BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian
bab
yang
ini
akan
bertujuan
dibahas untuk
hasil
analisis
menjawab
data
persoalan
penelitian. bab ini akan di bagi dalam beberapa bagian, yakni karakteristik responden, hasil uji asumsi, dan hasil analisis data. 4.1
DESKRIPSI TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 So’e, yang berlokasi di jalan Ki Hajar Dewan Toro No. 18, Kecamatan Kota So’e, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sekolah ini memiliki fasilitas penunjang guna meningkatkan mutu pendidikan siswa, seperti sarana ruang computer, sarana
perpustakaan,
ekstrakulikuler seperti
serta
pra-sarana
untuk
kegiatan
lapangan basket, volley. Jumlah
seluruh siswa SMP Negeri 1 So’e adalah 812 siswa, dengan jumlah siswa Pria 389 orang dan siswa perempuan 423 orang, yang dibagi kedalam tiga kelas yaitu kelas VII, VIII, dan IX. Kelas VII terdiri dari 7 kelas dengan jumlah siswa 272 orang, kelas VIII terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 229 orang dan kelas IX terdiri dari 8 kelas dengan jumlah siswa 311 orang. Sampel yang diambil oleh penulis berjumlah 121 orang dari empat kelas pada kelas VIII. Penelitian dilakukan selama 1 minggu mulai dari tanggal 29 Februari sampai tanggal maret 2012. Skala/angket ini disebar kelas VIII.
6
ke empat kelas pada
4.2
KARAKTERISTIK RESPONDEN Analisis
karakteristik
responden
digunakan
untuk
memperoleh gambaran sampel dalam penelitian ini. Data yang menggambarkan informasi
karakteristik
tambahan
untuk
responden
memahami
hasil
merupakan penelitian.
Karakteristik responden disajikan berdasarkan gender. Table 4.1 Responden menurut jenis kelamin Gender Frequency Percent Valid
Valid Cumulative Percent Percent
Pria
61
50.4
50.4
50.4
Wan ita
60
49.6
49.6
100.0
Total
121
100.0
100.0
Sumber : data primer yang diolah 2012 Berdasarkan persentase jenis kelamin di atas maka diketahui bahwa sampel seimbang antara siswa laki-laki berjumlah 61 orang dan siswi perempuan berjumlah 60 orang.
4.3
DESKRIPSI HASIL PENGUKURAN VARIABEL
4.3.1 Perhitungan nilai maximun, minimum, rata-rata, dan standar deviasi
Hasil perhitungan nilai maximum, minimum, rata-rata, dan standar deviasi dari skala Self-efficacy, Motivasi Belajar, dan Prestasi Belajar, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Nilai Maximum, Minimum, Rata-rata, dan Standar Deviasi Skala Efikasi Diri, Motivasi Belajar, dan Prestasi belajar Statistics SE N
Valid Missing
Mean Std. Deviation
MB
PB
121
121
121
0
0
0
49.91
56.24
75.21
11.606 13.916
5.937
Minimum
27
27
60
Maximum
81
94
89
Sumber : data primer yang diolah 2012 Dari tabel 4.2, diketahui bahwa efikasi diri dari subyek penelitian mempunyai rata-rata sebesar 49.91 dengan standar deviasi 11.606 bergerak dari kategori minimum (27) sampai dengan kategori maksimum (81). Selanjutnya Motivasi Belajar dari subyek penelitian mempunyai rata-rata sebesar 56.24 dengan
standar
deviasi
13.916
bergerak
dari
kategori
minimum (27) sampai dengan kategori maksimum (94), dan yang
terakhir
Prestasi
Belajar
dari
subyek
penelitian
mempunyai rata-rata sebesar 75.21 dengan standar deviasi 5.937 bergerak dari kategori minimum (60) sampai dengan kategori maksimum (89).
4.3.2 Identifikasi skor 4.3.2.1
Variabel efikasi diri
Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel efikasi diri, digunakan kategori, yakni: rendah, sedang, tinggi, dan sangat
tinggi.
Jumlah
item
yang
digunakan
untuk
mengukur variabel disiplin kerja adalah 24 item valid. Dengan demikian untuk variable efikasi diri memiliki skor terendah 24 (1X24) dan skor tertinggi 96 (4X24). Adapun rumus yang digunakan untuk mencari rentang skor adalah sebagai berikut:
Dengan demikian, tinggi rendahnya efikasi diri siswa dikategorikan sebagai berikut:
No 1 2 3 4
Tabel 4.3 Deskripsi Pengukuran Efikasi Rentang Kategori N Skor 78 ≤ x < 96 Sangat 4 tinggi 60 ≤ x <78 Tinggi 21 42 ≤ x < 60 Sedang 65 24 ≤ x < 42 Rendah 31 Total 121
Diri Siswa % Mean 3.3%
1.98
17.4% 53.7% 25.6% 100%
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa variabel Efikasi diri memiliki rata-rata sebesar 1.98, sehingga tergolong dalam kategori Sedang. Prosentasse di setiap
kategori yaitu 3.3% subyek berada pada kategori Sangat Tinggi, 17.4% subyek berada pada kategori tinggi, 53.7% subyek berada pada kategori sedang dan 25.6% subyek berada pada kategori rendah. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa efikasi diri siswa SMP Negeri 1 So’e tergolong Sedang. 4.3.2.2
Variabel motivasi belajar
Untuk Motivasi
menentukan
Belajar,
tinggi
digunakan
rendahnya
kategori,
yakni:
variabel rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur variabel disiplin kerja adalah 27 item valid. Dengan demikian untuk variable Efikasi diri memiliki skor terendah 27 (1X27) dan skor tertinggi 108 (4X27). Adapun rumus yang digunakan untuk mencari rentang skor adalah sebagai berikut:
Dengan demikian, tinggi rendahnya Motivasi Belajar siswa dikategorikan sebagai berikut:
No 1 2 3 4
Tabel 4.4 Deskripsi Pengukuran Motivasi Belajar Siswa Rentang Skor Kategor N % Mea i n 87.75 ≤ x < 108 Sangat 3 2.5% 1.98 tinggi 67.5 ≤ x < 87.75 Tinggi 21 17.4% 47.25 ≤ x < 67.25 Sedang 68 56.2% 27 ≤ x < 47.25 Rendah 29 24. % Total 121 100% Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa variabel
Motivasi Belajar memiliki rata-rata sebesar 1.98, sehingga tergolong dalam kategori Sedang. Prosentasse di setiap kategori yaitu 2.5% subyek berada pada kategori Sangat Tinggi, 17.4% subyek berada pada kategori tinggi, 56.2% subyek berada pada kategori sedang dan 24.0% subyek berada pada kategori rendah. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa Motivasi Belajar siswa SMP Negeri 1 So’e tergolong Sedang. 4.3.2.3
Variabel prestasi belajar
Untuk Prestasi
menentukan
Belajar,
tinggi
digunakan
rendahnya
kategori,
yakni:
variabel rendah,
sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai hasil belajar pada mata pelajaran matematika dengak skor tertinggi adalah 89 dan skor terendah adalah 60. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari rentang skor adalah sebagai berikut:
Dengan demikian, tinggi rendahnya Prestasi Belajar siswa dikategorikan sebagai berikut: Tabel 4.5 Deskripsi Pengukuran Prestasi Belajar No Rentang Skor Kategor N % Mea i n 1 81.75 ≤ x < 89 Sangat 22 18.2% 2.70 tinggi 2 74.5 ≤ x < 81.75 Tinggi 51 42.1% 3 67.25 ≤ x < 74.5 Sedang 38 31.4% 4 60 ≤ x < 67.25 Rendah 10 8.3% Total 121 100% Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa variabel Prestasi Belajar memiliki rata-rata sebesar 2.70, sehingga tergolong dalam kategori Tinggi. Prosentasse di setiap kategori yaitu 18.2% subyek berada pada kategori Sangat Tinggi, 42.1% subyek berada pada kategori tinggi, 31.4% subyek berada pada kategori Sedang dan 8.3% subyek berada pada kategori Rendah. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa Prestasi Belajar siswa SMP Negeri 1 So’e tergolong Tinggi.
4.4
UJI STATISTIK Uji statistik dalam penelitian ini, menggunakan program
SPSS for windows versi 17.0. 4.4.1 Uji Asumsi Klasik Agar dapat melakukan analisa regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data terdistribusi secara normal. Penelitian ini menggunakan empat
uji
asumsi
multikolinearitas,
uji
klasik,
yaitu:
uji
heteroskedastisitas,
normalitas, uji
uji
linearitas,
dengan menggunakan program SPSS for windows versi 17.0. 4.4.1.1
Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011). Hasil uji normalitas disajikan sebagai berikut: Gambar 4.1
Gambar 4.2
Dari grafik histogram (gambar 4.1.) tampak bahwa residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak menceng ke kanan atau ke kiri. Pada grafik normal probility plots (gambar 4.2.) titik-titik menyebar berhimpit di sekitar diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal. Uji
kolmogorov-smirnov
dapat
dilakukan
untuk
menguji apakah residual terdistribusi secara normal. Suatu data disebut terdistribusi normal jika nilai p > 0.05, sebaliknya jika nilai p < 0.05 maka data tidak terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011). Hasil uji kolmogorov smirnov tampak pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test res N
121
Normal Parametersa,,b
Mean
.0000
Std. Deviation
5.90458
Most Extreme Absolute Differences Positive
.068 .068
Negative
-.055
Kolmogorov-Smirnov Z
.749
Asymp. Sig. (2-tailed)
.630
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Hasil uji residual dengan kolmogorov-smirnov yang tampak pada tabel 4.6, menunjukkan bahwa efikasi diri, motivasi belajar dan prestasi belajar 0.630
(p>0.05),
artinya
bahwa
memiliki nilai p=
ketiga
data
tersebut
untuk
menguji
terdistribusi normal. 4.4.1.2 Uji
-Uji multikolinearitas mulitikolonieritas
bertujuan
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak
terjadi
korelasi
di
antara
variabel
independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka terdapat problem multikolinearitas. Oleh karena itu untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas, dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF). Multikolonieritas bisa terjadi jika nilai tolerance < 0.10 dan VIF < 10, selain itu koefisien korelasi antar variabel harus berada di bawah 0.95 (Ghozali, 2009). Hasil hitung dengan menggunakan SPSS for windows versi 17.0, hasil nilai tolerance dan nilai VIF data penelitian dapat dilihat pada tabel 4.7, dan nilai korelasi antar variabel dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.7 Nilai Tolerance dan VIF Variabel Efikasi diri dan Motivasi Belajar Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) SE
.531
1.883
MB .531 a. Dependent Variable: PB
1.883
Tabel 4.8 Koefisien Korelasi Variabel Efikasi Diri dan Motivasi Belajar Coefficient Correlationsa Model 1
MB
SE
Correlation MB s SE
1.000
-.685
-.685
1.000
Covariance MB s SE
.003
-.002
-.002
.004
a. Dependent Variable: PB
Hasil
perhitungan
pada
tabel
4.7
yaitu,
nilai
tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada
korelasi
perhitungan
antar nilai
variabel Variance
independen, Inflation
dan
hasil
Factor
(VIF)
menunjukkan nilai VIF di sekitar angka 1.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. Sedangkan melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen (tabel 4.8), tampak bahwa variabel Self-efficacy yang mempunyai korelasi cukup tinggi dengan variabel Motivasi Belajar dengan tingkat korelasi sebesar – 0,685. Oleh karena korelasi ini masih di bawah 0.95 (95%), maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolonieritas yang serius. 4.4.1.3
Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas
dapat
dilakukan
dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, dimana bila titik pada grafik scatterplot menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
(Ghozali,
2011).
Hasil
uji
heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini. Gambar 4.3
Dari
grafik
scatterplot
terlihat
bahwa
titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi,
sehingga
model
memprediksi
regresi
Prestasi
layak
Belajar
digunakan
berdasarkan
untuk masukan
variabel independen, yaitu: efikasi diri dan Motivasi Belajar. 4.4.1.4
Uji linearitas
Berdasarkan hasil uji linearitas pada variabel efikasi diri dan Prestasi Belajar, dapat diketahui bahwa nilai F beda adalah 1.292 dengan signifikansi 0.166 (p>0.05), maka disimpulkan bahwa terdapat linearitas hubungan antara efikasi diri dengan Prestasi Belajar. Hasil uji coba linearitas pada variabel efikasi diri dengan Prestasi Belajar, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Uji Linearitas Efikasi Diri dan Prestasi Belajar ANOVA Table Sum of Squares PB * SE
Between (Combine 1650.985 Groups d) Linearity
26.168
Deviation 1624.817 from Linearity
Mean Square
df
1 26.168
Total
4230.413 120
uji
.812 .370
39 41.662 1.292 .166
2579.429
hasil
Sig.
40 41.275 1.280 .174
Within Groups
Berdasarkan
F
80 32.243
linearitas
pada
variabel
Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar, dapat diketahui
bahwa nilai F beda adalah 0.763 dengan signifikansi 0.839 (p>0.05), maka disimpulkan bahwa terdapat linearitas hubungan antara Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar. Hasil uji coba linearitas pada variabel Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar, dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut ini. Tabel 4.10 Uji Linearitas Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar ANOVA Table Sum of Squares PB * Between (Combine MB Groups d)
Mean Square
df
F
Sig.
1470.751
49 30.015 .772 .830
46.345
1 46.345 1.19 .279 2
1424.406
48 29.675 .763 .839
Within Groups
2759.662
71 38.868
Total
4230.413 120
Linearity Deviation from Linearity
4.4.2 Uji Hipotesa Hipotesis: Efikasi diri dan Motivasi Belajar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Belajar Matematika siswa SMP N 1 So’e. Dalam uji hipotesis, penulis menggunakan analisis regresi berganda dua variabel. Dua variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dua variabel independen, yakni
efikasi diri dan motivasi belajar. Berikut ini adalah hasil dari analisis dengan menggunakan SPSS for windows versi 17.0. Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Berganda Efikasi Diri dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi belajar Model Summaryb Mode l 1
R
R Adjusted Squa R Std. Error of Durbinre Square the Estimate Watson
.105a .011
-.006
5.954
1.914
a. Predictors: (Constant), MB, SE b. Dependent Variable: PB Dari
hasil
output
SPSS
for
windows
versi
17.0,
menunjukkan bahwa koefisien determinasi/ R Square (R²) sebesar 0.011. Hal ini menjelaskan bahwa 1.1 % dari variasi yang terjadi pada Prestasi Belajar dapat dijelaskan oleh variasi kedua variabel independen, yakni: Efikasi diri (X1) dan Motivasi Belajar (X2), sedang sisanya yaitu 98.9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Selanjutnya dilakukan uji signifikansi simultan (uji statistik F) dengan menggunakan uji anova (F-test) yang bertujuan
untuk
mengetahui
apakah
semua
variabel
independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen atau variabel terikat. Hasil pengujian disajikan pada tabel 4.12 sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Berganda (Uji Signifikansi Simultan / Uji Statistik F) Efikasi diri dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar ANOVAb Model 1
Regressi on
Sum of Squares
Mean Square
df
46.732
2
23.366
Residua 4183.681 l
118
35.455
Total
120
4230.413
F
Sig.
.659 .519a
a. Predictors: (Constant), MB, SE b. Dependent Variable: PB Pada tabel anova (tabel 4.13) menunjukkan bahwa uji signifikansi simultan (uji statistik F), diperoleh nilai Fhitung sebesar 0.659 dengan tingkat signifikansi 0.519 (p>0.05). Dengan demikian Efikasi diri dan Motivasi Belajar
secara
bersama-sama atau simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Belajar. Probabilitas (0.519) jauh lebih besar dari 0.05, maka kedua variabel independen yaitu Efikasi diri dan Motivasi Belajar tidak dapat digunakan sebagai prediktor Prestasi Belajar. Dengan demikian hipotesis penelitian yang menyebutkan bahwa, Efikasi diri dan Motivasi Belajar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Belajar, tidak diterima.
Selanjutnya
dilakukan
uji
statistik
t
untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/ independen yaitu Efikasi diri dan Motivasi Belajar
secara
individual atau parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen atau variabel terikat yaitu Prestasi Belajar. Pada uji statistik t diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Berganda (Uji Signifikan Parameter Individual/ Uji Statistik t) Efikasi diri dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model
B
1 (Constan 72.584 t)
Std. Error
Beta
t
Sig.
2.535
28.6 34
.000
SE
.007
.064
.013 .104
.917
MB
.041
.054
.096 .762
.448
a. Dependent Variable: PB Pada tabel 4.13 diketahui bahwa, dari kedua variabel independen yang dimasukan ke dalam model regresi, variabel Efikasi diri tidak signifikan karena dilihat dari probabilitas signifikansi untuk Efikasi diri sebesar 0.917 atau jauh dari kriteria signifikan (p-value<0.05), hal ini menjelaskan bahwa variabel efikasi diri secara parsial tidak mempengaruhi variabel Prestasi Belajar. Sedangkan variabel Motivasi Belajar
juga tidak memenuhi kriteria signifikan dengan probabilitas signifikansi sebesar 0.448 atau jauh dari kriteria signifikan (pvalue<0.05). Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel motivasi belajar tidak berpengaruh terhadap Prestasi Belajar. Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel Efikasi diri dan Motivasi Belajar tidak berpengaruh pada Prestasi Belajar Matematika. Dengan
demikian,
berdasarkan
hasil
uji
hipotesis
penelitian di atas, maka hipotesis yang menjelaskan bahwa Efikasi diri dan Motivasi Belajar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Prestasi Belajar Matematika siswa tidak diterima. 4.5
DISKUSI Analisa statistik penelitian ini menggunakan pengujian
regresi berganda untuk melihat secara bersama pengaruh variabel
independen
pada
prestasi
belajar
matematika.
Berdasarkan hasil pengujian statistik, diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh bersama-sama antara efikasi diri dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 So’E. Dari hasil analisa membuktikan bahwa hipotesis tersebut tidak diterima. Hal ini dapat dibuktikan dari uji signifikansi simultan (uji statistik F) yang menunjukkan nilai F
hitung
sebesar 0.659 dengan tingkat signifikansi 0.519
(p>0.05). Nilai R square (R2) sebesar 0.11 yang menunjukan bahwa 1.1% dari variabel prestasi belajar (Y) dapat dijelaskan oleh dua variabel independen yaitu efikasi diri (X1) dan
motivasi belajar (X2). Hal ini berarti bahwa efikasi diri dan motivasi belajar secara simultan tidak bisa menjadi prediktor prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 So’E, sehingga dapat dikatakan bahwa jika rendah efikasi diri siswa dan motivasi belajar siswa maka makin negatif prestasi belajar pada siswa dan sebaliknya jika tinggi efikasi diri siswa dan motivasi belajar siswa maka makin positif prestasi belajar siswa. Hasil analisa tersebut didasarkan pada beberapa alasan, dan kemudian dibahas dalam setiap variabel. Pertama, berdasarkan hasil analisa statistik tersebut, maka dapat dikatakan bahwa siswa SMPN 1 So’E pada kelas VIII
tidak memiliki efikasi belajar yang tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari hasil uji t pada tabel 4.13 dengan nilai β=0.013, nilai t=0.014 dengan taraf siginifikan 0.917 (p > 0.05) . Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa efikasi diri tidak memberikan pengaruh pada prestasi belajar. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Powers, Vacouver dkk (dalam Tahalele 2005) yang mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang positif signifikan antara self-efficacy dengan prestasi seseorang. Hal ini didukung juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Shaw (2008) dimana menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan indeks prestasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh siswa tidak menunjukan
efikasi
dirinya
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran, siswa ragu-ragu, tidak yakin dengan dirinya sendiri ‘’orang lain bisa kenapa saya tidak bisa’’ dan juga
siswa merasa takut atau cemas ketika menghadapi soal latihan ataupun disuruh untuk mengerjakan soal di papan tulis. Menurut Bandura (1995) faktor yang memengaruhi proses pembentukan efikasi diri seseorang haruslah memiliki pengalaman tidak langsung, keadaan fisiologis yang ikut memengaruhi dan
juga persuasi secara verbal. Pengalaman
tidak langsung dengan melihat kesuksesan orang lain yang memiliki kesamaan dengan dirinya, akan dapat meningkatkan harapan efikasi dirinya, siswa dapat menilai dirinya memiliki kemampuan seperti yang dimiliki oleh orang lain. Dengan prinsip yang sederhana siswa dapat mencontoh di mana jika orang lain dapat melakukannya maka begitu pula dengan dirinya dapat melakukan hal yang sama. Persuasi verbal sering
digunakan
kemampuannya
untuk
sehingga
meyakinkan dapat
seseorang
memungkinkan
tentang individu
meningkatkan usahanya untuk mencapai tujuannya. Persuasi verbal ini akan berlangsung efektif bila berdasarkan realita dan memiliki alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa dirinya dapat mencapai apa yang ditujukannya melalui tindakan nyata.
Dan
juga
keadaan
fisiologis
seseorang
akan
memperoleh informasi melalui keadaan fisiologisnya dalam menilai kemampuannya sehingga akan cenderung memiliki harapan kesuksesan dalam melakukan tugas yang lebih besar, bila dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan somatis dalam dirinya.
Bandura (1955) menyatakan bahwa kognisi adalah sebagai tingkah laku perantara di mana persepsi diri kita mempengaruhi tingkah laku. Ditekankan bahwa efikasi diri sangat berpengaruh dalam tingkah laku seseorang. Anak-anak mungkin mempunyai kemampuan dalam melaksanan tugas, namun jika mereka menganggap bahwa mereka tidak mampu melaksanakan tugas tersebut maka mereka bisa gagal atau bahkan tidak mencoba untuk menggunakan skill mereka. Keluarga merupakan penyumbang utama efikasi diri anak. Adicondro
dan
purnomosari
(2011)
mengatakan
bahwa
dukungan sosial keluarga yang memiliki peranan cukup penting karena keluarga merupakan orang yang terdekat dengan individu. Apabila individu mendapatkan dukungan emosi dari keluarganya, saat menghadapi rintangan dalam belajar
maka
anak
akan
mendapatkan
dukungan
dari
keluarganya sehingga ia tetap merasa lebih yakin dan tetap mampu merencanakan dan mengontrol kegiatan belajarnya serta memanfaatkan lingkungannya. Selain itu kecenderungan untuk menganggap diri lemah dan tidak mampu, sehingga selalu mengandalkan orang lain juga menjadi salah satu penghalang tingginya efikasi diri seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Menganggap diri lemah sehingga terus bergantung dengan orang lain sama saja artinya dengan rendahnya self-confidence (kepercayaan diri) seseorang. Kepercayaan diri menurut Louster (dalam Praptoro, 2005)
adalah
sebagai
sikap
atau perasaan
yang
tidak
tergantung pada orang lain, karena kekuatan, kemampuan,
ketrampilan, dan dapat menghasilkan suatu keyakinan akan kesuksesan tugasnya tanpa harus membandingkan dirinya dengan orang lain, dan tidak memerlukan dukungan orang lain. Kedua, berdasarkan hasil analisa statistik tersebut, maka dapat dikatakan bahwa siswa SMPN 1 So’E pada kelas VIII tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t pada tabel 4.13 dengan nilai β=0.096, nilai t=0.762 dengan taraf siginifikan 0.448 (p > 0.05). Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi belajar tidak memberikan pengaruh pada prestasi belajar. Hal ini didukung oleh
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Tstu
(2010)
yang
menunjukan tidak ada hubungan yang positif signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika (dengan p = 0.638 > 0.05). Kemudian didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh Issu (2005) yang menunjukan tidak ada hubungan positif signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika. Di dalam kegiatan belajar mengajar peran motivasi sangat diperlukan. Pintrich dan Schunk (1996) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, motivasi intrinsik yang dimiliki siswa lebih membantu dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Hal ini disebabkan karena siswa yang termotivasi secara intrinsik biasanya
selalu
berusaha
untuk
meningkatkan
belajar
mereka. Akan tetapi motivasi ini sendiri bukan saja bersumber dari
dalam
diri
siswa
itu
sendiri.
Faktor
lain
yang
memengaruhi motivasi belajar siswa juga bersumber dari luar
(eksternal), misalnya kondisi lingkungan belajar (iklim kelas), orang tua, dan juga upaya guru dalam proses pembelajaran (Winkel, 1983). Proses pembelajaran erat sekali hubungannya dengan lingkungan atau suasana tempat proses belajar itu berlangsung terutama pada iklim kelas. Hoy & Miskell (dalam Hadiyanto,
2004)
menyatakan
bahwa
iklim
merupakan
kualitas lingkungan (kelas) yang terus menerus dialami oleh guru
yang
memengaruhi
tingkah
laku
siswa
dalam
menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Misalnya munculnya sikap saling terbuka, sikap saling menghargai, mendahulukan kepentingan bersama. Selain kondisi lingkungan, peran guru juga sangat memengaruhi
akan
motivasi
belajar
siswa.
Dalam
pembelajaran guru hendaknya dapat memanfaatkan segala fasilitas penunjang yang dapat mendinamiskan pembelajaran hingga menimbulkan ketertarika siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Dimyati & Mudjiono (1999) yang mengatakan bahwa pembelajaran
yang
berkembang,
dan
lingkungan
yang
semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi yang
bagus
dalam
pembelajaran.
Guru
professional
diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, TV, dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar. Peran guru dalam memotivasi siswa dalam belajar diharapkan dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif siswa agar lebih tekun dalam belajar. Selain peran guru, peran orang tua dalam memotivasi anak sangat penting dalam pengembangan kognisi dan
prestasinya, mengingat orang tua adalah orang terdekat dalam kehidupan
anak.
Menurut
Dimyati
&
Mudjiono
(1999),
motivasi orang tua dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku
belajar.
Dalam
motivasi
terkandung
adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan
mengarahkan
sikap
dan
perilaku
individu
belajar.
Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan
harapan
atau
pencapaian
tujuan.
Dalam
kaitannya dengan prestasi belajar maka tugas orang tua sangat
penting
dalam
menumbuhkan
semangat
belajar.
Dalam hal ini orang tua hendaknya memberikan motivasi kepada anak-anaknya, sehingga akan timbul dalam diri anak itu hasrat belajar yang lebih baik, anak akan dapat menyadari apa gunanya belajar itu, jika diberikan perangsang atau motivasi. Dimyati & Mudjiono (1999), mengatakan bahwa hadiah dan hukuman sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan hasil sangat memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari orang tua. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak baik dan memperoleh nilai kurang, maka ia akan memperoleh “peringatan atau hukuman” dari orang tua . Dalam hal ini, hukuman dan juga hadiah dapat merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa untuk belajar dengan bersemangat. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari siswa SMP Negeri 1 So’E bahwa orang tua juga berperan penting dalam membantu kelancaran dan juga prestasi
anaknya. Orang tua mengontrol anaknya dalam proses belajar di
rumah
dan
juga
memberikan
suatu
reward
atau
pengharagaan berupa hadiah atau hukuman. Contohnya seperti jika anak mendapat ranking 1 maka orang tua akan mengabulkan permintaannya, sedangkan jika anak mendapat nilai yang jelek maka orang tua akan memberikan hukuman berupa larangan atau batasan waktu untuk bermain dengan teman sebaya, dimarahin, dan sebagainya. Oleh karena itu, motivasi orangtua juga menjadi salah satu penentu dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Menurut Stainbeck dan Susan (dalam Soukotta), ada beberapa bentuk peran orangtua dalam membantu anak belajar untuk mencapai prestasi, yakni: peran sebagai fasilitator, peran sebagai pembimbing atau pengajar dan peran sebagai motivator. Peran sebagai fasilitator adalah orang tua menyediakan diri untuk terlibat dalam membantu belajar anak di rumah, mengembangkan keterampilan belajar yang baik, memajukkan pendidikan dalam keluarga dan menyediakan sarana alat belajar, seperti tempat belajar, penerangan yang cukup, buku-buku pelajaran dan alat-alat tulis. Peran orangtua sebagai pembimbing atau pengajar, orangtua akan memberikan pertolongan kepada anak dengan siap membantu belajar melalui pemberian penjelasan pada bagian yang sulit dimengerti oleh anak, membantu anak mengatur waktu belajar, dan mengatasi masalah belajar dan tingkah laku anak yang kurang baik. Peran sebagai motivator, orang tua memotivasi anak dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,
mempersiapkan mengendalikan
anak stress
untuk yang
menghadapi
berkaitan
ulangan,
dengan
sekolah,
mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah, dan memberi penghargaan terhadap prestasi anak dengan memberi hadiah atau pujian. Hal ini senada dengan penelitian oleh Hassinger dan Plourde (dalam Soukotta, 2010) yang melakukan penelitian kepada siswa di Amerika tahun 2003-2004,
menemukan
bahwa
keluarga
adalah
satu
kesatuan yang sangat kuat, keluarga yang mendukung dan memberi penghargaan pada anaknya maka, anak tersebut akan
berhasil
Nurmadiah
dalam
(2005)
prestasi
meneliti
akademisnya.
tentang
Selanjutnya
pengaruh
motivasi
orangtua pada siswa SMP kelas 3 Negeri 8 Banda Aceh, data penelitian yang di dapat menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara motivasi orangtua dengan prestasi belajar siswa SMP. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan juga berdasarkan hasil penelitian yang telah diteliti oleh penulis dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor lain dari motivasi seseorang dalam mencapai prestasi belajar itu sendiri, yang mana motivasi belajar seseorang bukan saja dari dalam dirinya melainkan ada faktor dari luar dirinya atau faktor
ekstrinsik
yang
turut
mempengaruhi
prestasi
belajarnya. Berdasarkan dengan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa yang mengatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara efikasi diri dan motivasi
belajar sebagai prediktor prestasi belajar siswa tidak dapat diterima, atau dengan kata lain bahwa efikasi diri dan motivasi belajar tidak bisa dijadikan prediktor prestasi belajar siswa. Kajian awal dalam penelitian ini adalah melihat pengaruh efikasi diri atau keyakinan diri dari anak dan juga motivasi belajar dari anak terhadap prestasi belajarnya. Tetapi hasilnya adalah tidak adanya pengaruh positif dari efikasi diri atau keyakinan diri dan motivasi belajar
terhadap prestasi
belajar anak. Akan tetapi ada hal lain di luar dari kajian teori ini yang juga turut memengaruhi prestasi belajar dari dalam diri anak yaitu faktor yang berasal dari luar individu (ekstrinsik). Faktor ekstrinsik ini juga mempengaruhi seorang individu dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Misalnya pengaruh peran orang tua terhadap keyakinan diri anak terhadap
prestasi
belajarnya,
peran
orang
tua
dalam
memotivasi anak untuk peningkatan prestasi belajarnya. Lingkungan keluarga merupakan awal pertumbuhan dan perkembangan anak dalam meniti masa depannya. Oleh karena itu faktor ekstrinsik juga sangat memengaruhi prestasi belajar seseorang. Sehingga hipotesa dalam penelitian ini yang mengatakan bahwa tidak adanya signifikansi yang positif dari efikasi diri siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar, dapat juga di pengaruhi oleh faktor luar (ekstrinsik) di luar dari penelitian ini seperti peran orang tua bagi siswa dalam peningkaan prestasi belajarnya. Kemudian dalam kajian secara metodologi dalam hal pengambilan sampel pada penelitian ini ditujukan kepada
siswa/i, pengujian pada penelitian ini menggunakan teknik analisa regresi berganda uji signnifikan F dan mendapatkan hasil yang negatif atau tidak sesuai dengan hipotesa pada panelitian ini. Hal ini bisa disebabkan oleh pengambilan sampel yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, skala pada angket
psikologi
dalam
hal
ini
item
pernyataan
yang
digunakan bisa saja tidak dapat dipahami dengan baik oleh subyek, kevalid-an dari angket yang digunakan di mana dalam penelitian ini peneliti mengadopsi angket yang telah dibuat oleh peneliti lainya juga berpengaruh, dan pada penelitian ini peneliti
menggunakan
penelitian
secara
try-out
terpakai
dimana penelitian yang hanya dilakukan sekali saja dan hasil dari penelitian try-out terpakai tersebut dijadikan sebagai hasil dalam pengujian uji asumsi dan hipotesa. Hal-hat tersebut ini yang mungkin menyebabkan kegagalan dalam penulisan hipotesa.