Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 4 SD Negeri Randusari pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 pada mata pelajaran matematika pelaksanaan penelitian memperoleh nilai hasil belajar siswa dan penilaian aktivitas belajar siswa saat pembelajaran matematika. Hasil belajar siswa pada saat observasi (kondisi awal) dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Persentase (%) 1 Tuntas
12
41.38
2 Tidak Tuntas
17
58.62
Berdasarkan tabel 4.1 Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal/sebelum tindakan dapat diketahui bahwa dari 29 siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=61) sejumlah 17 siswa atau 58,62%, sedangkan yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal sejumlah 12 siswa dengan persentase 41,38%. Dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30 sehingga rata-rata kelas menjadi 55. Ketuntasan hasil belajar siswa pada tabel 4.1 dapat dilihat pada gambar 4.1 20 10
Series1
0 Tuntas
Tidak Tuntas
Gambar 4.1 Diagram Batang Ketuntasan Belajar Pada Kondisi Awal
43
44
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran matematika, didapatkan data Aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Distribusi Aktivitas Belajar Siswa pada kondisi awal No.
Kriteria Aktivitas Belajar Siswa
Banyak Siswa
Persentase
1
sangat aktif
2
6.90
2
Aktif
11
37.93
3
cukup aktif
13
44.83
4
kurang aktif
3
10.34
Jumlah siswa
29
100.00
Dari tabel 4.2 dapat dilihat aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika bahwa siswa yang memiliki kriteria nilai aktivitas belajar siswa sangat aktif sebanyak 2 siswa atau 6,90%. Siswa yang memiliki kriteria nilai aktivitas belajar aktif sebanyak 11 siswa atau 37,93%. Siswa yang memiliki kriteria nilai aktivitas belajar cukup aktif sebanyak 13 siswa atau 44,83%. Dan, siswa yang memiliki kriteria nilai aktivitas belajar kurang aktif sebanyak 3 siswa atau 10,34%. Sehingga aktivitas belajar siswa pada kondisi awal adalah cukup aktif.
banyak siswa
distribusi aktivitas belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.2
15 10 Series1
5 0 sangat aktif
aktif
cukup aktif
kurang aktif
Gambar 4.2 Diagram Batang Aktivitas Belajar Siswa Pada Kondisi Awal
Data
45
Berdasarkan analisis data nilai hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa pada kondisi awal dapat diketahui hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri Randusari masih rendah yang ditunjukkan dengan dari 29 siswa hanya 12 siswa yang tuntas dan 17 siswa tidak tuntas. Dengan nilai tertinggi siswa 80 dan nilai terendah siswa 30 perberdaannya cukup besar yaitu 50, sehingga rata-rata kelasnya menjadi 55. Sedangkan, aktivitas belajar menunjukkan siswa cukup aktif dalam pembelajaran yang dibuktikan dengan dari 29 siswa terdapat 7 siswa yang aktivitas belajarnya sangat aktif, 18 siswa yang aktivitas belajarnya aktif, dan 6 siswa aktivitas belajarnya cukup aktif. Rendahnya hasil belajar siswa dan aktivitas belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu ceramah secara klasikal sehingga kurang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran akibatnya hanya beberapa siswa yang memperhatikan guru yang lainya kadang memperhatikan dan kadang tidak memperhatikan siswa malah ngantuk, berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Akibatnya nilai rata-rata kelas hasil belajar pada mata pelajaran matematika masih dibawah KKM ≥ 61 yaitu 55.
4.1.2
Siklus I
Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada kondisi awal merupakan acuan untuk melakukan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar pada mata pelajaran Matematika. Setelah melakukan observasi peneliti melakukan diskusi dengan guru mengenai materi pembelajaran, Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana. Dalam perencanaan siklus 1 peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match siklus 1, lembar observasi aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran, lembar observasi aktivitas guru dalam mengajar dengan menerapkan model pembelajaran
46
Make A Match, lembar evaluasi, dan mempersiapkan media pembelajaran yang digunakan yaitu rubik, bangun ruang (kubus, balok, kerucut, bola, dan tabung), lem. Inti dari model pembelajaran Make A Match kartu soal dan kartu jawaban yang berisi contoh-contoh benda yang sesuai dengan bangun ruang (kubus, balok, kerucut, tabung dan bola) dan kartu soal dan kartu jawaban yang berisi sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun ruang.
Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 1 Pelaksanaan pertemuan 1 dilaksanakan pada 5 April 2013. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan 1 antara lain: Kegiatan Awal Pada kegiatan awal yang dilakukan guru adalah mengucapkan salam, berdoa, dan absensi kehadiran siswa, apersepsi dengan guru bermain rubi yang tujuannya untuk menarik perhatian siswa, guru bertanya jawab dengan kepada siswa, tentang sifat-sifat yang dimiliki rubik Kegiatan Inti Pada Eksplorasi Guru bertanya jawab dengan siswa, guru menunjukkan bangun ruang dan bertanya kepada siswa apa nama bangun ruang yang guru tunjukkan. Pada Elaborasi Guru menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban yang akan dibagikan kepada siswa. Guru membagikan kartu jawaban dan katu soal yang berisi gambar benda-benda yang berbentuk bangun ruang (kubus, balok, tabung, kerucut, dan bola) kepada siswa. Setiap anak mendapatkan kartu soal atau kartu jawaban yang diberikan secara terbalik. Siswa mencari pasangan dari kartu yang dipegang, guru memberi waktu kepada siswa 30 detik untuk mecari pasangan kartu yang dipegang, setelah menemukan pasangan dari kartunya siswa duduk secara berkelompok dengan siswa yang memegang kartu setelah di periksa guru kartu dikumpulkan kembali dan siswa kembali ketempat duduknya, kartu dikocok kembali oleh guru dan kemudian di
47
bagikan lagi kepada siswa dan siswa kembali mencari pasangan dari kartu yang dipegang setelah duduk berkelompok siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) dengan menempelkan kartu soal dan kartu jawaban yang berupa contoh benda dari bangun ruang dan kemudian memberikan alasannya mengapa benda tersebut termasuk bangun ruang (kubus, balok, tabung, kerucut, atau bola), kemudian siswa mempresentasikannya di depan kelas. Kegiatan
Konfirmasi
guru mengulas hasil
pekerjaan siswa,
guru
memberikan penghargaan dan penguatan Kegiatan Akhir Siswa bersama-sama guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa bersama-sama guru menyanyikan lagu “bangun kubus” dengan Lirik “Pada Hari Minggu”, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan 2 Pertemuan 2 dilaksanakan pada 6 April 2013 Kegiatan Awal Guru mengucapkan salam untuk membuka pelajaran. Absensi kehadiran siswa. Apersepsi dengan Tanya jawab mengulang materi yang telah dipelajari pada pertemuan lalu: Sebutkan contoh bangun kubus, balok, kerucut, tabung, dan bola! Apa unsure-unsur yang dimiliki bangun ruang? Apa yang dimaksud dengan titik sudut? Apa yang dimaksud dengan rusuk? Apa yang dimaksud dengan sisi? Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Kegatan Inti Kegiatan Eksplorasi Siswa menyebutkan nama bangun ruang yang ditunjukkan oleh guru. Siswa dan guru bertanya jawab tentang sifat-sifat yang dimiliki bangun ruang Kegiatan Elaborasi Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi sifat-sifat bangun ruang, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; Setiap siswa
48
mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/ jawaban; Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya; Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin; jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapat hukuman, yang telah disepakati bersama; Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, kemudian siswa mengisi lembar kerja siswa dengan menempelkan kartu soal dan kartu jawaban. Setelah selesai siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas Kegiatan Konfirmasi Siswa bersama Guru mengulas hasil dari kegiatan mencari pasanganyang dilakukan siswa, Guru memberikan penghargaan dan penguatan Kegiatan Penutup Siswa bersama-sama guru menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan, Siswa mengerjakan soal evaluasi
4.1.3 Hasil Tindakan Hasil Belajar Siswa Setelah melakukan pembelajaran siklus I, nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Pada Siklus I Kriteria Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Jumlah
Banyak Siswa
Persentase
23
79.31%
6
20.69%
29
100%
49
Dari tabel 4.5 dapat diketahui masih terdapat 20,69% atau 6 siswa yang belum tuntas atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=61), dan yang sudah mencapai KKM atau tuntas sejumlah 23 siswa dengan persentase 79,31%. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 85 dan nilai nilai terendah 52 sehingga rata-rata kelas 70. Ketuntasan hasil belajar siswa pada tabel 4.3 dapat dilihat pada gambar 4.3
23
6
Tuntas
Tidak Tuntas
Diagram 4.3 Diagram Batang Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I Berdasarkan diagram 4.3 ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I menujukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan kondisi awal. Meskipun, ketuntasan hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan tetapi pada siklus I belum mencapai stndar indicator keberhasilan yang telah ditentukan. Indicator keberhasilan penelitian dianggap berhasil apabila KKM dicapai oleh minimal 100% siswa dari 29 siswa dengan skor rata-rata kelas 70, oleh karena itu penelitian dilanjutkan dengan mempersiapkan siklus II
Hasil Observasi Observasi yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran matematika. Hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.4
50
Tabel 4.4 Aktivitas Belajar Siswa pada siklus 1 Kriteria Aktivitas Belajar
Pertemuan 1
2
5
10
Aktif
24
19
Jumlah
29
29
Sangat Aktif
Dari tabel 4.4 dapat dilihat aktivitas belajar siswa pada siklus 1. Terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari pertemuan 1 ke pertemuan 2. Pada pertemuan 1 dapat dilihat siswa yang memiliki nilai aktivitas belajar sangat aktif sebanyak 5 siswa. siswa yang memiliki nilai aktivitas belajar aktif sebanyak 24 siswa. siswa yang memiliki nilai aktivitas belajar cukup aktif dan kurang aktif sebanyak 0 siswa. Pada pertemuan 2 dapat dilihat siswa yang memiliki nilai aktivitas belajar siswa sangat aktif sebanyak 10 siswa, siswa yang memiliki nilai aktivitas belajar siswa aktif sebanyak 19 siswa. siswa yang memiliki nilai aktivitas belajar cukup aktif dan kurang aktif sebanyak 0 siswa. Sehingga rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 1 adalah aktif. Berdasarkan tabel 4.4 Aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.4
Banyak Siswa
30 25 20 15 10 5 0
1
2
Sangat Aktif
5
10
Aktif
24
19
Diagram 4.4 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus 1
51
Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran Matematika. Berikut tersaji pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran Make A Match Siklus 1 Pertemuan Materi Total Skor Nilai Persentase Pertemuan 1
Sifat-sifat
67
79,77%
Pertemuan 2
bangun ruang
68
80.96%
sederhana
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat pada pertemuan 1 skor yang diperoleh 67 atau 79,77%. Pada pertemuan 2 mengalami kenaikan menjadi 68 atau 80,96%. Pada siklus 1 dapat disimpulkan aktivitas guru adalah tinggi. Pada pertemuan 1 guru masih mengalami kebingungan dalam menerapkan Make A Match, guru kurang menjelaskan kepada siswa bagaimana model pembelajaran Make A Match sehingga pada saat siswa mencari pasangan siswa mengalami kebingungan. Guru belum mengaitkan materi dengan ilmu yang lain. Pada pertemuan 2 guru sudah memahami model pembelajaran Make A Match, dan sudah bisa mengarahkan siswa untuk mencari pasangan kartu yang dipegang dan siswa juga sudah mengerti apa yang harus dilakukan. Guru masih belum mengaitkan materi dengan ilmu yang lain dan kurang menanggapi jawaban-jawaban siswa dalam menjawab pertanyaan yang guru berikan.
4.1.4 Hasil Refleksi Sebelum melakukan tindakan siklus 2 diadakan refleksi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus 1. Refleksi ini bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran dari observer dalam pembelajaran yang telah dilakukan oleh peneliti. Selain itu, refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pada siklus 1
52
agar siklus 2 hasil belajar siswa mencapai indicator keberhasilan yang sudah ditentukan dan aktivitas belajar siswa juga dapat meningkat. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut. Pada pembelajaran siklus 1,hal-hal yang perlu diperbaiki untuk siklus berikutnya adalah a. Memotivasi siswa untuk berani bertanya tentang hal-hal yang belum dipahaminya b. Mengatur jalannya siswa untuk menemukan pasangan kartu yang dipengang, dengan bagi siswa yang memegang kartu soal duduk dan siswa yang memegang kartu jawaban berjalan mencari pasangannya di teman yang duduk c. Jumlah anggota kelompok yang terlalu banyak dapat mempengaruhi aktivitas siswa didalam kelompok, d. Memberikan dorongan dan masalah kepada siswa agar mau berfikir dan mengeluarkan pendapat sehingga diskusi kelas dapat berjalan e. Memberikan dorongan kepada siswa untuk ikut serta dalam menyinpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan memberikan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan materi dan menyimpulkan kegiatan yang telah dilakukan.
4.1.5 Siklus II Perencanaan Hasil refleksi siklus 1 merupakan bahan pertimbangan untuk diperbaiki kekurangan yang ada di siklus 1 dan akan dilaksanakan pada siklus 2. Materi yang dipilih dalam siklus 2 ini adalah jaring-jaring kubus dan balok. Sebelum siklus 2 dilaksanakan peneliti
menyiapkan segala sesuatu
yang menunjang proses
pembelajaran diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus 2, lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi aktivitas guru saat mengajar dalam menerapkan model pembelajaran Make A Match serta mempersiapkan alat peraga yang dipergunakan dalam pembelajaran seperti bangun balok ukuran sedang, bangun kubus ukuran sedang, kartu soal berupa bangun balok kecil-kecil berjumlah 14, dan
53
bangun kubus kecil-kecil berjumlah 14, kartu jawaban berupa jaring-jaring kubus berjumlah 15, dan jaring-jaring balok berjumlah 15 untuk menerapkan model pembelajaran Make A Match, dan dadu. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 1 Pembelajaran pada pertemuan 1 dilakukan pada tanggal 14 April 2013. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan 1 melliputi: Kegiatan Awal Guru memeriksa kesiapan siswa untuk belajar, Berdoa, Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, Presensi kehadiran siswa, Guru melakukan apersepsi dengan: demonstrasi membongkar bangun kubus sehingga membentuk jarring-jaring kubus, guru menempelkan jarring-jaring bangun kubus di depan kelas, mengajak siswa bermain seperti ular tangga dengan alas petakan jarring-jaring kubus, permainan dimulai dengan siswa melemparkan sebuah dadu siswa memberikan tanda dengan menempelkan tanda bintang pada bidang jarring-jaring yang nomornya sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul pada hasil pelemparan kemudian siswa menyebutkan nama bidang datar yang sesuai dengan nomor petakan jarring-jaring yang telah ditempeli tanda bintang oleh siswa tersebut, Kemudian bergantian dengan siswa yang lain, siswa yang lain melakukan kegiatan yang sama seperti siswa sebelumnya. Setelah semua siswa selesai melakukan kegiatan tersebut permainan selesai, Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan Inti Eksplorasi, Siswa bertanya jawab dengan guru tentang jarring-jaring kubus antara lain, Ada berapa petakan bangun datar yang ada pada jarring-jaring kubus? Berbentuk bangun datar apakah petakan-petakan tersebut? Bangun-bangun datar tersebut jika di gabungkan akan membentuk bangun apa? Jadi apakah yang dimaksud dengan jarring-jaring kubus? Elaborasi, Siswa mencari jarring-jaring kubus yang sesuai dengan bangun kubus yang diberikan, dengan Sebagian Siswa dibagikan beberapa bangun kubus dan
54
sebagian siswa dibagikan jarring-jaring kubus, Setiap siswa mendapatkan sebuah bangun kubus yang merupakan kartu soal/ jarring-jaring kubus yang merupakan kartu jawaban; Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya; Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin; Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya akan mendapat hukuman, yang telah disepakati bersama; Setelah menemukan pasangan dari kartu yang dipegang siswa duduk sesuai dengan pasangannya, kemudian siswa mencatat di LKS Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya; setelah menemukan pasangan bangun kubus dengan pasangannya siswa mendiskusikan bagian alas dan tutup dari bangun kubus tersebut, Setelah selesai siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Konfirmasi, Siswa bersama Guru mengulas hasil dari kegiatan mencari pasangan yang dilakukan siswa, Guru memberikan penghargaan dan penguatan. Kegiatan Akhir Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, Siswa melakukan evaluasi dengan mengelompokkan jarring-jaring yang dapat membentuk bangun kubus dan yang tidak dapat membentuk bangun kubus, Siswa dan guru bersama-sama menutup pelajaran
Pertemuan 2 Pertemuan ke-2 dilaksanakan pada 19 April 2013 Kegiatan Awal Guru memeriksa kesiapan siswa untuk belajar, Berdoa, Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam, Presensi kehadiran siswa, Guru melakukan apersepsi dengan: demonstrasi membongkar bangun balok sehingga membentuk jarring-jaring balok, guru menempelkan jarring-jaring bangun balok di depan kelas, mengajak siswa bermain seperti ular tangga dengan alas petakan jarring-jaring balok, permainan dimulai dengan siswa melemparkan sebuah dadu, siswa memberikan tanda
55
dengan menempelkan tanda bintang pada bidang jarring-jaring yang nomornya sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul pada hasil pelemparan kemudian siswa menyebutkan nama bidang datar yang sesuai dengan nomor petakan jarring-jaring yang telah ditempeli tanda bintang oleh siswa tersebut, Kemudian bergantian dengan siswa yang lain, siswa yang lain melakukan kegiatan yang sama seperti siswa sebelumnya. Setelah semua siswa selesai melakukan kegiatan tersebut permainan selesai. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Eksplorasi Siswa bertanya jawab dengan guru tentang jarring-jaring balok yang antara lain: Ada berapa petakan bangun datar yang ada pada jarring-jaring kubus? Berbentuk bangun datar apakah petakan-petakan tersebut? Bangun-bangun datar tersebut jika di gabungkan akan membentuk bangun apa? Jadi apakah yang dimaksud dengan jarring-jaring balok? Elaborasi, Siswa mencari jarring-jaring balok yang sesuai dengan bangun balok yang diberikan, dengan: Sebagian Siswa dibagikan beberapa bangun balok dan sebagian siswa dibagikan jarring-jaring balok, Setiap siswa mendapatkan sebuah bangun balok yang merupakan kartu soal/ jarring-jaring balok yang merupakan kartu jawaban; Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya; Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin; Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya / tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban akan mendapat hukuman, yang telah di-sepakati bersama; Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya; Setelah menemukan pasangan bangun balok dengan jarring-jaringnya siswa membentuk kelompok bersama teman yang membawa pasangan kartu yang dipegangnya dan mendiskusikan bagian alas dan tutup dari bangun balok tersebut, Setelah selesai siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas Konfirmasi, Siswa bersama Guru mengulas hasil dari kegiatan mencari pasangan yang dilakukan siswa, Guru memberikan penghargaan dan penguatan
56
Kegiatan Akhir Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, Siswa mengerjakan soal evaluasi. Siswa dan guru bersama-sama menutup pelajaran
4.1.6 Hasil Tindakan Hasil Belajar Matematika Pada siklus 2 nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=61) dapat diketahui siswa yang tidak tuntas sebanyak 0 siswa (0%), dan siswa yang telah mencapai KKM atau tuntas sebanyak 29 siswa (100%) dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 64,8 sehingga rata-rata kelasnya 80,88. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dan sesuai dengan hipotesis penelitian yang telah ditetapkan.
4.1.7
Hasil Observasi Observasi yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas
belajar siswa dan aktivitas guru dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran matematika. Hasil observasi aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 2 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa
Pertemuan 1
2
sangat aktif
13
16
Aktif
16
13
57
Dari tabel 4.6 dapat dilihat aktivitas belajar siswa pada siklus 2 pertemuan 1 dapat dilihat siswa yang memiliki aktivitas belajar sangat aktif sebanyak 13 siswa, siswa yang memiliki aktivitas belajar aktif sebanyak 16 siswa, siswa yang memiliki aktivitas belajar cukup aktif dan kurang aktif tidak ada. Pada siklus 2 pertemuan 2 dapat dilihat siswa yang memiliki aktivitas belajar sangat aktif sebanyak 16 siswa, siswa yang memiliki aktivitas belajar aktif sebanyak 13 siswa, siswa yang memiliki aktivitas belajar cukup aktif dan kurang aktif tidak ada. Berdasarkan tabel 4.6 tentang aktivitas belajar siswa pada siklus 2 dapat dituangkan dalam bentuk gambar 4.5
Banyak Siswa
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
1
2
sangat aktif
13
16
aktif
16
13
Gambar 4.5 Diagram Batang Kriteria Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 2 Gambar 4.5 tentang
Kriteria Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 2 dapat
dilihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Pada pertemuan 1 terdapat 13 siswa yang memiliki kriteria aktivitas sangat aktif, sedangkan pada pertemuan 2
terjadi peningkatan yaitu menjadi 16 siswa yang
memiliki kriteria aktivitas aktif. Pada pertemuan 1 terdapat 16 siswa yang memiliki kriteria aktivitas aktif, sedangkan pada pertemuan 2 sebanyak 13 siswa. Pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2 siswa yang memiliki kriteria aktivitas cukup aktif dan kurang aktif tidak ada sehingga rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 2
58
adalah sangat aktif. Hasil observasi aktivitas mengajar guru pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Menerapkan Model Pembelajaran Make A Match Pertemuan Materi Total Skor Nilai Persentase Siklus 2 Pertemuan 1
Jarring-jaring
69
82,14%
Siklus 2 Pertemuan 2
kubus dan
73
86,90%
balok
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat adanya kenaikan aktivitas guru pada pertemuan 1 skor 69 atau 82,14%, pertemuan 2 skor 73 atau 86,90%. Sehingga aktivitas guru adalah Tinggi. Pada siklus 2 ini guru sudah benar-benar memahami model pembelajaran Make A Match, lebih bisa menguasai kelas, dan membimbing siswa untuk menemukan pasangan kartu yang dipegang. Namun guru masih belum mengaitkan materi dengan ilmu pengetahuan yang lain.
4.1.8 Refleksi Dari hasil pelaksanaan pembelajaran siklus 2 telah terjadi peningkatan yang baik. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar siswa pada siklus 2 siswa yang telah mencapai KKM=61 sebanyak 29 siswa dari 29 siswa sehingga semua siswa telah mencapai KKM atau 100% Tuntas. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan observasi aktivitas guru pada siklus 2 telah mengalami banyak peningkatan dibandingkan dengan siklus 1, terlihat pada siklus 1 keinginan siswa bertanya kepada guru masih rendah karena rasa takut dan malu pada siklus 2 siswa sudah berani untuk bertanya kepada guru. pada siklus 1 siswa mengalami kesulitan untuk menemukan pasangan dari kartu yang dipegangnya pada siklus 2 siswa cepat menemukan pasangan dari kartu yang dipegangnya dan
59
hasilnya benar. Pada siklus 1 siswa tidak mau ikut serta dalam diskusi kelompok yang dapat disebabkan karena jumlah kelompoknya terlalu banyak yaitu 5-6 siswa, pada siklus 2 siswa aktif dalam berdiskusi yang dapat disebabkan karena jumlah anggota kelompok hanya 2-3 siswa. Pada siklus 1 aktivitas siswa dalam menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran masih rendah, pada siklus 2 siswa dapat ikut serta dalam menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran. Pada siklus 1 aktivitas siswa dalam persentasi masih rendah dengan siswa ramai saat temannya sedang mempersentasikan hasil pekerjaannya sehingga siswa tidak menanggapi hasil pekerjaan temannya, pada siklus 2 masih terjadi hal yang sama tetapi siswa sudah mau memperhatikan temannya persentasi hanya saja keberanian siswa untuk menanggapi hasil pekerjaan temannya belum ada sehingga hal ini masih membutuhkan perhatian dari guru.
4.2
Hasil Analisis Data Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2 Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui hasil belajar dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran Matematika siswa kelas 4 saat kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 mengalami peningkatan. Untuk mengetahui perbandingan ketuntasan hasil belajar Matematika pada kondisi awal, siklus 1, siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Perbandingan Ketuntasan Belajar Antara Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2 Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Kriteria No. Banyak Banyak Banyak Ketuntasan Persentase Persentase Persentase Siswa Siswa Siswa 1
Tuntas
12
41.38%
23
79.31%
29
100%
17
58.62%
6
20.69%
0
0%
29
100%
29
100%
29
100%
Belum 2
Tuntas Jumlah
60
Berdasarkan tabel 4.8 pada kondisi awal siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=61) sejumlah 12 siswa atau 41,38%, dan yang belum mencapai KKM sejumlah 17 siswa atau 58,62% dengan nilai tertinggi 80, nilai terendah 30, dan rata-rata 55. Ketuntasan belajar pada siklus 1 siswa yang mencapai KKM sejumlah 23 siswa atau 79,31%, dan yang belum mencapai KKM sejumlah 6 siswa atau 20,69% dengan nilai tertinggi 85, nilai terendah 52, dan rata-rata 70,17. Ketuntasan belajar pada siklus 2 siswa yang mencapai KKM sejumlah 29 siswa atau 100%, dan siswa yang belum mencapai KKM sejumlah 0 siswa atau 0% dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 64,8, dan rata-rata 80,88. Perbandingan ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.8 dapat dilihat pada gambar 4.6
Banyak Siswa
40 30 20
Tuntas
10
Belum Tuntas
0 kondisi awal
siklus 1
siklus 2
Gambar 4.6 Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Siswa pada Kondisi Awal, Siklus 1, dan Siklus 2 Dengan melihat diagram 4.7 diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus 1, sampai siklus 2. Pada kondisi awal siswa tuntas sebanyak 12 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 17 siswa. Pada siklus 1 mengalami perubahan siswa tuntas sebanyak 23 siswa dibandingkan dengan kondisi awal mengalami kenaikan sebanyak 11 siswa, dan siswa yang tidak tuntas menjadi 6 siswa. Pada siklus 2 mengalami perubahan kembali siswa tuntas sebanyak 29 siswa dibandingkan dengan siklus 1 terjadi kenaikan sebanyak 6 siswa, dan siswa yang tidak tuntas menjadi tidak ada.
61
Data perbandingan aktivitas belajar siswa pada kondisi awal, siklus 1 dan, siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Perbandingan kriteria aktivitas belajar siswa pada kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Kriteria No.
Aktivitas
Banyak
Persen-
Banyak
Persen-
Banyak
Persen-
Belajar Siswa
Siswa
tase
Siswa
tase
Siswa
tase
1 sangat aktif 2
aktif
3 cukup aktif 4
kurang aktif Jumlah
29
2
6.90
11
37.93
13
44.83
3
10.34 100
29
4
13.79
15
51.72
25
86.21
14
48.28
0
0
0
0
0
0
0
0
100
29
100
Dari tabel 4.9 dapat dilihat siswa dengan Kriteria Aktivitas Belajar sangat aktif pada kondisi awal sebanyak 2 siswa dengan persentase 6.90%, pada siklus 1 terjadi kenaikan menjadi 4 siswa dengan persentase 13.79%, pada siklus 2 kembali terjadi kenaikan menjadi 15 siswa dengan persentase 51.72%. Kriteria Aktivitas Belajar aktif pada kondisi awal sebanyak 11 siswa dengan persentase 37.93%, pada siklus 1 menjadi 25 siswa dengan persentase 86.21%, pada siklus 2 menjadi 14 siswa dengan persentase 48.28%. Kriteria Aktivitas Belajar cukup aktif pada kondisi awal terdapat 13 siswa dengan persentase 44.83%, pada siklus 1 dan 2 tidak ada. Kriteria Aktivitas Belajar kurang aktif pada kondisi awal terdapat 3 siswa dengan persentase 10.34%, siklus 1 maupun siklus 2 tidak ada. Perbandingan kriteria aktivitas belajar siswa pada kondisi awal, siklus1, dan siklus 2 dapat dilihat pada gambar 4.7
62
30 25 20
Series1
15
Series2
10
Series3
5 0 sangat aktif
aktif
cukup aktif kurang aktif
Gambar 4.8 Diagram Batang Perbandingan kriteria aktivitas belajar siswa pada kondisi awal, siklus1, dan siklus 2 Dari gambar 4.8 dapat dilihat Perbandingan kriteria aktivitas belajar siswa pada kondisi awal, siklus1, dan siklus 2. Pada kondisi awal siswa dengan kriteria sangat aktif sebanyak 2 siswa, pada siklus 1 mengalami kenaikan menjadi 4 siswa atau naik 2, pada siklus 2 kembali terjadi kenaikan menjadi 15 atau naik 11. Pada kondisi awal siswa dengan kriteria aktif sebanyak 11 siswa, pada siklus 1 mengalami perubahan menjadi 25, pada siklus 2 mengalami perubahan menjadi 14. Pada kondisi awal siswa dengan kriteria cukup aktif sebanyak 13 siswa, pada siklus 1 dan 2 mengalami perubahan menjadi tidak ada. Pada kondisi awal, dengan kriteria kurang aktif sebanyak 3 siswa pada siklus 1, dan siklus 2 siswa dengan kriteria kurang aktif tidak ada.
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian Hasil observasi yang dilakukan di kelas 4 SD Negeri Randusari Kecamatan
Teras Kabupaten Boyolali Mata pelajaran Matematika menunjukkan hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Guru dalam menyampaikan pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Dimana guru berceramah di depan kelas dan siswa mendengarkan, sehingga siswa pasif saat pembelajaran dan pembelajaran terkesan membosankan.
63
Setalah dilakukan tindakan hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada kondisi awal 12 siswa atau 41,38% tuntas, pada siklus 1 menjadi 23 siswa atau 79,31%, pada siklus 2 kembali mengalami kenaikan menjadi 29 siswa atau 100%. Aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan pada kondisi awal 2 siswa atau 6.90% sangat aktif, sebanyak 11 siswa atau 37.93% aktif pada siklus 1 mengalami peningkatan menjadi sangat aktif sejumlah 4 siswa atau 13.79%, aktif 25 siswa atau 86.21%, pada siklus 2 kembali mengalami kenaikan sangat aktif 15 siswa atau 51.72%. aktif sejumlah 14 siswa atau 48.28%.Rata-ratanya sangat aktif. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkann model pembelajaran Make A Match terbukti dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika dan sesuai dengan indicator keberhasilan yang telah ditetapkan . Dengan model pembelajaran Make A Match siswa belajar sambil bermain mencari
pasangan
kartu
yang
dipegang
sehingga
tercipta
suasana
yang
menyenangkan (Amin. 2011). Maka dapat meningkatkankan motivasi siswa untuk belajar dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Suasana pembelajaran yang menyenangkan mendorong siswa untuk belajar yang ditunjukkan dengan aktivitas belajarnya. Semakin besar dorongan yang diberikan, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi sangat aktif. Interaksi antara siswa dengan siswa juga dapat terjadi dengan adanya kerja sama untuk menemukan pasangan kartu, adaya pembatasan waktu dalam mencari pasangan dapat melatih kedisiplinan, kecepatan, dan ketelitian siswa. Dengan adanya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran maka proses belajar akan berlangsung dengan baik, jika tidak ada aktivitas maka proses belajar tidak akan terjadi. Menurut Rusman (2012) Model Pembelajaran Make A Match memiliki langkah-langkah dalam pembelajaran yaitu: 1. Guru menyiapkan beberapa kartu kartu soal dan kartu jawaban. 2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu 3. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya
64
4. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 5. Kesimpulan. Penerapan model pembelajaran Make A Match sesuai dengan prinsip-prinsip aktivitas menurut pandangan Ilmu Jiwa Modern yaitu siswa harus aktif sendiri menemukan konsep yang dipelajari guru hanya bertugas membimbing dan menyediakan kondisi agar anak dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Ibaratnya guru menyediakan makananan dan minuman sedangkan siswa yang harus memakan dan meminumnya sendiri. Belajar adalah berbuat dan sekaligus proses yang membuat siswa aktif. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nova Amalia dengan judul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Cooperatsive Learning Teknik Make A Match Siswa Kelas V A Sd Negeri 2 Metro Timur Tahun Pelajaran 2011/2012”. Kemudian penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Lestari, dan penelitian yang dilakukan oleh Biyono. Peneliti menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajat siswa. Pembelajaran pada kondisi awal, siklus 1, dan siklus 2 terjadi peningkatan rata-rata kelas dan persentase ketuntasan hasil belajar serta peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa dan persentase aktivitas belajar siswa. Adanya peningkatan ini menunjuka bahwa model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.