BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia atau www.idx.co.id, diketahui bahwa total perusahaan yang mempublikasikan annual report tahun 2008, 2009, 2010, 2011dan 2012 serta berhasil diunduh sebanyak 968. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka diperoleh sampel akhir sebanyak 393 observasi. Penentuan sampel dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Prosedur Penentuan Sampel Kriteria Total
2008 2009 2010 2011 2012
annual
report
Jumlah
yang 98
150
216
238
266
968
Perusahaan yang mengungkap 53
101
150
179
232
715
(52)
(64)
(79)
(102) (322)
49
86
100
130
dipublikasikan.
CSR. Perusahaan
yang
data
tidak (25)
lengkap. Jumlah sampel akhir.
28
393
Sumber: data diolah Total annual report yang berhasil di download adalah 968 perusahaan salama periode 2008-2012 kecuali lembaga keuangan. Perusahaan yang tidak mengungkapkan laporan CSR sebanyak 253 perusahaan. Perusahaan dengan data tidak lengkap yang dikeluarkan dari sampel adalah sebanyak 322, yaitu perusahaan yang mengandung laba akuntansi negatif dan nilai buku negatif. 35
Laba negatif dikeluarkan dari sampel karena laba negatif tidak bisa mencerminkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dan nilai buku negatif tidak mencerminkan modal yang tertanam. Dari 322 sampel data tidak lengkap, 126 sampel perusahaan cost of equity capital nya tidak bisa dicari karena sebagian perusahaan sampel tidak ada data montly closing price yang diperoleh dari yahoo finance dan sebagian data dilengkapi dari ICMD atau ringkasan kinerja perusahaan tercatat. 4.2 Hasil Analisis Data Analisis yang tersaji pada bab ini akan menunjukkan hasil dari analisis data berdasarkan pengamatan variabel bebas maupun variabel moderasi yang digunakan dalam model analisis regresi dengan menggunakan analisis moderated regression analysis (MRA) untuk mengetahui apakah daya informasi akuntansi
berpengaruh pada hubungan corporate social
responsibilty dengan cost of equity capital. Sebelum model analisis regresi digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji statistik deskreptif dan uji asumsi klasik yakni uji normalitas, uji multikolienaritas, dan uji heteroskedastisitas.
36
4.2.1 Hasil Analisis Statistik Deskreptif Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskreptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CEC
393
-105.00
137.00
19.6934
18.49383
CSRI
393
.01
.60
.1557
.12157
BVE
393
.06
5661.50
622.6372
917.32375
Eit
393
.01
996.00
91.7780
163.76177
Lev
393
.02
39.70
1.2684
2.30663
Profile
393
0
1
.73
.447
Ln_CSRI*BVE
393
-6.10
7.81
2.8828
2.51330
Ln_CSRI*Eit
393
-8.18
5.98
.5837
2.65562
Ln_Size
393
18.46
34.24
27.2039
2.63483
Valid N (listwise)
393
Pada bagian ini akan digambarkan data masing-masing variabel pada tahun 2008-2012 yang telah diolah nilai maksimum, nilai minumum, nilai rata-rata, dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Penelitian ini menggunakan 393 perusahaan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengujian statistik deskreptif diketahui bahwa nilai maksimum cost of equity capital adalah 137,00, nilai minimum negatif 105,64, nilai rata-rata 19,69 dan standar deviasi 18,49. Berdasarkan tabel dapat dijelaskan nilai minimum negatif 105,64 berarti perusahaan mendapatkan return negatif atau dengan kata lain perusahaan menanggung kerugian atas biaya pengungkapan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan publik. Corporate social responsibilty index (CSRI) memiliki nilai minimum 0,01, nilai maksimum 37
0,60, nilai rata-rata 0,15 dan standar deviasi sebesar 0,12. Nilai rata-rata CSRI sebesar 0,15 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah item pengungkapan CSR pada perusahaan sampel masih tergolong rendah, kurang lebih hanya berkisar 12 item dari 78 item yang menjadi standar pengungkapan. Daya informasi akuntansi diproksikan dengan book value of equity (BVE) dan laba akuntansi (Eit). Book value of equity memiliki nilai maksimum sebesar 5661,50, nilai minimum 0,06, dengan rata-rata 622,64 dan standar deviasi 917,33. Laba akuntansi memiliki nilai maksimum 996,25, nilai minumum 0,01, nilai rata-rata 91,93 dan standar deviasi 163,91. Variabel interaksi (Ln_CSRI*BVE) memiliki nilai maksimum 7,81, nilai minimum negatif 6,10, nilai rata-rata 2,88 dan standar deviasi 2,51. Variabel interaksi (Ln_CSRI*Eit) memiliki nilai maksimum 5,98, nilai minimum negatif 8,18, nilai rata-rata 0,58, standar devisi 2,65. Profile merupakan variabel dummy dengan rentang nilai 0 dan 1 memiliki nilai rata-rata 0,73 dan standar deviasi 0,44. Ukuran perusahaan (Ln_Size) memiliki rentang nilai 18 sampai 34 dengan nilai rata-rata sebesar 27,20 dan standar deviasi 2,63. Sedangkan leverage memiliki nilai maksimum 39,70, nilai minimum 0,02, rata-rata 1,26 dan standar deviasi 2,30. 4.2.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.
38
1. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi, variabel penganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model yang datanya memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat angka Kolmogorov Smirnov pada tabel output test of normality dengan kriteria pengujian sebagai berikut : (Kristanto, 2009) Jika angka signifikansi (Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Jika angka signifikansi (Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal. Tabel 4.3 Uji Normalitas Data
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai unstandardized residual sebelum ditransformasi memiliki angka Z hitung (Kolmogorov Smirnov) sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 sehingga termasuk data yang berdistribusi tidak normal dan tidak layak diujikan ke pengujian parametrik (Regresi linier). Kemudian data ditransformasi, nilai signifikansi Uji Kolmogorov Smirnov menjadi sebesar 0,095 lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan 39
data berdistribusi normal atau model regresi ini memenuhi asumsi normalitas. Jumlah data sebelum ditransformasi sebanyak 393 data dan setelah ditransformasi menjadi 366. 2. Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas tersebut tidak saling berkolerasi atau ada hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam regresi yang digunakan. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi multikolinieritas adalah dengan melihat nilai VIF dan tolerance dengan kriteria pengujian jika VIF berkisar antara 110 dengan angka tolerance dibawah 1, maka tidak terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2006). Tabel 4.4 Uji Multikolinieritas
Berdasarkan analisis dapat diketahui VIF CSRI=1,142, BVE= 3,759, Eit= 3,782, Ln_CSRI*BVE= 8,564, Ln_CSRI*Eit= 6,165, profile 1,135, Ln_size 2,735, leverage= 1,072. Semua variabel bebas memiliki nilai VIF lebih kecil dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas diantara variabel bebas. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan 40
kesalahan periode t-1 untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi. Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Tabel 4.5 Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui nilai Durbin-Watson adalah 1,741. Menurut metode pengujian Durbin-Watson (DW), dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. 4. Uji Heterokedastisitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Jika varians dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap disebut terjadi homokedastisitas, jika variansnya berbeda disebut heterokedastisitas. Alat untuk menguji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode Glejser yaitu dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap varaibel independennya. Pengujian dapat dilakukan dengan melihat nilai signifikansi t hitung. Jika nilai signifikansi bᵢ> 0,05 berarti tidak terjadi heterokedastisitas.
Tabel 4.6 41
Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan uji heteroskedastisitas diperoleh nilai sig uji t untuk variabel CSRI= 0,543, BVE=
0,276, Eit= 0,719,
Ln_CSRI*BVE= 0,034,
Ln_CSRI*Eit= 0,408, profile= 0,777, Ln_size= 0,089 dan leverage 0,743. Semua nilai signifikansi uji t variabel bebas lebih besar dari 0,05 kecuali variabel CSRI*BVE yaitu 0,034 lebih kecil dari 0,05. Hasil tersebut menujukkan terjadinya heteroskedastisitas karena terdapat variabel dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05. Hal ini berarti terdapat keragaman variabel independen bervariasi pada data. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil,sedang dan besar) Ghozali (2006). Salah satu asumsi kunci pada metode regresi biasa adalah bahwa error memiliki keragaman yang sama pada tiap-tiap sampelnya. Jika keragaman residual
tidak
bersifat
konstan,
data
heteroskedastisitas (Nugroho, 2012).
4.3 Uji Kelayakan Model (Goodnes of Fit) 42
dapat
dikatakan
bersifat
Uji kelayakan model (Goodness of Fit) dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, uji statistik F dan uji statisitk t. Terdapat tiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk menjawab tiga hipotesis tersebut dilakukan dengan menganalisis ketiga model regresi berganda. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa: 1. Koefisien Determinasi Tabel 4.7 Koefisien Determinasi (Model Pertama) Model
R
Adjusted R Square
R Square
1 .101a .010 a. Predictors: (Constant), CSRI
.007
Std. Error of the Estimate 13.42807
Pada tabel 4.7, nilai R² sebesar 0,010 menunjukkan bahwa 1% perubahan CEC dipengaruhi oleh variabel CSRI sedangkan sisanya sebesar 99% ditentukan oleh variabel diluar model. Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel terikat. Nilai Adjusted R² sebesar 0,007 menunjukkan bahwa 0,7% variabel terikatnya CEC dapat dijelaskan oleh variabel CSRI. Sisanya sebesar 99,3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimaksukkan dalam model ini. Secara umum, nilai Adjusted R² data cross sectional relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan (Ghozali, 2006). 2. Uji Statistik F Uji statistik F dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan fit. Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan signifikansi level 0,05 (α=5%). 43
Tabel 4.8 (Model Pertama) Uji Statistik F Sum of Squares
Model 1
Regression
Df
Mean Square
F
676.757
1
676.757
Residual
65633.996
364
180.313
Total
66310.754
365
Sig. .053a
3.753
a. Predictors: (Constant), CSRI b. Dependent Variable: CEC Tabel 4.8 menunjukkan nilai F test sebesar 3,753 dengan signifikansi sebesar 0,053 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa CSRI tidak berpengaruh terhadap CEC. 3. Uji Individual (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi-variasi variabel terikat. Tabel 4.9 Uji Statistik t (Model Pertama) Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
15.868
1.162
CSRI
11.212
5.787
Coefficients Beta
T
.101
Sig.
13.654
.000
1.937
.053
a. Dependent Variable: CEC
Hasil uji statistik t yang terdapat pada tabel 4.9 menunujukkan secara parsial dari variabel CSRI terhadap CEC. Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut: CEC= 15,868+11,212 CSRI+e......(1) 44
Nilai signifikansi uji t menujukkan variabel CSRI memiliki nilai koefisien positif 11,212 dengan tingkat signifikansi 0,053 lebih besar dari tingkat signifikansi α=5% atau 0,05, hasil ini menunjukkan bahwa corporate social responsibility (CSR) tidak berpengaruh terhadap cost of equity capital (CEC). 1. Koefisien Determinasi Tabel 4.10 Koefisien Determinasi (Model Kedua) Model Summary
Model 1
R .204a
Adjusted R Square
R Square .041
Std. Error of the Estimate
.025
13.30633
a. Predictors: (Constant), LEV, Ln_CSRI*Eit, PROFIL, CSRI, Eit, Ln_Size
Pada tabel 4.10, nilai R² sebesar 0,041 menunjukkan bahwa 4,1% perubahan CEC dipengaruhi oleh variabel CSRI, Eit, variabel interaksi CSRI*Eit, Ln_size, profile dan leverage sedangkan sisanya sebesar 95,9% ditentukan oleh variabel diluar model. Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel terikat. Nilai Adjusted R² sebesar 0,025 menunjukkan bahwa 2,5% variabel terikatnya CEC dapat dijelaskan oleh CSRI, Eit, variabel interaksi CSRI*Eit, Ln_size, profile, leverage. Sisanya sebesar 97,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimaksukkan dalam model ini.
5. Uji Statisitk F Tabel 4.11 Uji Statisitk F (Model Kedua) b
ANOVA
45
Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
2746.821
6
457.803
Residual
63563.933
359
177.058
Total
66310.754
365
F 2.586
Sig. .018
a. Predictors: (Constant), LEV, Ln_CSRI*Eit, PROFIL, CSRI, Eit, Ln_Size b. Dependent Variable: CEC
Tabel 4.11 munujukkan nilai F test sebesar 2,586 dengan signifikansi sebesar 0,018 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa CSRI, Eit, Ln_CSRI*Eit,
Ln_size,
profile
dan
leverage
berpengaruh terhadap CEC.
6. Uji Statistik t Tabel 4.12 Uji Statistik t (Model Kedua) Coefficients
46
a
secara
bersama-sama
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-12.410
10.135
11.212
6.031
.000
Coefficients Beta
t
Sig.
-1.224
.222
.101
1.859
.064
.006
-.005
-.075
.940
-.500
.427
-.099
-1.170
.243
Ln_Size
.934
.354
.183
2.637
.009
PROFIL
4.622
1.668
.152
2.770
.006
LEV
-.120
.294
-.021
-.408
.683
CSRI Eit Ln_CSRI*Eit
a. Dependent Variable: CEC
Hasil uji statistik t yang terdapat pada tabel 4.12 menunjukkan secara parsial dari variabel CSRI, Eit, variabel interaksi Ln_CSRI*Eit, Ln_size, profile dan leverage. Adapaun persamaan regresinya adalah sebagai berikut: CEC= -12,410+11,212CSRI+0,000Eit-0,500CSRI*Eit+0,934Ln_size+4,622 profile – 0,1205lev+ɛ....(3) Nilai signifikansi uji t Eit sebesar negatif 0,075 dengan signifikansi 0,940 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak ada pengaruh signifikan variabel Eit terhadap CEC. Nilai signifikansi uji t variabel size sebesar 2,637 dengan signifikansi 0,009 lebih kecil dari 0,05 sehingga ada pengaruh signifikan variabel size terhadap CEC. Nilai signifikansi uji t variabel profile sebesar 2,770 dengan signifikansi 0,006 lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel profile berpengaruh positif terhadap CEC. Nilai signifikansi uji t leverage sebesar negatif 0,408 dengan signifikansi 0,683 lebih besar dari 0,05 sehingga variabel leverage tidak berpengaruh positif terhadap CEC. 7. Koefisien Determinasi Tabel 4.13 47
Koefisien Determinasi (Model Ketiga) Model Summary Model 1
R .227
R Square a
Adjusted R Square
.052
Std. Error of the Estimate
.036
13.23586
a. Predictors: (Constant), LEV, CSRI, Ln_Size, PROFIL, BVE, Ln _CSRI*BVE
Pada tabel 4.13, nilai R² sebesar 0,052 menunjukkan bahwa 5,2% perubahan CEC
dipengaruhi
oleh
variabel
CSRI,
BVE,
variabel
interaksi
Ln_CSRI*BVE, size, profile dan leverage, sedangkan sisanya sebesar 94,8% ditentukan oleh variabel diluar model. Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variasi variabel terikat. Nilai adjusted R² sebeasar 0,036 menunjukkan bahwa 3,6% varaibel terikatnya CEC dapat dijelaskan oleh variabel CSRI, BVE, variabel interaksi Ln_CSRI*BVE, Ln_size, profile dan leverage. Sisanya sebesar 96,4 dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.
8. Uji Statistik F Tabel 4.14 Uji Statistik F (Model Ketiga) b
ANOVA
48
Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
3418.230
6
569.705
Residual
62892.523
359
175.188
Total
66310.754
365
F 3.252
Sig. .004
a
a. Predictors: (Constant), LEV, CSRI, Ln_Size, PROFIL, BVE, Ln _CSRI*BVE b. Dependent Variable: CEC
Tabel 4.14 menunjukkan nilai F test sebesar 3,253 dengan signifikansi sebesar 0,004 jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa CSRI, BVE, Ln_CSRI*BVE, Ln_size, profile dan leverage secara bersamasama berpengaruh terhadap CEC.
9. Uji Statistik t Tabel 4.15 Uji Statistik t (Model Ketiga) Coefficients
49
a
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
.122
2.233
.026
.001
.073
1.103
.271
-1.303
.535
-.241
-2.438
.015
Ln_Size
1.414
.431
.276
3.278
.001
PROFIL
4.383
1.642
.144
2.669
.008
LEV
-.203
.295
-.036
-.688
.492
Ln _CSRI*BVE
13.510
6.049
.001
Sig. .043
BVE
11.205
T -2.028
CSRI
-22.728
Beta
a. Dependent Variable: CEC
Hasil uji statistik t yang terdapat pada tabel 4.15 menunjukkan secara parsial dari variabel CSRI, BVE, variabel interaksi Ln_CSRI*BVE, Ln_size, profile dan leverage. Adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut: CEC= -22,728+13,510 CSRI+0,001 BVE - 1,303 CSRI*BVE+1,414 Ln_size+4,383 profile - 0,203 leverage+e....(2) Nilai signifikansi uji t BVE yang diperoleh sebesar 1,103 dengan signifikansi 0,271 lebih besar dari 0,05 sehingga tidak ada pengaruh signifikan variabel BVE terhadap CEC. Nilai uji t Ln_size sebesar 3,278 dengan signifikansi 0,001 lebih kecil dari 0,05, sehingga variabel size berpengaruh positif terhadap CEC. Nilai uji t variabel profile sebesar 2,669 dengan signifikansi 0,008 lebih kecil dari 0,05, sehingga variabel profile berpengaruh positif terhadap CEC. Nilai uji t variabel leverage sebesar – 0,688 dengan nilai signifikansi 0,492 lebih besar dari 0,05, sehingga variabel leverage tidak berpengaruh positif terhadap CEC. 4.4 Pengujian Hipotesis
50
Hipotesis pertama penelitian ini menyatakan bahwa pengungkapan corporate social responsibilty berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital. Berdasarkan hasil multiple regression untuk hipotesis pertama, variabel CSR memiliki nilai positif 11,212 dengan nilai sigifikansi uji t yang diperoleh sebesar 0,053 lebih besar dari 0,05, maka variabel CSR tidak berpengaruh terhadap CEC dan dapat disimpulkan hipotesis H1 ditolak. Hipotesis kedua menyatakan semakin tinggi nilai laba akuntansi semakin kuat
pengaruh
negatif
hubungan
pengungkapan
corporate
social
responsibilty dengan cost of equity capital. Berdasarkan hasil moderated regression analysis (MRA), variabel interaksi antara CSRI dan Eit (CSRI*Eit) memiliki nilai negatif 0,500 dengan nilai signifikansi uji t yang diperoleh sebesar 0,243 lebih besar dari 0,05, maka variabel interaksi (CSRI*Eit) tidak berpengaruh signifikan terhadap CEC dan dapat disimpulkan hipotesis H2 ditolak. Hipotesis ketiga menyatakan semakin tinggi nilai book value of equity semakin kuat pengaruh negatif hubungan pengungkapan corporate social responsibilty dengan cost of equity capital. Variabel interaksi antara CSRI dan BVE (CSRI*BVE) memiliki nilai negatif 1,303 dengan nilai signifikansi uji t yang diperoleh sebesar 0,015 lebih kecil dari 0,05, sehingga variabel (CSRI*BVE) berpengaruh positif terhadap CEC dan dapat disimpulkan hipotesis penelitian H3 diterima. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa CSR tidak berpengaruh terhadap CEC dengan nilai signifikansi uji t variabel CSRI sebesar 0,053 lebih besar dari 0,05 sehingga H1 ditolak. Hasil penelitian ini tidak bisa membuktikan variabel Eit sebagai variabel pemoderasi dengan nilai signifikansi 0,243 > 0,05 sehingga Eit tidak berpengaruh terhadap CEC, hipotesis H2 ditolak. Variabel Eit hanya memperkuat pengaruh negatif CSR terhadap CEC sebesar negatif 0,500, artinya apabila CSR berpengaruh positif 51
sebesar 11,212 terhadap CEC maka pengaruh positif CSR terhadap CEC hanya berkurang sebesar 0,500 akibat adanya variabel Eit. Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa BVE terbukti sebagai variabel pemoderasi dengan nilai signifikansi 0,015<0,05, yakni memperkuat pengaruh negatif variabel CSRI terhadap CEC, artinya apabila CSR berpengaruh positif sebesar 13,510 terhadap CEC maka pengaruh positif CSR terhadap CEC semakin berkurang sebesar 1,303 akibat adanya variabel BVE, sehingga H3 diterima. Variabel pemoderasi BVE pengaruhnya lebih besar dari pada Eit karena dengan adanya variabel BVE sebagai variabel pemoderasi cost of equity capital nya berkurang sebesar 1,303, sedangkan variabel Eit sebagai variabel pemoderasi hanya mengurangi cost of equity capital nya sebesar 0,500. Gambar 4.1 menunjukkan model pengaruh CSR pada CEC. CSRI
Sig=0,053, B=11,212
CEC
Gambar 4.1 Model Pengaruh Hubungan CSR Dengan CEC
Gambar 4.2 menunjukkan model pengaruh CSR pada CEC dengan daya informasi akuntansi yang diproksikan dengan BVE dan Eit sebagai variabel pemoderasi.
Sig=0,064, B=11,212 CSRI
CEC 52
Sig=0,243, B= - 0,500 Eit
CSR
Sig=0,026, B=13,510
CEC
Sig=0,015, B= - 1,303 BVE
Gambar 4.2 Model Pengaruh Daya Informasi Akuntansi Pada Hubungan CSR Dengan CEC
4.5 Pembahasan 4.5.1 Corporate Social Responsibilty dan Cost of Equity Capital Laporan keuangan merupakan merupakan sarana yang penting dalam pengambilan keputusan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta 53
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Hellstrom (2005) kemampuan pernyataan informasi keuangan untuk meringkas atau menangkap informasi mempengaruhi nilai saham. Menurut Lako (2011) perusahaan yang peduli akan csr akan meraup keuntungan yang berlimpah, selain laba dan modal yang terus meningkat, harga sahamnya juga terus meningkat. Pengungkapan suatu informasi tambahan berupa laporan csr akan dapat menurunkan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik. Penelitian ini menunjukkan bahwa CSR yang diproksikan dengan CSRI tidak terbukti berpengaruh terhadap CEC. Ini ditunjukkan dengan hasil statistik CSRI yang memberikan koefisien parameter 11,212 dengan tingkat signifikansi 0,053 yang berarti tidak memberikan pengaruh negatif yang signifikan kepada CEC atau H1 ditolak. Hasil ini berarti dengan banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berhubungan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyediakan informasi bagi publik (cost of equity capital). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Richardson dan Welker (2001) yang membuktikan hubungan positif yang signifikan secara statistik antara tingkat pengungkapan sosial dan biaya modal. Klein dan Bawa dalam Botosan (1997) serta Coles dan Loewenstein dalam Botosan (1997) juga membuktikan bahwa ada hubungan positif antara pengungkapan dan biaya modal. Serta sesuai penelitian Utami (2005) dan Hwa (2005) yang menyatakan semakin banyak informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berdampak terhadap naiknya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Di dukung oleh penelitian
Nugroho (2012) dan Kristanto (2009) yang
54
menemukan bahwa tidak ada pengaruh negatif antara corporate social responsibilty terhadap cost of equity capital. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Plumlee, Brown dan Marshall (2009), Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009), Verrecchia dalam Botosan (1997) yang secara umum membuktikan bahwa semakin besar tingkat pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan semakin rendah biaya modal ekuitas yang dikeluarkan. Hasil penelitian Ifone (2012) menyatakan tidak ada signifikansi antara informasi asimetri dan pengungkapan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan dengan besarnya cost of equity capital yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pengungkapan manajemen laba tidak berpengaruh positif terhadap cost of equity capital, yang berati manajemen laba belum tentu menaikkan biaya. Pengungkapan CSR terbukti tidak berpengaruh negatif terhadap CEC. Hipotesis yang menyatakan bahwa pengungkapan berpengaruh negatif terhadap CEC ditolak. Perusahaan yang mengungkapkan laporan CSR dalam laporan tahunannya justru berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Semakin banyak perusahaan melakukan aktivitas CSR, maka semakin besar bagian laba yang digunakan untuk membiayai aktivitas CSR. 4.5.2 Daya Informasi Akuntansi dengan Cost of Equity Capital Laporan keuangan memberikan signal kepada para pemangku kepentingan terutama investor mengenai informasi penting yang dimiliki manajemen perusahaan. Informasi tersebut bukan saja hanya memberikan angka-angka tetapi juga memberikan makna bagi investor untuk memahami laporan keuangan tersebut. Signal yang disampaikan melalui aksi korporasi tersebut dapat disebut signal positif dan signal negatif. Laporan keuangan dengan penungkapan informasi yang kurang memadai dipandang sebagai laporan keuangan yang berisiko. Apabila investor menilai suatu perusahaan 55
berisiko tinggi berdasarkan laporan keuangan yang dihasilkan, maka nilai return yang diharapkan oleh investor juga tinggi, yang pada akhirnya akan menyebabkan tingginya biaya ekuitas yang dikeluarkan oleh perusahaan. Menurut Agustini (2011) laporan keuangan dengan informasi berkualitas memiliki daya informasi akuntansi yang berguna sebagai signal bagi investor dalam pengambilan keputusan dan mengindikasikan pengurangan cost of equity capital. Daya informasi akuntansi dalam penelitian ini ditunjukkan dalam laba akuntansi (Eit) dan nilai buku ekuitas / book value of equity (BVE). Daya informasi yang diproksikan dengan laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap CEC, yang artinya kualitas pengungkapan negatif terkait dengan biaya modal. Daya informasi akuntansi yang diproksikan dengan laba akuntansi memiliki koefisien parameter negatif 0,011 dengan signifikansi 0,165 tidak berpengaruh terhadap CEC. Book value of equity memiliki koefisien parameter 0,003 dengan signifikansi 0,081 tidak berpengaruh signifikan terhadap cost of equity capital (CEC). Daya informasi akuntansi yang diproksikan dengan BVE konsisten dengan hasil penelitian Agustini (2011) yang menunujukkan bahwa daya informasi akuntansi yang diukur dengan BVE tidak berpengaruh signifikan terhadap CEC. Di dukung penelitian Plumlee, Brown dan Marshall (2009) yang menentukan bahwa kualitas pengungkapan negatif terkait dengan biaya modal. Botosan (1997) menunjukkan bahwa semakin besar tingkat pengungkapan akuntansi yang dilakukan semakin rendah CEC nya. Hasil penelitian ini, baik laba akuntansi maupun nilai buku ekuitas sama-sama tidak berpengaruh terhadap CEC, berarti pengungkapan BVE dan Eit negatif terkait dengan biaya. Pengungkapan BVE dan Eit akan membuat CEC nya semakin rendah.
56
4.5.3 Daya Informasi Akuntansi, Corporate Social Responsibility dan Cost of Equity Capital Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah corporate social responsibilty berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital. Hipotesis kedua menyatakan semakin tinggi nilai laba akuntansi semakin kuat pengaruh negatif hubungan pengungkapan corporate social responsibilty dengan cost of equity capital. Hipotesis ketiga menyatakan semakin tinggi nilai book value of equity semakin kuat pengaruh negatif hubungan pengungkapan corporate social responsibilty dengan cost of equity capital. Hasil uji statistik t menujukkan bahwa variabel CSR yang diukur dengan CSRI memiliki nilai koefisien 11,212 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,053>0,05. Ini berarti bahwa variabel CSR tidak berpengaruh negatif terhadap cost of equity capital sehingga H1 ditolak. Daya informasi akuntansi yang diproksikan dengan laba akuntansi sebagai variabel pemoderasi CSRI*Eit memiliki nilai koefisien negatif 0,500 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,243>0,05. Ini berarti bahwa laba akuntansi sebagai variabel pemoderasi tidak terbukti yakni hanya memperkuat sedikit pengaruh negatif variabel CSRI terhadap CEC sehingga H2 ditolak. Untuk hasil uji statistik t menujukkan bahwa variabel pemoderasi CSRI*BVE memiliki nilai koefisien negatif 1,303 dengan tingkat signifikansi 0,015<0,05. Ini berarti bahwa daya informasi akuntansi yang diproksikan dengan BVE terbukti sebagai variabel pemoderasi, yaitu memperkuat pengaruh negatif variabel CSRI terhadap CEC sehingga hipotesis H3 diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Agustini (2011) yang menyimpulkan daya informasi akuntansi yang diproksikan dengan BVE terbukti mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR dengan CEC, yakni 57
memperkuat pengaruh negatif CSR terhadap CEC. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Plumlee, Brown dan Marshall (2009), Dhaliwal, Li, Tsang dan Yang (2009), Botosan (1997) semakin besar pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan yang berupa pengungkapan CSR disertai dengan daya informasi yang baik maka semakin kecil CEC nya. Akan tetapi daya informasi yang diproksikan dengan laba akuntansi tidak terbukti mempengaruhi hubungan pengungkapan CSR dengan CEC, yakni hanya sedikit memperkuat pengaruh negatif CSR terhadap CEC. Daya informasi yang diproksikan dengan nilai buku ekuitas/ BVE memberikan pengaruh terhadap hubungan pengungkapan CSR dengan CEC. Nilai buku ekuitas berasal dari neraca yang memberikan informasi tentang nilai
bersih
sumber
daya
perusahaan.
Nilai
buku
ekuitas
dapat
menghilangkan bias pada koefisien laba yang dihasilkan dari model kapitalisasi laba sederhana (Naimah dan Utama, 2006). Akan tetapi daya informasi yang diproksikan dengan laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap hubungan pengungkapan CSR dengan CEC. Laba yang berasal dari laporan
laba
rugi
mencerminkan
hasil
usaha
perusahaan
dalam
memberdayakan sumber daya nya saat ini. Namun untuk perusahaanperusahaan yang rugi model kapitalisasi laba sederhana dinilai kurang memadai karena akan menghasilkan hubungan laba-harga yang negatif (Hayn,1995). Laba akuntansi dalam penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR dengan CEC, mungkin dikarenakan dari 968 perusahaan yang berhasil di download, 196 perushaan dari tahun 2008-2012 mengalami kerugian atau memiliki laba yang negatif. Perusahaan yang mengalami kerugian atau laba negatif bisa juga disebabkan karena adanya pembiayaan CSR yang terlalu tinggi sehingga bagian labanya berkurang. Oleh karena itu para pemodal lebih memperhatikan nilai buku ekuitas yang 58
positif daripada laba yang negatif atau mengalami kerugian. Beberapa peneliti yang mengelompokkan observasi menjadi subsampel menemukan bahwa koefisien-koefisien angka akuntansi bervariasi antar subsampel (Francis dan Schipper, 1999; Nwaeze, 1998). Hasil-hasil penelitian juga menemukan kondisi tertentu yang menyebabkan nilai buku ekuitas menjadi faktor yang lebih relevan dibandingkan laba atau sebaliknya seperti kesehatan keuangan (Barth et al, 1998). Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu size, profile dan leverage. Hasil penelitian ini menujukkan Ln_size pada model kedua dan ketiga memiliki koefisien parameter 0,943 dengan tingkat signifikansi 0,009 dan 1,414 dengan tingkat signifikansi 0,001 terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap CEC, ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh (Agustini, 2011 dan Fahrizqi, 2010) yang juga terbukti secara signifikan terhadap CEC. Size terbukti berpengaruh terhadap CEC karena perusahaan yang
besar
akan
lebih
banyak
mengungkapkan
corporate
social
responsibility dalam laporan tahunannya. Menurut Fahrizqi (2010) perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar, sehingga perusahaan perlu dan mampu untuk membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Hasil penelitian menunjukkan profile pada model kedua dan ketiga memiliki koefisien parameter 4,622 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,006 dan 4,383 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008 terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap CEC. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006) yang menyimpulkan bahwa industri yang high-profile yaitu industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi atau menghadapi persaingan yang tinggi akan cenderung mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak dibandingkan 59
industri yang low-profile. Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri
yang
high-profile
lebih
banyak
diawasi
oleh
pemerintah
dibandingkan perusahaan yang termasuk dalam industri yang low profile. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustini (2011) dan Kristanto (2009) yang menunujukkan bahwa profile perusahaan tidak berpengaruh terhadap banyaknya informasi yang harus diungkap oleh perusahaan berhubungan dengan banyaknya informasi yang dikeluarkan dengan tingkat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Hasil penelitian menunujukkan leverage pada model kedua dan ketiga dengan koefisien parameter negatif 0,120 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,683 dan koefisien parameter negatif 0,203 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,492 terbukti tidak berpengaruh terhadap CEC. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Anggraini (2006) dan Raharja (2012) yang tidak berhasil membuktikan leverage terhadap kebijakan pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan. Hal ini menunujukkan bahwa leverage tidak berpengaruh dalam upaya perusahaan menyediakan informasi yang berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage belum tentu perusahaan akan melaporkan informasi yang rendah yang berkaitan dengan naiknya biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam pengungkapan informasi tersebut. Semakin tinggi leverage para pemangku kepentingan atau pengguna informasi menganggap bahwa perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi justru dipercaya oleh pihak kreditur dan perusahaan mampu untuk terus going concern dan tetap akan mengungkapkan informasi tambahan seperti informasi mengenai CSR.
60