BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perusahaan Oriflame di dirikan pada tahun 1967 oleh dua bersaudara yang berasal dari Swedia Jonas an Robert Of Jochnick. Oriflame telah menjadi perusahaan kecantikkan internasional dengan sistem penjualan langsung di lebih dari 60 negara di seluruh dunia, termasuk Negara Indonesia salah satunya yang sudah berdiri dari tahun 1986. Melalui produk-produk kecantikan swedia yang alami seperti make up, skin care, parfume yang inovatif dari bahan-bahan yang alami. Oriflame menawarkan peluang bisnis terkemuka untuk orang-orang yang ingin bekerja dan memenuhi ambisi pribadi mereka melalui konsep bisnis yang unik “make money today and fullfil yaour dream tomorrow” konsep ini akan memberikan kesempatan menghasilkan kesuksesan di Oriflame dengan cara yang menyenangkan bisa bertemu orang-orang baru dan mempunyai banyak teman. Seperti visi dan misi Oriflame : 1. Visi : Kami adalah menjadi #1 sebagai perusahaan penjual langsung yang bergerak di bidang kecantikan. 2. Misi : Kami adalah untuk mewujudkan impian
51
52
4.1.1 Konsep Bisnis di dalam Oriflame Konsep bisnis yang ada di dalam Oriflame sistem Network Marketing atau Multilevel Marketing (MLM) yang merupakan konsep bisnis dimana sebuah perusahaan dapat memasarkan dan mendistribusikan produk mereka dan pelayanan secara langsung ke konsumen dengan menjual langsung. Untuk sukses di dalam Oriflame, memiliki kode etik yang harus di jalankan oleh para membernya yaitu sesama member Oriflame dalam menjalankan bisnisnya harus menjaga hubungan yang baik dengan nilai-nilai utama TSP ( Togetherness, Spirit, and Passion) : 1. Togetherness
: Orang-orang bekerja sama dan berbeagi tujuan yang
sama mencapai hasil yang lebih besar. Mereka memotivasi satu sama lain dan mengetahui bahwa bekerja sama lebih baik dari pada sendirian. 2. Spirit
: Dengan semangat “bisa” memiliki ikap sebagai
pemenang dan tidak pernah menyerah. Mereka berkomitmen untuk melakukan apa yang di perlukan untuk berhasil 3. Passion
: Memiliki kekuatan untuk mengubah dunia dengan
menyukai apa yang di lakukan dan di percayakan. Oriflame memberikan target kepada para konsultannya dan apabila berhasil di capai akan mendapatkan benefit yang telah di tetapkan oleh success plannya :
53
Gambar 4.1
a. Jenjang karir dengan rincian penghasilan yang dapat di raih oleh konsultan atau membernya. b. Konsultan akan mendapatkan hasil awalnya dengan konsultan 3% sampai dengan Diamond President Director. c. Cash Award dari 300 ribu sampai ratusan juta rupiah d. Car program yang bisa di dapatkan dan e. Hadiah jalan-jalan gratis ke luar negeri.
54
Penjualan langsung ini di namakan konsultan mandiri untuk bisnis Oriflame yang mereka kelola sendiri dan dari penjualan langsung memungkinkan pelanggan untuk memperoleh nasihat dan inspirasi dari orang yang mereka kenal dan mereka percayai. Sehingga konsultan Oriflame akan memiliki penghasilan tak terbatas dengan peluang karir yang luar biasa untuk menawarkan kesempatan besar yaitu rekrutmen besar yang menjadikan member atau anggota. Sebagai fenomena yang konvensional yang selalu banyak tudingan dari tahun ke tahun, bisnis multi level marketing masih banyak di minati oleh sebagian masyarakat dan menganggap bisnis ini sebagai profesi pekerjaan yang di kelola sendiri untuk memperoleh penghasilan pribadi karena kriteria di dalam bisnis multi level marketing modal untuk operasi kerjanya tidak memerlukan modal besar, bisa melakukan bisnis di mana saja dan kapan saja, dan banyak pengalaman dari orang lain yang sukses dengan bisnis ini. Dari kriteria tersebut yang telah mempengaruhi orang lain untuk bergabung di bisnis multi level marketing dan secara langsung bisa mengubah pandangan seseorang mengenai bisnis multi level marketing.
55
4.2 Hasil Penelitian Citra bisnis MLM mendapat penilaian negatif di lingkungan masyakarat karena skema bisnis yang berjenjang atau money games (pendapatan pemimpin pada kelompok lebih besar atau pendapatan besar hanya untuk perusahaan) dari fenomena MLM berdampak pada diri anggota multi level marketing yang mendapat pandangan tidak baik di masyarakat karena citra dirinya yang sebagai anggota MLM. Meskipun citra negatif sudah melekat di benak masyarakat masih ada dari sebagian orang yang percaya dan sukses di bisnis MLM. Peneliti mengkaji fenomena MLM Oriflame melalui studi fenomenologi Alfred Schutz. Hasil penelitian ini di peroleh dari narasumber terpilih sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan oleh peneliti. Untuk memperkuat hasil penelitian, peneliti menggambarkan hasil penelitian berupa motif menjadi anggotaMLM, pengalaman anggota bergabung MLM dan di Oriflame, makna Oriflame menurut anggota dalam adaptasi, pola komunikasi anggota Oriflame, dan citra diri anggota MLM. Sehingga dapat di jelaskan sebagai berikut melalui informan :
56
4.2.1 Identitas Informan Tabel 4.2.1 Bagan identitas informan
No
Nama
Usia
Status
Asal daerah
Pengalaman di Oriflame
Motif Menjadi Anggota
Padang
5 Tahun
Ingin mempunyai bisnis yang tidak mengeluarkan modal yang banyak.
(tahun) 1.
Emillia Rahmariza
25
Ibu rumah tangga / Sedang melanjutkan kuliah S2
2.
Atik Rahmani
34
Ibu rumah tangga
Jawa Barat
5 Tahun
Ingin mendapat penghasilan besar setiap bulan.
3.
Yulia Riani
32
Ibu rumah tangga
Jawa Barat
7 Tahun
Ingin pendapatkan penghasilan yang sama dengan pekerja kantoran dan sebagai bukti ibu rumah tangga bisa mempunyai penghasilan lebih besar.
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan peneliti dengan periode riset selama 7 bulan ( Juni – Desember). Mengenai identitas informan yang telah tergabung dalam anggota multi level marketing Oriflame dengan pengalaman informan yang memunculkan kategori dari hasil wawancara yaitu:
57
1. Motif bergabung dalam bisnis MLM Oriflame? 2. Interpretasi awal tentang MLM sebelum bergabung dan mengapa memilih Oriflame? 3. Makna di rasakan saat pertama kali berbisnis (penyesuaian) dan saat sudah beradaptasi di Oriflame? 4. Pola komunikasi yang di lakukan untuk bersama-sama membangun kesuksesan anggota? 5. Citra diri sebagai anggota MLM? Dari kategori ini peneliti dapat menentukan fokus pada penelitian ini secara konsisten dengan hasil wawancara yang berdasarkan bagaimana proses mengenai fenomena multi level marketing. 4.2.2 Motif Mengikuti MLM Oriflame Berdasarkan hasil wawancara terhadap ketiga anggota MLM yang bergabung di Oriflame, peneliti memperoleh pengakuan dari narasumber bahwa mereka bergabung di dalam bisnis Oriflame karena adanya sebuah motif dari diri mereka. Motif mereka pun berbeda-beda, sehingga peneliti mengembangkan kembali hasil yang menarik dari ketiga narasumber yaitu:
58
4.2.2.1 Motif Impian Dalam kehidupan banyak orang yang memiliki impian bahwa suatu saat akan menjadi orang yang sukses, mempunyai ini dan itu sesuai yang mereka inginkan maka dari impian menjadi acuan seseorang untuk hidupnya di kemudian hari. Dari hasil wawancara peneliti menemukan kategori motif impian karena informan m engakui menginginkan pencapaian hidup sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Motif impian ini terjadi pada informan Atik merupakan ibu rumah tangga yang mempunyai usaha bisnis cake home made yang ia jalani selama 1,5 tahun dari tahun 2008. Cake yang di jual Atik bermacam-macam dari cupcake, tart, sampai tradisional cake, usaha cake home made yang ia jalani masih terasa kurang karena harga dari bahan cake yang mahal. Di balik usaha yang di jalani, Atik mempunyai impian besar untuk hidupnya yang mendorong motifnya bergabung di Oriflame “Aku ingin punya penghasilan 20 juta perbulan, bisa punya kehidupan lebih baik lagi dari sekarang, bisa beliin ibu&bapak rumah, berangkatin haji/umroh”.1 Dengan bermimpi berpenghasilan 20 juta perbulan Atik dapat membangun dirinya dan keluarganya. “ Mau punya penghasilan banyak sebenernya tapi yaa 20 juta aja dulu aku pikir Insya Allah cukup makanya aku kejar target menjadi Senior Gold Director di Oriflame pengasilannya 20 juta tiap bulan dan aku gak mau muluk-muluk dulu step by step aja yang penting kejar apa yang aku mau dulu, kenapa mau punya penhasilan segitu 1
Hasil wawancara. Atik.5Januari 2015
59
karena aku gak mau pusing lagi sama masalah keuangan dalam keluarga. Keluarga aku keluarga yang sederhana bisa di bilang cukup untuk makan, beli pakaian dll, tapi punya keinginan lebih dari cukup gak ada salahnyakan apa lagi buat bahagiain orang tua yang mau banget pergi haji setidaknya aku bisa kasih itu ke orang tua sepaket deh sama jalan-jalan umroh”.2 Ungkapan dari Atik yang sangat ingin membuat perubahan pada dirinya dan untuk membahagikan kedua orang tuanya yang mendorong motif di dalam diri Atik. Kemudian motif impian juga terjadi pada informan Yulia yang sebelumnya menjadi karyawan swasta di perusahaan telekomunikasi Indosat memutuskan untuk resign karena jam kerja yang tidak sesuai membuatnya sulit untuk membagi waktu pada kedua putrinya. Yulia yang mengaku hidup dari keluarga kurang mampu, rumah yang jauh dari kota membuat Yulia harus menempuh jarak berkilo-kilo untuk sampai ke sekolah. Masa lalu dari Yulia yang membuat ia berusaha agar semua pengalamannya tidak terulang lagi di masa datang hal ini yang mendorong mendorong motif Yulia bergabung di Oriflame. Motif impian pada Yulia di sampaikan secara to the point “ Aku punya cita-cita jadi orang kaya, karena lahir dari keluarga yang tidak kaya dan mau punya income yang besar tiap bulan, bisa jalan-jalan keluar negeri...”.3 Alasan dari Yulia yang membuat Yulia percaya bahwa bergabung di Oriflame akan membuat mimpinya bisa terealisasikan dengan mudah. Berbeda dengan Atik dan Yulia, motif impian pada nforman Emillia adalah ia ingin mempunyai bisnis yang santai dan tidak konvensional karena butuh modal yang 2 3
Ibid Hasil Wawancara. Yulia.15 Januari 2015
60
besar. Emillia seorang ibu rumah tangga yang sedang melanjutkan pendidikan S2 di Universitas IPB ini memang mempunyai ketertarikan di bidang bisnis. Sebelumnya Emil mempunyai usaha bisnis konvensional saat ia sedang menjalankan pendidikan S1 yaitu menjual cardigan di bazar dengan modal yang relatif kecil, usahanya pun terhenti karena harga dari distributor utama yang mahal, tranportasi,dan keuntungan yang di dapat tidak memenuhi modalnya kembali. Dari ringkasan cerita Emillia, ia menginginkan mengelola usaha yang tidak memikirkan modal, dan memikirkn harga barang dari distributor utama untuk di pasarkan ke masyarakat “Aku sadar bisnis konvensional terlalu banyak yang harus di pikirkan, nah makanya aku mau punya bisnis yang gak perlu ribet atur-atur harga berapa nih yang harus di jual ke pasar agar bisa balik modal”.4 Pernyataam Emillia tersebut bahwa ia sadar menjalankan bisnis konvensional banyak batasan yang mengatur dirinya dalam mengelola usahanya, maka motif impian ini yang mendorong Emillia mau bergabung di Oriflame Berdasarkan hasil wawancara dapat di simpulkan bahwa motif impian menjadi faktor utama dari para informan untuk mewujudkan sesuatu yang mereka inginkan. Dengan bergabung di dalam bisnis Oriflame, mereka menganggap bergabung di dalam bisnis ini adalah salah satu usaha yang bisa mewujudkan impian mereka.
4
Hasil Wawancara. Emillia.20 Januari 2015
61
4.2.2.2 Motif Memiliki Pekerjaan Motif memiliki pekerjaan dari bisnis MLM dapat membantu seseorang untuk mempunyai pekerjaan, dengan mengelola bisnis wirausaha yang menjual produkproduk Oriflame. Motif memiliki pekerjaan terjadi pada Atik yang menganggap MLM membuat ia memiliki pekerjaan “Bisnis ini juga membuat aku punya pekerjaan karena aku ibu rumah tangga jadi buat tabungan lumayan deh, meskipun awalnya aku usaha jualan kue tapi rasanya ini beda aja, gak usah pusing mikirin harga bahan kue, kita udah terima jadi barangnya memasarkan lewat katalog yang udah di persiapkan, tabungan yang tadi aku bilang untuk aku simpen buat pendidikan anakku atau kalo ada keperluan yang sangat darurat seperti masuk rumah sakit jadi bisa di ambil dari uang tabungan dan membantu penghasilan suami aku”5. Ungkapan dari Atik ini adalah keinginannya untuk membantu penghasilan suaminya. Ternyata motif memiliki pekerjaan ini bukan hanya untuk minat pribadi melainkan untuk sebuah pembuktian kepada orang lain bahwa ibu rumah tangga juga bisa punya penghasilan sendiri dari berwirausaha, seperti yang di katakan oleh Yulia “Aku mau buktiin kalo ibu rumah tangga bisa dapat income dengan jumlah besar dari usaha ini, dan dari melihat aku untuk ibu-ibu rumah tangga lain jadi bisa sebagai contoh yang tergerak dari mereka untuk usaha bantu-bantu suami. Kenapa aku ingin membuktikan karena dari pengalaman aku yang pernah bekerja sebagai karyawan biasa yang harus sibuk dengan kerjaannya gaji yang masih kurang, belom lagi di bentak bos, bangun pagi – pulang 5
Hasil Wawancara. Atik. 5 Januari 2015
62
malam rutinitas setiap hari sampai akhirnya aku resign dan menjadi ibu rumah tangga banyak temanku yang bilang (sayang banget berenti cari kerja susah lhoo jaman sekarang) saat itu aku berpikir di mana ada usaha pasti ada jalannya, makanya aku giat dan tekun di Oriflame untuk membuktikan kalau ada cara lain untuk punya penghasilan dengan lapangan kerja yang berbeda gak harus rutinitas seperti kerja kantoran”6. Pernyataan dari Yulia adalah alasan besar untuk pembuktian dirinya yang akhirnya ia memilih menekuni bisnis MLM Oriflame. Motif memiliki pekerjaan juga di katakan oleh Emillia yang berawal tidak sengaja mencari pekerjaan sampingan pada saat kuliah “Waktu itu sih jaman-jamannya abis selesai skripsian,banyak waktu kosong mau cari kerja part time gak dapet-dapet...sampai akhirnya ketemu bisnis ini yang aku dapat setelah browsing di internet kebetulan aku suka baca katalog dari Oriflame, aku baca websitenya liat productnya dan success plannya buat aku minat untuk mengetahui lebih dalam lagi, karena aku suka hal yang baru jadi aku mencoba bisnis ini dan senang akhirnya punya kegiatan yang baru”7. Dari ketidaksengajaan Emil yang membawa ia pada pengalaman baru untuk menjalankan bisnis MLM karena sesuai dengan passion Emil yang senang berwirausaha. Motif memiliki pekerjaan termasuk juga dalam bagian bisnis MLM, karena jika di lihat dari hasil wawancara bisnis MLM yang di kelola oleh perusahaan Oriflame memberikan lapangan kerja bagi orang lain, serta di jadikan sebagai ajang pembuktian bagi orang lain bahwa bisnis ini bermanfaat untuk di jadikan panutan bagi ibu-ibu rumah tangga yang ingin membantu keuangan keluarga. Menurut ketiga
6 7
Hasil Wawancara. Yulia. 15 Januari 2015 Hasil Wawancara. Emillia. 20 Januari 2015
63
narasumber bahwa memiliki pekerjaan merupakan suatu yang penting untuk menambah kegiatan di luar dari kebiasaan mereka yaitu sebagai ibu rumah tangga. 4.2.2.3 Motif Memiliki Rekan Kerja Kategori motif memiliki rekan kerja itu sangat berkaitan dengan bisnis ini, karena di dalam MLM membuat pertemanan dan lingkungan baru bagi sesama anggota Oriflame dengan mempunyai visi dan misi yang sama, selain untuk pekerjaan diri sendiri juga membuka orang lain untuk mendapatkan pekerjaan. Demikian pernyataan dari Atik “Iya selama masuk di sini punya teman baru yang sama-sama mau kerja bareng untuk wujudkan apa yang mereka mau...oh iya kenal teman gak cuma dari Jakarta aja bahkan bisa dari luar kota juga dan berkenalan dengan siapa aja tidak ada batas usia bahkan gender jadi punya teman baru jauh lebih seru karena punya visi misi yang sama”.8 Melihat pernyataan dari Atik bahwa MLM ini membuka jalan seseorang untuk bertemu orang baru karena keinginan yang sama mereka bisa membagi cerita dan pengalaman bersama. Demikian pernyataan dari Yulia yang menganggap punya rekan kerja itu sangat penting selain membantu dan membangun sebuah usaha, juga membuka jalan untuk orang lain mendapatkan kerja.
8
Hasil Wawancara. Atik 5 Januari 2015
64
“Di Oriflame bisa ketemu teman yang bisa di ajak untuk rekan kerja bisa dari luar yaitu yang baru kita kenal ataupun dari teman yang udah lama gak ketemu bisa di ajak juga jadi semua kalangan, karena di dalam MLM ini penting banget rekan kerja untuk sama-sama ngebangun jaringan buat hasil bersama. Bersama-sama ini dalam artian berusaha untuk mencapai tujuan yang di inginkan masing-masing yang ada di dalam diri anggota, karena sistem di dalam Oriflame kalau mau dapat hasilnya ya kerja keras bener-bener harus di lakukan, makanya di butuhkan rekan kerja yang saling support di dalamnya untuk mengingatkan jangan sampai sia-sia masuk di Oriflame ini”.9 Ungkapan Yulia dari motif memiliki rekan kerja untuk mempertahankan posisi jaringan kelompok juga untuk saling support dan menyadarkan orang lain tujuan mereka masuk Oriflame untuk siapa dan untuk apa. Lain dengan Emil yang menganggap selain punya teman kerja tetapi juga mempunyai keluarga baru seperti kakak bisa juga selayaknya seperti ibu yang memperhatikan anaknya meskipun dalam konteks kerja dan sebagai rekan mereka tidaklah membahas mengenai Oriflame terus menerus ada kalanya membahas curahan hati dari seseorang kelompok. “Iya ketemu temen, sekaligus rekan kerja... temen baru yang baru aja gabung... atau yang udah lama itu seru aja kompak kayak punya keluarga baru yang sebenernya gak ngomongin Oriflame terus apa aja kita omongan namanya juga ibu-ibu Apa aja di bahas masalah anak, resep masak, curhat tentang rumah tangga hmmm banyak deh”.10 Berdasarkan hasil wawancara mengenai motif memiliki rekan kerja peneliti adanya keakraban dari mereka seperti mempunyai keluarga baru, serta di dalam 9
Hasil Wawancara. Yulia. 15 Januari 2015. Hasil Wawancara. Emillia. 20 Januari 2015
10
65
bisnis ini harus memiliki rekan kerja untuk mendukung kegiatan di dalam kelompok atau jaringan dan bersama-sama bekerja untuk mecapai tujuan yang seperti mereka impikan. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat mengkonstruksikan secara singkat mengenai motif narasumber menjadi anggota MLM :
Tabel 4.2.211 Motif Anggota Multi Level Marketing Atik Pribadi Impian
Yulia
Keluarga
Memiliki usaha sendiri tanpa memikirkan modal yang besar
Atik
Lebih kepada personal untuk membantu suami cari penghasilan.
Memiliki Pekerjaan Yulia Orang lain Emillia
11
Memiliki Hasil Analisa Peneliti Rekan Kerja
Personal
Ingin punya income besar karena dari keluarga yang kurang mampu.
Emillia
Personal Motif
Ingin memiliki penghasilan 20 juta perbulan, mengajak orang tua Umroh.
Atik, Yulia, Emillia
Pembuktian kepada orang lain tanpa kerja kantoran bisa punya income besar. Pekerjaan yang sesuai passion yaitu bisnis Untuk membentuk kelompok yang dapat bekerja sama-sama.
66
Dari hasil tabel ini akan jelaskan peniliti mengenai hasil kesamaan motif dari para informan Pada motif impian : Untuk keluarga Untuk Pribadi
Atik dan Yulia Emillia
Atik dan Yulia motif impian mereka sama-sama menginginkan penghasilan yang besar setiap bulannya. Motif yang sama ini karena Atik dan Yulia mempunyai kesamaan pengalaman di masa lalu, yaitu berasal dari keluarga yang kurang mampu motif ini yang mendorong tindakan mereka bergabung di Oriflame. Berbeda dengan Emillia yang karena ingin memiliki usaha yang tidak mengeluarkan modal besar. Pada motif memiliki pekerjaan : Untuk personal Untuk orang lain
Atik dan Emillia Yulia
Atik memiliki motif pekerjaan untuk dirinya sendiri karena untuk membantu suaminya dalam mengahsilkan keuangan keluarga, sedangkan Emillia karena passionnya terhadap berbisnis. Motif Yulia untuk memiliki pekerjaan sebagai pembuktian kepada orang lain, bahwa selain bekerja kantoran dengan menjadi ibu rumah tangga bisa mempunyai penghasilan yang besar. Pada motif memiliki rekan kerja : Untuk personal
Atik, Yulia, dan Emillia
67
Kesamaan motif lain juga ada pada motif memiliki rekan kerja Atik, Yulia dan Emillia menurut ketiga informan ini memiliki rekan kerja sangat penting dalam menjalankan bisnis selain untuk membantu usaha, juga dapat membangun kelompok kerja yang sama-sama mempunyai pencapaian dalam hidup agar bisa mewujudkan secara bersama. Kesimpulan dari hasil keseluruhan bisa di lihat bahwa motif yang memahami tindakkan orang lain biasanya ada konteks makna yaitu motif pada masa yang akan datang (in order to motive) yang di lihat dari pikiran mereka yang akan mendapat keberhasilan di masa datang dengan MLM dan motif pada masa lalu ( because motive) melihat dari diri mereka ingin merubah kehidupan yang sulit di masa lalu. Melalui motif akan tercipta kesadaran bagi individu untuk mencapai suatu tujuan dengan bertindak secara otomatis dalam kehidupan sehari-hari yang menunjuk pada kesadaran sosial yang akhirnya ketiga informan bergabung di dalam informan. 4.2.3 Pengalaman anggota bergabung pada bisnis Multi Level Marketing Berdasarkan motif yang sudah di sampaikan hasil wawancara yang peneliti temukan adalah pengalaman pertama kali para anggota saat bergabung bisnis MLM meskipun mereka sudah meraih kesuksesan. Ketiga narasumber tidak mempercayai bisnis MLM sebelumnya karena adanya faktor-faktor tertentu membuat mereka tidak percaya. Peneliti membuat kategori dalam proses para anggota yang berawal dari
68
ketidakpercayaan sampai akhirnya mereka percaya pada Oriflame yang di dapat dari pengalaman masing-masing narasumber. 4.2.3.1 Persepsi Terhadap MLM Sebelum Bergabung Menjadi Anggota Oriflame Persepsi pada kategori ini merupakan istilah yang peneliti buat yakni dari bagaimana para informan saat pertama kali mengenal MLM yang selalu menjadi pusat perhatian di kalangan masyarakat karena dari prospek rekrutnya yang bermacam-macam mulai dari cara halus mengajak, iming-iming yang tidak masuk akal, sampai cara paksaan yang membuat masyarakat berpikir negatif dan tidak percaya. Kejadian tersebut pernah di alami oleh para narasumber, contoh kasus yang di alami oleh Atik yang membuat ia tidak percaya dengan MLM : “Awalnya aku gak pernah percaya sama MLM karena pernah di tawarin terus di rekrut seperti maksa aku untuk masuk ke dalam jaringannya dan aku gak ngerti sama penjelasan orang itu sistem MLM itu seperti apa, yang aku denger Cuma ngomongin bonus sama untung aja gak ada proses kerjanya yang jelas..”.12 ungkap Atik yang mengungkapkan pandangan awalnya terhadap multi level marketing dengan sedikit emosional. Sama dengan Atik, Yulia juga mengalami hal yang serupa yang membuat Yulia tidak mempercayai MLM
12
Hasil Wawancara. Atik 5 Januari 2015
69
“MLM itu seperti bisnis yang gak jelas, waktu itu pernah di tawarin sama laki-laki pakai jas rapi setelah aku cari tau perusahaannya, di perusahaan itu ada yel-yelnya gitu dan sistemnya gak jelas money game gitu.. buat aku gak percaya banget sama MLM, banyak juga iklannya kalo lagi buka internet gonjreng-gonjreng gitukan, aku suka mikir apa sih ini ada apa yang mau ikut gak jelas gitu, waktu itu aku mikir ah ngapain ih ikut-ikut kayak gitu mending kerja di kantor jelas kantornya nyata. Tetep mikirnya jelek aja sama MLM”.13 Pengalaman berbeda di rasakan Emillia, Emil yang di doktrin di dalam sebuah seminar besar oleh suatu perusahaan yang mempunyai sistem MLM, demikian pernyataan Emil : “Aku pernah ikut seminar bilangnya tentang kesehatan aku ikut aja karna latar belakangku pun ahli gizi jadi ikut aja untuk dapet ilmu eh taunya seminar MLM, dia bilang kalo join di MLM tersebut bisa dapet kapal pesiar sama pesawat jet, ya ampuuun aku ngakak aja waktu itu, sejak itu di pikiranku MLM kayak (srigala) nyari mangsa terus untuk di prospek, nyari mangsa ini pasti aku mikir buat bosnya pasti duitnya kit amah kerja aja, yang ke makan iming-iming gitu mau aja”.14 Berdasarkan penyataan ketiga narasumber ini adalah bukti dari mengapa MLM mendapat pandangan negatif. Pandangan ini muncul dari aksi perekrut dan latar belakang dari perusahaan MLM itu sendiri tidak jelas akan jenjang karirnya serta bagi hasilnya yang membuat rasa ketidakpercayaan muncul di benak masyarakat. Meskipun mereka bertiga sekarang sudah masuk ke dalam bisnis MLM di perusahaan Oriflame mereka tetap melalui rasa ketidakpercayaan terhadap MLM itu sendiri sampai pada akhirnya mereka percaya dengan Oriflame, demikian proses mereka bergabung di Oriflame yang peneliti dapat dari hasil wawancara.
13 14
Hasil Wawancara. Yulia. 15 Januari 2015 Hasil Wawancara. Emillia. 20 Januari 2015
70
4.2.3.2 Proses Anggota Bergabung Oriflame Ketidakpercayaan narasumber terhadap multi level marketing sebelumnya tidak menutup kemungkinan mereka untuk bergabung dengan Oriflame, proses ini di rasakan ketiga narasumber dengan cara berbeda-beda. Pada dasarnya pengalaman dari orang lain yang membuat mereka ingin bergabung, juga ada beberapa faktor yang akhirmya mereka percaya MLM dan masuk ke dalam Oriflame seperti Atik yang ingin masuk Oriflame karena kepercayaannya kepada teman yang sudah ia cukup lama ia kenal “Di rekrut kebetulan sama temenku mba Nina Herlina downlineku, kenal mba Nina kurang lebih 1,5 tahun teman aku di dunia perbakingan, waktu dia bilang Oriflame bisa dapet penghasilan bulanan seperti kerja kantoran lho aku di kasih liat karirnya Mba Yulia yang menjadi Downlinenya Mba Nina karena masuk ke dalam jaringan Mba Yulia”. 15 Dari ungkapan Atik ini menyimpulkan bahwa ia yang tadinya tidak percaya dengan MLM lalu di rekrut oleh teman yang ia kenal cukup lama maka timbul kepercayaan di dalam dirinya dan Atik juga menambahkan “Jadi bukan karena Oriflamenya tapi dengan siapa kita bergabungnya karena aku percaya dengan orangnya yang berniat baik sama aku, kenal orangnya , tau siapa orang itu dengan jelas”.16 Ketika Atik bergabung karena ia percaya dengan orang yang mengajak, karena di kenal sudah cukup lama sehingga tau kalau orang yang mengajak dia tidak
15 16
Hasil Wawancara. Emillia 22 Januari 2015 Hasil Wawancara. Atik 5Januari 2015
71
mungkin menjerumuskannya pasti orang ini ingin membantu agar bisa punya pengasilan sampingan dari bisnis kue. Kemudian Yulia proses bergabungnya di Oriflame karena melihat pengalaman orang yang merekrutnya di situs jejaring sosial media facebook serta latar belakang yang sama-sama seorang ibu rumah tangga, saat bertemu Yulia melihat orang tersebut baik dan punya niat tulus untuk membantunya di dalam bisnis MLM. “Aku orang yang senang ngeblog ya di sosmed sama seperti tadi cerita aku yang serimg liat iklannya gonjreng gitukan sering banget litanya sampe ada orangnya gitukan dan tetep aku gak percaya tapi pas aku liat-liat lagi orang itu temen aku, dan ada juga temen blog aku dan kebetulan temen facebook aku, lalu aku buka facebook ternyata banyak banget pengikutnya, mereka sering buat status dan ngetag temen-temen di kelompok mereka di kasih semangat, di support dengan kata-kata yang positif diem-diem aku suka perhatiin, sampe akhirnya terdampar di blog seseorang yang sukses di bisnis MLM Oriflame”.17 Melihat pengalaman yang sama-sama dari ibu rumah tangga biasa membuat Yulia semakin yakin dengan keberhasilan di Oriflame dan menutup mata image negatif MLM “Aku melihat ceritanya perjalanan orang ini sampai akhirnya beneran sukses orang ini downlineku Mba Astri namanya samasama ibu rumah tangga kebetulan dari situ aku mulai berbicara banyak apa benefit yang bisa di dapet di Oriflame berbicara chat sampai ahirnya aku ketemu sama orangnya baik gak ada tampang penipu baru kenal kayak udah kenal lama, di jelaskan bener-bener aku lihat bukti Mba Astri sendiri saat itu aku mulai mengikis alergi aku sama MLM, karena kalau di ceritakan Oriflame sudah berdiri lama di Indonesia 27 tahun belom lagi banyak di negara 17
Hasil Wawancara. Yulia 15 Januari 2015
72
lain juga ada. Aku mikir aja kalau mau mencoba bisa, sistemnya juag bisa saling salip menyalip sama downline upline bisa di atas downline tergantung kita sendiri usahanya gimana. Gengsi, rasa malu sama gak percaya aku buang perlahan, bisnis ini bisnis saling percaya aku mau ikut di sini karena aku liat data dan faktanya gak sembarangan aku percaya bisa percaya sama orang lain.”18 Kepercayaan merupakan salah satu dari proses bergabungnya Yulia di Oriflame, meskipun berawal hanya melihat aktifitasnya di jejaring sosial sampai mereka akhirnya bertemu membuat keyakinan Yulia akan pendapatan dari bisnis ini karena bukti nyata dari apa yang ia lihat. Masuk kepada teori interpersonal, pertemuan dan komunikasi tatap muka membuat individu bisa menilai seseorang yang baru bertemu sehingga menimbulkan kepercayaan seperti yang di ceritakan Yulia dari pengalamannya. Kepercayaan dan pengalaman seseorang bisa merubah sikap seseorang. Kemudian juga ada pengalaman Emil saat ia di bergabung di Oriflame “ Singkat cerita awal aku bergabung di Oriflame jadi waktu itu pacar aku ulang tahun (sekarang suamiku Emil mengungkapkan dengan malu-malu) aku searching cup cake gitu googling lah ketemu blog Mba Nanda isinya cake lucu-lucu banget aku liat-liat sampe ada blog yang isinya cerita tentang Mba Nanda dengan Oriflame dan MLM, sama dengan ceritaku yang tadi aku iseng baca karena posisinya waktu itu aku butuh kerja sambilan karena baru selesai-selesainya sidang S1 aku, aku isi biodata aja karena iseng. Beberapa hari kemudian Mba Nanda yang sekarang downline aku... dia sms aku untuk isi smsnya nanya (“ hai Emillia kamu tertarik untuk join di bisnis Oriflame ya, aku bisa jelasin tentang bisnis ini”) karena aku masih ragu jadi aku diemin aja
18
Ibid. Hasil Wawancara Yulia
73
smsnya, saat itu aku terus mikir dan cari tau bisnis di Oriflame ini.” “ Aku ragu karena duh kok MLM yaa aku anti banget sm MLM tapi setelah aku liat blog-blog Mba Nanda dan orang yang ikut sepertinya bisnis ini bener, aku cerita sama pacarku waktu itu dan ternyata temen pacarku ada yang ikutan dan di lihat-lihat bener kok gak tipu-tipu. Akhirnyaa aku bales smsnya dari situ aku sama Mba Nanda komunikasi chat di jelasin pokoknya dari A-Z... aku masih belom yakin aku ajak aja ketemuan Mba Nanda ini aku mau denger langsung, kita janjian terus ngobrol banyak semua yang ikut di Oriflame akan di bimbing pasti di bantu asal mau kerja keras (kata Mba Nanda waktu itu), aku di kasih liat beberapa Website yang isinya ada seminar online dan bener-bener banget liat dari pengalaman Mba Nanda waktu itu dia udah jadi Senior Gold Director udah punya penghasilan 21 juta dan udah banyak pengikut jaringannya makin tertariklah aku, udah aku lupa tentang MLM itu yang negatif. Aku jadi tau pokoknya semua itu bisa di lihat dari perusahaannya dan sistem kerjanya gimana jadi itu yang buat aku percaya”.19 Demikian pernyataan Emil yang bercerita dengan semangat dan flash back untuk mengingat awal ia bergabung di Oriflame. Ketika narasumber menjelaskan mengapa mereka akhirnya percaya dengan bisnis multi level marketing dan bergabung pada perusahaan Oriflame. Kesimpulan hasil wawancara ini kepercayaan kepada seseorang yang membuat mereka, yang di ikuti dengan pengalaman anggota yang sudah bergabung lebih dahulu, dan komunikasi interpersonal yang menguatkan pengalaman mereka dengan bercerita meyakinkan serta menjelaskan bisnis MLM yang ada di Oriflame. Hal ini membuat mereka yakin dengan langkah yang mereka ambil sebagai anggota multi kevel
19
Hasil Wawancara. Emillia 22 Januari 2015
74
marketing Oriflame. Demikian peneliti membuat ringkasan proses informan bergabung di MLM Oriflame secara singkat dari hasil wawancara pada informan : Gambar 4.2.3.2.120 Proses Anggota Bergabung Di MLM Oriflame
Pandangan baru mengenal MLM
Negatif
Pengalaman di rekrut dengan cara yang tidak baik
Bertemu langsung dan melihat bukti nyata (komunikasi Interpersonal)
Mengubah Pandangan awal mengenai MLM
Pengalaman orang lain yang sukses di MLM
Yang akhirnya percaya dan mau bergabung di Oriflame
Kepercayaan pada orang yang mengajak
Di rasakan oleh ketiga informan (Atik, Yulia, Emillia)
4.2.4 Makna Oriflame Setelah membahas motif, peneliti juga menjelaskan makna Oriflame dari masing-masing anggotanya makna ini di peroleh peneliti dari hasil wawancara pada
20
Hasil Analisa Peneliti
75
ketiga anggota. Adanya 2 makna yang peneliti temukan, yaitu makna awal bergabung, makna ini merupakan proses di mana anggota menyesuaikan diri di dalam anggota Oriflame dan makna sesudah bergabung, ketika anggota sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan dan pekerjaan mereka di Oriflame. 4.2.4.1 Makna anggota ketika pertama kali masuk Oriflame Menjalankan sesuatu hal yang baru para anggota yang sebelumnya yakin dengan bisnis di Oriflame ternyata ada rasa kurang percaya diri dan butuh penyesuaian untuk bisa menjalankan bisnis MLM di Oriflame ini.. Seperti yang di katakan Atik bercerita dari pengalaman pertama kali ia bergabung : “Waktu bergabung udah semangat banget untuk jalaninnya karena udah ada bayangan punya kegiatan baru di sela-sela aku sebagai sebagai ibu rumah tangga, tapi ternyata banyak banget kendala yang terkadang buat jadi down seperti bingung cara nawarin produknya untuk promosiin barangnya itu karna masih pemula waktu itu masih belum terbiasa karena faktor diri aku yang susah untuk memulai komunikasi ”. 21 Ungkapan dari Atik ini bisa di lihat bahwa di dalam bisnis MLM Oriflame ini di butuhkan kerja keras untuk meyikinkan orang lain mengenai produk yang sedang iya jual serta membranding produk itu sendiri. Atik pun memberikan pernyataan lagi : “Susah yaa karena biasanya orang butuh bukti apa produk itu bagus atau tidak, jadi mulai dari situ sering pake productnya misalnya aku beli lipstick waktu itu eh ada yang tanya (warna lipsticknya bagus tik?) aku jawab (iya dong baguskan warnanya
21
Hasil Wawancara. Atik 9 Januari 2015
76
lipstick dari Oriflame nih) kemudian aku sekalian tawarin aja deh”.22 Tidak jauh berbeda dari Atik, Yulia juga merasakan hal yang demikian. Yulia menambahkan saat masuk pertama kali memang sulit memulainya banyak yang harus ia relakan untuk memulai bisnis MLM Oriflame dari awal : “Pertama masuk Oriflame itu banyak banget naik turunnya, banyak banget-banget sabarnya karena semua di mulai dari nol, seperti aku rela ninggalin anak sementara demi nyamperin prospek yang lokasinya jauh dari rumah yang terkadang kita di tolak. Pernah jauh rumah aku di depok aku samperin orang yang tinggalnya daerah Blok M, terus pernah dari depok pergi ke mall pondok indah ternyata di tolak sama orang itu yang menurut dia, dia tidak bisa berbagi waktu. Karena masih awal relain potong waktu sama keluarga setiap hari sabtu dan minggu demi dapet ilmu baru di kantor Oriflame karena memang tujuan aku fokus jalanin bisnis ini“ . 23 Yulia merupakan anggota MLM yang rela meninggalkan keluarganya untuk tetap fokus dengan pekerjaannya. Yang ia yakini akan mendapatkan hasil yang baik di kemudian hari. Demikian juga pernyataan dari Emillia, menganggap bahwa awal masuk di Oriflame itu memang sulit untuk memulai prospek, penjualan yang ia rasakan sangat berbeda dari bisnis yang ia jalankan sebelumnya, tetapi kesulitan ini yang akan menjadi bekal pembelajaran untuk tahap selanjutnya, seperti yang di ungkap Emillia : “Sedikit susah awalnya untuk merekrut orang, karena aku waktu itu nyoba awalnya dan bener aja susah.... sering di tolak halus sampe 22 23
Ibid Hasil Wawancara. Yulia 16 Januari 2015
77
kadang nyakitin juga contohnya ada yang bilang kayak gini ( duh mba gak bisa, gak mau deh bisnis yang wqjar-wajar aja) orang itu bilang mukanya tuh jutek banget.. jadi ya gak gampang sih untuk meyakinkan orang butuh belajar lebih banyak apa lagi pengalaman aku belum ada jadi aku menceritakan pengalaman uplineku aja waktu itu yang udah berhasil di Oriflame aku kasih tau apa aja yang bisa di dapat dan aku kasih foto sebagai bukti nyata aku kasih juga facebooknya nantikan bisa dia liat sendiri kalo itu beneran aku kasih blognya juga,dan untuk usaha ini uang bulanan kadang suka aku pake untuk modal katalog product dan tutup poin, katalog itukan untuk aku menawarkan productnya orangg bisa liat-liat dari situ, kalau tutup poin itu kewajiban tiap bulan untuk kita sebagai member yang menjalankan bisnisnya seperti penanaman modal kembali untuk bisnis ini, kalau di Oriflame ini sebulannya 400rb, jadi dapet dari kita menjual productnya aja sih.”.24 Ujar Emil yang menceritakan pengalaman yang ia rasakan saat proses penyesuaian dari bisnis yang ia mulai karena untuk tetap bertahan di MLM butuh keyakinan dan usaha keras. Dari ketiga pernyataan narasumber yang mereka alami masing-masing menimbulkan makna yang berbeda-beda di setiap anggota. Dari adaptasi mereka yang sudah di jalani, proses naik dan turun sampai resiko yang mereka terima. Ketiga narasumber sama-sama berpendapat bahwa bisnis yang di jalani dari awal, dengan usaha dan kerja keras akan membuahkan hasil yang baik.
24
Hasil Wawancara. Emillia 22 Januari 2015
78
4.2.4.2 Makna anggota sesudah bergabung ( setelah proses adaptasi dalam anggota) Makna di buat peneliti karena dari proses ketiga narasumber yang memiliki makna masing-masing saat penyesuaian petama kali. Makna berbeda mereka sudah rasakan saat berhasil beradaptasi menjalankan bisnis MLM Oriflame. Kegigihan mereka membangun bisnis dengan penuh harapan, kerja keras ini membuahkan hasil dengan baik dengan kemajuan yang narasumber rasakan pada diri masing-masing. Atik yang telah bergabung selama 5 tahun sampai saat ini banyak merasakan kemajuan pada dirinya setelah berhasil beradaptasi: “Setelah banyak yang di laluin naik turun aku berhasil rasanya seneng banget prosesnya selama hampir setaun aku jadi Director bisa punya penghasilan 7 juta tiap bulannya dan sekarang aku udah jadi Sapphire Director pengasilan Alhamdulillah 28 juta seperti apa yang aku mau , aku juga udah banyak belajar selama di Oriflame istilahnya udah tau selahnya gitu untuk menawarkan produk, prospek orang lain, udah pinter make up sendiri sekarang”. 25 Ungkap Atik yang menceritakan pengalamannya dengan muka yang ceria. Karena menurut Atik semua proses yang ia jalankan pasti akan membuahkan hasil, di bisnis Oriflame ia percaya semua di lakukan dengan kerja keras untuk mendapatkan yang ia inginkan. Kemampuan komunikasi yang kurang di dalam diri Atik kini berubah demikian pendapat Atik.
25
Hasil Wawancara. Atik 9 Januari 2015
79
“Aku jadi berani tampil di depan umum, semua bener-bener di berikan Oriflame seringnya ada training pelatihan gitu bisa membantu aku berbicara di depan umum, pelatihan seperti seminar yang di ajari gimana untuk lebih sukses ke depannya”. Demikian makna lain juga di ungkapkan oleh Yulia yang sudah bergabung hampir 7 tahun dan sudah menjadi Double Diamond Director: “Rasa syukur aku ungkapkan terus aku di Oriflame ini benerbener membuka pintu rezeki bagi semua orang yang bergabung di dalamnya, aku ngerasain banget banyak manfaatnya masuk disini, dari kita harus kerja keras, buang tenaga yang gak sia-sia nantinya bisa wujud-in impian kita. Pengalaman aku ini benerbener nyata, aku berhasil membuktikan kepada orang lain, yang sekarang menjadi bagian anggota dalam jaringan aku. Semua yang di peroleh sesuai dengan harapan aku, pengahasilan aku sekarang udah bisa buat pergikan umroh orang tau aku, proses awal itu semua berjalan untuk pembelajaran dalam hidup aku sendiri, dan bisa aku berikan ilmu untuk motivasi anggota jaringan aku”.26 Ungkapan Yulia ini di sertai dengan suara yang penuh semangat, dan tetap tersenyum saat menceritakan pengalamannya. Tidak jauh beda dengan Atik dan Yulia, Emil juga mempunyai makna sendiri yang ia rasakan setelah berhasil adaptasi, Emillia sudah bergabung selama 5 tahun. “Aku dapet hasilnya banget di Oriflame dari ketemu orang baru yang jadi rekan kerja sama-sama satu tujuan, aku udah bisa menahan emosi kalau downline aku ngeyel, dapet belajar sama pengalamannya, tau success plan-nya Oriflame, memang passion aku di bisnis jadi ngejalaninnya makin seru. Dapet ilmu baru, teman yang udah kayak keluarga sendiri, bonusnya juga yang buat
26
Hasil Wawancara. Yulia 17 Januari 2015
80
semangat kerja di sini, kerjanya juga bisa dari rumah, sambilan juga bisa gak repot semua di jalaninnya mudah asal tekun”.27 Emillia juga mengungkapkan bahwa bisnis MLM di Oriflame benar-benar murni, dengan senangnya ia mengatakan bahwa ia sekarang sudah menjadi Senior Gold Director yang mempunyai penghasilan 21 juta di setiap bulannya. Berdasarkan apa yang di sampaikan oleh ketiga anggota dapat di simpulkan makna setelah bergabung Oriflame bagi mereka sangat positif merubah diri mereka baik dalam rasa percaya diri, cara berkomunikasi dengan baik, merias diri yang di berikan melalui pelatihan yang di berikan Oriflame membuat mereka menerima ilmu baru untuk belajar. Dari hasil penelitian secara singkat peneliti membuat tabel makna dari proses anggota bergabung di Oriflame :
27
Hasil Wawancara. Emillia 22 Januari 2015
81
Tabel 4.3.128 Bagan Makna dari Proses bergabung di Oriflame Kerja keras : untuk menjual produk, pengetahuan mengenai produk Makna anggota dalam proses adaptasi
Percaya diri dalam berkomunikasi Merelakan waktu dan tenaga : untuk training (belajar) dan prospek orang lain
Atik
Makna anggota setelah berhasil adaptasi
Yulia
Emil
Penghasilan 28 juta tiap bulan setelah 5 tahun bergabung
Bisa berkomunikasi dengan orang lain, punya penghasilan sesuai impian,bisa mebahagiakan keluarga, & mempercantik diri.
Punya penghasilan 70 juta perbulan setelah bergabung 7 tahun
Dapat ilmu baru, dan berhasil membuktikan kepada orang lain mengenai MLM.
Punya penghasilan 21 juta perbulan setelah bergabung 5 tahun
Bertemu orang baru di dalam anggota, bonus yang membuat semangat kerja dan passion dalam berbisnis.
4.2.5 Pola komunikasi anggota MLM Oriflame Dalam penelitian ini peneliti juga membahas mengenai pola komunikasi yang di gunakan anggota multi level marketing Oriflame yaitu komunikasi yang di gunakan saat bersama sesama anggota karena keberhasilan satu anggota di Oriflame berkat support dari satu anggota maka dari itu peneliti ingin mengetahui bagaimana 28
Hasil Analisa Peneliti
82
pola komunikasi yang terjalin pada sesama anggota kelompok sehingga bisa memperkuat kelompok yang membuat keberhasilan pada anggotanya. Peneliti juga mendapatkan hasil lain saat wawancara yaitu komunikasi anggota MLM dengan lingkungan sosial ada yang merasakan perbedaan ketika mereka berinteraksi dengan orang lain ada juga yang sewajarnya seperti sehari-hari. 4.2.5.1 Pola komunikasi sesama anggota Oriflame Dari hasil wawancara, peneliti menyimpulkan bahwa setiap kesuksesan para anggota di dasari oleh satu kelompok, karena kekompakkan pada kelompok MLM Oriflame yang terjalin di dalamnya. Semuanya bisa berhasil atas kerja keras diri sendiri yang di bantu juga melalui komunikasi yang baik antar anggota. Seperti ungkapan dari Atik bahwa inti dari bisnis ini adalah komunikasi. “ Komunikasi di sini penting banget, karena kita bisa tau kurangnya kita di bisnis ini apa pasti di bicarakan dengan sesama anggota. Di dalam jaringanku semua kita bicarakan secara terbuka karena di sini aku sebagai upline (leader dijaringan) mereka pasti mereka mencontoh semua dari aku bagaimana aku bisa seperti sekarang sharing-sharing pengalaman, aku juga kasih support untuk mempositifkan diri mereka. Aku create group di BBM, Whatsapp jadi bisa komunikasi lewat itu bisa juga aku mengadakan pertemuan biasanya untuk pelatihan kepada mereka bisa dengan public speaking, atau juga make up class lebih di perdalam lagi pengetahuan mereka mengenai MLM dan product Oriflamenya itu sendiri. Dengan adanya cara seperti ini komunikasi aku dan anggotaaku sampai saat ini masih aman aja dan Alhamdulillah baik. Dari Oriflame banyak belajar dan mengenal istilah untuk
83
anggota seperti Upline, Downline, TUPO (tutup poin), Gomon (go diamond)”. 29 Demikian pernyataan Atik mengenai pola komunikasi anggota Oriflame yang bisa di lakukan melalui beberapa media agar komunikasi antar anggota bisa tetap terjaga dengan baik dan mengenal istilah yang di khususkan untuk anggota kelompok Oriflame membuat anggota semakin akrab. Pernyataan yang sama juga di katakan oleh Yulia, bahwa komunikasi di Oriflame ini sangat berguna untuk kemajuan pada anggota di dalam jaringan atau kelompoknya. Menurut Yulia kekokohan pada berdirinya suatu kelompok di mulai dari komunikasi yang baik dan kemudian Yulia menceritakan bagaimana pola komunikasi. “Selain dari jualannya dan keberhasilan dari keuntungan yang di dapat dari Oriflame tidak lepas dari semua kerja sama team yang ada di jaringanku, di Oriflame ini memang semuanya di ajarkan dengan baik agar para upline membantu para downlinenya begitu pun sebaliknya karena kita mempunyai tujuan yang sama untuk berhasil di dalam bisnis MLM Oriflame. Untuk itu aku dan yang lainnya selalu komunikasi selain dari group bbm juga di facebook, dari status facebook yang positif untuk saling support, aku di dalam jaringanku adalah leader jadi pasti aku mulai duluan buat nanya-nanya apa mereka ada kesulitan biasanya sih masalahnya itu dari mereka tidak bisa merekrut orang lain maka dari itu aku kasih tau caranya lewat pengalaman aku, terus aku bimbing mereka sampai nantinya mereka bisa sendiri sih biasanya, jadi aku mengingatkan para downlineku juga untuk actionnya agar mereka terus dapet poin”. 30
29 30
Hasil Wawancara dan Observasi. Atik 10 Januari 2015 Hasil Wawancara dan Observasi. Kantor Oriflame Sudirman. Yulia. 17 Januari 2015
84
Ungkapan Yulia bahwa komunikasi yang terjalin di dalam kelompoknya membawa dampak yang baik untuk sama-sama bekerja mencapai tujuan mereka. Selain itu Oriflame adalah perusahaan tempat mereka berbisnis juga menjadi fasilitator untuk membantu para membernya pernyataan ini di perkuat oleh Yulia yang menceritakannya dengan raut muka ceria. “Oriflame memang perusahaan dan kita membernya tapi Oriflame juga fasilitator yang memberikan ilmu berbisnis kasih nasihat untuk tidak menyerah di bisnis MLM yang banyak persepsi negatifnya, seperti memberikan training dalam bentuk gambar / video bisa di lakukan secara online dan tersedia di web member Oriflamenya, ada juga persembahan reward seperti penghargaan yang di berikan kepada membernya yang berhasil mencapai poinpoinnyadari reward itu yang buat semuanya pasti jadi berusaha sekeras mungkin bisa dapet reward untuk membuktikan kalau gak sia-sia bergabung di Oriflame”.31 Sama dengan Atik dan Yulia, Emil juga berpendapat yang sama bahwa kesuksesan yang ia terima merupakan hasil dari kerja kerasnya sendiri dan dari jaringannya juga sama-sama saling membantu demikian pernyataan. “Komunikasi aku demgan para downline di jaringan aku semua aku ikut aturan dari Oriflame namanya itu Prinsip SARPIO, jadi bagaimana kita sebagai seorang leader itu membantu team worknya untuk pengembangan mereka jadi lebih baik lagi, dengan membagi tanggung jawab kepada mereka sesuai level mereka jadi misalmya mereka berada di level 3% jadi aku kasih tau tuh dia harus apa dan gimana untuk ke level selanjutnya itu juga jadi tanggung jawab aku untuk care dengan teman kerja aku jadi sama-sama punya tanggung jawab, di sini gak ada yang namanya atasan bawahan semuanya sama cuma beda pengalamannya aja. Selain itu juga ada yang namanya BINA yang artinya mengajarkan anggota untuk tutup poin dan rekrut 31
Ibid
85
orang lain dan terlebih lagi harus punya pengetahuan mengenai produk Oriflamenya semuanya ini bisa dari ngobrol di group atau juga acara-acara seminar Oriflame”.32 Dari wawancara dengan Emil ada yang di dapat peneliti untu membuat antar anggota terasa dekat dan seperti keluarga adanya sebutan untuk mereka masingmasing “ Di setiap kelompok jaringan itu pasti ada panggilannya masingmasing kayak gini misalnya, aku prospek orang yang akhirnya masuk jadi anggota aku nah berarti dia anak aku dia panggil aku juga mama atau emak, kemudian nanti anakku ini masukin orang untuk bergabung dia jadinya cucu aku manggil aku eyang juga sampe nanti ke cicit juga gitu deh pokoknya untuk seru-seruan aja”33. Ungkapan Emil ini di sertai dengan tawa Dari wawancara dengan ketiga narasumber ini pola komunikasi antar anggota Oriflame mudah di pahami oleh para anggota tidak membeda-bedakan komunikasi yang terjalin antara leader dan anggotanya. Keberhasilan salah satu anggota tidak lepas dari kekuatan jaringan dan komunikasi yang terjalin antar anggota sangat kuat baik dari leader (upline) lewat pengalaman mereka membantu serta mengajarkan para anggota (downline) agar bisa menaikkan poin. Dengan adanya pembuatan group, training, sampai seminar yang di lakukan dapat membuat anggota mempunyai langkah-langkah yang harus di capai untuk ke depannya dalam bisnis di Oriflame.
32 33
Hasil Wawancara dan Observasi. Kantor Oriflame Sudirman. Emillia. 2 Februari 2015 Ibid
86
4.2.5.2 Pola komunikasi anggota MLM Oriflame di lingkungan sosial Lingkungan sosial merupakan salah satu proses terbentuknya interaksi individu dengan individu lainnya. Anggota Oriflame juga merupakan makhluk sosial yang bisa berinteraksi dan bergaul dengan orang lain. Tetapi yang membedakan pada anggota Oriflame ini ketika mereka berada di lingkungannya, mereka tidak bisa melepaskan diri sebagai anggota Oriflame saat berada di lingkungan sosialnya. Karena cenderung aktifitas ketiga informan di lingkungan sosial lebih kepada menjual produk (mencari pelanggan) dan menceritakan pengalaman mereka selama di Oriflame dengan caranya masing-masing. Peneliti mendapatkan ini dari hasil wawancara dan di perkuat dengan observasi. Pola komunikasi di lingkungan sosial ini terjadi pada Emillia yang sering menawarkan produk yang ia jual di tengah-tengah interaksi dirinya dengan temantemannya. Hal ini menurut Emillia sangat wajar demikian pernyataan Emil “Hmmmm... Kalau komunikasi sama teman-teman kayak biasanya aja cuma sekarang aku lebih sering menawarkan aja ya namanya jualan aku cuma kasih katalog aja, katalog selalu aku bawa. Respon teman-temanku juga selama ini gak ada yang gimanagimana sih... Mereka ada yang pesen kalo gak aku gak pernah maksa...”. 34 Ungkapan dari Emil ini juga di rasakan Atik dan Yulia, mereka bersosialisasi sama seperti sewajarnya dalam berinteraksi. Karena mereka merasa sedang
34
Ibid
87
menjalankan bisnis maka mereka berpendapat bahwa hal yang wajar untuk sekedar menawarkan produk kepada orang lain. “Ketemu teman-teman seperti biasa ngobrol bareng cerita ini itu tapi tetep aku jualan kasih katalog kalau ada yang baru aku juga kasih tau kalau ada product baru bulan ini, biasanya kalau lagi ketemu-ketemu gitukan suka cerita hal yang baru aku cerita gimana aku di Oriflame udah sih itu aja. Kalau dulu sebelum gabung gak pernah gini ngobrol juga gak jauh-jauh dari bahas keluarga, anak itu-itu aja dengan aku gabung gini seneng sih ada topik baru kasih pengetahuan baru juga ke temen-temen aku”.35 Ungkapan dari Yulia bahwa ia merasa senang dengan apa yang ia lakukan karena bisa membagi pengetahuan baru dari yang ia ceritakan kepada temannya. Kesimpulan dari hasil wawancara ini adalah ketika berada di lingkungan sosial anggota MLM melakukan interaksi seperti biasanya tetapi mereka juga tidak lepas atas dirinya sendiri yang sebagai anggota Oriflame yang menjalankan bisnis dengan berjualan, maka di tengah-tengah mereka berinteraksi tetap menawarkan product kepada teman mereka karena selama ini tidak ada yang merasa terganggu dari kegiatan yang mereka lakukan. Pernyataan ini juga sesuai dengan apa yang di ceritakan Atik. “Gak pernah ada yang complain, kadangpun teman-teman aku atau ibu-ibu TK dari anakku suka nanyain kalau gak bawa katalognya, hiburan juga kali ya sambil mereka nunggu anaknya liat-liat katalog”.36
35 36
Hasil Wawancara. Yulia 16 Januari 2015 Hasil Wawancara. Atik. 5 Januari 2015
88
Demikian ungkapan Atik, sama seperti Yulia dan Emil yang menganggap wajar jika mereka tetap menawarkan produk yang di jual di tengah interaksi yang di lakukan di lingkungan sosial. Alasan dari ketiga informan tersebut sebenarnya ketika mereka menawarkan dan menjual produk di dalam lingkungan sosial mereka juga ingin mencari pelanggan. Lingkungan sosial merekalah yang menjadi target untuk menjual produk, dari katalog yang ada setiap bulannya membuat orang lain mudah membeli dan memilih produk, sehingga akan mudah pula bagi informan untuk mencari pelanggan yang ingin membeli produk mereka. 4.2.6 Citra Diri Citra diri adalah arti yang di miliki seseorang bagi orang lain, suatu integrasi mental yang halus dari berbagai sifat yang di proyeksikan oleh orang itu, di persepsi dan di interpretasikan masyarakat menurut kepercayaan, nilai, dan pengharapan mereka. Konsep diri merupakan bagian dari citra diri, karena konsep diri yang membentuk keyakinan dan kesadaran diri sendiri, hal tersebut yang membentuk penilaian serta kepercayaan orang lain terhadap citra diri orang tersebut. Berdasarkan hasil yang di dapat mengenai citra diri peneliti membuat kategori citra diri anggota MLM dan citra diri anggota MLM dalam lingkungan sosial. 4.2.6.1 Citra Diri Anggota MLM Oriflame Hasil penelitian mengenai citra diri pada anggota MLM Oriflame di dapat dari wawancara peneliti pada informan anggota Oriflame yang sadar bahwa diri mereka
89
merupakan anggota MLM. Masing-masing memiliki pendapat berbeda, mempunyai cara sendiri mengenai pembentukkan citra diri. Karena seperti yang di ketahui citra diri dari anggota mendapat penilaian negatif dari masyarakat akibat tergabungnya mereka di dalam bisnis MLM. Citra diri sebagai anggota MLM di rasakan oleh Atik, sadar akan image dari MLM yang berdampak pada dirinya sebagai pelaku MLM. Atik melihat dari pengalamannya dahulu yang tidak percaya dengan MLM serta anggota di dalamnya untuk itu Atik melakukan usaha agar menghasilkan image positif dari orang lain. “Dari awal aku masuk di MLM aku sudah bisa predeksi akan seperti apa pandangan orang lain terhadap aku, karena di liat dari pengalaman aku dulu seperti apa memandang orang MLM. Aku berusaha banget sejak awal aku pelan-pelan menawarkan mereka katalog, aku bukan tipe orang yang bercerita mengenai profesi aku dengan membanggakan seperti ( ayo ikut kerja kayak gue bisa dapet duit banyak..) kasarnya kan kayak gitu ya... Aku gak akan seperti itu, kalau ada yang lagi liat katalog terus nanyananya productnya aku pasti jawab dan merekomendasikan yang lebih bagus yang mana, aku berusaha untuk menjadi penjual yang baik... Kalau ada yang menanyakan dan tertarik dengan bisnis ini ya aku jelaskan dengan senang hati, aku biasanya ajak ngobrol dan menjelaskan dengan rinci bisnis ini gimana, aku masuk di perusahaan MLM yang murni bukan MLM yang money games, mereka bisa liat pengalaman aku selama di Oriflame dan apa yang aku dapat dari Oriflame.”37 Dari ungkapan Atik di atas belum sepenuhnya orang percaya maka Atik lebih mendekati orang tersebut, demikian pernyataan Atik
37
Hasil Wawancara. Atik 5 Januari 2015
90
“Aku deketin saya kasih gambaran tiga tipe member oriflame . Yang pertama tipe pemakai, produk dipakai sendiri jadi member saja mendapatkan diskon 23% dari harga katalog. Kedua tipe penjual, ya fokusnya jualan saja dia bisa mendapatkan keuntungan langsung yaitu mendapatkan 23% dari harga katalog. Ketiga tipe yang mau mengubah hidup (pebisnis). Nah ini seperti aku dong, yang kepingin banget bisa dapet gaji bulanan dari oriflame, bisa jalan-jalan keluar negeri , bisa dapat Honda CRV, dan bisa tercapai keinginan aku. Tapi dengan catatan mau bekerja keras dan mau belajar syaratnya cuma satu mau tupo , rekrut dan bina dari respon mereka ada yang jawab nomer tiga nah kalau sudah mereka jawab itu aku kasih tau cara-cara memulai bisnisnya dan mereka percaya dengan penjelasanku”. Profesi sebagai anggota MLM memang terasa berat akibat mendapat image negatif dari masyarakat, image tersebut muncul dari bagaimana pembentukkan pada orang tersebut.Seperti Yulia yang mempunyai cara untuk menyikapi dirinya sendiri “Cara aku sendiri untuk mendapatkan respon positif dari orang lain yaitu dengan kejujuran, aku memberitahukan pengalaman aku sendiri tidak bohong aku beneran dapet mobil bukan cuma foto aja tapi ada bendanya, dapet cash award dan memang di transfer uangnya, aku tidak memaksa orang lain untuk bergabung jadi anggota MLM, yang hanya menunjukkan hasil sampai pada akhirnya mereka bertanya ( kok bisa? apa iya benar?) sama seperti yang saya lakukan waktu dulu sebelum bergabung, kalau ada yang bertanya benar-benar aku jelaskan aku punya blog jadi aku tampilkan semua lewat cerita aku sewajarnya kita bercerita kalau happy punya bisnis. Wajarkan setiap orang berbisnis mencari rekan kerja hasil dari apa yang aku kerjakan membuat mereka percaya sampai mereka menyerahkan diri mau bergabung dan di ajari. Jadi soal persepsi negatif itukan menurut mereka yang tidak tau, tidak mengalami, tidak mau bertanya dan hanya berprasangka jadi no problem”.38 Demikian Yulia mengungkapkan sambil tersenyum.
38
Hasil Wawancara. Yulia. 15 Januari 2015
91
Gambaran dari citra diri ini juga terjadi pada informan Emillia yang mempunyai caranya sendiri untuk menjadi pelaku dari bisnis MLM yang baik “ Aku membranding diri aku sebagai pelaku MLM yang baik, jadi kalau mau mengajak pun langsung to the point gak perlu basa basi, kalau chat juga nanyain kabar langsung tawarin yang pasti di jelasin dulu kalau di Oriflame bisa memilih mau jadi penjual, pemakai, atau keduanya sambil menjalankan bisnisnya dapet keuntungannya dan aku bisa buktikan apa yang aku bicarakan bisa di pertanggung jawabkan kalau aku bohong juga, aku juga membentuk diriku menceritakan jujur gak ngomong yang bohong”.39 Dari pernyataan ketiga informan dalam proses pembentukkan citra, mereka membuat penilaian pada dirinya sendiri hingga memunculkan konsep diri bahwa mereka merupakan pelaku MLM yang baik sehingga mereka sadar bagaimana cara meningkatkan kepercayaan masyarakat pada mereka. 4.2.6.2 Citra Diri Anggota Dalam Lingkungan Sosial Berdasarkan dari citra diri anggota MLM dari ketiga informan, pada kategori ini peneliti menilai bahwa dari citra diri mereka akan mendapat penilaian dari orang lain. Maka dari para informan menanggapi citra negatif dari masyarakat dan membuat keyakinan dengan membentuk citra positif dari lingkungan sosial agar mereka bisa melakukan bisnis berjualan dan perekrutan anggota. Seperti ungkapan dari Atik adanya anggapan negatif dari lingkungan sekitarnya mengenai citra dirinya sebagai anggota MLM
39
Hasil Wawancara. Emillia 20 Januari 2015
92
“Ada juga orang yang beranggapan negatif tentang pekerjaan aku, sering di omongin sama ibu-ibu di TK anak saya, awalnya aku kasih katalog aja sambil mereka nunggu anaknya mungkin aja ada yang tertarik. Seringnya sih liat-liat gitu ada aja sih ada juga yang beli dan nanya-nanya sama aku mengenai Oriflame dan productnya, karena aku pakai productnya jugakan parfume, lipstick gitu jadi ada aja orderan. Lama dari itu aku kasih katalog lagi karena di Oriflame setiap bulan itu ada katalog baru terus ada salah satu ibunya temen anakku bilang gini ( Duh... bu Atik kasih katalog terus nih jangan sampe nanti kita jadi di rekrut di MLM yaa..) waktu di bilang seperti itu aku langsung menjelaskan sama ibu-ibu itu semua mengenai bisnisku dan membenarkan aku masuk MLM tapi aku bukan seperti perekrut MLM pada umumnya yang sering memaksa untuk bergabung dengan berbagai cara”.40 Pernyataan dari Atik ini terlihat bahwa adanya reaksi negatif orang lain terhadap dirinya. Kemudian Yulia mengungkapkan bahwa image negatif dari orang lain yang di terima dirinya sebagai anggota MLM, akibat dari orang tersebut yang tidak mengetahui secara jelas mengenai bisnis MLM yang sebenarnya “Orang tau cuma denger-denger aja ada juga dari pengalaman mereka mungkin yang bergabung di perusahaan MLM gak bagus. Yang biasanya di nilai buruk itu adalah MLM yang money games gak ada succsess plannya. Sebelumnya aku memang kurang yakin untuk bergabung tapi aku cari tau terus sampai akhirnya aku percaya, sekarang juga udah canggihnya bisa searching di google semua terbuka banyak orang yang aku liat sukses di sini, ada web yang jelas, cari datanya sendiri Oriflame sudah berdiri lama di Indonesia, belum lagi di negara lain, kalau perusahaan tidak benar mungkin sudah tutup lama”.41
40 41
Hasil Wawancara. Atik 10 Januari 2015 Hasil Wawancara. Yulia 15 Februari 2015
93
Emillia mendapatkan citra diri negatif bukan dari orang lain saja melainkan dari keluarga maka ia membentuk dirinya dengan kode etik untuk memprospek, agar citra dirinya tidak di pandang negatif dari orang lain, seperti yang ia katakan “Kalau mereka gak mau aku bilang (gapapa mba kalau minat nanti hubungi aku yaa..) aku gak maksa-maksa mereka kalau gak mau gabung dan aku gak musuhin temenku, aku gak munafik pasti aku bilang Oriflame bukan satu-satunya jalan jadi sukses cuma aku pilih jalan di sini dan sejauh ini teman-teman aku tetap nyaman sama aku mungkin karena aku gak maksa tadi kali ya.... Orang yang percaya sama aku juga karena aku bercerita jujur memberikan bukti yang memang benar adanya. Keluargaku tadinya tidak yakin dengan gabungnya aku di sini wajar sih menurtu mereka aku udah kuliah masih aja kerja kayak gini, tapi aku benar-benar membuktikannya ( ini lhooo aku bisa sukses di sini seperti passion aku) karena melihat aku senang dan memang aku buktiin keluargaku jadi percaya suamiku juga membelikan aku laptop aku pergunakan dengan baik untuk belajar karena ada training secara online, juga ngeblog menceritakan pengalamanku sambil juga ngerjain tugas kuliah, sekarang Alhamdulillah aku bisa membiayai kuliah S2 aku sendiri hasil dari Oriflame”.42 Ungkapan Emil yang membentuk citra positifnya melalui sikapnya yang tidak memaksa untuk mengajak orang lain juga kerja keras untuk membuktikan kepada keluarganya. Kesimpulan citra diri anggota MLM secara keseluhan dari hasil wawancara adalah bahwa suatu citra diri di dalam diri seseorang tidak di tentukan berdasarkan latar belakang pekerjaan mereka melainkan bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri.
42
Hasil Wawancara. Emillia. 2 Februari 2015
94
Dari ketiga informan Atik, Yulia, Emillia menilai diri mereka merupakan pelaku anggota MLM yang baik. Mereka membentuk diri dengan baik karena pengalaman sebelumnya mengenai bisnis dan pelaku MLM yang mereka rasakan dan membuat image negatif bagi bisnis MLM.
95
4.3 Pembahasan Berlanjut dari hasil penelitian. Multi level marketing (MLM) merupakan suatu sistem bisnis Network Marketing dari perusahaan dengan menyediakan marketing plan, menjual produk mereka secara langsung, dan di dalamnya terdapat anggota yang bekerja yaitu distributor utama. MLM bisnis yang bisa di jalankan semua kalangan dari berbagai usia, gender dengan kelebihan dari bisnis MLM yaitu syarat bergabung yang mudah, produk jadi (siap dijual), dapat di jadikan kerja sampingan dengan waktu yang fleksibel sehingga dapat di jalankan dari rumah, dan memperoleh keuntungan yang besar. Prinsip kerja di MLM adalah kerja sama dengan membentuk kelompok berjenjang dan jaringan kerja melalui distributor utama dan merekrut orang lain. Oriflame salah satu perusahaan dengan sistem MLM di Indonesia dengan menjual product wanita dari bahan alami. Oriflame mengajak masyarakat untuk berwirausaha dengan mengelola bisnisnya sendiri di bantu dari success plan Oriflame yang sangat jelas, adil dan jenjang karir yang terhitung dari kerja keras selama menjalankan bisnis tersebut. Member Oriflame membentuk kelompok untuk menjalankan bisnis secara bersama-sama, mencapai tujuan dari keuntungan yang di dapat dari hasil penjualan dan perekrutan. Kenyataan dari citra negatif bisnis MLM di lingkungan masyarakat tidak membuat ketiga informan ( Atik, Yulia, dan Emillia) yang peneliti wawancara
96
menjadi kecil hati, mereka berusaha membuktikan pada masyarakat bahwa mereka bergabung di perusahaan MLM yang mempunyai sistem bisnis terbuka dan adil pada anggotanya. Berdasarkan hal tersebut ketiga informan mempunyai motif yang kuat, peneliti memberikan kategori dari hasil mereka yaitu : a. Motif impian untuk mewujudkan mimpi mereka seperti apa yang mereka inginkan untuk kehidupan mereka di masa lalu, b. Motif memiliki pekerjaan ketiga narasumber merupakan ibu rumah tangga yang pada akhirnya memiliki suatu pekerjaan untuk membantu para suami, pekerjaan yang tergolong fleksibel dalam waktu serta tempat, dan c. Motif memiliki rekan kerja di dalam motif ini mempunyai pergaulan yang baru dengan membentuk kelompok sama-sama berusaha untuk mencapai success plan yang di tentukan perusahaan. Dari kategori yang sudah di jelaskan ketiga informan, motif yang mereka sampaikan hampir memiliki kesamaan. Kesamaan motif ini terjadi karena informan memiliki latar belakang kehidupan yang sama seperti Atik dan Yulia sedangkan Emillia memang punya ketertarikan sendiri dari MLM karena passion berbisnisnya. Perbedaan makna ini di lihat dari bagaimana mereka memaknai Oriflame yang terjadi dari pengalaman informan saat pertama kali beradaptasi dengan pekerjaannya dan makna yang di peroleh setelah proses beradaptasi membuat
97
mereka
berhasil
menjalankan
bisnis
MLM
Oriflame.
Peneliti
akan
menjelaskannya melalui bagan tersebut : Tabel 4.343 Motif dan Makna dari Anggota Oriflame Motif Impian
\
Motif Memiliki Pekerjaan
Atik
Makna Beradaptasi
Makna sesudah beradaptasi
Susah berjualan, tidak pandai berkomunikasi = Knowladge produk sebagai usaha berkomunikasi
Pengalaman belajar, berani tampil di depan umum = yang membawa Atik selama setaun punya penghasilan 7 juta, dan sekarang setelah bergabung selama 5 tahun Atik menikmati penghasilan 28 juta perbulan
Motif Memiliki Rekan Kerja
Yulia
Emillia
43
Hasil Analisa Peneliti
Mencoba prospek orang Oriflame membuka pintu lain = merelakan waktu rezeki, bisa memberikan dengan keluarga untuk pembuktian untuk orang lain training di Oriflame untuk motivasi dan panutan. Selama 7 tahun bergabung mempunyai penghasilan 70 juta. Penolakan dari orang lain = susah menceritakan pengalaman karena saat itu Emillia kurang pengalaman di Oriflame.
Passion dalam berbisnis yang membuat Emillia tidak putus asa, memiliki pekerjaan yang santai, bisnis yang adil (downline bisa menyusul uplinenya) bergabung selama 5 tahun Emillian mempunyai penghasilan 21 juta.
98
Kesimpulan dari bagan ini adalah pengalaman dari keseharian mereka membuat pemaknaan mengenai hasil yang di dapat dari Oriflame berbeda-beda. Makna dari ketiga anggota tidak lepas dari proses mengikuti MLM, sebelum bergabungnya mereka di Oriflame Atik, Yulia, dan Emillia tidak percaya bisnis MLM karena ketiganya mempunyai pengalaman prospek perekrutan dari anggota MLM perusahaan lain dengan cara memaksa, bonus yang di rasa tidak masuk akal, dan tidak ada success plan yang jelas. Berdasarkan hal tersebut mempengaruhi pola komunikasi anggota terhadap lingkungan sosialnya dimana mereka menyadari melakukan bisnis ini secara profesional. Merupakan hal yang wajar bagi mereka untuk berjualan kemudian dalam hal merekrut orang lain untuk bergabung tetapi dalam hal tersebut Atik, Yulia, dan Emillia tidak memaksa, mereka menunggu orang lain untuk bertanya mengenai bisnis yang di jalankan, karena biasanya orang lain bertanya ketika melihat kesuksesan mereka dalam bisnis Oriflame. Dari pertanyaan orang lain, kemudian ketiga informan mengajak orang tersebut berbicara secara personal dengan menjelaskan seperti apa sistem dan success plan di Oriflame yang harus di jalani. Mereka menceritakan dengan jujur dari bukti pengalaman mereka secara jelas di sampaikan, fasilitas pembinaan yang di dapatkan
99
dari Oriflame berupa training, seminar, acara award untuk para member, dan adanya anggota kelompok lain yang sama-sama saling membimbing, membantu untuk berhasil di Oriflame. Melalui perbincangan personal atau komunikasi interpersonal membuat seseorang memiliki keyakinan akhirnya ingin mengikuti jejak mereka di Oriflame. Kesuksesan yang di capai anggota tidak lepas dari anggota kelompok lainnya yang saling membantu satu sama lain dan adanya rasa kekeluargaan dari mereka. Pola komunikasi antar anggota membawa dampak positif untuk keberlangsungan kelompok. Dari hasil wawancara dan observasi bahwa komunikasi yang terjalin tidak ada perbedaan antara leader dan anggota. Leader di dalam anggota hanya di bedakan dari pengalamannya yang lebih dahulu di Oriflame atau biasa di sebut upline dan downline Hasil yang di dapat pada penelitian ini komunikasi antar anggota tersebut dapat melalui langsung dan sosial media akan di jelaskan melalui bagan :
100
Tabel 4.3.144 Pola Komunikasi Anggota Oriflame
Komunikasi Secara Langsung
1. Pertemuan anggota dalam training untuk melatih anggota menjadi percaya diri dan belajar untuk pengetahuan product. 2. Seminar yang di adakan pembekalan ilmu dari pengalaman salah satu anggota yang berhasil 3. Pertemuan dari kelompok jaringan untuk mebahas sudah sejauh mana mereka bertindak untuk memenuhi success plan. 4. Pengadaan acara reward yang di buat Oriflame untuk menghargai kerja keras membernya berupa cashaward dan bonus lainnya (mobil, tiket gratis keluar negeri). Acara ini untuk memotivasi anggotanya untuk mengikuti orang yang sudah berhasil.
Media sosial dalam anggota seperti : Komunikasi media sosial
44
Hasil Analisa Peneliti
1. Facebook : Disini anggota sama-sama membuat status yang positif, cara ini juga agar di lihat orang lain bahwa anggota Oriflame saling membantu dan memotivasi. 2. BBM dan Whatsapp : Menjaga silahturahmi dengan sesama anggota di dalam group tersebut untuk berdiskusi mengenai tahapan plan untuk kelompok mereka.
101
Dari bagan ini di peroleh peneliti memberikan kategori untuk komunikasi yang terjalin antar anggota : 1. Ways Of Speaking
: Pola komunikasi yang akrab bagi para anggota
kelompok. Dalam konteks ini para anggota kelompok membuat group untuk komunikasi mereka bisa melalui create group BBM, Whatsapp, dan Facebook cara ini membuat antar anggota merasa dekat dengan anggota lainnya. Dan juga panggilan kepada downline dengan sebutan mama, emak, cucu, eyang, sampai cicit ini adalah panggilan untuk mengakrabkan sesame anggota. 2. Ideal Of The Fluent Speaker : Sesuatu yang menunjukkan hal yang pantas di contoh untuk anggota. Di dalam pola komunikasi ini memang tidak ada pemimpin di dalam kelompok, sebutan downline itu untuk orang yang paling atas karena mempunyai pengalaman lebih dahulu yang bisa membina dan membimbing upline dan contoh dari keberhasilan mereka patut di tiru anggotanya dengan semangat dan kerja keras membangun jaringan kelompoknya. 3. Speaking in community : Pedoman yang menjadi penilaian perilaku komunikatif. Masuknya anggota di dalam Oriflame, juga dapat bimbingan untuk para anggotanya agar menjadi komunikatif dalam menyampaikan bisnis di dalam Oriflame kepada orang lain, dan juga terhadap knowledge produk cara ini membantu anggota percaya diri untuk berkomunikasi dengan orang lain.
102
4. Believe in community : Kepercayaan pada kelompok dan perusahaan ini merupakan kunci dari kesuksesan para anggota. Percaya dengan jaringan kelompok dengan cara membuat kompak dan semangat anggota untuk samasama bertindak mencapai tujuan yang di tetapkan dari success plan Oriflame. Di lihat dari pola komunikasi anggota Oriflame, dengan adanya komunikasi yang terjaga seperti ini membuat anggota merasa di hargai karena melakukan kegiatan berbisnis sekaligus merekrut tidaklah mudah. Pertemuan dan pembuatan group membuat anggota merasa di bina dan di bimbing, keyakinan ini yang membuat ketiga informan juga bertahan di Oriflame. Oriflame mempunyai prinsip SARPIO bagaimana leader (upline) membantu team work (downline) untuk pengembangan anggotanya yang lebih baik. Berdasarkan motif, proses bergabung, makna, sampai pola komunikasi anggota dengan kelompok dan lingkungannya, Atik, Yulia, dan Emillia tidak lupa mengenai citra diri negatif anggota MLM. Penilaian ini terjadi dari para pelaku MLM yang terkadang memaksa untuk bergabung, dan juga dari perusahaan yang membuat sistem MLM secara money games penipuan keuntungan yang di dapat hanya untuk perusahaan hal tersebut yang di interpretasikan masyarakat sehingga membentuk sebuah citra negatif. Atik, Yulia, Emillia menyadari dirinya sebagai anggota MLM dari Oriflame, dari hasil wawancara mereka membentuk konsep diri dengan menilai diri sendiri agar
103
dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada diri mereka sebagai anggota MLM. Maka mereka membentuk diri dengan istilah Personal Branding yang peneliti dapat saat wawancara. Maksud dari Personal Branding ini adalah bagaimana membranding diri mereka sebagai pelaku MLM yang baik dengan tidak memaksa orang lain untuk bergabung, memperluas knowledge mengenai produk yang di pasarkan, melakukan komunikasi yang jujur, baik dengan calon anggota melalui pendekatan komunikasi interpersonal yang menceritakan pengalaman serta bukti dari hasil keberhasilan di Oriflame, banyak ilmu berbisnis yang akan di dapatkan. Menurut ketiga anggota MLM cara Personal Branding ini berhasil untuk memperoleh citra positif untuk diri mereka cara seperti ini yang membentuk konsep pada citra diri anggota MLM. Pembentukkan konsep diri ini berasal dari penilaian orang lain, maka para anggota MLM membentuk diri sendiri menjadi pribadi yang baik, jujur saat melakukan pendekatan dan bertanggung jawab dengan apa yang di sampaikan respon dari orang lain akan sesuai dengan yang di harapkan. Hasil keseluruhan mengenai penelitian ini yaitu fenomena anggota MLM Oriflame. Dengan menggunakan studi fenomenologi Alfred Schutz pada motif, kesadaran, pola komunikasi anggota dan citra diri peneliti menyimpulkan dalam gambar berikut :
104
Tabel 4.3.245 Citra Diri Anggota MLM Oriflame (Studi Fenomenologi Pada Motif, Kesadaran, dan Pola Komunikasi Anggota) Tahap Pertama Motif
Pengalaman anggota bergabung pada bisnis MLM
Tahap Kedua
Impian
Memiliki Pekerjaan
Memiliki Rekan Kerja
Persepsi pada MLM sebelum bergabung di Oriflame
Negatif
Proses bergabung menjadi anggota Oriflame
Kepercayaan pada seseorang
Berdasarkan dari pengalaman masing-masing informan di rekrut dengan cara yang tidak baik
Melihat pengalaman seseorang yang sukses di Oriflame
Bertemu langsung (komunikasi interpersonal) dan akhinya mau bergabung.
Tahap Ketiga Makna Oriflame
Terjadi pada anggota saat mulai adaptasi
Memunculkan kesadaran
Tahap Keempat
Tahap Kelima
Setelah proses adaptasi berhasil di lakukan
Pola Komunikasi Citra Diri Pola Komunikasi antar anggota 45
Hasil Analisa Peneliti
Pola komunikasi anggota dengan lingkungan sosial
Konsep diri adanya penilaian mengenai citra diri sebagai anggota MLM
Citra diri anggota di lingkungan sosial Personal Branding untuk membentuk citra positif di masyarakat.
105
Berdasarkan hasil penemuan dari penelitian melalui bagan di atas dapat di simpulkan 1. Seperti pada pendapat Alfred Schutz bahwa tindakan sosial adalah tindakan yang berorientasi pada perilaku orang pada masa datang dan masa lalu. Maka kemunculan motif pada tahap pertama ini adalah faktor yang memunculkan mereka gabung di dalam Oriflame, yaitu adanya motif impian, motif memiliki pekerjaan, dan motif memiliki rekan kerja. 2. Dari motif yang di peroleh mereka mengungkapkan proses bergabung dalam MLM Oriflame. Sebelum bergabung, di dalam diri mereka masing-masing terbentuk interpretasi negatif dari pengalaman mereka yang pernah di rekrut oleh orang lain. Bergabung di dalam Oriflame masing-masing dari mereka mengungkapkan adanya kepercayaan pada orang lain yang mengajak, melihat keberhasilan yang di dapat dari anggota yang sudah lebih dulu gabung di Oriflame, dan bertemu dan berbicara secara langsung ( komunikasi interpersonal) yang membuat mereka akhirnya percaya untuk bergabung. 3. Bergabungnya mereka pada Oriflame memunculkan makna yaitu makna pertama kali saat berada dalam penyesuaian diri atau adaptasi dan makna ketika mereka sudah beradaptasi yang membuat mereka akhirnya berhasil menjalankan bisnis di Oriflame.
106
4. Kemudian dari pemaknaan ini berlanjut pada pola komunikasi yang di peroleh dari pola komunikasi sesama anggota di mana mereka bekerja sama untuk mencapai success plan Oriflame, selain itu pola komunikasi juga di peroleh dari lingkungan sosial di mana mereka melakukan interaksi sosial tetapi tetap menajalankan bisnis yaitu berjualan. 5. Hasil secara keseluruhan informan menyadari bahwa diri mereka sebagai anggota MLM, maka dari itu mereka membentuk konsep diri dengan penilaian mereka terhadap diri sendiri. Penilaian diri sendiri ini di dapat dari pengalaman mereka yang pernah berpikir negatif pada MLM, mereka menyadari pemikiran negatif tersebut akibat dari para pelaku anggota MLM yang memaksa saat ingin merekrut. Maka dari itu mereka membentuk diri sebagai pelaku MLM yang baik dan profesional baik untuk diri sendiri dan lingkungan sosialnya cara ini menghasilkan pembentukkan pada konsep citra diri mereka. Hasil Personal Branding merupakan istilah yang para anggota katakan yang nantinya akan membentuk citra positif di masyarakat.