BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pembahasan gambaran umum objek penelitian di bawah ini berisi tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, dan tujuan dan prinsip perusahaan. Berikut penjelasannya. 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V dengan akta No. 23 Mr. A.H. van Ophiujsen, notaris di Batavia, disetujui oleh Gouverneur Generaal van Nederlandsch-indie yang diumumkan di Javasche Courant tanggal 9 Januari 1934. PT. Unilever Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods di Indonesia terutama kategori produk Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia. Rangkaian Produk Unilever Indonesia mencangkup brand-brand ternama yang disukai di dunia seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue Band, Royco, Bango, dan lain-lain. Kini perseroan ini sudah memiliki 6 (enam) pabrik di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi, dan 2 (dua) pabrik di Kawasan Industri
59
60
Rungkut, Surabaya, Jawa Timur, dengan kantor pusat di Jakarta. Produkproduk Perseroan berjumlah sekuitar 32 brand utama dan 700 SKU, dipasarkan melalui jaringan yang melibatkan sekitar 370 distributor independen yang menjangkau ratusan ribu toko yang tersebar di seluruh Indoneisa. Produk-produk tersebut didistribusikan melalui pusat distribusi milik sendiri, gudang tambahan, depot dan fasilitas distribusi lainnya. Sejarah ini dikutip dari situs PT Unilever Indonesia Tbk.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi Produk Unilever telah menyentuh sekitar 2 (dua) milyar orang setiap hari, baik itu melalui perasaan yang luar biasa karena mereka memiliki rambut yang kemilau dan senyum yang menawan, membuat rumah mereka segar dan bersih, atau dengan menikmati secangkir kopi, makanan yang lezat atau snack yang sehat. Arah yang jelas Empat pilar utama dari visi Unilever Indonesia menggambarkan arah jangka panjang dari perusahaan – kemana tujuan perusahaan dan bagaimana perusahaan menuju ke arah sana. Di antaranya: 1.
Unilever Indonesia bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik setiap hari;
61
2.
Unilever
Indonesia
membantu
orang-orang
merasa
nyaman,
berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan dengan brand dan pelayanan yang baik bagi mereka dan bagi orang lain; dan 3.
Unilever Indonesia menjadi sumber inspirasi orang-orang untuk melakukan hal kecil setiap hari yang dapat membuat perbedaan besar bagi dunia. Unilever Indonesia akan mengembangkan cara baru dalam
melakukan bisnis dengan tujuan membesarkan perusahaan kami 2 (dua) kali lipat sambil mengurangi dampak lingkungan. Unilever Indonesia selalu percaya akan kekuatan brand perusahaan dalam meningkatkan kualitas kehidupan orang-orang dan dalam melakukan hal yang benar. Semakin meningkat pertumbuhan bisnis Unilever Indonesia, meningkat pula tanggung jawabnya. Perusahaan mengenali tantangan global seperti perubahan iklim yang menjadi kepedulian bersama. Mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari tindakan yang selalu menyatu dalam nilai-nilai perusahaan dan merupakan bagian fundamental mengenai siapa diri Unilever Indonesia sebenarnya. Misi Misi korporasi Unilever adalah untuk meningkatkan vitalitas hidup. Hal ini menunjukkan bagaimana perusahaan benar-benar memahami pelanggan abad 21 dan kehidupan mereka.
62
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi PT Unilever Indonesia Tbk. memiliki beberapa divisi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk.
di antaranya Chief Financial Officer, Director Home&Personal Care, Director Food, Director Ice Cream, Director Supply Chain, Director Costumer Development, Director Human Resources&Corporate Relations yang membawahi Divisi Human Resource dan Corporate Solutions. Struktur Organisasi pada Divisi Corporate Solutions PT Unilever Indonesia, pimpinan teratas adalah External Relations Director & Corporate
63
Secretary yang dipimpin oleh Sancoyo Antarikso yang membawahi Head of Corporate Communications yang dipimpin oleh Maria D. Dwianto. Untuk Head of Corporate Communication ada 3 (tiga) tanggung jawab manajerial masing-masing di antaranya, Internal Communications Manager oleh Ribut Purwanti, Media Relations Manager oleh Aurellio Kaunang dengan Adisty Nilasari selaku Assistant Manager dan External Affairs Manager oleh Astri Wahyuni dengan Astrid B. Sinaga selaku Assistant Manager-nya. Berikut dapat dilihat pada Struktur Organisasi di bawah ini.
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Corporate Relations Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk.
64
4.2 Hasil Penelitian Pada Bab ini merupakan isi dari uraian peneliti mengenai hasil penelitian. Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan wawancara mendalam (indepth interview) dengan beberapa informan terkait program Jakarta Food Editor’s Club periode 2013 yang dilakukan baik melalui telepon, surel, ataupun kopdar (kopi darat) dan observasi yang peneliti lakukan pada salah satu event program JFEC. Jakarta Food Editor’s Club (JFEC) merupakan salah satu bentuk kegiatan media relations yang diselenggarakan oleh PT Unilever Indonesia Tbk. dalam upaya menjalin hubungan media yang baik dengan berisikan program-program public relations untuk menginfomasikan kegiatan perusahaan, produk terbaru perusahaan, dan analisa keterkaitan dunia seputar makanan dan pasar (konsumen) dengan brand perusahaan Untuk melengkapi data analisa tersebut, peneliti mewawancarai informan pertama berasal dari pihak media relations PT Unilever Indonesia yang diwakili Adisty Nilasari, selaku Media relations Assistant Manager, informan kedua berasal dari pihak eksternal public relations PT Unilever Indonesia yang membantu proses kegiatan media relations JFEC 2013, yang diwakili oleh Indira selaku PR Officer IPM PR, lalu informan ketiga berasal dari beberapa media yang tergolong rutin menghadiri 4 program JFEC periode 2013, seperti Budi mewakili media Wanita Indonesia, Felicitas Harmandini (Dini) mewakili media Kompas.com, dan Andang mewakili media Kulinologi.
65
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepada informan dimulai dari pertanyaan yang bersifat umum mengenai media relations PT Unilever Indonesia Tbk. lalu mengerucut pada pertanyaan yang bersifat khusus mengenai program Jakarta Food Editor’s Club 2013. Ketika proses wawancara berjalan, daftar pertanyaan menjadi acuan dan selanjutnya pertanyaan berkembang dengan sendirinya ketika jawaban informan menarik untuk ditelisik lebih dalam. Berikut ini merupakan hasil data wawancara mendalam mengenai strategi media relations PT Unilever Indonesia Tbk. pada program Jakarta Food Editor’s Club 2013 yang telah dikategorisasikan berdasarkan teori Rosady Ruslan secara rinci mengenai strategi public relations. Berikut penjelasannya.
4.2.1 Perencanaan Kegiatan Media Relations Jakarta Food Editor’s Club 2013 Pada tahap pertama, perencanaan yang dilakukan adalah kegiatan kordinasi tim media relations internal bersama dengan public relations untuk merumuskan konsep dan tema JFEC di tahun 2013 dan merumuskan cara agar para editor rutin menghadiri 4 (empat) program JFEC 2013. Salah satu inti konsep perencanaan yang dipegang teguh para tim media relations PT Unilever Indonesia bahwa saat ini kondisi hubungan PT Unilever Indonesia dengan media dan cara perusahaan menjalin hubungan baik dengan media, sejauh ini relatif baik dan media memiliki peran dan dukungan besar terhadap kegiatan yang dilakukan perusahaan.
66
Dalam menjalin keakraban dengan media, perusahaan pun membuat aturan yang menjadi perhatian tentang cara pendekatan tersebut. Ada 2 (dua) cara yang dilakukan, yaitu secara profesional yang berkaitan dengan teori public relations dan secara personal dengan konsep casual meeting atau kopdar. Ibu Adisty Nilasari menjelaskan program JFEC dan cara menjalin hubungan dengan media. “Pada dasarnya aktivitas yang dilakukan divisi media relations perusahaan kami hampir semuanya dilakukan berhubungan dengan media. Oleh karena itu, kami terus menjaga kedekatan dengan media dan mengundang teman-teman media dalam acara kami. Misalnya, saat acara product launch, klarifikasi isu dan krisis, dan segala hal yang berkaitan yang menarik diliput oleh media. Sehingga sampai saat ini, yaaaa, Alhamdulillah hubungan dengan teman-teman media sangat baik, belum ada masalah dengan mereka bahkan mereka sangat memberikan support yang besar kepada kami. Gitu, Mbak.” “Oh iya, lalu, cara kami menjalin hubungan dengan media sebenarnya tidak ada cara yang khusus. Kami selalu menggunakan dua cara, satu cara dengan cara profesional dan cara lainnya dengan personal. Profesional itu seperti menjalin hubungan selayaknya dilakukan perusahaan kepada media dengan tujuan informasi dan publikasi. Misalnya acara product launch, media visit, klarifikasi isu dan lain-lain. Kalau secara personal, kami selaku media relations perusahaan menjalin hubungan keakraban di luar dari kepentingan perusahaan atau profesionalitas. Misalnya, ya sekadar ajak kopikopi, bercengkrama di sosial media, atau makan bareng. Ya bisa disebut casual meeting, kalau untuk yang personal ini.” (Adisty, via telepon, 11/09/2014) Dalam setiap perencanaan, objektivitas tim media relations adalah membuat setiap program dikemas dengan aktivitas menarik dan perencanaan yang matang bersama IPM PR selaku pihak konsultan PR perusahaan.
67
Keterlibatan
PR
eksternal
bertujuan
untuk
memperkokoh
pembentukan strategi demi kelancaran dan kesinambungan program JFEC hingga ke tahun berikutnya. IPM PR pun telah bekerja sama dengan Unilever Indonesia sejak tahun 2010. Ibu Indira menjelaskan peran IPM PR dalam kegiatan JFEC. “Dalam proses perencanaan, kami berperan sebagai PR konsultan untuk corporate Unilever mulai dari mengembangkan konsep yang sudah ditentukan media relations Unilever, liase dengan pihak ketiga, menghubungi media-media yang akan berpartisipasi, dan membantu kordinasi dan pengawasan saat pelaksanaan. Setelah itu kami juga melakukan monitoring, evaluasi dari hasil kegiatan dan pelaporan berita kepada pihak Unilever.” (Indira, via surel, 7/09/2014) Sementara, strategi awal yang dilakukan PR eksternal terkait program JFEC 2013 yaitu membuat program acara tiap episode dengan tema berbeda dari sebelumnya dan membahas topik yang sedang dibicarakan publik. Sebagaimana yang dijelaskan Ibu Indira mengenai strategi media relations JFEC 2013: “ Strategi media relations yang kami lakukan untuk JFEC tahun 2013 sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan dengan periode sebelumnya. Perbedaan hanya pada tema acara, sebisa mungkin kami menyajikan tema yang menarik untuk didiskusikan para editor dan dapat menjadi berita yang menarik bagi media. Konsep kegiatan dibuat tidak monoton, menyediakan informasi yang benar-benar hangat dan bermanfaat bagi rekan media dengan bahasa yang mudah dipahami, menyediakan narasumber acara yang memang ahlinya sesuai topik yang dibicarakan. Secara teknis kami juga memikirkan formulasi agar para editor rutin menghadiri 4 (empat) program ini.” (Indira, via surel, 7/09/2014)
68
Berikut ini daftar strategi awal yang disusun para tim media relation untuk program JFEC 2013. 1.
Menyusun Konsep Penyusunan konsep ini yang dilakukan adalah dengan mengadakan meeting internal bersama para staf media relations, staf marketing, staf corporate brand, dan eksternal public relations. Kegiatan yang dilakukan dalam menyusun konsep adalah memutuskan topik/tema tentang makanan yang telah dicari dan diteliti tim berdasarkan kategori : (1) sedang hits, dan (2) sesuai dengan program brand / memiliki koherensi dengan brand F&B Unilever. Tujuannya adalah menarik minat rekan media untuk datang karena topik yang diangkat.
2.
Menyusun Konten Penyusunan konten yang dilakukan tim dalam membuat rilis dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh rekan media dan memiliki news value sehingga mereka tertarik untuk datang dan mempublikasikannya.
3.
Menentukan Narasumber Acara dan Rekan Media Narasumber acara JFEC 2013 terpilah mulai dari host (pembawa acara) yang biasanya dari golongan artis, lalu pembicara bisa seorang nutrisionis, peraga pengolah makanan, chef, dan brand ambassador.
69
Untuk rekan media yang dipilih umum dengan spesifikasi pembahasan dunia makanan/ kesehatan. Area persebaran yang dipilih adalah media nasional, baik dalam bentuk media cetak atau digital (online). 4.
Menentukan Waktu dan Tempat Acara Waktu dan tempat acara disesuaikan dengan tema acara. Lokasi dipilih yang strategis dan terjangkau oleh teman media sehingga memudahkan dan membuat mereka datang ke acara JFEC ini. Penyesuaian waktu biasa dipilih pukul 11.00 – 14.00 WIB dengan alasan teman media pada jam tersebut baru datang ke kantor dan jam tersebut bertepatan dengan jadwal makan siang.
5.
Menyusun Kegiatan Akhir Acara Kegiatan akhir acara berupa games dan hadiah untuk arisan (sebutan pertemuan JFEC dengan teman media). Para tim menyusun ide kreatif untuk games yang berkaitan dengan tema acara dan juga hadiah & goody bag.
Ibu Adisty menjelaskan dalam perancangan strategi awal : “ Apa yang kita susun untuk acara itu tujuan utamanya menarik minat media untuk datang. Ya buat apa bikin acara rutin, mengeluarkan biaya perusahaan, tetapi media tidak datang. Makanya kita buat konsep yang sedang menjadi trending topik, terus ambassador biasanya kan public figure, ini biasanya menarik media datang untuk keperluan dengan artis tersebut. Tempat acara dan waktu kita buat
70
tidak jauh dan terjangkau, supaya mereka akses nya gampang. Ya intiya supaya mereka datang.” (Adisty, via telepon, 11/09/2014) Keempat program JFEC 2013 dilaksanakan dengan konsep, waktu, dan tempat yang berbeda-beda. 1.
Periode I bertemakan, “Anak Tidak Sarapan, Hambat Masa Depan”. Dilangsungkan pada 28 Februari 2013 bertempat di pabrik eskrim Wall’s (salah satu produk Unilever), di Bandung.
Gambar 4.3 Keceriaan Rekan Media Berfoto Bersama Pada Program JFEC I Periode 2013 Dalam Rangka Kunjungan (Media Visit) Ke Pabrik Es Krim Walls, Bandung.
Alasan perusahaan mengusung konsep Sarapan berdasarkan rilis yang diedarkan adalah 16,9% hingga 59% anak ssekolah di Indonesia tidak sarapan, kondisi ini dapat menyebabkan gizi tidak seimbang, gangguan pertumbuhan dan ketahanan fisik, serta kemampuan belajar anak menurun.
71
Selain itu menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi, selaku psikolog anak dan remaja Lembaga Psikologi Terapan UI mengatakan, “Membiasakan sarapan pada anak merupakan investasi jangka panjang yang dapat menciptakan generasi masa depan yang besar karena tebiasa hidup disiplin dan teratur dan kedekatan emosi yang baik dengan orang tua karena selalu merasakan momen kebersamaan dalam keluarga.” 2.
Periode II bertemakan, “Mengupas Khasiat Ragam Buah Berries Bagi Tubuh”. Berlangsung pada 19 Juni 2013 yang diadakan di Birdcage Café dan Restaurant, di Jalan Wijaya Jakarta Selatan.
Gambar 4.4 Kegiatan Foto Bersama Setelah Acara Program JFEC II 2013 Selesai yang membahas menegnai Khasiat Buah Berries Bagi Tubuh.
Konsep kedua ini diangkat berdasarkan latar belakang yang terdapat dalam rilis bahwa konsumsi buah berries setiap hari sangat baik untuk kesehatan saluran pencernaan. Namun keberadaannya masih jarang di
72
Indonesia karena masih banyak masyarakat yang belum memahami manfaat buah berries dan kebanyakan tumbuh di luar Indonesia. Apalagi untuk masyarakat Indonesia yang tingkat konsumsi buahnya masih tergolong sangat rendah hanya 2,5 porsi per hari, padahal rekomendasi WHO dan FAO adalah 2-4 porsi buah dan 3-5 porsi sayur per hari. (Dikutip dari data yang dikeluarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pangan Sedunia (FAO)). 3.
Periode III bertemakan, “Pentingnya Mengatur Asupan Makanan Ketika Puasa dan Lebaran, Agar Berat Badan Tetap Terjaga”. Diadakan pada 31 Juli 2013 bertempat di Dapur Unilever Food Solutions Jakarta.
Gambar 4.5 Rekan Media Asyik Mengikuti Kegiatan Demo Masak + Edukasi Masak Sebagai Salah Satu Bagian Acara Dalam Program JFEC III 2013
73
Konsep ketiga berdasarkan rilis yang diterbitkan diangkat karena Hasil survey sederhana yang dilakukan tim JFEC terhadap 30 responden (10 di antaranya jurnal) tentang kebiasaan makan dan minum saat sahur , berbuka dan Lebaran. Gorenagan dan minuman manis masih menjadi favorit sebagian orang berbuka puasa, walaupun ada juga yang berbuka dengan kurma dan air putih, lalu diikuti dengan makanan lengkap setelah shalat. Sebagian besar responden mengatakan berat badan naik setelah lebaran. Maka itu tim MR mengangkat konsep tentang mengatur asupan makanan saat puasa dan lebaran agar berat badan tetap terjaga. 4.
Periode IV bertemakan, “Magnofee : Nikmatnya Sensasi Paduan Es Krim, Coklat Premium dan Kopi”. Diadakan pada 10 April 2014 di Magnum Café Grand Indonesia Jakarta Pusat.
Gambar 4.6 Rekan Media Menyaksikan Host Acara Untuk Memandu Bagi Media Yang Ingin Bertanya Seputar Eskrim Magnum dan Kopi Kepada Pemerhati Kopi, Toni Wahid Saat Program JFEC IV Periode 2013.
74
Latar belakang pengangkatan konsep keempat yang dikutip dari rilis adalah tim JFEC ingin melalu produk/brand nya memperkenalkan atau menciptakan trend gaya hidup baru mengenai cara menikmati eskrim dan coklat premium dengan kopi. Alasannya ketiga bahan ini (coklat, es krim, dan kopi yang sering dinikmati pada saat hang out. Melihat dari hasil dari wawancara tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa alasan dari perusahaan melakukan kegiatan media relations secara khusus yaitu agar menjadi jembatan penghubung untuk mempublikasikan topik hangat seputar makanan dan mensosialisasikan brand-brand Unilever di bawah payung community food bernama Jakarta Food Editor’s Club beranggotakan para editor media dengan dibantu oleh PR eksternal mereka yaitu IPM PR. Cara yang dilakukan pada strategi awal adalah fokus pada 4 (empat) konsep dan konten untuk masing-masing program agar memiliki news value sehingga para editor tertarik untuk mempublikasikannya. Setelah itu didukung dengan perencanaan mengenai pembicara, aktivitas pada saat program berjalan, dan aktivitas pendukung seperti arisan dan hiburan lainnya.
4.2.2 Pelaksanaan Kegiatan Media Relations Jakarta Food Editor’s Club 2013 Tahapan kedua setelah perencanaan dan pemograman JFEC 2013 adalah tahapan implementasi, aksi, dan pelaksanaan dari strategi-strategi yang telah dimatangkan.
75
Beragam bentuk bauran kegiatan media relations JFEC 2013 yang dilakukan, mulai dari Press Release, Press Tour, dan Press Gathering. Dalam pelaksanaannya pun selalu melibatkan external public relations/ public relations agency sebagai pelaksana kegiatan komunikasi perusahaan yang disebut tim media relations. Jakarta Food Editor’s Club berdasarkan pengakuan Adisty bermula tahun 2010 yang membicarakan seputar makanan terkait nutrisi dan inovasi yang diadakan 4 (empat) kali dalam setahun. “Berawal dari asal muasal ya. Kegiatan JFEC sudah hadir sejak tahun 2010. Alasan berdirinya karena kita melihat belum adanya komunitas editor yang fokus membahas tentang makanan. Apalagi peluang itu sangat sejalan dengan produk-produk Unilever yang kebanyakan berhubungan dengan makanan. Jadi, saat itu kita merasa food editor itu penting banget karena mereka punya otoritas dan kredibilitas untuk berbicara ke publik seputar makanan mulai dari inovasi sampai nutrisi. Lalu pelaksanaannya dilakukan secara rutin 4 (empat) kali dalam satu tahun periode. Agar teman-teman media mendapatkan informasi terkini dari Unilever terkait topik makanan yang sedang hits dan program PR Unilever sendiri.” (Adisty, via telepon, 11/09/2014). Tahapan pelaksanaan kegiatan media relations yang dilakukan untuk JFEC 2013 dimulai dari pengumpulan data rekan media yang akan diundang dan penyebaran rilis kepada mereka. Rekan media yang biasa diundang dari perolehan data yang didapat di antaranya : A.
Media Cetak mulai dari majalah, tabloid, dan koran di antaranya ada
76
(1) Good Housekeeping, (2) Tabloid Nakita, (3) Majalah MIX, (4) Bakery Indonesia, (5) Bakery Magazine, (6) Warta Kota, (7) Koran Sindo, (8) GP Magz , (10) MORE, (11) Tabloid Sedap-Saji, (12) Tabloid Wanita Indonesia, (13) Majalah Martha Stewart Living, (14) Tabloid Kartini, (15) Tabloid Nova, (16) Majalah Foodreview, (17) Republika, (18) Majalah Foodservice Today, (19) Majalah Femina, (20) Cosmopolitan, (21) Cosmopolitan Men, (22) Koran Antara, (23) Majalah Sekar, (24) Majalah Women Health Indonesia, (25) Majalah Pesona, (26) Majalah Men’s Health, dan (27) SK Pos Sore. B.
Media Online di antaranya ada (1) Go4healty.com, (2) Metro TV, (3) Loveindonesia.com, (4) Bisniswisata.co, (5) Harian Terbit, (6) Cita Cinta, (7) Kabar24.com, (8) Grazia, (9) Viva.co.id, (10) Best life, (11) Famiele.com, (12) Kulinologi, (13) Kompas.com, (14) Okefood.com, (15) Ghiboo.com, dan (16) Hidupgaya.com.
Dari daftar media yang diundang bukan semata-mata mendapatkan publikasi yang besar dengan mengundang media begitu banyak, pihak perusahaan komitmen mengajak media yang fokus di dunia makanan. Seperti halnya yang Ibu Indira informasikan mengenai rekan media yang hadir pada acara JFEC 2013.
77
“Ada beberapa media yang memang kita undang untuk acara ini. Tentu media yang kita undang bukan sembarang media. Memang betul-betul media yang memiliki ranah peliputan mengenai makanan. Dan kami tidak membatasi hanya media cetak saja, juga media online.” (Indira, via surel, 7/09/2014) Dari banyaknya media yang berpartisipasi, yang diharapkan dari tim media relations adalah dapat memperluas jaringan perusahaan, dan tidak menutup kemungkinan visi, misi, tujuan, dan program perusahaan dapat dengan mudah menjadi sumber informasi yang akan disampaikan oleh media. Pada akhirnya peningkatan publikasi yang berdampak pada kesadaran (awareness) meningkat di khalayak publik. Berbagai aktivitas yang dilakukan saat program I – IV mulai dari acara ramah tamah, seminar dari para nutrisionis, lalu disusul dengan games untuk para editor yang hadir dan diakhiri dengan pengocokan arisan/ doorprize. Dijelaskan oleh Ibu Adisty mengenai aktivitas yang dilakukan pada saat event JFEC berlangsung : “Sama dengan tahun sebelumnya, program JFEC tiap tahun dibuat tidak monoton untuk sekadar share dan diskusi informasi tentang topik yang dibicarakan, tetapi kami juga mengadakan hiburan dengan ada games seru-seruan. Awalnya acara kita buka dengan sapaan dan ya sekadar coffee break lalu disusul dengan acara inti yaitu diskusi dan tanya jawab dengan para ahli/ nutrisionis mengenai topik yang dibicarakan. Setelah itu acara pengenalan brand biasanya lewat masak-masak bersama chef unilever. Kemudian diikuti acara games berhadiah untuk para tim editor yang cepat, kreatif, dan kompak. Lalu di penghujung acara kita juga adakan arisan rutin atau doorprize dengan aneka ragam hadiah. Mulai dari voucher belanja, peralatan masak, peralatan makan. Banyak deh dan itu bukan dari produk/ brand kami. Engga itu aja, bagi editor yang rutin hadir selama 4 (empat) program dalam satu tahun, kami berikan hadiah grand prize
78
dari Unilever seperti gadget, kitchen set, dan lain-lain.” (Adisty, via telepon, 11/09/2014) Aktivitas media relations yang dilakukan yang dilakukan dari tahunke tahun selain dari press conference dan press release, namun di tahun 2013 ditambahkan rangkaian acara media visit atau press tour. Ibu Adisty menambahkan aktivitas media visit atau press tour JFEC 2013: “Para editor kita ajak mengunjungi salah satu kawasan pabrik pembuatan eskrim brand Walls di Bandung. Lalu diiringi dengan wisata kuliner. Sebenarnya, secara keseluruhan semua program JFEC itu bagian dari media gathering, dengan konsep berkumpul, berdiskusi, lalu acara ramah tamah seperti makan dan hiburan.” (Adisty, via telepon, 11/09/2014) Dengan beragam kegiatan tersebut, pada masing-masing periode JFEC 2013 memiliki cara dan keseruan yang berbeda satu sama lain. Seperti berikut. Pada saat JFEC I (“Anak Tidak Sarapan, Hambat Masa Depan”) berlangsung , konsep acara dibuat sederhana dengan kegiatan seminar yang diisi oleh Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku Ketua Umum PERGIZI PANGAN dan Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dan Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi. seorang Psikolog Anak dan Remaja, Lembaga Psikologi Terapan, Universitas Indonesia. Lalu diikuti dengan acara hiburan yang mana para editorditantang untuk membuat sarapan sederhana berupa Sandwich yang menarik untuk dimakan dengan menggunakan Roti dan produk margarine Unilever yaitu Blue Band.
79
Lalu pada saat JFEC II (“Mengupas Khasiat Ragam Buah Berries Bagi Tubuh”), acara ini diisi dengan seminar dari dr. Fiastuti Witjaksono, SpGk, seorang dokter ahli gizi dan pengajar di Universitas Indonesia. Lalu dilanjutkan dengan acara hiburan dengan tantangan untuk para editor membuat minuman dari aneka buah berries yang kemudian harus dihias dengan aneka garnish yang telah disediakan. Sementara pada saat di JFEC III (“Pentingnya Mengatur Asupan Makanan Ketika Puasa dan Lebaran, Agar Berat Badan Tetap Terjaga”), acaranya diisi oleh narasumber Andriyani Wagianto selaku Nutrition and Health Manager PT Unilever Indonesia, Tbk. dan Chef Gungun Chandra selaku Senior Sour Chef, Unilever Food Solutions. Dan para editor pada sesi hiburan ditantang untuk membuat menu buka puasa yang sederhana dan tetap memiliki asupan gizi. Terakhir di JFEC IV (“Magnofee : Nikmatnya Sensasi Paduan Es Krim, Coklat Premium dan Kopi”), kegiatan diisi dengan kursus kilat dan seminar mengenai kopi yang dibawakan oleh Toni Wahid, seorang pemerhati kopi. Pada sesi hiburan para editor ditantang untuk menghias es krim Magnum dengan topping dan sweet sauce yang telah disediakan. Sikap para tim media relations dalam menghadapi sikap para wartawan, secara formal maupun informal yang diutamakan adalah mengedepankan prinsip kekeluargaan dengan selalu berusaha menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif. Dengan bekerja sama PR Agency, IPM
80
PR selalu menjamu dan mendampingi rekan media yang hadir dalam acara tersebut, untuk mengantisipasi jika media merasa tidak diarahkan atau bingung selama acara berlangsung. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Adisty berikut ini. “Pada kegiatan media relations JFEC kami selalu berusaha menciptakan suasana yang nyaman, ramah, bersahabat, dan kondusif. Maka itu di awal perencanaan, kami mematangkan tempat dan kondisi acara. Kami buat formatnya tidak formal dan fun sehingga para rekan media terasa seperti penyegaran dan tidak menyadari bahwa saat itu sedang bekerja. Lalu, kami juga selalu mendampingi rekan media selama acara berlangsung, memberikan keterbukaan bagi rekan media untuk tanya jawab dan menyediakan perangkat pendukung seperti press kits, goody bags dan snack. Seperti itulah.” (Adisty, via telepon, 11/09/2014) Sikap tersebut dilakukan karena Public Relations PT Unilever Indonesia menyadari pentingnya menghargai rekan media sebagai tamu undangan, Public Relations berusaha menunjukkan sikapnya sebagai penjamu tamu yang baik dan ramah, sehingga rekan media merasa nyaman dalam mengikuti setiap kegiatan dan mau datang kembali ke periode selanjutnya. Pada JFEC tahun 2013 ada gebrakan baru yang diluncurkan yaitu sebuah
platform
media
publikasi
baru
berupa
blog
(www.foodeditorclub.com). Tujuan pembuatan blog ini untuk menjaring awareness lebih banyak lagi mengenai JFEC. Blog yang dirilis ini digunakan sebagai media untuk para editor agar dapat menuangkan tulisan di luar dari topik yang dibahas pada kegiatan on-air/ event berlangsung.
81
“Oh iya, kita ada blog di tahun 2013, isi pembahasannya tidak melulu soal branding produk Unilever. Malah kita memberi keluesan para editor untuk menulis apapun tentang makanan asal masih sesuai dengan ketentuan internal perusahaan. Gitu, Mba” (Adisty, via telepon, 11/09/2014)
Gambar 4.7 Tampak Homepage Blog Jakarta Food Editor’s Club.
Lalu pada pelaksanaan kegiatan, tidak menutup kemungkinan dan tidak dapat dihindari terjadinya suatu kendala. Baik kendala yang tercipta dari internal maupun dari eksternal atau kendala dengan rekan media. Namun kendala yang mengganjal para tim JFEC adalah mengatur konsep dan tema acara tiap programnya agar sesuai dengan kebutuhan media. Ibu Indira menerangkan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan JFEC 2013. “Mungkin lebih tepat dibilang tantangan daripada kendala. Karena sejauh ini kami merasa tantangan ini terus menghantui dari setiap program JFEC. Tantangannya adalah kami sebisa mungkin harus
82
membuat tema acara dan konsep, juga pemilihan narasumber yang menarik bagi para rekan media. Seperti yang kita tahu, media itu kan tidak mau meliput kalau tidak ada news value. Lalu tantangan selanjutnya adalah membuat para rekan media selalu datang kembali mengikuti program JFEC.” (Indira, via surel, 7/09/2014) Sebaliknya Ibu Adisty menyatakan opini tentang kendala dari sudut lain yang mereka hadapi. Tim Internal Unilever sendiri merasa keberadaan Blog JFEC yang telah mereka rilis, sepi dari aktivitas para editor/ member yang aktif di kegiatan offline JFEC. “Kendala kalau boleh bilang tentang JFEC untuk event-nya sejauh ini tidak ada. Cuma kami sekarang sedang dihadapi dengan problem eksistensi blog. Kami menyadari bahwa blog ini dibuat untuk para food editor namun kenyataannya rekan media memiliki keterbatasan waktu untuk mengisi konten di blog ini. Meskipun pengurusnya juga dikelola internal corporate, seperti pihak PR, RnB, corporate brand, dan internal nutrisionist. Bukan berarti dari kendala ini blog menjadi vakum, sejauh ini masih aktif dan secara performance ketika Mba coba search di mesin pencari sudah ada di first page.” (Adisty, via telepon, 11/09/2014) Dari penjelasan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa PT Unilever Indonesia dalam pelaksanaan kegiatan media relations melakukan pendekatan khusus dan berbeda terhadap rekan media. Tidak lagi hanya saat terjadi isu dan krisis, product launching, tetapi juga kegiatan media relations yang dikemas dalam bentuk gathering dengan suasana santai dan akrab. Tujuan kegiatan tersebut untuk mendekatkan diri perusahaan kepada rekan media dengan cara dan kondisi yang positif dan khususnya menciptakan sebuah komunitas baru yang dinaungi para food editor di bawah program perusahaan.
83
4.2.3 Proses Evaluasi Kegiatan Media Relations Jakarta Food Editor’s Club 2013 Tahapan ketiga setelah pelaksanaan adalah tahapan evaluasi untuk menilai dan mengukur sejauh mana kesuksesan dari strategi yang telah dilaksanakan. Hal ini mencakup bagaimana hasil dari acara media relations dan strategi yang telah dilakukan, apakah sudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan apakah pesan yang ingin disampaikan perusahaan melalui media sudah sampai kepada khalayak sasarannya. Begitu pula terkait dengan cara media relations PT Unilever Indonesia mengevaluasi program JFEC 2013. PT Unilever Indonesia rutin mengadakan evaluasi kepada tim internal yang melaksanakan program JFEC 2013 maupun dengan para editor yang menjadi membernya. Cara evaluasi yang dilakukan dengan tim biasanya dengan meeting. Sementara cara evaluasi yang dilakukan terhadap rekan media yaitu dengan penyebaran lembar evaluasi yang diberikan di akhir kegiatan berlangsung. Hasil evaluasi dibantu pihak IPM PR selaku agensi PR PT Unilever untuk memonitoring hasil review rekan media terhadap JFEC 2013.
84
Poin selebaran yang diberikan kepada rekan media setiap selesai acara: 1. 2. 3. 4. 5.
Nama : Asal Media : Kesan : Pesan : Saran (Tema berikutnya yang menarik) :
“Evaluasi yang biasanya kami lakukan dengan cara menyebarkan selebaran kertas kesan dan saran, dan biasanya juga kami suka mengadakan diskusi bareng bersama dengan editor kira – kira nextnya apa yang akan menjadi tema JFEC.” (Adisty, via telepon, 11/9/2015) Hasil penilaian Ibu Indira berdasarkan data evaluasi terhadap media, kesan yang didapat bernada positif diiringi kritik yang membangun. “Evaluasi dari rekan media yang kami dapatkan sejauh ini selalu bernada positif. Kesan yang mereka berikan cukup memuaskan. Pemberitaan atau publikasi program atau topik JFEC berjalan dengan baik. Mengenai kritik atau kesan negatif lebih ke saran dan masukan yang membangun dari rekan media.” (Indira, via surel, 07/92014) Namun hingga saat ini penilaian kesan positif program yang diinfokan pihak perusahaan tidak disertai data. Mereka tidak menyanggupi pemberian data hasil monitoring. Ukuran kesuksesan program yang dinilai tim media relations dalam program JFEC 2013 adalah sisi kehadiran (attendance), publikasi dan revenue.
85
1.
Kehadiran Mengevaluasi program dari undangan yang disebar via surel (email) dengan jumlah rekan media yang hadir bukan jumlah orang yang datang. Berikut data kehadiran media selama 4 (empat) program JFEC 2013. Pada JFEC I jumlah kehadiran sebanyak 20 media. Pada JFEC II jumlah kehadiran sebanyak 15 media. Lalu pada JFEC III jumlah kehadiran sebanyak 25 media. Dan pada JFEC IV jumlah kehadiran sebanyak 28 media.
No
Media
Jurnalis
Program JFEC I
JFEC II v
JFEC III
1
Ghiboo.com
Fidelia (1&2) Ibnu Bastono (4)
v
2
Hidupgaya.com
Eny
v
3
Good Housekeeping
Laras (1) Putri (2)
v
v
4
Tabloid Nakita
Soesanti
v
v
v
5
Majalah MIX
Dwi W
v
v
v
6
Bakery Indonesia
Fauziah (1&3) Robby (1)
v
7
Warta Kota
Vini (1&3) Lilis (2)
v
JFEC IV v
v
v
v v
v
8
Koran Sindo
Titi
v
9
GP Magz
Ronny
v
10
MORE
Andrea (1) Dira (4) Marwah (4)
v
11
Okefood.com
Johan
v
12
Sedap-Saji
Robert
v
13
Media Indonesia
Dinny M
v
14
Kompas.com
Dini Felicitas
v
v
v
15
Wanita Indonesia
Budi (1-4) Zulham (4) Fauziah (4)
v
v
v
16
Martha Stewart Living
Fifi J (1) Zustina (4)
v
v v v
17
Tabloid Kartini
Ai Turwina
v
18
Tabloid Nova
Nuraini (1) Dini F (4)
v
v
v v
v v
v v
86
19
Kulinologi
Andang
v
v
v
20
Majalah Foodreview
Andang
v
v
v
21
Republika
Desy S (2) Indira R (3)
v
v
22
Famiele.com
Ronny
v
v
v
23
Best Life
Samuel
v
v
v
24
Majalah FoodService Today
Bomas
v
v
v
25
Viva.co.id
Tasya P
v
26
Femina
Aria (2) Berlianti (3) Valentina (3)
v
v
v v v
27
Grazia
Nadya
v
28
Cosmopolitan
Eunike F (2) Silvya (4)
v
29
Cosmopolitan Men
Imron
30
Antara
Dewi
v
31
Majalah Sekar
Ilandra
v
32
Women Health Indonesia
Mariska S
v
33
Bisnis Indonesia
Yoely
v
v
34
Kabar24.com
Yoely
v
v
v
35
Harian Pelita
Evi
v
36
Cita Cinta
Rina (3) Vini (3) Gabby (4)
v
37
Harian Terbit
Tety
v
38
Bisniswisata.co
Evi
v
39
Loveindonesia.com
Stallon
v
40
Majalah Pesona
Ruth
v
41
Men's Health
Ade Ruth
v
42
Metro TV
Keefe
v
43
SK Pos Sore
Tety
v
44
Go4healty.com
Eny Wibowo
v
v
Tabel 4.1 Daftar Hadir Media Massa di Jakarta Food Editor’s Club 2013
2. Publikasi Mengevaluasi program dari berapa banyak media yang diundang, hadir, lalu mempublikasikan topik pembicaraan setiap masing-masing periode JFEC 2013. Berikut adalah daftar tabel yang berisikan data undangan, kehadiran, dan publikasi pada program JFEC 2013.
87 No.
Media
JFEC I
JFEC II
JFEC III
Undang
Hadir
Publikasi
Undang
Hadir
Publikasi
Undang
v
v
v
Hadir
JFEC IV Publikasi
Undang
Hadir
Publikasi
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
1
Ghiboo.com
v
v
v
v
2
Hidupgaya.com
v
v
v
v
3
Good Housekeeping
v
v
v
v
v
4
Tabloid Nakita
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
5
Majalah MIX
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
6
Bakery Indonesia
v
v
v
v
v
v
v
v
7
Warta Kota
v
v
v
v
v
v
v
v
8
Koran Sindo
v
v
v
v
v
v
v
v
9
GP Magz
v
v
v
v
v
10
MORE
v
v
v
v
v
v
11
Okefood.com
v
v
v
v
v
12
Sedap-Saji
v
v
v
v
v
13
Media Indonesia
v
v
v
v
v
v
v
v
14
Kompas.com
v
v
v
v
v
v
v
v
v
15
Wanita Indonesia
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
16
Martha Stewart Living
v
v
v
v
v
v
v
v
17
Tabloid Kartini
v
v
v
v
v
v
v
v
18
Tabloid Nova
v
v
v
v
v
v
v
v
19
Kulinologi
v
v
v
v
v
v
v
v
v
20
Majalah Foodreview
v
v
v
v
v
v
v
v
v
21
Republika
v
v
v
v
v
v
v
22
Famiele.com
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
23
Best Life
v
v
v
v
v
v
v
v
v
24
Majalah FoodService Today
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
25
Viva.co.id
v
v
v
v
v
26
Femina
v
v
v
v
v
v
v
v
27
Grazia
v
v
v
v
v
v
v
v
28
Cosmopolitan
v
v
v
v
v
v
v
v
29
Cosmopolitan Men
v
v
v
30
Antara
31
Majalah Sekar
v
32
Women Health Indonesia
v
33
Bisnis Indonesia
34
Kabar24.com
35
v
v
v
v
v
v
v v
v
v v
v
v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
Harian Pelita
v
v
v
v
36
Cita Cinta
v
v
v
v
v
v
37
Harian Terbit
v
v
v
v
38
Bisniswisata.co
v
v
v
39
Loveindonesia.com
v
v
v
v
88
40
Majalah Pesona
v
v
v
41
Men's Health
v
v
v
42
Metro TV
v
v
v
43
SK Pos Sore
v
v
v
44
Go4healty.com
v
v
v
44
28
28
Jumlah
30
20
19
32
15
11
36
25
23
Tabel 4.2 Daftar Publikasi Jakarta Food Editor’s Club 2013 Di Media Massa.
Pada JFEC I jumlah media yang diundang sebanyak 30 media, yang hadir 20 media, dan 19 media yang mempublikasikannya. Adapun pada JFEC II jumlah media yang diundang sebanyak 32 media, dengan jumlah kehadiran sebanyak 15 media, dan 11 media yang mempublikasikannya. Sementara pada JFEC III jumlah media yang diundang sebanyak 36 media, 25 media yang hadir, dan 23 media yang mempublikasikannya. Lalu pada program terakhir, JFEC IV, jumlah media yang diundang 44 media, jumlah media yang hadir 28 media, dan 28 media yang mempublikasikannya. 3.
Revenue Penjualan produk (sales) yang terukur dari program yang berkaitan dengan brand. “Kami memang mengundang banyak rekan media untuk hadir, tentunya yang memang in line dengan food category. Di evaluasi hal itu yang menjadi pengukuran kami berapa banya undangan yang disebar dengan jumlah kehadiran mereka. Lalu, bagaimana hasil publikasi yang dilakukan. Biasanya kalau attendance-nya baik tentu publikasi juga akan baik.” (Indira, via surel, 7/09/2015)
89
Namun berkaitan ukuran kesuksesan program terhadap revenue perusahaan, perusahaan kesulitan mengukur sejauh mana yang didapat dari hasil kegiatan ini. “Impact kepada revenue langsung sulit kami ukur. Kami lebih concern kepada awareness selain pada JFEC itu sendiri juga terhadap brand Unilever. Seperti yang sudah saya katakan kalau awareness sudah pasti karena semakin banyak member yang datang dan publikasi yang baik otomatis awareness juga semakin baik. Dan paling penting kami harapkan dari JFEC ini adalah relationship dan eksistensi JFEC dengan media itu tercapai.” (Indira, via surel, 7/09/2015) Langkah selanjutnya yang dilakukan media relations PT Unilever Indonesia setelah evaluasi berlangsung adalah kembali mereview kembali strategi per program dan per periode untuk ke depannya. Seperti penjelasan Mba Adisty, bahwa “Rekan media cukup kooperatif memberikan masukan untuk next program dari pengetahuan mereka masing-masing terkait yang sedang menjadi tren di dunia makanan. Sangat membantu untuk insight kami dalam memutuskan konsep ke depannya, meski kadang kala kami mengakui tidak sepenuhnya insight yang diberikan akan segera kami implementasikan. Tentu ada prosedur perusahaan yang memang harus diutamakan, tetapi tidak sepenuhnya tidak terpakai, insight seperti teknisnya kami terima dengan baik untuk lebih baik ke depannya.” (Adisty, via telepon, 11/09/2015) Dari penjelasan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa media relations PT Unilever Indonesia berhasil menyelesaikan program JFEC 2013 sesuai dengan strategi yang telah dimatangkan di awal. Evaluasi setiap program rutin diadakan setelah kegiatan berlangsung dengan dibantu PR
90
Agency mereka, IPM PR dalam menyebarkan form saran & masukan hingga mereview hasil argumentasi para rekan media mengenai program tersebut.
4.2.4 Hasil atau Feedback Media Relations Jakarta Food Editor’s Club 2013 Tahap terakhir adalah melihat kesimpulan atau hasil dari segala tahapan strategi yang telah dilakukan apakah sesuai dengan ekspektasi tim atau tidak. Dalam perumusan hasil dari media relations JFEC 2013 ini, peneliti mengembangkan narasumber wawancara tidak lagi hanya kepada 2 (dua) orang penyelenggara acara. Kali ini melibatkan rekan media yang menjadi peserta dan partisipan dalam setiap program JFEC 2013. Penentuan narasumber dipilih berdasarkan jumlah kehadiran mereka berdasarkan penilaian yang terbanyak dan paling rutin hadir dari 4 (empat) program JFEC 2013. Hal ini dimaksudkan bahwa mereka tentu paham betul terhadap program JFEC 2013. Narasumber dari rekan media di antaranya adalah 1.
Budi Hartono mewakili media Wanita Indonesia,
2.
Felicitas Harmandini (Dini) mewakili media Kompas.com, dan
3.
Andang mewakili media Kulinologi.
JFEC dirancang sebagai kegiatan berkelanjutan yang melibatkan para pewarta kuliner untuk menyebarkan berita kuliner dan manfaat kesehatannya kepada masyarakat di medianya masing-masing. Kesan yang
91
dirasakan rekan media terhadap konsep dan pelayanan yang diberikan media relations PT Unilever Indonesia Tbk untuk program JFEC 2013 cukup bernada positif. Seperti yang diakui oleh Mas Budi, selaku Senior Editor dari Wanita Indonesia. “ Program ini sudah bagus. Maksudnya pengonsepan acara mulai dari tempat yang berpindah-pindah, aktivitas acaranya, lalu pengemasan acaranya dibuat fun dimana kita tahu para media itukan sudah cukup stres harus mencari berita lalu jadwal dateline yang cukup menyiksa. Dengan pengemasan sumber berita di JFEC ini dengan adanya games lalu arisan (doorprize), dan point reward membuat kita senang ya mengurangi tingkat stres. Dan disana kita bisa bertemu teman media lainnya yang bisa saling sharing dan bertukar informasi mengenai dunia makanan.” (Budi, via telepon, 20/09/2014) Keramahan dan open information ternyata dinilai yang paling berkesan bagi Mas Andang, sehingga rasa kenyamanan dan keakraban di dalam JFEC seperti sebuah keluarga yang sudah tidak ada batasan antara media dan perusahaan. Berikut penjelasan Mas Andang, “Program ini bagus untuk para editor yang membuka wawasan baru. Soal pelayanan sangat ramah tim media relationsnya kepada saya khususnya terlihat kepada rekan media juga ramah. Maksudnya tidak pelit informasi dan secara personal sangat ramah.” (Andang, wawancara di Anomali Coffee Kemang, 15/10/2014) Begitupula dengan Mba Dini, kesan penerimaan kepada media dinilai sangat welcome dan informatif, namun perlu pemikirian ulang untuk pemilihan lokasi JFEC agar memudahkan semua media. “Semuanya baik, tidak ada masalah. Hanya saja, kadang-kadang Unilever memilih lokasi acara di daerah supermacet dan kendaraan seperti taksi sulit didapat (jika tidak menggunakan kendaraan pribadi). Saya pribadi agak kesulitan jika harus berada di area
92
Kuningan atau Jl. Wijaya, Kebayoran Baru.” (Dini, via surel, 23/09/2015) Jawaban ketiga rekan media hampir senada terkait pertanyaan apakah JFEC 2013 menjadi sesuatu hal yang menarik untuk diangkat sebagai berita baru untuk publik. Ternyata kesan yang ditangkap dari para rekan media adalah konsep acara menarik namun perlu perluasan ide untuk pemilihan konten / topik acara sehingga memudahkan media mendapatkan informasi baru. “Pada umumnya, JFEC dapat memilih topik yang menarik untuk disampaikan kepada masyarakat. Namun ada kalanya topik yang dipilih juga terlalu berkaitan dengan salah satu brand milik Unilever, sehingga kurang menarik bagi yang tidak memiliki keterikatan (contoh: program Magnum Delivery), atau topik yang sudah terlalu sering dibahas sehingga sedikit sulit mencari angle yang baru dari topik tersebut (misal: asam lemak yang baik untuk anak). Tapi kejadian seperti ini tidak sering.” (Dini, via surel, 23/09/2015) Mengemas acara memang tidak mudah agar memenuhi selera yang datang. Apalagi media yang dituntut untuk dapat mengemas berita dari berbagai angle (sudut) berita. Seperti Mas Budi yang memberi masukan mengenai konsep acara JFEC berikut ini. “ Boleh dibilang balance, ya kadang menarik kadang kurang menarik. Kurang menarik di sini adalah topik yang diangkat sudah terlalu umum sudah tidak aktual. Sementara kami sebagai media dituntut untuk menyuguhkan berita yang aktual. Kadang mereka menyajikan topik lebih pada promosi tetapi minus edukasi maupun nilai etika. Kadang statementnya juga kurang istimewa, rilis kurang menggali ” (Budi, via telepon,20/09/2014)
93
Mas Andang pun ternyata senada dengan lainnya mengenai topik yang dibawakan dalam JFEC yang mana terlalu terkesan promosi dan komersial meskipun dibarengi nilai edukasinya. “Topik acara sangat menarik untuk dinaikkan sebagai berita publik. Namun kadang terlalu banyak topik yang isinya promosi mengenai brandnya. Harusnya lebih edukatif dan memiliki nilai keilmuan.” (Andang, wawancara di Anomali Coffee Kemang, 15/10/2014) Mengenai keempat program yang dijalankan tahun 2013, komentar dari ketiga rekan media mengenai program yang paling berkesan dan mempunyai nilai berita yang baik ternyata beragam. Penilaian yang mereka berikan berdasarkan pengalaman media apakah sudah pernah meliput/ membahas topik yang dibicarakan. Mas Andang menjelaskan bahwa : “ Yang saya rasakan dan saya lihat program JFEC 2013 yang menarik itu program ketiga. Alasannya narasumbernya juga oke dibantu seorang Nutrisionist dan kita diajak praktek langsung membuat makanan yang seimbang ketika puasa dan lebaran oleh Chef Gugun dari Unilever. Dari sisi berita cukup menarik.” (Andang, wawancara di Anomali Coffee Kemang, 15/10/2014) Peran narasumber ternyata punya pengaruh besar terhadap topik yang dibawakan selain dari teknik pembawaan narasumber itu sendiri maupun keterkaitan topik dengan pengetahuan dan pengalaman narasumber yang sifatnya ilmiah. Dan saat ini topik yang diinginkan media tidak melulu koheren dan terlihat dipaksakan dengan brand perusahaan, meskipun itu menjadi prosedur perusahaan itu sendiri. Namun, media menginginkan konten bahasan (substansi) dapat diaplikasikan di kehidupan masayarakat nasional khususnya. Seperti yang dinilai Mas Budi ini,
94
“Yang pertama menurut saya lebih menarik dari keempat yang ada. Narasumber berpengaruh terhadap ulasan topik, dan pada topik itu narasumbernya cukup expert dan menarik diangkat sebagai berita. Sarapan yang selama ini dianggap sepele di saat kondisi orang perkotaan contohnya yang sangat dikejar waktu tentu tidak sempat sarapan, nanti sekalian saja saat makan siang. Ternyata dari acara dan penjelasan narasumber sangat bermanfaat bahwa sarapan itu biarpun sesuap sangat penting bagi tubuh yang impact-nya ternyata bisa jangka panjang. Lalu program kedua, mengenai berries itu kurang sesuai untuk orang Indonesia. Ga banyak penduduk Indonesia yang makan ragam buah beri. Kenapa engga yang buah tropis seperti rambutan, jambu, manga. Lalu ketiga, asupan makanan ketika puasa, hal ini sudah terlalu umum karena banyak berita tiap tahun mengulasi ini. Harusnya lebih digali lagi topiknya. Yang keempat soal es krim, ini cukup oke hanya kurang lama waktunya padahal sangat menarik topik mengenai kopi dan coklat premium.” (Budi, via telepon,20/09/2014) Anggapan dan asumsi di masyarakat cukup banyak sehingga melahirkan mitos-mitos. Inilah yang dinilai Mba Dini perlu dijadikan bahan bagi perusahaan untuk meluruskan mitos, kesalahdugaan, asumsi, dengan konten (substansi) JFEC ke depannya. “Menurut saya yang paling menarik adalah episode II (khasiat buah berries), karena banyak hal dari topik tersebut yang belum diketahui oleh masyarakat maupun para pewarta sendiri. Misalnya, jenis beri mana yang kandungan vitamin C-nya paling banyak, dan bagaimana jika dibandingkan dengan buah lain yang terkenal akan vitamin Cnya. Hal ini dapat menjawab salah duga atau asumsi yang selama ini terjadi di masyarakat. Dari setiap bahasan mengenai jenis buah beri, masih dapat diangkat lagi menjadi artikel-artikel dengan topik yang baru” (Dini, via surel, 23/09/2015) Lalu komentar mengenai kekurangan dalam pelaksanaan program JFEC 2013, kebanyakan dari mereka menanggapi soal topik yang terkesan dipaksakan, mereka menyayangkan lebih banyak mengandung unsur promo/ komersil, namun kurang nilai edukasi. Namun ada juga dari beberapa media
95
yang mereka akui, menilai positif yang diukur dari nilai hiburannya. Mba Dini menjelaskan bahwa : “Tidak ada, hanya sebaiknya tidak mengangkat topik yang berkaitan dengan brand, supaya tidak terkesan mempromosikan brand tersebut. Karena para pembaca umumnya langsung dapat “membaca” dan berkomentar bahwa artikel semacam itu adalah “pesanan”, atau “iklan” (ini pengalaman saya bekerja di media online, di mana pembaca bebas berkomentar secara langsung). Padahal, Unilever kan tidak sedang beriklan di media-media yang terlibat dalam kegiatan ini.” (Dini, via surel, 23/09/2015) Kondisi yang diharapkan media terhadap JFEC bukan sekadar seremoni yang rutin diadakan tiap tahun 4 (empat) kali. Bukan sekadar menjalin keakraban tetapi memberikan informasi baru bagi media yang memang pekerjaannya mencari berita. Sehingga dari rilis yang diterbitkan, media merasa harus datang, harus lihat, harus menyaksikan bukan malah dianggap spam sehingga terabaikan begitu saja. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Mas Budi, “Kekurangan yang saya perhatikan adalah ketika konsep dan tujuan acara ini bagus apalagi kondisinya Food Community yang berasal dari rekan media belum ada di Indonesia, ternyata implementasinya kurang total,kurang nilai edukasi. Saya melihatnya sekadar event yang sifatnya seremonial dan komersial. Kurang jelas sasarannya dalam program. Yang saya harapkan lebih memahami kondisi rekan media yang dikejar dateline, agar ketika datang tidak kecewa dengan rilis yang kurang informatif lalu narasumber juga kurang expert. Semoga ke depannya tim lebih menyusunnya lebih baik.” (Budi, via telepon,20/09/2014) Ternyata dari 2 (dua) media lainnya, Mas Andang juga sama menilai dari 4 (empat) program ada yang lebih terkesan promotif. Bukan hanya keseruan dan keramaian acara yang media butuhkan tetapi kembali kepada
96
substansi acara yang sangat mereka nantikan. Sehingga dari nada dan raut muka wajahnya terlihat ketidakpuasaan ketika ia mengingat kembali acara tersebut. “Ada episode yang terlalu banyak promo dan topik dipaksakan. Misalnya episode IV mengenai Nikmatnya Sensasi Paduan Eskrim, Coklat Premium dan Kopi. Mungkin karena memang intinya launching produk terbaru salah satu brand eskrim mereka kali ya, jadi terkesan promo banget. Kalau dibilang rame ya rame, seru ya lumayan seru, tapi buat media bukan itu yang dicari.” (Andang, wawancara di Anomali Coffee Kemang, 15/10/2014) Pada dasarnya dalam kegiatan ini PR memberikan sebuah program yang mengandung nilai berita, kemudian diharapkan media dapat mempublikasikannya. Peneliti menanyakan mengenai beban yang dirasakan media akan ungkapan tersebut terlebih saat PR merasa telah melayani media dengan cukup baik. Mas Andang menjelaskan bahwa : “Ada beban, terutama jika topiknya terlalu promo/produk (seperti episode es krim). Seharusnya ini lebih masuk kategori advertorial jika banyak mengulas merek/produk.” (Andang, wawancara di Anomali Coffee Kemang, 15/10/2014) Beban yang dirasakan Mba Dini yaitu untuk mengirimkan tulisan berkaitan JFEC tetapi di blog. Kondisi seperti ini sulit untuk media dikarenakan para editor atau jurnalis terikat dateline dari media yang memperkerjakan mereka. “Maksudnya, apakah media jadi merasa harus selalu memberitakan kegiatan atau topik yang diberikan oleh Unilever? Berdasarkan pengalaman saya sih, tidak ada paksaan dari Unilever untuk itu. Perusahaan hanya mendorong para pewarta yang aktif dalam kegiatan ini untuk rajin mengirimkan tulisan ke blog. Saya pribadi tidak merasakan adanya paksaan, mungkin karena hubungan antara
97
PR dan media yang telah terjalin dengan baik.” (Dini, via surel, 23/09/2015) Ternyata beban publikasi dapat dihindari media dengan cara membaca undangan dan rilis terlebih dahulu, apakah layak naik berita atau tidak. Maka itu, kreatifitas sangat perlu dalam acara ini selain dari konten juga konsep acara JFEC itu sendiri. Sebagaimana yang dijelaskan Mas Budi ini kepada peneliti. “Saya merasa tidak ada beban karena saya menilai dahulu sejak diberi undangan dan rilis via email, apakah layak didatangi (diliput) atau tidak. Saya lebih memberi masukan, acara ini sebainya tidak hanya mengundang wartawan, mengasih makan, lalu dinaikkan berita. Saya berharap perusahaan membuat kebijakan yang tepat tentang event, yang lebih kreatif tetapi edukatif. ” (Budi, via telepon,20/09/2014) Selanjutnya tanggapan rekan media terhadap fungsi yang dijalankan Public Relations PT Unilever Indonesia Tbk. dalam program tersebut salah satunya adalah maintenance (pemeliharaan) acara. Apalagi sudah didukung dengan keakraban media dengan perusahaan dan niat perusahaan yang sifatnya kontinyu dalam mengadakan acara tersebut. “Mereka ramah secara personal. Saya merasa dihargai secara personal dan hubungan kami cukup baik sejauh ini. Hanya fungsi mengenai PR saya berharap manajemen mereka berperan aktif bukan sekadar persoalan untung dan rugi dan lebih total me-maintain kegiatan bagus ini.” (Budi, via telepon,20/09/2014) Sementara Mba Dini menyampaikan bahwa : “Semuanya baik, tidak ada masalah.” (Dini, via surel, 23/09/2015)
98
Jika Mba Dini menanggapi sesingkat dan sepadat komentarnya, Mas Andang memberi tanggapan mengenai fungsi public relations program JFEC seperti berikut. “PR sudah menjalankan tugasnya dengan benar, cuma kadang tidak pas memilih narasumber. Saya berharap acara ini dapat dibuat lebih sering, jangan terlalu promo produk namun harus imbang nilai edukasi/keilmuannya. Lalu jadwalnya yang ontime dan tempat yang mudah terjangkau.” (Andang, wawancara di Anomali Coffee Kemang, 15/10/2014) Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa 3 (tiga) rekan media ini berusaha memposisikan diri medianya untuk independen (bebas) tidak subjektif dalam menerbitkan berita terkait program tersebut.
4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Tahap Strategi Media Relations PT Unilever Indonesia Pada Program Jakarta Food Editor’s Club Periode 2013, perusahaan menggunakan berbagai strategi agar program yang telah berjalan sejak 2010 tetap terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Strategi yang ditempuh PT Unilever pada dasarnya bersifat formal (strategi yang sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan perusahaan) seperti penerbitan rilis, konferensi pers, press gathering, press tour, media visit, dsb. Selain itu dilakukan dengan cara non-formal (menjalin hubungan atau kontak pribadi dengan rekan media) seperti bercengkerama di media sosial, makan bareng, kopi darat, dan sebagainya.
99
Keberadaan JFEC ini memiliki keunikan tersendiri ketimbang dengan kegiatan MR Unilever laiinnya. Pada kegiatan JFEC peran media tidak hanya pencari atau peliput berita tetapi Unilever ingin menekankan konsep bahwa media mempunya fungsi penting sebagai penyalur ide/ informasi hangat yang akan dijadikan bahan pertimbangan sebagai konsep topik pembahasan program berikutnya. Bagi Unilever, JFEC ini merupakan peluang sekaligus ditujukan sebagai strategi dalam menjalin hubungan baik dengan media massa dan memberikan pemahaman bahwa Unilever sebagai trendsetter di bidang makanan. Oleh sebab itu perusahaan memanfaatkan betul momen ini untuk mengelola relasi kepada media, khususnya. Yang selama ini di kegiatan media relations lain hanya pemberi berita/ informasi—belum tentu memiliki nilai berita—kali ini menjalin keakraban dengan pembentukan fungsi peran yang baru bagi media. JFEC pun juga menjadi media perusahaan dalam mengembangkan jaringan terutama untuk coverage area publikasi meskipun program ini baru untuk media yang berpusat di Jakarta. Dengan dibantunya pengelolaan strategi media relations dari agensi/konsultan PR/ eksternal PR yaitu IPM PR, perusahaan dapat memperluas dan memperbanyak rekanan media yang in-line dengan bidang industrinya, salah satunya makanan, sehingga memudahkan ke depannya bagi perusahaan untuk mengadakan lagi kegiatan media relations. Hal ini terkandung dalan teori Yosal Iriantara mengenai Konsep , Pendekatan dan Praktiks.
100
Kegiatan utama Public Relations PT Unilever Indonesia Tbk sebenarnya adalah promotion (promosi). Secara garis besar kegiatan public relations di perusahaan ini ada 3 (tiga) bagian yaitu: 1.
Promotion yang berkaitan dengan Corporate Brand,
2.
Protection yang berkaitan dengan Managemen Reputasi, Isu dan Krisis Perusahaan, dan
3.
Priempt yang berkaitan dengan monitoring apa yang berkembang di media mengenai perusahaan dan kompetitor perusahaan.
Maka dari itu, pembuatan program public relations pada dasarnya adalah bagian dari kegiatan Promosi dan Priempt perusahaan. Berdasarkan kegiatan utama public relations di atas maka media pun tidak dapat memungkiri jika substansi program perusahaan lebih condong bersifat promosi atau komersial ketimbang nilai edukasinya. Hal ini karena perusahaan menjadikan promosi sebagai garis besar kegiatan PR Unilever Indonesia. Sebagai contoh adalah salah satu programnya yang telah dibentuk sejak tahun 2010 yaitu Jakarta Food Editor’s Club. Latar belakang program ini kesadaran perusahaan melihat bahwa di Indonesia ini belum adanya sebuah komunitas makanan yang terdiri dari para editor di berbagai media massa. Seperti yang diketahui bahwa media dirasa menjadi pihak yang tepat dan ketat dalam menyuarakan seputar dunia makanan selain dari pihak akademisi dan praktisi di dunia makanan. Sehingga yang disuarakan media berdasarkan program yang telah
101
dibuat dalam setiap pertemuan JFEC, hasil publikasinya diharapkan memiliki nilai yang dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi publik. Dalam menjalankan fungsi dan kegiatannya, PT Unilever Indonesia Tbk menggandeng pihak ketiga yaitu eksternal PR untuk memaksimalkan peran dan kinerja PR perusahaan. Salah satunya adalah IPM PR, konsultan PR yang telah bekerja sama dengan Unilever sejak 2001 dan dipercaya membantu program Jakarta Food Editor’s Club (JFEC) sejak awal berdirinya di tahun 2010. Dasar perusahaan menggunakan peran IPM PR selaku eksternal public relations adalah 1.
jaringan yang kuat yang dimiliki IPM PR dalam kapasitasnya di dunia public relations termasuk juga pelaksanaan campaign dan event.
2.
kelemahan ini dilihat dari PT Unilever Indonesia yang kekurangan SDM untuk melakukan media relations sehingga perusahaan merekrut IPM PR untuk bersama-sama merancang, mengelola, memonitoring, dan mengevaluasi kegiatan JFEC.
Pada pelaksanaan JFEC tim internal PR perusahaan dan IPM PR bersama– sama membuat strategi dan perencanaan yang matang agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan. Seperti yang tertera pada buku Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi) karya Rosady Ruslan bahwa batasan tentang strategi public relations adalah alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka suatu
102
rencana public relations. Untuk itu, hasil uraian penelitian terkait strategi media relations program JFEC 2013 dibagi dalam 4 (empat) tahap. Tahap yang pertama kali dilakukan tim adalah membuat rencana dan strategi kegiatan JFEC tersebut. Pada tahap ini disusun dan dibentuklah sebuah keputusan mengenai konsep acara, tujuan, publik, dan strategi. Menurut hasil penelitian, konsep yang disusun untuk masing-masing program acara dilakukan oleh tim PR PT Unilever dengan dibantu oleh eksternal PR dalam mengembangkan konsep berdasarkan hasil monitoring sejauh mana yang terjadi di media dan tren makanan di publik saat itu. Konsep acara JFEC ini terkadang juga berasal dari hasil masukan (insight) para member JFEC yang diberikan pada akhir program acara. Meski demikian, konsep acara dibuat tetap berdasarkan keputusan manajemen perusahaan yang memiliki nilai bagi perusahaan, baik mengenai brand awareness maupun nilai berita untuk para rekan media. Pada proses perencanaan tersebut yang dilakukan seperti membuat konsep dan strategi bentuk acara, peserta, bahan rilis, undangan yang kemudian dikirimkan kepada media. Dalam pembuatan rilis, tim media relations membuatnya sebaik mungkin, karena perusahaan sadar bahwa media semakin pintar dan selektif dalam menilai apakah rilis tersebut memiliki nilai berita atau tidak untuk dipublikasikan dalam medianya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yaitu Budi Hartono perwakilan member JFEC dari media Wanita Indonesia.
103
Tujuan dari kegiatan media relations ini adalah untuk saling bertukar informasi mengenai dunia makanan melalui kegiatan JFEC antara perusahaan dengan rekan media, sekaligus sebagai media untuk meningkatkan brand awareness kegiatan JFEC maupun produk perusahaan yang juga disisipkan pada acara tersebut. Namun tidak hanya untuk itu, perusahaan mengadakan kegiatan media relations ini juga dalam rangka menjalin hubungan atau kedekatan yang saling bersinergi dengan rekan media. Tujuan ini sesuai dengan teori dari Rahmadi mengenai tujuan dari perencanaan aktifitas media relations. Setelah perumusan konsep dan tujuan, selanjutnya perumusan publik. Publik utama yang dianggap perusahaan adalah rekan media. Oleh sebab itu, tim media relations membuat strategi agar publik/ member dari JFEC ini rutin hadir setiap programnya dan tertarik dengan konsep berikut topik acara yang dibuat. Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dikatakan bahwa strategi yang direncanakan tim media relations PT Unilver Indonesia Tbk bersama dengan IPM PR sudah sesuai dengan teori yang disebutkan Rosady Ruslan bahwa melalui progam atau pelaksanaan strategi public relations merupakan suatu perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktik operasionalnya. Pada saat proses pelaksanaan, aktivitas media relations yang dijalankan beragam seperti penerbitan rilis, press gathering, press tour, dan special event. Hal ini sesuai dalam teori yang disebutkan Soemirat dan Ardianto dalam bukunya Dasar-Dasar Public Relations mengenai aktivitas yang dilakukan.
104
Sesuai dengan teori, pada pelaksanaan strategi perusahaan bermula dengan mengirimkan rilis melalui surel kepada rekan media digital (online) dan cetak yang sudah didata berdasarkan kategori makanan atau gizi. Berdasarkan list tahun 2013, terlihat jumlah media cetak sebanyak 28 media dan lebih banyak ketimbang jumlah media online yang hanya sekitar 16 media. Dan dari jumlah yang diundangan dengan yang datang, sekitar 50% rekan media yang hadir keempat program JFEC 2013 tersebut. Berikut spesifikasinya ; 1. JFEC I dihadiri 20 media ; 2. JFEC II dihadiri 15 media ; 3. JFEC III dihadiri 25 media; 4. JFEC IV dihadiri 28 media. Selanjutnya pelaksanaan konsep acara dibuat tidak monoton oleh tim, maka itu cara yang dilakukan dengan mengemas acara semenarik mungkin dengan susunan sesi sapa, pembekalan topik dari narasumber, diskusi tanya jawab, istirahat makan, dan acara hiburan (games dan arisan). Alasan tim membuat konsep seperti itu adalah untuk membayar usaha / effort rekan media yang mau menyempatkan hadir di sela aktivitas yang padat, kondisi ibukota yang macet, serta tekanan dateline yang berat. Tidak hanya itu, tim juga membuat konsep reward point bagi member JFEC atau rekan media yang rutin datang selama 4 (empat) program per tahun sebagai buah loyalitas media terhadap JFEC dan sebaliknya buah loyalitas perusahaan dalam menghargai kehadiran rekan media.
105
Konsep gathering inilah yang paling menonjol dalam setiap kegiatan media relations JFEC. Dengan aktivitas tersebut, kegiatan pada masing-masing periode JFEC 2013 memiliki cara dan keseruan yang berbeda satu sama lain. Itulah kenapa kegiatan JFEC dibuat dalam bentuk 4 (empat) kali pertemuan untuk masingmasing program dengan topik yang berbeda. Perusahaan merasa untuk mencapai tujuan media relations dalam mendekatkan diri dengan media perlu dilakukan secara kontinyu. Lalu dalam penerapan pelayanan kepada rekan media, perusahaan berusaha menciptakan suasana yang ramah, nyaman dan bersahabat kepada rekan media maupun narasumber. Oleh karenanya, strategi pengkonsepan acara dibuat semi formal dan selama kegiatan berlangsung tim berkomitmen untuk selalu bersikap kooperatif dan mendampingi selama acara berlangsung. Tim bermaksud ingin membuat rekan media selain dilayani dan dihargai kebutuhan fisiknya dengan konsep acara tersebut, juga kebutuhan psikisnya dengan keramahan pelayanan serta keterbukaan tim. Dengan dilakukannya hal ini, tim memiliki harapan bahwa perusahaan dengan mudah mendapatkan publikasi sehingga pesan informasi tersampaikan kepada publik melalui media. Keunikan media relations JFEC ini adalah budaya yang menjadi isu umum bahwa rekan media pada setiap kegiatan public relations mendapati sejumlah uang atau dapat dikatakan wartawan bodrek sebagai salah satu bentuk langkah/ upaya untuk mendapatkan publikasi. Namun perlakuan langsung dengan pemberian uang
106
di akhir acara kepada rekan media tidak terjadi atau tidak tampak pada JFEC2013. Perusahaan lebih memilih pengalokasian uang ke dalam bentuk Arisan atau Doorprize, yang mana rekan media mengikuti pengundian. Barang siapa yang keluar namanya setelah diundi, maka ia akan mendapatkan hadiah/ doorprize yang nilainya cukup besar seperti seperangkat alat piknik, peralatan masak, voucher belanja senilai jutaan rupiah, gadget, alat elektronik, dan sebagainya. Untuk wujud memang berbeda, namun pengemasannya yang dilakukan perusahaan lebih menarik dan tidak terkesan sebagai “suap” atau “upah” sehingga impact yang dirasakan berkesan dan penuh kegembiraan menanti siapakah yang mendapatkan undian/arisan/doorprize di akhir setiap programnya. Bahkan di penghujung program terakhir, rekan media juga berkesempatan mendapatkan Grand Prize atau hadiah utama bagi mereka yang rutin menghadiri 4 program dengan kembali diundi untuk mendapatkan hadiah. Hal ini tim media relations katakan sebagai wujud apresiasi atau point reward kepada rekan media yang rutin hadir 4 program setiap tahunnya. Namun pada pelaksanaan ditemui kendala berdasarkan pengakuan tim, meskipun kegiatan JFEC sudah disusun dan dirancang strateginya seoptimal mungkin agar sesuai dengan yang diharapkan. Kendala yang menjadi concern mereka adalah ketika terbitnya blog www.jakartaeditorclub.com tidak sesuai harapan bahwa rekan media yang menjadi member JFEC akan rutin mengisi konten blog. Hal ini dikarenakan kekurangan perhitungan yang matang mengenai kesibukan rekan media dan tekanan dateline.
107
Dari seluruh proses pelaksanaan kegiatan, peneliti melihat bahwa tim media relations PT Unilever Indonesia Tbk. telah melaksanaan pekerjaan dengan baik dan kooperatif. Seperti yang diungkapkan informan dari perwakilan media, Mas Budi, Mba Dini, dan Mas Andang setuju bahwa pelayanannya ramah dan konsep acara cukup menarik meski kadang topik terlalu banyak promosi. Sejauh ini, kegiatan JFEC terlihat sesuai dengan teori Nurudin dalam bukunya yang berjudul Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi yang menyarankan strategi agar media tertarik dengan kegiatan media relations. Selanjutnya setiap akhir acara tim selalu mengadakan sesi evaluasi dengan meminta bantuan kepada media atau kepada internal tim itu sendiri. Evaluasi inilah yang menjadi satu cara untuk mengukur keberhasilan strategi dari keseluruhan acara yang telah dilaksanakan. Selain itu juga untuk menilai dan mengukur sejauh mana kesuksesan dari strategi yang telah dilaksanakan, apakah sudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan apakah pesan yang ingin disampaikan perusahaan melalui media sudah sampai kepada khalayak sasarannya. Pada pelaksanaan evaluasi, tim media relations membentuk strategi dengan membagikan form feedback yang diberikan pada akhir acara. Isinya berkaitan dengan penilaian terhadap acara yang baru saja diadakan dan masukan untuk acara ke depannya. Tim bermaksud agar setiap kegiatan memenuhi kebutuhan informasi para rekan media dan sebagai bahan introspeksi tim terkait kinerja dan pelayanan.
108
Pengukuran kesuksesan program yang telah dilakukan media relations dalam program JFEC 2013 yang dilihat adalah sisi kehadiran (attendance) dan publikasi. Pengukuran dilakukan dengan melihat jumlah undangan yang disebar kepada media dan jumlah yang hadir lalu seberapa sering kehadirannya pada 4 (empat) program. Sementara, jangka waktu proses evaluasi yang dilakukan oleh IPM PR selama kurang lebih 1 (satu) – 2 (dua) bulan sekaligus pembuatan laporan mengenai pencapaian di sisi kehadiran maupun publikasi. Secara keseluruhan, peneliti menilai bahwa proses evaluasi sudah cukup efektif dengan pembagian form dan melihat minat dari jumlah kehadiran sebagai bentuk dokumentasi. Para member JFEC dapat dengan langsung mengulas tentang acara dan tim media relations juga langsung mendapatkan hasil ulasan maupun masukan. Hal di atas sudah sesuai dengan teori Rosady Ruslan dalam bukunya yang berjudul Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations mengenai kegiatan dokumentasi yang bermanfaat bagi bidang kehumasan (PR Activities). Selanjutnya adalah tim menarik kesimpulan atau menelaah hasil dari segala tahapan strategi yang telah dilakukan apakah sesuai dengan ekspektasi tim atau tidak. Pada tahap ini hasil yang dimaksud tim media relations selain berupa publikasi, kehadiran, juga hasil review acara melalui form kesan dan saran yang telah diberikan di akhir masing-masing program. Rekan media termasuk kooperatif dan objektif dalam memberikan review terhadap program yang dijalankan. Seperti yang dikatakan salah satu informan dari
109
media Wanita Indonesia, Mas Budi bahwa pahit manisnya review yang diberikan kepada tim media relations untuk program yang lebih baik lagi sehingga tujuan yang dicapai hasilnya pun lebih optimal. Rekan media mengharapkan acara yang sifatnya lebih banyak meng-highlight produk perusahaan sebaiknya rilis diterbitkan dalam bentuk advertorial. Menurut hasil penelitian yang didasarkan pada hasil wawancara pihak Unilever, Ibu Adisty bahwa target penyampaian undangan, kehadiran member dan publikasi sudah sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa dari hasil evaluasi bahwa program terbilang sukses mencapai publikasi dan kehadiran yang diinginkan. Hal di atas sudah sesuai dengan teori Cutlip, Center and Broom dalam bukunya Effective Public Relations mengenai beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan media atau menjalankan kegiatan media relations untuk meraih publikasi yang mana salah satunya memperhatikan kebutuhan media agar mereka tertarik untuk datang yang dimulai dari rilis atau undangan. Kendatipun kehadiran rekan media sekitar 50%, namun kualitas acara tetap menentukan publikasi. Seperti yang rekan media harapkan bahwa ke depannya event tahunan dapat dikelola dengan baik, kreatif, dan bernilai jual berita yang positif sehingga pengaruh dari kegiatan ini lebih banyak tersalurkan kepada khalayak ramai.