BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Desa Huta Moputi adalah salah satu desa yang termasuk dalam wilayah provinsi Gorontalo, adapun luas wilayah keseluruhan desa Huta Moputi ini adalah 3.196 Km2 . Luas wilayah yang dimiliki oleh daerah tersebut merupakan salah satu modal utama dan faktor pendukung dalam pengembangan pembangunan dari wilayah tersebut. Wilayah yang lus serta di dukung oleh kondisi tanah yang subur menjadi faktor penentu dalam peningkatan produksi sektor pertanian yang pada umumnya. Adapun batas- batas wilayah desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan desa Karya Baru, desa Padengo, dan desa Karangetan
Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Mananggu, dan Kec. Paguat
Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popaya
Sebelah Barat berbatasan dengan desa Popaya. Desa ini dapat di tempuh dengan jarak 3 jam dari kota Gorontalo dengan
kendaraan bermotor, sedangkan menggunakan mobil dapat di tempuh dengan jarak 4 jam.
4.1.2
Demografi Keadaan penduduk suatu wilayah merupakan salah satu keuntungan yang
dimiliki wilayah tersebut , jika penduduk tersebut memiliki kualitas yang baik. Penduduk suatu wilayah merupakan sumber daya
yang dapat berpengaruh
terhadap perkembangan pembangunan suatu wilayah. Oleh karena itu maka peningkatan kualitas penduduk suatu wilayah sangat penting dilakukan melalui peningkatan pendidikan maupun pengetahuan serta keterampilannya. Adapun pada aspek kependudukan, masyarakat desa Huta Moputi kebanyakan merupakan masyarakat yang homogen yakni suku Gorontalo. Luas wilayah keseluruhan desa Huta Moputi adalah 3.196 Km2 yang di bagi dalam 3 dusun. Yakni dapat dilihat tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan berdasarkan Dusun di Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo. Jumlah ( Jiwa ) No Nama Dusun Perempuan Laki-Laki 1. Saripi 303 335 2. Dulamayo 172 149 3. Bubalango 183 165 658 649 Jumlah keseluruhan 1.307 jiwa Sumber : kantor desa Huta Moputi Kec. Dengilo
Jumlah KK 168 90 120 378
Terlihat dari Tabel di atas bahwa sebagian dari masyarakat desa Huta Moputi baik dilihat dari segi dusun yang terbanyak masyarakatnya adalah perempuan yakni berjumlah 658 jiwa dengan presentase 50.34 % untuk penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 649 jiwa atau dengan presentase 49.65% dari jumlah penduduk keseluruhan 1.307 jiwa.
Struktur umur penduduk di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Oleh karena itu, jika angka kelahiran di suatu daerah sangat tinggi maka akan mengakibatkan daerah tersebut tergolong sebagai daerah yang berpenduduk usia muda.1 Keadaan struktur penduduk di desa Huta Moputi berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Huta Moputi Kec. Dengilo Kab. Pohuwato. Kelompok Umur (tahun) 0 – 4 5 – 9 10 - 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 Jumlah Total
Laki-laki (L)
Perempuan (P)
Jumlah (L+P)
56 59 68 78 75 83 47 41 45 33 29 14 12 9
76 68 65 56 78 84 55 34 43 34 29 10 13 13
132 127 133 134 153 167 102 75 88 67 58 24 25 22
649
658
1.307 Sumber : Kantor Desa Huta Moputi Kec. Dengilo Kab. Pohuwato tahun 2013.
Dapat dilihat pada Tabel di atas menunjukan bahwa pada tahun 2013 jumlah penduduk desa Huta Moputi yang masih tergolong usia muda 1
Muhamad Alkausar, “keterancaman ritual mappandesasi dalam masyarakat nelayan etnik mandar kelurahan Bungkutoko Sulawesi Tenggara”, Tesis, program paska sarjana, universitas Udaya Denpasar 2011.
persentasinya adalah 40,24 % atau sekitar 526 jiwa yang berumur dibawah 20 tahun. Sedangkan yang yang tergolong dalam usia non produktif (usia 0-14 tahun dan usia 60 tahun ke atas) lebih kecil yakni 33% atau 439 jiwa, bila dibandingkan dengan kategori usia produktif (usia 15-59 tahun) berjumlah 66,41% atau 868 jiwa. Apabila ditinjau dari besarnya jumlah penduduk desa Huta Moputi berdasarkan jenis kelamin, ternyata jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki. Perempuan berjumlah 658 jiwa atau 50,34% sedangkan laki-laki berjumlah 649 jiwa atau 49,65%.
4.1.2.1 Pekerjaan Dalam hal tenaga kerja, masyarakat desa Huta Moputi tidak mengalami kesulitan karena jumlah penduduknya yang tergolong dalam usia non produktif (usia 0-14 tahun dan usia 60 tahun ke atas) lebih kecil yakni 33% atau 439 jiwa, bila dibandingkan dengan kategori usia produktif (usia 15-59 tahun) berjumlah 66,41% atau 868 jiwa. Melihat kenyataan tersebut berada pada usia produktif. Hal ini merupakan salah satu modal utama yang dimiliki oleh daerah tersebut dalam pembangunan daerah. Dalam peningkatan pembangunan suatu daerah di tentukan oleh berbagai faktor salah satunya pekerjaan yang di geluti oleh masyarakat tersebut, dilihat dari pekerjaan masyarakat desa Huta Moputi, secara umum sumber mata pencaharian utama masyarakat desa Huta Moputi adalah bertani. Selain bertani beberapa orang berprofesi sebagai pedagang, penambang emas, supir, wiraswasta, URT, menjadi
tukang (membuat rumah/lemari kayu/ menjahit) sebagai pekerjaan sambilan untuk memperoleh penghasilan tambahan dan sebagian kecil bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Komposisi mata pencaharian penduduk di desa Huta Moputi dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di desa Huta Moputi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mata Pencaharian Jumlah ( jiwa ) Pegawai Negeri 7 Pedagang 23 Tukang 15 Penambang Emas 124 Petani 343 Supir 13 Wiraswasta 8 URT 221 Jumlah 754 Sumber : Kantor Desa Huta Moputi tahun 2013 Dilihat dari tabel 3 , maka mata pencaharian masyarakat desa Huta Moputi kebanyakan sebagai petani yang dipresentasikan berjumlah 49,46% atau 343 jiwa, sedangkan yang bekerja sebagai URT adalah urutan ke dua pekerjaan yang banyak mereka geluti yakni dengan jumlah 221 jiwa atau dengan presentasi 29. 31% dan yang sedikitnya berprofesi sebagai wiraswasta dengan presentasi 1,07% atau 8 jiwa.
4.1.2.2 Pendidikan Dalam upaya peningkatan pembangunan daerah maka salah satu faktor yang penting di samping pekerjaan yang digeluti oleh masyarakatnya terdapat pula faktor
pendidikan,
yang mana ditunjang oleh ketersediaan sarana
pendidikan
yang sesuai dengan keadaan
penduduk setempat. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia sangat dibutuhkan dalam masa pembangunan. Maka salah satu cara untuk mewujudkan
hal tersebut diperlukan
adanya
kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai perhatian utama yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Adapun sarana pendidikan
yang terdapat di desa Huta Moputi Kecamatan
Dengilo yakni tersedianya sekolah tingkat TK sampai tingkat SD. Selanjutnya dilihat dari segi pendidikan masyarakat desa Huta Moputi yang terbanyak adalah tidak sekolah dan tidak tamat sekolah dasar (SD), seperti pada tabel di bawah ini : Tabel 4. Pendidikan Masyarakat desa Huta Moputi No. 1. 2. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pendidikan
Laki-laki (L) 56 25 133 54 34 12 1 2 316
Perempuan Jumlah (P) 76 132 27 52 145 278 57 111 40 74 9 21 2 3 3 5 315 631
Belum Sekolah TK SD SMP SMA MAHASISWA D3 S1 Tidak Sekolah dan tidak tamat sekolah Jumlah Total 633 674 Sumber : Kantor Desa Huta Moputi tahun 2013
1.307
Terlihat pada tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang terbanyak adalah pada tingkat Tidak Sekolah dan tidak tamat sekolah dasar, lakilaki berjumlah 316 dan perempuan 315 dengan jumlah keseluruhan 631 orang dengan presentasi 48.27%. Sedangkan pada tingkat pendidikan S1 laki-laki
berjumlah 2 orang dan perempuan berjumlah 3 orang sehingganya yang memiliki pendidikan tinggi hanyalah berjumlah 5 orang, atau dapat dipresentasikan berjumlah 0.38%. Dan dapat dilihat pula dari kalangan perempuan, yang banyak pada tingkat pendidikannya yang rendah. Sehingga banyak dari mereka yang tergolong kaum ibu bergelut di dalam rumah saja (URT).
4.1.2.3 Agama Sebagai upaya dalam peningkatan keimanan dan ketakwaan serta kehidupan keagamaan masyarat, serta untuk memperlancar pelaksanaan ibadah masyarakat , maka ketersediaan sarana peribadatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan. Sarana peribadatan merupakan hal yang sangat dibutuhkan . Sarana peribadatan yang terdapat disuatu daerah menunjukkan agama yang di anut oleh masyarakat tersebut. Adapun ketersediaan sarana peribadatan di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo dapat dilihat pada tabel 5. Tabel. 5. Ketersediaan Sarana Peribadatan yang terdapat di desa Huta Moputi No Sarana Peribadatan Jumlah (Unit) 1. Mesjid 2 2. Gereja 1 Jumlah 3 Sumber: Kantor Desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Pada tabel 5 , terlihat bahwa jenis sarana peribadatan yang terdapat di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo yaitu terdiri atas mesjid berjumlah 2 unit dan Gereja berjumlah 1 unit . Hali ini disebabkan
karena sebagian besar
penduduk atau masyarakat di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo adalah pemeluk agama islam. Sedangkan dilihat dari segi agama/kepercayaan Penduduk desa Huta Moputi dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini. Tabel 6. Agama/Kepercayaan Penduduk desa Huta Moputi No. Agama Jumlah (orang) 1. Islam 1300 2. Kristen 7 Jumlah total 1.307 Sumber : kantor desa Huta Moputi tahun 2013 Terlihat pada tabel di atas, penduduk desa Huta Moputi Kec. Dengilo Kab. Pohuwato sekitar 99% masyarakatnya beragama islam atau dengan jumlah 1300 jiwa yang memeluk agama islam dari 1307 jumlah penduduk secara keseluruhan, lainnya menganut agama Kristen.
4.1.3
Fenomena Gosip Kaum Ibu di Desa Huta Moputi Dalam penelitian ini, fenomena gosip bisa diartikan sebagai, suatu
kebiasaan bercerita yang di lakukan oleh setiap orang ketika berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya dan hal ini biasanya dinamakan dengan pergaulan, dalam bergaul ada perasaan sedih/bahagia, marah/sabar, dan bisa mengontrol emosi. Peranan percakapan inilah yang sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas pergaulan. Percakapan antarmanusia ini akan produktif jika bertujuan untuk hal-hal yang positif, seperti belajar, berdakwah, bisnis dan lainnya. Tidak produktif jika tanpa tujuan yang jelas, seperti ngobrol tanpa arah, dan bergosip.
Bergosip dalam masyarakat Gorontalo disebut dengan “Karlota” yang artinya membicarakan pribadi orang lain, begitupun sama halnya dengan masyarakat yang ada di desa Huta Moputi. Hal ini hanya merupakan perbedaan pada penyebutanya saja, yang pada intinya membicarakan pribadi orang lain, baik itu bersifat positif maupun negatif. Tetapi dalam penelitian ini, penyebutanya dijabarkan secara umum yakni Gosip. Dalam kalangan masyarakat di desa Huta Moputi khususnya kaum ibu, secara struktur sosial, Pada umumnya struktur sosial di pedesaan ini adalah struktur sosial yang bersifat sederhana karena dilihat dari mata pencahariannya yang mayoritas sama atau seragam, aktivitas pedesaannya yang hanya terbatas pada persoalan bagaimana cara mempertahankan hidup dan mencapai kebutuhannya. Dari hasil observasi dilapangan, mayoritas penduduk desa Huta Moputi bermata pencaharian sebagai petani, adapun kaum ibunya sekitar 29% bekerja di dalam rumah (URT). Karena banyak dari pada kaum ibu yang bergelut di dalam rumah, kegiatan atau pun aktivitasnya sehari-hari hanya disekitaran itu saja . Oleh karena itu tidak mengherankan ketika disela-sela aktivitas mereka, ada kegiatan lain yang dilakukan, yakni bergosip. Dari segi pendidikan masyarakat desa Huta Moputi terbanyak yang tergolong pada tingkat tidak lulus sekolah dasar dan tidak sekolah. Dan hal inipun kaum perempuan berjumlah 315 jiwa, selisi 1 dengan laki-laki atau berjumlah 316 jiwa. Dalam kajian ini, peneliti akan membahas mengenai Fenomena Gosip Kaum Ibu di Desa Huta Moputi. Dimana dalam teorinya, Gosip menurut Foster merupakan pertukaran informasi (bisa positif maupun negatif) terhadap pihak
ketiga yang tak hadir dari kejadian pertukaran informasi tadi. Tentunya dengan definisi tadi perlu dipertegas dengan tiga hal utama yang membedakanya, yaitu (1) pihak yang dibicarakan tidak hadir dalam percakapan yang sedang berlangsung ; (2) isi dari komunikasi tersebut utamanya adalah evaluasi atau penilaian terhadap orang atau pihak yang dibicarakan, baik itu bersifat negatif maupun positif ; dan (3) pentingnya faktor situasional dalam percakapan. 2 Adapun temuan dari pada fenomena gosip kaum ibu di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato yakni terkait mengenai gosip yang menurut Foster pihak yang dibicarakan tidak hadir dalam percakapan yang sedang berlangsung, peneliti menemukan pada saat observasi, terhadap kegiatan kaum ibu khususnya ibu-ibu rumah tangga yang ada di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato. Terlihat dalam kegiatan mereka sehari-hari, mereka sering berinteraksi atau bercerita dengan orang lain terlebih dengan sesamanya (kaum ibu), yang pada umumnya masyarakat lainpun sering melakukannya, walaupun dalam pembicaraan mereka awali dengan bentuk sapaan, namun pada akhirnya mereka membicarakan orang lain, yang kemudian tadinya hanya beberapa orang saja yang ikut dalam pembicaraan, selang berapa menit kemudian sudah bertambah menjadi tiga dan seterusnya.3 Hal ini berdasarkan penuturan dari ibu JL mengenai kebiasaan bercerita dalam kehidupan sehari-hari. “ …ia, jaba bacirita dengan orang-orang tantu, kalau tidak ba cerita baru bagaimana…”4 2
Eko Meinarno, Op.cit., hal. 80 Observasi tanggal 15 maret 2013 hari sabtu pukul 09.30 Wita 4 Wawancara dengan ibu JL tanggal 20 maret 2013 pukul 11.30 Wita 3
Maksud perkataan dari ibu JL “ ia, sering bercerita dengan orang tentunya, jika tidak bercerita lalu bagaimana….” Isi dari gosip atau biasanya dikenal dengan kata “karlota” ini pun beragam, karena pada dasarnya gosip merupakan heterogen fenomena dalam isi, bentuk, dan fungsi, ini dapat diwujudkan secara berbeda seluruh rentang kehidupan. Oleh sebab itu tema yang banyak di ceritakan oleh masyarakat setempat biasanya mengenai perselingkuhan, keluarga, sesekali mengenai perekonomian mereka maupun orang lain. Seperti yang dikatakan oleh ibu SN (28 Thn) saat di wawancarai : “…yang biasa di cerita, paling-paling mengenai keluarga…apalagi mengenai anak. Kalau mengenai orang lain bo sadiki…”5 Maksud perkataan dari ibu SN “ yang sering diceritrakan biasanya mengenai keluarga, khususnya mengenai anak. Hanya Sedikit mengenai orang lain. Hal ini menunjukan bahwa interaksi dalam masyarakat pada umumnya adalah salah satu hal yang utama, akan tetapi kebiasaan bercerita inilah yang kebanyakan mengarah kepada hal-hal yang kurang menyenangkan contohnya saja gosip yang awal mulanya terbentuk dari kebiasaan seseorang yang sering membicarakan orang lain. Walaupun dalam isi gosip tersebut tidak semuanya mengarah kepada hal-hal yang negatif, akan tetapi kebanyakan gosip yang beredar dalam masyarakat di desa Huta moputi lebih banyak mengarah pada hal-hal yang negatif. 5
Wawancara dengan ibu SN tanggal 21 Maret pukul 10.00 Wita
Berdasarkan wawancara dengan ibu SR (46 thn) terhadap kebiasaan kaum ibu yang berada di sekitar rumahnya, seakan mempertegas fenomena gosip pada kaum ibu di desa Huta Moputi, dalam isi wawancara tersebut dengan ibu SR, ia menuturkan bahwa ; “… yang biasanya dorang cerita, mengenai orang pe apa……macam orang mo dapa bili kursi ke..yang mo dapa bili yang di dalam rumah, baru dorang cerita dia itu dapa bili ini amm..bagitu yang dorang mo karlota…”6
Maksud dari perkataannya ibu SR ; “ yang biasanya mereka ceritakan seperti ini, jika salah seorang yang mampu membeli perabotan rumah tangga, itu akan menjadi topik atau bahan untuk diceritakan kepada orang lain.” Sebagian besar manusia suka berbicara dengan orang lain, yang biasa dinamakan dengan “ngobrol”. Karena kita ketahui bersama bahwa interaksi merupakan syarat utama terbentuknya sebuah masyarakat. Dari hasil wawancara di atas menunnjukkan bahwa kebiasaan bercerita merupakan proses interaksi antara seseorang dengan orang lain dan hal ini sudah merupakan keharusan dalam proses bermasyarakat, namun dengan kebiasaan bercerita ini, berbagai macam yang terjadi , baik disadari maupun tidak. Salah satunya yakni membicarakan pribadi orang lain. Pada awalnya, gosip terbentuk dikarenakan rasa keingintahuan seseorang terhadap hal-hal yang dianggap menarik baginya, Rasa ingin tahu ini pulalah yang berbuah teori dan penemuan-penemuan di dunia ini. Semua penemuan yang ada saat ini, tidak akan ada kalau manusia tidak dikaruniai anugrah tersebut. Oleh karena itu gosip dalam masyarakat sudah dianggap wajar6
Wawancara dengan ibu SR pada tanggal 20 maret 2013 hari rabu pukul 08.30 Wita
wajar saja. Gosip pun bagi individu bisa berfungsi sebagai hiburan, pengisi waktu, hingga kompensasi atas ketidakpuasan pribadi. Karena itulah banyak orang menyukainya. Tapi, tak jarang gosip terkadang disebarkan untuk tujuan jahat. Seperti yang telah dikemukakan oleh ibu TN (35 thn) mengenai adanya orangorang yang bergosip di desa Huta Moputi, dalam isi wawancara ini ia menuturkan bahwa ; “ banyak yang jaga bakarlota di sini ini, cuman jaga lia-lia kasana”7 Maksud dari pernyataan ibu TN: “ banyak yang sering bergosip di desa ini, hanya saja saya tidak menanggapinya” Kaum ibu lainnya menyatakan bahwa, gosip dapat mereka gunakan sebagai alat untuk menjatuhkan orang lain yang tidak mereka sukai, dalam hal ini dapat dikaitkan dengan isi dari gosip menurut Foster, komunikasi tersebut utamanya adalah evaluasi atau penilaian terhadap orang atau pihak yang dibicarakan, baik itu bersifat negatif maupun positif, hal ini sesuai wawancara dengan ibu LS (46 thn) ia menuturkan ; “kalau orang yang bacuri itu, saya rasa perlu diberitahukan kepada yang lain, karna orang bagitu sudah melakukan pelanggaran”.8
Maksud dari pernyataan ibu LS ; “ jika seseorang yang mencuri, saya fikir perlu diberitahukan kepada yang lainnya, dikarenakan orang yang seperti orang yang sudah melakukan pelanggaran”
7 8
Wawancara dengan ibu TN tanggal 21 maret 2013 pukul. 15.30 Wita Wawancara dengan ibu LS tanggal 20 Maret 2013 hari Rabu pukul 10.00 Wita
Pernyataan salah satu kaum ibu ini mengindikasikan bahwa gosip digunakan untuk “serangan” terhadap orang yang di pandang bertentangan dengan norma. Gosip juga dapat dilihat sebagai suatu proses interaksi yang bisa merekatkan hubungan antar satu dan lainnya, dalam hal ini bisa berbagi cerita dengan yang lainnya. Kedua cuplikan di atas dari kaum ibu, menegaskan bahwa gosip memang bisa membangun citra positif maupun negatif. Citra diri yang buruk akan membuat dirinya sulit bergerak di dalam masyarakatnya. Berdasarkan hasil observasi bertempat di sungai, peneliti melihat ada 2 orang ibu-ibu yang sedang mencuci pakaian, di mana tadinya kaum ibu ini kegiatannya hanya sekedar mencuci, tetapi tidak berselang lamanya sudah bertambah menjadi 3 orang, dan kemudian dalam kegiatan mereka terdengar membicarakan perilaku orang lain yakni keluarga mereka sendiri.
9
Hal ini
berdasarkan wawancara dengan ibu SR (46 Thn) selaku orang yang memiliki rumah berdekatan dengan sungai, sebagai mana yang ia ungkapkan dalam wawancara ; “ bakumpul dorang, apalagi yang bacuci di sungai so di situ itu dorang bakarlota akan….” 10 Maksud dari pernyataan ibu SR ; “ berkumpul mereka, apalagi yang sedang memcuci di sungai, sudah di situlah mereka bergosip.”
Gosip umumnya muncul dari kelompok lain kepada kelompok lainnya, begitupun dari individu satu terhadap individu lainnya. Menurut Foster mengenai 9
Observasi tanggal 16 maret 2013 pada pukul 11.00 Wita Ibu SR, Op.cit
10
gosip, pentingnya faktor situasional dalam percakapan. Sehingga tempatpun menjadi salah satu yang menjadi pertimbangan dalam bergosip. 4.1.4 Gosip kaum ibu dapat merubah hubungan sosial mereka dalam masyarakat di desa Huta Moputih Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur atau tatanan di dalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Hal inipun terjadi pada masyarakat di desa Huta Moputi, tersebarnya gosip dalam masyarakat menjadikan sikap ataupun pola pikir mereka tentang seseorang yang digosipkan berubah. Perubahan tersebut bisa positif maupun negatif, sesuai isi dari gosip itu sendiri. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa gosip terkait dengan kehidupan sosial. Sehingganya gosip menjadi salah satu alternatif yang sering dianggap oleh sebagian kaum perempuan terutama kaum ibu yang berada di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo ini sebagai salah satu kegiatan pengisi waktu, hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan ibu NN (45 Thn) ia menuturkan : “ sifat yang bagitu itu…orang yang tidak ada pekerjaan jadi bo Cuma bakumpul-kumpul orang pe cerita, da jadi itu orang bawa-bawa ka rumah-rumah ke atau kalau mo pigi di kios mo ba beli mo bakarlot di kios….”11 Maksud dari pernyataan ibu NN : “sifat yang begitu adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan, sehingga mengumpulkan cerita tentang orang lain, sehingganya cerita itu ketika didengar oleh orang lain maka, mereka memberitahukan lagi ke rumahrumah atau ketika membeli sesuatu di warung, mereka menceritakannya lagi di tempat tersebut”. 11
Wawancara dengan ibu NN tanggal 21 maret 2013 hari kamis pukul 16.10 Wita
Dapat di simpulkan bahwa ketika ada yang membicarakan keburukan atau pribadi orang lain mereka itulah ciri-ciri orang yang kurang memiliki pekerjaan, sehingga mencari-cari kegiatan tersendiri untuk mengisi waktu luang mereka. Pernyataan dari salah satu kaum ibu ini mengindikasikan bahwa gosip dilakukan untuk mencari kesibukan tersendiri sekaligus membuat kaum ibu mudah akrab dengan temannya, walaupun dengan orang yang baru saja dikenalinya. Ketika tidak ada topik yang ingin dibicarakan, bergosip merupakan pilihan yang tepat bagi mereka. Pembicaraan mengenai orang lain takkan pernah ada habisnya, sehingga gosip membantu pembicaraan terus mengalir. Ungkapan informan ibu NN di atas menunjukan bahwa fenomena gosip ini, sudah menjadi kebiasaan tersendiri bagi kaum ibu di desa Huta Moputi. Sebagian lainnya juga menyatakan bahwa pernah ada di desa Huta Moputi dikarenakan adanya gosip, menyebabkan kedua keluarga menjadi bertengkar, sehingga diproses di kantor desa dan kepolisian, terungkap sebuah pernyataan dari ibu SR ( 46 Thn) pada saat wawancara seakan mempertegas hal tersebut ; “ ada ini terjadi di dengilo ini ee…kebetulan suami istri, istri ini ada turun dirumah baru…..depe paitua tanya..eeeee kenapa so dari turun dirumah? Baruu….tidak ada depe jawaban akhirnya karna dia turun laki-laki juga turun, baru ada orang menampung, dia bilang eee….ngana pe maitua itu so turun bagitu lebe olo ngana ee..turun. baru tinggal pa kita pe rumah, katanya bagitu ada dengar-dengar itu, baru...dia ada tampung kasian, ini depee..maitua orang so depe keluarga so ini kamari baru depe keluarga bilang pulang saja karumah nou kinapa so bajalanbajalan bagini, baru ehh dia s pulang ka rumah. Akhirnya ini laki-laki ee.. dorang tampung yang suami istri baru serta dorang ada karlota dorang bilang so kawin… ini laki-laki, aa… marontak ini parampuan, ada marontak parampuan baru eyii…dia pigi kamari ini yang ba tampung padia ini depe suami ini baru sampe..baku bawa di ini..di kantor desa,
disitu tidak boleh dorang mo ini dorang pe suara so talalu, pokoknya sobaaa….ini..apa…so basinggung macam-macam pokoknya so kasarkasar dorang bicara..baruueee kita pe laki kinapa tidak mo kasi turun kamari dirumah mala kamu Cuma ada sambunyi bagini-bagini, ii…. Jadi parampuan kase depe istri ada lapor di kantor polisi ini yang ada ba tampung ini ee..depe suami baru baku bawa sampe di kantor polisi. Baru disitu bo dorang polisi so pigi amankan kamari, yang mana itu yang menampung itu yang salah kata, kinapa tidak kase turun kata, karna ini eee…yang suami istri ini yang salah kinapa jaga tampung-tampung, bagitu depe cerita.”12 Maksud dari pernyataan ibu SR : “Pernah terjadi di Dengilo suatu kasus mengenai suami istri. Ketika itu ada salah satu kaum ibu yang mengetahui permasalahan diantara suami istri yang sedang bertikai dan hal tersebut ia sampaikan kepada suaminya maupun tetangganya bahwa suami dari pada istri yang sedang bertikai ini, sudah menikah lagi, sehingganya tersebarlah gosip tersebut yang tentunya keadaan itu tidak pernah terjadi, hanyalah sebuah perkiraan atau gosip semata. Dan hal inipun sempat diproses oleh kepala desa dan kepolisian, dikarenakan oleh gosip salah satu kaum ibu yang ada di desa Huta Moputi tersebut.” Isi dari pada gosip seperti ini hanyalah membuat hubungan sosial seseorang dalam masyarakat menjadi renggang dalam artian keadaan yang tadinya harmonis antara satu dengan lainnya menjadi buruk ketika menggosipkan orang lain terlebih mengenai pribadi ataupun masalah keluarga orang tersebut. Apa pun bisa menjadi gosip. Bahkan, mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk bergosip. Cerita kecil dan sederhana ini bisa mereka gosipkan melebar ke manamana.
4.2 Pembahasan Sebagian besar manusia suka berbicara dengan orang lain, yang biasa dinamakan dengan „ngobrol‟. Obrolan yang dibicarakan pun beragam. Untuk pria, 12
Wawancara dengan ibu Sira pada tanggal 20 maret 2013
mereka biasanya membicarakan tentang politik, pekerjaan, olahraga, musik dan bahan menarik lainnya. Untuk perempuan sedikit berbeda, mereka lebih berbicara mengenai hubungannya dengan orang lain, masalah cinta, pasangannya ataupun mengenai orang yang tidak mereka sukai. Obrolan perempuan tersebut biasa dinamakan dengan „bergosip‟.13 Perempuan memiliki kecenderungan untuk berbicara banyak saat bergosip dan seringkali mereka begitu bersemangat ketika membicarakan tentang keburukan orang lain, namun hal tersebut hanyalah perempuan tertentu saja yang melakukannya. Tidak semua dari perempuan yang melakukan gosip dalam berinterksi dengan orang lain.14 Meski tahu bergosip itu bukan kebiasaan yang tidak baik, tapi hanya sedikit orang yang dengan sadar menghindarinya. Begitu mendengar gosip, mereka langsung penasaran ingin tahu lebih dalam walau topik yang digosipkan adalah masalah pribadi orang lain. Meski ada banyak kategori pembicaraan dengan orang lain, mulai dari salam, penjelasan, berbohong atau menceritakan rahasia, namun yang paling disukai orang atau kaum ibu yang ada di desa Huta Moputih ini adalah membicarakan orang lain. Bahkan, meski pembicaraan mereka awali dengan topik tentang cuaca, pada akhirnya mereka akan membicarakan orang lain. Gosip menjadi fenomena saat ini di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, dikarenakan gosip saat ini menjadi suatu kebiasaan bercerita pada umumnya kaum ibu, hal ini terlihat pada saat mereka sedang
13
Oktomagazine.com, selalu ada waktu untuk bergosip. [online] www.http///selalu.ada.waktu.untuk.gosip-oktomagazine.com diakses tgl. 5/5/2013 pukul 08.29 Wita 14 Ibid.
berkumpul dengan sesamanya, walaupun pertemuan ini di dasari dengan keinginan mereka untuk menyapa orang lain dan mencari kesibukan sendiri di setiap sela-sela waktunya. Percakapan antarmanusia ini merupakan kajian sosiologis, dikarenakan gosip yang beredar dalam masyarakat khususnya, di Desa Huta Moputi pada dasarnya merupakan hasil dari interaksi sosial di mana dalam interaksi sosial terdapat proses sosial. Proses sosial ini merupakan hubungan timbal balik antara bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui interaksi antar individu masyarakat. Sehingganya gosip merupakan kajian dari pada sosiologi itu sendiri. Terlepas dari gosip itu sebagai hasil dari proses sosial dalam masyarakat, implementasi dari gosip itu sendiri bisa berdampak positif maupun negatif, sesuai dari isi gosip tersebut. Sehingganya menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Perkembangan dan perubahan di dalam masyarakat terjadi oleh karena masyarakat saling mengadakan hubungan (inter aksi). Dilihat pada struktur sosial masyarakat ini, pada umumnya struktur sosialnya bersifat sederhana karena dilihat dari mata pencahariannya yang mayoritas hampir sama atau seragam, yakni sebagai petani. Karena mayoritasnya adalah petani maka struktur sosial di desa Huta Moputi banyak dipengaruhi oleh kegiatan atau aktivitas sehari-hari adalah bertani. Aktivitas pedesaannya yang hanya terbatas pada persoalan bagaimana cara mempertahankan hidup dan mencapai kebutuhannya. Sedangkan dari kaum ibunya terbanyak bekerja dirumah saja. Sehingganya aktivitas mereka hanya terdapat dalam ruang lingkup itu saja.
Maka tidak mengherankan jika dalam aktivitas mereka terdapat kegiatan bergosip dengan teman, maupun tetangga sekitar. Tempat
dimana
dilakukannya
gosip
menjadi
pertimbangan
bagi
sipenggosip, hal ini pun terjadi pada kaum ibu yang ada di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo, di mana dalam hal ini, kebiasaan bergosip banyak di lakukan di sungai, warung, rumah, dan sebagainya. Hal ini dapat diindikasikan bahwa tempat dan suasana yang nyaman serta adanya teman untuk berbagi cerita, merupakan salah satu pertimbangan bagi kaum ibu untuk melakukan aktifitas gosip. Gosip digunakan sebagai media informasi yang terkait dengan kebutuhan setiap individu ataupun kaum ibu yang ada di desa Huta Moputi, tujuannya adalah untuk mengetahui peta sosial yang ada disekelilingnya sehingga kebiasaan ini dapat mereka lakukan baik dalam ruang lingkup sedang bekerja maupun tidak. Dan isi dari gosip yang dilakukan oleh kaum ibu salah satunya mengenai kebiasaan seseorang yang mencuri, ketika diketahui oleh masyarakat sekitar bahwa ada yang melakukan pencurian, maka hal tersebut menurut salah satu kaum ibu yang pada saat di wawancara ia mengatakan bahwa orang yang seperti itulah adalah orang yang sudah melakukan pelanggaran sehingganya hal tersebut patut untuk di ceritakan kepada
orang lainnya. Dengan demikian adanya gosip,
individu maupun kelompok yang bertingkah laku tidak sesuai dengan aturan sosial akan dibicarakan kepada orang lain. Penekanannya pada ketidak patuhan orang tadi pada norma, sehingga orang yang mendengar gosip ini berfikir untuk mengikuti aturan yang berlaku dari pada digosipkan.
Tersebarnya
gosip
dapat
memberikan
perubahan
tersendiri
bagi
sipenggosip dengan yang digosipkan, baik dalam hubungan sosialnya di masyarakat atau dengan individu itu sendiri. Fenomena gosip kaum ibu di desa Huta Moputi Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato, secara signifikan memberikan dampak pada hubungan sosialnya dalam masyarakat, hubungan yang dimaksud adalah gosip dari pada kaum ibu itu sendiri ketika tersebar dalam masyarakat. Maka, tentunya kondisi maupun keadaan yang tadinya harmonis atau stabil dalam artian tidak ada masalah, ketika tersebarnya gosip oleh salah seorang atau kaum ibu kepada ibu-ibu lainnya maka, keadaan atau kondisi tadi menjadi berubah. Mengapa demikian karena tersebarnya gosip tadi menyebabkan seseorang dari yang digosipkan menjadi malu, merasa terasing, dan bahkan susah untuk berkomunikasi lagi dengan sesamanya atau dalam masyarakat tersebut. Gosip bagi individu memang bisa berfungsi sebagai hiburan, pengisi waktu, hingga kompensasi atas ketidakpuasan pribadi. Karena itulah banyak orang menyukainya. Tapi, tak jarang gosip terkadang disebarkan untuk tujuan jahat. Penyebaran gosip akan disebut sukses jika orang yang digosipkan menjadi resah, malu, nama baiknya cemar, bahkan karakter bagusnya bisa dirusak. Jahatnya lagi, sambil menyebarkan gosip, biasanya penggosip sembari menepuk dada, menonjolkan apa yang dianggap kelebihannya. Sayangnya, tanpa sadar terkadang banyak orang yang tergiring ikut menjahati orang lain yang belum tentu seburuk yang digosipkan. Dalam pergaulan sehari-hari, fenomena gosip memang kadang sulit kita hindari. Baik peran kita sebagai penggosip, pendengar gosip, atau objek yang
digosipkan. Gosip telah menjadi menu harian masyarakat. Bahkan, kini kebiasaan buruk itu bukan saja terjadi di desa Huta Moputi saja, tetapi sudah mengharu-biru di industri dunia hiburan.