57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Visi Dan Misi Dinas Pemadam kebakaran dan penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta adalah unsur pelaksana pemerintah daerah yang diberikan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas – tugas penanganan masalah kebakaran. Dibentuknya Organisasi Dinas Pemadam Kebakaran ini merupakan perwujudan tanggung jawab Pemda dalam rangka memberikan perlindungan kepada warganya dari ancaman bahaya kebakaran dan bencana lainnya. Dalam mewujudkan rasa aman serta memberikan perlindungan kepada warga kota tersebut, Dinas Pemadam Kebakaran, sesuai dalam Perda Nomor 9 tahun 2003, tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Prov DKI Jakarta, mempunyai 3 tugas pokok, yakni :
Pencegahan Kebakaran
Pemadaman Kebakaran; dan
Penyelamatan Jiwa dari ancaman kebakaran dan bencana lain Untuk lebih mengenali tentang sosok atau profil Dinas Pemadam
Kebakaran Prov DKI Jakarta, berikut ini informasi tentang hal- hal yang berkaitan dengan Organisasi ini:
58
Sejarah singkat Dinas Pemadam Kebakaran Menurut
buku
"DARI
BRANDWEER
BATAVIA
KE
DINAS
KEBAKARAN DKI JAKARTA" urusan pemadam kebakaran di kotajakarta mulai diorganisir pada tahun 1873 oleh pemerintah Hindia Belanda. Urusan pemadaman kebakaran ini secara hukum dibentuk oleh resident op batavia melalui ketentuan yang disebut sebagai: "Reglement op de Brandweer in de Afdeeling stad Vorsteden Van Batavia". Suatu kejadian penting yang patut dicatat adalah terjadinya kebakaran besar di kampung Kramat-Kwitang. Kebakaran tersebut tak dapat teratasi oleh pemerintah kota pada saat itu. Peristiwa itu mendorong pemerintah atau Gemeente of de Brandweer, pada tanggal 25 Januari 1915 mengeluarakn "Reglement of de Brandweer (Peraturan tentang Pemadam Kebakaran); namun tak lama kemudian, yakni pada tanggal 4 oktober 1917, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yakni melalui ketentuan yang disebut staadsblad 1917 No. 602" Hal penting yang perlu dicatat dari kententuan ini adalah pembagian urusan pemadam kebakaran, yakni menjadi Pemadam Kebakaran Sipil dan Pemadam Kebakaran Militer.Suatu Kejadian penting yang patut selalu diingat adalah peristiwa diberikannya suatu tanda penghargaan kepada Brandweer Batavia oleh mereka yang mengatasnamakan kelompok orang betawi.Tanda penghargaan tersebut diberikan dalam bentuk "Prasasti" pada tanggal 1 maret 1929.Tanda penghargaan tersebut diberikan masyarakat betawi pada waktu itu adalah sebagai wujud rasa terimakasih mereka atas darma bakti para petugas pemadam kebakaran. Tanda prasasti tersebut sampai sekarang masih tersimpan
59
baik di kantor Dinas Pemadam Kebakaran. Beikut ini salinan tulisan selengkapnya prasasti tersebut: TANDA PERINGATAN BRANDWEER BATAVIA 1919-1929 Dimasa jang soeda- soeda Bajaja api djarang tertega Habis terbakar langgar dan roema Tidak memilih tinggi dan renda Sepoeloeh tahoen sampai sekarang Semendjak Brandweer datang menentang Bajaja api moedah terlarang mendjadikan kami berhati girang tanda girang dan terima kassi kami semoea orang Betawi menghoedjoekan pada hari jang ini tanda peringatan boekan seperti Betawi, 1 Maret 1929 Dari bunyi prasasti diatas, terutama pada pencantuman angka 1919-1929 dan menunjuk pada paragraf kedua, pada baris pertama dan kedua dianggap sebagai bukti otentik, maka kemudian tanggal 1 maret 1919 ditetapkan sebagai tahun berdirinya organisasi Pemadam Kebakaran DKI Jakarta. Bukti diatas diperkuat lagi dari data dalam buku DARI BRANDWEER BATAVIA KE
60
DINAS KEBAKARAN DKI JAKARTA, yang menyatakan bahwa berkaitan dengan peristiwa kebakaran besar yang tak teratasi pada tahun 1913, maka pada tahun 1919 walikota batavia waktu itu mulai mereorganisir kegiatan pemadam kebakaran, yang ditandai dengan didirikannya kantor Brandweer Batavia didaerah Gambir sekarang. Perubahan berikutnya terjadi pada tanggal 31 juli 1922 melalui ketentuan yang disebut "Bataviasch Brandweer Reglement", dan kemudian diikuti perubahan berikutnya, yakni setelah masa pemerintahan Jepang, perubahan itu tercatat pada tanggak 20 April 1943 melalui ketentuan yang dikenal dengan "Osamu seirei No.II" tentang "Syoobootai" (pemadam kebakaran). Sebelum 1957 - 1969. Masa ini adalah dimana masa organisasi pemadam kebakaran masih menggunakan nomenklatur "barisan pemadam kebakaran (BPK)".Hal yang patut dicatat dalam masa ini adalah bahwa orientasi tugas pokok BPK sesuai dengan namanya masih terfokus pada upaya pemadam kebakaran. Hal lain, adalah pada tahun 1957 telah dikeluarkan peraturan daerah yang dimuat dalam lembaran kota praja Jakarta No. 22/1957, tanggal 14 Agustus 1957 yang disahkan oleh Menteri Dalam Negeri tanggal 21 Desember 1957. Namun Walikota Praja Jakarta Raya, Sudiro menetapkan masih memberlakukan Staadblad Van Nederlandsche Indie No. 602, 4 Oktober 1917.
61
MASA 1969 – 1974 Pada tahun 1969, melalui Surat Keputusan Gubernur KDH DKI Jakarta No. ib.3/3/15/1969 nomenklatur Barisan Pemadam Kebakaran dirubah menjadi Dinas Pemadam Kebakaran.Perubahan pada masa ini tidak saja merupakan perubahan nomenklatur, tetapi juga perubahan pada tugas pokok dan fungsi DPK, yakni dengan penambahan nomenklatur Bagian Pencegahan.Hal ini menunjukkan bahwa tugas pokok dan fungsi DPK pada masa ini telah bertambah, yakni mengatur tentang tugas-tugas di bidang pencegahan kebakaran. MASA 1975 – 1980 Perubahan berikutnya terjadi dengan diterbitkannya Surat Keputusan Gubernur KDH DKI Jakarta No.BIII-b.3/1/5/1975, tenatng perubahan nomenklatur
Dinas
Kebakaran.Penghapusan
Pemadam kata
Kebakaran
"Pemadam"
bukan
menjadi
Dinas
semata-mata
ingin
mempersingkat nomenklatur organisasi, tetapi dimaksudkan untuk lebih menegaskan bahwa tugas pokok Dinas Kebakaran tidak hanya pada bidang pemadaman saja tetapi juga pada aspek pencegahan kebakaran dan penyelamatan korban jiwa dan akibat kebakaran dan bencana lainnya. Pada masa ini, Dinas Kebakaran masih dibagi menjadi 3 markas, yakni : 1. Jl. KH Zainul Arifin No. 71 (Jl. Ketapang), merupakan kantor Dinas Pusat sekaligus Markas Jakarta Pusat. 2. Kebayoran Baru, sebagai markas Jakarta Selatan 3. Jl. Matraman Raya sebagai markas Jakarta Timur.
62
Untuk mempertegas pentingnya aspek pencegahan ini maka pada tahun yang sama diterbitkan Peraturan Daerah No. 3 tahun 1975, yakni tentang Ketentuan
penanggulangan
Bahaya
Kebakaran
dalam
Wilayah
DKI
Jakarta.Diterbitkannya Perda tersebut sebagai langkah antisipasi Pemerintah DKI Jakarta terhadap perkembangan kota Jakarta yang ditandai dengan semakin cepatnya pertumbuhan bangunan baik secara horisontal maupun vertikal. a.
Masa setelah kemerdekaan : MASA 1980 – 2002 Perubahan nomenklatur organisasi pemadam kebakaran berikutnya terjadi pada tahun 1980, yakni dengan terbitnya Peraturan Daerah No. 9 tahun 1980, tentang struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebakaran DKI Jakarta. Perubahan penting pada periode ini, selain semakin dikembangkannya aspek pencegahan dan pemberdayaan masyarakat melalui keberadaan Sudinas Pencegahan, Sudinas Peran Serta masyarakat, Pusat Latihan Kebakaran, dan Unit Laboratorium, adalah juga mengenai pembagian wilayah pelayanan Dinas kebakaran ke dalam 5 wilayah asministratif: Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Kemudian terjadi revisi melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.11 tahun 1986, dengan judul sama, hanya terdapat perubahan pada nomenklatur Markas Wilayah menjadi Nomenklatur Suku Dinas.
63
MASA 2002 – 2008 Masa tahun 2002 ditandai dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.9 tahun 2002, tanggal 15 Januari 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pemadam Kebakaran Propinsi DKI Jakarta. MASA 2008 – Sekarang Terbitnya Perda No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Satuan Perangkat Daerah dan Dewan Permusyawaratan Rakyat Daerah serta Surat Keputusan Gubernur (Skep.Gub) Provinsi DKI Jakarta No. 96 Tahun 2009 menandai terjadinya perubahan dan sekaligus pengembangan fungsi organisasi ini. Organisasi yang pada masa sebelum ini menggunakan nomenklatur Dinas Pemadam Kebakaran, selanjutnya berubah menjadi : Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana. Dengan bertambahnya fungsi penanggulangan bencana, maka tugas pokok dan fungsi organisasi ini menjadi semakin luas. Organisasi DPK-PB sesuai dengan namanya, tidak saja diberi tanggung jawab dalam masalah penanggulangan kebakaran, tetapi juga menangani masalah bencana lainnya.
64
Visi Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta
“ Terciptanya rasa aman masyarakat dari kebakaran dan bencana lainnya “
Misi Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta
Memberikan
pelayanan
prima
dalam
bidang
pencegahan,
pemadaman dan penyelamatan.
Meningkatkan ketahanan lingkungan bersama masyarakat.
Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait di bidang penanggulangan kebakaran dan bencana lainnya.
4.1.2 Struktur Organisasi Struktur organisasi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Dinas
Pemadam
Kebakaran
dan
Penanggulangan
Bencana
dikoordinasikan oleh asisten Tata Pemerintah yang membawahi Sekretariat, ibidang pencegahan kebakaran, bidang operasi, bidang penanggulangan bencana, bidang saran, bidang partisipasi masyarakat,, Suku Dinas Pemadaman dan Penanggulangan Bencana Kota atau Kabupaten, unit Pelaksana Teknis Dinas, dan kelompok jabatan fungsional. Adapun mengenai bagan struktur organisasi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta. Selanjutnya setiap bidang akan membawahi beberapa sub bidang atau seksi yang akan menjalankan
65
pelaksanaan penyelenggaraan pencegahan, pemadaman dan penanggulangan bencana, melaksanakan penyusunan dan perencanaan rencana kerja dan anggaran Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana, perumusan kebijakan teknis pelaksanaan penyelenggaraan pencegahan, pemadaman kebakaran dan penanggualangan bencana serta pengawasan dan pengendalian peredaran barang dan bahan yang mudah terbakar. a.
Sekretariat Unit kerja sekretariat dipimpin oleh seorang kepala Sekretariat yang
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan kegiatan program anggaran, keuangan, kepegawaian dan umum. Sedangkan sekretariat mempunyai fungsi sebagai pelaksana program dan anggaran, pengelola administrasi keuangan, pelaksana urusan kepegawaian, dan pelaksana persuratan dan kearsipan, perlengkapan serta kerumah tanggaan yang dapat menunjang terselengaranya tugas –tugas. Dalam melaksanakan tugasnya, sekretariat memiliki beberapa subbagian yang terdiri dari subbagian progran dan anggaran, subbagian keuangan, subbagian kepegawaian, dan subbagian umum yang tiap subbagian tersebut dipimpin oleh seoang Kepala Subbagian yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Sekretariat. Subbagian program dan anggaran mempunyai tugas untuk menghimpun, mengelola serta menyusun program dan membuat laporan kegiatan dinas,
66
menghimpun dan meneliti anggaran dinas, dan melaksanakan tugas bimbingan teknis kepada Suku Dinas Kota/Kabupaten. Subbagian keuangan bertugas untuk mengelola dan mengerjakan pertanggung jawaban keuangan, meneliti dokumen pengajuan pembayara, menyusun laporan menyusun laporan keuangan melaksanakan administrasi keuangan, merencanakan dan melaporkan melaksanakan
bimbingan
teknis
kepada
kegiatan subbagian, dan Kepala
Suku
Dinas
Kota/Kabupaten. Subbagian kepegawaian bertugas menyusun rencana kebutuhan pegawai, standar kompetensi dan penilaian kinerja pegawai, menyusun rencana pengmbangan sistem pendidikan dan pelatihan, mengurus kenaikan pangkat, cuti, pensiun dan administrasi kepegawaian, melakukan pembinaan disiplin dan mental spritual pegawai serta mengurus kesejahtraan pegawai, dan melaksanakan bimbingan teknis kepada Suku Dinas Kota/Kabupaten. Sedangkan subbagian untuk mempunyai tugas melakukan kegiatan administrasi dan menyurat, menyusun, merawat dan menyajikan arsip dan dokumen, melakukan pendataan dan inventarisasi asset dinas, melaksanakan pemeliharaan kebersihan dan menjaga tata tertib dan keamanan kantor, menyusun rencana kegiatan pemeliharaan barang daerah, rencana kebutuhan pemeliharaan barang unit dan rencana kebutuhan barang unit ( mobil pemadam kebakaran).
67
b.
Bidang Pencegahan Kebakaran Unit kerja bidang pencegahan kebakaran dipimpin oleh seorang
Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Unit kerja bidang pencegahan kebakaran mempunyai
tugas
melaksanakan
usaha
–usaha
pembinaan
teknis
pencegahan dan pengawasan bangunan, penyimpanan, penggunaan dan pengangkutan bahan berbahaya serta prasarana fisik lingkungan terhadap ancaman bahaya kebakaran. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, unit bidang pencegahan kebakaran harus memiliki fungsi yaitu sebagai pembinaan teknis pencegahan terhadap ancaman kebakaran, pemberian pelayan teknis pencegahan kebakaran pada masyarakat, pemberian surat persetujuan dan rekomendasi terhadap bangunan gedung, penyimpanan, angkutan bahan berbahaya, penggunaan bahan berbahaya dan lingkungan dalam kegiatan pencegahan dan pemadaman kebakaran. c.
Bidang Operasi Unit kerja bidang operasi dipimpin oleh seorang kepala bidang yang
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pelaksnaan unit kerja bidang operasi meliputi penyusunan rencana dan pengendalian operasi pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana serta bantuan operasi penyelamatan. Untuk melaksanakan tugasnya, bidang operasi mempunyai fungsi sebagai penyusun pedoman rencana operasi penanggulangan kebakaran, pengendalian terhadap operasi
68
pemadaman dan penanggulangan bencana, pemberian bantuan operasi penyelamatan jiwa dari bencana, pembinaan, pengembangan sistem informasi manajemen kebakaran dan bencana dalam rangka kegiatan operasi pemadaman kebakaran dan penaggulangan bencana penyajian data dan pemberian informasi dan saran tindak, taktik, dan strategi kepada Kepala Dinas pada saat operasi pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana. d.
Bidang Penanggulangan Bencana Unit kerja bidang penanggulangan bencana dipimpin oleh seorang
kepala bidang yang dalam melaksanakan tugas serta fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pelaksanaan kegiatan unit kerja bidang penanggulangan bencana meliputu kegiatan penanggulangan bencana pada tahap prabencana, tanggap darurat dan pascabencana. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana mestinya, bidang penanggulangan
bencana
mempunyai
fungsi
merumuskan
usaha
penanggulangan bencana,penyusun dan publikasi peta rawan bencana serta penyusunan dan uji coba prosedur tetap penanggulangan bencan, mengkaji secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,dan sumber daya, usulan status keadaan darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi masyarakata terkena bencana, pengkoordinasian dalam rangkan pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan, pemulihan sarana dan prasarana vital, penyediaan pelayanan kesehatan,pemulihan sosial psikologi
69
dan pemuluhan fungsi playanan publik, pembinaan teknis kepada Suku Dinas Kota/Kabupaten. e.
Bidang Sarana Unit kerja bidang sarana dipimpin oleh seorang kepala bidang yang
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pelaksanaan unit kerja bidang sarana yaitu merencanakan, melaksanakan pengadaan, pergudangan dan distribusi serta pengendalian sarana pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana mestinya bidang sarana mempunyai fungsi sebagai penyusun rencana kebutuhan dan pengadaan peralatan teknis operasional pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan terhadap peralatan teknis operasionl pemadaman dan penanggulangan bencana, pendataan dan pemeriksaan dan pemberian informasi kondisi peralatan teknis operasional pemadaman kebakaran dan penaggulangan bencana, penyediaan dan pengendalian penggunaan bahan pemadaman kebakaran serta pelaksanaan inventarisasi terhadap peralatan teknis operasionl. f.
Bidang Partisipasi Masyarakat Unit kerja bidang partispasi masyarakat dipimpin oleh seorang kepala
bidang yang dalam melaksakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Pelaksanaa kegiatan unit bidang partisipai masyarakat meliputi ketahanan dan kerjasama dalam rangka pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana, menyampaikan informasi dan publikasi terhadap
70
masyarakat serta melakukan kegiata dokumentasi dan penyelenggaraan upacara. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana mestinya, bidang partisipasi
masyarakat
mempunyai
fungsi
meningkatkan
ketahanan
masyarakat lingkungan terhadap bahaya kebakaran dan bencana serta pelaksanaan kerjasama dengan lembaga /Daerah lain, penyebaran informasi, pelaksanaan publikasi dan dokumentasi, penyiapan penyelenggaraan upacara dan Korps Musik, dan pemberian penjelasan dan menidak lanjuti pengaduan masyarakat. 4.2. Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan
kualitatif,
yaitu
dengan
mendeskripsikan
dan
mengintepretasikan data yang diperoleh dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh narasumber utama dan para narasumber lainnya untuk mengetahui sejauh mana “Strategi Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan Penanggulangan Bencana dalam Program Balakar Di Kecamatan Tambora” 4.2.1 Strategi Public Relations Strategi menurut Anwar Arifin dalam buku strategi komunikasi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. 76Sedangkan menurut Onong Uchjana Efendy menyatakan bahwa strategi
76
pada hakikatnya adalah perencanaan
Arifin, Anwar (2004) Strategi Komunikasi, Penerbit Armico, Bandung hal. 58
71
(strategy) dan manajemen
(management) untuk mencapai tujuan.77 Jika
melihat kedua definisi tersebut, maka dapat disimpulkan dengan pengertian strategi merupakan suatu tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi atau lembaga dalam merumuskan suatu strategi, sehinggastrategi memberikan dasar untuk menentukan apa yang dilakukan secara berbeda untuk mencapai tujuan dengan adanya perubahan. Strategi Humas adalah, fungsi manajemen yang bertindak sebagai komunikatorStrategi atau mediator secara khusus yang mendukung terbentuknya sa lingpengertian dalam komunikasi baik kedalam maupun keluar, serta memberi pemahaman, penerimaan, dan kerja sama antara lembaga atau organisasi dengan berbagai Public. Strategi Humas pada Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB ditekankan pada peningkatan pemahaman masyarakat pada daerah padat hunian.Daerah padat hunian merupakan daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga sangat menyulitkan petugas pemadam kebakaran apabila ada kejadian di daerah tersebut. Untuk meminimalisir angka kebakaran tersebut diperlukan suatu strategi humas sebagai upaya dalam pencegahan bahaya kebakaran di daerah tersebut. Pencegahan bahaya kebakaran sangat erat kaitannya dengan prilaku masyarakat di daerah rawan kebakaran.Untuk mengubah dan mengedukasi masyarakat tersebut.Peran Dinas Pemadam Kebakaran Dan 77
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2006, Hal. 29
72
PBProvinsi DKI Jakarta sangatlah penting sesuai tugas pokok dan fungsi Dinas Pemadam Kebakaran Dan PBProvinsi DKI Jakarta yaitu meliputi pencegahan, pemadaman dan penyelamatan.Tugas untuk mengubah dan mengedukasi masyarakat tersebut menjadi tanggung jawab Bidang Partisipasi Masyarakat Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta. Sesuai dengan hasil wawancara penulis terhadap Kepala Seksi Informasi dan Publikasi Bidang Partisipasi Masyarakat Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta Bpk Sahrudin, S.Sos, kegiatan Seksi Informasi dan Publikasi tersebut menjalankan tugas dan fungsinya dari manajemen baik kepada public internal maupun kepada public ekternal.
Dalam kegiatan yang internal
yaitu kepada pegawainya sendiri, dan kegiatan yang sipatnya ekternal yaitu kepada maryarakat dan instansi terkait. Menciptakan pencitraan yang baik terhadap masyarakat. 4.2.2 Sosialisasi Barisan Sukarelawan Kebakaran Sosialisasi adalah proses yang diikuti secara aktif oleh dua pihak: pihak pertama adalah pihak yang mensosialisasikan, dan pihak kedua adalah pihak yang disosialisasi.78Sosialisasi adalah suatu bentuk komunikasi yang bertujuan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang sesuatu program, yang dapat mendorong masyarakat agar menjalankan kebijakan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan atau lembaga. 78
Dwi J. Narwoko, Bagong Suyanto. Sosiolog – Teks Pengantar dan Terapan.Edisi kedua. ( Kencana Prenada Media Group, Jakarta,2006),hal 76
73
Tujuan utama dari sosialisasi adalah agar individu yang disosialisasi itu perubahan baik pada aspek pengetahuan, sikap atau keterampilan kearah yang diharapkan pelaksanaan sosialisasi, sebagian khalayak tersebut juga berubah prilakunya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sahrudin S.Sos mengenai kegiatan Sosialisasi Balakar sebagai berikut“ Kegiatan Balakar adalah kegiatan rutin yang berlangsung setiap tahun yang kami fokuskan pada daerah rawan kebakaran “79jadisosialisasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah sebuah kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh Bidang Partisipasi Masyarakat Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Prov DKI Jakarta, melalui sosialisasi ini Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana mensosialisasikan tentang bahaya kebakaran dan cara pencegahan dan penanggulangannya
yang
bertujuan
untuk
menambah
pengetahuan
masyarakat akan bahaya kebakaran, dalam kegiatan ini anggota balakar dapat mengetahui asal muasal api, praktek cara menanggulangi kebakaran dini dan juga cara menggunakan peralatan tradisional dan juga modern dalam menanggulangi kebakaran awal. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan Bapak Sahrudin S.Sos mengenai tingkat keberhasilan program sosialisasi Balakar sebagai berikut “ Warga masyarakat di daerah rawan kebakaran
79
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKIJakarta, Rabu 10 Juli 2013
74
seperti Kecamatan Tambora semakin mudah diajak bekerjasama dengan petugas pemadam kebakaran ketika terjadi kebakaran dilingkungan mereka “80dapat diketahui keberhasilan program sosialisasi melalui pencegahan dan penanggulangan kebakaran dalam menambah pengetahuan anggota balakar Kelurahan Jembatan Besi menghasilkan gambar dan hasil keseluruhan yang efektif dan positif. 4.2.3 Strategi Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB, Dalam Sosialisasi Balakar Di Kecamatan Tambora. Strategi Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB dalam sosialisasi Balakar di Kelurahan Jembatan Besi Kecamatan Tambora dilakukan dengan rumusan spesisifik disesuiakan dengan referensi dari Thomas L Harris dengan Pelaksanaan dan langkah-langkah sebagai berikut : 1.Mendefinisikan Pemasalahan Langkah awal yang dilakukan Humas Dinas Pemadam Kebakaran dalam sosialisasi Balakaryaitu dengan mendefinisikan masalah agar dapat menentukan langkah selanjutnya. Bapak Sahrudin sebagai Kepala Seksi Informasi Dan Publikasi Bidang Partimas Dinas Pemadam Kebakaranmendefinisikan permasalahan yang terjadi sebagai berikut : “Kendala yang dihadapi oleh Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB DKI Jakarta adalah tingginya kepadatan penduduk yang merembet pada tingkat hunian yang padat dengan kondisi bangunan semi permanen sehingga menyebabkan mudahnya terjadi kebakaran besar, selain itu jalan-jalan yang ada di Jakarta didominasi dengan gang80
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013
75
gang sempit yang membuat mobil pemadam tidak bisa langsung ada di tempat kebakaran karena gang yang sempit, belum lagi sulitnya sumber air yang menjadi senjata utama pasukan pemadam kebakaran karena masih rendahnya kepedulian warga masyarakat dalam menjaga Hidrant air yang tersedia dilingkungan mereka sehingga akan membuat kami harus mencari sumber air dari sungai-sungai yang jauh dampaknya proses pemadaman kebakaran berlangsung lama”.81 Kemudian beliau juga menjelaskan hambatan utama yang dihadapi selain hambatan yang diatas, yaitu : “Hambatan utama yang menjadi kendala kami adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat berkenaan dengan pencegahan dini kebakaran, selain itu masyarakat masih menganggap bencana kebakaran besar yang terjadi dilingkungan daerah rawan kebakaran, lebih disebabkan oleh keterlambatan petugas pemadam kebakaran datang ke TKP, hal ini terjadi karena masih awamnya pengetahuan masyarakat tentang penanggulangan bahaya kebakaran. Masyarakat perlu diedukasi agar masyarakat dapat bekerjasama dengan petugas pemadam dilapangan”.82 Bapak Sahrudin juga menambahkan pernyataanya sebagai berikut: “Kami memangsedang merancang solusi masih rendahnya pemahaman masyarakat tersebut karena sangat berkaitan dengan tugas pokok dari Bidang Partimas yaitu memberikan pengetahuan bagi masyarakat akan bahaya kebakaran dan mempererat kerjasama antara masyarakat dengan Dinas Pemadam Kebakaran dalam penanggulangan bahaya kebakaran”.83 Dalam mengidentifikasi masalah selanjutnya, adalah menentukan sasaran yang tepat, dimana diperlukan suatu sosialisasi program untuk memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang bahaya kebakaran dilingkungan yang rawan kebakaran seperti Kelurahan
81
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013
82
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013
83
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013
76
Jembatan Besi, Tambora Jakarta Barat karena semua itu dibutuhkan suatu perencanaan dalam menyusun strategi yang efektif. Pada tahap mendefinisikan permasalahan peneliti dihadapkan pada permasalahan yang mempunyai dampak pada citra Dinas Pemadam Kebakaran dimata masyarakat. Permasalahan yang dimaksud adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang tata cara penanggulangan awal bahaya kebakaran. Masyarakat seringkali panik apabila terjadi kebakaran dilingkungan mereka yang membuat kebakaran justru semakin membesar. 2. Perencanaan dan Program Setelah permasalahan sudah teridentifikasi melalui hasil dan analisa, Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB
kemudian
membuat perencanaan dan program kegiatan dalam mendukung strategi Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB, untuk mengelola masalah tersebut, yaitu membuat keputusan-keputusan strategis dasar apa yang akan dilakukan dengan urutan yang disusun dalam menanggapi atau mengantisipasi masalah tersebut. Strategi yang akan dilakukan oleh Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB adalah suatu strategi yang merupakan bagian dari keahlian seorang Public Relations. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Sahrudin berikut ini : “Strategi yang akan kami lakukan adalah menbuat suatu program komunikasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara masyarakat dengan jajaran kami melalui Bidang Partimas, Kegiatan
77
tersebut kami beri nama sosialisasi Barisan Sukarekawan Kebakaran (Balakar)”.84 Pada tahap ini Humas Dinas Pemadam Kebakaran merancang suatu program yang merupakan bentuk sosialisasi tentang bahaya kebakaran yang disebut dengan sosialisasi Barisan Sukarekawan Kebakaran (Balakar) seperti dijelaskan oleh Bapak Sahrudin sebagai berikut : “Sosialisasi Balakar adalah suatu bentuk kegiatan interaksi antara masyarakat dengan kami, kegiatan dititik beratkan pada pelatihan tentang tata cara pencegahan dini kebakaran selain itu instruktur juga membekali peserta dengan ilmu kebakaran, penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) termasuk seputar pengoperasian mobil pemadam kebakaran”.85 Sosialisasi Balakar mempunyai tujuan utama, seperti dijelaskan oleh Bapak Sahrudin sebagai berikut : “Tujuan dari sosialisasi Balakar adalah menurunnya angka kebakaran di daerah rawan kebakaran dan kebakaran besar dapat diminimalisir, hal tersebut dapat dicapai apabila masyarakat dapat memahami pencegahan dini kebakaran”.86 Sosialisasi Balakar merupakan suatu bentuk program komunikasi yang ditujukan untuk penyampaian suatu pesan dari organisasi kepada audience (Masyarakat), menurut penjelasan Bapak Sahrudin mengenai pesan utama dari program tersebut sebagai berikut : “ Lewat sosialisasi Balakar, kami ingin memberikan pemahaman masyarakat tentang antisipasi bahaya kebakaran dilingkungan mereka dan mengubah paradigma negatif warga masyarakat terhadap Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB”87
84
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013 Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013 86 Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013 87 Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013 85
78
Dalam membuat perencanaan dan program, sasaran atau target program adalah hal utama dalam mencapai tujuan program, sesuai keterangan dari Bapak Sahrudin bahwa target sasaran dari program ini yaitu : “Khalayak yang dituju adalah masyarakat yang yang berada dalamzona merah(kawasan rawan kebakaran). Untuk wilayah yang menjadi sasaran program sosialisasi Balakar pada tahun ini adalah wilayah Kelurahan Jembatan Besi, Tambora Jakarta Barat.88 Setelah mengetahui daerah yang menjadi target sasaran dari program, Bapak Sahrudin juga menjelaskan tentang peserta dan instruktur program sosialisasi Balakar, Sebagai berikut : “Peserta yang ikut adalah warga masyarakat yang belum pernah mengikuti kegiatan sejenis (penyuluhan bahaya kebakaran) yang tinggal diwilayah Keluran Jembatan Besi, Tambora. Untuk instruktur dari Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB sendiri, kami mempunyai petugas penyuluh lapangan yang mempunyai sertifikasi khusus,untuk diterjunkan pada setiap penyuluhan tentang bahaya kebakaran”89 Setelah mengetahui dan merencanakan program yang akan dilakukan, tindakan
selanjutnya
adalah
melaksanakan
apa
yang
telah
direncanakan dari program tersebut. Pada tahap perencanaan dan pemrograman Humas Dinas Pemadam Kebakaran melakukan suatu perencanaan untuk membuat
suatu
program
sosialisasi
yang
merupakan strategi Humas setelah menemukan beberapa permasalahan yang ditemui pada tahap definisi masalah, pada tahap kedua ini Humas merancang suatu program sosialisasi yang bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang bahaya kebakaran karena masyarakat. 88 89
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013 Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013
79
Berdasar fakta dilapangan dapat dilihat masyarakat belum dapat menggunakan alat pemadam kebakaran baik alat pemadam kebakaran tradisional maupun yang modern. Selanjutnya kami berbagi tugas dan tanggung jawab pelaksanaannya dan berkoordinasi dengan aparat terkait. 3.Aksi dan Komunikasi Tahap selanjutnya setelah menetapkan rencana dan strategi adalah melakukan aksi dan komunikasi. Setelah membuat perencanaan dan program strategi tersebut, maka Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB menindaklanjuti strategi yang telah dibuat dan direncanakan sebelumnya.. Dalam
melanjutkan
langkahnya
Humas
Dinas
Pemadam
Kebakaran Dan PB berkerjasama dengan para staff yang merupakan bagian dari tim penyuluhan dan pelatihan Balakar untuk menerapkan strategi awal agar program Balakar ini tepat sasaran. Seperti yang dituturkan oleh Bapak Sahrudin berikut ini : “ Program sosialisasi Balakar harus diadakan didaerah rawan kebakaran dengan menggandeng kerjasama dengan masyarakat terutama para Opinion Leader”90 Media
memiliki peranan penting dalam membantu
tugas
kehumasan, begitu juga pada sosialisasi Balakar yang dilakukan oleh Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB, dalam hal ini Bapak Sahrudin Menjelaskansebagai berikut :
90
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013
80
“ Media yang kami gunakan untuk mendukung sosialisasi Balakar ini adalah media internal yaitu media 113 dan media eksternal yaitu poster dan pamplet yang kami pasang di kelurahan-kelurahan yang rawan kebakaran sebagai upaya kami untuk menarik minat masyarakat untuk peduli terhadap bahaya kebakaran dilingkungan mereka”91 Bapak
Sahrudin
kembali
menjelaskan
pesan
yang
akan
disampaikan dalam sosialisasi Balakar ini sebagai berikut : “ Kita ajak masyarakat untuk peduli pada bahaya kebakaran, sehingga angka kebakaran yang tinggi dapat kita turunkan karena masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan dini kebakaran dan penganggulangan awal kebakaran” 92 Selanjutnya
peneliti
menanyakan
narasumber
yang
akan
berhadapan dengan para peserta sosialisasi Balakar karena narasumber adalah komunikator yang sangat menentukan hasil dari suatu program komunikasi, Bapak Sahrudin menjelaskan sebagai berikut : “ Narasumber yang kami turunkan adalah staff dari bidang partimas yang mempunyai keahlian khusus dalam penyuluhan kebakaran, karena sudah mengikuti diklat penyuluh kebakaran dari Pusdiklatkar Ciracas, kami pastikan staff penyuluh kami sangat kompeten” Strategi Humas yang merupakan suatu bagian dari upaya Humas dalam menjangkau khalayak adakalanya tidak hanya dilakukan accidental saja tetapi harus dilakukan berulang kali “ Dalam satu tahun kami hanya bisa lakukan sekali karena menyesuaikan anggaran yang ada, akan tetapi para peserta Balakar tetap berkoordinasi dengan kami, mereka terbentuk dalam wadah Balakar dan kami lengkapi dengan Fire Motor untuk dapat memudahkan mereka dalam penanggulangan bahaya kebakaran awal di lingkungan mereka”93
91
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013 Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013 93 Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013 92
81
Strategi Humas memang sangat penting untuk mengetahui sejauh mana khalayak dapat menerima jangkauan pesan utama pada saat sosialisasi berlangsung, karena untuk efektifitas penyampaian pesan dibutuhkan suatu strategi- strategi efektif agar komunikan sebagai peserta mampu mengaplikasikannya pasca sosialisasi. Bentuk strategi Humas yang dilakukan meliputi pembagian media internal 113 dan media eksternal yaitu poster dan pamplet yang kami pasang di kelurahan-kelurahan yang rawan kebakaran sebagai upaya kami untuk menarik minat masyarakat untuk peduli terhadap bahaya kebakaran dilingkungan mereka, strategi tersebut merupakan aspek pendukung dari strategi dilapangan, yaitu dengan kehandalan dari para narasumber Dinas Pemadam Kebakaran dalam menyampaikan materi teori dan materi praktek, sehingga dapat memudahkan para peserta dalam menyerap materi yang disajikan. 4.Evaluasi Program Setelah melakukan definisi masalah, membuat rencana dan strategi serta melakukan tindakan dan komunikasi, langkah yang terakhir adalah dengan mengevaluasi program.Kami akan mengetahui apakah strategi Humas yang dilakukan sudah dijalankan dengan baik dan membuahkan hasil yang memuaskan melalui petikan wawancara dengan beberapa narasumber. Berikut ini petikan wawancara dengan Bapak Mujito selaku penyuluh lapangan: “Strategi yang dijalankan dirasa sudah cukup berjalan baik, hal tersebut dapat kami lihat dari antusiasme warga masyarakat untuk
82
mengikuti arahan instruktur baik dalam pelajaran teori dan praktek, serta keseriusan peserta mempelajari penggunaan alat pemadam api ringan dan alat- alat lain yang digunakan untuk pemadaman kebakaran .”94 Dalam setiap pelaksanaan program komunikasi seringkali ada hambatan yang pada saat penerapan sosialisasi, mengenai hambatan dilapangan Bapak Mujito menjelaskan sebagai berikut : “ Warga masyarakat terkendala pada waktu pelaksanaan kegiatan yang berbenturan hari kerja mereka, selain itu peserta masih didominasi kaum pria”95 Untuk mengetahui sejauhmana tingkat keberhasilan suatu program komunikasi maka tahapan berikutnya adalah melakukan suatu tahap evaluasi program. Metode yang dipakai untuk mengevaluasi strategi Humas yang telah dijalankan oleh Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB adalah dengan menggunakan metode wawancara dengan peserta sosialisasi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan tentang pencegahan dini kebakaran, kemajuan tingkat pengetahuan peserta dapat diketahui dengan wawancara langsung dengan peserta. Evaluasi program kerja ini membutuhkan lamanya minimal satu bulan sampai tiga bulan. Adapun metode yang digunakan Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB untuk mengevaluasi Strategi Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB dalam sosialisasi Balakar ini sehingga dapat diketahui apakah sudah menjangkau khalayak dan tepat sasaran
94 95
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013 Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013
83
akan kita lihat dalam petikan wawancara dengan Bapak Mujito sebagai berikut : “Metode yang kami gunakan dalam mengevaluasi program ini adalah dengan mengukur dampak strategi Humas yang kami terapkan adalahmenggunakan metode kuantitatif yaitu memberikan angket yang bersifat pre test yang berisi daftar pertanyaan seputar pencegahan dini kebakaran dan sesudah sosialisasi kami adakan post test terhadap 50 peserta Balakar, selanjutnya dari pertanyaan tersebut kami mengukur tingkat pemahaman masyarakat pasca sosialisasi”96 Pada tahap akhir ini Humas Pemadam Kebakaran melakukan evaluasi program untuk penyempurnaan program berikutnya, kekurangan yang terjadi pada saat sosialisasi akan dikaji ulang dan diperbaiki, terutama masih rendahnya minat kaum perempuan pada saat sosialisasi, selain itu masih minimnya waktu sosialisasi yang memungkinkan warga masyarakat lebih banyak memahami cara pemadamam kebakaran. Berikut ini adalah empat tahap kegiatan dari strategi Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB dalam sosialisasi Balakar yang ditujukan untuk masyarakat didaerah rawan kebakaran Kelurahan Jembatan Besi, Kecamatan Tambora Jakarta Barat berdasarkan hasil peneliti : Tabel 2 – Langkah-Langkah Public Relations Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dalam Sosialisasi Balakar NO
1
96
LangkahLangkah Definisi Permasalahan
Perencanaan Program Humas Menurut Thomas L Harris Analisa Permasalahan
Realisasi oleh Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB mengalami suatu kendala karena tingginya intensitas kebakaran di daerah padat hunian. Tingginya
Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB Provinsi DKI Jakarta, Rabu 10 Juli 2013
84
intensitas kebakaran merupakan masalah yang besar karena akan menyebabkan angka kerugian baik jiwa atau material.
Analisa Tujuan Program Komunikasi
Untuk menekan angka kebakaran tersebut dengan cara meningkatkan pemahaman warga masyarakat tentang tata cara pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Karenanya diperlukan suatu program untuk mengatasi masalah tersebut dalam bentuk sosialisasi kepada warga masyarakat.
Waktu dan Pelaksanaan Program Komunikasi
Kegiatan akan dilaksanakan pada bulan Juli 2013 di wilayah Kelurahan Jemb. Besi, Tambora Jakarta Barat
Analisa Target Sasaran
Target sasaran adalah warga masyarakat yang belum pernah kegiatan sejenis, diwilayah rawan kebakaran.
Analisa Opinion Leader yang perlu Para ketua RT/RW diwilayah di dekati Kelurahan Jembatan Besi, Tambora Jakarta Barat
2
Perencanaan dan Program
Merencanakan Program dan Strategi yang akan digunakan
Strategi yang digunakandisesuaikan strategi Humas menurut Thomass L
85
Harris. Strategi awal adalah membuat program Sosialisasi Balakar yaitu suatu program suatu bentuk kegiatan interaksi antara masyarakat dengan kami, kegiatan dititik beratkan pada pelatihan tentang tata cara pencegahan dini kebakaran selain itu instruktur juga membekali peserta dengan ilmu kebakaran, penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) termasuk seputar pengoperasian mobil pemadam kebakaran. Membuat Tujuan atas Strategi yang dirancang
Tujuan yang hendak dicapai pasca sosialisasi Balakar adalah memberikan pemahaman masyarakat tentang antisipasi bahaya kebakaran dilingkungan mereka dan mengubah paradigma negatif warga masyarakat terhadap Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB.
Menyusun Target Sasaran
Publik sasaran peserta yang ikut adalah warga masyarakat yang belum pernah mengikuti kegiatan sejenis (penyuluhan bahaya kebakaran) yang tinggal diwilayah Kelurahan Jembatan Besi, Tambora.
Membuat program-program Strategi ini dijalankan dengan Humas dalam mengkomunikasikan menggunakan dua macam pesan kepada target sasaran pendekatan secara terpadu, yaitu kegiatan public relations digunakan sebagai awal kegiatan untuk menciptakan suasana peduli dengan menggalang segala macam sumber dan memanfaatkan
86
momentum sebagai awal kegiatan. Sementara, kegiatan pendekatan terhadap pelanggan merupakan strategi yang sebenarnya melalui pendekatan interpersonal yang menjaga hubungan baik dengan warga masyarakat Membuat pesan-pesan utama kepada publik sasaran.
3
Melakukan Aksi dan Komunikasi
Pesan-pesan utama dalam sosialisasi Balakar memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran dengan mengajak mereka bekerjasama dalam pencegahan awal kebakaran dan mampu menggunakan alat pemadam kebakaran yang ada dilingkungan mereka, selain itu kami berusaha mengubah paradigma masyarakat terhadap Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB yang dianggap datang terlambat.
Elemen program yang akan dipakai Media yang digunakan untuk untuk menjangkau setiap sasaran sosialisasi Balakar sangat beragam seperti tatap muka langsung dengan warga masyarakat, kami juga pasang poster di Kelurahan agar masyarakat tertarik untuk ambil bagian dalam sosialisasi, kami juga menggunakan media online yang memungkinkan warga masyarakat mengakses dan mengetahui program ini, masyarakat juga bisa datang langsung ke kantor kami apabila ingin bertanya tentang program ini dan masalah bahaya kebakaran.
87
Bagaimana setiap program itu di implementasikan
Dengan menerapkan langkahlangkah program Humas yang sudah umum yaitu yang pertama adalah riset awal terhadap masyarakat. Dengan hasil riset ini, Dinas Pemadam Kebakarandapat mengetahui masalah yang menghinggapi Dinas Pemadam Kebakaran. Setelah menemukan masalah maka sesuai dengan langkah langkah Kedua dalam program Humas, Dinas Pemadam Kebakaranmencari solusi dengan mengadakan Sosialisasi Balakar. Sealnjutnya Humas Dinas Pemadam Kebakaran melakukan tahap Ketiga aksi dan komunikasi yaitu melaksanakan kegiatan sosialisasi.Dan tahap Keempat adalah dengan mengevaluasi yaitu mengukur dampak strategi Humas ini secara tepat dan akurat.
Pesan-pesan utama yang disampaikan Humas kepada publik sasaran
Mengajak masyarakat untuk peduli pada bahaya kebakaran, sehingga angka kebakaran yang tinggi dapat kita turunkan karena masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan dini kebakaran dan penganggulangan awal kebakaran.
Bahan-bahan/materi apa yang diperlukan perencanaan medianya
Media komunikasi yang digunakan oleh Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB, yaitu 1. Tatap muka dengan warga masyarakat pada saat Sosialisasi.
88
2. Pemasangan poster di kelurahan 3. Pemasangan spanduk di tempat sosialisasi 4. Media online 5. Media internal 113
4
Evaluasi
Jangka waktu pelaksanaan
Pelaksanaan Strategi berupa program kehumasan dalam sosialisasi Balakar akan terus walaupun sosialisasi akan secara langsung menjadi ujung tombak DPK Dan PB dilingkungannya.
Narasumber Dan Peserta
Dalam pelaksanaan program sosialisasi Balakar, Bapak Sahrudin selaku kepala seksi Informasi Dan Publikasi selaku penanggung jawabkegiatan, berkoordinasi dengan Bapak Mujito sebagai penyuluh/narasumber dilapangan, sedangkan para pesertanya adalah warga Kelurahan Jembatan Besi, Tambora Jakarta Barat.
Apakah sudah menjangkau sasaran Strategi Humas yang yang tepat? dilakukan sudah tepat sasaran. Strategi yang dijalankan sudah cukup berjalan baik, hal tersebut dapat dilihat dari antusiasme warga masyarakat untuk mengikuti arahan instruktur baik dalam pelajaran teori dan praktek, serta keseriusan peserta mempelajari penggunaan alat pemadam api ringan dan alat- alat lain yang digunakan untuk pemadaman kebakaran . Bagaimana Humas Dinas Metode yang digunakan Pemadam Kebakaran Dan PB dalam mengevaluasi program
89
mengetahui hal itu dan bagaimana mengukur hasilnya
ini adalah, dengan mengukur dampak strategi Humas yang diterapkan adalah dengan menggunakan metode kuantitatif yaitu memberikan angket yang bersifat pre test yang berisi daftar pertanyaan seputar pencegahan dini kebakaran dan sesudah sosialisasi diadakan post test terhadap 50 peserta Balakar, selanjutnya dari pertanyaan tersebut Humas mengukur tingkat pemahaman dan pengetahuan masyarakat seputar penanggulangan kebakaran pasca sosialisasi.
Bagaimana hasil evaluasi yang dilakukan Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB ?
Program dan strategi Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB sudah cukup berjalan baik dan memuaskan. Namun masih ada hal yang perlu menjadi evaluasi yaitu, masih perlunya diadakan program sosialisasi lanjutan kepada para peserta minimal 3 bulan sekali, untuk lebih meningkatkan skill para anggota Balakar dilingkungannya. Selain itu Anggota Balakar mengeluhkan jumlah Alat Pemadam Api yang masih terbatas dilingkungan mereka.
4.3.Pembahasan Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui hubungan antara teori yang ada, dengan hasil yang diperoleh dari strategi Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB melalui penyuluhan dan pelatihan bahaya
90
kebakaran dalam bentuk sosialisasi Barisan sukarelawan kebakaran (Balakar) untuk warga di kelurahan Jembatan Besi, Tambora Jakarta Barat. Selanjutnya Peneliti akan menguraikan analisis hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dan data-data yang lain sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran riil mengenai Strategi Public Relations yang digunakan Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB, dalam upaya pembinaan pencegahan penanggulangan bahaya kebakaran pada kawasan padat hunian yang merupakan zona merah (Rawan Kebakaran). Analisa data dimulai dengan membahas Teori proses kerja Humas empat langkah menurut Thomas L Harris bertujuan untuk membantu dan memberikan masukan kepada Public Relations dalam upaya pemecahan masalah dalam masalah masalah yang dihadapi Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB. Empat langkah yang diterapkan adalah berdasarkan rumusan yang spesifik dalam mendukung program Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB yang sesuai dengan teori Thomas L. Harris, terdiri dari langkah mendefinisikan masalah, perencanaan dan program, aksi dan komunikasi dan berikutnya adalah mengevaluasi program. Berikut adalah pembahasan peneliti terhadap hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan langkahlangkah sebagai berikut : Langkah Pertama, yaitu mendefinisikan masalah merupakan langkah awal
yang
dilakukan
Public
Relations
dalam
proses
kerjanya.
mendefinisikan masalah sudah sesuai dengan rumusan spesifik Public
91
Relations dari Thomas L. Harris. Pada langkah awal proses kerja yang dilakukan adalah Humas melakukan analisa berupa masalah yang dihadapi oleh Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB, pada proses awal itu Humas mengumpulkan informasi berupa data dan fakta dari pihak terkait, dari ditemukannya data dan fakta, Humas menentukan analisa tujuan dari program, diteruskan dengan menentukan waktu pelaksanaan dan yang terpenting adalah menentukan target sasaran yang tepat karena ketepatan menentukan target sasaran akan menentukan keberhasilan program, dan yang terakhir adalah Analisa Opinion Leader untuk mendukung suksesnya suatu program kehumasan. Dari langkah pertama maka akan didapat suatu permasalahan yang akan diselesaikan, untuk menyelesaikan masalah setelah masalah didefinisikan, diteruskan dengan proses kerja berikutnya. Langkah Kedua, yaitu dalam rumusan spesifik program Humas dari Thomas L. Harris adalah membuat perencanaan dan program yakni membuat keputusan mengenai publik program, strategi dan tujuan yang ditetapkan, sasaran publiknya, tindakan dan strategi.Rencana dan strategi untuk sosialisasi Balakar dirancang dan disusun secara rapi dan terarah oleh Bapak Sahrudin selaku Kepala Seksi Informasi Dan Publikasi dengan berkoordinasi dengan Bapak Mujito sebagai penyuluh dalam sosialisasi Balakar.
Merencanakan sesuatu program yang tujuan mengubah
pandangan masyarakat bukan sesuatu yang mudah karena, fungsi dan peran program komunikasi yaitu mengkomunikasikan sesuatu pesan atau informasi kepada khalayak yang hendak dijangkau untuk mencapai tujuan
92
yang telah ditetapkan dan menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan prilaku, perubahan prilaku dari target sasaran dari sosialisasi, dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan suatu program komunikasi yang dilakukan Humas haruslah direncanakan secara matang dan terkordinir, selanjutnya pada bagian proses kerja Humas pada tahap perencanaan ini Humas menetapkan tujuan yang jelas yaitu memberikan pemahaman masyarakat tentang antisipasi bahaya kebakaran dilingkungan mereka dan mengubah paradigma negatif warga masyarakat terhadap Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB. Untuk meraih hasil yang maksimal dalam program yang dijalalankan, Humashendaknya membuat perencanaan dengan menekankan, bahwa pesan utama harus sampai kepada khalayak yang dituju. Tujuan ini sudah sesuai dengan teori dari Frank Jeffkins yang menyatakan bahwa prinsip penetapan Public Relations merupakan suatu kegiatan yang terencana dan suatu usaha yang terus menerus untuk dapat memanfaatkan serta mengembangkan itikad baik (goodwill) dan pengertian timbal balik (mutual understanding) antara suatu organisasi dan masyarakat. Timbal balik ( Feedback) dari peserta pada sosialisasi dapat dijadikan ukuran sejauhmana tujuan Humas dalam menyampaikan pesan utama sampai dan diterima oleh peserta sosialisasi dalam hal ini warga masyarakat Kelurahan Duri Pulo, Penyampaian pesan utama dari Humas pada saat sosialisasi berlangsung yang menjadi bagian penting dalam sosialisasi Balakar yaitu memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya
kebakaran dengan mengajak mereka
93
bekerjasama dalam pencegahan awal kebakaran dan mampu menggunakan alat pemadam kebakaran yang ada dilingkungan mereka dan mengubah paradigma masyarakat terhadap Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB yang dianggap datang terlambat ketika terjadi kebakaran, selain itu pada tahap perencanaan ini Humas harus dapat menetapkan khalayak yang akan menjadi sasaran program, karena sasaran adalah langkah penting dalam proses perencanaan, suatu perusahaan yang telah menetapkan sasarannya mengetahui apa yang ingin dicapai dengan strategi yang ditetapkannya, dan kapan suatu strategi dikatakan telah berjalan dengan baik. Program merupakan campuran kebijaksanaan dengan prosedur.Kebijaksanaansudah digariskan dalam humas yang merujuk pada organisasi tempat humas itu dioperasikan. Prosedur adalah tata cara yang meliputi pilihan tindakan untuk ditetapkan salah satu daripadanya.97 Dari definisi tersebut, Humas dituntut dapat merumuskan suatu program komunikasi
yang sesuai
dengan kebutuhan instansi dan stakeholder, sebagai jembatan antara stakeholder dengan Instansi peran media komunikasi memiliki peran yang sentral terutama pada pelaksanaan Sosialisasi Balakar.Menurut Frank Jefkins bahwa media dan tehnik Public Relations sangat bervariasi dan berbeda dengan media yang digunakan sesuai dengan khalayak yang hendak dituju.Sosialisasi Public Relations sangat berbeda dengan sosialisasi periklanan, maka media yang digunakanpun berbeda sesuai dengan tujuan dan khalayak yang hendak diraih.Media merupakan hal 97
Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal 100
94
yang sangat penting dalam upaya menginformasikan program- program sosialisasi yang dilakukan oleh praktisi Public Relations untuk itu kepiawaan dan kejelian dalam menentukan media yang akan digunakan akan terlihat dampak langsung berhasil atau tidaknya sebuah program sosialisasi public relations. Beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media sosialisasi adalah jangkauan media, tipe dan ukuran besarnya khalayak, biaya, waktu dan tujuan serta objek sosialisasi. Media yang akan digunakan adalah media tatap muka langsung pada saat sosialisasi dan didukung dengan penyebaran brosur, diktat tentang pencegahan kebakaran kepada peserta, selain poster-poster yang ditempel di Kelurahan, keselurahan media komunikasi diharapkan dapat menunjang keberhasilan dari Sosialisasi Balakar. Langkah Ketiga, dalam rumusan spesifik public relations menurut Thomas L. Harris adalah melakukan aksi dan komunikasi. Langkah ini juga dilakukan oleh HumasDinas Pemadam Kebakaran Dan PB setelah melalui tahap perencanaan strategi Humas yang digagas oleh Thomass L Harris.Adapun pelaksanaan program-program yang dilakukan padamedio April – Juli 2013. Pelaksanaan program-program yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mengadakan
Pertemuan
Awal
Dengan
Tokoh
Masyarakat(Opinion Leader).Hubungan baik antara masyarakat dengan Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB diawali dengan tatap muka dengan unsure tokoh masyarakat sebagai bentuk komunikasi
95
antar pribadi, tatap muka antara tokoh masyarakat dengan personel Dinas Pemadam Kebakaran yang diwakili oleh Kepala Seksi Sektor dengan mengunjungi unsure ketua RW dilingkungan Kecamatan Tambora, menurut Effendy dibanding dengan bentukbentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap kepercayaan, opini, dan prilaku komunikasi. Opinion Leader diyakini akan mampu mengarahkan warga masyarakat untuk berpatisipasi dalam program Sosialisasi Balakar.
2. Media Komunikasi yang Digunakan Media komunikasi yang digunakan oleh Humas Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB
adalah melalui tatap muka dengan tokoh
masyarakat dan peserta kegiatan, sesuai dengan perspektif Model Two Way Symetrical Gruning melalui komunikasi dua arah yang menggambarkan bahwa komunikasi yang dilakukan melalui dua arah timbale balik”. Timbal balik tersebut antara Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana dengan public eksternal yang memanfaatkan strategi sosialisasi. Bahkan model komunikasi ini adalah saling pengertian, dukungan dan saling menguntungkan melalui teknik komunikasi persuasive (membujuk), pandangan Gruning tentang model komunikasi dua arah yang simetrik ini, menurut peneliti sangat cocok bagi model
komunikasi yang
96
diterapkan oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana. Karena model ini mengarah bagi khalayak untuk saling membangun pengertian, mampu memecahkan atau menghindari suatu
konflik,
dan
dalam
penyampaian
informasi
juga
menggunakan teknik-teknik membujuk, agar khalayak atau individu yang disosialisasikan merasa tertarik dengan apa yang disosialisasikan, karena komunikasi yang diterapkan adalah dengan dua arah, maka arus komunikasinya pun dengan cepat dapat ditanggapi, selain itu Humas juga memasang poster tentang pencegahan kebakaran di kelurahan, untuk peserta diberikan diktat( buku
panduan)
tentang
pencegahan
dini
kebakaran
dan
penanggulangan kebakaran awal. 3. Pembentukan Korps Balakar Di Tingkat Kelurahan Secara garis besar, dengan adanya Strategi Public Relations dalam upaya penanggulangan bahaya kebakaran pada kawasan rawan kebakaran. Diharapkan pelayanan sosialisasi tentang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran akan menjadi lebih baik dari sistem yang sudah ada dan sekaligus perubahan paradigma pelaksanaan pelayanan yang lebih terarah dan positif yang selalu berlandasan kepada 3 (tiga) elemen yaitu :Masyarakat, Organisasi Pemerintah, dan sumber daya aparatur pemerintah di dalamnya sehingga tercapainya rasa nyaman masyarakat terhadap bahaya kebakaran. Sesuai dengan komitmen tersebut untuk lebih menjalin
97
tali persaudaraan antara masyarakat dengan Dinas Pemadam Kebakaran Dan PB, pasca kegiatan para peserta dibentuk menjadi Korps Balakar tingkat Kelurahan yang tujuan apabila dilingkungan mereka terjadi kebakaran, mereka menjadi ujung tombak dan merekalah yang menghubungi DPK Dan PB lewat radio komunikasi apabila lingkungan mereka terjadi kebakaran. Langkah Keempat, yaitu evaluasi program. Mengevaluasi program adalah langkah terakhir yang dilakukan dalam langkahlangkah program kerja public relations menurut teori Thomas L. Harris.Evaluasi ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan penilaian terhadap keberhasilan program.Evaluasi yang digunakan menggunakan metode pre test dan post test, dengan metode ini diharapkan dapat diketahui sejauhmana tingkat pengubahan prilaku, tingkat pemahaman serta peningkatan tingkat pengetahuan para peserta, karena Dalam proses komunikasi, kognisi atau pengetahuan sering dipandang sebagai salah satu hasil akhir dan tujuan terpenting Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramm mengatakan bahwa pengetahuan merupakan wujud dari kenyataan atau kebenaran informasi dan prinsip- prinsip yang dimiliki oleh manusia. Seseorang mengetahui berarti dia mengamati secara langsung, memiliki pengalaman, mengenali atau sudah biasa terhadap suatu hal, menginsafi kesamaan dengan sesuatu yang sudah lebih dulu diketahui, memahami, meyakini atau merasa pasti
98
serta menyadari kebenaran suatu hal.Dari definisi tersebut jelas bahwa
pengubahan
prilaku
dan
peningkatan
pemahaman
merupakan bagian dari tujuan yang ingin dicapai.Selain itu untuk periode enam bulan kedepan akan dihitung jumlah kebakaran didaerah tersebut, dengan perhitungan tersebut dapat diketahui naik atau turunnya intensitas kebakaran didaerah yang menjadi target sasaran Sosialisasi Balakar.
Setelah diadakan evaluasi maka
Humas mendapatkan hasil turunnya intensitas kebakaran diwilayah Kelurahan Jembatan Besi, dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa Strategi Public Relations yang digunakan Humas berjalan efektif karena mampu menjangkau khalayak sasaran program.