BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanaan di SMP Negeri 2 Ambarawa Kabupaten Semarang. Lokasi penelitian tersebut berada di Jl. Kartini 1A, Telp. ( 0298 ) 591176 Ambarawa 50611. Tabel 4.1 Pembagian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Jenis Kelamin
Kelompok
Kelompok
Total
Eksperimen
Kontrol
Laki –laki
4
5
9
Perempuan
4
3
7
Total
8
8
16
Pada Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa ada 8 siswa yang menjadi kelompok eksperimen yang terdiri dari 4 siswa laki – laki dan 4 siswi perempuan. Sedangkan kelompok kontrol terdapat 8 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki – laki dan 3 siswi perempuan. Tabel 4.2 Perbandingan hasil pretest kelompok kontrol dan eksperimen Kategori
Kelompok
Kelompok kontrol
Total
agresivitas
eksperimen
Sangat tinggi
2
2
4
Tinggi
6
6
12
Total
8
8
16
3(
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebelum kelompok eksperimen diberi layanan konseling kelompok untuk mengurangi frekuensi agresivitas terdapat 6 siswa pada kategori agresivitas tinggi dan 2 siswa pada kategori sangat tinggi. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 6 siswa pada kategori agresivitas tinggi serta 2 siswa berada pada kategori sangat tinggi.
B. Pelaksanaan Penelitian Berikut ini adalah urutan penyajian topik konseling kelompok yang diberikan pada siswa kelas VIII G SMP N 2 Ambarawa : Tabel 4.3 Program Pertemuan Tahap I
II
III
IV
V VI VII
VIII
Hari/ Kegiatan tanggal Sabtu, Konseli mengidentifikasi 4/2/2012 permasalahannya sendiri dan mencatatkan perilaku yang ingin dirubah Sabtu, Konseli mengidentifikasi strategi – 11/2/201 strategi dalam self-management 2 Kamis, Konseli memilih satu atau lebih 16/2/201 strategi yang akan digunakan 2 Kamis, Konseli menyusun langkah – 23/2/201 langkah pelaksanaan strategi yang 2 dipilih Kamis, Konseli mengikuti langkah strategi 1/3/2012 yang dicontohkan konselor. Kamis, Konseli mendemonstrasikan 8/3/2012 startegi yang dipilih. Kamis, Konseli menerangkan tingkatan 15/3/201 perubahan target tingkah laku. 2 Kamis, Konseli menelaah perubahan yang 33
Frekuensi
Metode
1xpertemuan Diskusi (45 menit)
1xpertemuan Diskusi (45 menit) 1xpertemuan Diskusi (45 menit) 1xpertemuan Diskusi (45 menit) 1xpertemuan (45 menit) 1xpertemuan (45 menit) 1xpertemuan (45 menit)
Diskusi Role play Role play Diskusi
1xpertemuan Diskusi
22/3/201 terjadi dan melanjutkan atau 2 merevisi program.
(45 menit)
1. Tes Awal (pre-test) Pre-test dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2011 dengan menyebar kuesioner agresivitas yang terdiri dari 29 item pernyataan. Kuesioner ini dibagikan kepada 16 siswa dan selanjutnya dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 8 siswa sebagai kelompok ekperimen dan 8 siswa sebagai kelompok kontrol. Kemudian kelompok eksperimen akan diberi layanan konseling kelompok dengan teknik self-management. 2. Perlakuan (treatment) Treatment diberikan dengan memberi layanan secara berkelanjutan menggunakan konseling kelompok dengan teknik self-management sesuai dengan jadwal yang disepakati penulis dengan siswa yaitu hari Kamis. Kegiatan eksperimen dilaksanakan 8 kali pertemuan yaitu mulai tanggal 4 Februari 2012 sampai tanggal 22 Maret 2012. Layanan ini dikatakan berhasil apabila siswa menunjukkan antusiasme mengikuti kegiatan dan siswa dapat mengurangi
frekuensi
agresivitas
di
sekolah.
Adapun
proses
atau
tahapanyang dilakukan dengan teknik self-management sebagai berikut : a. Pertemuan I dilaksanakan pada hari Sabtu, 4 Februari 2012 Tujuan
dari
pertemuan
pertama
ini
adalah
siswa
mampu
mengidentifikasi dan mencatat masalah yang ingin dirubah. Dalam melaksanakan layanan konseling kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu : 34
1) Tahap awal Pada tahap ini penulis menyiapkan satlan konseling kelompok, serta lembar penilaian yang akan digunakan. Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa melakukan ice breaking atau permainan agar siswa lebih bersemangat. 2) Tahap pelaksanaan kegiatan Pertemuan pertama diadakan pada tanggal 4 Februari 2012 bertempat di Aula SMP Negeri 2 bersamaan dengan jadwal BK yang ada di sekolah tujuannya untuk memudahkan waktu para siswa bertemu. Penulis melakukan attending kepada siswa untuk mengkondisikan suasana kelompok sehingga mereka siap mengikuti konseling kelompok. Penulis kemudian menjelaskan pengertian, tujuan, asas serta mekanisme pelaksanaan konseling kelompok. Untuk mencairkan suasana penulis mengadakan ice breaking ( permainan ) sebelum memasuki kegiatan inti. Siswa yang awalnya tidak bersemangat mengikuti kegiatan ini menjadi mulai tertarik dan antusias. Memasuki kegiatan inti, penulis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu pemberian informasi mengenai tindakan agresivitas serta diskusi bersama – sama. Penulis memberikan petunjuk kegiatan kepada siswa. Kemudian siswa mulai mendengarkan penjelasan dari penulis. Siswa diminta untuk menceritakan apa yang menjadi masalah dalam sikap agresivitas mereka, setelah semuanya menceritakan satu per satu 35
masalah mereka, lalu siswa diminta mengerjakan lembar kegiatan problem solving yang telah disiapkan penulis. Setelah selesai mengerjakan sesuai petunjuk, penulis mengajak untuk mendiskusikan hasilnya. Masalah yang dominan dihadapi oleh siswa adalah agresif verbal dan kemarahan. Pada proses diskusi masih sedikit pasif karena hanya 4 siswa yang mau bertanya dan beberapa siswa mau mengutarakan pendapatnya sedangkan siswa lain masih malu, diam dan kurang antusias. Kemungkinan siswa masih asing dengan kegiatan konseling kelompok dan belum terlalu terbuka kepada penulis. 3) Tahap evaluasi kegiatan Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu dengan mengobservasi proses konseling kelompok pada pertemuan pertama. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan lembar refleksi yang harus diisi siswa setelah kegiatan bimbingan kelompok berlangsung. Proses konseling kelompok ini secara keseluruhan berjalan lancar tetapi siswa masih belum terbuka dan pasif dalam mengikuti kegiatan. Hal ini disebabkan karena kegiatan ini termasuk kegiatan yang baru bagi siswa dan belum ada rasa terbuka terhadap penulis. Setelah semuanya selesai pertemuan ini, diakhiri dengan berdoa. b. Pertemuan II dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Februari 2012 Tujuan dari pertemuan kedua ini adalah siswa mampu mengidentifikasi strategi self-management. Dalam melaksanakan layanan konseling kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu : 36
1) Tahap awal Pada tahap ini penulis menyiapkan satlan konseling kelompok, serta lembar penilaian yang akan digunakan. Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa melakukan selingan atau permainanan agar siswa lebih bersemangat. 2) Tahap pelaksanaan kegiatan Penulis memberikan penjelasan konseling kelompok mengenai strategi dalam self management yang nantinya akan dipilih oleh siswa. Strategi yang ada dalam self management ada 4 macam yaitu strategi stimulus control, strategi self monitoring, strategi self reward dan strategi self as model. Setelah penulis memberikan penjelasan kepada siswa, penulis meminta kepada siswa untuk mengidentifikasi setiap strategi yang sudah dijelaskan, lalu mengidentifikasi satu per satu agar siswa nantinya memilih stategi sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Jika ada yang tidak mengerti, penulis menyarankan agar siswa bertanya apa yang masih belum dimengerti, kemudian jika semua siswa sudah mengerti dilanjutkan dengan tahap evaluasi terhadap kegiatan pemberian layanan melalui penyampaian materi kegiatan. 3) Tahap evaluasi kegiatan Sebagai evaluasi penulis menyiapkan lembar refleksi diri untuk dijawab secara tertulis oleh siswa. Dari jawaban refleksi dapat disimpulkan bahwa
38
siswa dapat memahami mengenai 4 macam strategi dari self management yang nantinya akan mereka pilih untuk proses treatment atau terapi. Secara keseluruhan proses kegiatan konseling berjalan lancar. Pada pertemuan kedua, siswa sudah mulai terbuka dan aktif dalam menyampaikan pendapat pada sesi diskusi. Siswa sangat antusias dengan adanya permainan. Dari 8 orang siswa hanya ada 2 orang yang merasa masih belum begitu mengerti maksud dari strategi yang telah dijelaskan oleh penulis. Namun setelah mengutarakan dengan pertanyaan, maka 2 siswa tersebut sudah cukup mengerti. Dan kemudian pertemuan ini diakhiri dengan berdoa bersama. c. Pertemuan III dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Februari 2012 Tujuan dari pertemuan ketiga ini adalah siswa mampu memilih strategi yang akan digunakan. Dalam melaksanakan layanan konseling kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu : 1) Tahap awal Pada tahap ini penulis menyiapkan satlan konseling kelompok serta lembar penilaian yang akan digunakan. Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa melakukan permainan agar siswa lebih bersemangat. 2) Tahap pelaksanaan kegiatan Pada tahap ini kegiatan penulis melakukan pembinaan untuk mengkondisikan suasana kelompok supaya siap untuk menerima konseling kelompok. Pembinaan dilakukan dengan memberi salam, menyapa untuk 39
menanyakan kondisi siswa. Penulis memberikan sedikit gambaran mengenai 4 macam strategi yang sudah dijelaskan dalam pertemuan sebelumnya, tujuannya agar siswa mengingat kembali apa yang nantinya akan dipilih oleh siswa. Mereka dibolehkan memilih satu atau dua yang nantinya strategi satu dengan lainnya dikombinasikan. Setelah itu, siswa diminta untuk mengutarakan satu per satu mengenai strategi yang akan dipilihnya dengan mengutarakan alasan mengapa mereka memilih strategi tersebut. 3 siswa memilih strategi self monitoring, 3 siswa memilih strategi stimlus control dikombinasikan dengan self reward dan 2 siswa lainnya mereka memilih self reward. Kemudian setelah selesai semua para siswa menulis diselembar kertas mengenai strategi yang sudah mereka utarakan tadi beserta dengan alasan mereka masing-masing memilih strategi tersebut. Siswa cukup antusias untuk melakukan curah pendapat satu sama lain. Siswa sedikit demi sedikit mulai berani mengutarakan pendapatnya serta memberikan saran kepada siswa lain mengenai masalah sikap agresif. Tetapi masih ada 2 siswa yang pasif dan mau mengutarakan pendapatnya apabila disuruh atau ditunjuk penulis. 3) Tahap evaluasi kegiatan Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu dengan mengobservasi proses konseling kelompok pada pertemuan tiga. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan lembar refleksi yang harus diisi siswa setelah kegiatan konseling kelompok berlangsung.
3:
Proses kegiatan berjalan lancar dan siswa melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan penulis pada awal kegiatan inti. Sebagian besar siswa sudah aktif dalam menceritakan masalahnya serta mengutarakan pendapatnya maupun saran – saran terhadap permasalahan siswa lainnya. Dilihat dari hasil refleksi tertulis, siswa memahami maksud dari pemilihan strategi dari self management serta mengajukan pendapat tanpa disuruh. Setelah semuanya selesai, kemudian ditutup dengan berdoa. d. Pertemuan IV dilaksanakan pada hari Kamis, 23 Februari 2012 Tujuan dari pertemuan keempat ini adalah siswa mampu menyusun langkah – langkah pelaksanaan strategi yang dipilih. Dalam melaksanakan layanan konseling kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu : 1) Tahap awal Untuk melaksanakan kegiatan ini, pertama yang dilakukan penulis adalah memberikan salam, memeriksa situasi dan kondisi kelompok dan lingkungan, memeriksa kehadiran anggota kelompok, menjelaskan tentang konseling kelompok. Kemudian penulis menjelaskan secara singkat kepada siswa tentang maksud, tujuan, waktu pelaksanaan, dan prosedur konseling kelompok
yang
akan
dilakukan,
dan
melakukan
permainan
agar
mengakrabkan suasana dan siswa tidak merasa jenuh dalam mengikuti konseling kelompok.
4<
2) Tahap pelaksanaan kegiatan Dalam tahap ini penulis menjelaskan kepada siswa mengenai petunjuk dalam penulisan langkah-langkah penyusunan strategi yang mereka pilih. Penulis memberikan gambaran dan satu contoh kasus yang berhubungan dengan sikap agresif. Setelah siswa jelas, penulis meminta siswa untuk menyusun langkah-langkah pelaksanaan strategi tersebut sesuai dengan pemilihan strategi yang dipilihnya. 3) Tahap evaluasi kegiatan Setelah selesai penyusunan langkah-langkah pelaksanaan strategi yang dipilih dilanjutkan siswa melakukan pengisian lembar refleksi diri untuk mengetahui sejauh mana layanan diberikan penulis kepada siswa, hasil yang didapat bahwa kegiatan ini direspon dengan baik oleh para siswa atau anggota kelompok. Hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa siswa dapat menyusun dan menerapkan langkah-langkah pelaksanaan strategi yang dipilih. Walaupun hanaya ada 1 siswa saja yang kelihatan masih bingung dalam penyusunan langkah pelaksanaan stategi yang ia pilih, namun dengan bimbingan dan arahan dari penulis, akhirnya ia mengerti. Kemudian, setelah pertemuan berakhir, diakhiri dengan berdoa bersama. e. Pertemuan V dilaksanakan pada hari Kamis, 1 Maret 2012 Tujuan dari pertemuan kelima ini adalah siswa mampu mengikuti langkah – langkah strategi yang dicontohkan konselor. Dalam melaksanakan layanan konseling kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu : 4,
1) Tahap awal Kegiatan ini pertama penulis mengucapkan salam, memeriksa situasi dan kondisi siswa dan lingkungan, memeriksa kehadiran siswa dan menjelaskan tentang kegiatan. Penulis memberikan penjelasan secara singkat kepada siswa tentang maksud, tujuan, dan prosedur konseling kelompok serta kegiatan yang akan dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan permainan serta kesiapan siswa dalam mengikuti konseling kelompok. 2) Tahap pelaksanaan kegiatan Setelah menentukan waktu dan tempat, serta menyiapkan bahan atau materi maka penulis melakukan tahap pelaksanaan kegiatan. Pada tahap ini kegiatan penulis melakukan role play atau mencontohkan kepada siswa mengenai sikap yang harus dilakukan sesuai dengan langkah-langkah strategi yang sudah mereka pilih dan disusun dengan meminta bantuan dari salah satu siswa sebagai contoh untuk mempraktekkan sikap yang berhubungan dengan agresif, sedangkan siswa lainnya memperhatikan dan menerapkan sikap yang sudah dicontohkan tersebut, sesuai dengan langkah pelaksanaan yang sudah mereka tulis dipertemuan sebelumnya, tujuannya agar siswa mempunyai sedikit gambaran tentang hal yang harus mereka lakukan dikehidupan nyata. 3) Tahap evaluasi kegiatan Sebagai evaluasi penulis menyiapkan lembar refleksi diri untuk dijawab secara tertulis oleh siswa. Dari jawaban refleksi tertulis dapat disimpulkan bahwa siswa dapat memahami apa yang sudah diberikan oleh penulis dipertemuan ini. Siswa sangat antusias dan aktif, terbukti 7 orang siswa tanya 4(
jawab mengenai langkah dan sikap yang harus mereka lakukan nantinya, didalam kehidupan nyata. Hanya 1 orang siswa saja yang terlihat agak diam, apabila tidak ditanya dahulu, karena siswa tersebut memang sedikit pendiam. Setelah selasai, pertemuan ini ditutup dengan doa bersama. f. Pertemuan VI dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Maret 2012 Tujuan
dari
pertemuan
keenam
ini
adalah
siswa
mampu
mendemonstrasikan strategi yang dipilih. Dalam melaksanakan layanan konseling kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu : 1) Tahap awal Pada tahap ini penulis menyiapkan satlan konseling kelompok, serta lembar penilaian yang akan digunakan. Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa melakukan selingan dengan peermainan agar siswa lebih bersemangat. 2) Tahap pelaksanaan kegiatan Setelah menentukan waktu dan tempat, serta menyiapkan bahan atau materi maka penulis melakukan tahap pelaksanaan kegiatan. Pada tahap ini kegiatan
penulis
meminta
siswa
untuk
berpasangan
untuk
mendemonstrasikan sikap atau strategi yang mereka pilih didepan temanteman lainnya secara bergantian agar siswa lebih memahami dan menerapkan sikap tersebut apabila sewaktu-waktu terjadi dalam kehidupan nyata mereka. Setelah semua selesai, kemudian dilanjutkan dengan tahap evaluasi. 43
3) Tahap evaluasi kegiatan Sebagai evaluasi penulis mengadakan evaluasi proses yaitu dengan mengobservasi proses konseling kelompok pada pertemuan enam. Kemudian penulis mengevaluasi hasil kegiatan dengan lembar refleksi yang harus diisi siswa setelah kegiatan bimbingan kelompok berlangsung. Dari jawaban refleksi tertulis dapat disimpulkan bahwa siswa dapat mendemonstarsikan apa yang sudah mereka tulis dan rencanakan sesuai dengan langkah dari beberapa strategi self management. Secara keseluruhan, 8 siswa mengikuti kegiatan dengan aktif serta paham mengenai mendemonstarasikan strategi yang mereka pilih, dan tujuannya mengapa mereka harus melakukan hal tersebut. Kemudian setelah selesai penulis mengucapkan terimakasih atas kehadiran siswa mengikuti konseling kelompok dan ditutup dengan doa. g. Pertemuan VII dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Maret 2012 Tujuan dari pertemuan ketujuh ini adalah siswa mampu menerangkan tingkatan perubahan target tingkah laku. Dalam melaksanakan layanan konseling kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu : 1) Tahap awal Pada tahap ini penulis menyiapkan satlan konseling kelompok, skenario kegiatan serta materi yang akan digunakan. Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa melakukan ice breaking agar siswa lebih bersemangat. 44
2) Tahap pelaksanaan kegiatan Pada tahap ini kegiatan penulis meminta para siswa untuk menerangkan satu per satu kepada penulis dan teman lainnya mengenai tingkatan perubahan yang sudah mereka alami selama ini, adakah perubahan yang signifikan dengan pemakaian strategi yang telah mereka pilih sendiri atau masih sama seperti semula sebelum adanya treatment. Selain itu juga penulis meminta kepada siswa untuk mengutarakan keluh kesah
atau kesulitan
mereka dalam menjalankan strategi yang mereka pilih. 3) Tahap evaluasi kegiatan Sebagai evaluasi penulis menyiapkan lembar refleksi diri untuk dijawab secara tertulis oleh siswa. Dari jawaban refleksi tertulis dapat disimpulkan bahwa siswa dapat memahami sikap yang harus mereka ambil, mengenai masalah agresif mereka masing-masing sesuai dengan langkah-langkah mereka rencanakan sebelumnya. Proses konseling kelompok pada pertemuan ketujuh ini berjalan lancar sesuai dengan rencana skenario kegiatan serta satlan. 8 Siswa mengikuti kegiatan ini dengan antusias dan aktif dalam proses diskusinya. Setelah semuanya selesai, pertemuan ini diakhiri dengan berdoa. h. Pertemuan VIII dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Maret 2012 Tujuan dari pertemuan kedelapan ini adalah siswa mampu menelaah perubahan yang terjadi dan melanjutkan atau merevisi program. Dalam melaksanakan layanan konseling kelompok terdapat langkah-langkah yang digunakan penulis yaitu : 45
1) Tahap awal Pada tahap ini penulis menyiapkan satlan konseling ielompok, serta lembar penilaian yang akan digunakan. Pertemuan ini diawali dengan pembinaan rapport serta attending untuk mengkondisikan suasana kelompok siap mengikuti kegiatan ini. Sebelum memasuki kegiatan inti, penulis mengajak siswa melakukan ice breaking agar siswa lebih bersemangat. 2) Tahap pelaksanaan kegiatan Pada tahap ini kegiatan penulis meminta kepada siswa untuk menerapkan semua sikap atau perubahan yang sudah terjadi terhadap mereka untuk melanjutkan perubahan sikap itu secara terus menerus dalam kehidupan nyata mereka, apabila startegi yang mereka pilih tersebut dirasa kurang sesuai atau perlu revisi, siswa diharapkan untuk mengutarakan dan merevisi sesuai dengan perubahan startegi yang mereka inginkan. Siswa yang melanjutkan strategi yang mereka pilih ada 7 orang, sedangkan 1 siswa memilih untuk mengkombinasikan strategi yang sudah ia pilih dengan menambahkan 1 strategi lagi ungtuk dikombinasikan dengan startegi sebelumnya, yaitu strategi self reward dengan strategi self monitoring. 3) Tahap evaluasi kegiatan Sebagai evaluasi penulis menyiapkan lembar refleksi diri untuk dijawab secara tertulis oleh siswa. Dari jawaban refleksi tertulis dapat disimpulkan bahwa 8 siswa yang menjadi anggota konseling kelompok mampu menelaah perubahan yang telah terjadi dan melanjutkan ataupun merevisi langkah dari strategi yang mereka pilih. 46
Proses konseling kelompok pada pertemuan terakhir ini berjalan lancar sesuai dengan rencana skenario kegiatan serta satlan. Siswa mengikuti kegiatan ini dengan antusias dan aktif dalam proses diskusinya. Hal ini terbukti dengan adanya sikap lebih terbuka satu sama lain serta siswa sudah bisa saling menghargai dan menghormati antar teman. Setelah selesai, diakhiri dengan doa dan perpisahan. Tabel 4.4 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Konseling Kelompok Tahap I
II
III
Hari/ tanggal Sabtu, 4/2/2012
Kegiatan
Konseli mengidentifikasi permasalahannya sendiri dan mencatatkan perilaku yang ingin dirubah Sabtu, Konseli 11/2/2012 mengidentifikasi strategi –strategi dalam selfmanagement
Metode Diskusi
Diskusi
Kamis, Konseli memilih Diskusi 16/2/2012 satu atau lebih strategi yang akan digunakan
48
Hasil Proses konseling kelompok ini secara keseluruh-an berjalan lancar tetapi siswa masih belum terbuka dan pasif dalam mengikuti kegiatan siswa sudah mulai terbuka dan aktif dalam sesi diskusi. Dari 8 siswa hanya ada 2 orang yang merasa masih belum begitu mengerti maksud dari strategi yang telah dijelaskan. 6 siswa sudah aktif dalam menceritakan masalahnya serta mengutarakan pendapatnya maupun saran – saran terhadap permasalahan siswa lainnya. Dilihat dari hasil refleksi tertulis, siswa memahami maksud dari pemilihan strategi dari
IV
Kamis, Konseli Diskusi 23/2/2012 menyusun langkah – langkah pelaksanaan strategi yang dipilih
V
Kamis, 1/3/2012
Konseli mengikuti langkah strategi yang dicontohkan konselor.
Diskusi Role play
VI
Kamis, 8/3/2012
Konseli mendemonstrasik an startegi yang dipilih.
Role play
VII
Kamis, Konseli 15/3/2012 menerangkan tingkatan perubahan target
Diskusi
49
self management serta mengajukan pendapat tanpa disuruh. Siswa dapat menyusun dan menerapkan langkah -langkah pelaksanaan strategi yang dipilih. Walaupun hanya ada 1 siswa saja yang kelihatan masih bingung dalam penyusunan langkah pelaksanaan stategi yang dipilih, namun dengan bimbingan dan arahan dari penulis, akhirnya bisa mengerti. Siswa sangat antusias dan aktif, terbukti 7 orang siswa tanya jawab mengenai langkah dan sikap yang harus dilakukan dalam kehidupan nyata. Hanya 1 orang siswa saja yang terlihat agak diam, apabila tidak ditanya dahulu, karena siswa tersebut memang sedikit pendiam. 8 siswa mengikuti kegiatan dengan aktif serta paham mengenai mendemonstarasikan strategi yang dipilih, dan tujuannya mengapa harus melakukan hal tersebut. 8 Siswa mengikuti kegiatan ini dengan antusias dan aktif dalam proses diskusinya
VIII
tingkah laku. Kamis, Konseli menelaah Diskusi 22/3/2012 perubahan yang terjadi dan melanjutkan atau merevisi program.
Siswa mengikuti kegiatan ini dengan antusias dan aktif dalam proses diskusinya. Hal ini terbukti dengan adanya sikap lebih terbuka satu sama lain serta siswa sudah bisa saling menghargai dan menghormati antar teman
3. Tes Akhir (posttest) Post test dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2012 kepada 16 siswa kelas VIII G SMP N 2 Ambarawa. Pada kegiatan ini, penulis membagikan kuesioner agresivitas yang berjumlah 29 item. Penulis kemudian mengolah hasil instrumen yang telah diisi siswa kemudian diolah menggunakan teknik analisis Mann Whitney.
C. Analisis Data Setelah memberikan post test, penulis kemudian mengolah instrumen tersebut dan memperoleh data sebagai berikut:
4:
Tabel 4.5 Perbandingan hasil pre test dan post test kelompok eksperimen Kategori
Pre tes
Pos tes
Sangat tinggi
2
-
Tinggi
6
4
Sedang
-
3
Rendah
-
1
8
8
agresivitas
Total
Sebelum diadakan konseling kelompok terdapat 2 siswa pada kategori frekuensi agresivitas sangat tinggi dan 2 siswa pada kategori tinggi. Setelah dilakukan layanan konseling kelompok kemudian diadakan post test yang hasilnya menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat 1 siswa berada pada kategori frekuensi agresivitas rendah, 3 siswa pada kategori sedang, dan 4 siswa berada pada kategori tinggi. Tabel 4.6 Mean post test kelompok eksperimen dan kontrol Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Eksperimen
10.2500
8
2.81577
.99553
Kontrol
14.0000
8
2.82843
1.00000
Tabel di atas menjelaskan adanya perbedaan rerata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rerata post test sikap agresivitas kelompok eksperimen adalah 10,25. Sedang rerata post test sikap agresivitas kelompok kontrol adalah 14,00. 5<
Tabel 4.7 Mean pre test dan post test kelompok eksperimen Paired Samples Statistics Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pretest
13.5000
8
2.20389
.77919
Posttest
10.2500
8
2.81577
.99553
Pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa adanya perbedaan rerata antara pretest dan posttest kelompok eksperimen. Rerata pretest kelompok eksperimen sebelum diberi layanan sebesar 13,50. Rerata posttest kelompok eksperimen setelah diberikan layanan konseling kelompok self-management menjadi 10,25. Setelah seluruh data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik analisis Mann Whitney (U- test) dengan bantuan program SPSS for window release 17.0. Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.8 Uji Mann Whitney (U – test) pretest dan posttest kelompok eksperimen
Ranks test agrsvitas
N
Mean Rank
Sum of Ranks
pretest
8
11.00
88.00
posttest
8
6.00
48.00
Total
16
5,
b
Test Statistics
agrsvitas Mann-Whitney U
12.000
Wilcoxon W
48.000
Z
-2.116
Asymp. Sig. (2-tailed)
.034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
a
.038
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: test
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dengan teknik Mann Whitney nampak bahwa p = 0,034 < 0,050 dan nilai Z = -2,116 yang berarti ada perbedaan mean antara pre test dan post test kelompok eksperimen. Mean rank pada pre test adalah 11,00 sedangkan mean rank pada post test adalah 6,00. Ada penurunan mean rank kelompok eksperimen sebesar 5,00, sehingga ada pengurangan yang signifikan kelompok eksperimen dalam hal agresivitas.
Tabel 4.9 Uji Mann Whitney (U – test) post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Ranks Klmpk agresivts
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Eksperimen
8
5.88
47.00
Kontrol
8
11.13
89.00
Total
16
5(
b
Test Statistics
agresivts Mann-Whitney U
11.000
Wilcoxon W
47.000
Z
-2.217
Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.027 a
.028
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: klmpk
Pada pengolahan hasil uji statistik terhadap hasil post test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan teknik Mann Whitney nampak bahwa
p = 0,027 < 0,050 dan Z = -2,217 yang artinya mean
kelompok eksperimen lebih kecil daripada mean kelompok kontrol. Mean rank post test kelompok eksperimen adalah 5,88 dan mean rank post test kelompok kontrol adalah 11,13. Selisih mean rank post test antara kelompok eksperimen dan kontrol sebesar 5,25, sehingga ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang mendapatkan layanan konseling kelompok self management dengan kelompok kontrol yang tidak diberi layanan.
D. Uji Hipotesis Dari penjelasan di atas diperoleh hasil penelitian yaitu nilai Asymp.Sign.2tailed sebesar 0,034<0,050 dan nilai Z = -2,116 yang artinya ada perbedaan mean antara pre test dan post test kelompok eksperimen. Ada penurunan mean rank kelompok eksperimen sebesar 5,00, sehingga ada pengurangan yang signifikan kelompok eksperimen dalam hal agresivitas. 53
. Dari uji Mann Whitney posttest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh hasil yaitu nilai Asymp.Sign.2-tailed sebesar 0,027<0,050 dan Z = -2,217 yang artinya mean kelompok eksperimen lebih kecil daripada mean kelompok kontrol. Maka ada perbedaan yang signifikan antara kelompok yang diberi layanan dengan kelompok yang tidak diberi layanan konseling kelompok self-management siswa kelas VIII G SMP N 2 Ambarawa Kabupaten Semarang. Dengan demikian hipotesis yang diajukan penulis yang menyatakan bahwa “ Layanan Konseling Kelompok dengan Teknik Self-Management secara efektif dapat mengurangi agresivitas siswa kelas VIII G SMP N 2 Ambarawa.” diterima.
E. Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis bahwa ada perbedaan agresivitas yang signifikan antara kelompok eksperimen sebelum diberi layanan dan sesudah diberi layanan konseling kelompok. Hal ini ditunjukkan dengan p = 0,034 < 0,050 dan nilai Z = -2,116 dengan selisih mean rank sebesar 5,00, maka ada penurunan tindakan agresivitas setelah diberi layanan. Konseling kelompok dinyatakan berhasil karena terlihat ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan p = 0,027 < 0,050 dengan Z = -2,217 dan selisih mean rank sebesar 5,25. Hasil penelitian yang dilakukan penulis senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kursin (2005) yang menyatakan bahwa layanan konseling kelompok sangat efektif untuk mengurangi perilaku agresif siswa. Siswa yang 54
mendapatkan layanan konseling kelompok mampu menurunkan agresif fisik yang pada mulanya tinggi menjadi kategori rendah, sedangkan agresif verbal menurun dari kategori tinggi menjadi kategori rendah. Konseling kelompok secara signifikan dapat menurunkan tindakan agresivitas. Hal ini dapat dikarenakan dalam proses konseling kelompok ada dinamika kelompok antar anggota kelompok. Dinamika kelompok yang baik apabila dikembangkan dan dimanfaatkan secara efektif maka dapat mencapai tujuan yang diinginkan (Prayitno,1999). Dalam pembentukan dinamika kelompok diperlukan adanya saling pengertian dan hormat menghormati antar anggota kelompok. Maka hal ini mampu menumbuhkan rasa respect satu sama lain. Apabila sikap tersebut dikembangkan
maka
dalam
hubungan
sosialnya,
siswa
akan
mampu
mengendalikan emosi serta mampu mereduksi tindakan agresivitas kepada orang lain. Cara yang dipakai untuk mengurangi tindakan agresivitas salah satunya dengan self-management. Teknik ini merupakan suatu proses di mana konseli mengarahkan perubahan tingkah laku sendiri, dengan menggunakan satu strategi atau kombinasi strategi (Cormier & Nurius, 2003). Dengan menggunakan selfmanagement, siswa mampu mengubah perilaku agresivitas tanpa paksaan dari orang lain melainkan dari keinginan diri sendiri. Self-management akan menjadi efektif apabila dalam pelaksanaannya perlu adanya kombinasi beberapa strategi yang dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan kondisi dan perilaku agresif yang ingin dikurangi. Selain itu pelaksaan teknik ini 55
dilakukan secara konsisten dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan dalam penelitian ini penulis dengan siswa telah menyepakati pelaksanaannya selama 2 bulan. Untuk mengetahui keberhasilan teknik self-management, siswa harus mencatat perkembangan, melakukan evaluasi, serta membentuk tujuan kegiatan dengan standar keberhasilan disesuaikan dengan kemampuan, realistic, dan terjangkau. Adanya dukungan dari lingkungan sangat mempengaruhi berhasil tidaknya teknik tersebut untuk mengurangi agresivitas. Yang paling utama adalah adanya penguatan dari dalam diri sendiri untuk mau berubah. Self-management merupakan salah satu teknik dari konseling kelompok behavioral. Penggunaan teknik self-management mampu membantu mengurangi tindakan agresivitas siswa. Hal ini seperti penelitian yang dilakukan oleh Laila Indriyati (2007) yang menyatakan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral secara signifikan dapat mengurangi perilaku agresif pada siswa. Konseling kelompok behavioral lebih terfokus pada pengubahan perilaku covert yang maladaptif. Adanya keefektifan konseling kelompok dengan teknik self management dalam mengurangi agresivitas pada siswa kelas VIII G SMP N 2 di AMBARAWA didukung oleh layanan yang mampu membangun kondisi yang memungkinkan siswa lebih nyaman dan akrab sehingga membuat siswa lebih terbuka dalam penyampaian masalah yang dihadapi dan siswa menjadi antusias dalam engikuti layanan konseling kelompok ini, serta kesadaran dari setiap siswa dalam keinginan untukn merubah sikap atau perilau agresivitas.
56
Adanya tahapan pengubahan perilaku yang sistematis membuat pendekatan ini mudah dilakukan untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan. Adanya asesmen yang jelas sebelum
pelaksanaan akan mempermudah penulis
mengentahui perilaku mana yang akan dirubah. Perumusan tujuan yang jelas menurut pendekatan behavioral akan membuat efektif layanan ini.
58