BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Sejarah Singkat PT Raja Wali Citra Televisi Indonesia
Tanggal 24 Agustus 1989, RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia mulai mengudara secara terrestrial di Jakarta. Menayangkan berbagai macam program acara hiburan, informasi dan berita yang dikemas dengan menarik. RCTI tumbuh dengan cepat menjadi agen perubahan dan pembaharu dalam dinamika sosial masyarakat di Indonesia.
Saat ini RCTI merupakan stasiun televisi yang memiliki jaringan terluas di Indonesia. Melalui 48 stasiun relay-nya program-program RCTI disaksikan oleh sekitar 180 juta pemirsa yang tersebar di 302 kota di seluruh Nusantara, atau kira-kira 80 % dari jumlah penduduk Indonesia. Kondisi demografi ini disertai rancangan program-program menarik diikuti rating yang bagus, menarik minat pengiklan untuk menayangkan promo mereka di RCTI.
Sejak awal, cita-cita RCTI adalah menciptakan serangkaian acara unggulan dalam satu saluran, yang memungkinkan para pengiklan memilih RCTI sebagai media iklan-iklan mereka. Cita-cita itu menjadi nyata karena sejak berdiri hingga saat ini RCTI senantiasa menjadi market leader. Hingga tahun 2007, RCTI tetap mempertahankan posisi market leader deangan pangsa pemirsa mencapai 17,9 % (ABC 5+) dan 17,5% (all demo). RCTI
juga berhasil mempertahankan pangsa periklanan televisi tertinggi sebesar 15,2 % seperti dilaporkan oleh AGB Nielsen Media Research.
Di RCTI, kualitas bukanlah kata tanpa makna, melainkan harmonisasi dari kreatifitas, idealisme, kesungguhan, kerja keras, kebersamaan, dan do’a. Enam (6) aspek tersebut tercermin dan mewarnai program-program RCTI yang mengusung motto “Kebanggaan Bersama Milik Bangsa” namun tampil dalam kemasan yang “oke”. Kualitas Programprogram RCTI pada akhirnya mengantarkan RCTI untuk selalu menjadi yang terdepan dalam industri penyiaran TV di Indonesia.
Sejarah Perusahaan
Hingga akhir tahun 1190an, dunia pertelevisian di Indonesia hanya dipegang oleh satu televisi nasional milik pemerintah, yaitu TVRI. Hingga saat itu, banyak keterbatasanketerbatasan informasi, hiburan, serta media untuk beriklan yang dapat dinikmati oleh masyarakat secara audio visual.
Seiring dengan kemajuan teknologi yang kian pesat dari waktu ke waktu, kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan pun kian meningkat. Demi menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin kuat tersebut maka berdirilah RCTI. Keberadaan RCTI tersebut dimulai dari siaran local Jakarata dengan menggunakan system decoder, hingga dengan siaran secara nasional dengan 47 stasiun transmisi yang tersebar di pelosok Indonesia. Dengan hadirnya RCTI, diharapkan kebutuhan informasi, hiburan, dan kepentingan komersial dapat sampai secara cepat dan tepat di tengah masyarakat sebagai sasaran yang dituju.
Sejarah Perkembangan Perusahaan
Rajawali Citra Televisi Indonesia ( RCTI) adalah stasiun televisi swasta nasional yang pertama di Indonesia yang lahir dari gagasan dua perusahaan besar, yaitu : Bimantara Citra TBK. Dan Rajawali Corporation.
Sejak berdiri tahun 1989, RCTI identik dengan beragam yang populer dan merupakan tren-setter. Memiliki 47 stasiun pemancar di seluruh Indonesia, RCTI selalu menjadi pilihan para pemasang iklan, karena merupakan media untuk beriklan yang efektif dengan cakupan terluas.
Dengan dukungan SDM berkualitas, RCTI selalu berupaya meningkatkan citranya dengan cara memberikan " exellent service ", program-program bermutu, serta berbagai kontribusi sosial kepada masyarakat. Komitmen tersebut yang menjadi acuan RCTI untuk siap menhadapi persaingan di tahun-tahun mendatang.
4.1.1 VISI, MISI, dan TIGA PILAR UTAMA
VISI
Media Utama Hiburan dan Informasi
Perkataan “utama” mengandung makna lebih dari yang “pertama” karena kata “pertama” hanya mencerminkan hierarki pada dimensi tertentu. Sedangkan kata “utama” mengandung
unsure kemuliaan karena melibatkan aspek kualitas, integritas dan dedikasi.
Media
utama
hiburan dan informasi memiliki makna:
1. RCTI unggul dalam hal kualitas materi dan penyajian program hiburan dan informasi. 2. RCTI memperhatikan keseimbangan faktor bisnis dan tanggung jawab sosial atas sajian program-programnya. 3. RCTI menjadi pilihan yang utama daripara “stakeholder” (karyawan, pemirsa, pengiklan, pemegang saham, pemasok, pesaing, perusahaan afiliasi, mitra strategis, masyarakat, dan penyelenggara Negara).
MISI
Bersama Menyediakan Layanan Prima
Interaksi kerja di perusahaan lebih mengutamakan semangat kebersamaan sebagai sebuah tim kerja yang kuat. Hal ini memungkinkan seluruh komponen perusahaan mulai dari
level
teratas
sampai
terstimulasi,terkoordinasi
dan
dengan
level
tersistemasi
terbawah
memberikan
mewujudkan pelayanan terbaik dan utama kepada “stakeholder”.
TIGA PILAR UTAMA
1. Keutamaan Dalam Kebersamaan 2. Bersatu Padu 3. Oke
mampu karya
bersama-sama
terbaiknya
demi
Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan, ada 3 (tiga) nilai sebagai pilar utama yang menjadi motivasi,inspirasi dan semangat juang insane RCTI. Proses kerja dilakukan dengan semangat kebersamaan untuk sampai pada hasil yang mendapat pengakuan dari para “stakeholder” atas kualitas integritas dan dedikasi yang ditampilkan.
Prestasi RCTI
1. Anugerah Pesona Wisata 2007, Kementrian Kebudayaan & Pariwisata, 04 Januari2007 Program dokumenter TREKING episode “BERKUNJUNG KE RUMAH NAGA” meraih penghargaan Terbaik III kategori tayangan televisi.
2. Aljazeera TV Documenter Festival ke-3. DELIK sebagai nominee untuk di
Qatar, nominee kategori program investigasi “Marriage for Sales” (Kisah
Kawin Kontrak Warga Arab di Puncak) karya Levi Silalahi dan
ToniCahyono.
3. “Festival Film Bandung 2007”. Memberikan penghargaan atas program 29
April 2007 dan artis sinetron RCTI, yaitu :
- Naysila Mirdad (INTAN), Lakon Utama Wanita Terpuji kategori sinetron.
- Mathias Muchus (AYAHKU ASTUTI), Lakon Utama Pria Terpuji kategori sinetron.
- Winda Viska (OB), Lakon Pembantu Wanita Terpuji kategori sinetron.
4. Festival Film Dokumenter Untuk Lingkungan di Cairo, Mesir, 2007. Nominasi untuk program GAPURA “Inong Pulang ke Rumah” dan “Penambangan Pasir Liar di Riau”, serta penghargaan Honorary Award atas tema dan kualitas yg disajikan untuk program Mata Angin (Global TV) berjudul “Sokola Rimba”.
5. KPI Award, 10 Agustus 2007:
Kategori Sinetron : a) Juara 1 : Sayekti & Hanafi (RCTI) Juara 2 : Maha Kasih “Tukang Bubur Naik Haji” (RCTI) Juara 3 : Maha Kasih “Pencuri yang Tercuri”
b) Kategori Features : Juara 1 : Rawinala (TPI) Juara 2 : Jendela Arang Ria Rio (TPI) Juara 3 : Bercanda dengan Monyet Belanda (RCTI) c) Kategori Program Kriminal : Juara 1 : Delik – Jejak Pedofil Australia (RCTI) Juara 2 : Delik – Penjara Sarang Narkoba (RCTI) Juara 3 : Suami Tidak Terbukti Bakar Istri (TPI)
6. Pekan Panutan Pembayaran Pajak Bumi dan Bangungan Prov DKI Jakarta Tahun Anggaran2007 dari Walikota Jakarta Barat, 22 Agustus 2007. Penghargaan sebagai “Perusahaan Patuh Pajak 2007”.
7. MURI, Agustus 2007. Prestasi RCTI sebagai pemrakarsa dan penyelenggara ketahanan nonton TV dengan berdiri dalam waktu terlama (18 jam).
8. Panitia Pedati (Pesta Budaya Seni Pameran Dagang dan Industri), Nusantara VII 2007 (06 Nopember). PEDATI AWARD kpd RCTI atas atensinya terhadap kebudayaan dan kepariwisataan Minangkabau melalui station ID RCTI “Rumah Gadang” dan banyak mendukung kepariwisataan Bukittingi SumBar, yang merupakan salah satu dari 5 daerah tujuan pariwisata di Indonesia.
9. The Asia-Pacific Broadcasting Union (ABU), The Cable & Satellite Broadcasting Association of Asia (CASBAA) bekerja sama dgn UNICEF Asia Pasifik di Thailand, 20 Nopember. Memberikan penghargaan (Certificate of Recognation) atas program News Features URBAN untuk edisi “ANAK LUMPUR LAPINDO” karya Diki Martias dan Toni Cahyono.
10. Panasonic Awards, 30 Nop 2007. Meraih beberapa penghargaan:
- Drama seri : Candy
- Infotainment : Silet
- News : Seputar Indonesia
4.2 Prestasi Sinetron “Putri Yang Ditukar”
1. Panasonic Gobel Award 2011
2. Nikita Willy sebagai artis terpaforit.
4.3 Sinopsis Sinetron “Putri Yang Di tukar”
Amira dan Zahira memiliki kehidupan yang berbeda. Amira hidup sederhana bersama kedua orang tuanya, Ihsan dan Utari. Sedangkan Zahira hidup mewah bersama kedua orang tuanya, Prabu dan Aini, serta ibu tiri Selena dan kakak tiri Meisya.Tidak seperti Amira yang hidup penuh cinta dalam keluarganya. Sedangkan Zahira, walaupun mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari kedua orang tuanya, tetapi ia selalu mendapat perlakuan tidak baik dari Selena dan Meisya. Arman lah, supir pribadinya, satu-satunya orang di rumah yang tahu perihal itu, dan selalu membuat Zahira tegar. Tanpa seorang pun tahu, Zahira sebenarnya adalah anak Ihsan dan Utari. Sedangkan Amira adalah anak Prabu dan Aini. Wisnu yang dendam pada Prabu karena telah membuatnya cacat, menukarkan kedua bayi tersebut yang lahir bersamaan. Wisnu ingin memberi Prabu pelajaran, karena ia mengasuh anak dari musuh bubuyutannya, Ihsan, yang adalah cinta sejati istri keduanya, Aini. Wisnu pun yang pernah berjanji untuk menjodohkan anaknya dengan anak Ihsan dan Utari pun menitipkan anaknya ke Surti, pembantu di keluarga Prabu. Dan anaknya itu adalah Arman. Kerumitan terjadi saat masing-masing keduanya dipertemukan, Amira dan Zahira. Amira pun bertemu secara tidak sengaja dengan Prabu dan Aini. Amira pun bertemu dan berkenalan dengan Zahira dan Arman, saat ia mengalami kecelakaan karena hampir ditabrak oleh pemuda kaya bernama Rizqi. Amira semakin bingung ketika Prabu, Aini & Zahira datang ke pemakaman ayahnya, Ihsan. Amira yang sedang bersedih langsung shock ketika Prabu mengenalkan namanya, karena Amira mendengar bahwa Prabu lah yang menyebabkan ayahnya meninggal dunia.
Waktu pun terus bergulir, dan mereka semua seperi hidup dalam lingkaran yang tidak terputus. Akankah kebenaran akan terungkap?.. bagaimanakah reaksi Amira dan Zahira ketika tahu kebenarannya? 1
4.4 Hasil Penelitian Seperti yang telah diterangkan
pada latar belakang masalah pada bab satu, pokok
permasalahan yang diteliti adalah Bagaimana kecenderungan kekerasan pada program acara Putri Yang Ditukar di RCTI yang melanggar P3 dan SPS periode Juni 2011. Analisa pada penelitian ini dilakukan secara deskriftif kuantitatif dengan metode analisis isi.Peneliti menganalisis Dari 30 hari yang ada pada populasi, peneliti menarik sampel sebanyak 15 hari. Hasil dari peneleitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut. Tabel 4.4.1 Tanggal 1 Juni Episode 483 Kategori
Sub Kategori
Indikator
(Pasal P3
Frekuensi
Persentase
4 kali
50%
( Meneit ke )
& SPS) Kekerasan Verbal ( Pasal 27 )
1.Menghardik
1. Rizki saya minta kamu pergi dari sini, dan jangan muncul – muncul lagi disini!! Mengerti kamu!! ( Prabu wijaya marah kepada rizki karena rizki selalu mendekati anaknya Amira.) ( 00.34.54 )
1
http://www.blogwarta.com/sinopsis‐sinetron/sinopsis‐sinetron‐putri‐yang‐ditukar‐di‐rcti/
2. Jadi benar ini adalah ulah lena Dan Wisnu! Malena tidak mau Rizki dekat dengan Amira. Kurang ajar! (Prabu wijaya marah, karena ia tahu yang membuat Amira celaka adalah Malena ). ( 00.41.25 ) 3. Rizki sudah saya bilang kamu jangan dekat lagi dengan amira..! kehadiran kamu disini bikin bahaya amira!! ( Prabu wijaya marah kepada rizki karena rizki selalu mendekati anaknya Amira.) ( 00.41.41 ) 4. Dasar kacung bego!! Kalau jalan liat – liat dong, punya mata gak!! Sini balikin tahu gak ini gelang mahal. ( Malena marah karena ditabrak oleh Tirta saat berjalan dan gelang ia pegang terjatuh ) ( 00.43.48 ) 2.Memaki
1. Dasar kacung bego!! Kalau jalan liat – liat dong, punya mata gak!! Sini balikin tahu gak ini gelang mahal. ( Malena marah karena ditabrak oleh Tirta saat berjalan dan gelang ia pegang terjatuh )
1
12,5%
( 00.43.48 ) 3.Menghina 4.Mengancam
1. Saya akan melepaskan anak
1
12.5%
2
25%
kamu, tapi dengan satu sayarat amira tidak boleh muncul, sampai meisya dan Rizki menikah , kalau kamu melanggar janji kamu, saya tidak segan – segan membunuh anak kamu!! ( Malena mengancam Prabu wijaya ) (00.40.43 ) 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar.
1. Dasar kacung bego!! Kalau jalan liat – liat dong, punya mata gak!! Sini balikin tahu gak ini gelang mahal. . ( Malena marah karena ditabrak oleh Tirta saat berjalan dan gelang ia pegang terjatuh ( 00.43.48 ) 2. Jadi benar ini adalah ulah lena dan Wisnu! Malena tidak mau Rizki dekat dengan Amira. Kurang ajar! ! (Prabu wijaya marah, karena ia tahu yang membuat Amira celaka adalah
Malena) 8.Memiliki makna kelamin.
8
100%
. Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang etrjadi pada episode 1.Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 4 kali, Memaki sebanyak 1 kali, Mengancam sebanyak1 kali, dan kata – kata kasar sebanyak 2 kali.sedangkan untuk kategori memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin, memiliki makna binatang tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Tabel 4.4.2 Tanggal 2 Juni Episode 484 Kategori
Sub Kategori
(Pasal P3
Indikator
Frekuensi
Persentase
6
55%
( Menit )
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. Mau ngapai lagi?? Pulang…
Verbal
mau jadi satpam disini!! ( malena
( Pasal 27 )
mengusir wisnu yang tetap saja di
depan pintu) ( 00 : 24 : 03 ) 2. Bego banget sih! Laki – laki gak bisa nyelametin diri sendiri!! ( Malena marah karena Wisnu tidak dapat membebaskan diri saat disandra prabu wijaya ) ( 00 : 27 : 00 ) 3. Ya Allah surti, ngapain lo majang foto lo di bengkel gw, tau gak, muka lo tuh bawa sial, orang mau belanja gak jadi!! ( Gusti marah kepada surti karena memajang ffoto di bengkelnya ) ( 00 : 10 : 34 ) 4. Ih GR lo, siapa yang mau saingan sama lo, gak level tau gak gw saingan sama lo!! ( Gusti marah karena disangka ingin merebut Prabu wijaya ) ( 00 : 13 : 58 ) 5. Apa – apaan kalian ini!! Bisa gak kalian sekali aja gak bikin rebut di took ini!! ( Prabu wijayaa marah kepada Surti dan Gusti ( 00 : 11 : 42 ) 6. Saya bukan mantan suami surti juga!! ( Prabu wijaya marah
karena dikatakan mantan istri Surti oleh Gusti. ) ( 00 : 12 : 38 ) 2.Memaki
1. Bego banget sih! Laki – laki
1
9%
2
18%
2
18%
gak bisa nyelametin diri sendiri!! 3.Menghina
1.Jangan cari – cari kesempatan deh, mangkanya rambut kamu kribo, kriwel, ga jelas!! ( Malena marah karena Wisnu ingin memeluk Malena ) ( 00 : 23 : 22 ) 2.Heh!! apa loh- loh, saya denger semuanya!! Denger ya kribo ya sampai kapanpun saya gak mau sama kamu!! ( Malena maarah karena Wisnu mencoba mendapatkan hatinya )
4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar.
1. Kurang ajar!! Jadi wisnu waktu itu. Mereka yang menyebabkan amira celaka. ( Prabu wijaya mengingat kejadian saat ia melihat wisnu pergi tergesa –gesa dari RM. Sakit tempat Amira dirawat yang dibakar )
2. Bego banget sih! Laski – laki gak bisa nyelametin diri sendiri!! ( 00 : 27 : 00 )
11
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 2. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 6 kali, Memaki sebanyak 1 kali, Menghina sebanyak 2 kali, dan kata – kata kasar sebanyak 2 kali.sedangkan untuk kategori memiliki makna memaki,vulgar, memiliki makna kelamin, memiliki makna binatang tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Kategori (Pasal P3 & SPS)
Sub Kategori
Indikator
Frekuensi
Persentase
Kekerasan
1.Memukul
NonVerbal ( Pasal 26 ) 1
100%
1
100%
( Amira menampar Rizki karena Rizki berlaku tidak sopan telah 2.Menusuk
menciumnya )( 00 : 00 : 03 )
3.Mengeroyok 4.Menembak dengan jarak dekat. 5.Membacok 6.Bunuh diri. 7.Mutilasi 8.Membakar
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 2. Dari pasal 26 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Non Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah memukul sebanyak 6 kali dan menusuk, mengeroyok,menembak dari jarak dekat, membacok, bunuh diri mutilasi tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ
bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Tabel 4.4.3 Tanggal 6 Episode 488 Kategori
Sub Kategori
Indikator
Frekuensi
Persentase
5
83%
(Pasal P3 & SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. Kurang ajar!! Perempuan
Verbal
brengsek!! Perempuan
( Pasal 27 )
murahan!! Dari dulu aku tau zahira tidak pantas untuk Rendra. ( Livia mendengar ( Arman dan Zahira ingin menikah ) ( 00 : 34 : 31 ) 2. Gw udah percaya sama lo, lo cinta amira, tapi kenapa dia harus nyakitin dia sih!! (Rangga marah kepada Rizki karena telah mempermainkan Amira ) ( 00 : 56 : 52 ) 3. Cowok macam apa si lo, mana buktinya!! Pantes aja amira gak inget inget apapun tentang lo!! Lo ga pernah serius sama dia!! Rangga marah kepada Rizki ) ( 00 : 57 : 19 ) 4. Lo ngomong jangan
sembarangan ya!! Tolong lo jangan ngomong sembarangan sama gw, ngerti!! ( RIzki marah kepada rangga karena telah berkata kasar ) ( 00 : 57 : 34) 5. Kenapa gw ga boleh, sedangkan lo udah berbuat macam – macam sama amira, gw berhak!! Lo tuh cowok brengsek tau gak!! Rangga marah karena Rizki mempermainkan Amira ) ( 00 : 57 : 48 ) 2.Memaki 3.Menghina 4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar.
1. Kurang ajar!! Perempuan
8.Memiliki makna
brengsek!! Perempuan
kelamin.
murahan!! Dari dulu aku tau zahira tidak pantas untuk Rendra. ( Livia mendengar ( Arman dan Zahira ingin menikah ) ( 00 : 34 : 31 )
1
17%
6
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 3. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 5 kali dan kata – kata kasar 1 kali, sedangkan menghina mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas
bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi
menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Kategori
Sub Kategori
Indikator
Frekuensi
Persentase
3
75%
(Pasal P3 & SPS) Kekerasan NonVerbal ( Pasal 26 )
1.Memukul
( Terjadi saling pukul antara Rizki dan Rangga karena salah paham antara keduannya)
( Terjadi saling pukul antara Rizki dan Rangga karena salah paham antara keduannya)
2.Menusuk 3.Mengeroyok
4.Menembak dengan jarak dekat. 5. close up adegan
1
25%
4
100%
penyiksaan
6.Membacok
( Rangga terluka akibat di pukul Rizki )
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 3 . Dari pasal 26 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Non Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah memukul sebanyak 3 kali dan close up adegan mengerikan 1akli, sedangkan menusuk, membacok, menembak dari jarak dekat tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Tabel 4.4.4 Tanggal 11 Juni Episode 493 Kategori (Pasal P3
Sub Kategori
Indikator (Menit)
Frekuensi
Persentase
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. lo gila apa ya!!? Kalo gw tau
Verbal
Juga gw cegah! ( Rangga marah
( Pasal 27 )
kepada Rizki,karena dituduh menyembunyikan Amira ( 00 : 01 :46 ) 2. Eh!! Amira ini kan tinggal dirumah lo, masa lo gak tau gimana si lo!! ( Rizki marah kepada rangga karena tidak tau keberadaan Amira ( 00 : 01 : 56 ) 3. Amira dimana?? Lo gak tau…!! ( ( rizki kesal karena rangga tidak tahu keberadaan Amirai .) ( 00 : 01 : 58 ) 4. Rangga gini ya, om Prabu itu udah bener banget, lo gila ya!! Udah ngasih tau amira yang sebenernya!! ( 00 : 02 : 34 ) 5. Lo tuh sembarangan banget sih!! ( Rizki menghardik rangga ) ( 00 : 02 : 49 ) 6. Lo kenapa sih!! Kenapa lo tiba tiba peduli sama amira!! Pengecut lo!! ( Rangga marah kepada Rizki) ( 00 : 02 : 53 ) 7. Eh!! Diem lo rangga jangan
8
67%
bilang gw pengecut ya!! (Rangga marah kepada Rizki) ( 00 : 03 : 01 ) 8. Lo yang diem!! ( 00 : 03 : 10 ) 2.Memaki
1. Lo tu bego banget si!! ( Meisya
3
25%
2
8%
marah kepada Feli, Karena rencananya gagal ) ( 00 : 46 : 22 ) 2. Bego gitu aja nanya! (Meisya marah kepada Feli, karena feli bertanya tentang rizki ) ( 00 : 47 : 19 ) 3. Bego, lo tuh bener – bener bego, lo ga bisa diandelin ya jadi orang. ( Meisya marah kepada feli karena tidak dapat melaksanakan perintahnya ) 3.Menghina 4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar
1. Lo tu bego banget si!! 2. Bego gitu aja nanya! ( 00 : 47 : 19 )
8.Memiliki makna kelamin.
13
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 4. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardikl sebanyak 8, sedangkan memaki 3, kali dan kata – kata kasar 2 kali, sedangkan menghina mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Tabel 4.4.5 Tanggal 14 episode 496 Kategori
Sub Kategori
(Pasal P3
Indikator
Frekuensi
Persentase
3
75%
(Menit)
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. Lo kira gw bego!! ( Meisya
Verbal
marah kepada Amira karena
( Pasal 27 )
merasa dibohongi ) ( 00 :22 : 51 ) 2. Surti lo budeg apa idiot si!! (Gusti marah kepada surti ) ( 00 : 35 : 30 ) 3. Udah ayok, lama- lama bisa gila ngomong sama cewek gila!! (Gusti marah kepada surti )
( 00 : 35 : 38 ) 2.Memaki
1. Surti lo budeg apa idiot si!!
1
25%
4
100%
( 00 : 35 : 30 ) 3.Menghina 4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar 8.Memiliki makna kelamin.
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 5. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 3 kali, sedangkan memaki 1 kali dan kata – kata kasar 2 kali, sedangkan menghina mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas. Tabel 4.4.6 Tanggal 15, Episode 497 – 498
Kategori
Sub Kategori
Indikator
(Pasal P3
Frekuensi
Persentase
6
75%
(Menit)
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. Denger ya!! Pokoknya gw gak
Verbal
mau tau pernikahan ini harus
( Pasal 27 )
diselenggarakan sekarang juga, gw gak mau tau!! ( Meisya menghardik Amira karena melanggar janjinya untuk menikahi Rizki ) ( 00 : 40 : 50 ) 2. Eh surti lo tuh orang bukan sih!! Kalo ngomong sembarangan kan ( gusti marah kepada Surti ). ( 01 : 01 : 36 ) 3. Jagan bilang kamu sudah Menikah tanpa sepengetahuan papa, jawab!! ( Prabu wijaya marah kepada Amira ) (10 : 32 ) 4. Siapa yang sudah menikahkan kamu, siapa!! (Prabu wijaya menanyakan kepada Amira yang berpura – pura menikah ) ( 11 : 15 ) 5. Ihsan benar – benar keterlaluan seharusnya dia tidak berhak menikahkan kamu dengan
siapapun juga!! (Prabu wijaya marah kepada Amira) ( 11 : 44 ) 6. Ihsan keterlaluan kamu, saya ini orang tua kandungnya amira, bukan kamu!! ( Prabu wijaya marah kepad ikhsan karena telah menikahkan Amira tanpa sepengetahuannya ) ( 17 : 19 ) 2.Memaki 3.Menghina
1. Eh kribo jelek! ( Meisya
2
25 %
8
100%
menghina Wisnu ) ( 21 : 42 ) 2. Ih siapa yang iri sama lo surti , muka lo jauh dari cantik kali. ( Gusti menghina Surti ) ( 32 : 37 ) 4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar 8.Memiliki makna kelamin.
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 6. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “
Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 6 kali, sedangkan menghina 2 kali sedangkan memaki mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas
bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi
menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas. Tabel 4.4.7 Tanggal 16, Episode 499 Kategori
Sub Kategori
(Pasal P3
Indikator
Frekuensi
Persentase
6
100%
(Menit)
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. ahh..!! udahlah amira, kamu ga
Verbal
usah jelasin apalagi ke aku,
( Pasal 27 )
emang akun ya yang ga bisa nerima kamu nikah sama orang lain.(Rizki marah epada Amira ) ( 00 : 10 : 17 ) 2. Amiranya kegatelan ingin menikah dengan rangga!! ( Malena marah kepada prabu karena prabu wijaya memaki meisya anaknya) ( 00 : 30 : 45 ) 3. Tutup mulut kamu lena!! ( Prabu Wijaya Marah kepada malena )
( 00 : 30 : 50 ) 4. Itu tuh duet maut, malena sama meisya, biang sial dari kesialan, sebel gw!! ( Gusti melihat Meisya dan Malena sedang berbelanja ) ( 02 : 40 ) 5. Mau ngapain kalian berdua hahh!! Pasti mau bikin masalah sama pujaan hatiku!! ( Wisnu marah karena gusti dan Surti ngin mencelakakn Malena ) ( 03 : 48 ) 6. yeeee…. Yang ada bayinya stress ngeliat muka lo!! ( Gusti meledek Surti yang ke ge’ren merasa cantik )( 22 : 24 ) 2.Memaki 3.Menghina 4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar 8.Memiliki makna kelamin. 6
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 7. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 6 kali, sedangkan memaki, mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Tabel 4.4.8 Tanggal 17, Episode 500 – 501 Kategori
Sub Kategori
(Pasal P3
Indikator
Frekuensi
Persentase
6
100%
(Menit)
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. Ih.. bisa – bisanya aku ketemu
Verbal
kuntilanak ini!! (Setan konde
( Pasal 27 )
bertemu dengan Surti ) ( 00 : 34 : 24 ) 2. Heh!! Kuntilanak kecentilan, kamu belanja apa gangguin!! ( 00 :34 : 56 ) ( Setan konde melihat Surti menggoda abang tukang sayur saat belanja) 3. Heh!! Setan konde ngapain lo
belanja disini, belanja tempat lain sono!! ( Setan konde mengusir Surti ) ( 00 : 35 : 03 ) 4. Terserah gw mau belanja dimana aja!! ( Surti melawan, tidak mau pergi ) ( 00 : 35 : 16 ) 5. Lagian ngapain lo beli shampo setan konde!! Lo nyampo setiap hari juga konde lo ga bakalan kempes…! ( Surti menghina surti) ( 00 : 35 : 29 ) 6. saya minta kamu jangan ganggu amira dan rangga, mengerti kamu!! ( Prabu wijaya arah kepada rizki yang mendekati Amira) ( 05 : 30 ) 2.Memaki 3.Menghina 4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar 8.Memiliki makna kelamin. 6
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 8. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 6 kali, sedangkan memaki, mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas
Kategori
Sub Kategori
Indikator
Frekuensi
Persentase
1
100%
(Pasal P3 & SPS) Kekerasan
1.Memukul
NonVerbal ( Pasal 26 )
( Surti dan Setan konde berkelahi setelah 2.Menusuk 3.Mengeroyok 4.Menembak
sebelumnya
terjadi) ( 00 :35 : 54 )
adu
mulut
dengan jarak dekat. 5.Membacok 6.Bunuh diri. 7.Mutilasi 8.Membakar 1
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 8. Dari pasal 26 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Non Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah memukul sebanyak 1, sedangkan membacok, mengeroyok, meembak tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Tabel 4.4.9 Tanggal 18, Episode 502 Kategori
Sub Kategori
(Pasal P3
Indikator
Frekuensi
Persentase
4
66%
(Menit)
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. Udah deh amira, mendingan
Verbal
Kamu pergi dari sini!! Udah
( Pasal 27 )
punya suami juga masih aja kegatelan!! ( Meisya marah
kepada Amira yang mendekati Rizki ) ( 00: 02 : 34 ) 2. saya mau bicara sama kamu!!, kenapa kamu membuat amira terlibat dalam masalah ini, sekarang kamu baca Koran ini baca!! ( Praabu wijaya mearah kepada Rizki, karena foto Rizki dan Amira sedang bermesraan ada dikoran.( 00 : 35 : 52 ) 3. Denger dari mana kamu! Jangan kamu hanya membual dengan saya!! ( Prabu wijaya marah kepada Rizki ) ( 00 : 36 : 38 ) 4. Dari dulu memang kamu bisa diajak ngomong baik – baik, kurang ajar kamu! ( 00 : 36 : 09 )
2.Memaki 3.Menghina 4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar
1. Dasar brengsek, perempuan murahan, si citra tuh artis
2
34 %
karbitan!! ( Meisya( 00 : 12 : 20 ) 2. Kurang ajar rizki!! ( Prabu wijaya marah meihat foto Amira dan Rizki dikoran) ( 00 : 33 24 ) 6
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 9. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardikl sebanyak 4, dan kata – kata kasar 2 kali.Sedangkan memaki, mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas
bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi
menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Tabel 4.4.10 Tanggal 20, Episode 504 Kategori
Sub Kategori
(Pasal P3
Indikator
Frekuensi
Persentase
3
100%
(Menit)
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. Eh surti, otak lo syarafnya udah
Verbal
putus ya!?? ( Gusti marah kepada
( Pasal 27 )
Surti ) ( 29 :24 ) 2.Surti !! ini bukan saaatnya untuk bercanda…! Prabu wijaya Marah
kepada Surti ) ( 29 : 16 ) 3. Surti !! lo kesurupan ya?? Siapa yang ngelamar prabu!! !?? ( Gusti marah kepadaSurti ) ( 00 : 20 45 ) 2.Memaki 3.Menghina 4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar 8.Memiliki makna kelamin. 3
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 10. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 3 kali,.Sedangkan memaki, mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Tabel 4.4.11 Tanggal 21, Episode 505
Kategori
Sub Kategori
Indikator
(Pasal P3
Frekuensi
Persentase
4
57,43%
3
42,57%
(Menit)
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1.Lo sih kege’eran , emang elu sih!!
Verbal
( Gusti marah kepada Surti )
( Pasal 27 )
( 29 : 14 ) 2.Ihh.. jangan mimpi deh pak wisnu aku gak mau punya papa kayak pak wisnu!! ( Meisya marah kepada Wisnu Karen mengharapkan cinta ibunyayaitu Malena ) 3. Kamu dapet telpon dari siapa?? Pasti ada hubungannya sama amirakan!! ( 13 : 17 ) 4. Udah, cukup – cukup nyanyinya!! Lo bisa nyanyi gak si!! Ini tuh hari bahagia gw, lo malah nyanyi sedih gini!! ( meisya marah kepada Amira pada saat peste pernikahannya )( 43 : 51 ) 2.Memaki 3.Menghina
1. Cantik? Dari dulu juga jelek, gara – gara muka lo jelek motor gw
hamper nabrak nih!! (Gusti menghina surti yang mengaku paling cantik) 2. Gw bukannya ngatain, gw jujur muka lo emang jelek, mangkanya beli kaca yang gede biar keliatan tuh muka lo jelek! (Gusti menghina surti yang mengaku paling cantik)( 00 : 13 : 28 ) 3. Nih gara – gara si ondel – ondel gosong …. ( Gusti memarahi surti akibat surti tidak bisa diam, akhirnya motornya menabrak) ( 00 : 12 : 46)
4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar 8.Memiliki makna kelamin. 7
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 11. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “
Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardikk sebanyak 4 kali, dan menghina 3 kali.Sedangkan memaki, mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas
bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi
menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Tabel 4.4.12 Tanggal 22, Episode 507-508-509 Kategori
Sub Kategori
Indikator
Frekuensi
Persentase
5
100%
(Menit)
(Pasal P3 & SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. Meisya kenapa kamu maki –
Verbal
maki amira!! Kamu pikir diri
( Pasal 27 )
kamu itu siapa?? ( Prabu wijaya marah kepada Mesya karena telah memaki anaknya ) ( 00 :12 : 08 ) 2. Prabu wijaya kalo bicara itu, ngaca dulu dong!! Yang salah itu bukan anak saya, tapi anak kamu!! Udah tau acara bahagia, nyanyi malah sdeih – sedih, emangnya ini acara pemakaman!! ( Malena membela anaknya meysa dari yang dihardik Prabu wijaya
( 00 : 12 :40 ) 3. Jaga mulut kamu malena!! Kalau kamu masih saja merendahkan anak saya, saya tidak segan – segan menampar kamu!! ( Prabu wijaya marah terhadap Malena ) ( 00 : 13:17 ) 4. Eh.. emangnya kamu kira ini tempat bermain, ini pernikahan!! ( malena marah kepada surti dan setan konde yang main kejar kejaran pdi dalam gedng pernikahan.( 00 : 35 ; 03 ) 5. Yang mau nikah siapa!! Aku kan. Kalo mau nikah, nikah aja sendiri!! Aku gak mau!! ( Rizki marah tidak mau menikah dengan Mesya ) ( 00 ; 52 : 51) 2.Memaki 3.Menghina 4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar 8.Memiliki makna kelamin.
5
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 12. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 5 kali, Sedangkan memaki, mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Tabel 4.4.13 Tanggal 23, Episode 510 Kategori
Sub Kategori
(Pasal P3
Indikator
Frekuensi
Persentase
6
75%
(Menit)
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1.Ini sama sekali gak adil, inikan
Verbal
kasus pembunuhan!! Ini gak
( Pasal 27 )
adil!!( Mesya marah hakim memberikan hukuman ringan kepada Feli ) ( 00 : 50 : 09 ) 2. Eh, apaan si lo, cari gara – gara lo sama gw!! ( Gusti marah kepada Prabu wijaya karena
menyerempet motornya ) ( 01 : 02 : 23 ) 3. Ge’er banget!! Orang dibilang lo bagus pake baju begitu, keliatan gak tua – tua banget kaya biasanya. Siapa yang ngerayu lagi!! ( Gusti marah karena prabu menggodanya ( 00 : 43 ) 4.Gw percaya kata – kata rizki, ini semua pasti gara – gara lo!! ( Gusti tidak percaya pengakuan mesya yang bilang Rizki memperkosanya ) (23 : 36 ) 5. Dasar laki – laki mesum kurang ajar!! Mana dia?? Saya akan kasih pelajaran dia.( Prabu wijaya mendengar Rizki mau memperkosa Mesya ( 26 : 25 ) 6. Apa yang kamu lakukan terhadap meisya!!, ayo jawab?? ( prabu Wijaya menanyakan apakah benar Rizki memperkosa mesya ) 2.Memaki 3.Menghina
1. Kamu yakin anak bodoh ini dapat membahagiakan kamu!? 2..Kalo gak berat, berarti hakimnya bego!! ( 00 ;13 : 15 )
2
25%
4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Memiliki makna Vulgar. 7.Kata – kata kasar 8
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 13. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 6 kali, menghina 2 kali. Sedangkan memaki, mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Kategori (Pasal P3 & SPS)
Sub Kategori
Indikator
Frekuensi
Persentase
Kekerasan
1
1.Memukul
100%
NonVerbal ( Pasal 26 )
( Prabu wijaya memukul Rizki karena
disangka
memperkosa
Mesya ) 2.Menusuk 3.Mengeroyok 4.Menembak dengan jarak dekat. 5.Membacok 6.Bunuh diri. 7.Mutilasi 8.Membakar 100%
Tabel 4.4.14 Tanggal 24, episode 511 -512 Kategori (Pasal P3 & SPS)
Sub Kategori
Indikator (Menit)
Frekuensi
Persentase
Kekerasan
1.Menghardik
1. Zahira status aku itu suami
Verbal
kamu!!, tapi dari dulu sampai
( Pasal 27 )
sekarang kamu gak pernah maau
4
100%
4
100%
aku sentuh, kenapa!?? ( Rendra memarahi Zahira yang tidak mau berhubungan ) ( 00 : 20 : 23 ) 2. karena kamu Cuma mau disentuh sama arman, gitu!! Jawab!! ( Rendra marah kepada Zahira karena tidak mau disentuh ) ( 00 :20 :14 ) 3. Kamu keterlaluan…!!! ( Rendra menunggalkan Zahira dengan kesal ) ( 00 ; 21 : 15 ) 4 Prabu, lo mau pamer kekayaan lo ya sama gw, lo seneng ya gw dipermalukan seperti ini, jawab prabu!!! 2.Menghina 3.Mengancam 4.Memiliki makna binatang. 5.Memiliki makna Vulgar. 6.Kata – kata kasar
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 14. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 4 kali, Sedangkan memaki, mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas.
Kategori
Sub Kategori
Indikator
Frekuensi
Persentase
2
100%
(Pasal P3 & SPS) Kekerasan
1.Memukul
NonVerbal ( Pasal 26 )
Zahira ditampar suaminya Rendra ) ( 34 : 16 )
2.Menusuk
( Malena menampar Wisnu )
3.Mengeroyok
00 : 21 : 15
4.Menembak dengan jarak dekat. 2
100%
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 14. Dari pasal 26 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Non Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah memukul sebanyak 2, Sedangkan mengeroyok, mutilasi, menembak dari jarak dekat tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas..
Tabel 15 Tanggal 25, Episode 513 Kategori (Pasal P3
Sub Kategori
Indikator (Menit)
Frekuensi
Persentase
& SPS) Kekerasan
1.Menghardik
1. Meisya kamu jangan ngaco deh,
Verbal
dari dulu sampai sekarang, ga
( Pasal 27 )
pernah pacaran sama kamu!! Kamu udah gila ya!! (Rizki marah karena Meisya mengaku pacar rizki ) ( 00 : 07 : 39) 2. Ini apaan si, kenapa barang – barang gw ada disini semua!! ( Gusti marah kepada Prabu karena tokonya dipindahkan tanpa sepengetahuannya ) ( 00 : 21 ;37 ) 3. Bagus, bagus apaan. Gw gak mau tahu, lo balikin barang – barang gw kekios yang lama!! !! (Gusti marah kepada Prabu yang memindahkan Barang – barangnya ke took yang baru) ( 00 : 22 : 13 ) 4. Meisya jangan – jangan bener kata surti, lo sarap ya!! ( Gusti marah karena Mesya mengaku ingin menikah dengan rizki ) ( 00 : 06 :53 ) 2.Memaki
5. Gak usah rebut – rebut pacar orang ya!! ( Gusti marah kepada meisya karena masih saja mendekati Rizki, sedangkan Rizki mmenikah
5
83,33%
denagn Amira) 3.Menghina 4.Mengancam 5.Memiliki makna binatang. 6.Kata – kata kasar
1. gw curiga nih, jangan –jangan
1
16,67 %
6
100%
meisya beneran sinting nih!!
Berdasarkan data diatas peneliti akan menjelaskan secara rinci pelanggaran yang terjadi pada episode 15. Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik sebanyak 5 kali, dan kata – kata kasar 1 kali. Sedangkan memaki, mengancam, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin tidak ada pada episode ini. Berdasarkan data tersebut jelas
bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi
menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak luas. Dari data diatas maka peneliti akan menjelaskan jumlah
keseluruhan dari
tentang
kecenderungan kekerasan pada tayangan sinetron “ putri yang ditukar” baik secaara verbal maupun non verbal dari 15 episode yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
Tabel 4.4.1 Kekerasan Verbal
Pasal 27 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Sub. Kategori Menghardik Memaki Mengancam Menghina Kata – kata kasar
Frekuensi Persentase 75 75 6 6 1 1 9 9 9 9 100 100
Dari pasal 27 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan Verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah menghardik dengan persentase 75% , Memaki dengan 6%, Mengancam 1%, serta menghina dan kata – kata kasar 9% dari 15 episode yang menjadi sampel peneliti dalam penelitian ini. Berdasarkan data tersebut jelas bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya bagi masyarakat.
Tabel 4.4.2 Kekerasan Non Verbal Pasal 26 No. 1. Memukul 2. Menusuk 3. Penyiksaan
Sub. Kategori
Frekuensi Persentase 8 80% 1 10% 1 10% 10
100
Dari pasal 26 P3 dan SPS yang menjadi acuan peneliti untuk meneliti sinetron “ Putri yang ditukar” dalam kategori kekerasan non verbal, diketahui bahwa pelanggaran yang sering terjadi adalah memukul dengan persentase 80% , menusuk dengan 10%, penyiksaan 10%,dari 15 episode yang menjadi sampel peneliti dalam penelitian ini. Berdasarkan data tersebut jelas
bahwa sinetron tidak lagi menjadi suatu hiburan tetapi menjadikan dampak buruk bagi masyarakat, khususnya anak – anak yang sifatnya meniru. Hal ini akan menjadi dampak negativ bagi anak – anak di kehidupan sehari harinya. Karena dampak media sangat besar pengaruhnya terhadap khalayak.
4.5 Pembahasan Dalam penelitian ini yang menjadi acuan adalah Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran ( P3SPS ) tentang kekerasan. Kekerasan tersebut diketegorikan dalam kekerasan verbal dan non verbal. Kekerasan Verbal mencakup dalam menghardik, memaki, menghina, mengancam, kata – kata kasar, memiliki makna vulgar, memiliki makna kelamin, memiliki makna kotoran. Sedangkan kekerasan non verbal mencakup dalam
memukul,
menusuk, membacok, mengeroyok, mutilasi, menembak dari jarak dekat. Dari kategori tersebut peneliti mengcoding kategori tersebut dengan memasukkan pelanggaran yang terjadi dalam tayangan Putri yang ditukar melalui video yang diperoleh dari Komisi Penyiaran Indonesia. Dari hasil penelitian jelas bahwa dari 15 episode unsur kekerasan terdapat pada tayangan Putri yang ditukar, hal ini bisa dilihat dalam frekuensi per episode
yang ada pada tabel
penelitian diatas. Kekerasan yang paling banyak adalah pada kategori kekerasan verbal yaitu menghardik dengan persentase 75%. Dengan demikian melihat dari pengertian teori Stimulus Respon yaitu media massa amat perkasa dalam mempengaruhi penerimaan pesan.Hal tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap masyarakat sebagai penonton, khususnya anak – anak. Karena anak – anak sangat rentan terhadap apa yang ia lihat dan dengar dalam lingkungannya. Tidak dapat dipungkiri
bahwa anak rata – rata hampir sebagian waktunya untuk menonton televisi. Tidak sedikit anak – anak yang berperilaku menyimpang karena faktor media Massa, dalam hal ini adalah televisi. Sedangkan fungsi televisi sendiri adalah sebagai berikut : 1. Fungsi Penerangan Televisi merupakan media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung dan realism mengandung makna kenyataan, dimana televisi menyiarkan informasi sevara audio visual sesuai dengan fakta. 2. Fungsi Pendidikan Sebagai media massa televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat. Televisi menyiarkan acara – acara tertentu yang mnengandun pendidikan seperti fil, kuis, dan sebagainya yang disebut Educational Televisi ( ETV ) yaitu acara pendidikan yang disisipkan kedalam siaran yang sifatnya umum. 3. Fungsi Hiburan Fungsi hiburan yang melekat pada siaran televise sangat dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu massa siaran diisi oleh acara – acarahiburan, hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati oleh khalayak. .
Menurut schramm, televisi memiliki tiga kegunaan utama, yaitu :
1. Sebagai sarana pemberi kesenangan pasif, melalui program – program hiburannya. Televisi aktif, sedangkan khalayak pemirsa berada dalam posisi pasif
untuk
menikmati fantasi dan lepas dari kejenuhan hidup. 2 . Sebagai sarana pemberi informasi . 3. Sebagai sarana sosial Dari data diatas, stasiun RCTI dengan program acara sinetron putri yang ditukar belum dapat memenuhi fungsi televisi sebagai sarana hiburan, menambah ilmu pengetahua atau pendidikan, dan pemberi informasi serta sebagai sarana sosial..