BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Habib Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi lahir di Semarang dan wafat di Cikini, Jakarta pada tahun 1296 H/1879 M. Beliau adalah ayah dari Habib Ali Alhabsyi Kwitang. Makam beliau terbilang menarik, karena masjid atau makamnya berada di tengah-tengah proyek pengembangan apartemen di daerah Cikini Jl. Raden Saleh Jakarta. Nasab lengkapnya adalah Habib Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Abdurrahman bin Husein bin Abdurrahman bin Hadi bin Ahmad Shahib Syi‟ib bin Muhammad al-Ashghar bin Alwi bin Abubakar alHabsyi. Sebuah sumber tulisan menyebutkan bahwa kakeknya yang bernama Habib Muhammad bin Husein al-Habsyi adalah yang pertama kali datang dari Hadhramaut dan menetap di Pontianak dan kemudian menikah dengan seorang putri dari keluarga Kesultanan Pontianak. Itu artinya, Habib Cikini adalah generasi kedua yang terlahir di Nusantara atau generasi ketiga yang menetap di sini. Tulisan lainnya menyebutkan bahwa Habib Muhammad, kakeknya, ikut mendirikan Kesultanan Hasyimiyah Pontianak bersama keluarga al-Qadri. Dalam catatan pada kitab rujukan “Nasab Alawiyyin” susunan Habib Ali bin Ja‟far Assegaf dituliskan, berdasarkan keterangan Habib Ali Kwitang yang mendapat informasi dari Habib Alwi (tinggal di Surabaya, sepupu dua kali Habib
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ali Kwitang) bin Abdul Qadir bin Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi, disebutkan, Habib Muhammad bin Husein wafat di Tarbeh, Hadhramaut. Kitab Habib Ali bin Ja'far juga menuliskan dengan jelas bahwa Habib Abdullah (Ayah Habib Cikini) adalah seorang kelahiran Hadhramut, tepatnya di Tarbeh. Berdasarkan berbagai keterangan di atas, jelaslah “Habib Cikini” adalah generasi pertama dari garis keturunan keluarganya yang dilahirkan di Nusantara. Silsilah Habib Abdurrahman bin Abdullah al-Habsyi adalah: al-Habib Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Abdurrahman bin Husein bin Abdurrahman bin Hadi bin Ahmad al-Habsyi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Assadullah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih alMuqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khala‟ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa arRumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-„Uraidhi bin Ja‟far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah Azzahra binti Rasulullah SAW. Habib Cikini sering juga disebut sebagai “Putra Semarang”. Selain pernah menetap di Pontianak, Habib Abdullah bin Muhammad al-Habsyi (ayah Habib Cikini) yang semasa hidupnya memiliki aktivitas berdagang antar pulau, juga pernah menetap di Semarang. Namun dari sebuah tulisan menyatakan bahwa ia menikah pertamakali di Semarang. Sebuah naskah juga menyebutkan, ibu Habib Cikini adalah seorang syarifah dari keluarga Assegaf di Semarang. Dan memang, Habib Cikini sendiri diketahui sebagai putra kelahiran Semarang. Ini berkaitan dengan catatan lainnya yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menyebutkan: “Ia wafat di Laut Kayong (daerah Sukadana, Kalimantan) pada 1249 H, atau bertepatan dengan tahun 1833 M.” Keterangan yang disebutkan terakhir tampaknya lebih mendekati kebenaran, sebab wilayah Sukadana berseberangan langsung dengan kota Semarang di Pulau Jawa, dan Kota Semarang merupakan kota kelahiran Habib Cikini. Hal ini juga selaras dengan keterangan bahwa Habib Abdullah wafat saat berlayar dari Pontianak ke Semarang. Pada Catatan itu juga disebutkan, ia wafat saat berperang dengan “lanun”, sebutan orang Pontianak terhadap para perompak laut. Habib Cikini juga memiliki hubungan sejarah yang erat dengan Habib Syech dan Raden Saleh. Diantara sejarah kehidupan Habib Cikini yang didapat dari sejumlah sumber adalah bahwa ia sahabat karib Habib Syech bin Ahmad Bafaqih (Botoputih-Surabaya). Hal tersebut diantaranya dicatat dalam catatan kaki Ustadz Dhiya‟ Shahab dalam bukunya “Syams adz-Dzahirah”. Begitupula menurut penulis Belanda bernama L.W.C Van Den Berg dalam buku “Le Hadhramout Et Les Colonies Arabes” yang menyebutkan bahwa Habib Syech pernah menetap di Batavia selama kurang lebih 10 tahun. Makam Al Habib Abdurrahman bin Abdullah Al Habsyi atau Habib Cikini membuat heboh karena mengeluarkan air mancur dari dalam makam. Sampai kini dikunjungi ribuan warga. Selain menggelar ziarah makam, mereka juga berbondong-bondong mengambil air yang mengalir dari makam tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Makam itu terletak di belakang Hotel Sofyan, di antara Jalan Cikini Raya dan Kali Ciliwung. Habib Abdurrahman adalah ayah Habib Ali, yang dikenal sebagai Habib Kwitang, yang dimakamkan di Kwitang, Jakarta Pusat. Sejumlah aliran air muncul di sekitar liang ketika makam hendak dibongkar beberapa tahun yang lalu. Ahli waris dan peziarah ingin makam dipertahankan, sedangkan pengelola lahan PT Cempaka Wenang Jaya akan membangun Apartemen Mutiara Menteng di situ. Sebanyak 33 mata air itu muncul di lokasi makam. Namun perlu diketahui, makam ini letaknya berdekatan dengan bantaran Kali Ciliwung. Jaraknya sekitar 10 meter antara makam dan sungai. Sedangkan kondisi debit air Kali Ciliwung saat ini tidak terlalu tinggi, meski Jakarta sering diguyur hujan. Sampai kini makam keramat Habib Abdurahman bin Abdullah Al-Habsyi tetap ramai dengan para peziarah. Mereka tidak hanya berasal dari Jakarta, banyak juga dari berbagai daerah dan para peziarah berdoa di makam Habib Abdurahman. Mereka juga sholat di mushola yang ada di lokasi makam dan memanfaatkan air yang ke luar dari makam. "Kami berziarah dan melihat langsung kondisi makam yang dikeramatkan," ujar Edi, yang mengaku asal Tangerang. Abdurahman Muhdor Alhabsyi, cucu turunan keempat atau cicit dari Habib cikini ini mengatakan, jumlah peziarah yang datang setiap harinya tidak bisa diprediksikan. Kadang-kadang, yang datang ke tempat tersebut hanya ratusan orang, kadang juga hingga mencapai ribuan orang. "Ada yang ziarah satu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
rombongan sampai 1.500 orang dalam semalam. Kadang ada juga yang rombongannya seratus, lima puluh orang, ada juga yang datang cuman bertiga, ya susah ditentukan," ujarnya ketika ditemui di lokasi makam Habib Cikini. Abdurahman mengaku, pihaknya tidak mempermasalahkan jumlah peziarah yang datang ke makam tersebut. Bahkan, untuk mengantisipasi banyaknya peziarah, mereka menyediakan karpet dan tenda di sekitar makam. Hanya saja, demi ketertiban bersama, mereka memberi pagar dengan tali rapia di sekitaran pusara. Beberapa waktu yang lalu, salah satu operator air bersih PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) mengambil sampel air untuk menguji apakah air itu dari pipa PAM. Menurut Daily Worker Palyja Pusat Econ, pengecekan dilakukan dengan mencampur air dengan larutan kimia untuk mengecek kadar klorin-salah satu ciri khas air PAM. Jika warna air PAM berubah menjadi merah, itu artinya mengandung klorin, tapi air tak berubah warna. Uji lainnya dengan menutup pusat saluran air di Jalan Raden Saleh. Meski saluran ditutup, air di makam tetap mengalir. Warga yang tinggal puluhan tahun di Cikini, tak yakin air itu dari pipa PAM. Alasannya, aliran PAM sudah berhenti sejak perumahan di sekitar makam dipindahkan pada 1994. Peziarah nampaknya tak perduli dengan asal muasal air itu. Buktinya warga berbondong-bondong membawa botol air mineral untuk mengambil air tersebut. Bahkan ada yang membawa ember. Mereka percaya bahwa air tersebut bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sekalipun dianggap ajaib, namun pihak keluarga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak mengkultuskan air tersebut. "Munculnya air tersebut mungkin untuk mengingatkan kepada masyarakat untuk bertaqwa kepada Allah. Jangan justru mengkultuskan air tersebut," tutup Abdurahman bin Muhdhor. 4.1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian di Makam Habib Abdurrahman bin Abdullah Al-Habsyi yang terletak di jalan Raden Saleh Cikini Jakarta Pusat, kemudian waktu penelitian ini akan di lakukan kurang lebih selama tiga bulan yaitu pada bulan November 2014 s/d Januari 2015 mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian. 4.2 Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi. Spradley menjelaskan fokus perhatian etnografi adalah pada apa yang individu dalam suatu masyarakat lakukan (perilaku), kemudian apa yang mereka bicarakan (bahasa), dan terakhir apakah ada hubungan antara perilaku dengan apa yang seharusnya dilakukan dalam masyarakat tersebut, sebaik apa yang mereka buat atau mereka pakai sehari-hari (artifak). Fokus penelitian etnografi adalah keseluruhan perilaku dalam tema kebudayaan tertentu. Metode etnografi komunikasi juga mengemukakan bahwa etnografi komunikasi melihat perilaku dalam konteks sosiokultural, mencoba menemukan hubungan antara bahasa, komunikasi, dan konteks kebudayaan dimana peristiwa komunikasi itu berlangsung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada etnografi komunikasi, yang menjadi fokus perhatian adalah perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan tertentu, jadi bukan keseluruhan perilaku seperti dalam etnografi. Perilaku komunikasi dalam etnografi komunikasi adalah perilaku dalam konteks sosial kultural. Asumsi dasar Skinner adalah perilaku mengikuti hukum-hukum perilaku (lawfulness of behavior)
perilaku dapat
diramalkan dan perilaku dapat dikontrol. Harsya Bachtiar mengatakan budaya dengan berbagai macam simbolnya yang berisikan “kepercayaan” pengetahuan nilai-nilai dan aturan-aturan jelas mempengaruhi pemikiran, perasaan, sikap dan perilaku setiap manajer sebagai manusia yang berhubungan dengan manusiamanusia lainnya. Sehingga untuk membongkar makna ziarah bagi para peziarah yang mendatangi makam, perlu dielaborasikan situasi komunikatif yang terjadi dalam komunikasi ritual di makam tersebut, peristiwa komunikatif dan juga tindak komunikatif. Untuk menjawabnya, peneliti melakukan obeservasi mendalam, wawancara mendalam, dan juga kegiatan catatan lapangan. Sesuai dengan unit-unit diskrit komunikasi yang dilakukan oleh Hymes. Maka yang menjadi unit diskrit aktivitas komunikasi pada ritual ziarah yang dilakukan oleh para peziarah di makam Cikini adalah sebagai berikut: A. Situasi komunikatif Situasi komunikasi dalam penelitian ini adalah konteks terjadinya komunikasi yaitu dalam lingkungan Makam Cikini. Adapaun situasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
komunikasi yang dapat digambarkan saat terjadinya ritual ziarah pada makam di Cikini adalah sebagai berikut: A.1. Situasi komunikatif antara Peziarah dan Penjaga Makam Ritual ziarah di Makam Cikini dimulai, saat peziarah datang ke makam Cikini tersebut. Saat mendatangi makam tersebut, umumnya penjaga makam memberikan informasi atau pesan kepada para peziarah mengenai benda-benda yang boleh dibawa dan juga digunakan oleh para peziarah. Dalam penuturuan sang penjaga makam, umumnya ada sejumlah benda yang dibawa oleh para peziarah sebenarnya bukanlah benda yang tepat untuk digunakan untuk melakukan ritual ziarah di Makam Cikini tersebut. Benda-benda yang tidak diperbolehkan dibawa oleh para peziarah terseut, merupakan benda-benda yang dianggap melanggar ketentuan agama. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Abdurahman Alhabsyi: Mereka ada yang membawa buku tahlil dan maulid, ada juga beberapa yang membawa benda-benda mistis seperti keris dan lain sebagainya dan hal tersebut langsung kita tegur serta menasehatinya karena kita tidak mau sampai makam ini bisa menimbulkan syirik dan musyrik pada orang tersebut. (Lampiran 1, 2015:2)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 1. Situasi Komunikatif Peziarah-Penjaga Makam Sehingga dari hasil penuturan penjaga makam diatas, bahwa benda-benda yang diperbolehkan untuk digunakan oleh peziarah saat melakukan ziarah pada makam tersebut adalah Buku Tahlil dan Maulid.
Buku Tahlil
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat dipahami sebagai : pengucapan kalimat tauhid l? il?ha illallah 'tidak ada Tuhan selain Allah' secara berulang-ulang; nyanyian pujian; tahlilan /tah·lil·an/ n pembacaan ayat-ayat suci Alquran untuk memohonkan rahmat dan ampunan bagi arwah orang yg meninggal. (http://kbbi.web.id) Sedangkan Maulid dapat dijabarkan sebagai : maulid /ma·u·lid/ n 1 hari lahir (terutama hari lahir Nabi Muhammad saw.): memperingati -- Nabi Muhammad saw.; 2 tempat lahir; 3 (peringatan) hari lahir Nabi Muhammad saw.: acara -- akan diisi dng ceramah; bulan -- , bulan Rabiulawal;-- Rasul hari lahir Rasul (untuk Nabi Muhammad saw.); bermaulid /ber·ma·u·lid/ v, - Rasul memperingati hari kelahiran Nabi (Muhammad saw.) ((http://kbbi.web.id)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Disamping benda yang diperbolehkan untuk digunakan saat melakukan ritual ziarah, seperti disebutkan penjaga makam di atas salah satunya adalah keris. Keris sendiri adalah senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua (bilahnya ada yg lurus, ada yg berkeluk- keluk); ((http://kbbi.web.id) Penggambaran situasi komunikatif antara penjaga makam dan peziarah, juga terjadi saat penyampaian pesan mengenai busana yang dikenakan oleh para peziarah. Bagi penjaga makam, ritual ziarah merupakan sebuah tindakan yang dianggap suci sehingga penggunaan busana juga dianggap merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Sebagai penjaga makam dan juga salah satu pihak ahli waris, Abdurrahman Alhabsyi umumnya menyampaikan hal berikut ini mengenai busana yang digunakan oleh para peziarah: Ada juga peziarah perempuan yang missal tidak menggunakan hijab, nah kita di sini menyediakan itu karena itu adalah bagian dari tata tertib dan adab dari berziarah ke makam-makam wali Allah seperti Habib Abdurrahman ini dan sekaligus mendidik mereka secara halus. (Lampiran 1, 2015:2)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2 Situasi Ritual Ziarah di Makam Cikini Dalam penuturan tersebut, penjaga makam menjelaskan bahwa busana yang diperkenankan khususnya bagi peziarah wanita adalah menggunakan hijab. Hijab sendiri adalah dinding yang membatasi sesuatu dengan yang lain, dinding yang yang dimaksud adalah sesuatu untuk menutupi bagian tubuh yang menjadi aurat bagi para wanita. A.2. Situasi Komunikatif Saat Ritual Ziarah Sementara itu kegiatan ritual ziarah yang dilakukan oleh para peziarah sendiri dapat digambarkan secara berbeda-beda. Hal tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan peserta komunikasi yang melakukan ziarah makam sendiri di Makam Cikini, yaitu :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
I. Ahli Waris Sebagai Ahli Waris, Abdurrahman Alhabsyi menggambarkan ritual ziarah yang dilakukan oleh para peziarah sebagai berikut: Peziarah ada yang datang membaca suratul yasin dan tahlil serta Alfatihah kepada sohibul makam, kemudian mereka berdoa kepada Allah dengan niat dan tujuan masing-masing. Ada yang rombongan biasanya di pimpin oleh ustad atau ustadzah dan para peziarah juga mengambil air di sini untuk di bawa pulang. (Lampiran 1, 2015 : 2) Dari penjelasan tersebut dapat diklasifikasikan bahwa ritual yang dilakukan saat melakukan ziarah makan adalah sebagai berikut : 1. Peziarah datang ke Makam Cikini
Gambar 4 Pezaiarh mendatangi makam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Peziarah membaca Suratul Yasin. Suratul Yasin adalah Surah Ya Sin adalah surat ke-36 dalam Al-Quran. Surah ini terdiri atas 83 ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyah serta diturunkan sesudah surah Al-Jinn. Dinamakan Ya Sin karena dimulai dengan huruf Ya Sin. Sebagaimana halnya arti huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surat Al-Quran, maka demikian pula arti Ya Sin yang terdapat pada ayat permulaan surah ini, yaitu Allah mengisyaratkan bahwa sesudah huruf tersebut akan dikemukakan hal-hal
yang penting antara
lain:
Allah
bersumpah dengan Al-Quran bahwa Muhammad SAW benarbenar seorang rasul yang diutus-Nya kepada kaum yang belum pernah diutus kepada mereka rasul-rasul.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 5 Peziarah Membaca Surat Yasin 3. Peziarah melakukan tahlil Istilah tahlil adalah pengucapan kalimat tauhid, yakni mengucapkan kalimat 'tidak ada Tuhan selain Allah' secara berulang-ulang. Namun ada pula yang menyebutkan bahwa tahlilan merupakan pembacaan ayat-ayat suci Alquran untuk memohonkan rahmat dan juga pengampunan bagi arwah orang yang telah meninggal. 4. Berdoa memohon keinginan masing-masing peziarah. Dalam kegiatan ini, peziarah memanjatkan hal-hal yang merupakan keinginan pribadi dari peziarah yang bersangkutan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 6 Peziarah melakukan doa 5. Peziarah berdoa dipimpin oleh seorang Uztad atau Uztadzah. Tahapn ini, umumnya dilakukan oleh peziarah yang melakukan ritual ziarah bersama atau secara rombomgan. Sehingga, umumnya doa-doa yang dipanjatkannya akan dipimpin oleh seorang uztad atau uztadzah yang memimpin rombongan tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 7 Peziarah Berdoa dengan dipimpin Uztad 6. Mengambil air. Setelah mendoakan keinginannya secara pribadi, biasanya para peziarah akan mengambil air yang telah disediakan oleh penjaga makam.
Gambar 8 Peziarah mengambil air
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II. Peziarah 1 Peziarah pertama yang dimaksud disini adalah Abdullah Alkaff. Ritual yang dilakukan oleh Abdullah ternyata memiliki pola yang berbeda dengan ritual ziarah yang digambarkan oleh penjaga makam. Abullah Alkaf menggambarkan ritual ziarah ke Makam Cikini sebagai berikut : Ritual yang saya lakukan adalah berwudhu, kemudian sholat sunnah terus membaca doa ziarah, membaca surat-surat Al-Quran yang di niatkan kepada sohibul makam, kemudian membaca tahlil dan doa penutup serta salam. (Lampiran 2, 2015 : 2) Dari penjelasan yang dijabarkan oleh Abdullah Alkaf, adapun tahapan ritual ziah ke Makam Cikini yang dapat dikelompokkan adalah sebagai berikut : 1. Wudhu. Kegiatan pertama yang dilakukan oleh Abdullah Alkaf saat melakukan ritual ziarah adalah Wudhu. Wudhu adalah kegiatan mengambil air untuk membersihkan diri dari najis guna melakukan ritual ziarah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 9 Peziarah Mengambil Wudhu 2. Sholat Sunnah. Kegiatan yang dilakukan oleh peziarah setelah melakukan wudhu adalah shalat sunnah. Shalat Sunnah adalah Salat sunah atau salat nawafil (jamak: nafilah) adalah salat yang dianjurkan untuk dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan dengan kata lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan akan tampak hikmah dan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah. Salat sunah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni: 2.a. Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witr dan salat sunah thawaf.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.b. Ghairu Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana). 3. Doa Ziarah. Doa ziarah merupakan kegiatan memanjatkan permohanan yang dimaksudkan bagi arwah yang dimakamkan, khusunya di Makam cikini.
Gambar 10 Doa Ziarah 4. Membaca surat-surat Al-quran. Dalam tahapan ini, peziarah
umumnya
melakukan
pembacaan
dan
melantunkan ayat-ayat Al-quran. Hal ini ditujukkan bagi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
arwah yang dimakamkan. Dalam hal ini tentu saja Makam Cikini. 5. Tahlil. Tahlil adalah pengucapan kalimat tauhid 'tidak ada Tuhan selain Allah' secara berulang-ulang; nyanyian pujian.
Gambar 11 Tahlil 6. Doa penutup dan Salam. Kegiatan yang dilakukan terakhir ini adalah kegiatan doa untuk menutup seluruh rangkaian kegiatan ritual ziarah di makam ini sekaligus untuk pamit kepada sang ahli kubur.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
III. Peziarah 2 Peziarah kedua yang dimaksud disini adalah Ahmad Alattas. Ritual yang dilakukan oleh Abdullah ternyata memiliki pola yang berbeda dengan ritual ziarah yang digambarkan oleh penjaga makam maupun oleh peziarah pertama. Ahmad Alattas mengganbarkan ritual ziarah ke Makam Cikini sebagai berikut : Ritual pertama saya mengambil wudhu agar bersih dari pada hadast, kemudian melakukan tata tertib ziarah pada umumnya, seperti mengucapkan salam kepada ahli kubur kemudian membaca surat-surat Alquran di niatkan untuk di berikan kepada ahli kubur tersebut, setelah itu berdoa kepada Allah sesuai dari pada hajat dan niat kita masing-masing dengan keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doa kita melalui keberkahan dari pada Habib Abdurrahman ini dan perbuatan baik yang sedang kita kerjakan kini, kemudian saya mengucapkan doa penutup dan mengucapkan salam. (Lampiran 3, 2015: 2) Dari penjelasan yang dijabarkan oleh Ahmad Alattas, adapun tahapan ritual ziah ke Makam Cikini yang dapat dikelompokkan adalah sebagai berikut : 1. Wudhu. Kegiatan pertama yang dilakukan oleh Ahmad Alatas, memang sama yaitu juga mengambil wudhu, seperti yang dilakukan oleh peziarah pertama. Saat melakukan ritual ziarah adalah Wudhu. Wudhu adalah kegiatan mengambil air untuk membersihkan diri dari najis guna melakukan ritual ziarah. Akan tetapi Ahmad Alatas menjelaskan bahwa kegiatan tersebut dilakukan untuk membersihkan hadast. Hdast sendiri adalah sesuatu yang dianggap najis atau jorok.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Salam kepada Ahli Kubur. Kegiatan yang dilakukan oleh peziarah setelah melakukan wudhu, menurut peziarah kedua adalah memberikan salam kepada sang ahli kubur. Kegitan ini sendiri maksudnya adalah memberikan salam atau sapa kepada orang yang jenazahnya dibaringkan di Makam Cikini. 3.
Membaca surat-surat Al-quran. Dalam tahapan ini,
peziarah
umumnya
melakukan
pembacaan
dan
melantunkan ayat-ayat Al-quran. Hal ini ditujukkan bagi arwah yang dimakamkan. Dalam hal ini tentu saja Makam Cikini. 4. Tahapan keempat yang dijalani oleh peziarah kedua adalah melakukan ritual doa yang sesuai dengan keinginan dan kehendak yang diinginkan oleh peziarah yang bersangkutan. 5. Doa penutup dan Salam. Kegiatan yang dilakukan terakhir ini adalah kegiatan doa Namun, kegiatan ritual ziarah tersebut, ternyata juga ada perbedaan jika memasuki hari besar. Misalnya seperti yang dituturkan oleh peziarah pertama, yakni Abdullah Akaff : Biasanya ketika hari tertentu seperti haul atau peringatan wafatnya habib Abdurrahman ini di awali dengan khotmul Qur‟an lalu pembacaan tahlil kemudian pembacaan maulid Rasul dan pembacaan managib sohibul khoul dan tausiah yang mengajak orang-orang untuk mencontoh sohibul khoul dan di akhiri talqin lalu doa penutup serta jamuan makanan. (Lampiran 2, 2015 : 2)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sehingga dari penjelasan peziarah tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tahapan ritual ziarah yang dilakukan pada sebuah hari besar, yakni : 1. Haul. Kegiatan ini adalah peringatan akan hari wafatnya Habib Cikini yakni Habib Abdurahman Alhabsyi tersebut 2. Kegiatan tersebut kemudian dilanjutkan dengan kegiatan yang disebut sebagai Khot‟mul Quran. 3. Pembacaan Tahlil 4. Pembacaan maulid Rasul 5. Kegiatan tausiah 6. Talqin 7. Doa Penutup 8. Makan Sedangkan bagi salah satu ahli kubur yang masih merupakan keluarga dari Sang Empu Makan Cikini, kegiatan ritual ziarah pada hari besar adalah sebagai berikut : Ketika acara peringatan wafatnya Habib Abdurrahman atau haul yang setiap tahun diadakan biasanya di bacakan managib atau riwayat hidup dan cerita sedikit banyak tentang bagaimana kehidupan Habib Abdurrahman ketika masa hidupnya, mulai dari ibadahnya beliau, cara beliau berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, dengan murid-muridnya dan riwayat lain sebagainya yang bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada kita dan bisa mengambil pelajaran dan mencontoh hal baik tersebut. Kemudian dilakukan pembacaan maulid, tahlil dan doa penutup serta di akhiri dengan sedikit jamuan makanan kepada para peziarah yang telah hadir di sini. (Lampiran 1, 2015 : 4)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari penjelasan tersebut, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ritual ziarah yang dilakukan oleh para peziarah, disamping kegiatan yang sama dengan peziarah pertama ternyata juga ditambahkan dengan kegiatan lain. Kegiatan tersebut yakni: pembacaan riwayat Habib Abdurahman sebagai sang empunya makam. Riwayat hidup tersebut terdiri dari: ibadah yang dilakukan Habib, kegiatan komunikasai antara Habib dengan masyarakat sekitar dan muridmuridnya. B. Peristiwa komunikatif Peristiwa komunikasi atau keseluruhan perangkat komponen yang utuh yang dimulai dengan tujuan umum komunikasi, topik yang sama, dan melibatkan partisipan yang sama, yang secara umum menggunakan varietas bahasa yang sama, mempertanyakan tone yang sama, dan kaidahkaidah yang sama untuk interaksi dan dalam setting yang sama. Komunikasi dinyatakan berakhir, ketika terjadi perubahan partisipan, adanya periode hening, atau perubahan posisi tubuh. Sehingga, dari penjelasan di atas untuk ziarah pada Makam Cikini, dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Tujuan Utama Komunikasi a. Abdullah Alkaff Bagi peziarah pertama ini, ziarah dimaknainya sebagai sebuah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya mengingat akhir dari kehidupan seseoarang. Kematian merupakan misteri ilahi, yang akan dihadapi oleh setiap manusia, tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dapat dielakkan, sehingga kita perlu mempersiapkan diri untuk menuju ke tahap tersebut di dalam kehidupan ini. Hal tersebut ditunjukkannya melalui kalimat berikut ini : Makna ziarah ke makam habib Abdurrahman ini bagi saya adalah untuk beribadah kepada Allah kemudian sebagai pengingat akhirat sebagaimana hadist yaitu ziarah kuburlah kalian karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingatkan kalian kepada kematian (Lampiran 2, 2015 : 2) Namun, tujuan melakukan ritual ziarah ternyata bagi peziarah pertama ini, tidak hanya mempersiapakan diri menuju kematian saja. Bagi peziarah pertama ini, ziarah merupakan sarana untuk meminta sesuatu kepada Allah. Melalui kegiatan ziarah ini, peziarah pertama berharap keinginannya akan terkabul. Ini disampaikannya sebagai berikut : Motivasi saya pertama adalah tabarruk kepada habib Abdurrahman tersebut, tabarruk adalah mengharapkan berkah, dimana keberkahan dari habib atau wali yang telah meninggal tidak akan pernah putus atau habis, yang kedua tawassul kepada beliau, tawassul adalah wasilah atau penyampai doa kepada Allah, karena habib Abdurrahman ini mempunyai kedekatan kepada Allah, karena ibadah beliau yang luar biasa kemudian dakwah beliau semasa hidup yang penuh perjuangan dan ittiba‟ kepada Rasulullah, ittiba‟ adalah berpegang kepada ajaran dan sunnah dari pada Nabi Muhammad SAW. Kemudian i‟tibar kepada beliau, i‟tibar yaitu mencontoh dan mengingat kembali bagaimana prilaku dan tata cara beliau beribadah dan berdakwah semasa hidupnya (Lampiran 2, 2015: 1)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam pernyataan ini, juga dapat dilihat bahwa kegiatan melakukan ziarah, merupakan sarana untuk mencapai keinginan pribadi bagi peziarah pertama. Bahwa orang yang dimakamkan di Makam Cikini, dianggapnya mampu menajadi medium untuk menyampaikan kehendaknya atau keinginannya kepada Allah. Sehingga tujuan utama komunikasi pada ritual ziarah di Makam Habib Abdurrahman, dapat ditarik kesimpulan dibagi menjadi dua berdasarkan masa : 1. Before Death Pada masa ini, kegiatan ritual ziarah yang dilakukan oleh peziarah diterapkan sebagai sebuah upaya untuk memperbaiki kehidupan. Dalam hal ini, para peziarah menyampaikan keinginannya untuk mendapatkan sejumlah impiannya. 2. After Death Walaupun hal ini sebenenarnya dilakukan juga pada masa kehidupan, akan tetapi hal ini sebenarnya merupakan pengingat fase akhir yang akan dihadapi setiap manusia. Fase tersebut merupakan kematian. Karena melalui kegiatan melihat dan melakukan sejumlah ritual di makam, akan mengingatkan fase yang akan dihadapi semua manusia tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b. Abdurahman Alhabsyi Sementara itu dari sisi Ahli waris. Abdurahman Alhabsyi menyatakan : Motivasi dari para peziarah bermacam-macam, ada yang datang kesini karena waktu itu terjadi satu fenomena yaitu keluarnya air dari pusara makam hingga saat ini air tersebut sering di bawa oleh para peziarah dengan niat, tujuan dan keyakinan masing-masing, kemudian memang ada peziarah yang datang kesini ingin lebih mengenal dan mencontoh Habib Abdurrahman serta mendapatkan keberkahan beliau, ada juga yang ingin bertawassul kepada beliau dan memohon doa kepada Allah, dan para peziarah yang datang kesini ada juga dari kalangan nonmuslim karena fenomena air tersebut sudah banyak bisa menyembuhkan orang yang sakit dengan seizin dari Allah tentunya. Jadi motivasi dari para peziarah yang datang kesini sangatlah beragam mulai itu dari hanya untuk urusan dunia sampai untuk keberkahan dunia dan akhirat. (Lampiran 1, 2015: 1) Sehingga dari penuturan ahli makam tersebut, juga dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan komunikasi melakukan ritual ziarah di Makam Cikini dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Urusan Duniawi Dari penuturan tersebut tujuan komunikasi pertama yang dilakukan oleh peziarah menurut sang ahli kubur, adalah keinginannya untuk meminta dikabulkannya keinginannya di dunia. Dalam hal ini yang dimaksud dengan urusan duniawi adalah keinginan-keinginan duniawi seperti permohonan kaya, jodoh dll.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Urusan Surgawi/ Akhirat Dari penuturan ini pula, tujuan komunikasi yang dapat diambil adalah keinginan untuk mendekatkan diri dengan Tuhan seprti halnya yang dialkukan oleh Habib yang dimakamkan di Makam Cikini tersebut. Dengan melakukan ritual ziarah tersebut, peziarah akan merasakan dan termotivasi untuk memiliki kedalaman ilmu keagamaan seperti halnya yang dialukan oleh Habib tersebut. Tujuan dari komunikasi ini, tentu saja adalah urusan akhirat atau surgawi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa para peziarah melakukan ritual ziarah tersebut, sebagai upaya untuk beribadah kepada Allah dan mendapatkan pahala. Berdasarkan penuturan tersebut juga, motivasi atau sebab-sebab yang mendorong seseorang melakukan tindakan, atau dalam hal ini adalah ritual ziarah juga dapat dibagai menjadi dua bagian, yakni: 1. Instan Dalam petikan wawancara tersebut, tujuan komunikasi yang digambarkan oleh sang ahli waris menyatakan bahwa, “ada yang datang kesini karena waktu itu terjadi satu fenomena yaitu keluarnya air dari pusara makam hingga saat ini air tersebut sering di bawa oleh para peziarah dengan niat, tujuan dan keyakinan masing-masing.” Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi ritual ziarah yang dilakukan oleh peziarah bersifat instan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tujuan komunikasi yang dialkukannya dengan melakukan ritual ziarah ke Makam Habib di Cikini karena gelombang pemberitaan di sejumlah media massa, dan juga kekuatan word of mouth yang dijabarkan oleh sejumlah pihak, sehingga menarik para peziarah secara instan untuk melakukan ritual ziarah. 2. Permanen Disamping secara instan, ternyata peziarah melakukan ritual ziarah ke makam Habib Cikini, memang karena mereka telah lama memiliki kebiasaan melakukan hal teresbut. Seperti dalam penuturannya berikut : memang ada peziarah yang datang kesini ingin lebih mengenal dan mencontoh Habib Abdurrahman serta mendapatkan keberkahan beliau, ada juga yang ingin bertawassul kepada beliau dan memohon doa kepada Allah. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi yang dilakukan oleh peziarah dalam hal ini, adalah memang dorongan dari dalam dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Disamping itu juga mendekatkan diri dengan lingkungan yang melakukan ritual ziarah agar tetap mendekat kepada orang-orang yang memiliki prioritas kepada hal-hal akhirat bukan duniawi saja.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
II Ahmad Alatas Sementara itu peziarah kedua, sebenarnya juga menyatakan hal yang kurang lebih sama, dengan peziarah pertama dan juga ahli kbur. Menurutnya: Motivasi yang ingin saya capai adalah mendapat keberkahan, karena orang-orang seperti habib Abdurrahman ini semasa hidupnya adalah orang yang dekat Allah, orang yang mempunyai ibadah yang sangat baik sehingga beliau di angkat derajatnya oleh Allah, jadi kita ketika berziarah ke makam beliau Insya Allah mendapatkan hal yang baik, motivasi saya selanjutnya ingin mendapatkan ketenangan batin, karena pada kita hidup di dunia selalu mempunyai masalah-masalah yang membuat hati kita menjadi tidak tenang dan gelisah, ketika kita melakukan ziarah dan berdoa kepada Allah di tempat seperti ini, maka Allah akan mendengar doa kita. (Lampiran 3, 2015: 1) Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa adalah dua urusan : 1. Urusan Duniawi Pada peziarah pertama ini urusan keberkahan dijelaskan sebagai upaya untuk dapat menjalankan permasalahanpermasalahan kehidupan. Karena dengan melakukan ritual ziarah peziarah ini berharapa dapat mengatasi kegilasahannya dalam menghadapi persoalan-persoalan ini. Menurutnya, “ingin mendapatkan ketenangan batin, karena pada kita hidup di dunia selalu mempunyai masalah-masalah yang membuat hati kita menjadi tidak tenang dan gelisah, ketika kita melakukan ziarah dan berdoa kepada Allah di tempat seperti ini, maka Allah akan mendengar doa kita”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sehingga dapat ditaruik kesimpulan sebenarnya tujuan komunikasi saat melakukan ritual ziarah adalah agar dirinya dapat dengan lebih tenang menjalani kehidupan di dunia. Hal ini artinya adalah bagaiamana individu tersebut, dapat menjalin interaksi dalam menghadapi tekanan-tekanan yang dihadapinya dari lingkungan (baca: manusia) disekitaranya. 2. Urusaan Akhirat/ Surgawi Bagi peziarah kedua ini, melakukan ritual ziarah aratinya dirinya akan mendekatkan diri dengan lingkunagan (baca: orang-orang) yang mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Disamping itu, melakukan ritual ziarah, sebenarnya adalah kegiatan mengingatkan diri mengenai hala apa yang telah dilakukan oleh Habib yang diamkamkan di Cikini. Menurutnya, “seperti habib Abdurrahman ini semasa hidupnya adalah orang yang dekat Allah, orang yang mempunyai ibadah yang sangat baik sehingga beliau di angkat derajatnya oleh Allah, jadi kita ketika berziarah ke makam beliau Insya Allah mendapatkan hal yang baik.” Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa melakukan ritual ziarah adalah upaya mendekatkan diri dengan Tuhan untuk melancarkan kehidupan yang menuju ke akhirat. 2.Varietas bahasa yang sama Setelah melakukan observasi kepada para partisipan yang melakukan ritual ziarah di Makam Habib Cikini ini, peneliti menemukan sejumlah istilah sama yang digunakan saat melakukan ritual ziarah. Istilah tersebut adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Wudhu. Kegiatan pertama yang dilakukan oleh Abdullah Alkaf saat melakukan ritual ziarah adalah Wudhu. Wudhu adalah kegiatan mengambil air untuk membersihkan diri dari najis guna melakukan ritual ziarah. 2. Sholat Sunnah. Kegiatan yang dilakukan oleh peziarah setelah melakukan wudhu adalah shalat sunnah. Shalat Sunnah adalah Salat sunah atau salat nawafil (jamak: nafilah) adalah salat yang dianjurkan untuk dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan dengan kata lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan akan tampak hikmah dan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah. Salat sunah menurut hukumnya terdiri atas dua golongan yakni: 2.a. Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witr dan salat sunah thawaf. 2.b. Ghairu Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.
Doa
Ziarah.
Doa
ziarah
merupakan
kegiatan
memanjatkan permohanan yang dimaksudkan bagi arwah yang dimakamkan, khusunya di Makam cikini. 4. Membaca surat-surat Al-quran. Dalam tahapan ini, peziarah
umumnya
melakukan
pembacaan
dan
melantunkan ayat-ayat Al-quran. Hal ini ditujukkan bagi arwah yang dimakamkan. Dalam hal ini tentu saja Makam Cikini. 5. Tahlil. Tahlil adalah pengucapan kalimat tauhid 'tidak ada Tuhan selain Allah' secara berulang-ulang; nyanyian pujian. 6. Doa penutup dan Salam. Kegiatan yang dilakukan terakhir ini adalah kegiatan doa. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa, untuk varietas penggunaan bahasa dalam ritual ziarah tersebut, memang mendapatkan pengaruh yang cukup kuat dari budaya Islam dan Timur Tengah. Baik kegiatan yang dilakukan maupun sebutan bagi orang yang dimakamkan. C. Tindak komunikatif Tindak komunikasi adalah fungsi interaksi tunggal, seperti pernyataan, memohon dan meminta-minta, ataupun prilaku non verbal. Maka yang menjadi tindak komunikatif pada ritual ziarah tersebut adalah :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Dari sisi berpakaian Secara non verbal ketika peziarah melalukan ritual ziarah ini, pertama ketika mereka datang, mereka sudah mempersiapkan diri dengan pakaian muslim seperti baju koko, peci dan ada juga yang memakai sarung, hal tersebut dilakukan karena merupakan adab dan tata karma ketika melakukan ziarah ke makam wali atau habib, karena ketika melakukan ziarah yang merupakan ibadah juga maka kesopanan dan kerapihan serta adab sangat perlu di perhatikan. 2. Secara Tindakan Sebelum berziarah ke makam habib Abdurrahman Alhabsyi ini, mereka terlebih dahulu mengambil wudhu guna membersihkan dari hadast dan najis kecil, karena hal tersebut bertujuan untuk menyucikan dan mempersiapkan diri guna melakukan ibadah ritual ziarah tersebut, kemudian sebagian dari para peziarah ada yang melakukan sholat sunnah ataupun sholat wajib bagi yang belum melaksakan sholat wajib. Lalu para peziarah mulai melakukan ritual ziarah tersebut, awal mula mereka membaca surat yasin, tahlil dan doa-doa untuk mendoakan habib Abdurrahman tersebut, mereka terlihat begitu khusyu dan serius mendoakan beliau dan berharap untuk mendapatkan keberkahan dari habib Abdurrahman tersebut, kemudian mereka ada yang membawa air dan di taruh di samping makam untuk di bawa pulang, karena memang sesuai dengan kepercayaan ketika air
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dibacakan ayat-atau suci Al-Qur‟an dan doa doa yang baik maka molekul air tersebut akan bisa menjadi baik dan hal tersebut juga telah di buktikan oleh medis. Kemudian mereka ada yang berdoa dengan tujuan dan keinginan masing-masing, baik itu untuk urusan dunia dan urusan akhirat kelak nanti, peneliti mencoba bertanya apa saja yang biasanya mereka minta kepada Allah melalui keberkahan dari Habib Abdurrahman ini, ada yang meminta untuk dilancarkan rezeki dan usahanya, ada yang meminta kesembuhan dari penyakit yang di derita, ada yang meminta untuk dilancarkan pekerjaannya dan berbagai macam niat serta tujuan dari peziarah itu sendiri, karena Allah pasti akan mendengan doa hambanya terlebih dilakukan di tempat yang baik dan melalui keberkahan dari orang-orang yang memang semasa hidupnya sangat dekat kepada Allah. 4.3. Pembahasan Ritual ziarah bukanlah hal yang baru dalam sebuah khasanah komunikasi masyrakat di dunia ini. Kegiatan ini seringkali merupakan kegiatan yang dijadikan barometer untuk mengingat ketidakberdayaan fisik manusia, dan kekuasaan digdaya yang akan merenggut kembali fisik kita yang tak berdaya tersebut. Melalui ritual ziarah ini, manusia diingatkan untuk mendektakan diri dengan pencipta-Nya sebagai sebuah upaya untuk mengingat keterbatasan diri dan juga ketidakmampuan manusia tersebut dalam mengatasi persoalan kehidupan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ritual ziarah umumnya dilakukan oleh manusia ke sebuah makam yang ahli kuburnya dianggap mempunyai kehidupan yang lebih baik semasa hidupnya sehingga dianggap memiliki kedekatan kepada Allah sebagai sebuah kekuatan yang tak dapat diukur oleh manusia. Umumnya makam tersebut adalah makam seorang habib, ulama atau wali. Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa makam wali adalah kawasan damai di tengah keributan dunia. Bukan sekedar tempat suci, melainkan juga tempat hidup di luar masyarakat biasa. Maka amal ziarah makam wali mencerminkan keanekaragaman budaya-budaya yang tercakup dalam dunia Islam. (Chambert-Loir, Guillot, 20007:15). Karena itu, hampir di semua negeri Islam terdapat tempat-tempat keramat, pada umumnya makam-makam wali, yang dianggap sebagai pengganti tak sempurna dari Mekkah. ( Chambert-Loir, Guilot, 2007: 11) Ziarah mengungkapkan rasa pengabdian antar sesama. Begitu pula dengan Makam Habib Abdurrahman bin Abdullah Al-Habsyi Cikini Jakarta Pusat. Sebagai acuan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teori Interkasi Simbolik dari George Herbert Mead. Berdasarkan asumsi yang dikemukakan Mead maka peneliti menemukan bahwa: 1. Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman. Persepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam simbolsimbol.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam ritual ziarah yang dilakukan di Makam Cikini tersebut, peneliti menukan bahwa sebenarnya para pelaku ziarah, melakukan ziarah ke makam tersebut setelah mengalami proses belajar dari para pelaku ziarah sebelumnya, yang mendapatkan keberkahan saat melakukan ritual ziarah di makam tersebut. Keuntungan-keuntunngan atau yang sering dianggap sebagai berkah tersebut, kemudian dipersepsikan oleh para peziarah dalam bentuk simbol-simbol tertentu. Disamping itu, tentu saja penggunaan setiap atribut busana muslim yang sebenarnya merupakan pengalaman dari peziarah sebelumnya. Hal ini dipersepsikan masyarakat bahwa ritual ziarah yang tepat adalah dengan mengenakan simbolisasi berupa baju muslim. Selain itu tentu saja juga setiap tindakan tentu saja juga mendapat pengaruh dari Timur Tengah sebagai asal dari agama Islam hadir. 2. Berbagai makna dipelajari melalui interaksi di antara orang-orang. Makna muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok sosial. Setiap simbol yang muncul baik secara verbal maupun non verbal seperti pakaian maupun juga ucaran dan atribut yang dibawa oleh para peziarah, tentu saja dipahami sebagai sebuah kelayakan oleh para peziarah setelah mereka berinteraksi dengan sesama peziarah yang telah mendatangi tempat tersebut sebelumnya, maupun juga ahli waris makam tersebut. 3. Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi di antara orang-orang. Dalam ritual ziarah struktur yang tercipta diantara para peziarah dapat digambarkan sebgai berikut : Para peziarah digambarkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebagai pihak yang meminta pertolongan dan keberkahan kepada Allah melalui orang yang dimakamkan di Makam tersebut. Akan tetapi untuk datang ke tempat tersebut para peziarah membutuhkan mediator yakni para ustad atau keluarga ahli waris. Sehingga tercipta struktur dan institusi sosial antara peziarah-ahli waris makam-ustad. Dalam gambaran hubungannya ditetapkan yakni simbisosis-mutualisme. 4. Tingkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian pada masa lampau saja, namun juga dilakukan secara sengaja. Dalam ritual ziarah di Makam Cikini ini, para peziarah mempercayai berkah yang mereka terima dan secara sengaja memeliharanya dalam sebuah tradisi komunikasi. 5. Pikiran terdiri atas sebuah percakapan internal, yang merefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain. Pemahaman akan berkah yang didapat oleh para peziarah, tentu saja sudah melalui rangkaian proses komunikasi yang dipertukarkan baik sesama peziarah, ustad yang menjadi mediator doa, maupun para keluarga yang menjaga makam ataupun dari pengalaman pribadi peziarah tersebut. 6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta di dalam kelompok sosial selama proses interaksi. Tingkah laku baik salam saat kedatangan, doa yang dilantunkan oleh para peziarah, pembacaan ayat-ayat dari kitab suci AlQuran maupun juga permintaan dan doa penutup, tentunya terbentuk dan tercipta oleh kelompok sosial para peziarah yang mempertukarkan pesan tersebut secara continue. Hal ini tentu saja menyebabkan terbentuknya sebuah tradisi yang dilakukan secara berulang, dan tetap di jaga serta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dipatuhi siapapun yang masuk dalam kelompok sosial para peziarah tersebut. 7. Kita tidak bisa memahami pengalaman seseorang individu dengan mengamati tingkah lakunya saja. Pemahaman dan pengertian seseorang akan berbagai hal harus diketahui. Melalui rangkaian kegiatan penelitian, seperti observasi dan juga wawancara, peneliti menemukan bahwa tingkah laku para peziarah yang mengunjungi makam harus dialami sendiri oleh peneliti. Sehingga melalui seluruh kegiatan penelitian tersebut menemukan bahwa makna ziarah pada Makam Habib Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi Cikini Jakarta Pusat, adalah sebagai berikut : 1. Situasi Komunikatif Dalam situasi komunikatif pada Makam tersebut tergambar bahwa seluruh rangkaian kegiatan ritual ziarah dilakukan dengan mengadopsi sebuah rangkaian ibadah yang umumnya dilakukan oleh para umat Muslim. Rangkaian kegiatan tersebut adalah : Membaca Suratul Yasin, Tahlil, Membaca Doa, Membaca ayat-ayat suci Alquran Memohon keinginan, Mengambil Air yang ada di situ. 2. Peristiwa Komunikatif Dalam penelitian ini, ritual ziarah makam ditemukan sebagai sebuah upaya untuk : a. Mendekatkan diri kepada Allah b. Mengatasi persoalan-persoalan kehidupan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Mendapatkan keselamatan dan keberkahan dalam hidup 3. Tindak Komunikatif Dari tindak komunikatif yang dilakukan oleh para peziarah ditemukan dalam gaya berpakaian dan penggunaan kata-kata yang didominasi dari istilah-istilah yang datang dari kebudayaan timur tengah yang memang dari sanalah asal mulanya budaya islam berkembang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/