BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Sebelum diberikan pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe STAD, langkah awal yang dilakukan adalah menguji instrument yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian instrument ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrument ini dikatakan layak atau tidak dan reliabel atau tidak. Berikut ini adalah hasil pengujian instrument yang digunakan baik instrument pada siklus I maupun pada siklus II. a. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Siklus I Untuk mengujikan instrument, digunakan siswa kelas III SDN Ledok 02 Salatiga. Berikut ini disajikan hasil pengujian validitas dan reliabilita soal pada siklus I. Dari 30 soal yang diujikan pada siklus I, diketahui bahwa ada 20 soal yang dinyatakan valid, dan 15 yang dinyatakan tidak valid. Pengujian validitas digunakan dengan uji statistik uji correlate Karl Pearsons, dengan signifikansi pada 2 tailed yaitu 0.05 (hasil pengujiannya terlampir dalam lampiran). Adapun soal yang valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 14, 15, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 30. Sedangkan soal yang tidak valid adalah soal nomor 8, 10, 13, 16, 17, 18, 21, 25, 26, 28, 29. Setelah dilakukan uji validitas, berikutnya adalah dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dilakukan setelah membuang soal yang dinyatakan tidak valid. Untuk menyatakan instrument dinyatakan reliabel atau tidak reliabel digunakan ketentuan sebagai berikut:
No 1 2 3 4
Tabel 4. 1 Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas ≤ 0, 7 0,7 < < 0,8 0,8 < α ≤ 0,9 α > 0,9
44
Kategori Reliabilitas Rendah Reliabilitas Sedang Reliabilitas bagus Reliabilitas memuaskan
45
Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa nilai alpha 0.742. Berdasarkan pada kategori koefisien reliabilitas di atas, maka dapat dikatakan bahwa instrument pada siklus I berada pada kategori reliabel sedang. Hasil pengujiannya disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4. 2 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .742
item1 item2 item3 item4 item5 item6 item7 item9 item11 item12 item14 item15 item19 item20 item22 item23 item24 item25 item28 item30
20
Item-Total Statistics Corrected Scale Mean if Scale Variance Item-Total Item Deleted if Item Deleted Correlation 13.8444 11.362 .564 13.8222 11.377 .570 13.7111 12.983 .092 13.6000 12.791 .240 13.7556 12.053 .382 13.6667 12.500 .288 13.8444 11.362 .564 13.6444 12.825 .182 13.6889 12.492 .273 13.8444 11.362 .564 13.8000 12.209 .308 13.8222 12.513 .207 13.7333 13.109 .044 13.8444 12.498 .206 13.8222 13.240 -.009 13.8444 11.316 .579 13.7111 12.983 .092 13.7111 12.665 .199 13.8444 11.953 .374 13.7333 12.245 .330
Cronbach's Alpha if Item Deleted .709 .709 .748 .737 .726 .733 .709 .740 .734 .709 .732 .740 .752 .741 .758 .708 .748 .740 .726 .730
46
Setelah dilakukan pengujian reliabilitas, langkah berikutnya adalah menguji tingkat kesukaran instrument. Untuk menguji tingkat kesukaran instrument (soal), digunakan persamaan sebagai berikut: ∑ ∑ Keterangan : TK = tingkat kesukaran ∑B = jumlah siswa yang menjawab benar ∑P = jumlah siswa peserta tes. Kategori tingkat kesukaran soal meliputi sukar, sedang dan mudah. Untuk mengetahui kategori tingkat kesukaran soal, berikut adalah koefisien tingkat kesukaran soal, sebagai berikut: 0,00 ≤ P < 0,30 = item soal sukar 0,30 ≤ P < 0,70 = item soal sedang 0,70 ≤ P < 1,00 = item soal mudah. Di bawah ini akan disajikan dalam tabel hasil pengujian tingkat kesukaran instrument pada siklus I, sebagai berikut: Tabel 4. 9 Tingkat Kesukaran Soal Siklus I Nomor Soal Hasil 1 0.6 2 0.6 3 0.7 4 0.8 5 0.8 6 0.6 7 0.6 9 0.6 11 0.7 12 0.8 14 0.6 15 0.8 19 0.8 20 0.7
Kategori Sedang Sedang Sedang Mudah Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang
47
22 23 24 25 28 30
0.7 0.8 0.7 0.8 0.6 0.7
Sedang Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang
Berdasarkan hasil pengujian di atas, diketahui bahwa dari 20 butir soal, ada 7 soal yang masuk dalam kategori mudah dan 13 butir soal yang masuk dalam kategori sedang. Berikut ini akan disajikan hasil pengujian validitas instrument pada siklus II. Setelah dilakukan pengujian validitas dengan menggunakan uji statistik Karl Pearson, diketahui bahwa soal yang valid adalah soal nomor: 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 21, 22, 23, 24, 27, 28, 29, 30. Sedangkan soal yang dinyatakan tidak valid adalah soal nomor: 5, 6, 12, 15, 16, 18, 19, 20, 25, 26 (hasil pengujian validitas terlampir). Dengan menggunakan koefisien reliabilitas yang sama seperti pengujian reliabilitas instrument pada siklus I, setelah diujikan reliabilitas instrument, diketahui bahwa koefisien reliabilitas instrument pada siklus II adalah alpha 0. 895. Mendasarkan pada kategori koefisien reliabilitas di atas, maka reliabilitas instrument pada siklus II berada pada kategori reliabilitas bagus. Hasil pengujiannya disajikan berikut ini:
Tabel 4. 10 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .895
20
48
item1 item2 item3 item4 item7 item8 item9 item10 item11 item13 item14 item17 item21 item22 item23 item24 item27 item28 item29 item30
Item-Total Statistics Corrected Scale Mean if Scale Variance Item-Total Item Deleted if Item Deleted Correlation 12.8286 26.558 .477 12.8571 27.126 .327 12.9143 25.492 .656 13.0286 25.087 .695 12.8571 27.126 .327 12.9143 25.492 .656 13.0286 25.852 .535 12.9143 25.492 .656 13.0286 25.852 .535 12.9143 25.492 .656 13.0571 24.997 .709 13.0286 27.087 .286 12.8857 26.222 .512 12.7429 27.550 .311 12.9714 26.852 .343 12.8000 26.812 .442 12.8286 26.558 .477 12.8571 27.126 .327 12.9143 25.492 .656 13.0286 25.087 .695
Cronbach's Alpha if Item Deleted .891 .895 .886 .884 .895 .886 .889 .886 .889 .886 .884 .897 .890 .895 .895 .892 .891 .895 .886 .884
Setelah pengujian reliabilitas instrument pada siklus II, langkah berikutnya adalah mengukur tingkat kesukaran instrument (soal) pada siklus II ini. Persamaan (rumus) yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran soal, sama seperti mengukur tingkat kesukaran instrument (soal) pada siklus I. Hasilnya disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4. 5 Tingkat Kesukaran Soal Siklus II Nomor Soal Hasil 1 0.8 2 0.7 3 0.8 4 0.8 5 0.7 6 0.8 7 0.7 9 0.6
Kategori Mudah Sedang Mudah Mudah Sedang Mudah Sedang Sedang
49
11 12 14 15 19 20 22 23 24 25 28 30
0.6 0.7 0.6 0.6 0.7 0.6 0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.7
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Setelah dilakukan pengujian, diketahui bahwa ada 16 item instrument yang masuk dalam kategori sedang, dan 4 instrumen yang dinyatakan masuk dalam kategori mudah. 4.1.1. Kondisi Awal Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru cenderung mengajar menggunakan metode pembelajaran konvensional. Guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa, guru lebih aktif daripada siswa, sehingga siswa menjadi pasif dan cenderung bosan. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku, berdampak pada kekurang aktifan siswa kelas III dalam menerima materi pada mata pelajaran IPA semester II. Nilai rata-rata ulangan harian pada pelajaran IPA masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (70) yaitu 56.82. Distribusi hasil belajar IPA selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4. 6 Hasil Belajar IPA Kelas III SDN Ledok 02 Salatiga Pra Tindakan No Ketuntasan 1 Tuntas 2 Tidak tuntas Jumlah Siswa Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata Kelas
Frekuensi 25 19 44 48 93 69.25
Prosentase (%) 56.82 43.18 100
50
Berdasarkan tabel 4.6, tampak bahwa ketuntasan belajar siswa sebelum diadakan tindakan ada 25 siswa dan yang tidak tuntas belajar ada 19 siswa. Terlihat pula ada ketimpangan yang besar antara nilai tertinggi yaitu 93 dan nilai terendah yaitu 48. Dari hasil analisis data hasil belajar pra siklus ini dijadikan sebagai sampel penelitian. Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus dan setiap siklus dilakukan 1 kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 4.1.2. Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini adalah memilih materi yang akan disampaikan dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkolaborasi dengan guru kelas, serta menyiapkan lembar observasi kegiatan dan terakhir menyiapkan tes akhir tiap siklus dengan materi yang akan diberikan. Siklus I dilaksanakan dalam satu kali tindakan, adapun materi pelajaran IPA kelas III pada semester II adalah Pengaruh Cuaca Terhadap Lingkungan dengan topik mengenal cuaca di lingkungan. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan I Siklus I Pelaksanaan pertemuan siklus I dilaksanakan disesuaikan dengan jadwal pelajaran kelas III SD Negeri Ledok 02 Salatiga. Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 03 April 2012, yang diawali dengan memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, tujuan memberikan penjelasan ini agar siswa memahami pembelajaran yang sedang dilakukan, yaitu bahwa pembelajaran akan dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1) melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dibahas; (2) memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cuaca; (3) menyampaikan tujuan pembelajaran dan
51
kegiatan/tugas yang dilakukan; (4) membagi siswa dalam beberapa kelompok yang heterogen; (5) pemberian tugas kepada masing-masing kelompok; (6) siswa mendiskusikan tugas yang diberikan, dan; (7) pemberian kuis. Secara umum, kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 harusnya dilakukan seperti langkah-langkah yang tersebutkan di atas. Namun demikian, ternyata dilapangan ada beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan pelaksanaan pembelajaran tersebut. Pertama, pembelajaran dengan metode cooperative learning merupakan pembelajaran yang baru pertama kali dilakukan di sekolah ini, sehingga pembagian siswa dalam kelompok yang heterogen tidak dapat dilakukan maksimal. Sewaktu pembagian kelompok, siswa cenderung berkelompok dengan “teman kelompoknya” sendiri, dimana ada kelompok siswa yang justru didominasi oleh mereka yang berprestasi dan ada siswa yang akhirnya harus berkelompok dengan sesama siswa yang kurang berprestasi. Kedua, karena tanpa pengarahan yang benar berdasarkan langkah pembelajaran cooperative learning, selama pembagian kelompok, siswa sangat gaduh. Hal ini menjadikan pembelajaran menjadi tertunda dari jadwal yang direncanakan sebelumnya, karena guru harus fokus menenangkan siswa yang membuat keributan sewaktu pembagian kelompok. Ketiga, karena siswa tidak terbagi dalam kelompok yang heterogen, ada kelompok siswa yang akhirnya tidak dapat mengerjakan tugas yang diberikan setelah materi tersebut diberikan. Keempat, pada akhir pelajaran, guru masih belum memberikan penghargaan dalam bentuk skor pada siswa secara individu maupun kelompok yang mendapatkan nilai terbaik. 2) Pertemuan 2 Siklus I Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 06 April 2012. Sama seperti pertemuan sebelumnya, sebelum pembelajaran dilakukan, guru mengingatkan pada materi yang dibahas sebelumnya, guru juga memberikan motivasi agar siswa bersemangat di dalam belajar.
52
Pertemuan
kedua
ini
diawali
dengan
melakukan
apersepsi,
menyampaikan tujuan pembelajaran dan kemudian membagi siswa dalam beberapa kelompok; guru memberikan materi; meminta kelompok mengerjakan tugas berdasarkan materi yang diberikan; guru memberikan kuis. Sepanjang pengamatan pada pertemuan kedua siklus I ini, ada beberapa hal yang kemudian telah menjadi koreksi. Pertama, untuk menghindari pembagian kelompok, dimana siswa hanya bergabung dengan teman-temannya sendiri, guru mengambil inisiatif untuk membagi siswa dalam kelompok. Pembagian kelompok dilakukan dengan melihat hasil belajar siswa sebelumnya, dimana siswa yang berprestasi digabungkan dengan siswa yang kurang berprestasi. Selain prestasi, guru juga menggunakan jenis kelamin siswa sebagai pembeda untuk membagi dalam kelompok. Akhirnya siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana satu kelompok ada yang terdiri dari 4 orang dan ada yang 5 orang. Dalam tiap kelompok ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis kelamin perempuan dan 2 atau 3 berjenis kelamin laki-laki. Kedua, agar menghemat waktu dan sekaligus mencegah keributan, selama proses pembentukan kelompok, guru meminta siswa satu persatu untuk bergabung dengan kelompoknya; dan bukan seperti pada pertemuan pertama, dimana siswa dibiarkan sendiri mencari kelompoknya. Dalam pertemuan kedua ini, guru mengarahkan siswa satu persatu untuk bergabung dengan masingmasing kelompoknya. Ketiga, untuk menghindari siswa menjadi pasif dalam diskusi, guru berinisiatif untuk memberikan sub topik pada masing-masing siswa, dan meminta siswa bertanggungjawab dengan sub topik tersebut – yaitu bertanggungjawab menjelaskan kepada kelompoknya. Ketiga, selama proses pembelajaran guru juga mengamati siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan, tetapi juga melemparkan pertanyaan tersebut kepada kelompok lain untuk dapat menajwab pertanyaan. Setelah siswa selesai
53
berdiskusi, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam presentasi ini, masih terlihat bahwa siswa yang menonjol masih mendominasi menajwab pertanyaan yang diberikan kelompok dan belum memberikan kesempatan kepada anggota kelompok lain untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh anggota kelompok lain. Setelah presentasi selesai dilakukan, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya semula dan memberikan kuis. c. Hasil Tindakan 1) Motivasi Belajar Siswa SDN Ledok 02 Salatiga Selain kegiatan pembelajaran guru, hasil belajar dan motivasi belajar siswa juga dinilai oleh observer dengan lembar observasi yang sudah ditetapkan. Hasil penilaian motivasi dan hasil belajar selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tersaji pada tabel berikut ini (hasil pengisian angketnya dilampirkan dalam skripsi ini): Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 4 x 29 x 44 =5104. Untuk penelitian ini, skor tertinggi tiap butir = 4, jumlah butir soal = 29 dan jumlah siswa adalah 44. Acuan menggunakan skor tertinggi adalah 4 dengan mengacu pada skala Likert dengan ketentuan jawaban jika subyek menjawab Sangat Setuju (SS) memiliki nilai 4, Setuju (S) bernilai 3, Tidak Setuju (TS) bernilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Hasil yang diperoleh dihitung dengan mengalikan skor tertinggi (4) dikalikan dengan jumlah soal dan jumlah siswa. Jumlah skor hasil pengumpulan data = 3254
(hasil input
terlampir). Dengan demikian, peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus I adalah 3254 : 5104 x 100% = 63.75 % Berdasarkan
penghitungan
(Depdiknas, 2003):
dengan
rumus
sebagai
berikut
54
Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86%
= baik sekali
70 – 85%
= baik
55 – 69%
= cukup baik
<54%
= kurang
Dari ketentuan di atas, maka motivasi belajar siswa kelas III SDN Ledok 02 pada mata pelajaran IPA dikatakan cukup baik setelah dilakukan tindakan pada siklus I. 2) Hasil Belajar Untuk mengetahui perubahan pada hasil belajar, dilakukan tes setelah pertemuan pada siklus I. Adapun hasil belajar IPA pada materi pengaruh cuaca terhadap lingkungan pada kelas III siswa SDN 02 Ledok Salatiga, tersaji dalam tabel berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Belajar IPA Kelas III SDN Ledok 02 Salatiga Siklus I No
Ketuntasan 1 Tuntas 2 Tidak tuntas Jumlah Siswa Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata Kelas
Frekuensi 35 9 44 45 100 75.23
Prosentase (%) 79.55 20.45 100
Mengacu pada tabel 4.7, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 75.23 dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata-rata pra siklus 69.25. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus I meningkat 35 siswa, sedangkan pada pra siklus hanya 25 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I sudah ada yang mencapai nilai maksimum yaitu 100, dengan nilai terendah 45. Perolehan hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri 02 Ledok Salatiga
55
melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang nilainya > 70 dan berada pada kategori 70 – 79% dan dikatakan cukup baik. Hasil tes siklus I tersebut, disajikan dalam grafik berikut ini:
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I 9 tidak tuntas 35
tuntas
Gambar 4.7. Jumlah Siswa yang tuntas belajar IPA kelas III SDN Ledok 02 Salatiga pada Siklus I. Siswa yang tuntas pada siklus I mencapai 79.55%, sedangkan siswa yang belum tuntas hasil belajarnya 20.45% meningkat dibandingkan dengan pra siklus. Namun demikian, hasil yang diperoleh pada siklus I belum mencapai standar yang ditetapkan pada indikator kinerja pada penelitian ini. Indikator keberhasilan penelitian ini dianggap berhasil bila mencapai ketuntasan klasikal sebanyak 80%. Berdasarkan pada data ini, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dilakukan pada siklus II. d. Observasi Pada pertemuan pertama siklus I,yang diamati adalah kegiatan guru dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegaitan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun pengamatan lebih difokuskan pada kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran IPA, tersaji dalam tabel berikut ini:
56
Tabel 4.8 Penilaian Hasil Kinerja Guru dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Pertemuan
Materi
Siklus I
Pengaruh Cuaca terhadap Lingkungan
Total skor 42
Nilai Aktivitas 56.76%
Kriteria Cukup baik
Pada pertemuan pertama, berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 42 atau prosentasenya adalah 56.76. Meskipun berada pada kategori cukup baik, namun secara umum dapat dikatakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan kurang maksimal. Kegiatan yang belum dilakukan yaitu mengemukakan masalah untuk dicari bersama oleh kelompok, meminta siswa untuk aktif dalam kelompok menemukan jawaban pada soal yang dikemukakan. Selama pembelajaran, siswa masih ramai dan sebagian besar siswa masih belum mengerti tentang pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Banyak siswa yang masih takut untuk mengemukakan pendapat dan hanya beberapa siswa yang aktif bertanya kepada guru. e. Refleksi Sebelum melakukan tindakan pada siklus II, diadakan refleksi proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Refleksi dilakukan dengan melibatkan rekan sebagai pembanding. Kegiatan refleksi bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran dari rekan selaku observer, agar pada siklus II hasil evaluasi pembelajaran mencapai target yang telah ditentukan. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut: Pada siklus I terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD masih kurang baik. Salah satu penyebabnya adalah karena guru belum pernah menerapkan model pembelajaran itu pada pembelajaran sebelumnya. Akibatnya, pengorganisir siswa yang dibagi dalam kelompok-kelompok menjadi agak terganggu,
57
kaerna siswa yang ramai dan akhirnya mengganggu siswa lainnya. Akhirnya masih banyak kegiatan yang direncanakan masih belum dilakukan. Sehingga, pada siklus II peneliti harus berusaha melakukan semua kegiatan. 4.1.3. Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan Hasil refleksi pada siklus I menjadi salah satu pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik pada siklus II. Tindakan awal perencanaan pada siklus II yaitu: (1) membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) menyiapkan lembar observasi (3) lembar evaluasi yang diberikan pada akhir pertemuan siklus. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Siklus II Pertemuan 1 Pada pertemuan 1 siklus II dilaksanakan pada minggu berikutnya yaitu pada tanggal 10 April 2012. Adapun tindakan awal yang dilakukan adalah: (1) melakukan apersepsi; 1) melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dibahas; (2) memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cuaca dan pengaruhnya
terhadap
manusia;
(3)
menyampaikan
tujuan
pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan; (4) membagi siswa dalam beberapa kelompok yang heterogen; (5) pemberian tugas kepada masing-masing kelompok; (6) siswa mendiskusikan tugas yang diberikan, dan; (7) pemberian kuis. Pada pertemuan pertama siklus II ini, kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan 1 siklus II tetap digunakan. Untuk menghindari hal-hal yang seperti pada pertemuan II siklus I, guru meminta siswa yang berprestasi untuk sementara menjadi pendengar, sementara siswa yang masih pasif, diminta bergantian untuk mempresentasikan hasilnya. Kendala-kendala yang masih dihadapi
58
guru pada siklus I mulai diperbaiki, yaitu guru memberikan pujian tidak saja kepada siswa yang berprestasi, tetapi juga kepada yang pasif dengan memberikan semangat dan dorongan dengan kalimat positif seperti “saya percaya dan satu kelas ini percaya kamu pasti bisa, ayo gentian kamu sekarang yang presentasi”. Dengan dorongan seperti itu, meskipun agak kaku, tapi siswa mulai dapat menunjukkan keberaniannya untuk mengambil tanggungjawab yang diberikan kepadanya. 2) Siklus II Pertemuan 2 Pada pertemuan kedua ini, sama seperti pada pertemuanpertemuan sebelumnya, kegiatan belajar mengajar didahului dengan memberikan motivasi dan apersepsi, juga guru melemparkan pertanyaan-pertanyaan, dan dengan sengaja meminta kepada siswa yang minggu lalu pasif untuk memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan. Sambil memberikan kata-kata penguatan agar siswa berani untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, sehingga secara tidak sengaja ada beberapa siswa yang sebelumnya pasif, berani mengajukan tangan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Melihat perkembangan kelompok, dimana siswa pasif mulai diberikan kesempatan dan berani untuk mempresentasikan hasil kelompoknya, guru memutuskan untuk tetap mempertahankan kelompok yang telah dibentuk dan tidak merombak lagi atau membentuk kelompok baru. Selama proses pembelajaran, siswa sudah mulai berani mengajukan pertanyaan ketika guru menyampaikan materi, dan selama proses diskusi (presentasi) kelompok, siswa sudah bisa mendengarkan presentasi dengan tenang, dan memberikan pertanyaan dengan tepat. Juga, teman-teman kelompok yang biasanya aktif, mulai bersedia memberikan kesempatan kepada siswa yang biasanya pasif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
59
c. Hasil Tindakan 1) Motivasi belajar siswa Sama seperti pada siklus I, pada siklus II pun dilaksanakan pengambilan angket untuk melihat motivasi belajar setelah diberikan tindakan. Pengambilan angket motivasi belajar dimaksudkan untuk melakukan penilaian apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam pembelajaran dapat memacu motivasi siswa untuk belajar IPA. Hasil penilaian motivasi belajar selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, tersaji pada tabel berikut ini (perolehannya dapat dilihat pada tabel yang tersaji di bawah): Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 4 x 29 x 44 =5104. Untuk penelitian ini, skor tertinggi tiap butir = 4, jumlah butir soal = 29 dan jumlah siswa adalah 44. Jumlah skor hasil pengumpulan data = 3254
Dengan demikian,
peningkatan motivasi belajar siswa pada siklus I adalah 4346 : 5104 x 100% = 85.15 %. Berdasarkan penghitungan dengan rumus sebagai berikut (Depdiknas, 2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86% = baik sekali 70 – 85%
= baik
55 – 69%
= cukup baik
<54% = kurang Mengacu pada ketentuan peningkatan motivasi, maka motivasi belajar siswa kelas III SDN Ledok 02 pada mata pelajaran IPA dikatakan baik setelah dilakukan tindakan pada siklus II.Hal ini
60
dibuktikan dengan pencapaian hasil angket yang diperoleh berada pada interval antara 70 – 85%, yaitu sebesar 80%. 2) Hasil belajar siswa Untuk mengetahui perubahan pada hasil belajar, dilakukan tes setelah pertemuan pada setelah dilakukan tindakan pada siklus II. Adapun hasil belajar IPA pada materi pengaruh cuaca terhadap manusia pada kelas III siswa SDN Ledok 02 Salatiga, tersaji dalam tabel berikut ini: Tabel 4.9 Hasil Belajar IPA Kelas III SDN Ledok 02 Salatiga Siklus II No Ketuntasan 1 Tuntas 2 Tidak tuntas Jumlah Siswa Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata Kelas
Frekuensi 43 1 44 65 100 88.75
Prosentase (%) 97.73 2.27 100
Mengacu pada tabel 4.9, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas pada siklus II adalah 88.75 dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan rata-rata siklus I 75.23. Jumlah siswa yang tuntas belajar pada siklus II meningkat menjadi 9 siswa, dari 35 menjadi 43. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus II mencapai nilai maksimum yaitu 100, justru merupakan jumlah terbanyak yaitu sebanyak 14 siswa, dengan nilai terendah pun meningkat dari siklus I 45 menjadi 65. Perolehan hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri 02 Ledok Salatiga melalui pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang nilainya > 86 dan berada pada kategori baik sekali. Hasil tes siklus II tersebut, disajikan dalam grafik berikut ini:
61
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kelas III SDN Ledok 02 1 Tuntas Tidak Tuntas
43
Siswa yang tuntas pada siklus I mencapai 79.55%, sedangkan siswa yang belum tuntas hasil belajarnya 20.45%. Pada siklus II terjadi peningkatan lebih baik lagi dimana siswa yang tuntas mencapai 97.73%, dan yang tidak tuntas hanya 2.27%. Dengan demikian, hasil belajar pada siklus II dianggap berhasil karena mencapai mencapai ketuntasan klasikal sebanyak 80%. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berhasil dilakukan pada siklus II. d. Hasil Observasi Seperti pada pertemuan pertama siklus I, pada siklus II ini juga perlu dilakukan pengamatan atas kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD. masih sama dengan siklus I, Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegaitan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun pengamatan lebih difokuskan pada kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran IPA, tersaji dalam tabel berikut ini: Tabel 4.10 Penilaian Hasil Kinerja Guru dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Pertemuan
Materi
Siklus I
Pengaruh Cuaca terhadap Manusia
Total skor 55
Nilai Aktivitas 98. 21%
Kriteria Cukup baik
62
Pada pertemuan pertama, berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 42 atau prosentasenya adalah 56.76%. Peningkatan terjadi setelah diberlakukan tindakan pada siklus II. Pada pembelajaran siklus II, terjadi peningkatan aktivitas guru yaitu sebesar 98.21%. Berdasarkan acuan pada ukuran kinerja dengan kriteria nilai yang ditetapkan, maka kinerja guru pada siklus kedua dikategorikan baik sekali karena > 86%. e. Hasil Refleksi Pada akhir siklus II, diadakan refleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan. Seperti pada siklus I, refleksi dilakukan dengan melibatkan rekan selaku observer. Hasil dari refleksi tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II sudah baik sekali. Pada siklus II guru dapat dikatakan berhasil, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang tuntas belajar sekaligus meningkatnya prosentase tuntas belajar yaitu sebanyak 97.73%, dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I yaitu sebesar 79.55%. 4.2. Hasil Analisis Data Data yang diperoleh dari pengamatan dalam penelitian ini meliputi hasil pembelajraran dan kegiatan pembelajaran baik pembelajaran pada siklus I maupun pembelajaran pada siklus II, paparannya adalah sebagai berikut: 4.2.1. Hasil Penilaian Kegiatan Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Setelah diamati atau dicatat oleh observer, kinerja guru dalam mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dapat disajikan dan dilihat pada tabel berikut ini:
63
Tabel 4.11 Perbandingan Kegiatan Guru Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus I dan Siklus II Aktivitas Mengajar Siklus I Siklus II
Nilai Prosentase
Kriteria
56.76% 98.21%
Cukup baik Baik sekali
98,21%
56,76% Siklus I Siklus II
Perbandingan Kegiatan Mengajar Guru Siklus I dan Siklus II
Dilihat dari hasil tersebut, bahwa kegiatan guru mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pada siklus I yaitu 56.75% dengan kategori cukup baik, dan pada siklus II yaitu 98.21% dengan kategori baik sekali. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran IPA kelas III siswa SDN Ledok 02 Salatiga, dari setiap pertemuan mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan prosentase peningkatan kinerja guru mengajar. Mengacu dari hal tersebut, dan dari seluruh rencana pembelajaran yang direncanakan, maka dapat dikatakan kegiatan pembelajaran pada siklus II berhasil. 4.2.2. Hasil Ketuntasan Belajar IPA Siswa Kelas III SDN Ledok 02 Salatiga Setelah dicatat oleh guru maupun oleh observer mengenai hasil belajar siswa kelas III SDN Ledok 02 Salatiga, pada pelajaran IPA materi pengaruh cuaca terhadap lingkungan dan manusia, perbandingan hasil belajarnya tersaji pada tabel berikut ini:
64
Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN Ledok 02 Salatiga Pra Siklus, Siklus I, Siklus II No
Ketuntasan
1 Tuntas 2 Tidak Tuntas Jumlah Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata
Pra Siklus Frekuensi Prosentase 25 56.82 19 43.18 44 100 48 45 93 69.25
Siklus I Frekuensi Prosentase 35 79.55 9 20.45 44 100 45 100 75.23
Siklus II Frekuensi Prosentase 43 97.73 1 2.27 44 100 65 100 88.75
Mengacu pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa ada kenaikan hasil belajar dari pra siklus sampai pada siklus II. Nilai siswa diatas KKM dari pra siklus 25 siswa meningkat menjadi 35 siswa pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 43 siswa pada siklus II. Perbandingan tersebut disajikan pada grafik berikut ini:
88,75 90 75,23 69,25
80 70 60
Siklus I
35
40 30
Pra Siklus
43
50
Siklus II
25 19
20
9
10
1
0 Tuntas
Tidak Tuntas
Nilai Rata-rata
Gambar 4.12 Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Ledok 02 Salatiga Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
65
Berdasarkan gambar 4.12 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa sebelum dilaksanakan mengalami peningkatan rata-rata69.25 dengan ketuntasan klasikal 56.82%. Setelah dilaksanakan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pada siklus I nilai ratarata menjadi 75.23 dengan ketuntasan mencapai 79.55% siswa tuntas, dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II yaitu menjadi 88.75 dengan kentutasan klasikal mencapai 97.73% tuntas hasil belajarnya. 4.2.3. Hasil Motivasi Belajar Siswa Kelas III SDN Ledok 02 Salatiga terhadap Mata Pelajaran IPA Untuk hasil motivasi belajar, setelah dicatat oleh guru maupun observer mengenai motivasi belajar siswa kelas III SDN Ledok 02 Salatiga, pada pelajaran IPA materi pengaruh cuaca terhadap lingkungan dan manusia, perbandingan motivasi belajarnya tersaji pada tabel berikut ini: Tabel 4.13 Perbandingan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas III SDN Ledok 02 Salatiga Pelajaran IPA No 1
Motivasi Belajar Prosentase (Siklus I) 63.75 %
Kategori Cukup baik
Prosentase (Siklus II) 80%.
Kategori Baik
Mengacu pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa ada kenaikan motivasi belajar dari siklus I ke siklus II. Prosentase motivasi belajar IPA dari siklus I yaitu 63.75 %, meningkat menjadi 80% pada siklus II.
Untuk memperjelas kenaikan
perbandingan motivasi belajar siswa kelas III SDN Ledok pada mata pelajaran IPA, disajikan berikut dalam grafik di bawah ini:
66
80% 63,75% Motivasi Belajar Siklus I Motivasi Belajar Siklus II Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I dan II
Gambar 4.13 Diagram Batang Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I dan Siklus II Berdasarkan gambar 4.13 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA. Peningkatan ini ditunjukkan dengan prosentase motivasi belajar pada siklus I yaitu 63.75 %, meningkat menjadi 80%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menjadi baik. 4.3. Pembahasan 4.3.1. Penggunaan
Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
STAD
dalam
Pembelajaran Pemberian tindakan dalam penelitian ini berlangsung selama dua siklus. Pada siklus pertama diberikan materi pengaruh cuaca terhadap lingkungan. Dari pengamatan hasil proses pembelajaran, persoalan yang ditemukan antara lain bahwa siswa kurang mengerti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini disebabkan karena guru sendiri baru pertama kali menggunakan model pembelajaran ini, dan belum pernah menggunakan model pembelajaran ini sebelumnya. Akhirnya, yang terjadi adalah ketika melakukan pengorgansasian siswa, masih banyak siswa yang ramai dan membuat keributan di kelas, sehingga mengganggu siswa yang lain. Pada siklus pertama
67
ini, ditemukan masih banyak siswa yang diam, dan hanya beberapa yang mengajukan pertanyaan. Mengacu pada permasalahan-permasalahan pada siklus I, kemudian dibuat perencanaan untuk dilaksanakan pada siklus II, dan ditemui bahwa dalam pelaksanaan tindakan, masalah-masalah yang dihadapi pada siklus I menjadi berkurang. Pada siklus II, terlihat bahwa motivasi siswa untuk belajar IPA menjadi meningkat, hal ini ditunjukkan antara lain, bahwa siswa aktif berdiskusi dengan teman-teman kelompoknya, kemudian aktif bertanya pada hal-hal yang belum diketahui, termasuk aktif dalam memberikan tanggapan pada presentasi dari kelompok yang berbeda. Dari hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II secara keseluruhan, dapat
dikatakan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada sisa kelas III SDN Ledok 02 Salatiga, terjadi peningkatan dengan baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Meskipun demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran ini ada beberapa faktor yang menjadi penghambat terlaksananya kegiatan pembelajran ini. Pertama,
kurang
maksimalnya
guru
dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe STAD, karena metode pembelajaran ini juga baru pertama kali dilaksanakan. Kedua, pada pertemuan pertama siklus I, banyak siswa yang memilih untuk berkelompok dengan temannya sendiri, sehingga banyak siswa yang kurang berprestasi akhirnya harus berkelompok dengan siswa yang kurang berprestasi juga. Ketiga, dalam presentasi kelompok, siswa yang berprestasi masih dominan dalam menjawab atau memberikan pertanyaan, namun guru belum dapat mengatasi hal tersebut, sehingga presentasi dan tanya jawab menjadi didominasi oleh siswa yang berprestasi. Keempat, waktu. Karena kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan bertepatan dengan jam pelajaran, dan akan pergantian jam pelajaran berikutnya, guru terkesan memberikan materi secara terburu-buru, sehingga guru tidak mengeksplorasi materi lebih jauh dan dalam.
68
Meskipun terdapat beberapa hambatan seperti yang diungkapkan di depan, tetapi jika diamati, ada faktor yang juga menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe STAD ini. Pertama, ketegasan guru. Setelah melihat kondisi pada pertemuan pertama siklus I, dimana siswa berkelompok hanya dengan temannya, guru mengambil inisiatif untuk membagi siswa dalam kelompok heterogen. Kedua, untuk mengatasi keributan selama proses pembagian kelompok, guru membacakan nama dan meminta siswa satu persatu untuk bergabung dengan kelompoknya, sehingga tidak lagi terjadi kegaduhan seperti pada pertemuan 1 siklus I. Kedua, kesediaan siswa yang berprestasi dan aktif untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang berprestasi dan pasif untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, juga menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain. Ketiga, motivasi yang diberikan guru, dengan memberikan kesempatan serta kepercayaan kepada siswa yang pasif dan kurang berprestasi untuk dapat mempersentasikan serta mengajukan pertanyaan juga menjawab pertanyaan, membuat suasana kelas lebih bervariasi dan tidak lagi didominasi hanya oleh siswa yang berprestasi. 4.3.2. Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Ledok 02 Salatiga Mendasarkan pada hasil analisis data penelitian, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III SDN Ledok 02 Salatiga. Hal ini dilihat dari ketuntasan belajar dan nilai rata-rata tes siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan setelah dilaksanakan pembelajaran. Mengacu pada hasil tersebut, maka dapat disarankan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu diberlakukan pada siswa SDN Ledok 02 Salatiga. Dari hasil ini juga, kemudian menajwab hipotesis tindakan yang didesain, bahwa ada peningkatan motivasi belajar IPA dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD pada siswa kelas III SD Negeri SD Negeri Ledok 02 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.