BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Sekolah Dasar Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang terletak di Jalan Raya muncul Desa Kalibeji Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian tindakan kelas ini, penulis mengambil kelas 5 sebagai subjek penelitian. Kelas 5 terdiri dari 18 siswa yaitu 8 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. 4.2 Pelaksanaan Tindakan Waktu penelitian dilakukan pada semester II,mulai dari bulan juli sampai bulan Agustus. Penelitian ini dilakukan selama dua siklus. 4.2.1 Kondisi Awal Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan di kelas 5 SDNegeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
semester I tahun
2013/2014 yang berjumlah 18 siswa pada pembelajaran IPA, terlihat bahwa hasil belajar beberapa siswa yang masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai ulangan harian yang dilakukan oleh guru pada awal semester I pada mata pelajaran IPA dimana sebagian besar siswa memperoleh KKM di bawah KKM 65.Dengan demikian, data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian. Berikut data hasil belajar ulangan harian siswa dapa dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
35
36
Tabel 4.1 Persentase hasil belajar IPA sebelum tindakan (Pra Siklus) No
Nilai
Ketuntasan
Sebelum Tindakan Jumlah Siswa
Persentase
1
< 65
Tidak Tuntas
12
66,67%
2
≥65
Tuntas
6
33,33%
18
100 %
Jumlah Rata-rata
64,72
Berdasarkan tabel 4.1 tampak bahwa ketuntasan belajar siswa sebelum diadakan tindakan berjumlah 12 siswa yang tidak tuntas dan yang tuntas berjumlah 6 siswadengan menghitung rata-rata kelas, diketahui bahwa siswa kelas 5 SD Negeri
Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarangbelum
mencapai ketuntasan klasikal yaitu ≥ 65 (berdasarkan kriteria KKM yang ditetapkan sekolah). Berikut, persentase siswa yang belum ataupun telah mencapai KKM seperti pada diagram lingkaran berikut ini:
33,33%
Tuntas 66,67%
Gambar 4.1 Diagram Lingkaran sebelum tindakan (Pra siklus)
Tidak Tuntas
37
Tabel 4.2 Nilai Hasil Sebelum Tindakan (Pra siklus) No
Nilai
1 < 50 2 50 – 59 3 60 – 69 4 70 – 79 5 80 – 89 6 90 – 100 Jumlah Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah
Sebelum Tindakan Jumlah Persentase Siswa (%) 2 11,11% 3 16,66% 7 38,89% 1 5,55% 4 22,22% 1 5,55% 18 100% 64,72 90 45
Keterangan
Belum Tuntas Belum Tunras Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Mengacu pada tabel 4.2di atas, terlihat bahwa siswa yang mencapai KKM adalah 6 siswa atau 33,33% dan siswa yang belum mencapai KKM berjumlah 12 siswa atau 66,67% yang diuraikan dengan data pada tabel di atas yaitu siswa yang mendapat nilai < 50 sebanyak 2 siswa atau 11,11%, siswa mendapat nilai antara 50 – 59 sebanyak 3 siswa atau 16,66% siswa mendapat nilai antara 60 – 69 sebanyak 7 siswa atau 38,89% siswa yang mendapat nilai antara 70-79 berjumlah 1 siswa dengan persentase sebesar 5,55%, siswa yang mendapat nilai antara 80 – 89 berjumlah 4 siswa dengan persentase sebesar 22,22%, serta 1 siswa mendapatkan nilai 90 – 100 atau dengan persentase 5,55%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 64,72dengan perolehan nilai terendah yaitu 45 dan tertinggi 90. Adapun data rekapitulasi ketuntasan belajar sebelum diberikan tindakan disajikan pada diagram berikut ini:
38
7 6 5 4
7
3 4
2 1
3 2 1
1
0 < 50
50-59
60-69
70-79
80-89
90-100
Gambar 4.2 Diagram Batang Nilai Hasil Belajar Pra Siklus 4.3 Hasil Analisis Data 4.3.1 Pra Siklus Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mengadakan observasi awal yang dilakukan pada hari Selasa
tanggal23 agustus 2013 . Tujuannya untuk
mengetahui lebih mendalam kondisi sekolah, sebagai kelas yang akan mendapat perlakuan. Kondisi tersebut mencakup kondisi fisik kelas, kondisi siswa, guru, proses pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar dikelas serta sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di kelas maupun di sekolah. Pada observasi awal, kegiatan pembelajaran terdiri dari 3 tahapan, 1) Kegiatan awal, 2) Kegiatan Inti, dan 3) Penutup. Pada kegiatan awal yang berupa apersepsi, siswa diajak tanya jawab tentang materi yang akan dibahas, yang akhirnya mengaitkan dengan materi inti. Sedangkan pada kegiatan inti dalam pembelajaran banyak menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan media hanya buku pelajaran IPA digunakan sebagai sumber belajar. Guru lebih banyak menerangkan dengan menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan konsep sehingga terkesan siswa hanya mendapatkan konsep yang abstrak dan kegiatan belajar mengajar terfokus kepada guru. Selain itu, keterlibatan siswa masih tampak kurang optimal, ini terlihat dari kepasifan dan kebingungan siswa dalam
39
mengikuti dan memahami pelajaran yang disampaikan guru.Adapun kegiatan penutup siswa diberi tugas mengerjakan soal atau evaluasi.
4.3.2 Siklus I a)
Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaranyang mendukung.
b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 september2013 dengan jumlah 18 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. c)
Pengamatan (observasi) Pada
siklus
I
penilaian
praktik
belajar
dilakukan
melalui
pengamatanyangdilaksanakan dengan beberapa aspek yang diamati yaitu sebagai berikut. 1. Pengamatan terhadap siswa Pada pertemuan I siklus I, pembagian kelompok dapat berjalan dengan baik akan tetapi saat kerja kelompok dimulai masih ada beberapa siswa yang kurang dapat mengikuti kegiatan kelompok, hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memang jarang digunakan oleh guru. Pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru masih banyak yang mengandalkan hasil pekerjaan teman yang dianggap mampu. Siswa enggan mengerjakan tugas karena kurangnya pemahaman akan materi ajar. Akan tetapi setelah siswa mulai terbiasa dengan kegiatan kelompok, hal tersebut dapat tertasi.Dari pertemuan I hingga pertemuan II pada siklus I, lama kelamaan siswa mulai dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Berikut total skor mengenai aktivitas siswa pada penerapan model pembelajaran STAD.
40
Tabel 4.3 Aktivitas siswa dalam pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD Siklus
Materi
Total skor
I
Nilai
Kriteria
Aktivitas Pencernaan
26
65%
Cukup
pada manusia
Data hasil observasi aktivitas siswa, dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86%
= baik sekali
70 – 85%
= baik
55 – 69%
= cukup baik
<54%
= kurang
2. Pengamatan terhadap guru Selain mengamati aktivitas siswa dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga diamati aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.Berikut perolehan skor aktivitas guru pada siklus I.
41
Tabel 4.4 Aktivitas guru menerapkan pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD Siklus
Materi
Total skor
I
Nilai
Kriteria
Aktivitas Pencernaan pada
45
76,66%
Cukup
manusia
Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86%
= baik sekali
70 – 85%
= baik
55 – 69%
= cukup baik
<54%
= kurang
Berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 45 dengan persentase 76,66%. Meskipun dengan kriteria cukup, namun secara umum pembelajaran siklus I masih kurang maksimal karena khusus pada mata pelajaran IPA dalam penelitian ini seharusnya KKM klasikal yang akan dicapai sebesar 85%. Berdasarkan pelaksaaan pembelajaran dengan model STAD ini pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Pada penelitian ini Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten
42
Semarang yakni KKM untuk mata pelajajaran IPA sebesar 65 dan KKM Klasikal adalah 85 atau 85% dari jumlah siswa. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Perbandingan Antara Pra siklus dengan Siklus 1 Nilai
Selisih
Keterangan
15 10 20 10 10 5 5 5 10 10 5
Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Jumlah Ratarata
Pra siklus 45 60 45 60 60 70 85 90 60 85 50 55 60 85 55 60 60 80 1165 64,72
Siklus 1 60 60 55 80 70 80 80 95 70 75 50 60 60 85 60 75 70 85 1260 70
Keterangan: Rata-rata hasil belajar siklus I = 70 Jumlah siswa dengan nilai yang sudah tuntas = 11 Jumlah siswa dengan nilai yang belum tuntas = 7
43
Tabel 4.6 Sebaran Hasil Belajar IPA Siklus 1 Tahun Pelajaran 2013/2014 No
Nilai
1 < 50 2 50 – 59 3 60 – 69 4 70 – 79 5 80 – 89 6 90 – 100 Jumlah Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah
Siklus 1 Jumlah Siswa Persentase (%) 2 11,11% 5 27,78% 5 27,78% 5 27,78% 1 5,55% 18 100% 70 95 50
Keterangan Belum Tunras Belum Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Pada tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa siswa yang mencapai KKM pada siklus 1 adalah 11 siswa atau 61,11% dan siswa yang belum mencapai KKM berjumlah 7 siswa atau 38,89% yang diuraikan dengan data pada tabel di atas yaitu siswa yang mendapat nilai < 50 sebanyak 0 siswa atau 0%, siswa mendapat nilai antara 50 – 59 sebanyak 2 siswa atau 11,11%, siswa mendapat nilai antara 60 – 69 sebanyak 5 siswa dengan persentase 27,78%, siswa yang mendapat nilai antara 70-79 berjumlah 5 siswa dengan persentase sebesar 27,78%, siswa yang mendapat nilai antara 80 – 89 berjumlah 5 siswa dengan persentase sebesar 27,78%, serta 1 siswa mendapatkan nilai 90 – 100 atau dengan persentase 5,55%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 70 dengan perolehan nilai terendah yaitu50 dan tertinggi 95. Adapun data rekapitulasi ketuntasan belajar sebelum diberikan tindakan disajikan pada diagram berikut ini:
44
5 4 3
5
5
5
2 2
1
1
0 < 50
50-59
60-69
70-79
80-89
90-100
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Belajar IPA Siklus 1. Dari gambar 4.3 di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Divison(STAD) pada siklus I diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 70 mengalami peningkatan dari hasil belajar pra siklus yang nilai rata-ratanya hanya sebesar 64,72. Berikut persentase perbandingan hasil belajar pra siklus dengan siklus 1.
66%
61%
12 10 8
39% 33%
Tuntas
6
Tidak Tuntas
4 2 0 Sebelum Tindakan
Siklus 1
Gambar 4.4 Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA siswa Antara Pra Siklus Dengan Siklus 1
45
d) Refleksi Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal terdapat peningkatan hasil belajar dari nilai pra siklus. Namun masih terdapat 7 siswa yang tidak mengalami peningkatan hasil belajar atau, dari 7 siswa yang mengalami nilai belum tuntas ini namun ada 3 siswa yang sudah mulai meningkat dari data pra siklus tetapi belum mencapai KKM, hal ini disebabkan karena sebagian siswa masih bermain sendiri/ kurang aktif pada pelaksanaan kerja kelompok sehingga perlu diperbaiki di siklus berikutnya agar mengalami peningkatan.
4.3.3 Siklus II a. Perencanaan Hasil refleksi pada siklus I menjadi salah satu pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik pada siklus II. Tindakan awal perencanaan pada siklus II yaitu: (1) membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) menyiapkan lembar observasi (3) lembar evaluasi yang diberikan pada akhir pertemuan siklus. b. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 5-6 september 2013di Kelas 5 SD Negeri
Kalibeji 01
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarangdengan jumlah 18 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. c. Pengamatan (observasi) 1. Pengamatan terhadap siswa Pada pertemuan I siklus II, pembagian kelompok dapat berjalan denganbaik akan tetapi saat kerja kelompok siswa sudah mulai aktif
46
dari
beberapa
siswa
yangkurang
dapat
mengikuti
kegiatan
kelompok,pada siklus II hampir semua siswa aktif hal ini dikarenakan modelpembelajaran kooperatif tipe STADsudah mulai terbiasa dan senang dalam bekerja kelompok. Pada saat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru siswa sudah meningkataktivitasnya sehingga tidak ada lagi siswa yang mengandalkan hasil pekerjaan teman yang dianggap mampu.Hal tersebut dapat tertasi dari pada aktivitas siklus I. Dari pertemuan I hingga pertemuan IIpada siklus II, siswa mulai berperan aktif dalampembelajaran. Berikut total skor mengenai aktivitas siswa pada penerapan model pembelajaran STAD. Tabel 4.7 Aktivitas siswa dalam pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD Siklus
Materi
Total
Nilai
skor
Aktivitas
II Pencernaan
37
pada manusia
93%
Kriteria
Sangat Baik
Data hasil observasi aktivitas siswa, dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86%
= baik sekali
70 – 85%
= baik
55 – 69%
= cukup baik
<54%
= kurang
47
Berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 55 dengan persentase 92%. Dengan perolehan kriteria yang sangat baik maka pembelajaran siklus II sudah maksimal karena pada mata pelajaran IPA dalam penelitian ini melebihi KKM klasikal yang akan dicapai sebesar 85%.
2. Pengamatan terhadap guru Selain mengamati aktivitas siswa dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga diamati aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Berikut perolehan skor aktivitas guru pada siklus II: Tabel 4.8 Aktivitas guru menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD Siklus
Materi
Total skor
Nilai Aktivitas
Kriteria
II
Pencernaan pada
55
92%
Sangat
manusia
Baik
Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86%
= baik sekali
70 – 85%
= baik
55 – 69%
= cukup baik
<54%
= kurang
Berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 55 dengan persentase 92%. Dengan perolehan kriteria yang sangat baik maka pembelajaran siklus II sudah maksimal karena pada mata pelajaran IPA dalam penelitian
48
ini melebihi KKM klasikal yang akan dicapai sebesar 85%. Pada siklus II sudah berhasil dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II dikatakan berhasil. Berdasarkan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Perbandingan Antara Hasil Belajar Siklus 1 dengan Siklus 2 No
Nilai
Selisih
Keterangan
Siklus 1
Siklus 2
1
60
65
5
Tuntas
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Jumlah
60 55 80 70 80 80 95 70 75 50 60 60 85 60 75 70 75 1260
70 65 85 75 90 90 95 80 85 75 65 95 90 70 75 75 80 1375
10 10 5 5 10 10 10 10 25 5 35 5 10 5 5
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Ratarata
70
76,38
49
Keterangan: Rata-rata hasil belajar siklus 2 = 76,38 Jumlah siswa dengan nilai yang tuntas = 18 Jumlah siswa dengan nilai yang tidak tuntas = 0 Tabel 4.10 Sebaran Hasil Belajar IPA Siklus 2 No
Nilai
1 < 50 2 50 – 59 3 60 – 69 4 70 – 79 5 80 – 89 6 90 – 100 Jumlah Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah
Siklus 2 Jumlah Persentase Siswa (%) 3 16,67% 6 33,33% 4 22,22% 5 27,78% 18 100% 76,38 95 65
Keterangan
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Pada tabel 4.10di atas, terlihat bahwa semua siswa telah mencapai KKM pada siklus 2 adalah 18 siswa atau dengan persentase 100% seperti yang telah diuraikan dengan data pada tabel di atas yaitu siswa yang mendapat nilai < 65 sebanyak 0 siswa atau 0%, siswa mendapat nilai antara 50 – 59 sebanyak 0 siswa atau 0%, siswa mendapat nilai antara 60 – 69 sebanyak 3 siswa dengan persentase 16,67%, siswa yang mendapat nilai antara 70-79 berjumlah 6 siswa dengan persentase sebesar 33,33%, siswa yang mendapat nilai antara 80 – 89 berjumlah 4 siswa dengan persentase sebesar 22,22%, serta 5 siswa mendapatkan nilai 90 – 100 atau dengan persentase 27,78%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 76,38dengan perolehan nilai terendah yaitu65 dan tertinggi 95. Adapun data rekapitulasi ketuntasan belajar sesudah diadakan tindakan siklus 2 seperti pada diagram berikut ini:
50
6 5 4 6
3
5 4
2
3
1 0 <65
65-69
70-79
80-89
90-100
Gambar 4.5 Diagram batang Hasil Belajar IPA siklus 2 Dari gambar 4.5 di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Divison (STAD) pada siklus II telah diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA adalah 76,38 mengalami peningkatan dari hasil belajar siklus I dengan nilai rata-rata hanya sebesar 70. Berikut persentase perbandingan hasil belajar siklus 1 dengan siklus 2 : 100% 20 15
61% Tuntas 39%
10
Tidak Tuntas 0%
5 0 Siklus 1
Siklus 2
Gambar 4.6 Diagram batang perbandingan ketuntasan hasil belajar IPA Siswa antara Siklus 1 dengan Siklus 2 Pada siklus 2 mengalami peningkatan menjadi 100%. Dengan menghitung rata-rata kelas, diketahui bahwa siswa kelas 5 SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarangsudah mencapai
51
ketuntasan klasikal yaitu ≥ 65 (berdasarkan kriteria KKM yang ditetapkan sekolah). Berikut, persentase siswa yang mencapai KKM dapat dilihat pada tabel 4.8 dan diagram lingkaran berikut ini: Tabel 4.11 Pesentase tingkat ketuntasan siklus II No
Nilai
Ketuntasan
Siklus 2 Jumlah Siswa
Persentase
1
< 65
Tidak Tuntas
-
-
2
≥ 65
Tuntas
18
100%
18
100 %
Jumlah Rata-rata
76,38
100%
Tuntas Tidak Tuntas
Gambar 4.7 Diagram lingkaran persentase ketuntasan hasil belajar siklus 2 Berdasarkan pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran IPA pada siklus II sebanyak 0 siswa (0%) mendapatkan nilai KKM. Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai memenuhi KKM adalah 18 siswa (100%).Hal ini disebabkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe
52
Student Teams Achievement Division (STAD) maka prestasi belajar lebih bermakna, karena siswa belajar memecahkan persoalannya melalui diskusi dalam kelompok dan dapat memotivasi siswa yang cemas untuk belajar secara aktif. Pembahasan mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar siswa pada saat sebelum tindakan (Pra siklus), pada siklus I, dan pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.12 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra siklus, Siklus I dan Siklus II Sebelum Tindakan Ketunt No
Siklus I
Siklus II
Jumlah
Pers
Jumlah
Perse
Jumlah
Persent
Siswa
entas
siswa
ntase
siswa
ase (%)
asan Belajar
e
(%)
(%) 1
2
Tuntas
Tidak
6
12
Tuntas Jumlah
18
33,33 11
61,11
%
%
66,67 7
38,89
%
%
100
18
100%
18
100%
0
0%
18
100%
%
Berdasarkan tabel 4.12 tersebut, maka dapat dilihat bahwa adanyan peningkatan jumlah siswa yang mendapatkan nilai KKM 65 dalam mata pelajaran IPA, ini terbukti dengan pengklasifikasikan ketuntasan. Sebelum adanya tindakan, sebanyak 12 siswa hasil belajarnya tidak tuntas atau mendapatkan nilai dibawah KKM. Setelah dilaksanakan tindakan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) melalui siklus I dan siklus II siswa yang hasil belajarnya tidak tuntas atau mendapatkan
53
nilai di bawah KKM berkurang menjadi 0 siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setelah siklus I dan siklus II mengalami ketuntasan belajar 100%.Skor minimal sebelumsebelum dilakukan tindakan adalah 45.Setelah dilakukan tindakan pertama yaitu siklus I, nilai minimal yang diperoleh siswa mengalami peningkatan menjadi 50.Sedangkan setelah dilakukan tindakan berikutnya yaitu siklus II, nilai minimal yang diperoleh siswa semakin meningkat menjadi 65.Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Kalibeji 01 tahun pelajaran 2013/2014.Hal ini dikarenakan model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat menciptakan aktivitas belajar siswa dalam kelas meningkat. Berikut ketuntasan hasil belajar siswa sebelum tindakan (Pra siklus), siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram batang berikut ini.
100% 80% 60%
100%
40% 20%
70%
Persentase Siswa
33%
0% Pra Siklus (%)
Siklus I (%)
Siklus II (%)
Gambar 4.8 Diagram batang persentase ketuntasan hasil belajar Pra siklus, siklus I dan siklus II Dari gambar 4.8 dapa dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM 65. Sebelum dilakukan tindakan, persentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai memenuhi KKM adalah 33,33%. Setelah dilakukan tindakan siklus I, persentase jumlah siswa yang
54
memenuhi KKM adalah 61,11%. Sedangkan setelah dilakukan tindakan berikutnya yaitu siklus II, persentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai KKM meningkat angka yang maksimal yaitu 100%.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas 5 SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2012/2013 menyatakan bahwa hasil belajar dan keaktifan siswa terhadap pembelajaran IPA pada sebagian besar siswa masih rendah dengan ditandai dari banyaknya siswa yang mendapatkan di bawah KKM 65. Hal ini salah satunya disebabkan oleh banyak cara penyampaian materi pembelajaran masih menggunakan metode konvensional atau ceramah. Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan hasil belajar yang rendah pada sebagian besar jumlah siswa yang mendapatkan dibawah KKM adalah 12 siswa (66,67%) dimana nilai terendahnya adalah 45. 4.4.1
Siklus I
Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2013/2014 pada siklus I adalah 11 siswa (61,11%) mendapatkan nilai memenuhi KKM dengan nilai tertinggi 90, sedangkan 7 siswa (38,89%) mendapatkan nilai dibawah KKM dengan nilai terendah 55.
4.4.2 Siklus II Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPA kelas 5 SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada siklus II, 18 siswa (100%) mendapatkan nilai KKM dengan nilai tertinggi 95. Sedangkan 0 siswa (0%) mendapatkan nilai dibawah KKM.
55
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asbullah (2005) “Efektivitas Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Pembelajaran Sains pada Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa dan Penguasaan Konsep Pencemaran Lingkungan”.Peneliti menggunakan model pembelajaran
cooperative
learning
tipe
Student
Teams
Achievement
Division(STAD) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil perolehan nilai hasil evaluasi yang dicapai pada siklus I dan siklus II didapatkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
cooperative
learning
tipe
Student
Teams
Achievement
Division(STAD) pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2013/2014. Model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division(STAD), ini hasil belajar siswa meningkat, dan dapat melatih siswa berbicara dan mengajukan pendapat di depan umum dan kelompok, terciptanya interaksi antar siswa, dan antar siswa dengan guru, proses belajar yang diperoleh dalam kelompok mudah diingat kembali karena merupakan hasil berpikir dan bekerjasama, prestasi belajar lebih bermakna, karena siswa belajar memecahkan persoalannya melalui diskusi dalam kelompok, memotivasi siswa yang cemas untuk belajar secara aktif.