BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian Disini peneliti akan memberikan data-data hasil penelitian tindakan kelas pada masing-masing siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus I sampai pada siklus 2. Adapun pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 5 SD Kristen Satya Wacana Salatiga. Secara sistematis data yang diperoleh dalam hasil penelitian ini disajikan sebagai berikut :
4.1.1
Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Tahapan pra siklus ini dilakukan untuk memperoleh data awal hasil belajar siswa dari mata pelajaran Matematika sebelum dilakukannya Penelitian Tindakan kelas. 1. Hasil Tes Pra Siklus Data-data yang diperoleh pada tahapan pra siklus ini didapatkan melalui nilai test yang diberikan oleh guru bidang studi pada mata pelajaran Matematikapada siswa kelas 5 SD Kristen Satya Wacana Salatiga. Sebelum diadakan penelitian tindakan kelas 14 siswa yang hasil belajarnya belum tuntas sedangkan yang tuntas 16 siswa. Ketuntasan hasil belajar siswa kelas 5 pada mata pelajaran Matematika hanya 53%.
Berdasarkan data hasil tes menunjukkan beberapa siswa belum mencapai ketuntasan belajar.data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.1. Data pra siklus
berupa data hasil belajar
Matematika pada siswa kelas 5 SD Kristen Satya Wacana Salatiga Semester 2/2013-2014.
24
25
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Kristen Satya Wacana Pra Siklus No Ketuntasan Frekuensi Persentase 1 Tuntas 16 53% 2
Tidak Tuntas
14
47%
Jumlah
30
100%
Nilai Minimum
58
Nilai Maksimum
100
Nilai rata-rata
80
Berdasarkan tabel 4.1 tampak bahwa ketuntasan belajar siswa sebelum diadakan tindakan ada 16 siswa (53%) yang tuntas dan yang tidak tuntas belajar ada 14 siswa (47%). Terlihat pula ada ketimpangan yang besar antara nilai tertinggi yaitu 100 dan nilai terendah yaitu 58. Rendahnya hasil belajar Matematika siswa kelas 5 disebabkan oleh guru kelas 5 SD Kristen Satya Wacana kurang kreatif memilih metode dalam kegiatan mengajar dan hanya berceramah saja tanpa disertai media apapun, serta kurang melibatkan siswa, membatasi kreativitas siswa, konsentrasi siswa dalam pembelajaran lemah. Dari hasil analisis data hasil belajar pra siklus ini dijadikan sebagai sampel penelitian.Penelitian dilaksanakan selama 2 siklus dan setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4.1.2
Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
6.1 Pelaksanaan siklus I dengan KD 6.1 Mengidentifikasi sifat – sifat bangun datar.
4.1.3 Perencanaan Tindakan Penelitian Siklus I Siklus 1 terdiri dari 4 tahapan sesuai dengan tahapan penelitian Paizaluddin dan Ermalinda (2012:34) yaitu perencanaan, pelaksanaan,
26
pengamatan, dan refleksi.Pembelajaran pertama dilaksanakan dengan Standar kompetensi Menerapkan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun.Kompetensi dasar Mengidentifikasi sifat – sifat bangun datar. Dimulai dengan perencanaan tindakan mengenai apa saja yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran, kemudian diuraikan pelaksanaan tindakan. Saat proses pelaksanaan tindakan itu dilakukan pengamatan/observasi, dan hasil pengamatan/observasi itu dijadikan bahan refleksi. Adapun langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
4.1.4 Pelaksanaan Siklus1 a) Perencanaan Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 8 dan 10April 2014. Sebelum proses pembelajaran siklus 1 dilaksanakan, peneliti telah melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran untuk menentukan model yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran berlangsung kondusif. Peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran siklus 1 untuk mata pelajaran
Matematika
materi
sifat-sifat
bangun
datar.Dalam
melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menerapkan model pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD,
adapun
langkah-langkah
pembelajaran terlampir. Kemudian peneliti menyiapkan lembar observasi kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh observer. Dan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan, peneliti merancang alat evaluasi berupa soal tes tertulis yang akan menguji siswa berkaitan dengan mteri tersebut. Perencanaan yang dilakukan tersebut diatas telah mampu menjadi pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan yang
27
mempermudah pembelajaran suatu materi, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.
b) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 ini telah sesuai dengan yang direncanakan.Langkah-langkah pembelajaran terlaksana dengan cukup baik, pada kegiatan awal peneliti telah mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya kegiatan berjalan cukup lancar. Pada kegiatan inti: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas, guru mengatur tempat duduk siswa, guru menjelaskan materi secara singkat, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, tiap kelompok mengidentifikasi sifat - sifat bangun datar, guru membantu siswa memberi informasi jika diperlukan siswa, guru memberikan pengarahan ketiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,
guru
memberi
kesempatan
kelompok
lain
untuk
menanggapi diskusi. Sedangkan kegiatan akhir diisi dengan membuat kesimpulan, tanya jawab, tes evaluasi dan tindak lanjut.
c) Pengamatan/Observasi Pada siklus I pertemuan pertama dan kedua yang diamati adalah keseluruhan aktivitas guru atau proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Fokus amatannya adalah bagaimana penggunaan
model
pembelajaran
STAD
dalam
pembelajaran
Matematika, serta implikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada hasil belajar Matematika. Berkenaan dengan penelitian ini, maka hal-hal yang menjadi pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu: Mengamati aktivitas guru, maka instrumen pengamatan
yang digunakan adalah lembar observasi
penggunaan model pembelajaran
dalam
kooperatif tipe STAD pada
pembelajaran Matematika materi sifat-sifat bangun datar.
28
d) Refleksi Berdasarkan observasi siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka dilakukan refleksi yaitu berdiskusi dengan guru kelas, observer, atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran hasil refleksi diambil dari lembar observasi dan tes. Berdasarkan hasil lembar observasi guru pada siklus I, guru sudah melaksanakan proses pembelajaran tetapi masih kurang sesuai dengan langkah–langkah STAD. Hal ini terlihat dari setiap tahapan sintaks pembelajaran kooperatif tipe STAD belum semua sudah guru lakukan. Namun masih ada kekurangan guru yang harus diperbaiki pada siklus berikutnya.
1. Hasil Tes Siklus I Dari temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus I. Hasil tes siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada data awal pra siklus. Berdasarkan hasil data tes siswa pada awal pra siklus, diketahui 16 siswa (53%) dan meningkat menjadi 27 (90%) siswa yang tuntas pada siklus 1. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus I
yang telah dilakukan
diperoleh hasil yang tersaji pada tebel 4.2 di bawah ini:
29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Kristen Satya Wacana Siklus I No Ketuntasan Frekuensi Prosentase 1 Tuntas 27 90% 2
Tidak Tuntas
3
10%
Jumlah
30
100%
Nilai Minimum
65
Nilai Maksimum
100
Nilai rata-rata
84
Hasil tes siklus I mengalami peningkatan dari hasil tes pada data awal prasiklus. Berdasarkan hasil tes siswa data awal, diketahui jumlah siswa yang tuntas belajar pada pra siklus 16 siswa (53%) dan meningkat menjadi 27 (90%) siswa yang tuntas pada siklus 1. Disini walaupun telah mencapai indikator kinerja yang telah ditentukan ya itu 85% peneliti tetap harus melaksanakan siklus dua dan berusaha untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan perbandingannya pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Kristen Satya WacanaPra Siklus dan Siklus 1 No Ketuntasan Jumlah Siswa Pra Siklus
Siklus I
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase (%) (%) 1
Tuntas
16
53
27
90
2
Belum Tuntas
14
47
3
10
Jumlah 30 100 30 100 Data perbandingan ketuntasan belajar pada tabel 4.3 dapat diperjelas pada diagram batang seperti tampak pada gambar 4.1
30
100% 80% 60% 40% 20% 0% Tuntas Tidak tuntas
Pra siklus 53% 47%
Siklus 1 90% 10%
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar MatematikaPra Siklus dan Siklus I
2. Hasil Pengamatan/Observasi Pada pertemuan pertama dan kedua siklus I kegiatan guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diamati oleh observer. Pengamatan yang dilakukan dengan lembar observasi kegiatan guru dalam proses belajar mengajar. Adapun pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Matematika dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Hasil observasi guru = Maka perolehan hasil pengamatan pada kinerja guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:
31
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam Menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe STAD Siklus 1 Siklus I Materi Pertemuan I Pertemuan II Observer 1 Observer 2 Observer I Observer 2 Sifat-sifat 99 98 101 99 bangun 3.80 3.76 3.88 3.80 datar Total Skor 98,5 100
Tabel 4.4 menunjukan bahwa hasil penilaian kinerja guru dalam
pembelajaran
kooperatif
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
tipe STAD pada mata pelajaran Matematika siklus I
pertemuan I hasil penilaian yang dilakukan oleh 2 observer yaitu dengan total skor 98, hal ini dikarenakan guru belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada pertemuan 2 hasil penilaian yang dilakukan oleh 2 observer mengalami peningkatan yaitu dengan total skor 100, hal ini dikarenakan guru mulai memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Hasil Refleksi Siklus I Dalam pelaksanaan siklus I peneliti mengalami beberapa kendala atau hambatan yang sekiranya perlu dilakukan tindakan dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran tersebut. Adapun hambatan atau kendala yang dialami peneliti diantaranya ialah : 1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi sifat-sifat bangun datar ada beberapa yang belum mencapai KKM. 2. Guru kurang dalam menyiapkan mental siswa sebelum memulai proses pembelajaran seperti kesiapan siswa untuk alat tulis dan dalam berdoa.
32
3. Guru kurang memotivasi siswa serta menggali pengetahuan siswa tentang pentingnya mempelajari materi sifat-sifat bangun datar. 4. Guru kurang dalam melakukan tanya jawab dengan siswa. 5. Guru jarang berkeliling untuk mengecek proses kerja kelompok. 6. Guru kurang lengkap dalam menuliskan hasil diskusi pada papan tulis. Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa pada akhir siklus I, diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar yang diperoleh siswa sudah menunjukan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan data awal pra siklus sebelum dilakukan penelitian
tindakan
kelas
dan
sudah
mencapai
indikator
keberhasilan berdasarkan kriteria ketuntasan belajar 85% dengan (KKM) yaitu 75 pada mata pelajaran Matematika. Walaupun demikian peneliti dan guru kelas sepakat untuk melakukan tindakan siklus berikutnya (siklus 2) untuk meyakinkan dan menguatkan hasil yang diperoleh pada siklus I, seperti yang telah dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas peneliti dan guru kelas yang bersangkutan menyimpulkan bahwa proses kegiatan pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan pada siklus I masih belum optimal, walaupun hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SDKristen Satya Wacana Kota Salatiga setelah dilaksanakan siklus I mengalami peningkatan dari hasil belajar sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas (data awal). Bedasarkan hasil refleksi pada siklus ini, maka peneliti dan guru kelas yang bersangkutan sepakat untuk melakukan perbaikan pada siklus 2 sebagai berikut :
33
4.1.5
Pelaksanaan Siklus II Siklus 2 terdiri dari 4 tahapan sesuai dengan tahapan penelitian Paizaluddin dan Ermalinda (2012: 34) yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pembelajaran dilaksanakan dengan Standar kompetensi Memahami sifat – sifat bangun dan hubungan antar bangun. Kompetensi dasar sifat – sifat bangun datar. Dimulai dengan perencanaan tindakan mengenai apa saja yang akan dilaksanakan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran, kemudian diuraikan pelaksanaan tindakan. Saat proses pelaksanaan tindakan itu dilakukan pengamatan/observasi, dan hasil pengamatan/observasi itu dijadikan bahan refleksi. Adapun langkahlangkah pembelajaran terlampir.
a) Perencanaan Siklus 2 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 15 dan 16 April 2013. Sebelum proses pembelajaran siklus 2 dilaksanakan, peneliti melakukan diskusi dengan observer, sehingga proses pembelajaran berlangsung kondusif. Peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran siklus 2 untuk mata pelajaran Matematika materi sifat – sifat bangun datar. Perencanaan awal yang dilakukan hampir sama dengan siklus 1. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD,
adapun langkah-langkah pembelajaran terlampir. Perencanaan yang dilakukan tersebut diatas telah mampu menjadi pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan yang mempermudah pembelajaran sehingga pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar.
34
b) Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 ini telah sesuai dengan yang direncanakan. Langkah-langkah pembelajaran terlaksana dengan sangat baik, pada kegiatan awal peneliti telah mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga kegiatan proses pembelajaran berjalan dengan baik. Pada kegiatan inti guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas, guru mengatur tempat duduk siswa, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas, guru mengatur tempat duduk siswa, guru menjelaskan materi secara singkat, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, tiap kelompok mengidentifikasi sifat - sifat bangun datar, guru membantu siswa memberi informasi jika diperlukan siswa, guru memberikan pengarahan ketiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya, guru memberi kesempatan kelompok lain untuk menanggapi diskusi. Sedangkan kegiatan akhir diisi dengan membuat kesimpulan, tanya jawab, dan tes evaluasi.
c) Pengamatan/Observasi Dari hasil observasi pada siklus 2 antara siswa dan guru sudah melakukan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
yang
diharapkan.
Siswa
sudah
antusias
mengikuti
pembelajaran, tidak ada siswa yang ribut, semua siswa aktif dalam kerja kelompok dan siswa mulai berani mengungkapkan pendapatnya.
d) Refleksi Berdasarkan observasi siklus 2 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka dilakukan refleksi dengan guru kelas, observer, atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran hasil refleksi diambil dari hasil lembar observasi dan tes yang dilaksanakan
pada
siklus
2.
Keterlaksanaan
langkah-langkah
35
kooperatif tipe STAD sudah dilaksanakan dengan baik mulai dari tahapan pendahuluan sampai kegiatan penutup. Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus 1 sudah diperbaiki semaksimal mungkin dan setelah diadakannya sebuah kegiatan kerja kelompok guru juga sudah memberikan kesempatan mempresentasikan, menanggapi hasil presentasinya serta.Kegiatan pembelajaran lebih menarik tidak ada lagi siswa yang pasif.Guru juga memberikan umpan balik terhadap kinerja mereka.Hasil karya siswa sangat berguna terhadap pembelajaran.
1. Hasil Tes Siklus II Pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua siklus 2 diakhir pembelajaran diadakan tes/evaluasi untuk mengukur ketuntasan belajar siswa. Hasil belajar siswa pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Kristen Satya Wacana Siklus II No Ketuntasan Frekuensi Persentase 1 Tuntas 30 100% 2
Tidak Tuntas
-
-
Jumlah
30
100%
Nilai Minimum
80
Nilai Maksimum
100
Nilai rata-rata
88
Hasil tes siklus II mengalami peningkatan dari hasil tes pada tahap pra siklus dan siklus I. Berdasarkan hasil tes siswa data awal, diketahui jumlah ketuntasan pada pra siklus adalah 16 siswa (53%) dan 27 siswa (90%) pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 30 siswa (100%) pada siklus 2. Peningkatan yang terjadi dirasa sudah sangat signifikan dan hasil belajar yang diperoleh siswa secara keseluruhan sudah mencapai KKM yang telah ditetapkan khusus untuk mata pelajaran Matematika
36
yaitu 75. Hasil perbandingan pada data awal, siklus I dan II ini dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Kristen Satya WacanaPra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II No Ketuntas Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2 an
Frekue
Persent
Frekue
Persent
Frekue
Persent
nsi
ase (%)
nsi
ase (%)
nsi
ase (%)
1
Tuntas
16
53
27
90
30
100
2
Belum
14
47
3
10
_
_
13
100
13
100
13
100
Tuntas Jumlah
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diuraikan dalam pra siklus yang mengalami ketuntasan hanya 16 siswa (53%) dan yang belum tuntas 14 siswa (47%) kemudian pada siklus 1 yang tuntas 27 siswa (90%) dan yang belum tuntas 3 siswa (10%). Pada siklus 2 yang tuntas 30 siswa (100%), ini menunjukan peneliti telah berhasil melebihi indikator kinerja 85% siswa tuntas dengan menggunakan KKM yang telah di tentukan yaitu 75. Jadi dari pra siklus menuju siklus 1 ke siklus 2 siswa yang tuntas mengalami kenaikan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.6.
37
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tuntas Tidak tuntas
Pra siklus 53% 47%
Siklus 1 90% 10%
Siklus 2 100%
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar MatematikaPra Siklus, Siklus I dan siklus 2 Dari tabel 4.6 rekapitulasi pengelompokkan nilai pada gambar 4.2 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Matematika terbukti untuk klasifikasi tuntas, sebelum diadakan PTK yang tuntas hanya 16 siswa (53%) karena ke-6 siswa ini sudah dapat memahami materi walaupun dengan ceramah saja karena daya tangkap ke-6 siswa ini lebih baik dibandingkan ke-14 siswa lainnya. Sedangkan setelah siklus 1 siswa yang tuntas menjadi 27 siswa atau 90% dan siklus 2 jumlah siswa yang tuntas 30 siswa atau 100%. Ini membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar belajar siswa.
2. Hasil Pengamatan/Observasi Kegiatan observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 2 baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua yang dinilai observer sudah menunjukan hasil yang sangat baik dari siklus I. Adapun pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
38
dalam pembelajaran Matematika. Adapun pengamatan yang difokuskan pada kegiatan guru dalam melaksanakan model pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
pada
mata
pelajaranMatematikadapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Hasil observasi guru =
Maka perolehan hasil pengamatan pada kinerja guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Penilaian Kinerja Guru dalam Menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe STAD Siklus II Siklus I Materi Pertemuan I Pertemuan II Observer 1 Observer 2 Observer I Observer 2 Membuat 102 100 102 101 periskop 3.92 3.84 3.92 3.88 sederhana Total Skor 101 101,5 Tabel 4.7 menunjukan bahwa hasil penilaian kinerja guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Matematika siklus I pertemuan I hasil penilaian yang dilakukan oleh 2 observer yaitu dengan total skor 101 dan hal ini menunjukkan bahwa guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan secara maksimal dikarenakan guru mulai terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pada pertemuan 2 hasil penilaian yang dilakukan oleh 2 observer mengalami peningkatan yaitu dengan total skor 101,5 dan hal ini membuktikan bahwa guru dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD terlaksana dengan tepat dan baik.
39
3. Hasil Refleksi Siklus II Pada akhir kegiatan siklus 2 diadakan refleksi proses pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi bertujuan untuk mendapatkan kritik dan saran dari observer. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap tindakan yang dilakukan guru dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pada sebelum dan saat memulai pembelajaran guru sudah memahami
dan
menguasai
langkah
–
langkah
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Pada saat melakukan kelompok kerja tentang sifat – sifat bangun datar guru sudah sering berkeliling untuk mengecek setiap masing – masing kelompok. 3. Pertanyaan yang diberikan untuk siswa sudah mudah untuk dipahami. 4. Guru juga sudah lengkap dalam menuliskan hasil diskusi pada papan tulis. Hasil
refleksi
tersebut
adalah
pembelajaran
dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus II pertemuan pertama sudah baik sekali, untuk pertemuan berikutnya guru harus mengoptimalkan seluruh kegiatan yang direncanakan agar hasilnya lebih baik lagi. Pada pertemuan pertama siklus 2 siswa sudah terbiasa terhadap pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga pembelajaran dilakukan dengan aktif dan siswa tidak ramai sendiri. Pada pertemuan kedua yang dilakukan guru sudah bisa dikatakan berhasil, yang dapat ditunjukan dari meningktanya hasil ketuntasan belajar siswa yaitu 30 siswa atau 100% siswa tuntas. Dapat disimpulkan pembelajaran yang dilakukan dalam penerapan
40
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 2 berhasil karena memperoleh penilaian pada pertemuan kedua adalah 100 meningkat menjadi 101,5. Dari uraian diatas peneliti dan guru kelas 5 SD Kristen Satya Wacana menyimpulkan hasil refleksi pada siklus 2, bahwa pembelajaran
Matematika
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 2 sudah terlaksana secara optimal. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menigkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Berdasarkan hasil dari refleksi siklus 2 ini, maka peneliti dan
guru
yang
bersangkutan
membuat
kesepatan
untuk
menghentikan tindakan pada siklus 2.
4.2
Pembahasan Berdasarkan hasil observasi, yang dilakukan sebelum PTK (kondisi awal) diperoleh hasil belajar Matematika siswa masih rendah menurut peneliti.Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru masih masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa jenuh untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar.Dampak dari kondisi tersebut yaitu hasil belajarMatematika siswa masih rendah dan KKM belum tercapai. Berdasarkan perolehan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Kristen Satya Wacanamasih ada siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM 75.Dari hasil tes sebelum tindakan (kondisi awal) yang tuntas sebanyak 16 siswa (53%), dan yang tidak tuntas 14 siswa (47%). Kondisi ini menyatakan bahwa hasil belajar Matematika belum mencapai indikator kinerja yang sudah ditetapkan 85%. Oleh Karena itu diperlukan tindakan yang sesuai bagaimana meningkatkan
hasil
belajar
siswa
dengan
menggunakan
model
41
pembelajaran yang menarik. Siswa akan lebih tertarik mengikuti pelajaran dan pemahaman materi apabila siswa dapat melihat sesuatu yang nyata dan dapat terlibat dalam pembelajaran dalam kondisi yang menyenangkan. Sehingga siswa tidak merasa kesulitan dan bosan dalam mengikuti pelajaran Matematika. Dalam kegiatan pembelajaran siklus I guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru mengaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran sebelumnya. Siswa mulai aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan tunjuk jari. Dalam kegiatan pembelajaran guru membentuk kelompok yang terdiri dari 6 siswa.Saat kegiatan pembelajaran guru menggunakan contoh benda nyata serta siswa melakukan diskusidan mengidentifikasi secara langsung dengan melihat media alat peraga tentang sifat-sifat bangun datar. Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan terlihat adanya peningkatan hasil belajar Matematika. Hasil belajar Matematika siswa meningkat dengan adanya proses belajar yang bermakna serta melibatkan kemampuan yang dimiliki siswa. Pada siklus I guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hasil belajar siswa yang mencapai KKM 75 sebanyak 27 siswa (90%) dan masih ada siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa (10%) serta indikator kinerja yang ditetapkan 85% dan yang tercapai adalah 90% maka dalam siklus 1 peneliti telah berhasil tetapi peneliti tetap harus melaksanakan siklus 2 dan berusaha untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, diadakan perbaikan pada siklus 2. Pada siklus 2 guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil belajar siswa lebih meningkat sudah mencapai indikator kinerja minimal yaitu 85% dan peneliti memperoleh ketuntasan 100% dari KKM yang telah ditentukan yaitu 75. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang tepat digunakan karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Peningkatan kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di
42
lihat dari lembar observasi sudah terlihat sangat baik, langkah-langkah pembelajaran terlaksana dengan baik dan guru juga sudah menguasai metode dengan baik.Menurut Slavin (1995:17) keunggulan model STAD dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Siswa bekerja sama dalam hal mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma – norma kelompok. 2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil berasama. 3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. 4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran yang tepat digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Untuk itu seyogyanya guru dapat menggunakan model pembelajaran ini terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain, tentu dengan harapan yang sama bahwa demi menigkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran yang diajarkan.