BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi dua bagian utama, yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Subbab yang pertama, yakni hasil penelitian, memaparkan jawaban atas rumusan masalah yang telah disebutkan pada Bab I. Hasil penelitian yang dipaparkan antara lain: 1. Jenis penanda strategi kesantunan positif (positive politeness) dalam novel The Host dan terjemahannya. 2. Jenis teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif pada novel The Host. 3. Penilaian kualitas terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dalam novel The Host dan terjemahannya, dipandang dari sisi keakuratan dan keberterimaan. Subbab kedua, yakni pembahasan berdasarkan hasil penelitian pada subbab pertama. Pembahasan tersebut meliputi: 1. Penerapan penanda kesantunan positif dalam novel The Host dan terjemahannya. 2. Penyebab dan pengaruh perubahan derajat strategi kesantunan positif. 3. Penerapan teknik penerjemahan dalam menerjemahkan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. 4. Dampak penerapan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. 5. Hubungan kesantunan positif, teknik penerjemahan dan kualitas terjemahan.
64
A. Hasil Penelitian 1. Jenis-Jenis penanda strategi kesantunan positif Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis novel The Host dalam bahasa Inggris (Bsu) dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia (Bsa). Analisis dilakukan berdasarkan kriteria pemilihan data yakni kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif yang dianalisis. Berdasarkan kriteria tersebut, ditemukanlah 275 data kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dalam novel The Host dan terjemahannya. Dari 275 data, penulis menemukan bahwa terdapat dua kombinasi strategi penanda kesantunan positif, yakni satu penanda kesantunan positif (94,18%) dan dua penanda kesantunan positif (5,82%). Persentase temuan masing-masing kombinasi strategi penanda kesantunan positif adalah sebagai berikut: Tabel 4.1: Temuan Kombinasi Penanda Strategi Kesantunan Positif No
Kombinasi Strategi Penanda Kesantunan Positif 1. Satu Penanda Kesantunan Positif 2. Dua Penanda Kesantunan Positif Total
Jumlah Persentase (%) 259 94,18% 16 5,82% 275 100%
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tuturan yang mengandung kesantunan positif banyak digunakan oleh karakter-karakter pada novel The Host. Penulis menemukan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi jumlah data kesantunan positif yang banyak, yaitu tema novel dan hubungan sosial tokoh dalam novel. Tema novel termasuk novel percintaan dan tema ini mempengaruhi dialog-dialog dalam novel. Kisah dalam novel adalah percintaan yang dibumbui konflik, dan dialog-dialog sangat didominasi oleh percakapan yang menggunakan panggilan keakraban. Faktor ini mempengaruhi jumlah dialog yang mengandung unsur kesantunan positif.
65
Faktor kedua yang mempengaruhi banyaknya jumlah penggunaan tuturan kesantunan positif adalah hubungan sosial para tokoh. Karakter-karakter yang ada dalam novel didominasi oleh status sosial yang setara (equal) karena ratarata penutur dan lawan tutur sudah saling mengenal dengan baik sekaligus memiliki tingkat kedekatan yang akrab (intimate). Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan strategi kesantunan positif pada umumnya menekankan segi kedekatan, keakraban, solidaritas, persahabatan, dan hubungan baik antara penutur dan petutur. a.
Satu Penanda Kesantunan Positif Dalam 259 data kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan
positif, penulis mengidentifikasi jenis-jenis penanda strategi kesantunan positif yang digunakan. Teori kesantunan yang digunakan sebagai landasan analisis adalah strategi kesantunan positif yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson (1987). Berdasarkan analisis penanda strategi kesantunan positif bahasa sumber (Bsu), penulis menemukan 15 penanda strategi kesantunan positif, yaitu 1) Memberi perhatian pada lawan tutur, 2) Membesar-besarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur, 3) Meningkatkan ketertarikan terhadap lawan tutur, 4) Menggunakan identitas kelompok, 5) Mencari dan mengusahakan persetujuan, 6) Menghindari ketidaksetujuan, 7) Menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan, 8) Menyatakan lelucon, 9) Mempresuposisikan bahwa penutur memahami keinginan lawan tuturnya, 10) Membuat penawaran atau janji, 11) Menunjukkan rasa optimisme, 12) Berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu, 13) Memberikan dan meminta alasan, 14) Mengharap atau menuntut timbal balik, dan 15) Memberikan penghargaan. Berikut temuan jenis-jenis penanda strategi kesantunan positif dalam kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif pada novel The Host dan terjemahannya yang disajikan dalam bentuk tabel.
66
Tabel 4.2 Temuan Satu Penanda Strategi Kesantunan Positif No
Strategi Kesantunan Positif
1. Memberi perhatian pada lawan tutur
43
Persentase (%) 16,60%
2. Membesar-besarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur 3. Meningkatkan ketertarikan terhadap lawan tutur
34
13,13%
8
3,09%
4. Menggunakan identitas kelompok
50
19,31%
5. Mencari dan mengusahakan persetujuan
27
10,42%
6. Menghindari ketidaksetujuan
10
3,86%
7. Menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan 8. Menyatakan lelucon
7
2,70%
6
2,32%
9. Mempresuposisikan bahwa penutur memahami keinginan lawan tuturnya 10. Membuat penawaran atau janji
7
2,70%
11
4,25%
11. Menunjukkan rasa optimisme
25
9,65%
12. Berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu 13. Memberikan dan meminta alasan
14
5,41%
8
3,09%
14. Mengharap atau menuntut timbal balik
7
2,70%
15. Memberikan penghargaan
2
0,77%
259
100%
Total
Jumlah
Berdasarkan uraian di atas, penggunaan satu penanda strategi kesantunan positif didominasi pada sub-strategi ke 4 yaitu sub-strategi menggunakan penanda identitas kelompok. Pendominasian penggunaan sub-
67
strategi menggunakan penanda identitas kelompok disebabkan oleh mayoritas data yang muncul berkaitan dengan tema novel The Host yakni novel yang bertemakan percintaan, baik cinta kasih antar sesama manusia maupun cinta kasih antar sepasang kekasih atau keluarga. Hal tersebut dapat dilihat dari data yang ada dimana sangat didominasi oleh percakapan yang menggunakan panggilan keakraban yang menunjukkan kedekatan antar partisipan. Sementara itu, pada data kesantunan positif juga ditemukan perubahan derajat kesantunan positif dalam analisis data. 1. Sub-strategi 1: Memberi Perhatian Pada Lawan Tutur Sub-strategi ini merupakan sub-strategi pertama pada kesantunan positif. Prinsip dasar sub-strategi ini adalah penutur harus memperhatikan aspekaspek yang terjadi pada lawan tutur seperti, memperhatikan perubahan diri yang terjadi pada lawan tutur, kepemilikan atas barang-barang yang dimiliki lawan tutur, dan segala hal yang membuat penutur memperhatikan dan mengakui hal yang diinginkan lawan tutur. Ditemukan sebanyak 43 (16,60%) data baik data dari Bsu maupun Bsa yang menggunakan sub-strategi ini. Substrategi ini dapat dilihat pada contoh data Bsu/039/Bsa/039. Konteks Situasi: Melanie merasa tidak enak hati mengambil tempat tidur Jared. Sehingga ia menawarkan tempat tidur tersebut. Bsu: “I feel bad. This couch is much too short for you. Maybe you should take the bed with Jamie.” Bsa: “Aku merasa tidak enak. Sofa ini terlalu pendek untukmu. Mungkin sebaiknya kau tidur bersama Jamie.” Dari data di atas, dapat dilihat bahwa penutur memperhatikan keadaan kondisi lawan tutur yaitu dengan bermaksud menawarkan tempat tidur yang dipakai penutur dan adiknya kepada lawan tutur. Penutur merasa bahwa kondisi tempat tidur yang kecil dan sempit akan membuat lawan tutur tidak nyaman saat menggunakannya, karena lawan tutur memiliki badan yang tinggi besar. Dalam bahasa sasaran, tuturan di atas masih menyampaikan maksudnya yaitu memperhatikan keadaan lawan tutur. Tidak terjadi
68
pelepasan ekspresi kesantunan positif tetapi terjadi penurunan derajat kesantunannya. Kesantunan dalam tuturan Melanie di atas, menunjukkan perhatian akan keadaan lawan tuturnya walaupun merugikan dirinya sendiri. Semakin tuturan tersebut memaksimalkan kerugian penutur, akan dianggap semakin santun tuturan itu. Tuturan menggunakan skala peringkat status sosial antara penutur dan lawan tutur. Semakin jauh jarak peringkat status sosial antara penutur dengan lawan tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung semakin santun. Melanie merupakan orang yang menumpang untuk tinggal di rumah Jared, sedangkan Jared sebagai tuan rumah sehingga jelas menunjukkan jarak peringkat sosial. Penggunaan strategi ini untuk meredakan FTA terhadap lawan tutur. 2. Sub-strategi 2: Membesar-Besarkan Minat, Persetujuan, Simpati Terhadap Lawan Tutur Sub-strategi ini merupakan sub-strategi kedua pada kesantunan positif. Ditemukan sebanyak 34 (13,13%) unit data. Pada dasarnya sub-strategi ini membuat penutur bermaksud untuk memenuhi wajah positif lawan tutur dengan melebih-lebihkan ketertarikan terhadap keadaan lawan tutur yang dilakukan dengan menyatakan pujian, persetujuan, simpati serta ketertarikan kepada lawan tutur. Dalam strategi ini, penutur biasanya menggunakan intonasi yang melebih-lebihkan, memberi tekanan pada tuturan, dan aspek lainya dari prosodic saat bertuturan dengan lawan tutur seperti, penggunaan intensifying modifiers (amazing, wonderful, real, too, so,dan lain-lain). Contoh sub-strategi ini dapat dilihat pada data Bsu/091/Bsa/091. Konteks situasi: Jeb menanyakan nama Wanderer. Dan memuji nama yang Wanderer dapatkan. Bsu: “That's a real interesting name you've got there.” Bsa: “Kau mempunyai nama yang sangat menarik.”
69
Pada data di atas, terdapat penekanan “ a real interesting” dimana penutur membesar-besarkan persetujuan atas nama yang dipakai lawan tuturnya. Data di atas menunjukkan bahwa penutur telah memenuhi wajah positif lawan tutur dengan menunjukkan bahwa penutur memuji nama lawan tutur karena penutur tahu bahwa kebiasaan orang-orang seperti lawan tutur menggunakan nama yang tidak lazim digunakan. Kata “a real interesting” menunjukkan bahwa tuturan tersebut menyelamatkan muka positif lawan tutur. Tuturan tersebut meminimalkan ancaman muka karena nama yang digunakan lawan tutur tidak lazim digunakan manusia. Tuturan di atas menggunakan skala peringkat status sosial antara penutur dan lawan tutur. Kedudukan asimetrik penutur dan lawan tutur yang mana Jeb memiliki kedudukan yang lebih tinggi karena memiliki peringkat kekuasaan lebih tinggi daripada Wanderer yang seorang tahanan. Penutur ingin membuat senang wajah positif lawan tuturnya dengan dia membesar-besarkan persetujuan. 3. Sub-Strategi 3: Meningkatkan Ketertarikan Terhadap Lawan Tutur Sub-strategi merupakan sub-strategi ketiga dalam kesantunan positif. Ditemukan data sebanyak 8 (3,09%) unit data yang merupakan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. Sub-strategi ini meningkatkan ketertarikan terhadap lawan tutur dengan mendramatisir peristiwa atau fakta. Prinsip dasar sub-strategi ini membuat penutur ingin membagi beberapa keinginannya sehingga dapat memperkuat minat yang dimiliki penutur pada saat terjadi percakapan antara lawan tutur dengan cara menciptakan suatu cerita yang bagus. Penggunaan sub-strategi ini terkadang menyelipkan sisipan ungkapan dan pertanyaan menggunakan question tag seperti, you know, isn’t it dan lain-lain untuk membuat lawan tutur ikut berpartisipan dengan percakapan.Contoh sub-strategi ini dapat dilihat pada data Bsu/025/Bsa/025. Konteks situasi: Melihat Wanderer yang rendah hati tentang pengalamannya, penghibur memberi tahu Wanderer bahwa kehadiran Profesor sejarah sangat jarang ada di bumi.
70
Bsu: “Do you know how rare it is for a Professor of History to have experienced even two planets in the curriculum? Yet you've lived a term on almost all of them. And the Origin, to boot! There isn't a school on this planet that wouldn't love to steal you away from us. Curt plots ways to keep you busy so you have no time to consider moving.” Bsa: “Tahukah kau, betapa langkanya kehadiran seorang Profesor Sejarah yang pernah hidup di dua planet di dalam kurikulum itu? Tapi kau pernah tinggal selama satu masa di dalam hampir semua planet. Juga The Origin! Tak ada sekolah di planet ini yang tidak ingin menculikmu dari kita. Curt merencanakan banyak hal agar kau tetap sibuk sehingga tidak punya waktu untuk memikirkan pindah.” Berdasarkan tuturan di atas, penggunaan tuturan “do you know” berfungsi untuk menimbulkan keterlibatan agar lawan tutur memperhatikan tuturan penutur. Penutur menggunakan strategi ini dengan menyisipkan ungkapan yang dapat membuat lawan tuturnya tertarik untuk lebih terlibat pada interaksi yang diciptakan oleh penutur yang berhubungan dengan lawan tutur. Selain itu, penutur juga ingin memberi kepuasan terhadap muka positif lawan tutur. Dalam bahasa sasaran, tuturan di atas masih menyampaikan maksudnya yaitu meningkatkan ketertarikan pada lawan tutur. Tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun terjadi perubahan derajat kesantunannya. 4. Sub-strategi 4: Mengunakan Identitas Kelompok Sub-strategi ini menggunakan penanda identintas kelompok yang merupakan sub-strategi ke empat dari kesantunan positif. Ditemukan sebanyak 50 (19,31%) data baik dalam Bsu dan Bsa yang menggunakan sub-strategi ini. Prinsip dasar sub-strategi ini adalah penutur menggunakan penanda identitas kelompok seperti, sapaan nama lawan tutur, sapaan khusus yang menunjukkan usaha penutur dalam rangka mendekatkan diri dengan lawan tutur, dan sapaan yang ditujukan kepada khalayak. Sub-strategi ini dapat dilihat pada contoh data Bsu/087/Bsa/087. Konteks situasi: Saat Wanderer berada di ruang kesehatan, Doc bertanya tentang obat-obatan tetapi Wanderer tidak menjawab. Melihat hal tersebut Ian kesal dan menyindir Wanderer
71
Bsu: “Are you, sweetheart?” Bsa: “Benar, kan, Sayang?” Dari data di atas, penutur menggunakan bentuk sapaan yang intim yaitu “sweetheart” sehingga mencirikan kedekatan personal. Sapaan khusus yang digunakan penutur adalah upaya penutur mendekatkan hubungan dengan lawan tutur. Dengan penutur menggunakan penanda identitas kelompok berupa bentuk sapaan yang menunjukan keakraban maka penutur berusaha untuk tidak mengancam wajah negatif lawan tutur dengan meminta jawaban atas pertanyaan yang diberikan penutur. Strategi ini dilakukan penutur karena penutur ingin mengurangi daya ancaman terhadap muka positif lawan tuturnya. Dalam bahasa sasaran, tuturan di atas masih menyampaikan maksudnya yaitu menggunakan penanda identitas kelompok. Tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun terjadi perubahan derajat kesantunannya. Selain sapaan “sweetheart” ditemukan pula sapaan sejenis seperti, guys,honey, dear, boy, kid, ma’am, ladies, dan miss. 5. Sub-Strategi 5: mencari dan mengusahakan persetujuan Sub-strategi merupakan sub-strategi ke lima dari kesantunan positif. Ditemukan sebanyak 27 (10,42%) data baik dalam Bsu dan Bsa yang menggunakan sub-strategi ini. Pada dasarnya strategi ini dilakukan dengan perulangan sebagian atau seluruh tuturan apa yang dimaksud oleh lawan tutur dalam suatu percakapan untuk menunjukkan bahwa penutur telah mendengar secara tepat apa yang diucapkan lawan tutur. Strategi ini biasanya membuat penutur membicarkan hal-hal yang menjadi topiknya ketertarikan dan aman bagi lawan tutur. Sub-strategi ini dapat diluhat pada contoh data Bsu/020/Bsa/020. Konteks situasi: Penghibur meminta Wanderer langsung memanggil namanya saja. Bsu: The Comforter : “I know I've asked you to call me Kathy.”
72
Wanderer: “Yes… Kathy” Bsa: Penghibur: “Rasanya aku sudah memintamu untuk memanggilku Kathy.” Wanderer: “Ya....Kathy” Dari data di atas, kata “Kathy” merupakan pengulangan dari tuturan sebelumnya. Lawan tutur meminta penutur untuk memanggil namanya untuk membuat hubungan mereka menjadi lebih dekat. Penutur setuju dengan permintaan lawan tutur dengan melakukan pengulangan apa yang lawan tutur minta. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur berkerja sama dengan lawan tuturnya dan lawan tutur pun puas karena penutur mendengarkannya. Sementara itu, dalam bahasa sasaran tuturan di atas masih menyampaikan maksudnya yaitu mencari dan mengusahakan persetujuan. Tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun terjadi perubahan derajat kesantunannya. 6. Sub-Strategi 6: menghindari ketidaksetujuan Sub-strategi merupakan sub-strategi ke enam dari kesantunan positif. Ditemukan sebanyak 10 (3,86%) data baik dalam Bsu dan Bsa yang menggunakan sub-strategi ini. Pada dasarnya strategi ini, penutur menghindari ketidaksetujuan pendapat dan berusaha
menunjukkan ketidaksetujuan
pendapat dengan cara sehalus mungkin agar tidak mengintimidasi lawan tutur. Pada strategi ini ada beberapa cara untuk menghindari ketidaksetujuan seperti, persetujuan pura-pura, persetujuan yang semu, berbohong untuk kebaikan, dan kata
berpagar.
Sub-strategi
ini
dapat
dilihat
pada
contoh
data
Bsu/041/Bsa/041. Konteks situasi: Jared merasa Melanie sudah lelah terus melarikan diri dan Melanie menyepakatinya tetapi jika Jared pergi Melanie ingin ikut. Bsu: Jared : “We scavenged enough on our way up that we're set for a few months. I can do a few short raids if you want to stay in one place for a while. I'm sure you're tired of running.”
73
Melanie : “Yes, I am. But if you go, I go” Bsa: Jared: “Cukup banyak yang kita kumpulkan dalam perjalanan ke atas sini, sehingga kita aman untuk beberapa bulan. Aku bisa melakukan beberapa penjarahan kecil, jika kau ingin menetap di suatu tempat selama beberapa waktu. Aku yakin kau lelah terus menerus lari.” Melanie: “Ya memang, tapi jika kau pergi, aku pergi.” Berdasarkan data di atas, kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif menggunakan sub-strategi menghindari ketidaksetujuan dengan melakukan persetujuan pura-pura untuk menunjukkan kesepakatan dengan lawan tutur walaupun penutur tidak sependapat dengan lawan tutur. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan bahwa penutur menghindari ketidaksepakatan. Pada tuturan di atas penutur tidak setuju dengan keinginan lawan tutur. Tetapi, untuk memuaskan wajah positif lawan tutur, penutur menyetujui pendapat lawan tutur untuk mengurangi FTA terhadap lawan tutur dan dalam bahasa sasaran, tuturan di atas masih menyampaikan maksudnya yaitu menghindari ketidaksetujuan. Tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun terjadi perubahan derajat kesantunannya. 7.
Sub-Strategi 7: menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan Sub-strategi ini merupakan strategi ke tujuh dalam kesantunan positif.
Strategi ini pada dasarnya, mempresuposisikan sejumlah persamaan antara penutur dan lawan tutur dengan mengurangi FTA ketika membicarakan topik yang tidak terkait sebelum menuju topik utama melalui sebuah percakapan yang menarik minat lawan tutur terhadap tuturan penutur. Penggunaan basabasi saat melakukan percakapan yang dilakukan oleh penutur dengan lawan tutur adalah sebagai upaya penutur untuk menghabiskan waktu, sedangkan bagi lawan tutur sebagai upaya tanda persahabatan atau ketertarikan akan dirinya. Penutur menekankan minat umumnya atas lawan tutur, dan menunjukkan kepada lawan tutur bahwa penutur belum ingin melihat lawan tutur melakukan FTA (misal, membuat permintaan) bahkan keinginan hal
74
tersebut tampak jelas dilakukan dengan membawa sebuah hadiah. Dalam strategi ini ditemukan sebanyak 7 (2,70%) data baik dari Bsu dan Bsa. Substrategi ini dapat dilihat pada contoh data Bsu/027/Bsa/027. Konteks situasi: Melihat Wanderer merasa tertekan dengan keadaannya yang tidak bisa mengontrol inangnya, Penghibur mencoba menenangkan Wanderer. Bsu: “Everybody cries their first year. These emotions are so impossible. We're all children for a bit, whether we intended that or not. I used to tear up every time I saw a pretty sunset. The taste of peanut butter would sometimes do that, too.” Bsa: “Semua jiwa menangis pada tahun pertama mereka. Emosi-emosi ini begitu tak masuk akal. Ada sedikit kanak-kanak dalam diri kita semua, tak peduli kita menghendakinya atau tidak. Dulu aku suka berurai air mata setiap kali melihat keindahan matahari terbenam. Rasa selai kacang terkadang juga membuatku menangis.” Berdasarkan data di atas, klausa “we’re all children for bit” menunjukkan penutur melakukan sub-strategi menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan karena bermaksud untuk menimbulkan persepsi bahwa penutur pernah mengalami hal yang sama seperti yang terjadi pada lawan tutur.
Strategi
ini
digunakan
oleh
penutur
karena
penutur
ingin
menyelamatkan muka positif lawan tuturnya. Dalam bahasa sasaran, tuturan di atas masih menyampaikan maksudnya yaitu menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan. Tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun terjadi perubahan derajat kesantunannya. 8. Sub-strategi 8: Menyatakan Lelucon Sub-strategi ini merupakan strategi ke delapan dalam kesantunan positif. Pada strategi ini lelucon terjadi karena latar belakang pengetahuan dan nilainilai timbal balik antara penutur dan lawan tutur maka lelucon dapat digunakan untuk menekan latar belakang yang dibagikan atau nilai-nilai yang dibagikan. Lelucon merupakan salah satu teknik dasar kesantunan positif. Lelucon dapat meminimalkan FTA atas dasar permintaan. Dalam strategi ini
75
ditemukan sebanyak 6 (2,32%) data baik dari Bsu dan Bsa. Contoh dari bentuk sub-strategi ini pada data Bsu/043/Bsa/043. Konteks situasi: Melanie ingin berhubungan dengan Jared. Tetapi Jared mempermasalahkan usia Melanie yang terpaut jauh darinya. Bsu: “No one's young anymore. Anyone who's survived this long ancient.”
is
Bsa: “Tak seorang pun masih belia. Siapa pun yang bertahan hidup selama ini, berarti dia sudah tua bangka.” Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa penutur meminta lawan tutur untuk melakukan sesuatu. Penutur menggunakan lelucon untuk menghaluskan permintaannya. Penutur menggunakan lelucon untuk membuat lawan tutur menjadi nyaman saat penutur melakukan tuturan permintaan karena lelucon dapat meminimalkan FTA atas dasar permintaan. Dalam bahasa sasaran, tuturan di atas masih menyampaikan maksudnya yaitu menyatakan lelucon. Tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun terjadi perubahan derajat kesantunannya. 9. Sub-Strategi 9: Mempresuposisikan Bahwa Penutur Memahami Keinginan Lawan Tuturnya. Sub-strategi ini merupakan strategi ke sembilan dalam kesantunan positif. Strategi ini merupakan satu-satunya cara menunjukkan bahwa penutur dan lawan tutur bekerja sama sehingga secara potensial meletakkan tekanan pada lawan tutur untuk bekerja sama dengan penutur dengan menegaskan atau menyiratkan pengetahuan akan keinginan lawan tutur dan kemauan untuk mencocokkan keinginan seseorang dengan mereka. Dalam strategi ini ditemukan sebanyak 7 (2,70%) data baik dari Bsu dan Bsa. Contoh dari bentuk sub-strategi ini pada data Bsu/013/Bsa/013. Konteks situasi: Fords menjelaskan bahwa persediaan akan inang dewasa sedikit sekali. Melihat pengalaman-pengalaman yang telah dilewati Wanderer, Fords berpikir bahwa Wanderer lebih menyukai inang dewasa.
76
Bsu: “We have so few full-grown hosts available anymore. The immature hosts are entirely pliable. But you indicated that you preferred to begin as an adult....” Bsa: “Kami hanya punya sedikit sekali persedian inang dewasa. Inang-inang yang belum dewasa sangat mudah dikendalikan.Tapi kau mengindikasikan bahwa kau lebih suka memulai sebagai mahluk dewasa...” Tuturan di atas tersebut menyatakan bahwa penutur dan lawan tutur adalah kooperator. Penutur menegaskan atau mengimplikasikan pengetahuan tentang keinginan dan kemauan lawan tutur sebagai suatu keinginan bersama. Strategi ini digunakan oleh penutur karena penutur ingin memberikan kepuasan terhadap muka lawan tuturnya. Dalam bahasa sasaran, tuturan di atas masih menyampaikan
maksudnya
yaitu
mempresuposisikan
bahwa
penutur
memahami keinginan lawan tuturnya. Tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun terjadi perubahan derajat kesantunannya. 10. Sub-Strategi 10: Membuat Penawaran Atau Janji Sub-strategi ini merupakan strategi ke sepuluh dalam kesantunan positif. Pada strategi ini, penutur memilih untuk menekankan kerja sama dengan lawan tutur dengan cara lain dikarenakan untuk meredam ancaman potensial dari beberapa FTA. Penutur dapat mengakui bahwa (dalam keadaan tertentu yang relavan) apapun yang diinginkan lawan tutur yang diinginkan penutur juga dan penutur akan membantu lawan tutur untuk mendapatkannya. Penawaran dan janji merupakan akibat alami dari pemilihan strategi ini. Dalam strategi ini ditemukan sebanyak 11 (4,25%) data baik dari Bsu dan Bsa. Contoh dari bentuk sub-strategi ini pada data Bsu/068/Bsa/068 Konteks situasi: Saat Jeb mengantar Wanderer ke kamar kecil. Wanderer mendengar suara-suara manusia di sekitarnya yang membuatnya takut. Sehingga Jeb menjanjikan bahwa ia akan melindungi Wanderer dari mereka. Bsu: “I won't let anybody hurt you” Bsa: “Takkan kubiarkan seorangpun melukaimu.”
77
Contoh tuturan di atas menunjukkan strategi kesantunan positif berjanji. Penutur ingin memuaskan keinginan lawan tuturnya disebabkan lawan tutur takut pada manusia. Pada tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur mengetahui dan peka terdapat keinginan lawan tutur. Tuturan “I won't let anybody hurt you” mengindikasikan sebagai strategi kesantunan positif berjanji karena meminimalisir beban Wanderer agar membuatnya tenang. Penutur menggunakan strategi ini supaya penutur bisa mendekatkan hubungan dengan Wanderer. Walaupun penutur mempunyai peringkat kekuasaan yang lebih tinggi daripada Wanderer, penutur tetap menggunakan strategi kesantunan positif berjanji untuk memenangkan Wanderer karena penutur ingin memiliki hubungan yang baik dengan Wanderer. Dalam tuturan di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. 11. Sub-strategi 11: menunjukkan rasa optimisme Sub-strategi ini merupakan strategi ke 11 dalam kesantunan positif. Pada strategi ini, penutur menganggap keinginan lawan tutur sama dengan keinginan penutur dan penutur akan membantu lawan tutur untuk memperolehnya. Oleh karena itu, melalui asumsi penutur bahwa lawan tutur akan bekerja sama dengan penutur dikarenakan hal tersebut merupakan kepentingan yang saling menguntungkan. Dalam strategi ini ditemukan sebanyak 25 (9,65%) data baik dari Bsu dan Bsa. Contoh dari bentuk substrategi ini pada data Bsu/048/Bsa/048. Konteks situasi: Melanie pergi untuk mencari Sharon, sepupunya. Ia merasa cemas tidak dapat bertemu Jared dan Jamie lagi. Sehingga Jared menyemangatinya. Bsu: “Nothing's going to happen. Don't worry.” Bsa: “Tak akan terjadi apa-apa. Jangan khawatir.” Tuturan
di
atas
menunjukkan
strategi
kesantunan
positif
yang
menunjukkan rasa optimisme. Pada tuturan di atas, penutur berasumsi bahwa
78
lawan tutur akan baik-baik saja dalam perjalanan dan dapat melakukan tujuannya dengan berhasil. Penutur menganggap jika lawan tutur berkerja sama, mereka dapat mencapai tujuan. Tuturan yang di atas memuaskan muka positif lawan tutur. Jared ingin memuaskan muka positif Melanie dengan menyemangati Melanie bahwa Melanie bisa mencari sepupunya itu. Dalam tuturan di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. 12. Sub-strategi 12: berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu Sub-strategi ini merupakan strategi ke dua belas dalam kesantunan positif. Dalam strategi ini ditemukan sebanyak 14 (5,41%) data baik dari Bsu dan Bsa Pada strategi ini, dimaksudkan bahwa penutur melibatkan lawan tutur dalam suatu kegiatan yang awalnya akan dilakukan oleh penutur sendiri. Contoh dari bentuk sub-strategi ini pada contoh data Bsu/065/Bsa/065. Konteks situasi: Saat melihat Wanderer, Doc ingin menelitinya. Akan tetapi, Jared tidak setuju kalau tubuh Melanie dijadikan subjek penelitian Doc. Bsu: “We learn so much each time. Maybe this will be the time –.” Bsa: “Kita belajar begitu banyak setiap kalinya. Mungkin ini saatnya...” Pada data di atas, penutur bermaksud melibatkan lawan tutur dalam suatu eksperimen dilakukan penutur. Penutur ingin bereksperimen dengan tubuh Wanderer akan tetapi lawan tutur tidak menyetujuinya. Untuk meredakan FTA dengan lawan tutur, sehingga penutur melibatkan lawan tutur untuk mengasumsikan suatu kerja sama antara penutur dan lawan tutur dan dapat meredakan FTA. Biasanya, pada strategi ini menggunakan kata we atau let’s. Dengan menggunakan suatu bentuk inklusif “we” atau “kita” ketika saat penutur
memaksudkan
“saya”
atau
“kamu”
maka
penutur
dapat
mengasumsikan suatu kerja sama antara penutur dan lawan tutur dan dapat meredakan FTA. Tuturan tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa lawan tutur adalah bagian dari penutur. Dalam tuturan di atas, tidak terjadi
79
pelepasan
ekspresi
kesantunan
positif
maupun
perubahan
derajat
kesantunannya. 13. Sub-strategi 13: memberikan dan meminta alasan Sub-strategi ini merupakan strategi ke tiga belas dalam kesantunan positif. Pada strategi ini, biasanya digunakan saat mengeluh dan mengkritik dengan menuntut alasan kepada lawan tutur karena diasumsikan jika tidak ada alasan yang bagus antara lawan tutur dan penutur tidak seharusnya berkerja sama. Pada aspek ini, penutur memberikan alasan mengapa dia menginginkan apa yang dia inginkan dengan menyertakan lawan tutur. Ditemukan sebanyak 8 (3,09%) data baik dalam Bsu dan Bsa yang menggunakan sub-strategi ini. Contoh dari bentuk sub-strategi ini pada data Bsu/015/Bsa/015. Konteks situasi: Saat Melanie bertemu pertama kali, Melanie meminta jared memperlihatkan lehernya. Tanda kalau Jared belum di sisipi. Bsu: “Why won't you show me your neck?” Bsa: “Kenapa tidak kau tunjukkan lehermu?” Pada data di atas termasuk dalam sub-strategi ke 13 dalam kesantunan positif yaitu meminta alasan. Tuturan di atas, dimana penutur meminta alasan kepada lawan tutur supaya penutur bisa mempercayai lawan tutur. Penutur membutuhkan bukti bahwa lawan tutur adalah teman bukan musuh. Penutur memilih strategi ini karena ingin melakukan FTA melalui kritikan karena lawan tutur tidak mau berkerja sama dengan keinginan penutur. Dengan cara meminta alasan ini penutur optimis bahwa lawan tutur dapat melakukan kooperator yang baik. Dalam tuturan di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. 14. Sub-strategi 14: mengharap atau menuntut timbal balik Sub-strategi ini merupakan strategi ke empat belas dalam kesantunan positif. Dalam strategi ini ditemukan sebanyak 7 (2,70%) data baik dari Bsu dan Bsa Pada strategi ini, jika lawan tutur melakukan X, maka penutur akan
80
melakukan Y. Strategi ini akan meredakan FTA dengan meniadakan aspek hutang budi antara lawan tutur dengan penutur. Contoh dari bentuk substrategi ini pada data Bsu/231/Bsa/231. Konteks situasi: Wanderer berencana memberitahu Doc bagaimana cara mengeluarkan Jiwa dari tubuh inangnnya. Tetapi dengan syarat yang harus disetujui Doc. Bsu: “She'll be the first, the test. I want to make sure, while I'm still here, that you're going to follow through. I will do the separation myself. When she is safe, I'll teach you how it's done.” Bsa: “Dia akan yang menjadi pertama. Percobaan. Aku ingin memastikan, saat aku masih di sini, bahwa kau akan memenuhi janjimu. Aku akan melakukan pemisahan itu sendiri. Ketika Pencari sudah aman, akan kuajarkan kepadamu bagaimana caranya melakukannya.” Tuturan di atas menyelamatkan muka positif lawan tutur karena penutur ingin lawan tutur melakukan sesuatu untuknya maka untuk meredakan FTA kepada lawan tutur, penutur mengabulkan permintaan lawan tutur. Pada strategi ini, penutur membuat kesepakatan dengan lawan tutur. Hal tersebut dilakukan dengan menyatakan permintaan yang timbal balik sehingga antara lawan tutur dan penutur melakukan FTA bersama-sama. Dalam tuturan di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. 15. Sub-strategi 15: memberikan penghargaan tidak hanya benda nyata tetapi juga keinginan berinteraksi, keinginan untuk disukai, diakui, diperhatikan, dipahami, didengarkan, dan sebagainya Sub-strategi ini merupakan strategi terakhir dalam kesantunan positif. Dalam strategi ini ditemukan sebanyak 2 (0,77%) data baik dari Bsu dan Bsa. Pada strategi ini, biasanya penutur bermaksud memuaskan muka positif lawan tutur dengan cara apa yang diinginkan lawan tutur juga diinginkan penutur,
81
yaitu dengan benar-benar memuaskan beberapa keinginan lawan tutur. Contoh dari bentuk sub-strategi ini pada contoh data Bsu/071/Bsa/071. Konteks situasi: Gua yang menjadi kamar mandi tersebut gelap gulita. Bagi orang-orang di sini hal tersebut sudah biasa. Akan tetapi, karena Wanderer belum terbiasa. Jeb menawarkan senternya. Bsu: “We don't like to waste batteries, and most of us know the floor here by heart, but since it's your first time, you can find your way with this.” Bsa: “Kami tidak suka memboroskan baterei, dan sebagian besar dari kami sudah hafal lantai di sini. Tapi karena ini pengalaman pertamamu, kau bisa mencari jalanmu dengan ini.” Pada data di atas termasuk dalam sub-strategi terakhir dalam kesantunan positif yaitu memberikan penghargaan berupa memberikan hadiah di mana penutur tahu bahwa lawan tutur membutuhkan alat penerangan supaya lawan tutur dapat menerangi jalannya saat berada di toilet. Data di atas menunjukan bahwa penutur mengakui lawan tutur sebagai bagian dari kelompoknya. Walaupun status lawan tutur merupakan tahanan di sana. Tuturan di atas memuaskan muka positif lawan tutur bahwa apa yang diinginkan lawan tutur merupakan juga yang diinginkan penutur. Dalam tuturan di atas, tidak terjadi pelepasan
ekspresi
kesantunan
positif
maupun
perubahan
derajat
kesantunannya. b. Dua Penanda Kesantunan Positif Pada penelitian ini, ditemukan 16 data kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif yang menggunakan lebih dari satu jenis penanda strategi kesantunan positif yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
82
Tabel 4.3: Kombinasi Dua Penanda Staregi Kesantunan Positif No 1. 2.
3. 4. 5. 6.
7.
8.
Kombinasi Dua Penanda Kesantunan Positif Memberi perhatian pada lawan tutur + Menggunakan identitas kelompok Membesar-besarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur +Menggunakan identitas kelompok Membuat penawaran atau janji + Menggunakan identitas kelompok Menunjukkan rasa optimisme+ Menggunakan identitas kelompok Memberikan dan meminta alasan+ Menggunakan identitas kelompok Mencari dan mengusahakan persetujuan+ Menggunakan identitas kelompok berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu + menggunakan identitas kelompok memberikan penghargaan+ Menggunakan identitas kelompok
Total
Jumlah 4
Persentase (%) 25%
3
18,75%
2
12,5%
2
12,5%
2
125%
1
6,25%
1
6,25%
1
6,25%
16
100%
1. Sub-strategi memberi perhatian pada lawan tutur + sub-strategi menggunakan identitas kelompok Ditemukan 4 (25%) unit data yang menggunakan sub-strategi memberi perhatian pada lawan tutur + sub-strategi menggunakan identitas kelompok sekaligus pada kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. Salah satu bentuk kalimat yang menggunakan bentuk kombinasi strategi ini pada data Bsu/123/Bsa/123. Konteks situasi:. Saat Wanderer sedang bercerita di ruang makan, Jared dan para penjarah yang lain kembali dari menjarah. Melihat Wanderer di ruang makan membuat Jared dan Kyle marah. Jared ingin membunuh Wanderer tetapi Jeb menghalanginya
83
Bsu: “That was close. Nice thinking, Jeb.” Bsa: “Nyaris sekali. Pemikiran yang bagus, Jeb.” Berdasarkan cuplikan data di atas, sub-strategi penanda memberi perhatian pada lawan tutur ditunjukkan pada saat penutur memuji tindakan yang dilakukan lawan tutur dengan mengatakan “nice thinking” sedangkan sub-strategi penanda menggunakan identitas kelompok tampak pada saat penutur memanggil lawan tuturnya yang lebih tua dengan menyebut namanya langsung “Jeb”. Pada data di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. Dalam tuturan seperti di atas, penutur memanggil lawan tuturnya dengan langsung menyebut namanya untuk meminimalkan jarak (distance) antara dirinya dengan lawan tutur. Hal tersebut dilakukan karena ingin menunjukkan hubungan kedekatan di antara mereka. 2. Sub-strategi membesar-besarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur +menggunakan identitas kelompok Ditemukan 3 (18,75%) unit data yang menggunakan sub-strategi membesarbesarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur dengan sub-strategi menggunakan identitas kelompok pada kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. Salah satu bentuk kalimat yang menggunakan bentuk kombinasi strategi ini pada data Bsu/263/Bsa/263. Konteks situasi:. Wanderer mengucapkan salam perpisahan kepada Ian. Bsu: “I truly love you, Ian.” Bsa: “Aku benar-benar mencintaimu, Ian.” Berdasarkan cuplikan data di atas, sub-strategi penanda membesarbesarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur ditunjukkan pada penekanan kata truly yang menunjukkan bahwa penutur telah memenuhi wajah positif lawan tutur dengan memberi tekanan pada tuturan sedangkan sub-strategi penanda menggunakan identitas kelompok tampak pada saat penutur memanggil lawan tuturnya dengan menyebut namanya langsung “Ian”.
84
Dalam tuturan seperti di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. Pada data di atas, penutur memanggil lawan tuturnya dengan langsung menyebut namanya untuk meminimalkan jarak (distance) antara dirinya dengan lawan tutur. Hal tersebut dilakukan karena ingin menunjukkan hubungan kedekatan di antara mereka. 3.
Sub-strategi membuat penawaran atau janji +menggunakan identitas kelompok Ditemukan data sejumlah 2 (12,5%) unit data yang tuturannya menggunakan
kombinasi strategi antara sub-strategi membuat penawaran atau janji dengan sub-strategi menggunakan identitas kelompok seperti yang terdapat pada data Bsu/239/Bsa/239. Konteks situasi: Wanderer akan menunjukkan bagaimana cara mengeluarkan Para jiwa. Tetapi Ia meminta mereka yang mengetahuinya berjanji untuk memenuhi semua perjanjian. Bsu: “I do. I will meet all of your terms, Wanda. I swear it.” Bsa: “Ya. Aku akan memenuhi semua persyaratanmu, Wanda. Aku bersumpah.” Tuturan di atas yang diungkapkan oleh Jeb kepada Wanderer. Sub-strategi pertama ditunjukkan dengan kata I will yang dituturkan penutur merupakan sebuah janji untuk diberikan kepada lawan tutur. Tuturan di atas mengindikasikan sebagai strategi kesantunan positif berjanji untuk memuaskan wajah positif Wanderer. Jeb menggunakan strategi ini untuk menenangkan dan meyakinkan Wanderer. Walaupun Jeb mempunyai peringkat kekuasaan yang lebih tinggi daripada Wanderer, Jeb tetap menggunakan strategi kesantunan positif berjanji untuk memuaskan wajah positif Wandarer. Kemudian, sub-strategi selanjutnya ditunjukkan penutur dengan memanggil lawan tutur langsung menggunakan nama panggilanya “ Wanda” dengan tujuan untuk menjaga wajah positif lawan tuturnya yang prinsipnya ingin diakui dan dihargai, yang dalam hal ini merupakan
85
temannya. Hal tersebut dilakukan karena ingin menunjukkan hubungan kedekatan di antara mereka Dalam tuturan di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. 4. Sub-strategi menunjukkan rasa optimisme + menggunakan identitas kelompok Ditemukan data sejumlah 2 (12,5%) unit data yang tuturannya menggunakan kombinasi strategi antara sub-strategi menunjukkan rasa optimisme dengan substrategi menggunakan identitas kelompok seperti yang terdapat pada data Bsu/122/Bsa/122. Konteks situasi: Saat Wanderer sedang bercerita di ruang makan, Jared dan para penjarah yang lain kembali dari menjarah. Melihat Wanderer di ruang makan membuat Jared dan Kyle marah sehingga Ian berusaha menenangkan Wanderer. Bsu: “It's going to be okay, Wanda.” Bsa: “Tidak apa-apa, Wanda.” Berdasarkan cuplikan data di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. Untuk sub-strategi penanda menunjukkan rasa optimisme ditunjukkan pada saat penutur mencoba menenangkan lawan tutur dengan mengatakan It's going to be okay supaya lawan tutur tidak merasa khawatir sedangkan sub-strategi penanda menggunakan identitas kelompok tampak pada saat penutur memanggil lawan tuturnya dengan menyebut nama panggilan “Wanda”. 5. Sub-strategi menggunakan identitas kelompok+ memberikan dan meminta alasan Ditemukan data sejumlah 2 (12,5%) unit data yang tuturannya menggunakan kombinasi strategi antara sub-strategi menggunakan identitas kelompok dengan sub-strategi memberikan dan meminta alasan seperti yang terdapat pada data Bsu/253/Bsa/253.
86
Konteks situasi: Saat di pengadilan tentang rencana Wanderer membebaskan Melanie, Jeb tidak menyetujui rencana tersebut. Bsu: “That's a tricky one. Wanda, why should I agree with you?” Bsa: Benar-benar pelik, Wanda, mengapa aku harus setuju denganmu?” Berdasarkan tuturan di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. Untuk sub-strategi pertama ditunjukkan penutur dengan memanggil lawan tutur langsung menggunakan nama panggilanya “ Wanda” dengan tujuan untuk menjaga wajah positif lawan tuturnya yang prinsipnya ingin diakui dan dihargai, yang dalam hal ini merupakan temannya. Hal tersebut, dilakukan karena ingin menunjukkan hubungan kedekatan di antara mereka. Kemudian, sub-strategi memberikan dan meminta alasan ditunjukkan penutur dengan mengatakan “why should I agree with you?”. Tuturan tersebut dimana penutur meminta alasan kenapa penutur harus setuju dengan kemauan lawan tutur karena bagi penutur permintaan lawan tutur hanya menguntungkan satu orang saja daripada orang banyak. Penutur memilih strategi ini karena ingin melakukan FTA melalui kritikan. Dengan cara meminta alasan ini penutur optimis bahwa lawan tutur dapat melakukan kooperator yang baik. 6. Sub-strategi mencari dan mengusahakan persetujuan+ menggunakan identitas kelompok Ditemukan data sejumlah 1 (6,25%) unit data yang tuturannya menggunakan kombinasi strategi antara sub-strategi mencari dan mengusahakan persetujuan dengan sub-strategi menggunakan identitas kelompok seperti yang terdapat pada data Bsu/115/Bsa/115. Konteks situasi:. Wanderer heran kenapa sekarang Jeb tidak membawa senjatanya untuk melindunginya, maka Wanderer mencoba bertanya pada Jeb.
87
Bsu: Wanderer: “I… well, maybe it's stupid of me, but I sort of thought we were friends.” Jeb: “Of course we are, Wanda.” Bsa: Wanderer: “Aku...well, mungkin aku tolol, tapi menurutku kita berteman.” Jeb: “Tentu saja, Wanda.” Tuturan di atas yang diungkapkan oleh Jeb kepada Wanderer. Sub-strategi pertama yaitu sub-strategi mencari dan mengusahakan persetujuan ditunjukkan dengan kata “of course we are” yang dituturkan penutur merupakan sebagian kata pengulangan dari tuturan sebelumnya. Penggulangan tersebut dimaksudkan bahwa penutur sepakat dengan pernyataan lawan tutur. Konteks situasi dalam tuturan tersebut lawan tutur beranggapan bahwa penutur dan lawan tutur sudah berteman. Tuturan yang diucapkan penutur tersebut menunjukkan bahwa penutur setuju dengan lawan tuturnya. Kemudian, sub-strategi menggunakan identitas kelompok ditunjukkan penutur dengan memanggil mitra tutur dengan menggunakan nama pangilannya “Wanda” dengan tujuan untuk meminimalkan jarak (distance) di antara mereka. Hal tersebut dilakukan karena ingin menunjukkan hubungan kedekatan di antara mereka. Dalam tuturan di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. 7. Sub-strategi berusaha melibatkan lawan tutur penutur dalam suatu kegiatan tertentu + menggunakan identitas kelompok Ditemukan data sejumlah 1 (6,25%) unit data yang tuturannya menggunakan kombinasi strategi antara sub-strategi berusaha melibatkan lawan tutur penutur dalam suatu kegiatan tertentu dengan menggunakan identitas kelompok seperti yang terdapat pada data Bsu/107/Bsa/107. Konteks situasi: Jeb mengajak Wanderer untuk bercocok tanam. Bsu: “C'mon, Wanda. Day's wasting.”
88
Bsa: “Ayo, Wanda. Jangan menyia-nyiakan hari.” Berdasarkan cuplikan data di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya. Untuk sub-strategi penanda berusaha melibatkan lawan tutur penutur dalam suatu kegiatan tertentu ditunjukkan pada saat penutur mencoba melibatkan lawan tutur dengan mengatakan C'mon sehingga memuaskan wajah positif lawan tutur. Tuturan tersebut membuat lawan tutur diterima sebagai bagian kelompok. Sementara itu, sub-strategi penanda menggunakan identitas kelompok tampak pada saat penutur memanggil lawan tuturnya dengan menyebut nama panggilan “Wanda”. Dalam tuturan seperti di atas, penutur memanggil lawan tuturnya dengan langsung menyebut namanya untuk meminimalkan jarak (distance) antara dirinya dengan lawan tutur. Hal tersebut dilakukan karena ingin menunjukkan hubungan kedekatan di antara mereka 8. Sub-strategi
memberikan
penghargaan+
Menggunakan
identitas
kelompok Ditemukan data sejumlah 1 (6,25%) unit data yang tuturannya menggunakan kombinasi strategi antara sub-strategi memberikan penghargaan dengan substrategi menggunakan identitas kelompok seperti yang terdapat pada data Bsu/189/Bsa/189. Konteks situasi: Jeb membujuk Wanderer agar tidak membunuh dirinya. Bsu: “The way you are valued here… Well, that don't make much sense when you look at it from humanity's perspective, either. But there's some who would value you above a human stranger. Have to admit, I put myself in that group. I count you as a friend, Wanda. Course, that's not gonna work well if you hate me.” Bsa: “Bagaimana kau dihargai di sini...Well, itu juga tidak terlalu masuk akal jika kau memandangnya dari sudut pandang manusia. Tapi beberapa manusia menghargaimu lebih daripada penghargaan mereka terhadap
89
manusia asing. Harus kuakui, aku termasuk kelompok itu. Aku menganggapmu teman, Wanda. Tentu saja ini takkan berjalan baik jika kau membenciku.” Berdasarkan tuturan di atas, penutur mengakui lawan tutur sebagai temannya bukan lagi sebagai musuh. Hal tersebut menunjukan bahwa penutur mengakui lawan tutur sebagai bagian dari kelompoknya. Walaupun status lawan tutur merupakan tahanan di sana. Tuturan di atas memuaskan muka positif lawan tutur bahwa apa yang diinginkan lawan tutur merupakan juga yang diinginkan penutur. Sub-strategi pertama ditujukkan pada klausa I count you as a friend. Sementara itu, sub-strategi kedua ditunjukkan penutur dengan memanggil lawan tutur langsung menggunakan nama panggilanya “ Wanda” dengan tujuan untuk menjaga wajah positif lawan tuturnya yang prinsipnya ingin diakui dan dihargai, yang dalam hal ini merupakan temannya. Hal tersebut dilakukan karena ingin menunjukkan hubungan kedekatan di antara mereka. Pada tuturan di atas, tidak terjadi pelepasan ekspresi kesantunan positif maupun perubahan derajat kesantunannya.
2. Teknik
Penerjemahan
dalam
Terjemahan
Kalimat
yang
Merepresentasikan Kesantunan Positif Dari 275 data yang dianalisis, ditemukan bahwa terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dalam novel The Host karya Stephenie Meyer menggunakan 12 jenis teknik penerjemahan dengan frekuensi penerapan empat varian teknik. Penerapan satu teknik penerjemahan disebut varian teknik tunggal yang teridentifikasi sebanyak 102 data atau 37,45%. Sementara itu, untuk penerapan teknik penerjemahan menggunakan dua teknik sekaligus dalam satu data tuturan disebut teknik kuplet yang teridentifikasi sebanyak 136 data atau 49,45%. Berikutnya yaitu, penerapan teknik penerjemahan menggunakan tiga teknik penerjemahan disebut teknik triplet yang teridentifikasi sebanyak 34 data atau 12,36% dan terakhir yaitu
90
varian kwartet yang menggunakan empat teknik penerjemahan teridentifikasi sebanyak 2 data 0,73%. a. Varian Tunggal Varian tunggal merupakan penggunaan satu jenis teknik penerjemahan dalam menerjemahkan satu kalimat yang merepresentasikan tuturan yang mengandung kesantunan positif. Sebanyak 103 data menggunakan varian tunggal ini ditemukan 2 jenis teknik penerjemahan yaitu: Kesepadanan lazim dan kompresi linguistik. Persentase temuan teknik penerjemahan pada varian tunggal disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.4 : Temuan Teknik Penerjemahan Varian Tunggal No
Teknik Penerjemahan
1. Kesepadanan lazim 2. Kompresi Linguistik Total
Frekuensi Penggunaan Dalam Varian Tunggal 102 1 103
Persentase (%) 99,03% 0,97% 100%
1. Kesepadanan Lazim Teknik kesepadanan lazim biasa dipakai untuk menerjemahkan ekspresi maupun istilah sehari-hari yang tidak dapat diterjemahkan kata per kata. Teknik ini memakai istilah yang dipakai secara resmi (berdasarkan kamus bahasa Indonesia atau penggunaan sehari-hari) atau istilah teknis. Ada yang berpendapat juga, bahwa teknik kesepadanan lazim mirip dengan teknik harfiah, yang membedakannya adalah adanya konteks dalam penggunaan teknik kesepadanan lazim tersebut. Sebagai gambarannya adalah kata demi kata diterjemahkan kemudian disesuaikan susunannya sesuai dengan kaidah ataupun struktur dalam bahasa sasarannya dengan disesuaikan konteksnya. Tidak terdapat perubahan derajat kesantunan karena penerapan teknik kesepadanan lazim dalam varian tunggal. Dalam varian tunggal, hasil analisis
91
menunjukkan bahwa teknik ini dipakai sebanyak 101 kali. Berikut beberapa contoh temuan penggunaan teknik kesepadanan lazim, No data
Bsu
Bsa
Bsu/033/Bsa/033
“Human hosts need interaction. You're “Inang manausia not used to solitude, dear. You shared memerlukan interaksi. Kau an entire planet's thoughts –“ tidak terbiasa dengan kesendirian, Sayang. Kau dulu berbagi pikiran dengan seluruh planet--.”
Bsu/056/Bsa/056
“Let's get going! It will be dark soon.”
“Ayo, cepat! Sebentar lagi gelap.”
Pada data Bsu/033/Bsa/033, menggunakan teknik kesepadanan lazim. Kalimat You're not used to solitude diterjemahkan dengan menggunakan teknik kesepadanan lazim karena terjemahannya terikat konteks dan jika diterjemahkan secara harfiah menjadi tidak berterima. Penerjemah mencari padanan kata yang dirasa sesuai, kemudian menyesuaikan kaidah atau strukturnya dalam bahasa sasaran dengan tetap memperhatikan konteksnya. Teknik kesepadanan lazim digunakan contohnya dalam menerjemahkan kata dear yang tidak dapat diterjemahkan secara harfiah, harus disepadankan dengan kata sapaan yang sesuai dengan budaya sasaran. Dengan demikian, diperlukan pemadanan dengan istilah yang biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari yang maknanya sesuai dengan bahasa sumber. Dengan menggunakan teknik kesepadanan lazim, dipilihlah diksi Sayang yang memiliki makna sama dengan bahasa sumber. Hal yang sama juga terjadi pada data Bsu/056/Bsa/056, menggunakan teknik kesepadanan lazim. Klausa Let's get going! padanan
diterjemahkan menjadi Ayo, cepat!. Penerjemah memberikan yang
lazim
digunakan
dalam
bahasa
sasaran
dibanding
menerjemahkan secarah harfiah karena dikhawatirkan akan tidak berterima. 2. Kompresi Linguistik Kompresi linguistik merupakan teknik penerjemahan yang mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa. Teknik kompresi linguistik diterapkan
92
sebanyak 1 kali. Kompresi linguistik bertujuan memadatkan pesan bahasa sumber dengan cara mengurangi unsur-unsur linguistik yang ada. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan derajat kesantunan positif karena penerapan teknik kompresi linguistik. Salah satu contoh penerapan teknik ini adalah: No data
Bsu
Bsa
Bsu/037/Bsa/037
“It's like an old movie. It's perfect.”
“Seperti film-film kuno. Sempurna .”
Pada data di atas, kata It's perfect diterjemahkan menjadi sempurna. Sebenarnya apabila diterjemahkan secara harfiah kata It's perfect adalah itu sempurna, tetapi penerjemah mensintesa informasinya menjadi sempurna saja. Kompresi linguistik dilakukan dengan pertimbangan bahwa pengurangan unsur lingusitik tidak mengubah informasi yang terkandung dalam bahasa sumber dan sudah mampu menyampaikan pesan.
b. Varian Kuplet Selain varian tunggal, ditemukan pula varian kuplet yaitu penerapan dua jenis teknik penerjemahan dalam menerjemahkan kalimat merepresentasikan tuturan yang mengandung kesantunan positif. Dibandingkan dengan varian tunggal, penggunaan varian kuplet tergolong lebih banyak yakni ditemukan 137 data. Berikut temuan varian kuplet yang disajikan dalam bentuk tabel; Tabel 4.5 Teknik Penerjemahan Varian Kuplet No
1.
Teknik Penerjemahan
2.
Kesepadanan Lazim + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Modulasi
3.
Kesepadanan Lazim +
Frekuensi Penggunaan dalam Varian Kuplet 39
Persentase (%)
22
16,06%
17
12,41%
28,47 %
93
Amplifikasi linguistik Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Kesepadanan Lazim + Reduksi
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
15
10,95%
13
9,49%
Kesepadanan Lazim + Kompresi Linguistik Kesepadanan Lazim + Kompensasi Kesepadanan Lazim + Adaptasi
13
9,49%
4
2,92%
Kesepadanan Lazim + Transposisi Kesepadanan Lazim + Partikulasi Kesepadanan Lazim + Variasi
3
2,19%
2
1,46%
1
0,73%
Kompresi linguistik + Peminjaman Total
1
0,73%
137
100%
12.
7
5,11%
1. Kesepadanan Lazim + Peminjaman Pada penelitian ini menemukan sebanyak 39 data kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dengan dua teknik sekaligus, teknik kesepadanan lazim dan peminjaman. Dalam penelitian ini ditemukan satu data yang berubah derajat kesantunannya karena penerapan teknik kesepadanan lazim. Berikut beberapa temuan data tersebut: No data
Bsu
Bsa
Bsu/001/Bsa/001
“They're just curious, Fords.”
“Mereka Fords.”
Bsu/039/Bsa/039
“I feel bad. This couch is much too short for you. Maybe you should take the bed with Jamie.”
“Aku mersa tidak enak. Sofa ini terlalu pendek untukmu. Mungkin sebaiknya kau tidur bersama Jamie.”
hanya
penasaran,
94
Selain varian tunggal, kesepadanan lazim juga diterapkan pada varian kuplet yang diterjemahkan sesuai dengan konteks cerita yang ada di dalam novel. Seperti data Bsu/001/Bsa/001, data tersebut terikat pada konteks cerita, sehingga
kata
curious
diterjemahkan
menjadi
penasaran
daripada
diterjemahkan menjadi ingin tahu. Sementara itu, pada data Bsu/039/Bsa/039 terjadi penurunan derajat kesantunan yang terjadi pada kata should yang diterjemahkan menjadi sebaiknya. Penggunaan kata should digunakan untuk mengekspresikan sesuatu yang memiliki keharusan untuk dilakukan (duty or obligation) dan penggunaan should merupakan kalimat perintah tak langsung tetapi berubah bentuk menjadi kalimat permintaan saat diterjemahkan. Kemudian, untuk teknik peminjaman meminjam nama karakter yang ada seperti, Ford dan Jamie agar karakter yang ada pada Bsu tersebut tidak berubah pada Bsa. 2. Kesepadanan Lazim + Modulasi Dalam varian teknik kuplet, kesepadanan lazim dan modulasi digunakan sebanyak 22 kali. Penggunaan kombinansi teknik kesepadanan lazim dan modulasi dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan derajat kesantunan. Berikut beberapa temuan data tersebut: No data
Bsu
Bsa
Bsu/004/Bsa/004
“She is exceptional among our kind–braver than most. Her lives speak for themselves. I think she would volunteer, if it were possible to ask her.”
Bsu/070/Bsa/070
“Don't worry. Just watch your step and you'll be fine.”
“Dia luar biasa di antara bangsa kita—lebih berani daripada sebagian besar kita. Kehidupan-kehidupan yang pernah dijalaninya membuktikan hal itu. Kurasa dia akan menawarkan diri, seandainya kita bisa menanyainya.” “Jangan khawatir. Berhatihati saja saat kau melangkah, dan kau akan selamat. Nah.”
95
Pada data di atas, kesepadanan lazim juga digunakan karena terjemahan yang dilakukan terikat dari konteks cerita. Penggunaan kesepadanan lazim terlihat dalam menerjemahkan kata volunteer menjadi menawarkan diri. Sementara itu, untuk teknik modulasi pada data nomor Bsu/004/Bsa/004 dalam frasa I think di bahasa sumber berbentuk Subjek-predikat dan yang menjadi fokus bahasa sumber adalah kata I. Akan tetapi, dalam bahasa sasaran terjadi perubahan struktur dan fokus berubah menjadi kurasa dan pada data nomor Bsu/070/Bsa/070 klausa Just watch your step diterjemahkan dengan mengubah kategori kognitifnya menjadi Berhati-hati saja saat kau melangkah. Penerapan teknik modulasi menyebabkan hilangnya makna Just watch your step yang diterjemahkan menjadi Berhati-hati saja saat kau melangkah. Makna tuturan tersebut hilang karena sudut pandang berubah. 3. Kesepadanan Lazim + Amplifikasi linguistik Pada penelitian ini menemukan sebanyak 17 data kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dengan dua teknik sekaligus, teknik kesepadanan lazim dan amplifikasi linguistik. Dalam penelitian ini ditemukan satu data yang berubah derajat kesantunan karena penerapan teknik kesepadanan lazim. Berikut beberapa temuan data tersebut: No data
Bsu
Bsa
Bsu/066/Bsa/066
“I was raised in a polite time, kid. I can't help myself.”
Bsu/163/Bsa/163
“Ian is… Ian believes me. He watches over me. He can be so very kind… for a human.”
“Aku dibesarkan di zaman yang lebih2 sopan, Nak. Tidak bisa tidak.” “Ian..Ian mempercayaiku. Dia menjagaku. Dia teramat sangat baik..untuk ukuran2 manusia.”
Pada data di atas, penggunaan teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. Teknik kesepadanan lazim dipakai untuk menerjemahkan kata sapaan kid menjadi Nak dan penggunaan teknik kesepadanan lazim pada data nomor Bsu/163/Bsa/163, pada klausa so very kind yang diterjemahkan menjadi
96
teramat sangat baik membuat penaikkan derajat kesantunan karena penambahan imbuhan ter- pada dari kata amat menjadi kata teramat merupakan kata penguat yang lebih tinggi dari kata so. Sementara itu, penggunaan teknik amplifikasi linguistik dipakai dengan menambah unsur linguistik seperti kemunculan kata lebih pada data Bsu/066/Bsa/066 dan kata ukuran pada data Bsu/163/Bsa/163. 4. Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Dalam varian teknik kuplet, kesepadanan lazim dan amplifikasi digunakan sebanyak 15 kali. Penggunaan kombinansi teknik kesepadanan lazim dan amplifikasi dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan derajat kesantunan. Berikut beberapa temuan data tersebut: No data
Bsu
Bsa
Bsu/032/Bsa/032
“I didn't say that to comfort you, dear.”
Bsu/064/Bsa/064
“Let's get out of here before it heats up.”
“Aku tidak mengucapkan perkataan itu untuk menghiburmu, Sayang.” “Ayo, pergi dari sini sebelum udara memanas.”
Pada data di atas, teknik kesepadanan lazim dipakai dalam kalimat I didn't say that to comfort you, dear dan Let's get out of here before it heats up. Kesepadanan lazim juga digunakan karena terjemahan yang dilakukan terikat dengan konteks cerita. Seperti yang terlihat pada kata dear yang diterjemahkan menjadi kata sapaan Sayang dan get out terjemahkan menjadi pergi. Sementara itu, untuk teknik amplifikasi dalam data di atas terjadi penambahan pada kata perkataan dan udara yang merupakan aplikasi dari teknik amplifikasi. 5. Kesepadanan Lazim + Reduksi Pada penelitian ini menemukan sebanyak 13 data kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dengan dua teknik sekaligus, teknik kesepadanan lazim dan reduksi. Dalam penelitian ini ditemukan satu
97
data yang berubah derajat kesantunan karena penerapan teknik reduksi. Berikut beberapa temuan data tersebut: No data
Bsu
Bsa
Bsu/016/Bsa/016
“I'll be very quick. Let2 me get us some more food.”
Bsu/045/Bsa/045
“I have eyes in the back of my2 head.”
“Aku akan sangat cepat. Aku akan mengambil lebih banyak makanan untuk kita.” “Aku punya mata di belakang kepala.”
Pada data di atas, kesepadanan lazim juga dipakai karena terjemahan yang dilakukan terikat dengan konteks cerita. Teknik kesepadanan lazim terlihat pada pemakaian kata some yang diterjemahkan menjadi banyak. Sementara itu, untuk teknik reduksi pada data nomor Bsu/016/Bsa/016 penggunaan teknik reduksi dalam kata let. Penghilangan kata tersebut membuat penurunan derajat kesantunan. Kata let digunakan untuk menawarkan pilihan kepada lawan tutur sehingga penggunaan kata tersebut membuat tuturan menjadi lebih santun karena terdengar tindakan tidak memaksa lawan tutur. Tetapi dengan dihilangkan menjadi kalimat pernyataan atau deklaratif. Hal tersebut membuat derajat kesantunannya menurun karena penghilangan kata let membuat penutur tidak memberikan pilihan tindakan kepada lawan tutur dan pada data Bsu/045/Bsa/045, teknik reduksi dipakai untuk menghilangkan kata my. 6. Kesepadanan Lazim + Kompresi Linguistik Pada penelitian ini menemukan sebanyak 13 data kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dengan dua teknik sekaligus, teknik kesepadanan lazim dan kompresi linguistik. Dalam penelitian ini ditemukan satu data yang berubah derajat kesantunan karena penerapan teknik kesepadanan lazim. Berikut beberapa temuan data tersebut: No data
Bsu
Bsa
Bsu/058/Bsa/058
“Head down before it gets dark, sweetie. You don't want to get lost.”
Bsu/201/Bsa/201
“Of course. Would you like some water?”
“Turunlah sebelum gelap, Sayang. Kau tidak ingin tersesat, bukan?” “Sama-sama. Mau air?”
98
Pada data di atas, kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. Teknik kesepadanan lazim terlihat pada terjemahan frasa head down menjadi turunlah dan kata sapaan sweetie menjadi Sayang. Sementara itu, untuk teknik kompresi linguistik pada data nomor Bsu/058/Bsa/058 penggunaan teknik kompresi linguistik dipakai dengan meniadakan frasa it gets dalam bahasa sasaran dan pada data Bsu/201/Bsa/201, teknik kompresi linguistik dipakai dengan memadatkan frasa would you like sehingga membuat penurunan derajat kesantunan karena kata would you like digunakan dalam kalimat pertanyaan dan merupakan ungkapan penawaran yang lebih formal/resmi. 7. Kesepadanan Lazim + Kompensasi Sebanyak 8 data kalimat yang mengandung tuturan kesantunan positif diterjemahkan teknik penerjemahan kesepadanan lazim dan kompensasi. Berikut beberapa temuan data tersebut: No data
Bsu
Bsa
Bsu/077/Bsa/077
“I'll take over here, then. Have a safe trip.”
“Kalau begitu2 aku akan menggantikanmu disini. Selamat jalan.”
Pada contoh data di atas, terjadi penerapan kombinasi teknik kesepadanan lazim dan kompensasi. Teknik kesepadanan lazim digunakan karena terjemahan terikat dengan konteks cerita seperti kata take over diterjemahkan menjadi menggantikanmu. Terjemahan tersebut lebih sesuai dengan dengan konteks cerita dimana dalam konteks cerita penutur hanya menggantikan sementara tugas lawan tuturnya, sedangkan penggunaan teknik kompensasi terjadi pada kata then karena jika diterjemahkan di akhir kalimat menjadi tidak berterima sehingga kata then diterjemahkan di awal kalimat.
99
8. Kesepadanan Lazim + Adaptasi Kombinasi teknik kesepadanan lazim dan adaptasi digunakan pada 4 data. Data yang menunjukkan penggunaan teknik ini ada pada data nomor Bsu/155/Bsa/155. Penggunaan kombinansi teknik kesepadanan lazim dan adaptasi dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan derajat kesantunan. Teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks situasi yang ada. Sementara itu, untuk teknik adaptasi dipakai untuk menerjemahkan kata nice menjadi harum yang disesuaikan dengan bahasa sasaran. No data
Bsu
Bsa
Bsu/220/Bsa/220
Seeker: “Nice, don't you think?”
Penceri: “Harum, kan?”
Wanderer: “Very nice.”
Wanderer: “Sangat harum.”
9. Kesepadanan Lazim + Transposisi Kombinasi teknik kesepadanan lazim dan transposisi digunakan pada 3 data. Data yang menunjukkan penggunaan teknik ini ada pada data nomor Bsu/030/Bsa/030. Penggunaan
kombinansi teknik kesepadanan lazim dan
transposisi dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan derajat kesantunan. Teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita walaupun diterjemahkan kata perkata seperti terjemahan kata astonishes yang diterjemahkan menjadi takjub bukan diterjemahkan menjadi heran. Kata heran lebih bermakna negatif daripada positif sebab terjemahan disesuaikan dengan konteks cerita dimana penutur sedang memuji lawan tuturnya. Sementara itu, untuk teknik transposisi yaitu perubahan kata prounon it di bahasa sumber menjadi konjungsi sehingga di bahasa sasaran. No data
Bsu
Bsa
Bsu/030/Bsa/030
“Listen to me. You are strong. Surprisingly strong. Our kind are always so much the same, but you
“Dengarlah. Kau kuat. Amat sangat kuat. Bangsa kita selalu sama, tapi kau
100
exceed the norm. You're so brave it astonishes me. Your past lives are a testament to that.”
melampaui norma. Kau begitu berani, sehingga membuatku takjub. Kehidupan-kehidupanmu di masa lalu adalah buktinya.”
10. Kesepadanan Lazim + Partikulasi Kombinasi teknik kesepadanan lazim dan partikulasi digunakan pada 2 data. Data yang menunjukkan penggunaan teknik ini ada pada data nomor Bsu/134/Bsa/134. Penggunaan
kombinansi teknik kesepadanan lazim dan
partikulasi dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan derajat kesantunan. Teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. Penggunaan teknik kesepadanan lazim terlihat dalam menerjemahkan klausa the coast is clear menjadi sampai semua beres. Jika diterjemahkan secara harfiah menjadi tidak akurat. Sementara itu, untuk teknik partikulasi yaitu kata somewhere di bahasa sumber diterjemahkan menjadi suatu tempat terpencil di bahasa sasaran. Secara harfiah, somewhere sendiri bermakna suatu tempat yang terjadi terjemahan ini mengambil bentuk yang lebih jelas dari suatu tempat. No data Bsu/134/Bsa/134
Bsu
Bsa
“C'mon–let's go relax somewhere out of the way until the coast is clear.”
“Ayo—ayo kita pergi bersantai di suatu tempat terpencil sampai semuanya beres.”
11. Kesepadanan lazim + Variasi Kombinasi teknik kesepadanan lazim dan variasi digunakan pada 1 data. Data yang menunjukkan penggunaan teknik ini ada pada data nomor Bsu/155/Bsa/155. Penggunaan kombinasi teknik kesepadanan lazim dan variasi dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan derajat kesantunan. Teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. Teknik kesepadanan lazim digunakan untuk menerjemahkan frasa sleep well menjadi selamat tidur.
101
Sementara itu, untuk teknik variasi yaitu kata friend di bahasa sumber diterjemahkan menjadi sobat di bahasa sasaran. Secara harfiah, friend sendiri bermakna teman yang terjadi terjemahan ini mengambil bentuk variasi dari teman. Pemadanan itu didasarkan pada aspek kultural bahwa budaya Indonesia pada konteks situasi semacam ini salah satu sapaan umum yang digunakan
adalah
sobat.
Penggunaan
teknik
variasi
dipakai
untuk
menerjemahkan sapaan yang menunjukkan usaha penutur mendekatkan diri ke lawan tutur. No data Bsu/155/Bsa/155
Bsu
Bsa
“Sleep well, friend.”
“Selamat tidur, Sobat.”
12. Kompresi linguistik + Peminjaman Kombinasi teknik kesepadanan lazim dan partikulasi digunakan pada 1 data. Data yang menunjukkan penggunaan teknik ini ada pada data nomor Bsu/019/Bsa/019/a. Penggunaan kombinansi teknik kompresi linguistik dan peminjaman dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan derajat kesantunan. Teknik kompresi linguistik dipakai dengan menghilangkan kata there dalam terjemahannya. Sementara itu, Wanderer yang merupakan nama seorang karakter di bahasa sumber dipinjam dengan jalan peminjaman murni. No data Bsu/019/Bsa/019/a
Bsu
Bsa
“Hello there, Wanderer! Won't you take a seat and make yourself at home?”
“Halo1, Wanderer!2 Silahkan duduk dan anggaplah seperti rumahmu sendiri!”
c. Varian Triplet Selain varian tunggal dan kuplet, ditemukan pula varian triplet yaitu penerapan tiga jenis teknik penerjemahan dalam menerjemahkan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. Dibandingkan dengan varian tunggal dan varian kuplet, penggunaan varian triplet tergolong lebih sedikit
102
yakni ditemukan 33 data. Berikut temuan varian triplet yang disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 4.6: Temuan Teknik Penerjemahan Varian Triplet No
1. 2. 3. 4.
Teknik Penerjemahan
Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Modulasi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Kompresi Linguistik + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Reduksi + Peminjaman
Frekuensi Penggunaan Dalam Varian Tunggal 4
Persentase (%)
4
12,12%
4
12,12%
3
9,09%
12,12%
5.
Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Transposisi
3
9,09%
6.
Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Modulasi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Modulasi + Amplifikasi
2
5,88%
2
6,06%
1
3,03%
9.
Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Transposisi
1
3,03%
10.
Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Adaptasi
1
3,03%
11.
Kesepadanan Lazim + Adaptasi + Reduksi
1
3,03%
12.
Kesepadanan Lazim + Reduksi + Kompresi Linguistik Kesepadanan Lazim + Partikulasi +
1
3,03%
1
3,03%
7. 8.
13.
103
Modulasi 14.
Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Partikulasi
1
3,03%
15.
Kesepadanan Lazim + Adaptasi + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Amplifikasi
1
3,03%
1
3,03%
Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Partikuasi Kesepadanan Lazim + Reduksi + Amplifikasi Linguistik Total
1
3,03%
1
3,03%
33
100%
16.
17. 18.
1. Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Modulasi Teknik kesepadanan lazim, peminjaman dan modulasi ditemukan dalam 4 data. Salah satu data yang menggunakan teknik ini adalah data Bsu/023/Bsa/023. Penggunaan teknik kesepadanan lazim terlihat dalam menerjemahkan kata among menjadi salah satu dan kata requested menjadi diminati.
Sementara itu, peminjaman alamiah direalisasikan dengan
meminjam kata dalam Bsu yang diikuti penyesuaian pelafalan. Kata tersebut adalah university menjadi universitas. Sementara itu, penggunaan teknik modulasi digunakan dengan mengubah sudut pandang. Pada Bsu kalimat dimulai dengan subyek he yang diikuti kata kerja says yang diterjemahkan menjadi katanya. Artinya kata kerja says berfungsi menegaskan kata he. Namun, dalam Bsu sudut pandang terjemahan ungkapan ini mengalami perubahan. Keterangan terjemahan says bukan lagi hanya menerangkan subyek melainkan menerangkan keseluruhan infomasi dalam kalimat. No data Bsu/023/Bsa/023
Bsu
Bsa
“I hear good things about you from Curt. He says your class is among the most requested at the
“Aku mendengar hal-hal baik tentangmu dari Curt. Katanya3 kelasmu salah satu
104
university.”
yang paling universitas.”
diminati
di
2. Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Peminjaman Penggunaan tiga teknik sekaligus yaitu teknik kesepadanan lazim, amplifikasi dan transposisi, dilakukan pada 4 temuan data. Salah satunya adalah data Bsu/035/Bsa/035 berikut ini: No data Bsu/035/Bsa/035
Bsu
Bsa
Seeker: “So, Wanderer… or do you still go by that name? I don't mean to be rude in calling you that.”
Pencari: “Jadi, Wanderer... atau masihkah kau memakai nama itu? Aku tidak bermaksud kasar dengan memanggilmu begitu.”
Wanderer: “I still go by Wanderer.”
Wanderer: “Aku memakai Wanderer3.”
masih nama2
Teknik kesepadanan lazim terlihat dalam menerjemahkan still go menjadi masih memakai karena jika diterjemahkan secarah harfiah menjadi tidak akurat. Sementara itu, penggunaan teknik amplifikasi dapat dilihat pada penambahan kata nama. Hal tersebut dilakukan untuk memperjelas maksud dari tuturan. Dan teknik peminjaman murni diterapkan pada penerjemahan nama karakter, Wanderer. 3. Kesepadanan Lazim + Kompresi Linguistik + Peminjaman Enam data tuturan diterjemahkan menggunakan teknik kesepadanan lazim, kompresi linguistik dan peminjaman sekaligus dalam satu data. Salah satunya adalah data Bsu/062/Bsa/062 berikut ini: No data Bsu/062/Bsa/062
Bsu
Bsa
Kyle : ‘Why? You said you made sure. It's one of them.”
Kyle: “Kenapa? Katamu kau sudah memastikan. Dia salah satu dari mereka.”
Jeb : “Well, yes, she surely is. But it's a little complicated.”
Jeb: “Well ,ya itu pasti3.
105
Tapi agak rumit.”
Pada data di atas, kesepadanan lazim digunakan untuk memadankan klausa she surely is yang tidak dapat diartikan kata per kata. Sementara itu, kompresi linguistik digunakan dengan menghilangkan kata it’s dalam terjemahanya. Kemudian, kata well di pinjam dengan jalan peminjaman murni. 4. Kesepadanan Lazim + Reduksi + Peminjaman Teknik kesepadanan lazim, reduksi dan peminjaman digunakan pada 3 data, salah satunya data Bsu/115/Bsa/115. Penggunaan teknik kesepadanan lazim karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. Sementara itu, teknik reduksi digunakan dengan menghilangkan kata we are. Dan teknik peminjaman murni diterapkan pada penerjemahan nama karakter, Wanda. No data Bsu/115/Bsa/115
Bsu
Bsa
Wanderer: “I… well, maybe it's stupid of me, but I sort of thought we were friends.”
Wanderer: “Aku...well, mungkin aku tolol, tapi menurutku kita berteman.
Jeb: “Of course we are, Wanda.”
Jeb: “Tentu saja, Wanda3.”
5. Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Transposisi Terdapat tiga data tuturan yang diterjemahkan menggunakan teknik kesepadanan lazim, peminjaman, dan transposisi. Salah satunya adalah data Bsu/126/Bsa/126 berikut ini: No data Bsu/126/Bsa/126
Bsu
Bsa
Jamie : “I belong wherever I want to be”
Jamie: “Tempatku adalah di mana pun yang kuinginkan.”
Wanderer : “Fine, but you have to get Jeb's permission.”
Wanderer: “Baiklah, kau harus minta kepada Jeb.”
tapi izin
Pada data di atas, penggunaan teknik kesepadanan lazim digunakan untuk menerjemahkan kata fine menjadi baiklah. Kata baiklah merupakan ekspresi
106
persetujuan sesuai dengan konteks cerita. Sementara itu, teknik peminjaman murni diterapkan pada penerjemahan nama karakter, Jeb dan untuk transposisi terjadi pada pergeseran kata benda menjadi kata kerja, seperti terjemahan Jeb's permission menjadi minta izin kepada Jeb. 6. Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Modulasi Terdapat dua data tuturan yang diterjemahkan menggunakan teknik kesepadanan lazim, amplifikasi linguistik, dan modulasi.Salah satunya adalah data Bsu/234/Bsa/234 berikut ini: No data Bsu/234/Bsa/234
Bsu
Bsa
“Claw beasts like to dig pits and bury themselves in the snow. Camouflage, you know. A trap.”
“Mahluk buas bercakar suka menggali lubang dan mengubur diri di dalam salju. Kau tahu, kan2? Sebagai3 kamuflase. Perangkap.”
Pada data di atas, kesepadanan lazim digunakan untuk menerjemahkan kata comouflage menjadi kamuflase. Sementara itu, untuk teknik modulasi dengan mengubah kalimat deklaratif menjadi kalimat tanya dan penggunaan amplifikasi lingusitik yaitu penambahan kata sebagai. 7. Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Peminjaman Terdapat dua data tuturan yang diterjemahkan menggunakan teknik kesepadanan lazim, amplifikasi linguistik, dan peminjaman. Salah satunya adalah data Bsu/101/Bsa/101 berikut ini: No data Bsu/101/Bsa/101
Bsu
Bsa
“Most interesting conversation I've had in… well, probably forever. Rest your voice up, Wanda, because my curiosity is a powerful thing. Ah, there he is! 'Bout time.”
“Percakapan paling menarik yang pernah kualami dalam... well, mungkin selamanya. Istirahatkan suaramu, Wanda, karena rasa penasaranku sangat kuat. Ah, itu dia! Sudah saatnya.”
107
Pada data di atas, teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. Penggunaan kesepadanan lazim terlihat pada klausa most interesting conversation I’ve had in menjadi Percakapan paling menarik kualami dalam. Sementara itu, amplifikasi linguistik digunakan untuk menambahkan frasa yang pernah, dan peminjaman menerapkan dengan meminjam murni kata well. 8. Kesepadanan Lazim + Adaptasi + Reduksi Teknik kesepadanan lazim, adaptasi dan reduksi digunakan bersamaan dalam satu data. Pada data Bsu/010/Bsa/010 dibawah ini menunjukkan penggunaan teknik kesepadanan lazim, adaptasi dan reduksi. Kesepadanan lazim dipakai untuk menerjemahkan bagian kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif yang terjemahnya tidak lepas dari konteks cerita. Sementara itu, kata persis menggunakan teknik adaptasi. Kata just as diterjemahkan menjadi persis. Secara harfiah, just as dapat diterjemahkan seperti disebabkan makna kata persis dan seperti mewakili pesan ‘serupa’. Penggunaan teknik adaptasi ini bertujuan untuk mengeksplisitkan pesan yang terkandung dalam Bsu. Kemudian, penggunaan teknik reduksi digunakan untuk menghilangan kata you. No data Bsu/010/Bsa/010
Bsu
Bsa
“I'm sure she'll be fine, just as I told you.”
“Aku yakin dia akan baik-baik saja, persis yang kubilang.”
9. Kesepadanan Lazim + Modulasi + Amplifikasi Ada satu data yang menunjukkan kombinasi dari ketiga teknik ini. Salah satunya adalah data Bsu/027/Bsa/027 berikut ini: No data Bsu/027/Bsa/027
Bsu
Bsa
“Everybody cries their first year. These emotions are so impossible. We're all children for a bit, whether we intended that or not. I used to tear up every time I saw a pretty sunset. The taste of peanut butter would sometimes do that,
“Semua jiwa menanggis pada tahun pertama mereka. Emosiemosi ini begitu tak masuk akal. Ada sedikit kanakkanak dalam diri kita semua, tak peduli kita menghendakinya atau tidak.
108
too.”
Dulu aku suka berurai air mata setiap kali melihat keindahan matahari terbenam. Rasa selai kacang terkadang juga membuatku menangis.”
Kesepadanan lazim digunakan untuk memadankan kata children dengan ungkapan yang biasanya digunakan dalam bahasa sasaran. Kata children dalam bahasa sumber dimaksudkan adalah menyataka sifat seseorang maka terjemahkan menjadi kanak-kanak. Sementara itu, modulasi digunakan dengan mengubah sudut padang. Terjemahan We're all children for a bit menjadi ada sedikit kanak-kanak dalam diri kita semua. Perubahan terjadi ketika kata adverbia a bit yang mengikuti dan menerangkan we bergeser menjadi menerangkan keseluruhan klausa dengan diletakan di awal kalimat. Untuk penggunaan amplifikasi digunakan dengan menambahkan frasa tak peduli. 10. Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Transposisi Penggunaan tiga teknik sekaligus yaitu teknik kesepadanan lazim. Amplifikasi dan trasposisi, dilakukan pada satu temuan data. Berikut temuannya. No data Bsu/043/Bsa/043
Bsu
Bsa
“No one's young anymore. Anyone who's survived this long is ancient.”
“Tak seorang pun masih belia. Siapa pun yang bertahan hidup selama ini, berarti dia sudah tua bangka.”
Pada data di atas, penggunaan teknik kesepadanan lazim digunakan untuk menerjemahkan klausa anyone who’s survived this long menjadi siapapun yang bertahan hidup selama ini. Sementara itu, amplifikasi dilakukan dengan menambahkan frasa berarti dia. Frasa berarti dia ini membuat maksud penutur menjadi eksplisit sehingga jelas penggunaannya untuk siapa dan untuk penggunaan teknik transposisi terjadi pada pergeseran kata menjadi frasa, seperti terjemahan ancient menjadi tua bangka.
109
11. Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Adaptasi Penggunaan tiga teknik sekaligus yaitu teknik kesepadanan lazim, amplifikasi linguistik, dan adaptasi, dilakukan pada satu temuan data. Berikut temuannya. No data Bsu/085/Bsa/085
Bsu
Bsa
“Takin' her for a tour of the place. Just like I do for any newcomer.”
“Aku membawanya berkeliling tempat ini. Persis3 seperti yang kulakukan terhadap semua2 pendatang baru.”
Pada data di atas, kesepadanan lazim digunakan untuk menerjemahkan kata newcomer menjadi pendatang baru. Sementara itu, penggunaan adaptasi pada kata just diterjemahkan menjadi persis. Secara harfiah, just dapat diterjemahkan seperti sedangkan antara persis dan seperti mewakili pesan ‘serupa’ dan untuk amplifikasi linguistik dengan menambahkan kata semua. 12. Kesepadanan Lazim + Reduksi + Kompresi Linguistik Penggunaan tiga teknik sekaligus yaitu teknik kesepadanan lazim, reduksi dan kompresi linguistik, dilakukan pada satu temuan data. Berikut temuannya. No data Bsu/108/Bsa/108/b
Bsu
Bsa
“Bout time that northeast field was planted. We'll have to work the soil first. Hope you don't mind getting your hands dirty. After we're2 done, I'll see that you get a chance to clean yourself up. You need it.”
“Sudah saatnya ladang timur laut ditanami. Kita harus menggarap tanahnya dulu. Kuharap kau tidak keberatan mengotori tanganmu. Setelah selesai akan kupastikan kau punya kesempatan untuk mandi. Kau membutuhkannya.”
Pada data di atas, teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. Kesepadanan lazim digunakan untuk memadankan I’ll see menjadi kupastikan yang tidak dapat diartikan kata per kata karena jika diterjemahkan secara harfiah menjadi tidak berterima.
110
Sementara itu, reduksi digunakan dengan menghilangkan kata we’re dan untuk teknik kompresi linguistik dipakai untuk dengan memadatkan klausa you get a chance to clean yourself up menjadi kau punya kesempatan untuk mandi. 13. Kesepadanan Lazim + Partikulasi + Modulasi Penggunaan tiga teknik sekaligus yaitu teknik kesepadanan lazim, modulasi dan partikulasi, dilakukan pada satu temuan data. Berikut temuannya. No data Bsu/116/Bsa/116
Bsu
Bsa
“No, I don't want you dead! That's the whole point, kid. I've been getting them all used to seeing you around, getting them to accept the situation without realizing it. It's like boiling a frog.”
“Tidak. Aku tidak menginginkan kematianmu! Hanya satu2 tujuanku3, Nak. Aku membuat mereka terbiasa melihatmu berkeliaran, membuat mereka menerima situasi ini tanpa menyadarinya. Seperti merebus katak.”
Pada data di atas, penggunaan teknik kesepadanan lazim digunakan dalam menerjemahkan sapaan kid menjadi nak. Sapaan kid yang dalam harfiah berarti anak lebih sepadan dengan kata nak untuk pengunaan kata sapaan. Sementara itu, penggunaan partikulasi untuk menerjemahkan whole point menjadi satu tujuanku.Teknik ini membuat istilah menjadi lebih spesifik. Untuk penggunaan modulasi dalam menerjemahkan That's the whole point menjadi Hanya satu tujuanku. 14. Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Partikulasi Penggunaan tiga teknik sekaligus yaitu teknik kesepadanan lazim, peminjaman dan partikulasi, dilakukan pada satu temuan data. Berikut temuannya. No data Bsu/212/Bsa/212
Bsu “Ian,
Bsa she
was
absolutely
“Ian, Wanda benar-benar
111
phenomenal. You'd have to see to really understand. I'm only just beginning to guess at all the possibilities–“
fenomenal. Kau harus melihatnya agar benar-benar mengerti. Aku baru saja mulai menerka-nerka kemungkinankemungkinan---“
Pada data di atas, penggunaan teknik kesepadanan lazim digunakan dalam menerjemahkan absolutely menjadi benar-benar. Sementara itu, teknik peminjaman menggunakan teknik peminjaman murni yaitu meminjam nama karakter, Ian, dan menggunakan teknik peminjaman alamiah, yaitu phenomenal menjadi fenomenal. Penggunaan teknik partikulasi yaitu untuk membuat informasi lebih spesifik dan konkret di mana dalam bahasa sumber kata she menjadi Wanda dalam bahasa sasaran. 15. Kesepadanan Lazim + Adaptasi + Peminjaman Penggunaan tiga teknik sekaligus yaitu teknik kesepadanan lazim, peminjaman dan adaptasi, dilakukan pada satu temuan data. Berikut temuannya. No data Bsu/182/Bsa/182
Bsu
Bsa
“You may have taken the planet, but you're losing this game.”
“Kau mungkin sudah merampas planet, tapi kau bakal kalah dalam permainan ini.”
Pada data di atas, teknik kesepadanan lazim digunakan untuk menerjemahkan kata losing menjadi kalah karena jika diterjemahkan secara harfiah akan tidak berterima. Sementara, penggunaan teknik adaptasi terjadi pada kata taken menjadi merampas karena kata merampas lebih bersifat negatif dan sesuai dengan konteks situasi. Untuk penggunaan teknik peminjaman yaitu dengan menggunakan meminjam secara murni pada kata planet.
112
16. Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Amplifikasi Penggunaan tiga teknik sekaligus yaitu teknik kesepadanan lazim, amplifikasi linguistik dan amplifikasi, dilakukan pada satu temuan data. Berikut temuannya. No data Bsu/19/1Bsa/191
Bsu
Bsa
“Nothin' to do. Kid's strong; he'll fight it off”
“Tak ada. Anak itu2 kuat: dia akan melawan infeksi itu.”
Pada data di atas, teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. Seperti yang terlihat pada terjemahan kata fight menjadi melawan. Sementara itu, penggunaan amplifikasi linguistik dengan menambahkan kata itu. Untuk teknik amplifikasi juga menambahkan keterangan infeksi sehingga konteks cerita menjadi jelas. 17. Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Partikulasi Teknik kesepadanan lazim, amplifikasi linguistik dan partikulasi digunakan bersamaan dalam satu data yaitu pada data Bsu/231/Bsa/231. Penggunaan kombinansi teknik kesepadanan lazim, amplifikasi linguistik, dan transposisi dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan derajat kesantunan. Teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. kesepadanan lazim dipakai untuk menerjemahkan
it’s done menjadi cara melakukannya
karena jika
diterjemahkan secara harfiah kurang berterima dengan konteks ceritanya. Sementara, untuk teknik amplifkiasi linguistik yaitu dengan penambahan kata keterangan
sudah.
Lalu,
penggunaan
teknik
partikulasi
dipakai
menerjemahkan kata she menjadi Pencari sehingga jelas siapa yang dibicarakan. No data Bsu/231/1Bsa/231
Bsu
Bsa
“She'll be the first, the test. I want to make sure, while I'm still here, that you're going to follow through.
“Dia akan yang menjadi pertama. Percobaan. Aku ingin memastikan, saat aku masih di
113
I will do the separation myself. When she is safe, I'll teach you how it's done.”
sini, bahwa kau akan memenuhi janjimu. Aku akan melakukan pemisahan itu sendiri. Ketika Pencari sudah aman, akan kuajarkan kepadamu bagaimana caranya melakukannya.”
18. Kesepadanan Lazim + Reduksi + Amplifikasi Linguistik Teknik kesepadanan lazim, reduksi, dan amplifikasi linguistik digunakan bersamaan dalam satu data yaitu pada data Bsu/038/Bsa/038 dibawah ini. Penggunaan kombinansi teknik kesepadanan lazim, reduksi, dan amplifikasi linguistik dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya perubahan derajat kesantunan. Teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. Teknik kesepadanan lazim dipakai untuk menerjemahkan isn’t menjadi bukankah karena tidak bisa diartikan per kata. Sementara, penggunaan teknik reduksi yaitu dengan menghilangkan kata then di bahasa sumber. Lalu, penggunaan teknik amplifikasi linguistik yaitu dengan menambahkan kata memang di bahasa sasaran sebagai pernyataan keyakinan. No data Bsu/038/1Bsa/038
Bsu
Bsa
Melanie: “It's beautiful here.”
Melanie: Tempat ini indah.
Jared: “Yes. But then, isn't home always beautiful?”
Jared: “Ya. Tapi, bukankah rumah memang selalu indah?”
d. Varian Kwartet Selain varian teknik tunggal, kuplet, dan triplet, ditemukan pula penerjemahan dengan varian teknik kwartet. Varian kwartet adalah penerjemahan dengan mengkombinasikan sekaligus empat teknik pada satu data tuturan. Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 2 unit data berupa tuturan yang mengandung kesantunan positif yang diterjemahkan dengan
114
varian kwartet. Temuan tersebut ditampilkan dalam tabel di bawah ini, kemudian disusul dengan penjabaran pada setiap data. Tabel 4.7: Temuan Teknik Penerjemahan Varian Kwartet No
Teknik Penerjemahan
1.
Kesepadanan Lazim + Reduksi + Kompresi Linguistik + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Peminjaman + Kompensasi Total
2.
Frekuensi Penggunaan Dalam Varian Kwartet 1
Persentase (%)
1
50%
2
100%
50%
1. Kesepadanan Lazim + Reduksi + Kompresi Linguistik + Peminjaman Teridentifikasi di dalam penelitian ini satu unit data yang diterjemahkan dengan kombinasi teknik kesepadanan lazim, teknik reduksi, teknik kompresi linguistik dan juga teknik peminjaman. Pada penelitian ini dalam penggunaan kombinasi teknik tersebut tidak ditemukan perubahan derajat kesantunan. Di bawah ini adalah cuplikan datanya. No data Bsu/005/1Bsa/005
Bsu
Bsa
“If you cannot observe professionally and silently, then I will have to ask you to remove yourselves.”
“Kalau kalian tidak bisa mengamati dengan tenang dan profesional, aku harus mengusir kalian.”
Pada data di atas, teknik kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan tidak lepas dari konteks cerita. Penggunaan teknik kesepadanan lazim terlihat dalam menerjemahkan kata silently dan remove menjadi tenang dan mengusir. Penggunaan teknik reduksi juga digunakan dalam data di atas dengan menghilangkan kata then. Sementara itu, penggunaan teknik kompresi linguistik terjadi dengan memadatkan klausa I will have to ask you menjadi aku harus. Lalu, penggunaan teknik peminjaman
115
dengan meminjam secara alamiah dari kata professionally menjadi profesional. 2. Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Peminjaman + Kompensasi Ditemukan satu unit data yang menerjemahkan dengan gabungan antara teknik kesepadanan lazim, teknik amplifikasi, teknik peminjaman, dan teknik kompensasi. Berikut adalah cuplikan datanya. No data Bsu/014/1Bsa/014
Bsu
Bsa
“It is very clearly stated in all recruitment propaganda that4 assimilating the remaining adult human hosts is much more challenging than assimilating a child. An immature host is highly recommended.”
“Hal itu dinyatakan dengan sangat jelas di dalam semua propaganda2 perekrutan. Bahwa4 menyesuaikan diri di dalam tubuh inang manusia dewasa yang masih tersisa akan jauh lebih menantang daripada menyesuaikan diri di dalam tubuh inang3 anak-anak. Inang yang belum dewasa sangat dianjurkan.”
Teknik kesepadanan lazim digunakan pada tuturan di atas karena kesepadanan lazim dipakai karena terjemahan yang dilakukan terikat pada konteks cerita seperti kata host diterjemahkan menjadi tubuh. Setelah itu, pada data di atas juga teridentifikasi menggunakan amplifikasi atau penambahan dari adanya penyisispan kata inang di dalam tuturan. Dengan disisipkannya kata inang dalam Bsa, penutur memperjelas maksud tuturannya. Lalu, pada data di atas juga teridentifikasi teknik peminjaman, yakni meminjam secara murni kata propaganda. Selanjutnya, pada tuturan di atas juga menggunakan teknik kompensasi yakni dengan memindahkan kata that di tengah kalimat menjadi di awal kalimat. Hal tersebut dilakukan karena tuturan kalimat di atas terlalu panjang jika di artikan dalam satu kalimat.
116
3. Kualitas Terjemahan Kalimat Yang Merepresentasikan Tuturan Kesantunan Positif Pada Novel The Host Dari 275 kajian data, kualitas terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif pada novel The Host cenderung memiliki kualitas yang baik. Terjemahan akurat mendominasi penelitian ini, dibandingkan dengan terjemahan yang kurang akurat atau tidak akurat. Begitu juga dengan tingkat penilaian keberterimaan. Persentase tiap-tiap aspek tingkat kualitas keakuratan dan keberterimaan tinggi adalah untuk hasil penerjemahan yang baik cenderung dominan, seperti tingkat keakuratan mempunyai 95,64% dan kebeterimaan 84%. Dilihat dari persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan temuan teknik cenderung baik terhadap kualitas terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif pada novel The Host. Berdasarkan frekuensi penggunaan teknik penerjemahan, teknik kesepadanan lazim, peminjaman, amplifikasi linguistik, dan modulasi mendominasi penelitian ini. Keempat teknik ini cenderung memberikan nilai positif pada kualitas terjemahan. Terjemahan akurat dipengaruhi kesepadanan makna antara Bsu dan Bsa. Sementara, untuk kurang akurat dipengaruhi oleh adanya sebagian pesan yang tidak tersampaikan. Terjemahan berterima diidentifikasi dengan penyesuaian terhadap kaidah dan budaya Bsa. Data yang kurang berterima disebabkan oleh penggunaan kolokasi dan diksi yang kurang tepat. Misalnya, kata menangani kurang berterima untuk kolokasi dengan ingatan. Pembahasan mengenai dampak penerapan teknik penerjemahan terdapat kualitas terjemahan dibagi menjadi dua subbab yaitu dampaknya terhadap tingkat keakuratan terjemahan dan tingkat keberterimaan. a. Keakuratan Pada terjemahan novel The Host, ditemukan tiga ketegori keakuratan, yaitu: terjemahan akurat sebanyak 263 data (95,64%), terjemahan kurang akurat sebanyak 12 data (4,36%), dan tidak terdapat terjemahan tidak akurat.
117
Temuan berkaitan dengan keakuratan terjemahan novel The Host disajikan dalam tabel dan penjelasan berikut: Tabel 4.8 : Temuan Keakuratan Terjemahan Kalimat Yang Merepresentasikan Tuturan Kesantunan Positif No 1. 2.
Keakuratan
Jumlah
Akurat Kurang Akurat Total
263 12 275
Persentase (%) 95,64% 4,36% 100%
1. Terjemahan Akurat Mayoritas terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif tergolong terjemahan akurat. Hal ini dibuktikan dengan presentase terjemahan akurat yang mencapai 95,64%. Terjemahan akurat yaitu apabila pesan di dalam Bsu tersampaikan dengan tepat dalam Bsa, tidak ada penyimpangan/distorsi dan tidak ada penambahan, penghilangan, atau perubahan informasi (Nababan 2010). Beberapa data tergolong terjemahan akurat adalah sebagai berikut: No data Bsu/009/1Bsa/009
Bsu
Bsa
“I'm afraid it's too much for her.”
“Aku khawatir baginya.”
ini
terlalu
berat
Data di atas merupakan contoh hasil terjemahan akurat karena makna di Bsu ditransfer ke Bsa dengan tepat. Jika dilihat dari teknik penerjemahannya, penerjemah menggunakan teknik kesepadanan lazim karena terjemahan sesuai dengan konteks cerita yang ada sehingga terjemahan menjadi lebih akurat. Hasil terjemahan juga memiliki makna yang sepadan dengan bahasa sumber sehingga tidak ada perbedaan pendapat dalam menilai data di atas. Contoh data lain yang merupakan terjemahan akurat adalah sebagai berikut.
118
No data Bsu/015/1Bsa/015
Bsu
Bsa
“Why won't you show me your neck?”
“Kenapa tidak kau tunjukkan lehermu?”
Data di atas juga merupakan terjemahan akurat karena merupakan kalimat sederhana sehingga tidak ada kesulitan. Penggunaan teknik kesepadanan lazim dan reduksi yang diterapkan oleh penerjemah berhasil mentransfer makna dengan baik tanpa distorsi makna. Penghilangan kata me tidak mempengaruhi keutuhan pesan dalam Bsa. Ketiga raters menilai data nomor 015 di atas termasuk terjemahan akurat. 2. Terjemahan Kurang Akurat. Sebanyak 12 data berupa kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif teridentifikasi sebagai terjemahan yang kurang akurat berdasarkan hasil penilaian dari pembaca ahli. Berikut beberapa cuplikan datanya. No data Bsu/016/Bsa/016
Bsu
Bsa
“I'll be very quick. Let me get us some more food.”
“Aku akan sangat cepat. Aku akan mengambil lebih banyak makanan untuk kita.”
Tuturan di atas termasuk ke dalam kategori kurang akurat. Terdapat satu kata yang tidak diterjemahkan atau dihilangkan ke Bsa yaitu kata let. Pelepasan kata let membuat makna tuturan Bsu tidak persis sama dengan yang ada di Bsa. Bila pada Bsu, tuturan bermakna ajakan yaitu bahwa penutur bermaksud menawarkan dirinya untuk mengambilkan makanan. Akan tetapi, di Bsa tuturan hanya menyatakan bahwa penutur akan mengambil makanan. Penghilangan makna kalimat ajakan menjadi kalimat deklaratif membuat penurunan derajat kesantunannya. Contoh lain, dari penerjemahan kurang akurat sebagai berikut. No data Bsu/146/Bsa/146
Bsu
Bsa
“I'll get you both some food,”
“Akan kubawakan makanan
119
untuk kalian,”
Tuturan di atas termasuk kategori terjemahan kurang akurat. Terdapat satu kata yang tidak diterjemahkan ke Bsa yaitu kata both. Pelepasan both membuat makna tuturan Bsu tidak persis sama dengan yang ada di Bsa. Bila pada Bsu, tuturan bermakna yaitu penutur akan membawa makanan kepada Wanda dan Doc, dikarenakan mereka sedang menjaga Walter. Akan tetapi di Bsa, tidak dijelaskan kata kalian untuk berapa banyak orang. Seharusnya, tuturan di atas akan lebih akurat dan maknanya tersampaikan dengan utuh bila diterjemahkan menjadi “akan kubawakan makanan untuk kalian berdua”. b. Keberterimaan Dalam analisis keberterimaan, peneliti juga meminta bantuan raters untuk menilai hasil terjemahan terkait dengan tingkat keberterimaan tuturan dalam bahasa sasaran dengan memberikan nilai pada kuesioner yang diberikan. Peneliti menemukan dua kategori keberterimaan pada terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. Temuan pada aspek keberterimaan dipaparkan pada tabel dan penjelasan berikut: Tabel 4.9 : Temuan Keberterimaan Terjemahan Kalimat yang Merepresentasikan Tuturan Kesantunan Positif pada Novel The Host. No 1. 2.
Keberterimaan Berterima Kurang Berterima Total
Jumlah 231 44 275
Persentase (%) 84% 16% 100%
1. Terjemahan Berterima Mayoritas
terjemahan
kalimat
yang
merepresentasikan
tuturan
kesantunan positif dalam novel The Host tergolong terjemahan berterima. Hal ini nampak pada data sejumlah 231 (84%) yang termasuk dalam kategori ini. Berikut beberapa data yang tergolong dalam terjemahan berterima:
120
No data Bsu/019/Bsa/019/b
Bsu
Bsa
“Hello there, Wanderer! Won't you take a seat and make yourself at home?”
“Halo, Wanderer! Silahkan duduk dan anggaplah seperti rumahmu sendiri!”
Terjemahan di atas digolongkan sebagai terjemahan berterima karena diksi yang dipilih penerjemah sangat alamiah. Kealamiahan diksi juga didukung dengan kesesuainya terhadap konteks situasi yang digambarkan dalam novel. Ungkapan yang digunakan sangat lazim dalam budaya Indonesia karena biasanya saat seseorang kedatangan tamu, seorang tuan rumah akan berkata silahkan duduk dan anggaplah seperti rumahmu sendiri. Contoh lainnya sebagai berikut. No data Bsu/024/Bsa/024
Bsu
Bsa
“They're lucky to have you.”
“Mereka mendapatkanmu.”
beruntung
Data di atas termasuk kategori berterima karena hasil terjemahan dirasa sangat alamiah dan tidak ditemukan masalah yang muncul. Ketiga rater sepakat berpendapat bahwa data ini merupakan data yang terjemahannya masuk kategori berterima. Teknik kesepadanan lazim yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan data di atas sangat tepat karena mentransfer makna dengan baik juga berterima dengan kaidah Bsa. 1. Terjemahan Kurang Berterima Terjemahan kurang berterima yaitu terjemahan yang pada umumnya sudah terasa alamiah namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal (Nababan, 2010). Hasil kuesioner diperoleh bahwa ada 44 data (16%) yang termasuk kurang berterima. Beberapa contoh data yang terjemahan kurang berterima antara lain. No data Bsu/026/Bsa/026
Bsu
Bsa
“Why did you keep your human name? Did it make you feel… more at one? With your host, I mean?”
“Mengapa kau mempertahankan nama manusiamu? Apakah itu membuatmu merasa...lebih
121
menyatu? Maksudku, dengan inangmu.”
Munculnya kata ganti orang kedua kau pada data Bsu/026/Bsa/026 menjadi kurang alamiah sehingga membuat terjemahan ini menjadi kurang berterima. Hal ini didasari bahwa lawan tutur mempunyai tingkat sosial yang lebih tinggi antara dokter dan pasien. Penggunaan kata ganti orang kedua kau dianggap kurang berterima karena sapaan tersebut kurang sopan maka terjemahan yang alamiah adalah anda. Contoh lainnya sebagai berikut. No data Bsu/083/Bsa/083
Bsu
Bsa
“Well, let's keep moving. Don't forget! third from the left, seventh in.”
“Well2, ayo kita lanjutkan. Jangan lupa!ketiga dari kiri, lubang ketujuh.”
Data di atas merupakan contoh terjemahan yang kurang berterima karena ada kata yang dipinjam di bahasa sumber yang tidak lazim digunakanan di bahasa sasaran. Penerapan teknik peminjaman murni dianggap tidak berhasil membuat terjemahan terasa alami, raters berpendapat seharusnya kata well tidak dipinjam di bahasa sasaran. Agar menjadi berterima, seharusnya penerjemah menerjemahkan menjadi kata nah atau bisa juga dihilangkan karena keutuhan pesan tetap terjaga.
B. Pembahasan Berdasarkan hasil temuan yang sudah dipaparkan di subbab sebelumnya. Hasil yang diperoleh pada penelitian meliputi jenis penanda strategi kesantunan positif, jenis teknik penerjemahan yang diterapkan, dan penilaian kulitas terjemahan. Kemudian, seluruh hasil temuan akan dikorelasikan dengan teori-teori bersangkutan. Pembahasan dalam bab ini meliputi: 1. Penerapan penanda kesantunan positif dalam novel The Host dan terjemahannya. 2. Penyebab dan pengaruh perubahan derajat strategi kesantunan positif.
122
3. Penerapan teknik penerjemahan dalam menerjemahkan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. 4. Dampak penerapan teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. 5. Hubungan kesantunan positif, teknik penerjemahan dan
kualitas
terjemahan.
1. Penerapan penanda kesantunan positif dalam novel The Host dan terjemahannya. Penelitian ini
mengkaji
kalimat
yang merepresentasikan
tuturan
kesantunan positif yang tuturanya dicuplik dari dialog-dialog pada novel The Host dan terjemahannya. Pada subbab A ditemukan 275 data berupa kalimat yang merepresentsasikan tuturan kesantunan positif, teridentifikasi bahwa jenis penanda strategi kesantunan positif yang muncul meliputi; 1) Memberi perhatian pada lawan tutur; 2) Membesar-besarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur; 3) Meningkatkan ketertarikan terhadap lawan tutur; 4) Menggunakan
identitas kelompok; 5) Mencari dan mengusahakan
persetujuan, 6) Menghindari ketidaksetujuan; 7) Menunjukkan hal-hal yang dianggap
mempunyai
kesamaan;
8)
Menyatakan
lelucon;
9)
Mempresuposisikan bahwa penutur memahami keinginan lawan tuturnya; 10) Membuat penawaran atau janji, 11) Menunjukkan rasa optimisme, 12) Berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu, 13) Memberikan dan meminta alasan, 14) Mengharap atau menuntut timbal balik, 15) Memberikan penghargaan. Penerapan strategi kesantunan positif pada tuturan di dalam penelitian ini diwujudkan dengan cara mendekatkan jarak sosial kepada lawan tutur. Jika dicermati, ujaran kesantunan positif dalam Bsu yang menggunakan penanda kesantunan, umumnya disampaikan dengan bentuk kalimat deklaratif. Tetapi juga terdapat penggunaan dalam bentuk kalimat imperatif maupun interogatif. Penerapan penanda kesantunan dalam masyarakat Bsu, membuat sebuah
123
tuturan yang memiliki tingkat kesantunan yang berbeda-beda, tergantung pada siapa tuturan itu ditujukan dan dalam situasi apa. Dari hasil subbab A, pendekatan yang paling dominan dilakukan penutur kepada mitra tutur melalui sebutan, sapaan, atau dikenal dengan penanda identitas kelompok. Sub-strategi penanda identitas kelompok muncul sebanyak 20 kali dalam varian tunggal, 33 kali dalam varian kuplet, dan 12 kali dalam varian triplet. Sebutan dominan yang diujarkan penutur adalah memanggil nama mitra tutur seperti “Wanda, Jeb, Jamie, Mag dan lain-lain” atau memanggil lawan tutur dengan sebutan, “Kids, Dear, Honey, Sweetheart, Sweetie, Guys, dan lainlain”. Penanda kesantunan identitas kelompok dapat diterapkan dalam berbagai situasi informal maupun formal dan dapat ditujukan kepada lawan tutur baik yang dikenal maupun pada orang asing. Penerapan penanda kesantunan memberi perhatian pada lawan tutur merupakan penerapan penanda kesantunan selanjutnya setelah penanda strategi kesantunan identitas kelompok. Penanda kesantunan ini untuk meredakan ancaman muka kepada lawan tutur. Sub-strategi ini diorientasikan pada perhatian penutur kepada lawan tutur. Biasanya menggunakan bentuk kalimat deklaratif. Penerapan penanda strategi kesantunan memberi perhatian penutur biasanya dengan memperhatikan dan menyetujui kondisi mitra tutur baik kondisi rohani maupun jasmani sehingga wajah positif lawan tutur terpenuhi karena lawan tutur merasa bahwa penutur menaruh perhatian kepada lawan tutur. Kemudian, penerapan penanda strategi kesantunan melebih-lebihkan merupakan penanda kesantunan ketiga yang mendominasi. Penerapan penanda ini biasanya menggunakan aspek prosodic. Aspek prosodic yang digunakan yakni amazing, wonderful, extraordinary, real, so, too, dan lain-lain. Penerapan penanda kesantunan ini tidak mengalami perubahan bentuk pada penanda kesantunan di Bsa. Hal tersebut, membuat wajah positif lawan tutur terpenuhi karena penggunaan kata yang melebih-lebihkan menunjukkan bahwa penutur tertarik dengan cerita lawan tutur.
124
Selanjutnya, sub-strategi mencari dan mengusahakan persetujuan. Penanda kesantunan biasanya dengan digunakan dengan pengulangan sebagian atau seluruh ujaran yang dilakukan lawan tutur. Pengulangan sebagian atau seluruh ujaran menunjukkan bahwa penutur memberi perhatian kepada lawan tutur. Karena
itu,
wajah
positif
lawan
tutur
terpenuhi
karena
penutur
menghargainya. Penerapan penanda kesantunan ini juga bisa menggunakan kata ‘yes’ untuk meyetujui sesuatu. Tetapi juga bisa digunakan untuk substrategi kesantunan menghindari ketidaksetujuan untuk mengurangi ancaman muka lawan tutur. Saat penggunaan penanda kesantunan menghindari ketidaksetujuan, biasanya akan menyetujui lawan tutur tetapi setelah persetujuan, baru penutur akan memberikan ketidaksetujuannya seperti berkata“ya, tapi...”. Hal tersebut dilakukan untuk memperhalus beda pendapat dengan lawan tutur. Berikutnya, penanda kesantunan menunjukkan rasa optimisme. Penanda kesantunan ini merupakan strategi kerjasama antara keinginan penutur sama dengan keinginan lawan tutur maupun sebaliknya dan penutur inginmembantu supaya hal tersebut tercapai. Sehingga, penutur berasumsi bahwa lawan tutur akan berkerja sama dengan penutur untuk mencapai keinginan. Penerapan penanda menunjukkan rasa optimisme digunakan untuk menenangkan lawan tutur. Selanjutnya, penerapan penanda kesantunan menggunakan bentuk inklusif kata ‘we’ dan ‘lets’. Penanda tersebut merupakan strategi kesantunan melibatkan lawan tutur dalam kegiatan tertentu. Penggunaan kata ‘we’ maupun ‘let’s’ dilakukan supaya lawan tutur terlibat interaksi walaupun maksudnya penutur melakukan untuk diri sendiri. Penggunaan sub-strategi ini untuk mengurangi FTA. Kemudian,
untuk
sub-strategi
membuat
penawaran
atau
janji
menggunakan penanda ‘will’ atau promise yang menunjukkan membuat penawaran atau janji. Strategi ini dilakukan untuk meredakan ancaman muka
125
terhadap lawan tutur dengan memuaskan muka positif lawan tutur maka digunakan sub-strategi ini. Berikutnya, sub-strategi memberi dan meminta alasan. Penerapan penanda yang sering digunakan pada strategi ini adalah mengunakan kata tanya “why”. Penggunaan strategi ini biasanya digunakan ketika penutur memberikan alasan kenapa penutur meminta seseorang untuk melakukan sesuatu yang dinginkannya. Strategi ini cara menunjukkan bantuan apa yang dibutuhkan. Penggunaan strategi ini terlihat sebagai saran secara tidak langsung daripada memberikan alasan. Selanjutnya, sub-strategi menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan ditandai dengan penggunaan personal-centre switch seperti penggunaan question tag, yakni, penggunaan frasa you know atau penggunaan kata inklusif“we” tetapi hanya mengarah kepada lawan tutur. Kemudian, sub-strategi mempresuposisikan bahwa penutur memahami keinginan lawan tuturnya. Sub-strategi ini ditandai dengan ‘I know” dikarenakan seolah-olah penutur tahu keinginan lawan tutur. Lalu, pada substrategi mengharap atau
menuntut timbal balik. Penerapan penanda sub-
strategi ini adalah saat lawan tutur melakukan X, maka penutur akan melakukan Y. Hal tersebut dilakukan untuk meredakan FTA dengan meniadakan aspek hutang budi antara lawan tutur dengan penutur Yang terakhir, sub-strategi memberikan penghargaan. Sub-strategi ini ditandai memberikan hadiah seperti barang-barang yang dibutuhkan penutur. Tetapi tidak hanya barang, penerapan strategi ini bisa ditandai dengan keinginan lawan tutur untuk disukai, dimengerti atau didengarkan. Berdasarkan hasil temuan penelitian pada sejumlah kalimat yang merepresentasikan tuturan yang mengandung kesantunan positif pada novel The Host dan terjemahannya, menunjukkan bahwa para penutur dan lawan tutur diketahui sudah mengenal satu dengan yang lain. Hal tersebut, diketahui dari konteks cerita. Namun, beberapa tidak memiliki hubungan dekat ataupun
126
kekeluargaan. Akan tetapi, terdapat juga kalimat yang merepresentasikan tuturan yang mengandung kesantunan positif yang menunjukkan bahwa penutur dan lawan tutur diketahui tidak mengenal satu dengan yang lain dan dari beberapa tuturan diketahui dari konteks cerita tidak memiliki hubungan dekat dan kekeluargaan. Dengan demikian, penerapan strategi kesantunan positif tidak hanya digunakan pada orang yang dikenal tetapi juga pada orangorang yang tidak dikenal. Hal tersebut untuk mendekatkan jarak sosial antara penutur dan lawan tutur. Dapat disimpulkan dari hasil di atas, bahwa kesantunan positif dapat memperbaiki secara langsung wajah positif lawan tutur. Dalam penggunaan strategi ini, kesantunan positif mencoba untuk meningkatkan keakraban, mempersempit kesenjangan pada kekekuasaan, dan penggunaannya lebih banyak menggunakan bahasa yang informal. Hal tersebut dapat terlihat pada dalam tuturan dalam suatu kelompok pertemanan atau pada situasi sosial dimana penutur dan lawan tutur sudah mengenal satu sama lain dengan baik. Penggunaan kesantunan positif biasanya mencoba untuk meminimalkan jarak antara penutur dan lawan tutur dengan mengekspresikan keramahan dan keinginan yang kuat pada penutur untuk memenuhi kebutuhan lawan tutur untuk dihormati. Pada hasil temuan, penerapan penanda strategi kesantunan positif tidak hanya muncul dalam varian tunggal tetapi juga dapat diterapkan kombinasi dua penanda strategi kesantunan positif. Dalam hasil temuan, kombinasi dua penanda strategi kesantunan positif muncul sebanyak 16 kali meliputi kombinasi memberi perhatian pada lawan tutur dengan menggunakan identitas kelompok sebanyak 4 kali, kombinasi membesar-besarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur dengan menggunakan identitas kelompok sebanyak 3 kali, kombinasi mencari dan mengusahakan persetujuan dengan menggunakan identitas kelompok sebanyak 1 kali, kombinasi membuat penawaran atau janji dengan menggunakan identitas kelompok sebanyak 2 kali, kombinasi menunjukkan rasa optimisme dengan menggunakan identitas
127
kelompok sebanyak 2 kali, kombinasi berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu dengan menggunakan identitas kelompok sebanyak 1 kali, kombinasi memberi dan meminta alasan dengan menggunakan penanda identitas kelompok sebanyak 2 kali, dan kombinasi memberikan penghargaan dengan menggunakan identitas kelompok sebanyak 1 kali. Penerapan penggunaan strategi kesantunan positif yang dilakukan dengan cara mendekatkan jarak sosial antara penutur dan lawan tutur, bertujuan agar potensi ancaman muka terhadap mitra tutur berkurang. Berikut ini penerapan jenis penanda strategi kesantunan positif dalam novel The Host dan terjemahannya. Tabel 4.10: Frekuensi Penerapan Jenis Penanda Strategi Kesantunan Positif dalam Novel The Host dan Terjemahannya. No 1. 2. 3.
4.
5. 6.
7. 8. 9.
Penanda Strategi Kesantunan Positif Menggunakan identitas kelompok Memberi perhatian pada lawan tutur Membesar-besarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur Mencari dan mengusahakan persetujuan Menunjukkan rasa optimisme Berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu Membuat penawaran atau janji Menghindari ketidaksetujuan Memberikan dan meminta alasan
Tunggal 20
Varian Kemunculan Kuplet Triplet 33 12
Jumlah Kwartet -
65
Persentase (%) 22.49%
21
21
5
-
47
16,26%
15
16
5
1
37
12,80%
15
11
2
-
28
9,69%
10
13
3
-
26
9%
4
11
-
-
15
5,19%
5
7
1
-
13
4,50%
2
4
4
-
10
3,46%
2
7
1
-
10
3,46%
128
10.
Meningkatkan ketertarikan terhadap lawan tutur Menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai Kesamaan Mempresuposisikan bahwa penutur memahami keinginan lawan tuturnya Mengharap atau menuntut timbal balik
3
4
1
-
8
2,77%
2
3
2
-
7
2,42%
2
5
-
-
7
2,42%
2
3
1
1
7
2,42%
14.
Menyatakan lelucon
1
3
2
-
6
2,08%
15.
Memberikan penghargaan Total
1
1
1
-
3
1,04%
105
142
40
2
289
100%
11.
12.
13.
2. Penyebab dan Pengaruh Perubahan Derajat Strategi Kesantunan Positif. Dari hasil temuan pada subbab A, ditemukan data sejumlah 4 (1,46%) unit dari total 275 data yang strategi kesantunannya mengalami perubahan derajat kesantunan. Perubahan derajat kesantunannya terjadi pada strategi kesantunan positif dalam Bsa antara lain penaikkan derajat kesantunan, yaitu penerjemahan kalimat yang mengandung kesantunan positif di Bsu mengalami penaikan derajat kesantunan di Bsa. Ditemukan sebanyak 1 data yang strategi kesantunannya mengalami kenaikan derajat kesantunan. Kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif tersebut mengalami kenaikan derajat kesantunan karena disebabkan oleh penerapan teknik kesepadanan lazim yang menyesuaikan dengan konteks cerita. Kenaikan derajat kesantunan pada teknik kesepadanan lazim itu teridentifikasi pada data nomor Bsu/163/Bsa/0163 yang mana frasa “so very kind” diterjemahkan menjadi “teramat sangat baik”. Frasa tersebut merupakan penanda sub-strategi kesantunan membesar-besarkan minat,
129
persetujuan, simpati terhadap lawan tutur. Terjemahan kalimat di dalam Bsa dinaikan derajat kesantunannya. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan teknik kesepadanan lazim yang dilakukan pada tataran kata dengan menambahkan imbuhan ‘ter’ pada kata amat menjadi teramat pada tuturan di Bsa. Terjemahan “amat sangat baik” seharusnya sudah mewakili penggunaan sub-strategi membesar-besarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur. Akan tetapi, dengan penambahan imbuhan ‘ter’ tersebut mengubah derajat kesantunan karena maknanya dinaikkan menjadi paling (superlative). Derajat kesantunan memang tidak memiliki ukuran yang tetap, karena kesantunan merupakan satu hal yang bersifat relatif. Satu tuturan yang santun dalam masyarakat di suatu kelompok masyarakat belum tentu dianggap santun oleh kelompok masyarakat lainya. Selain penaikkan derajat kesantunan yang muncul di Bsa, dari hasil temuan pada subbab A, teridentifikasi pula ada 3 unit data tuturan yang mengalami
penurunan
kesantunan.
Adapun
penyebabnya
terjadinya
penurunan derajat kesantunan di Bsu yang berbeda dengan di Bsa disebabkan oleh penerapan teknik reduksi, teknik kesepadan lazim, dan teknik kompresi linguistik. Teknik reduksi itu teridentifikasi pada ujaran data nomor Bsu/016/Bsa/016 mengakibatkan strategi kesantunan positifnya mengalami penurunan derajat. Pada data nomor Bsu/016/Bsa/016, kalimat “Let me get us some more food” menggunakan sub-strategi berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu. Akan tetapi, penggunaan teknik reduksi membuat menurunnya derajat kesantunan karena disebabkan penghilangan kata let yang merupakan penanda sub-strategi berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu. Kata let digunakan untuk menawarkan pilihan kepada lawan tutur sehingga membuat tuturan menjadi santun. Penggunaan kata let membuat tuturan di atas tidak memaksakan keinginan penutur kepada lawan tutur.
130
Tetapi dengan dihilangkannya menjadi kalimat pernyataan atau deklaratif. Kalimat tersebut membuat derajat kesantunannya menurun disebabkan oleh penghilangan kata let yang membuat penutur tidak menawarkan pilihan kepada lawan tutur. Pada data Bsu/039/Bsa/039 dan Bsu/201/Bsa/201 juga mengalami penurunan derajat kesantunan. Pada data Bsu/039/Bsa/039 terjadi penurunan derajat kesantunan karena penggunaan teknik kesepadanan lazim yaitu dalam kalimat “maybe you should take the bed with jamie”. Pada data Bsu/039/Bsa/039 merupakan sub-strategi memberi perhatian terhadap lawan tutur. Data Bsu/039/Bsa/039 mengalami penurunan derajat kesantunan yang terjadi pada kata should yang diterjemahkan menjadi sebaiknya. Penggunaan kata should dilihat dari konteks situasi digunakan untuk mengekspresikan sesuatu yang memiliki keharusan untuk dilakukan (duty or obligation) dan penggunaan should merupakan kalimat perintah tak langsung tetapi berubah bentuk menjadi kalimat permintaan saat diterjemahkan. Kemudian pada data Bsu/201/Bsa/201, teknik kompresi linguistik yang digunakan untuk memadatkan kalimat “Would you like some water?”. Kalimat tersebut merupakan sub-strategi memberi perhatian pada lawan tutur. Penggunaan kalimat pada sub-strategi tersebut merupakan kalimat memberi perhatian secara formal tetapi berubah bentuk menjadi kalimat memberi perhatian secara informal saat kalimat “would you like some water?” diterjemahkan menjadi “mau air?”. Pensintesaan informasi tersebut membuat turunnya derajat kesantunan. Perubahan derajat strategi kesantunan terlihat dalam menganalisis teknik penerjemahan yang dipakai penerjemah. Dari hasil temuan di subab A menunjukkan bahwa ada beberapa unit data pada saat menerjemahkan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif, penerjemah hanya menerjemahkan sesuai dengan isi pesan tanpa melihat dari konteks dan budaya bahasa sumber. Penerjemahan tersebut akan mempengaruhi derajat
131
kesantunan yang ada di dalam kalimat yang meprepresentasikan tuturan kesantunan positif karena pertimbangan konsep budaya tidak dapat dipisahkan dalam penerjemahan. Dalam penerjemahan, pertimbangan kesantunan berhubungan erat dengan tuturan bahasa sumber yang harus diterjemahkan oleh penerjemah. Penerjemahan diharapkan dapat mengemas tuturan yang ada dengan mempertimbangkan keakuratan pesan. Di sisi lain, aspek kesantunan ini juga harus diimbangi dengan pertimbangan budaya dalam bahasa sasaran. Dalam penerjemahan, aspek ini disebut dengan keberterimaan yang berarti bahwa penerjemahan harus dapat menghasilkan terjemahan yang lazim serta sesuai dengan budaya dan kaidah bahasa sasaran ( Hornby, 1988:85). Oleh karena itu, meskipun Brown dan Levinson (1987) mengatakan bahwa kesantunan bersifat universal dalam semua bahasa, pembahasaan mengenai strategi kesantunan positif dalam penerjemahan tetap tidak dapat dipisahkan dari kesopanan. Pertimbangan budaya inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa pada terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif ditemukan perubahan derajat kesantunan.
3. Penerapan Teknik Penerjemahan dalam Menerjemahkan Kalimat yang Merepresentasikan Tuturan Kesantunan Positif. Berdasarkan hasil temuan pada subbab A, terdapat 275 tuturan kesantunan positif. Ujaran-ujaran tersebut diterjemahkan dengan berbagai variasi teknik terjemahan. Dari hasil temuan, teridentifikasi 4 jenis varian teknik terjemahan yang diterapkan pada terjemahan tuturan kesantunan positif dalam novel The Host. Temuan 4 jenis varian teknik penerjemahan ini adalah hal yang sangat wajar
mengingat
data
dalam
penelitian
ini
adalah
kalimat
yang
merepresentasikan tuturan kesantunan positif yang satuan lingualnya berupa kalimat. Sebagaimana dikatakan oleh Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan
merupakan
realisasi
dari
strategi
penerjemahan
yang
132
diaplikasikan pada tataran mikro. Berdasarkan pernyataan tersebut, tidak heran jika sebuah tuturan; yang bentuknya berada pada tataran mikro baik kata, frasa, klausa, maupun kalimat; diterjemahkan dengan menggunakan lebih dari satu teknik penerjemahan. Penerapan teknik penerjemahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.11: Frekuensi Penerapan Teknik Penerjemahan pada Kalimat yang Merepresentasikan Tuturan Kesantunan Positif No
Teknik penerjemahan
Jumlah
Presentase (%)
1.
Kesepadanan lazim
273
56,52%
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Peminjaman Modulasi Amplifikasi linguistik Amplifikasi Kompresi linguistik Reduksi Kompensasi Adaptasi Transposisi Partikulasi Variasi Total
64 29 25 23 21 20 8 7 7 5 1 483
13,25% 6,00% 5,18% 4,76% 4,35% 4,14% 1,66% 1,45% 1,45% 1,04% 0,21% 100%
Berdasarkan tabel di atas, teridentifikasi 12 jenis teknik terjemahan yang muncul dari berbagai varian teknik penerjemahan yang diterapkan pada tuturan kesantunan positif dalam novel The Host. Variasi teknik penerjemahan tersebut muncul untuk menghasilkan terjemahan yang alami, maka terkadang dibutuhkan tidak hanya satu teknik penerjemahan yang digunakan. Penerapan varian teknik tersebut dilakukan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Hal ini senada dengan pendapat dari Molina dan Albir (2002) bahwa teknik penerjemahan itu penerapannya berada pada tataran mikro teks.
133
Teknik-teknik penerjemahan tersebut meliputi teknik kesepadanan lazim, teknik peminjaman, teknik transposisi, teknik amplifikasi, teknik kompresi linguistik, teknik adaptasi, teknik kompensasi, teknik partikulasi, teknik amplifkasi linguistik, teknik reduksi, teknik variasi dan teknik modulasi. Teknik penerjemahan merupakan sarana penerjemah untuk mentransfer pesan ke dalam bahasa sasaran agar pesan tersebut disampaikan dan dipahami dengan baik. Jika dilihat dari frekuensi penggunaan teknik penerjemahan, penggunaan teknik kesepadanan lazim lebih mendominasi daripada teknik lainnya. Dominasi teknik kesepadanan lazim dikarenakan oleh fakta bahwa mayoritas terjemahan tuturan tidak lepas dari konteks cerita di dalam novel. Teknik ini digunakan oleh penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang dapat dipahami pembaca dengan baik. Dalam
penggunaan teknik kesepadanan
lazim juga terdapat ekspresi-ekspresi ataupun istilah-istilah yang tidak dapat diterjemahkan secara kata-demi-kata, misalnya take over, dear, honey, dan sebagainya. Melihat hal ini, penerjemah membutuhkan padanan dengan makna yang sama yang sering digunakan dalam keseharian pembaca sasaran. Teknik ini menyesuaikan dengan kaidah dalam bahasa sasaran dan disesuaikan dengan konteksnya. Dengan demikian, tidak heran jenis teknik kesepadanan lazim merupakan teknik yang tepat digunakan. Penggunaan teknik kesepadanan lazim di dalam penelitian ini tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif. Sementara itu, teknik yang paling sering muncul ke dua setelah teknik kesepadanan lazim adalah penggunaan teknik peminjaman. Teknik ini merupakan teknik penerjemahan dengan tetap mempertahankan ungkapan bahasa sumber ke dalam bahasa sasarannya. Teknik ini diterapkan hampir merata dengan bentuk varian kuplet, varian triplet dan juga varian kwartet. Adapun
jenis
peminjaman
yang
diterapkan
pada
kalimat
yang
merepresentasikan tuturan kesantunan positif adalah peminjaman murni dan peminjaman alamiah. Peminjaman murni biasanya dengan mempertahankan
134
kata “well” dari Bsu ke dalam ujaran Bsa. Peminjaman murni juga diterapkan pada nama panggilan setiap karakter tanpa mengubahnya di Bsa. Untuk penggunaan peminjaman alamiah diterapkan penerjemah misalkan pada kata “okay” di Bsu kemudian menjadi kata “oke” di Bsa. Penggunaan teknik peminjaman di dalam penelitian ini tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif. Selanjutnya, teknik modulasi merupakan teknik yang berada di urutan ketiga. Penggunaan teknik ini dapat terlihat dari perubahan sudut pandang, dapat bersifat leksikal maupun struktural misalnya, bentuk Bsu-nya adalah Subjek-predikat, dan yang menjadi fokus dalam bahasa sumber adalah I think (subject-predicate) tetapi di Bsa berubah struktur dan fokus menjadi kurasa (adverb). Penggunaan teknik modulasi juga tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif. Sementara itu, di urutan keempat adalah teknik amplifikasi linguistik. Teknik ini muncul hanya pada varian kuplet dan varian triplet. Amplifikasi linguistik yang muncul dalam terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif yaitu dilakukan penambahan unsur linguistik bahasa sasaran dengan maksud menghasilkan terjemahan yang padanannya sesuai dengan pesan bahasa sumber dan konteks situasi yang digambarkan dalam novel. Penggunaan teknik amplifikasi linguistik tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif Berikutnya, pada urutan kelima adalah teknik amplifikasi. Amplifikasi digunakan untuk menambah informasi pada bahasa sasaran sehingga informasi yang terdapat pada bahasa sasaran lebih lengkap. Misalnya penambahan kata rasanya untuk menjelaskan maksud penutur untuk menanyakan perasaan. Penggunaan teknik amplifikasi tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif Selanjutnya, teknik kompresi linguistik merupakan teknik yang berada di urutan keenam.
Penggunaan teknik kompresi
linguistik juga
tidak
135
mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif. Namun, penggunaan teknik kompresi linguistik berdampak pada perubahan derajat kesantunan ketika digunakan untuk memadatkan pesan yang ada dalam bahasa sumber. Teknik ini digunakan untuk memadatkan informasi bahasa sumber. Kompresi linguistik dilakukan dengan memadatkan unsur-unsur linguistik bahasa sumber, misalnya Want some help with the dishes? menjadi Perlu bantuan mencuci piring?. Teknik reduksi merupakan teknik yang berada di urutan ketujuh. Pada umunya, penerepan teknik reduksi terjadi pada tataran kata atau frasa. Tidak ditemukan penghilangan secara menyeluruh dalam satu kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. Alhasil, penghilangan secara parsial yang terjadi tidak terlalu mempengaruhi dalam hal makna tuturan.Teknik ini juga dipakai untuk memadatkan pesan yang sudah cukup menunjukkan makna yang diinginkan dalam bahasa sumber. Penggunaan teknik reduksi juga tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif. Namun, penggunaan teknik reduksi berdampak pada perubahan derajat kesantunan ketika digunakan untuk menghilangkan penanda kesantunan tertentu dalam sebuah kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. Teknik adaptasi dan kompensasi merupakan teknik yang berada di urutan kedelapan. Untuk teknik adaptasi digunakan karena penerjemah menyesuaikan kata-kata dengan budaya bahasa sasaran misalnya kata “mungil, merampas, dan lain-lain”. Sementara itu, teknik kompensasi digunakan untuk memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stilistik teks bahasa sumber di tempat lain dalam bahasa sasaran karena tidak dapat ditempatkan pada posisi yang sama seperti dalam bahasa sumber misalnya pemindahan kata at least yang berada di akhir kalimat bahasa sumber menjadi di awal kalimat bahasa sasaran. Penggunaan teknik adaptasi dan kompensasi juga tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif
136
Selanjutnya, teknik transposisi di urutan kesembilan. Teknik transposisi yang diterapkan penerjemah dalam novel The Host muncul pada varian kuplet dan triplet. Jenis transposisi yang muncul pada kategori kata misalnya it (pronoun) menjadi sehingga (konjungsi). Penggunaan teknik transposisi tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif Berikutnya adalah teknik partikulasi. Penerapan teknik partikulasi dalam ujaran teridentifikasi dari hasil subbab A muncul pada tataran kata “she”. Sama seperti teknik transposisi, penerapan teknik partikulasi pada data penelitian ini bersifat optional atau manasuka. Tujuan diterapkan teknik ini pada tuturan adalah agar istilah atau kata-kata yang ada dalam bahasa sumber yang tidak spesifik, saat dialihkan ke bahasa sasaran dengan teknik ini maka istilah atau kata-kata tersebut akan menjadi lebih konkrit/spesifik, sehingga hasil terjemahan akan terasa mudah terbaca dan dipahami. Penggunaan teknik partikulasi tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif Penerapan teknik yang terakhir yaitu teknik variasi. Penggunaan teknik variasi tidak mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan fungsi strategi kesantunan positif. Penggunaan teknik variasi dalam ujaran teridentifikasi pada tataran kata “friend”. Kata “friend” yang artinya teman divariasikan menjadi sobat. Penggunaan sobat mengubah variasi linguistik tuturan yang ada. Pemadanan itu didasarkan pada aspek kultural bahwa budaya Indonesia pada konteks situasi semacam ini salah satu sapaan umum yang digunakan adalah sobat. Penggunaan teknik variasi dipakai untuk menerjemahkan sapaan yang menunjukkan usaha penutur mendekatkan diri ke lawan tutur. Secara keseluruhan, teknik penerjemahan yang ditemui pada kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif pada penelitian ini mampu menyampaikan pesan yang terdapat pada Bsu secara jelas ke Bsa. Hal ini diyakini penulis berdasarkan hasil temuan dan analisis bahwa tidak terdapat
137
tuturan Bsu yang tidak diterjemahkan atau terjemahannya menyimpang jauh dari teks aslinya sehingga hal tersebut, berdampak langsung tehadap kualitas terjemahan kalimat yang mereprentasikan tuturan kesantunan positif.
4. Dampak
penerapan
teknik
penerjemahan
terhadap
kualitas
terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. Dari 275 data kajian berupa kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dalam novel The Host, hasil terjemahan kalimat yang merepresentasikan ujaran kesantunan positif tersebut dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik. Pernyataan ini didasari dari hasil kuesioner penilaian kualitas terjemahan yang telah diberikan kepada tiga orang raters sebagai pembaca ahli dengan tugas menilai tingkat keakuratan juga keberterimaan dari 275 data kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif. Salah satu tujuan penelitian ini adalah mengetahui dampak dari penerapan teknik penerjemahan pada kualitas terjememahan. Tujuan tersebut dilandasi oleh pemikiran bahwa disadari atau tidak, seorang penerjemahan akan selalu berusaha
untuk
menghasilkan
terjemahan
yang
berkualitas
dengan
menerapakan berbagai teknik penerjemahan. Namun, suatu penerapan teknik penerjemahan tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas terjemahan yang dihasilkan. Jika hal tersebut terjadi, besar kemungkinan penerjemah salah mengambil keputusan. Pada hasil penilaian kualitas terjemahan yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa terjemahan akurat lebih mendominasi dibanding terjemahan yang kurang akurat, dan tidak ada data yang menunjukkan terjemahan tidak akurat. Begitu pula dari aspek keberterimaan, hasil penilaian kualitas terjemahan menunjukkan terjemahan berterima lebih banyak
138
dibanding terjemahan kurang berterima, dan tidak terdapat data tuturan yang memiliki nilai terjemahanan tidak berterima. Sementara itu, pada aspek keterbacaan tidak ikut diuji kualitasnya sebab peneliti menganggap kemampuan membaca setiap orang berbeda-beda, selain itu dari hasi uji keakuratan dan keberterimaan, data-data menunjukkan bahwa kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif memiliki kualitas terjemahan
yang
baik.
Oleh
karena
itu,
apabila
kalimat
yang
merepresentasikan tuturan kesantunan positif dalam novel The Host memiliki tingkat keakuratan dan keberterimaan yang baik, maka dari aspek keterbacaan, tuturan tersebut pasti dapat dipahami oleh pembaca sasaran. a. Dampak penerapan teknik terjemahan terhadap tingkat keakuratan Berdasarkan uji kualitas terjemahan, para raters memberikan nilai terhadap 275 data berupa kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif bahwa sebanyak 263 (95,64%) data kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dinyatakan memiliki tingkat keakuratan yang baik, dan 12 (4,36%) memiliki tingkat keakuratan sedang. Melalui analisa data, 275 data kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif yang dinyatakan sebagai terjemahan akurat berkaitan erat dengan teknik terjemahan yang dipakai. Penerapan teknik terjemahan tersebut tersebar melalui empat varian yaitu varian tunggal, kuplet, triplet, dan kwartet. Pada varian tunggal, 102 data tuturan menghasilkan terjemahan akurat. Penerapan teknik kesepadanan lazim dalam varian tunggal, dominan menghasilkan terjemahan akurat, muncul sebanyak
101 kali. Teknik ini
seringkali ditemui pada tuturan-tuturan yang biasanya terdapat dalam kamus bahasa Indonesia sehingga biasanya mencari padanan yang sering digunakan sehari-hari. Teknik kompresi lingustik dalam varian tunggal juga menghasilkan terjemahan akurat. Teknik ini muncul sebanyak satu kali. Pada umunya, teknik kompresi linguistik memadatkan informasi yang ada dalam bahasa
139
sumber, sehingga tidak terjadi penghilang informasi terlalu berlebihan dan mengaburkan inti pesan yang hendak disampaikan. Penerapan dua teknik terjemahan dengan berbagai kombinasi dalam varian kuplet juga menghasilkan terjemahan akurat sebanyak 129 data, sedangkan pada kombinasi tiga teknik terjemahan sekaligus dalam satu tuturan atau varian triplet, menghasilkan 31 data ujaran yang juga memiliki tingkat keakuratan pesan yang tinggi. Dan yang terakhir, pada kombinasi empat teknik penerjemahan sekaligus dalam satu tuturan atau varian kwartet, menghasilkan 2 data tuturan yang juga memiliki tingkat keakuratan pesan yang tinggi. Ada beberapa penerapan teknik penerjemahan yang membuat terjemahan menjadi kurang akurat. Walaupun menggunakan teknik penerjemahan yang sama namun hasil kualitasnya belum tentu sama. Penerapan teknik penerjemahan terlihat pada salah satu data yang menghasilkan terjemahan akurat pada penggunaan teknik penerjemahan tertentu namun terdapat juga yang menghasilkan terjemahan yang kurang akurat. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor yaitu pertama, pemadanan yang tidak tepat. Pemadanan yang tidak tepat mengakibatkan terjemahan menajadi kurang akurat seperti pada data Bsu/039/Bsa/039, kalimat “Maybe you should take the bed with Jamie” dimana kata should diterjemahkan menjadi sebaiknya. Kata tersebut menggunakan teknik kesepadanan lazim namun supaya sesuai dengan konteks ceritanya, seharusnya diterjemahkan menjadi kata seharusnya dikarenakan kata should merupakan bagian dari kalimat perintah tak langsung namun berubah menjadi kalimat permintaan. Kedua,
penghilangan
yang
tidak
perlu.
Penghilangan
informasi
kadangkala dapat dilakukan apabila tidak mengganggu keutuhan pesan teks bahasa sasaran. Namun sebaliknya jika informasi itu penting, maka penghilangan
seharusnya
dihindari.
Misalnya,
pada
data
nomor
Bsu/016/Bsa/016, kalimat “Let me get us some more food”. Penggunaan
140
teknik reduksi membuat terjemahan menjadi kurang akurat karena disebabkan penghilangan kata let yang merupakan penanda sub-strategi berusaha melibatkan lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu. Ketiga, penambahan yang tidak perlu. Menambahkan suatu informasi merupakan salah satu dari beberapa prinsip penerjemahan. Namun, penambahan tidak boleh dilakukan seenaknya oleh penerjemah. Penambahan informasi harus diarahkan untuk memperjelas maksud atau pesan penulis asli pada teks sumber. Pada data Bsu/064/Bsa/064, kalimat “Let's get out of here before it heats up.”. Penggunaan teknik penambahan/amplifikasi pada kata udara tidak sesuai dengan konteks cerita yang mana lebih berfokus pada situasi orang-orang disana bukan pada cuaca. Pada hakikatnya kata tersebut tidak perlu ada karena penulis asli tidak mengatakan hal tersebut. Hasil terjemahan yang kurang akurat hanya tersebar pada tiga varian. Dalam varian tunggal, terjemahan yang kurang akurat muncul di 2 data tuturan, masing-masing tuturan yang dinilai kurang akurat diterapkan dengan teknik kesepadanan lazim. Kemudian pada varian kuplet, 8 tuturan yang menggunakan kombinasi kesepadanan lazim, amplifikasi, kompresi linguistik, amplifikasi linguistik, peminjaman dan reduksi dinilai raters sebagai terjemahan kurang akurat. Berikut ini disajikan tabel yang menunjukkan hubungan antara penerapan suatu teknik terjemahan terhadap keakuratan hasil terjemahannya. Tabel 4.12: Penerapan Teknik Penerjemahan dan Tingkat keakuratan Pesan Pada Kesantunan Positif Keakuratan Akurat
Varian teknik Tunggal
Teknik Kesepadanan lazim Kompresi linguistik Sub Total Tunggal Kuplet Kesepadanan Lazim + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Modulasi Kesepadanan Lazim +
Jumlah 100 1 102 38
Persentase (%) 36,36% 0,36 36,73% 13,82%
22
8%
15
5,45%
141
Amplifikasi linguistik Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Kesepadanan Lazim + Kompresi Linguistik Kesepadanan Lazim + Reduksi Kesepadanan Lazim + Kompensasi Kesepadanan Lazim + Adaptasi Kesepadanan Lazim + Transposisi Kesepadanan Lazim + Partikulasi Kesepadanan Lazim + Variasi Kompresi linguistik + Peminjaman Sub Totat Kuplet Triplet Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Kompresi Linguistik + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Modulasi Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Transposisi Kesepadanan Lazim + Reduksi + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Modulasi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Adaptasi + Reduksi Kesepadanan Lazim + Modulasi + Amplifikasi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Transposisi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Adaptasi Kesepadanan Lazim + Reduksi + Kompresi Linguistik
13
4,73%
12
4,36%
11 7
4% 2,55%
4
1,45%
3
1,09%
2
0,73%
1 1
0, 36% 0,36%
129 4
46,91% 1,45%
4
1,45%
3
1,09%
3
1,09%
3
1,09%
2
0,73%
2
0,73%
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
142
Kesepadanan Lazim + Partikulasi + Modulasi Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Partikulasi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Amplifikasi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Partikulasi Kesepadanan Lazim + Reduksi + Amplifikasi Linguistik
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
Sub Total Triplet Kwartet Kesepadanan Lazim + Reduksi + Kompresi Linguistik + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Peminjaman + Kompensasi Sub Total Kwartet Sub Total Akurat Kurang Tunggal Kesepadanan lazim akurat Sub Total Tunggal Kuplet Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Kesepadanan Lazim + Reduksi
31 1
11,27% 0,36%
1
0,36%
2 263 2
0,73% 95,64% 0,73%
2 2
0,73% 0,73%
2
0,73%
Kesepadanan Lazim + Amplifikasi linguistik
2
0,73%
Kesepadanan Lazim + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Kompresi Linguistik
1
0,36%
1
0,36%
8 1
2,91% 0,36%
1
0,36%
2 12 275
0,73% 4,36% 100%
Sub Totat Kuplet Triplet Kesepadanan Lazim + Adaptasi + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Modulasi Sub Total Triplet Sub Total Kurang Akurat Total
143
b. Dampak
penerapan
teknik
terjemahan
terhadap
tingkat
keberterimaan Hasil uji kualitas terjemahan yang kedua adalah mengukur tingkat keberterimaan. Pada penelitian ini, dari 275 data tuturan berupa kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif yang dinilai oleh pembaca ahli (raters), teridentifikasi bahwa sebanyak 231 data merupakan terjemahan yang berterima, dan 44 data yang termasuk terjemahan kurang berterima. Berdasarkan analisis data, terjemahan berterima dihasilkan dari penerapan teknik pada varian tunggal, kuplet, triplet, dan kwartet. Pada varian tunggal, sebanyak 92 data berupa ujaran yang dinyatakan sebagai terjemahan yang berterima. Teknik kesepadanan lazim adalah teknik terjemahan yang ditemukan paling sering muncul pada kalimat yang merepresentasikan tuturan-tuturan kesantunan positif di dalam penelitian ini, disusul oleh teknik kompresi linguistik. Pada varian kuplet, 113 data ujaran dinyatakan sebagai terjemahan berterima, pada varian triplet 26 data kalimat yang merepresentasikan ujuran kesantunan positif dinyatakan memiliki kualitas terjemahan yang berterima, dan pada varian kwartet ditemukan 1 data ujaran yang dinyatakan sebagai terjemahan berterima. Untuk kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif yang dinyatakan sebagai terjemahan kurang berterima, teridentifikasi pada penerapan teknik varian tunggal yaitu sebanyak 11 data, untuk varian kuplet sebanyak 25 data, sedangkan untuk varian triplet dan kwartet ditemukan sebanyak 7 data dan 1 data kalimat yang merepresentasikan ujaran kesantunan positif. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjemahan kurang berterima karena penerapan teknik penerjemahan seperti penggunaan istilah teknis yang tidak lazim digunakan pada pembaca sasaran, pemilihan diksi yang salah, dan terjemahan yang tidak terasa alamiah. Contohnya pada data Bsu/062/Bsa/062, pada kalimat “Well, yes, she surely is”. Kata well dipinjam
144
ke dalam bahasa sasaran sehingga membuat terjemahannya kurang berterima. Hal tersebut dikarenakan kata well merupakan istilah teknis yang tidak lazim digunakan pada pembaca sasaran. Berikut ini akan disajikan tabel yang menunjukkan penerapan suatu teknik terjemahan pada satu tuturan data disertai dengan tingkat berterimaannya. Tabel 4.13: Penerapan Teknik Penerjemahan dan Tingkat Keberterimaan Pesan Pada Kesantunan Positif Keakuratan Akurat
Varian teknik Tunggal
Teknik Kesepadanan lazim Kompresi linguistik Sub Total Tunggal Kuplet Kesepadanan Lazim + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Modulasi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi linguistik Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Kesepadanan Lazim + Kompresi Linguistik Kesepadanan Lazim + Reduksi Kesepadanan Lazim + Kompensasi Kesepadanan Lazim + Adaptasi Kesepadanan Lazim + Transposisi
Jumlah 100 1 102 38
Persentase (%) 36,36% 0,36 36,73% 13,82%
22
8%
15
5,45%
13
4,73%
12
4,36%
11 7
4% 2,55%
4
1,45%
3
1,09%
2
0,73%
1 1
0, 36% 0,36%
129 4
46,91% 1,45%
+ +
4
1,45%
+
3
1,09%
+
3
1,09%
Kesepadanan Lazim + Partikulasi Kesepadanan Lazim + Variasi Kompresi linguistik + Peminjaman Sub Totat Kuplet Triplet Kesepadanan Lazim Amplifikasi + Peminjaman Kesepadanan Lazim Kompresi Linguistik Peminjaman Kesepadanan Lazim Peminjaman + Modulasi Kesepadanan Lazim
+
145
Peminjaman + Transposisi Kesepadanan Lazim + Reduksi + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Modulasi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Adaptasi + Reduksi Kesepadanan Lazim + Modulasi + Amplifikasi
3
1,09%
2
0,73%
2
0,73%
1
0,36%
1
0,36%
Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Transposisi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Adaptasi Kesepadanan Lazim + Reduksi + Kompresi Linguistik Kesepadanan Lazim + Partikulasi + Modulasi Kesepadanan Lazim + Peminjaman + Partikulasi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Amplifikasi Kesepadanan Lazim + Amplifikasi Linguistik + Partikulasi Kesepadanan Lazim + Reduksi + Amplifikasi Linguistik
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
1
0,36%
Sub Total Triplet Kwartet Kesepadanan Lazim + Reduksi + Kompresi Linguistik + Peminjaman Kesepadanan Lazim + Amplifikasi + Peminjaman + Kompensasi Sub Total Kwartet Sub Total Akurat Kurang Tunggal Kesepadanan lazim akurat Sub Total Tunggal Kuplet Kesepadanan Lazim + Amplifikasi
31 1
11,27% 0,36%
1
0,36%
2 263 2
0,73% 95,64% 0,73%
2 2
0,73% 0,73%
146
Kesepadanan Lazim + Reduksi
2
0,73%
Kesepadanan Lazim Amplifikasi linguistik
+
2
0,73%
Kesepadanan Lazim Peminjaman Kesepadanan Lazim Kompresi Linguistik
+
1
0,36%
+
1
0,36%
+
8 1
2,91% 0,36%
+
1
0,36%
2 12 275
0,73% 4,36% 100%
Sub Totat Kuplet Triplet Kesepadanan Lazim Adaptasi + Peminjaman Kesepadanan Lazim Peminjaman + Modulasi Sub Total Triplet Sub Total Kurang Akurat Total
5. Hubungan penanda kesantunan positif, teknik penerjemahan dan kualitas terjemahan Komponen utama dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang merepresentasikan
tuturan
kesantunan
positif.
Dari
kalimat
yang
merepresentasikan tuturan kesantunan positif itulah segala analisis berawal. Analisis yang muncul dari kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif adalah analisis terhadap penanda kesantunan yang muncul dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran, analisis teknik terjemahan tuturan, analisis kualitas terjemahan tuturan. Analisis pertama yang dilakukan terhadap kalimat yang merepresentasikan kesantunan positif adalah mengidentifikasi jenis-jenis penanda strategi kesantunan positif yang ada di dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran. Dasar teori kesantunan positif yang dijadikan landasan analisis data yaitu penanda strategi kesantunan positif yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson (1987). Tujuan dari analisis penanda kesantunan positif ini yakni untuk mencermati bagaimana penutur mengujarkan sebuah tuturan yang santun sesuai dengan budaya yang terdapat di dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Dari hasil temuan yang diperoleh, ternyata
147
kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif seluruhnya menggunakan sub-strategi kesantunan yang sama dengan bahasa sumber. Dalam bahasa sumber, penanda kesantunan yang muncul didominasi dengan penanda menggunakan identitas kelompok biasanya menggunakan nama lawan tutur atau nama sebutan seperti Wanda, Jamie, sweetheart, honey, dan lain-lain. Pola panggilan sayang atau panggilan keakraban seperti di atas, digunakan untuk mendekatkan jarak antara penutur dan lawan tutur. Hal serupa juga ditemui pada penanda-penanda kesantunan positif di bahasa sasaran, bedanya, penanda kesantunan di bahasa sasaran kata vokatif disepadankan dengan penggunaan sehari-hari yang sudah lazim digunakan dalam bahasa sasaran. Sehingga, tidak banyak penggunaan variasi kata vokatif saat diterjemahkan kedalam bahasa sasaran, seperti kata vokatif honey,dear, sweetie hanya diterjemahkan menjadi Sayang. Pemadanan kata sapaan pada ujaran di bahasa sumber terjadi dikarenakan agar tidak terjadi pergeseran kata vokatif dengan menerapakan teknik penerjemahan tertentu. Teknik penerjemahan kesepadanan lazim dan teknik peminjaman, berperan membuat strategi kesantunan positif tidak bergeser saat diterjemahkan di bahasa sasaran maka hubungan antara penerapan teknik terjemahan dengan strategi kesantunan yaitu membuat strategi kesantunan bahasa sasaran ada menjadi tetap. Akan tetapi, ada beberapa unit data yang mengalami perubahan derajat kesantunan pada kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif di bahasa sasaran dikarenakan adanya penerapan teknik terjemahan tertentu. Teknik terjemahan seperti teknik reduksi dan teknik kompresi linguistik, berperan mengubah derajat kesantunannya yang ada di dalam tuturan bahasa sasaran sehinga hubungan penerapan teknik terjemahan dengan strategi kesantunan positif bahasa sumber ada yang tetap dan ada pula yang berbeda dengan bahasa sumber.
148
Analisis kedua dari kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dalam penelitian ini adalah analisis tentang penerapan teknik penerjemahan. Penerapan teknik terjemahan dengan berbagai variannya seperti varian tunggal, kuplet, triplet, dan kwartet dengan terjemahan tertentu, menjadikan strategi kesantunan bahasa sasaran mengalami perubahan derajat kesantunan. Selain itu, penerapan teknik terjemahan juga berkaitan erat dengan kualitas terjemahan yang dihasilkan. Analisis ketiga atau yang terakhir adalah tentang kualitas terjemahan. Pada analisis ini, peneliti menguji kualitas terjemahan dari kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dalam novel The Host, melalui focus group discussion (FGD) yang dilakukan bersama tiga orang pembaca ahli. Hasil penilaian kualitas terjemahan itu menunjukkan bahwa terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dalam novel The Host didominasi oleh terjemahan akurat dan berterima. Penerapan dari ketiga analisis pada kalimat yang merepresentasikan tuturan kesantunan positif dapat di lihat pada lampiran data.