainya, baik di internal maupun eksternal lembaganya. Salah satu cara mengatasi adalah meningkatkan kapasitas staffnya dan melakukan kerja advokasi kepda stakeholder terkait, dalam hal kegiatan yang berkenaan dengan aktivitas publikasi informasi bahay HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta. Kemudian Peneliti memberikan pertanyaan mengenai kaitannya dengan Feedback dari Gay Remaja terkait informasi Bahaya HIV dan AIDS yang dipublikasikan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika, maka menurut informan 1 (Zaenal Ramadhan) : “Ya, Feedback mereka mengucapkan terima kasih, adanya ngasih Gift atau hadiah, ada yang memang sadar untuk periksa rutin 3 bulan sekali, atau ada yang langsung minta kondom ke saya, pokoknya sih mereka ada beberapa yang mau tes HIV.”
Menurut informan 2 (Cecep Septiansyah) : “Kalau di facebook biasanya ada yang LIKE atau ada yang comment postingan aku, dan ada admin di feacebook yang ngeblok atau gak suka sama publikasi yang aku sampaikan ke media sosial, ada juga sih yang ngejapri lewat inbox untuk tanya seputar informasi HIV dan AIDS, ada juga yang mau tes HIV, biasanya banyak yang nolak kalau di ajak tes HIV.” Menurut Informan 3 (Suhardin) : “Feedbacknya sangat baik, karena sebagian Gay remaja yang hident dia memperoleh informasi memalui situs media, sebab mereka sangat menjaga privasinya.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
110
Menurut Informan 4 (Rosidin Marshal Alharby) : “Ya feedbacknya ada yang mau di damping oleh staff kami untuk tes HIV, karena membangun keopercayaan kepada klien atau dampingan sangat sulit, biasanya teman-teman gay remaja merekomendasikan teman yang belum tes HIV, karena beberapa Gay Remaja yang sudah pernah tes HIV, mengajak temannya untuk tes HIV. Biasanya yang sudah tes HIV nereka langsung meghilang begitu saja, lost to follow up, karena identitasnya tidak mau di ketahui oleh orang lain, sangat privasi.” Feedback (umpan balik) dari komunitas Gay Remaja cukup merespon terhadap informasi yang dipublikasikan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika. Dengan me LIKE comment dari media sosialnya yang dipublikasikan secara personal, serta dapat dilihat dari hasil yang mengakses layanan kesehatan HIV, yang dilakukan oleh komunitas Gay Remaja di Jakarta. Peneliti juga memberikan pertanyaan kepada informan mengenai Masalah Apa yang ditemui di komunitas Gay Remaja, sehingga Outreach Worker Yayasan Inter Medika melakukan aktivitas publikasi untuk memberikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta. Menurut Informan 1 (Zaenal Ramadhan) : “Ya pasti ada masalah, kaya komunitas Gay yang hident atau cenderung tertutup, karena mereka takut identitasnya diketahui, dan biasanya yang hident banyak yang mengakses melalui media online atau aplikasi gay, dan disitu banyak banget, jadi kita bisa tahu apakah mereka heteroseksual atau homoseksual, atau saya juga masuk ke group-group chatting yang rata-rata semuanya Gay dan LSL.” Menurut informan 2 (Cecep Septiansyah) : “Biasanya masalah yang ditemui komunitas Gay remaja tentang masalah penerimaan diri, dan banyak gay remaja yang masih takut untuk membujka diri bahwa dia seorang gay remaja. Kebanyakan remaja takut untuk tes HIV karena kurangnya informasi tentang adanya layanan ramah remaja, remaja masih banyak yang berfikir kalau dia mengakses tes HIV sendiri,nantinya di Tanya-tanya oleh layanan dan takut adanya diksrimiansi di layanan.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
111
Menurut Informan 3 (Suhardin) : “Masalahnya karena masih banyak Gay remaja yan kurang paham terkait dampak bahaya tentang HIV dan AIDS, komunitas Gay Remaja masih banyak yang belum tercover informasi tentang HIV dan AIDS.”
Menurut Informan 4 (Rosidin Marshal Alharby) : “yang pertama masalah internal dan eksternal, kalau di internalnya berhubungan dengan kapasitas staffnya, tentu kamai dengan memiliki 17 staff Outeach, terkait dengan capaian outreachnya, sesuai dengan tujuan dalam publiaksi ke lapangan atau ke medianya. Kalo di eksternal untuk komunitas Gay di Jakarta, terkait isu LGBT saat ini ada beberapa oknum yang berpendapat, bahwa LGBT menjadi bagian dari kriminalitas, ini merupakan maslaah bagai kami terkait polemik terjadi di masyarakat, akrena kurang pahamnya dan sedikitnya pengetahuan tentang LGBT dan kesehatan HIV dan AIDS, oleh akrena itu pengaruhnya sangat signifikan.”
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan, bahwa terkait masalah yang ditemui oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah adanya komunitas Gay Remaja yang hident (menutup identitasnya sebagai Gay) karena adanya rasa takut identitasnya diketahui oleh orang lain atau lingkungan sekitarnya, sehingga Outreach Worker mengalami kesulitan untuk bertemu langsung dengan komunitas Gay secara tatap muka, dan Gay Remaja cenderung menggunakan media online (aplikasi gay dating), oleh karena itu Outreach Worker Yayasan Inter Medika memberikan informasi kesehatan bagi komunitas Gay Remaja melalui media sosial (online), sehingga informasi yang diberikan tepat sasaran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
112
Dalam hal ini juga peneliti berusaha memberikan pertanyaan mengenai hasil publikasi dari informasi bahaya HIV dan AIDS yang diberikan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika bagi Gay Remaja di Jakarta. Berikut pendapat dari informan. Menurut Informan 1 (Zaenal Ramadhan) : “Ya hasilnya mereka mau cek HIV, biasanya mereka memberikan commentnya di media sosial, kalau di bbm biasanya Gay Remaja yang pernah didampingi dan pernah tes HIV sebelumnya, mereka sudah rutin 3 bulan sekali periksa HIV, biasanya aku tandai di buku laporan harian aku, yang didapat dari internet outreach.” Menurut informan 2 (Cecep Septiansyah) : “Ya hasilnya ada remaja yang mau tes HIV dan juga ada yang tidak mau tes juga ada, tapi yang tidak mau itu nantinya jika ada temannya yang sudah tes HIV, dia akan ikut temannya yang sudah tes HIV.” Menurut Informan 3 (Suhardin) : “Hasil informasi yang diberikan oleh petugas lapangan sudah lumayan cukup baik, tapi masih banyak butuh peningkatan lagi karena merubah perilaku sangat susah.” Menurut Informan 4 (Rosidin Marshal Alharby) : “Ya hasilnya bisa dilihat dari capaian yang dilakukan oleh Outreach Worker dalam kegiatan publikasi informasi seputar HIV dan AIDS di sejumlah media sosial, dan dari hasil yang merespon dan mau tes HIV tersebut, juga bisa dilihat dari hasil capaian aktivitas publikasinya melalui lapaoran kegiatan Outreach Worker.”
Hasil publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika hanya dilakukan di media online dan aplikasi Gay serta di lakukan secara tatap muka, dan hasil publikasi tersebut dapat dilihat dari hasil capaian yang mengakses layanan kesehatan HIV (Tes HIV) secara rutin.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
113
Dalam hal ini informan memberikan beberapa pendapatnya terkait dengan kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika dalam aktivitas publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS, berikut hasil wawancaranya : Menurut Informan I (Zaenal Ramadhan) : “Monitoringnya dengan menanyakan kembali ke dampingan, apakah ada info yang kurang? Atau melihat dampingan apakah mereka benar mengakses laynaan tes HIV atau tidak ke layanan kesehatan, kalau untuk evaluasinya hanya melihat seberapa banyak orang yang mendapatkan info dan seberapa banyak yang cek VCT dari informasi yang dberikan lewat media maupun langsung.”
Menurut Informan 2 (Cecep Septiansyah) : “ Ya kalau yang biasa melakukan monitoring si Koordinator Lapangan, minta data statis (klien yang mengakses layanan kesehatan HIV ) hasil dari broadcast, biasanya di tanya oleh Koordinator Lapangan berapa hasil dampingan yang mau tes HIV dari broadcast di media online”. Kalau kegiatan evaluasinya biasanya di lihat yang mau tes HIV dari broadcast di media sosial, dan jika tidak tercapai kita bahas pada saat rapat koordinasi staff mingguan, terus kita mencari solusinya dan strategi apa yang tepat untuk mencapai target penjangkauan.”
Menurut Informan 3 (Suhardin) : “Monitoringnya dengan cara melihat peningkatan komunitas Gay remaja mengakses layanan. Banyaknya ditemukan kasus – kasus HIV yang baru serta meningkatkannya informasi yang diterima di kelompok gay remaja melalui survey yang dilakukan oleh lembaga, kemudian monitoring dilakukan dengan cara melihat banyaknya informasi yang disebar, melalui media sosial yang dilakukan oleh teman-teman dilapangan untuk memberikan informasi. Kemudian untuk kegiatan evaluasi publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS, dilihat dari meningkatnya teman-teman Gay remaja yang mengakses layanan kesehatan,menignkatnya informasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
114
yang didapatkan oleh kelompok komunitas melalui survey yang diberikan oleh lembaga.”
Menurut Informan 4 (Rosidin Marshal Alharby) : “Biasanya Kami memonitoring aktivitas publikasinya dilhat dari data yang mengakses layanan kesehatan HIV, dan dating langusng ke hotspot yang di mana Outreach Worker melakukan penjangkauan, kemudian dari hasil tersebut di cek oleh coordinator lapangan untuk melihat sejauh mana kegiatan penjangkauan dan publikasi tersebut dilakukan oleh Outreach Worker Yayasa Inter Medika. Setelah itu Koordinator Lapangan memberikan datanya ke staff monev untuk di input data capaiannya melelalui system epi info, dan sekarang kami pergunakan COMS (Community Outreach Management System), dan kemudian di analisa bersama. Dan kalau kegiatan evaluasi biasanya Kami melaporkan hasilnya setiap seminggu sekali kepada staff melalui ramapt mingguan dan rapat koordinasi bulanan. ”
Kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh Yayasan Inter Medika, terhadap kegiatan publikasi informasi mengenai bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, dilakukan setiap seminggu sekali dan bulanan, melalui rapat koordinasi Staff mingguan dan rapat koordinasi bulanan dengan membahas kegiatan yang sudah dijalankan maupun yang belum dijalankan oleh lembaga. Kegiatan monitoring juga dilakukan pada saat turun langsung ke lapangan (Hotspot), di mana Outreach Worker melakukan kegiatan penjangkauan dan publikasi di lapangan yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Dan hasil monitoring dan evaluasinya di input melalui system epi info dan COMS yang dimiliki oleh lembaga. Dalam hal aktivitas publikasi informasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika, peneliti juga memberikan pertanyaan kepada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
115
informan mengenai budget atau anggaran khusus dalam pelaksanaan aktivitas publikasi informasi bahaya HIV dan AIDS yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika. Berikut pendapat dari para informan : Menurut Informan 1 (Zaenal Ramadhan) : “Ya ada sih anggaran khuus untuk kegiatan aktivitas publikasinya, budgetnya untuk beli quota (pulsa) untuk menyebar informasi lewa media sosial.”
Menurut Informan 2 (Cecep Septiansyah) : “Untuk budget publikasi ke media biasanya petugas lapangan diebrikan uang pulsa senilai Rp.100.00,- (Seratus Ribu Rupiah), untuk membroadcast ke media sosial, dan memfollow up dampingan yang mau periksa ataupun yang sudah periksa HIV, apabila ahsilnya positif tetap kita damping sampai mendapatkan ARV.”
Menurut Informan 3 (Suhardin) : “Ya, melalui funding yang di dapat dari luar negeri dan dari pendanaan pemerintah seperti Global Fund, Linkages, Anggaran APBD melalui KPAP atau KPAK, dan sumber dana lainnya.”
Menurut Informan 4 (Rosidin Marshal Alharby) : “kalo dibilang cukup anggarannya ya ngga juga sih, pada dasarnya kita melakukan program sudah ada prioritas budgetnya, dan sudah ditentukan anggarannya.”
Dalam menyusun budget terkait aktvitas publikasi informasi baha HIV dan AIDS yang dilakukan Yayasan Inter Medika, saat ini menjadi prioritas terutama dalam menggunakan anggaran atau
budget khusus untuk aktivitas publikasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
116
informasi layanan kesehatan khususnya bagi Gay Remaja di Jakarta. Outreach Worker Yayasan Inter Medika saat ini hanya diberikan dana untuk melancarkan kegiatan publikasinya melalui media sosial dengan diberikan reward berupa dana pembelian pulsa paket internet, karena saaat ini kegiatan internet outreach sangat mendukung aktivitas publikasi melalui media sosial. Selain itu dengan kegiatan lain Yayasan Inter Medika mendapatkan dana dari pihak luar untuk menjalankan dan mengembangkan program-program yang berkaitan dengan penanggulangan HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di DKI Jakarta. Tabel : Hasil Publikasi Outreach Worker Yayasan Inter Medika No. I.
Media Media
Sosial
Isi Komunikasi
Hasil Publikasi
Adanya isi komunikasi mengenai informasi kesehatan HIV dan AIDS serta kegiatan tes HIV, Contoh : Terlampir Adanya informasi mengenai informasi HIV dan AIDS (kegiatan tes HIV), Contoh : Terlampir
Berupa : Postingan dan respon/feedback dari pengguna facebook (Foto) Berupa : Postingan dan respon/feedback dari pengguna what app Berupa : Postingan dan respon/feedback serta foto kegiatan outreach worker dari pengguna media Path Berupa : postingan
dan
Aplikasi (Online) : a. Facebook
b. What app
c. Path
Adanya isi komunikasi mengenai kegiatan Mobile Clinic dan Kegiatan Lembaga, Contoh : Terlampir
d. Grindr
Adanya informasi mengenai informasi HIV dan AIDS (promosi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
117
kegiatan tes HIV), Contoh : Terlampir Adanya informasi mengenai informasi HIV dan AIDS (promosi kegiatan tes HIV), Contoh : Terlampir Adanya informasi mengenai informasi HIV dan AIDS (promosi kegiatan tes HIV), Contoh : Terlampir
e. Hornet
f. Jack’d
Berupa: Postingan dan respon pengguna hornet Berupa : promosi melalui postingan tentang tes HIV
Berupa : Posting Adanya informasi dan feedback mengenai promosi pengguna Media kegiatan tes HIV, Contoh Twitter : Terlampir
g. Twitter
II.
tentang tes HIV
Media Cetak : a. Leaflet
b. Booklets
Adanya isi komunikasi mengenai inforasi ARV dan Efek Samping, Contoh : Terlampir Adanya informasi megenai Remaja juga bisa cegah HIV dan AIDS, Contoh : Terlampir Adanya isi komunikasi mengenai informasi kesehatan IMS dan pemeriksaan rutin, Contoh : Terlampir Adanya isi komunikasi mengenai Remaja Cegah HIV dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Berupa : KIE hard Copy leaflet yang diberikan pada saat outreach
Berupa : KIE hard Copy booklet yang diberikan pada saat outreach
118
c. Backdroop
d. Standing Banner
AIDS, Contoh : Terlampir Adanya isi Komunikasi mengenai inforamsi kegiatan dan tema kegiatan edutainment dan tag Line HIV, Contoh
III.
Adanya Isi Komunikasi tentang Visi dan Misi Lembaga Yayasan Inter Medika Adanya isi Komunikasi mengenai kegiatan Tes HIV Gratis
Berupa : Backdroop Panggung yang dipasang di belakang Panggung kegiatan edutainment Berupa : Standing banner dan foto digunakan setiap kegiatan/event khusus
Media Pertemuan : a. Seminar
b. Forum Komunikasi c. Dialog
d. Edutainment
Adanya Isi Komunikasi mengenai informasi pengetahuan HIV dan AIDS Adanya isi Komunikasi mengenai informasi pengetahuan obat ARV dan Perkembangan HIV serta SOGIEB Adanya isi Komunikasi mengenai informasi kegiatan internal dan eksternal dalam pertemuan staff dan FGD Adanya isi Komunikasi mengenai kegiatan edukasi dan informasi HIV dan AIDS yang terupdate (Talk Show) dan seni kreasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Adanya peserta yang hadir dan foto kegiatan seminar Adanya peserta yang hadir dan foro kegiatan forum komunikasi Adanya keterlibatan peserta dan foto kegiatannya Adanya kegiatan edutainment dan foto kegiatan edutainment
119
4.3.Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawaancara mendalam yang dilakukan dengan nara sumber, dan melakukan pengamatan sehingga selanjutnya menghubungkan antara teori yang terkait dengan hasil wawancara maka peneliti mencoba untuk mendeskripsikan data-data tersebut secara kualitatif. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi disini adalah dengan membandingkan data hasil pemgamatan dengan data hasil wawancara. Teknik triangulasi ini pertama – tama peneliti mencoba mengamati bagaimana jalannya wawancara dan membandingkan hasil dari wawancara tersebut. 4.3.1. Aktivitas Publikasi Outreach Worker Yayasan Inter Medika tidak memiliki Departemen Public Relations, semua aktivitas Outreach Worker dikelola oleh Bapak Juna Rislon Damanik selaku Program
Manager.
Pelaksanaan
aktivitas
Outreach
Worker
dalam
mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay remaja di Jakarta merupakan salah satu aktivitas yang berhubungan dengan job desc Bapak Juna Rislon Damanik, Program Manager berhubungan langsung dengan Kordinator Lapangan dan staff divisi lainnya, seperti : divisi advokasi dan layanan keseshatan, divisi Pengobatan, Dukungan dan Perawatan (PDP), divisi Outreach dan divisi Remaja (YIMoet). Aktivitas komunikasi yang dilakukan Outreach Worker Yayasan Inter Medika lebih ditekankan untuk menginformasikan tentang bahaya HIV dan AIDS bagi komunitas Gay dan LSL di DKI Jakarta. Kemudian aktivitas publikasi ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
120
berisikan tentang ajakan atau dorongan bagi komunitas Gay di Jakarta untuk mengakses layanan kesehatan, yaitu tes HIV secara sukarela, tanpa dipungut biaya pemeriksaan. Aktivitas publikasi informasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada komunitas Gay Remaja khususnya, dan masyarakat pada umumnya, serta memberikan upaya perubahan perilaku yang sehat bagi Gay Remaja dalam perilaku berisikonya. Aktivitas komunikasi tersebut dilakukan berdasarkan jadwal yang sudah disepakati bersama antar tim di wilayah kerja masing-masing. Aktivitas komunikasi informasi dilakukan dengan berbagai macam bentuk publikasinya, antara lain : Edutainment, Mobile Clinic, Pojok Informasi, Kampanye dan publikasi secara langsung Face to Face di hotspot potensial. Menurut Horwood hilds yang dikutip oleh Rosady Ruslan dalam bukunya Kampanye Public Relations, pengertian strategy of publicity atau strategi publikasi adalah : “kegiatan melakukan kampanye untuk penyebaran pesan (message) melalui proses publikasi suatu berita melalui proses publikasi suatu berita melalui kerjasama dengan berbagai media massa. Selain itu dengan menggunakan taktik rekayasa agar dapat perhatian audiensi sehingga akan menciptakan suatu publisitas yang menguntungan”55 Aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah upaya dari Outreach Worker Yayasan Inter Medika untuk
Roesady Ruslan. Kampanye Public Relations: Kiat dan Strategi PT Raja Grafindo Persada Jakarta 2005 hal 54
55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
121
memberikan edukasi dan informasi, serta mendorong perubahan perilaku kepada komunitas Gay remaja yang berisiko tinggi, dan berupaya untuk memberikan pengaruh ke arah perilaku yang positif untuk menjaga pola hidup yang sehat dan aman, selain itu juga upaya yang dilakukan Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah usaha mendekatkan dan menjalin hubungan yang harmonis dengan populasi kunci yaitu Komunitas Gay dengan menjumpai komunitas gay di hotspot-hotspot seperti : di Taman, Discotique, Mall, tempat tongkrongan, kostkostan atau bertemu dengan atau dengan khalayak luas dalam pertemuan sosialisasi program melalui pertemuan rutin dan seminar, guna mencapai tujuan lembaga atau organisasi melalui publikasi dan kegiatan yang berkaitan dengan program. Kegiatan komunikasi yang dilakukan Outreach Worker Yayasan Inter Medika dalam mengkomunikasikan HIV dan AIDS tersebut melalui media sosial dan kegiatan penjangkauan secara bertemu langsung dengan komunitas Gay di DKI Jakarta. Kedepannya Outreach Worker membutuhkan hubungan dengan media dalam menjalankan tugasnya untuk menjangkau khalayak yang lebih luas. Media merupakan sebagai salah satu alat pendukung untuk melakukan kerjasama sebagai kelancaran aktivitas komunikasi Outreach Worker Yayasan Inter Medika dengan khalayak.
4.3.2. Penggunaan Media Publikasi Penggunaan media yang digunakan Outreach Worker Yayasan Inter Medika adalah media cetak, seperti : Booklet, leflet, Brosur, Spanduk, Backdrop,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
122
dan Standing Banner dan media online, seperti : Facebook, Wechat, BBM, dan aplikasi Gay dating lainnya, seperti: Grindr, Jackdy, Hornet, Growlr, sehingga informasi yang dipublikasikan tepat sasaran kepada komunitas Gay. bentukbentuk aktivitas publikasi yang dilakukan oleh Yayasan Inter Medika adalah Edutainment, Broadcast informasi kesehatan HIV dan AIDS melalui Media sosial, face to face, dan kegiatan pertemuan berkala yang dilakukan oleh komunitas Gay Remaja. Kemudian Yayasan Inter Medika juga menggunakan berita rutin, seperti : pengumuman pertemuan, dan kegiatan mobile clinic, kemudian organisasi Yayasan Inter Medika menggunakan Features dalam hal melakukan aktivitas sosial perusahaan, upaya perusahaan atau organisasi yang menunjukkan kepedulian terhadap permasalahan sosial. Yayasan Inter Medika juga memiliki website yang berisikan tentang informasi mengenai akses layanan kesehatan HIV dan AIDS bagi komunitas Gay atau LSL (lelaki seksual dengan lelaki lainnya), yaitu website yang diberi nama alamat websitenya adalah www.gueberani.com , serta website tentang informasi yang dapat di akses oleh semua kalangan mengenai pengobatan, dukungan dan perawatan bagi ODHA atau orang yang terinfeksi HIV dan AIDS, website tersebut adalah www.guebisa.org. Yayasan Inter Mdika juga memanfaatkan media komunikasi
yang
dimilikinya
seperti
website
organisasi
yaitu
www.intermedika.com , dan beberapa media melalui youtube channel yang dimiliki leh divis remaja YIMoet, yaitu Yimoet Channel. Outreach Worker Yayasan Inter Medika masih berfokus kepada kegiatan program yang dijalankan, sehingga dalam melibatkan media massa dalam hal ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
123
khususnya untuk mempublikasikan informasi mengenai kesehatan HIV dan AIDS masih belum efektif, karena belum menjadi kebutuhan aktivitasnya saat ini. 4.3.3. Isi Komunikasi dalam Publikasi
Keberhasilan program diukur dari publikasi yang optimal, yaitu sesuai dengan media dan target sasaran khalayak yang dinginkan, isi pemberitaan/tulisan membentuk image positif dan dukungan khalayak yang baik terhadap aktivitas pendapat, kebijakan dan peraturan organisasi berkaitan dengan kepentingan publik. Dukungan publik, dapat berupa masukan/tanggapan yang positif, melalui wawancara berita, tulisan opini, tajuk rencana, karikatur, dan karanagan khas (features).56 Dari hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari narasumber mengenai Isi komunikasi yang disampaikan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika disesuaikan dengan kebutuhan remaja dalam akses layanan kesehatan, baik kesehatan seksual, kesehatan reproduksi maupun IMS, HIV dan AIDS, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman dan peningkatan pengetahuan bagi Remaja.
4.3.4. Hasil Publikasi Outreach Worker Hasil publikasi yang dilakukan outreach worker Yayasan Inter Medika dapat dilihat melalui postingan atau broadcast yang ada di media sosial, dan hasilnya juga dapat dilihat dari banyaknya komunitas yang mengakses layanan kesehatan IMS dan HIV ke tempat layanan kesehatan, dan juga hasil publikasi 56
Rhenald Khasali, Manajemen PR, Jakarta 2004
http://digilib.mercubuana.ac.id/
124
yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika bisa dilihat dari hasil broadcast melalui aplikasi gay dating dan media sosial lainnya, terutama publikasi mengenai layanan kesehatan Gay Remaja dalam mengakses layanan tes HIV. Peneliti menganalisa hasil wawancara dari data yang diperoleh dari 6 narasumber, 2 Key Informan, dan 4 informan mengenai aktivitas outreach worker Yayasan Inter Medika dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi Gay Remaja di Jakarta, peneliti berpendapat bahwa aktivitas Outreach Worker merupakan suatu kegiatan Outreach Worker Yayasan Inter Medika dalam rangka melaksanakan proses komunikasi, menyampaikan pesan, dan memberikan informasi secara aktual, jelas dan tepat sasaran, tentang aktivitas outreach worker Yayasan Inter Medika dalam mempublikasikan informasi bahaya HIV dan AIDS bagi gay remaja di Jakarta, melalui kerjasama dengan rekan media online, dan hotpot-hotspot potensial (area public) yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan tujuan dari kegiatan organisasinya.
Selain itu, dari hasil analisa peneliti terhadap aktivitas Outreach Worker Yayasan Inter Medika masih berfokus kepada kegiatan project yang dijalankan oleh lembaga melalui pendanaan dari pemerintah luar negeri, dan kegiatan publikasi informasi yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika dimonitoring dan evaluasi oleh program manager melalui kegiatan pertemuan rutin dan berkala, sehingga hasil yang dicapai sudah cukup baik, hal ini diperkuat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
125
dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu key informan yaitu Bapak Juna Rislon Damanik selaku Program Manager Yayasan Inter Medika.
Kemudian peneliti juga menganalisis bahwa suatu kegiatan yang dilakukan oleh Outreach Worker Yayasan Inter Medika merupakan salah satu cara untuk membangun hubungan yang baik, khususnya kepada komunitas Gay di Jakarta dan stakeholder wilayah, dalam hal menjalin kerjasama dan berjejaring melalui pelaksanaan aktivitas rutin, seperti Pertemuan koordinasi, Edutainment, Mobile Clinic, dan kunjungan yang bersifat formil kelembagaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/