36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Obyek Penelitian Pada variabel penelitian ini terdapat variabel dummy sehingga dalam mengolah data menggunakan analisis regresi logistik yaitu dengan menggunakan uji kualitas data dan uji hipotesis. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melaporkan laporan keuangannya berturut-turut selama 2009-2015. Dalam penelitian ini terdapat 97 perusahaan yang dipilih dengan metode purposive sampling. Proses pemilihan sampel tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Proses pemilihan sampel Uraian Perusahaan yang konsisten tergabung dalam JII dalam satu tahun selama tahun 2011-2015 Perusahaan yang menggunakan mata uang Dollar Data yang terkena outlier Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian
Jumlah 125 (23) (5) 97
Berdasarkan tabel 4.1 terdapat 97 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel. Sampel diperoleh dengan cara mendownload laporan tahunan yang telah di audit pada website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data yang dikumpulkan meliputi logaritma natural total aset
37
untuk mengukur ukuran perusahaan, ROA (return on asset) untuk mengukur profitabilitas, PBV (price book value) untuk mengukur nilai perusahaan dan CV∆I, CV∆S untuk mengukur perataan laba. Penelitian ini menggunakan periode selama 5 tahun, yakni 2011-2015. B. Uji Kualitas Data 1. Uji statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) selama 5 tahun yaitu periode 2011 sampai dengan 2015. Selama 5 tahun tersebut terdapat 125 perusahaan dan dilakukan purposive sampling yang menghasilkan 97 perusahaan dijadikan sampel. Hasil statistik deskriptif mengenai variabel independen ukuran perusahaan, profitabilitas, nilai perusahaan dan variabel dependen perataan laba dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Var TASET ROA PBV IS
N 97 97 97 97
Minimum 2986270148 -0.013 0.206 0
Maximum 245435000000 0.267 13.469 1
Mean 38323063824.60 0.10524 3.19861 0.57
Std. Deviasi 49937332677.983 0.62724 1.974421 0.498
Sumber: Hasil Analisis Data
Tabel 4.2 statistik deskriptif diatas menunjukkan jumlah sampel penelitian adalah 97 perusahaan yang diperoleh nilai minimum dari ukuran perusahaan adalah Rp. 2986270148 yaitu oleh PT Siloam International Hospitals Tbk tahun 2015. Sedangkan nilai maksimumnya sebesar Rp.
38
245435000000 yaitu oleh PT Astra International Tbk tahun 2015. Kemudian terdapat
rata-rata
total
aset
dari
perusahaan
sampel
adalah
Rp.
38323063824.60 dengan standar deviasi Rp. 49937332677.983. Profitabilitas perusahaan pada perusahaan yang dijadikan sampel memiliki nilai minimum sejumlah -0.013 atau sebesar -1.3% yaitu PT XL Axiata Tbk tahun 2014. Angka tersebut menunjukkan bahwa PT XL Axiata Tbk mengalami kerugian pada tahun 2014 sehingga memiliki ROA negatif. Sedangkan nilai maksimum profitabilitas adalah sejumlah 0.267 atau sebesar 26.7% yaitu oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk tahun 2011. Angka tersebut menunjukkan bahwa setiap total aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan maka akan menghasilkan 26.7% laba bersih dari total aktiva tersebut. Adapun rata-rata ROA dalam perusahaan yaitu sebesar 0.10524 atau 10.524% dengan standar deviasinya adalah 0.62724 atau sebesar 62.724%. Nilai perusahaan pada penelitian ini memiliki nilai minimum 0.206 atau sebesar 20.6% yaitu oleh PT XL Axiata Tbk tahun 2013. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan pasar terhadap prospek perusahaan hanya 20.6%, yang artinya pasar belum mempercayai prospek perusahaan yang baik dimasa mendatang. Sedangkan nilai maksimumnya adalah 13.469 atau sebesar 1346.9% yaitu oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepercayan pasar terhadap perusahaan adalah sangat tinggi sebesar 1346.9%, yang artinya pasar percaya bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang sangat baik di masa
39
mendatang. Adapun rata-rata dari nilai perusahaan adalah sebesar 3.19861 atau 319.861% dengan standar deviasi 1.974421 atau 197.4421%. Perataan laba pada penelitian ini adalah variabel dummy sehingga angka 1 menunjukkan adanya praktik perataan laba dan angka 0 menunjukkan bahwa perusahaan tersebut tidak melakukan perataan laba. Perataan laba pada penelitian ini terdapat 55 perusahaan yang melakukan perataan laba dan 42 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) 1. Analisis regresi logistik Teknik yang digunakan dalam pengujian penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresis logistik. Pengujian dengan regresi logistik ini untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yakni ukuran perusahaan, profitabilitas dan nilai perusahaan terhadap variabel dependen yaitu perataan laba. Dalam regresi logistik tidak memasukkan uji asumsi klasik karena data tidak harus berdistribusi normal. Dalam penelitian ini terdapat 3 uji, yakni: a. Menilai kelayakan model regresi (Goodness of fit test) Menilai kelayakan model regresi dilakukan dengan melihat nilai Chi-square pada tabel Hosmer and Lemeshow Test. Model dikatakan dapat memprediksi nilai yang diamati dengan baik dan dapat dikatakan model sesuai dengan data yang diamati apabila nilai Chi-square bernilai > 0.05.
40
Tabel 4.3 Goodness of Fit Test Chi-square
Sig.
7.931
0.440
Sumber: Data Hasil Analisis
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa besarnya nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit sebesar 7.931 dengan signifikansi 0.440 > alpha 0.05. Artinya bahwa data sesuai dengan model, tidak terdapat perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit dan layak untuk dilakukan analisis berikutnya. b. Menilai keseluruhan model (Overall model fit) Menilai keseluruhan model fit dilakukan dengan melihat nilai -2 Log Likelihood (-2LL) yaitu dilakukan dengan cara membandingkan nilai -2 Log Likelihood pada Block Number sama dengan 0 dengan -2 Log Likelihood pada Block Number sama dengan 1. Apabila nilai -2 Log likelihood pada Block Number 0 lebih besar daripada nilai -2 Log likelihood block number sama dengan 1 merupakan model regresi yang baik. Tabel 4.4 Overall Model Fit Test 2 Log Likelihood Block Number = 0 Block Number = 1 Sumber: Hasil Analisis Data
Nilai 132.723 121.967
41
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa terjadi penurunan nilai 2 Log likelihood. -2LL block number = 0 memiliki nilai sebesar 132.723, sedangkan untuk –2LL block number = 1 memiliki nilai sebesar 121.967 yang menunjukkan adanya penurunan nilai. Dengan adanya penurunan nilai likelihood ini dapat dikatakan bahwa model fit dengan data. c. Menilai ketepatan klasifikasi regresi (Overall classification table) Pengujian ini digunakan untuk menentukan kebenaran prediksi perusahaan yang melakukan perataan laba dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Menilai ketepatan regresi dapat dilihat pada tabel overall classification table. Dalam penelitian ini perusahaan yang melakukan perataan laba terdapat 55 perusahaan dan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba terdapat 42 perusahaan. Oleh karena itu dilakukan uji overall classification untuk menilai ketepatan klasifikasi regresi. Tabel 4.5 Klasifikasi
Bukan Perataan Laba 20 13
Bukan Perataan Laba Perataan Laba Persentase Sumber: Hasil Analisis Data
Prediksi Perataan Laba 22 42
Persentase 47.6 76.4 63.9
Pada tabel 4.5 menunjukkan tingkat prediksi secara keseluruhan pada variabel dependen adalah sebesar 63.9%. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa dari 42 perusahaan yang tidak melakukan perataan laba terdapat 20 perusahaan yang diprediksi tidak melakukan perataan laba dan 22
42
perusahaan diprediksi melakukan perataan laba dengan tingkat presentasi kebenarannya adalah 47.6%. Sedangkan dari 55 perusahaan yang melakukan perataan laba terdapat 13 perusahaan yang diprediksi tidak melakukan perataan laba dan 42 perusahaan di prediksi melakukan perataan laba dengan tingkat presentase kebenarannya yaitu 76.4%. d.
Uji hipotesis secara parsial Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk melihat pengaruh
koefisien regresi parsial pada masing-masing variabel bebasnya. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikannya pada tabel variables in the equation. Hasil regresi logistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Table 4.6 Uji hipotesis Parsial Variabel B LOGTA -0,504 ROA -4.834 PBV -0.237 Konstanta 13.565 Sumber: Hasil Analisis Data
Sig. 0.042 0.209 0.109
1) Pengujian Hipotesis Pertama. Variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan logaritma total aset memiliki nilai koefisien negatif yang dapat dilihat dalam tabel 4.6 sebesar 0.504 dengan nilai signifikannya yaitu sebesar 0.042 < alpha 0.05. Hal ini mengandung arti bahwa H1 diterima. Dengan demikian, ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba.
43
2) Pengujian Hipotesis Kedua. Variabel profitabilitas yang diukur dengan ROA memiliki nilai koefisien regresi negatif yang dapat dilihat pada tabel 4.6 sebesar -4.834 dengan nilai signifikannya yaitu sebesar 0.209 > alpha 0.05. Hal ini memiliki artian bahwa H2 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. 3) Pengujian Hipotesis Ketiga Variabel nilai perusahaan yang diukur dengan PBV memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0.237 dengan nilai signifikannya adalah 0.109 > alpha 0.05. Hal ini mengandung arti bahwa H3 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba.
D. Pembahasan (Interpretasi) 1. Pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap
kemungkinan
perusahaan
melakukan perataan laba Berdasarkan hasil regresi logistik dengan menggunakan binary logistik menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini dapat dilihat pada uji koefisien regresi logistik dimana tingkat signifikansi sebesar 0.042 lebih kecil dari alpha 0.05 (5%) dan koefisien regresi bernilai negatif yaitu -0.504. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini
44
diterima. Hal ini disebabkan karena semakin besar perusahaan maka semakin kecil manajer dalam melakukan perataan laba dengan alasan perusahaan besar lebih bisa menjaga kinerjanya agar tetap stabil sehingga tidak mendorong manajer dalam melakukan perataan laba. Hasil penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Kharisma dan Agustina (2015) dengan menggunakan sampel perusahaan yang tergabung dalam JII periode 2011-2013 bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap perataan laba. Semakin besar perusahaan maka semakin kecil perusahaan melakukan perataan laba dan sesuai dengan konsep Agency Theory dimana dalam teori ini menyebutkan bahwa setiap individu memiliki kepentingannya masing-masing yang akan menimbulkan konflik kepentingan, sehingga terdapat keyakinan pada manajer bahwa investor tidak akan memperhatikan tindakan-tindakan manajer. Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gayatri dan Wirakusuma (2012) dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2011 yang mengatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar cenderung melakukan perataan laba. 2. Pengaruh profitabilitas terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba Berdasarkan hasil regresi logistik dengan menggunakan binary logistik menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan tidak memiliki
45
pengaruh signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini dapat dilihat pada uji koefisien regresi logistik dimana tingkat signifikansi sebesar 0.209 lebih besar dari alpha 0.05 (5%) dan koefisien bernilai negatif yaitu -4.834. Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki profit tinggi bukan berarti perusahaan tersebut melakukan perataan laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang memiliki profit tinggi dapat melakukan pengeluaran biaya sesuai dengan kemampuannya tanpa harus melakukan perataan laba untuk menurunkan pengeluaran biaya, misalnya pajak. Selain itu, praktik perataan laba juga dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut sehingga manajer akan menghindari melakukan perataan laba untuk mempertahankan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Adiningsih dan Asyik (2014) dengan sampel perusahaan food and beverages yang mengatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan profitabilitas tinggi berarti perusahaan tersebut dapat dikatakan efisien dan perusahaan dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dari laba yang diperoleh sehingga manajer tidak tertarik melakukan perataan laba. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan peneliti terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan Ramanuja dan Mertha (2015) dengan sampel perusahaan
manufaktur
tahun
2009-2012
yang
mengatakan
bahwa
46
profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan karena profitabilitas yang tinggi mendorong manajer melakukan perataan laba karena investor akan menilai baik perusahaan yang memiliki profitabilitas stabil. Dengan adanya penilaian baik oleh investor terhadap perusahaan, saham yang dikeluarkan perusahaan tersebut laku di pasar modal sehingga dapat menguntungkan perusahaan. Hasil penelitian lain yang bertentangan dengan penelitian ini yaitu dilakukan oleh Pratiwi dan Handayani (2014) dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mengatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap perataan laba karena perusahaan dengan profitabilitas yang rendah cenderung melakukan perataan laba. Fluktuasi lebih banyak terjadi pada pelaporan laba yang mempunyai kemungkinan lebih besar pada perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang kecil. 3. Pengaruh nilai perusahaan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba Dari hasil regresi logistik dengan menggunakan binary logistik menunjukkan bahwa nilai perusahaan memiliki nilai koefisien regresi negatif namun tidak signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan perataan laba. Hal ini dapat dilihat pada uji koefisien regresi logistik dimana tingkat signifikansi sebesar 0.109 lebih besar dari alpha 0.05 (5%). Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak. Pengujian tersebut menandakan bahwa nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
47
terhadap perataan laba. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki nilai yang tinggi maupun perusahaan yang memiliki nilai yang rendah tidak mempengaruhi manajer dalam melakukan perataan laba. Hal ini dikarenakan manajer memiliki keyakinan bahwa saat ini banyak investor yang memiliki modal kecil sehingga cenderung akan memilih nilai perusahaan yang kecil, namun investor yang bermodal besar juga masih banyak ditemukan yang cenderung memilih nilai perusahaan tinggi. Sehingga manajer tidak akan tertarik melakukan perataan laba karena besar kecilnya nilai perusahaan investor tetap akan berinvestasi sesuai dengan kemampuannya. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyawati (2013) dengan sampel perusahaan manufaktur tahun 20092011 yang mengatakan bahwa nilai perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap perataan laba karena perusahaan yang memiliki nilai yang tinggi menunjukkan adanya kinerja yang baik oleh manajemen sehingga mereka tidak tertarik untuk melakukan perataan laba. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayudi dan Daud (2013) dengan mengambil sampel perusahaan manufaktur tahun 2008-2011 yang mengatakan bahwa nilai perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap perataan laba. Hal ini disebabkan karena sebelum investor melakukan investasi, calon investor akan melihat nilai perusahaan sebagai pertimbangan keputusannya oleh karena itu manajer melakukan perataan laba.
48