27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Tengaran sebagai SMP Regular dan SMP Terbuka Tengaran yang menginduk di SMP N 02 Tengaran. Sampel dalam penelitian ini adalah 105 siswa kelas VIII SMP Regular dan 58 siswa SMP Terbuka. Secara keseluruhan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 163 siswa SMP Regular dan SMP Terbuka di kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Gambaran lebih jelas tentang sampel dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Jumlah Sampel Penelitian Kategori Sekolah SMP Regular SMP Terbuka Jumlah
Jumlah Populasi 180 58 238
Jumlah Sampel 105 58 163
B. Persiapan Penelitian 1. Penyusunan Alat Ukur Penelitian menggunakan alat ukur berupa angket untuk mengukur minat belajar matematika. Angket yang digunakan terdiri dari 30 item pernyataan tertulis yang berasal dari aspek – aspek yang akan diukur. Jenis dari angket dalam penelitian adalah angket tertutup, dimana jawaban ditentukan sehingga subjek yang diteliti tidak lagi memberi respon menurut kebebasannya. Subjek menjawab dengan memberikan tanda check mark pada item – item sesuai dengan tingkat kesesuaian pernyataan dengan apa yang ada pada diri subjek. Item – item dalam angket minat belajar matematika sebanyak 30 item penelitian berdasarkan aspek – aspek variabel minat belajar, yang terdiri dari aspek perhatian, perasaan, dan aspek motif. Penskoringan dibedakan atas item yang favourable dan item yang unfavourable. Pada item favourable , skor untuk pilihan SS adalah 5, S adalah 4, RR adalah 3, TS adalah 2 dan STS adalah 1. Sedangkan pada item unfavourable, skor untuk pilihan SS adalah 1, S adalah 2, RR adalah 3, TS adalah 4, dan STS adalah 5. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
28 Tabel 4.2 Sebaran Item Angket Minat Belajar Matematika No. 1. 2. 3.
Unsur Minat Belajar Perhatian Perasaan Motif Total
Favorable 3, 12, 15, 22, 24 1, 4, 13, 23, 25 2, 5, 11, 14, 21 15
Unfavorable 6, 9, 16, 19, 28 7, 10, 17, 20, 26 8, 18, 27, 29, 30 15
Total 10 10 10 30
Semakin tinggi skor yang diperoleh seorang siswa menunjukkan semakin tinggi minat belajar matematika siswa tersebut, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh seorang siswa menunjukkan semakin rendah pula minat belajar matematika siswa tersebut. C. Deskripsi Hasil Pengukuran Variabel Penelitian Tinggi rendahnya hasil pengukuran variable minat belajar matematika dapat ditentukan dalam lima kategori yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, dan Sangat Rendah. Penentuan lebar interval pada masing – masing kategori dihitung berdasarkan kemungkinan skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori. Hasil pengolahan data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif yang digunakan antara lain sebaran frekuensi dan tabulasi silang data, sedangkan analisis inferensia yang digunakan yaitu uji hubungan, uji beda danuji pengaruh. Untuk memperoleh kategori rendah, sedang, dan tinggi digunakan teknik skoring dengan menggunakan rumus interval kelas (Slamet 1993): Jumlah item valid pada variabel minat belajar matematika ada 24, skor terendah 1 dan skor tertinggi adalah 5, maka kemungkinan skor tertinggi yang diperoleh adalah (5 x 24 = 120) dan kemungkinan skor terendah yang diperoleh adalah (1 x 24= 24). Skor Maksimum – Skor Minimum Interval = Jumlah Kategori Jadi lebar interval yang diperoleh adalah i = (120 – 24 ) / 5 = 19,2. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat ditentukan kategori sebagai berikut : 101 ≤ 𝑥 < 120 : Sangat Tinggi 82 ≤ 𝑥 < 101 : Tinggi 63 ≤ 𝑥 < 82 : Sedang
29 44 ≤ 𝑥 < 63 24 ≤ 𝑥 < 44 x = jumlah skor total
: Rendah : Sangat Rendah
1. Minat Belajar Matematika Siswa SMP Regular Secara umum, minat belajar matematika siswa SMP Regular berada pada kategori tinggi, yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata sebesar 82,53 dan standar deviasi 7,42 dengan jumlah subjek (N) sebanyak 105. Seluruh skor yang diperoleh bervariasi, mulai dari kategori rendah yakni 60 sebagai skor minimum sampai kategori sangat tinggi yakni 103 sebagai skor maksimum. Tabel 4.3 Hasil Analisa Deskriptif Minat Belajar Matematika SMP Regular Mean 82,53
Standar Deviasi 7,42
Total Item Valid 24
N 105
Nilai Minimum 60
Nilai Maksimum 103
Frekuensi dan persentase hasil pengukuran minat belajar matematika di atas dapat dilihat dalam Tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Minat Belajar Matematika SMP Regular Kategori
Interval
Frekuensi
Persen Rata – rata St. Dev (%) Sangat Tinggi 101 ≤ 𝑥 < 120 2 1,9 82,53 7,42 Tinggi 82 ≤ 𝑥 < 101 55 52,4 Sedang 63 ≤ 𝑥 < 82 46 43,8 Rendah 44 ≤ 𝑥 < 63 2 1,9 Sangat Rendah 24 ≤ 𝑥 < 44 Total 105 100 N= 105, rata – rata = 82,53, St Dev = 7,42, skor max =103, skor min = 60
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 1,9% dalam penelitian ini atau 2 siswa memiliki minat belajar matematika dalam kategori sangat tinggi, 52,4% atau 55 siswa memiliki minat belajar matematika dalam kategori tinggi, 43,8% sampel atau 46 siswa memiliki minat belajar matematika dalam kategori sedang dan 1,9% sampel atau 2 siswa memiliki minat belajar
30 matematika yang tergolong rendah, dan tidak terdapat siswa yang memiliki minat belajar matematika pada tingkat sangat rendah. Secara umum, rata – rata minat belajar matematika siswa berada pada kategori tinggi (rata – rata 82,53), yang bervariasi dengan standar deviasi sebesar (7,42). Adapun skor terendah 60 dan skor tertinggi 103. 2. Minat Belajar Matematika Siswa SMP Terbuka Hasil penelitian minat belajar matematika siswa SMP terbuka berada pada kategori tinggi, yang ditunjukkan oleh nilai rata-rata sebesar 89,01 dan standar deviasi 7,54 dengan jumlah subjek sebanyak 58. Seluruh skor yang diperoleh bervariasi, mulai dari kategori sedang yakni 74 sebagai skor minimum sampai kategori sangat tinggi yakni 103 sebagai skor maksimum. Tabel 4.5 Hasil Analisa Deskriptif Minat Belajar Matematika SMP Terbuka Mean 89,01
Standar Deviasi 7,54
Total Item Valid 24
N 58
Nilai Minimum 74
Nilai Maksimum 103
Frekuensi dan persentase hasil pengukuran minat belajar matematika di atas dapat dilihat dalam Tabel 4.6 berikut ini: Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Minat Belajar Matematika SMP Terbuka Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Total
Interval
Frekuensi
101 ≤ 𝑥 < 120 82 ≤ 𝑥 < 101 63 ≤ 𝑥 < 82 44 ≤ 𝑥 < 63 24 ≤ 𝑥 < 44
5 44 9 58
Persen (%) 8,6 75,9 15,5 100
Rata – rata
St. Dev
89,01
7,54
N= 58, rata – rata = 89,01 , St Dev = 7,54, skor max =103, skor min = 74
Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa 8,6% sampel dalam penelitian ini atau 5 siswa memiliki minat belajar matematika pada kategori sangat tinggi,
31 75,9% sampel atau 44 siswa memiliki minat belajar matematika pada kategori tinggi, 15,5% sampel atau 9 siswa memiliki minat belajar matematika pada kategori sedang dan tidak terdapat siswa yang memiliki minat belajar matematika pada tingkat rendah dan sangat rendah. Secara umum, rata – rata minat belajar matematika siswa berada pada kategori tinggi (rata – rata 89,01), yang bervariasi dengan standar deviasi sebesar (7,54). Adapun skor terendah 74 dan skor tertinggi 103. D. Analisis Data 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS for Windows Version 16.00. Kaidah yang digunakan yaitu p > 0,05 maka sebaran data tersebut normal, sedangkan jika p < 0,05 maka sebaran data tersebut tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Smp regular N
Smp terbuka
105
58
Mean
82.5333
89.0172
Std. Deviation
7.41628
7.53819
Absolute
.075
.081
Positive
.064
.065
Negative
-.075
-.081
Kolmogorov-Smirnov Z
.773
.614
Asymp. Sig. (2-tailed)
.589
.845
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil pengujian normalitas, diperoleh nilai Kolmogorov-Smirnov untuk siswa SMP Regular sebesar 0,589 (p > 0,05) dan untuk siswa SMP Terbuka sebesar 0,845 (p > 0,05). Hasil yang diperoleh ini menunjukkan bahwa kedua data berdistribusi normal.
32 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas ditujukan untuk menentukan asumsi yang berlaku dalam penggunaan uji beda (uji t) yaitu data yang digunakan memiliki varians yang sama ataukah tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji one way ANOVA dengan menggunakan program SPSS for Windows Version 16.00. Kriteria pengujian yang diguanakan untuk menentukan homogenitas dalam penelitian ini adalah apabila nilai signifikan uji homogenitas lebih dari 0,05 (p>0,05) maka data dikatakan homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Data Levene Statistic .731
df1
df2 1
Sig. 160
.394
Berdasarkan hasil uji homogenitas diperoleh nilai signifikan dari tes homogenitas sebesar 0,394 (p > 0,05). Dengan demikian, data yang diperoleh adalah homogen sehingga hasil uji hipotesis yang dipakai sesuai dengan hasil dari equal variances assumed. 3. Uji Beda Minat Belajar Matematika antara Siswa SMP Regular dan SMP Terbuka Uji prasyarat menunjukan bahwa data penelitian berdistribusi normal, sehingga data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan uji beda rata – rata independent sample t-test. Uji ini digunakan untuk menguji apakah ratarata satu sampel berbeda dengan sampel lainnya. Jika p > 0,05 maka H0 diterima, yang berarti bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara minat belajar matematika siswa SMP Regular dengan siswa SMP Terbuka di kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Jika p < 0,05 maka H0 ditolak, yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara minat belajar matematika siswa SMP Regular dengan siswa SMP Terbuka di kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang. Hasil perhitungan uji-t untuk minat belajar matematika antara SMP Regular dengan SMP Terbuka dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :
33 Tabel 4.9 Uji Beda Minat Belajar Matematika antara SMP Regular dan SMP Terbuka Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Data Equal variances .731 assumed Equal variances not assumed
Sig.
t-test for Equality of Means
T
.394 -5.253
Df
Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
160
.000
-6.43070
1.22419 -8.84836 -4.01305
-5.232 116.589
.000
-6.43070
1.22916 -8.86508 -3.99633
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa hasil F hitung sebesar 0,731 dengan probabilitas 0.394 > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus menggunakan asumsi equal variance assumed. Dari tabel terlihat hasil tes t sebesar -5,253 dengan df = 160, perbedaan mean = -6.43070 perbedaan standar error = 1.22419. Perbedaan hasil belajar terendah -8.84836 dan tertinggi -4,01305. Pengambilan keputusan didasarkan pada hasil uji t yang diperoleh, yaitu: 1) Jika sig. < 0,05 maka Ho ditolak, dan jika sig. >0,05 maka Ho diterima atau; 2) Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak, dan jika t hitung < t tabel maka Ho diterima atau; 3) Jika –t hitung < -t tabel maka Ho ditolak, dan jika –t hitung > -t tabel maka Ho diterima.
34 Pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5 %. Secara lengkap hasil uji hipotesis menggunakan teknik Independen Sampel T Test. Pengambilan keputusan dapat dilihat dari nilai signifikan (0.000 < 0.05) artinya maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan minat belajar matematika antara siswa SMP Regular dan SMP Terbuka di kecamatan Tengaran kabuaten Semarang. E. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan minat belajar matematika antara siswa kelas VIII SMP Regular dengan SMP Terbuka diSMP Negeri 02 Tengaran, kabupaten Semarang. Dalam perbandingan minat belajar matematika antara siswa SMP Regular dan siswa SMP Terbuka di kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang melalui uji-t, diperoleh t = 5,253 dengan probabilitas 0.000 (<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan minat belajar matematika antara siswa SD Inti dan siswa SD Imbas di kecamatan Sidorejo, Salatiga. Dilihat dari rata-rata skor, minat belajar matematika siswa SMP ReguIer tidak berbeda jauh dengan minat belajar matematika siswa SMP Terbuka. Rata-rata minat belajar matematika siswa SMP ReguIer yaitu 82,53 berada pada kategori tinggi, sedangkan rata-rata minat belajar matematika siswa SMP Terbuka yaitu 89,01 berada pada kategori tinggi juga. Tidak adanya perbedaan minat belajar matematika SMP ReguIer dan SMP Terbuka di kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dapat disebabkan karena metode dan gaya mengajar yang digunakan guru matematika dalam menyampaikan pelajaran matematika di kedua sekolah tersebut adalah sama. Berdasarkan hasil wawancara kepada guru matematika dan pengamatan, peneliti melihat bahwa pembelajaran matematika di kedua sekolah tersebut tidak monoton. Pelajaran disampaikan dengan cara dan gaya yang menarik perhatian sehingga menjadikan siswa berminat dan tertarik untuk selalu mengikutinya. Metode pembelajarannya juga bervariasi sesuai tujuan pembelajaran yang akhirnya akan berpengaruh pada minat belajar siswa, terutama pada mata pelajaran matematika. Selain itu, meskipun siswa SMP ReguIer dan SMP Terbuka satu anggota dan sebagai pusat kegiatan serta sebagai pusat pengembangan sarana prasarana dan tenaga kependidikan, namun keduanya saling berkomitmen untuk maju bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu dari komitmen tersebut adalah tentang penyediaan fasilitas dan alat penunjang pelajaran matematika. Tersedianya fasilitas dan alat penunjang yang memadai yang dimiliki siswa SMP ReguIer dan
35 SMP Terbuka tersebut dapat memotivasi minat belajar matematika siswa. Fasilitas dan alat penunjang pelajaran matematika yang dimaksud misalnya papan tulis, kapur tulis, ruang kelas, buku pelajaran matematika, alat peraga, dan sebagainya. Hal lain yang menyebabkan adanya kesamaan ini adalah kesamaan situasi dan kondisi lingkungan. Situasi dan kondisi lingkungan disini meliputi fisik dan sosial. Konsidi lingkungan fisik misalnya letak sekolah dan ruang kelas yang strategis serta dengan pencahayaan yang cukup dapat memperlancar proses pembelajaran matematika. Sedangkan untuk kondisi lingkungan sosial misalnya pada saat pembelajaran matematika berlangsung kondisi kelas cenderung tenang dan tidak gaduh sehingga siswa dapat konsentrasi dalam menerima pelajaran dari guru. Secara umum, dapat dijelaskan bahwa meskipun berstatus berbeda dan mempunyai fungsi yang berbeda pula, minat belajar matematika antara siswa SMP ReguIer dan SMP Terbuka di kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tidaklah berbeda. Kesamaan minat belajar matematika antara siswa SMP ReguIer dan SMP Terbuka di kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang disebabkan oleh beberapa hal yaitu metode dan gaya mengajar yang digunakan guru matematika dalam menyampaikan pelajaran matematika di kedua sekolah tersebut cenderung sama, sama-sama mempunyai komitmen untuk maju bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan, tersedianya fasilitas dan alat penunjang yang sama-sama cukup memadai, serta kesamaan situasi dan kondisi lingkungan sekolah yang dapat menunjang proses pembelajaran matematika.
36