BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian SD Negeri Gebugan 01 adalah Sekolah Dasar Negeri
dengan
nomor
statistik
sekolah
(NSS)
101032213001 dan NPSN 20320676 yang beralamat di Jl. PTP XVIII Gebugan RT 01/I, Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. SD Negeri Gebugan 01 berdiri sejak tahun 1957 yang berada di tanah miliki desa seluas 1625 m2 dengan luas bangunan 627 m2. Jarak sekolah dengan kantor kecamatan sekitar 3 km dan jarak sekolah dengan pusat otonomi daerah 7 km. Visi dan Misi SD Negeri Gebugan 01 adalah “luhur dalam pekerti, prima dalam prestasi, santun dalam berperilaku”. Misi SD Negeri Gebugan 01 adalah: 1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME; 2. Meningkatkan Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 3. Membina dan mengembangkan minat dan bakat untuk meraih prestasi baik akademik maupun non akademik;
4. Membina dan mengembangkan budi pekerti luhur serta budaya bangsa menuju karakter bangsa yang santun.
63
Sebagai sekolah yang telah lama berdiri kondisi bangunan yang dimiliki SD Negeri Gebugan 01 masih banyak yang harus dibenahi. SDN Gebugan 01 memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang guru, 1 ruang perpustakaan dan mushola, yang semuanya dalam kondisi yang baik. Namun SD Negeri Gebugan 01 hanya memiliki 3 ruang WC untuk siswa dan 2 ruang WC untuk guru dan 1 gudang yang semuanya dalam kondisi rusak. Sekolah juga memiliki seperangkat gamelan dan alat rebana tetapi tidak memiliki ruang untuk latihan sehingga setiap latihan anak harus membawa keluar masuk alat-alat tersebut karena harus bergantian dengan ruang kelas. Jumlah guru dan karyawan di SD Negeri Gebugan 01 adalah 12 orang yang terdiri dari 8 orang guru negeri, 2 orang guru Wiyata Bhakti dan 2 orang karyawan wiyata bhakti.
4.2 Hasil Penelitian Hasil dalam penelitian ini sudah divalidasi oleh ahli atau orang yang kompeten di bidangnya. Untuk peran guru dalam perencanaan sekolah ramah anak hasil wawancaranya sudah divalidasi oleh pengawas sekolah. Untuk peran orang tua siswa, masyarakat dan komite dalam perencanaan sekolah ramah anak hasil wawancarnya sudah divalidasi oleh ketua komite sekolah, dan untuk kegiatan menghasilkan sebuah perencanaan yang partisipatif sudah divalidasi oleh 64
forum kelompok kerja kepala sekolah di tingkat Kecamatan Bergas yang terdiri dari kepala sekolah negeri, swasta dan madrasah ibtidaiyah, baik sekolah inti maupun sekolah imbas dan diuji keefektifannya melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD). 4.2.1 Peran guru dalam perencanaan sekolah ramah anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas Sekolah ramah anak adalah sekolah dimana siswa merasa aman dan nyaman berada di dalamnya sehingga siswa tersebut dapat mengembangkan potensinya dengan baik. Kemampuan sekolah untuk menjadi atau untuk menyebut dirinya „ramah anak‟ sangat ditentukan dengan tingkat dukungan, partisipasi, dan kerjasama yang diperoleh dari keluarga. Oleh karena itu diperlukan adanya peran serta aktif dari semua anggota sekolah. Berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh peneliti di lapangan menunjukkan bahwa SD Negeri Gebugan 01 sedang merencanakan diri untuk menjadi sekolah ramah anak. Dalam mewujudkan rencana sekolah menjadi sekolah ramah anak, pihak sekolah menjalin komunikasi aktif dengan guru. Keterlibatan guru dalam perencanaan sekolah ramah anak diawali dengan merumuskan tujuan yang jelas atau operasional dari program yang akan dilaksanakan sekolah yaitu sekolah ramah anak.
65
Berikut ini adalah petikan wawancara peneliti dengan guru kelas I di SD Negeri Gebugan 01 tentang peranserta guru dalam merumuskan tujuan program sekolah ramah anak. “dalam menyusun suatu program di sekolah, harus dirumuskan tujuannya terlebih dahulu. Program sekolah ramah anak yang ingin dilaksanakan di SD Negeri Gebugan 01 bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi siswa pada saat berada di lingkungan sekolah.Dan saya bersama-sama dengan guru dan komite sekolah membuat rumusan tujuan dari program sekolah ramah anak tersebut.”
Pernyataan di atas telah divalidasi oleh pengawas yang menyatakan sebagai berikut: “saya bersama-sama dengan guru dan komite sekolah merumuskan tujuan dari program yang ingin kami laksanakan yaitu sekolah ramah anak.Sebagai di ketahui bersama bahwa sekolah ramah anak adalah sekolah yang memberikan rasa aman dan nyaman pada siswa pada saat berada dilingkungan sekolah sehingga siswa mampu berprestasi.”
Setelah tujuan dari program sekolah dirumuskan maka dilanjutkan dengan mengidentifikasi dan menganalisis data terkait dengan masalah yang ada. Kepala sekolah, guru,
dan komite sekolah di SD
Negeri Gebugan 01 melakukan identifikasi terhadap kondisi sekolah. Identifikasi kondisi sekolah dilakukan dengan cara Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dan analisis SWOT. EDS dan analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui kondisi sekolah secara lebih mendalam. 66
Berikut ini adalah petikan wawancara peneliti dengan guru kelas V di SD Negeri Gebugan 01 yang menyatakan sebagai berikut: “langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan menganalisis data yang dimiliki sekolah terkait dengan program sekolah ramah anak. Kami, para guru bersama dengan kepala sekolah dan anggota komite sekolah berusaha untuk mengidentifikasi data yang dimiliki sekolah melalui kegiatan EDS dan analisis SWOT. Dari hasil EDS diperoleh kondisi real sekolah dan dari analisis SWOT diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh sekolah. Dan nantinya akan dilakukan analisis terhadap data tersebut.”
Pernyataan di atas dibenarkan pengawas sekolah tentang peranserta guru dalam perencanaan SRA. “Setelah tujuan program di buat, maka dilanjutkan dengan mengidentifikasi data yang telah diperoleh dari kegiatan EDS dan analisis SWOT yang dilaksanakan oleh guru, kepala sekolah dan komite sekolah. Data tersebut nantinya akan dianalisa untuk diketahui faktor apa saja yang natinya dapat menjadi faktor pendukung dan faktor peghambat pelaksanaan SRA.”
Tahap
selanjutnya
membandingkan
kondisi
yang dimiliki sekolah dengan persyaratan yang harus dimiliki sekolah untuk menjadi sekolah ramah anak. Untuk memberdayakan potensi anak, sekolah tentunya harus memprogramkan sesuatu yang menyebabkan potensi anak tumbuh dan berkembang. Konsekuensi menciptakan sekolah ramah anak tidaklah mudah karena sekolah di samping harus menciptakan
67
program sekolah yang memadai, sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang edukatif. Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
guru
kelas VI di SD Negeri Gebugan 01 dapat diketahui bahwa kepala sekolah berusaha mencari alternatif agar sekolah dapat menjadi sekolah ramah anak misalnya dengan melakukan kerjasama dengan DUDI dan para orang tua siswa untuk menggalang dana. Berikut ini adalah petikan wawancara peneliti dengan guru: “setelahdata yang dimiliki sekolah di identifikasi dan dianalisis kemudian dilanjutkan dengan mencari alternatif apa yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk mendukung program sekolah ramah anak. Misalnya dari data yang ada sekolah kami belum memiliki pagar pelindung serta kondisi lapangan yang masih tanah sehingga kami membutuhkan dana untuk membangun pagar dan halaman sekolah. Alternative yang kami lakukan diantaranya adalah menjallin komunikasi dengan DUDI dan para orang tua siswa untuk menggalang dana.”
Pernyataan di atas dibenarkan oleh pengawas sekolah yang menyatakan sebagai berikut: “bapak dan Ibu guru memang memiliki peran yang sangat besar Bu. Beliau-beliau ikut serta dalam mencarikan alternatif bagi sekolah untuk dapat menjadi sekolah ramah anak.seperti misalnya dengan menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua siswa dan DUDI untuk menggalang dana untuk pembenahan sekolah.”
Tahapan
terakhir
dari
proses
perencanaan
adalah menyusun rencana kegiatan. Rencana kegiatan 68
yang disusun oleh SD Negeri Gebugan 01 tertuang dalam draf perencanaan sekolah ramah anak yang meliputi 12 indikator yaitu letak lokasi sekolah, adanya kurikulum yang ramah anak, pengunaan metode PAIKEM,
pembelajaran
yang
melayani
kebutuhan
anak, kondisi sekolah yang sesuai untuk kondisi anak, adanya sarana penunjang pendidikan, halaman sekolah yang luas, hijau dan ramah, ketersediaan sumber belajar, tenaga pendidik dan kependidikan yang sesuai dengan bidangnya, pengelolaan sekolah yang transparan dan strategi sekolah yang tepat. Rencana kegiatan di susun oleh semua anggota sekolah. Hasil wawancara peneliti dengan ketua komite tentang penyusunan perencanaan sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan 01 yang bersifat partisipatif. “agar diperoleh perencanaan yang partisipatif, kami memang melibatkan semua anggota sekolah dan unsur-unsur yang lain. Kami membuat beberapa perencanaan yang disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai kurang lebih ada 12 indikator seperti ini Bu (sambil menunjukkan draf perencanaan sekolah ramah anak).”
Penjelasan ketua komite di atas dibenarkan oleh pengawas sekolah yang menyatakan sebagai berikut: “kepala sekolah bersama dengan anggota sekolah lainnya membuat sebuah draf perencanaan sekolah ramah anak. Draf tersebut meliputi 12 indikator yang ingin di capai sekolah dalam perencanaan sekolah ramah anak dan dalam pelaksanaannya tentunya perlu dukungan dari berbagai pihak.”
69
Berdasarkan hasil wawacara di atas dapat diketahui semua warga sekolah bersama dengan komite membuat draf perencanaan sekolah ramah anak yang meliputi 12 indikator yang ingin dicapai sekolah. 4.2.2 Peran
Orang
Tua
Siswa,
Masyarakat
dan
Komite Sekolah dalam Perencanaan Sekolah Ramah Anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas Orang tua siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah juga diharapkan untuk berperan serta aktif dalam kegiatan di sekolah. Tujuannya adalah agar orang tua dan masyarakat lebih mengetahui apa yang terjadi di lingkungan sekolah. Dalam upaya menciptakan sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan 01, pihak sekolah juga berusaha untuk mengikutsertakan orang tua siswa dan masyarakat. Perencanaan sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan 01 dilakukan sebagai upaya sekolah untuk menjadi sekolah yang ramah anak. Perencanaan tersebut diawali dengan melakukan EDS. Berikut ini adalah petikan wawancara peneliti dengan orang tua siswa yang menyatakan sebagai berikut: "dalam perencanaan sekolah ramah anak, kami memang melibatkan semua anggota sekolah tak terkecuali orang tua dan masyarakat yang ada di sekitar lingkungan sekolah. mereka berperan serta dalam menjawab angket eds yang saya berikan
70
khususnya tentang standar pembiayaan. karena program sekolah ramah anak akan membutuhkan dana yang cukup banyak. betul tidak bu".
Pernyataan di atas dibenarkan oleh komite sekolah sebagai berikut: "untuk memulai suatu program diperlukan adanya perencanaan yang matang agar program tersebut dapat berjalan lancar. program sekolah untuk menjadi sekolah yang ramah anak dilakukan perencanaan yang matang dengan melakukan eds oleh kepala sekolah. EDS tersebut dilakukan terhadap 7 orang komite sekolah, 10 orang guru dan 60 orang siswa. dan angket eds untuk komite sekolah adalah tentang standar pembiayaan."
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah ikut serta dalam perencanaan sekolah ramah anak dengan mengisi angket Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Orang tua siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan SD Negeri Gebugan 01 juga terlibat aktif dalam kegiatan analisis SWOT yang dilakukan oleh kepala
sekolah.
Kondisi
harmonis
antara
warga
sekolah menjadi salah satu kekuatan yang dimiliki sekolah khususnya dalam perencanaan sekolah yang ramah anak. Selain itu juga kepedulian orang tua dan alumni terhadap sekolah menjadi salah satu peluang yang dimiliki sekolah. Berdasarkan dokumentasi analisis SWOT yang diperoleh peneliti di lapangan menunjukkan bahwa
71
orang tua siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah berperan
serta aktif dalam
perencanaan
sekolah ramah anak. Berikut ini adalah petikan wawancara peneliti dengan salah satu orang tua siswa SD Negeri Gebugan 01. “sebagai salah satu anggota sekolah kami sebagai orang tua siswa juga ikut beperan serta dalam meningkatkan kualitas sekolah. bentuk kepedulian para orang tua dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah antara lain tercipta hubungan yang harmonis antara warga sekolah, para orang tua dan alumni juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kemajuan sekolah.”
Pernyataan di atas dibenarkan oleh komite sekolah yang menyatakan sebagai berikut: “sebagaimana telah saya kemukakan sebelumnya, bahwa dalam perencanaan sekolah ramah anak kami melakukan analisis swot untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi sekolah. Nah, dari hasil analisis swot yang kami lakukan dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang harmonis di antara warga sekolah (orang tua dan masyarakat) serta adanya kepedulian dari para orang tua dan alumni terhadap perkembangan sekolah.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa orang tua dan masyarakat di sekitar lingkungan SD Negeri Gebugan 01 ikut serta dalam melakukan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi sekolah.
72
Bentuk peranserta orang tua siswa dan masyarakat terhadap sekolah yang lainnya adalah dengan menciptakan lingkungan inklusif dan ramah bagi pembelajaran anak di rumah. Hal itu merupakan salah satu aspek pengembangan sekolah ramah anak dimana suasana lingkungan rumah menjadi tempat yang aman bagi anak untuk belajar. Karena dengan adanya lingkungan yang aman anak menjadi lebih berkonsentarsi dalam belajar sehingga prestasi yang diperoleh juga akan semakin meningkat. Penjelasan dari salah satu tokoh masyarakat yang kebetulan sebagai orang tua siswa di sekolah berikut ini memperkuat informasi di atas. “sebagai orang tua kami selalu beruasaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak untuk belajar ketika berada di rumah. misalnya ruang belajar yang terang, suasana yang sepi, sarana belajar pendukung lain yang dibutuhkan oleh anak. ya, pokoknya agar anak merasa nyaman untuk belajar sehingga apa yang mereka pelajari dapat cepat ditangkap oleh otak. Betul tidak bu.”
Pernyataan di atas dibenarkan oleh komite sekolah yang menyatakan sebagai berikut: “sesuai dengan artinya bahwa sekolah ramah anak adalah sekalah yang mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar. Kami bekerjasama dengan orang tua siswa berusaha untuk menciptakan lingkungan sekolah dan lingkungan rumah yang kondusif untuk belajar bagi siswa. Dengan adanya lingkungan yang kondusif siswa akan belajar dengan senang tanpa merasa ada paksaan dari guru dan orang tua. Oleh karena itu peranserta orang tua dan masyarakat di sekitar
73
lingkungan sekolah sangat penting dalam upaya menciptakan sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan 01 ini. Kurang lebihnya begitu bu.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa peranserta orang tua dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah sangat penting dalam upaya menciptakan sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan 01. Peranserta orang tua dan masyarakat dalam perencanaan sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan 01 adalah dengan memberikan dukungan dalam menciptakan lingkungan inklusif dan ramah bagi pembelajaran anak di rumah dalam pengembangan kurikulum Sekolah Ramah Anak (SRA). Orang tua siswa dan masyarakat bersama-sama dengan sekolah membuat rencana strategis untuk menciptakan sekolah ramah anak. Berdasarkan hasil wawancara peneliti komite sekolah tentang keterlibatan orang tua dan masyarakat
dalam
pembuatan
rencana
strategis
sebagai upaya sekolah untuk menciptakan sekolah ramah anak. Rencana strategis tersebut tertuang dalam rencana kerja sekolah. Berikut ini adalah petikan wawancara peneliti dengan orang tua siswa tentang pembuatan rencana strategis dalam upaya menciptakan sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan 01. “peranserta yang lainnya adalah keikutsertaan kami dalam pembuatan rencana strategis bersama-sama dengan kepala sekolah dan guru. Rencana yang kami buat untuk menjadi sekolah ramah anak, kami tuangkan dalam rencana kerja
74
sekolah seperti ini Bu (sambil menunjukkan dokumen rencana Kerja sekolah, data terlampir).”
Pernyataan di atas diperkuat oleh komite sekolah tentang peran serta orang tua siswa dan masyarakat dalam pembuatan rencana strategis sekolah. “peranserta orang tua siswa dan masyarakat yang lainnya adalah keterlibatan mereka dalam pembuatan rencana kerja sekolah. Di dalam RKS tersebut dijelaskan rencana apa saja yang akan dilakukan sekolah selama 8, 4 atau 1 tahun yang akan datang. Dalam kaitannya dengan perencanaan sekolah untuk menciptakan sekolah ramah anak, rencana yang kami buat seperti ini Bu (sambil menunjukkan dokumen RKS SD Negeri Gebugan 01).”
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumen di atas dapat diketahui bahwa orang tua siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan SD Negeri Gebugan 01
ikut
berpartisipasi
aktif
dalam
perencanaan
sekolah dalam upaya menciptakan sekolah ramah anak. Keikutsertaan orang tua siswa dan masyarakat antara lain kepedulian orang tua dan alumni dalam membantu pengembangan sekolah, dan keikutsertaan orang tua dan masyarakat dalam pembuatan rencana kerja sekolah (RKS). 4.2.3 Menghasilkan
Sebuah
Draf
Perencanaan
Sekolah Ramah Anak (SRA) yang Partisipatif di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas Untuk menghasilkan sebuah perencanaan diperlukan persiapan dan koordinasi yang matang sehingga 75
desain produk perencanaan yang dihasilkan benarbenar dapat dilaksanakan di sekolah. Persiapan yang diperlukan
dalam
perencanaan
meliputi
langkah-
langkah sebagai berikut: 1. Desain Awal Perencanaan Sebagai langkah awal sebelum peneliti membuat sebuah draf perencanaan terlebih dahulu melakukan kegiatan Evaluasi Diri Sekolah/EDS yang meliputi 8 standar. Dari hasil EDS disesuaikan dengan visi misi dan tujuan sekolah yang ada tentunya visi misi dan tujuan sekolah belum mengalami perubahan karena baru beberapa tahun dirumuskan. Oleh karena itu peneliti langsung melakukan kegiatan analisis swot. Dari hasil analisis swot yang dilakukan diperoleh data kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman seperti yang digambarkan dalam tabel terlampir. Berdasarkan diagram kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman peneliti menyusun rencana strategis untuk menentukan langkah pengembangan yang akan dilakukan yaitu dengan strategi (S-O) dimana untuk menekan atau menutup kelemahan yang dimiliki sekolah memanfaat kekuatan yang ada dengan menangkap setiap potensi dan peluang yang dimiliki. Hal ini dengan adanya beberapa alumni sekolah yang mapan dan peduli terhadap perkembangan pendidikan serta adanya kegiatan infaq Jumat yang dapat digunakan sebagai antisipasi penggalangan dana sehingga perenca-
76
naan yang disusun tidak mengalami hambatan dalam pelaksanaanya nanti. Setelah
kegiatan
awal
diperoleh
data
yang
otentik, peneliti membuat rancangan atau desain draf perencanaan awal yang terdiri dari 12 indikator di antaranya adalah: (1) letak lokasi sekolah; (2) adanya kurikulum yang ramah anak; (3) penggunaan metode PAIKEM dalam proses pembelajaran; (4) pelayanan pembelajaran kepada siswa dengan sistem pola pengasuhan; (5) bangunan ruang kelas yang kokoh, sehat, dan aman yang memenuhi standar dan terbebas dari polusi; (6) tersedianya sarana penunjang pendidikan yang yang ramah anak; (7) halaman sekolah yang hijau dan ramah; (8) pengadaan sarana prasarana yang ramah anak; (9) tersedianya buku sumber dan buku reveransi; (10) pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten di bidangnya; (11) pengelolaan sekolah yang transparan dan akuntabel; (12) strategi sekolah yang ditetapkan bersama tim pengembang sekolah seperti digambarkan dalam tabel terlampir. 2. Validasi Pakar Setelah desain draf perencanaan disusun kemudian divalidasi oleh pakar melalui forum rapat Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S). Dari proses validasi menghasilkan masukan, tanggapan dan saran serta simpulan sebagai berikut:
77
1. Validasi dari bapak Sutono, S.Pd. (Kepala SD Negeri Karangjati 03) salah satu sekolah inti di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan Bergas “Saya sangat setuju dengan susunan draf perencanaan yang disusun ibu Jumriyah semoga dapat dilaksanakan di SD Negeri Gebugan 01 dengan baik dan nantinya dapat diikuti oleh sekolah-sekolah lain di lingkungan Kecamatan Bergas sehingga semua sekolah dapat melaksanakan proses pembelajaran yang benar-benar ramah anak. Perencanaan ini disusun berdasarkan kebutuhan dan kondisi yang ada di hampir seluruh sekolah negeri dan apabila perencanaan ini benar-benar dilaksanakan saya yakin SD Negeri Gebugan 01 menjadi sekolah yang ramah anak seperti yang diharapkan. Hanya ada beberapa hal yang harus ditambahkan di antaranya adalah unsur partisipan perlu ditambah tokoh masyarakat karena program ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa partisipasi aktif dari masyarakat sekitar”.
2. Validasi dari Budi Rahayu, S.Pd (Kepala SD Negeri Diwak) salah satu SD Imbas di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan Bergas “Draf perencanaan yang disusun oleh bu Jumriyah sangatlah bagus, namun semua itu akan dapat dilaksanakan apabila sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru, penjaga, TU dan karyawan di sekolah mampu menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat untuk bersama-sama menggali potensi yang ada di sekolah sehingga program ini dapat terwujut. Peranserta masyarakat dan dunia usaha sangat menentukan kesuksesan perencanaan ini karena perencanaan yang tersusun tidak akan dapat dilaksanakan tanpa ada biaya mencukupi, sekolah harus mampu menggali dana dari berbagai fihak yang peduli terhadap pendidikan khususnya di
78
lingkungan desa Gebugan. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah juga sangat diperlukan”.
3. Validasi dari Bapak Amarodin (Kepala MI Ar-Risyad Bergas Lor) “Perencanaan yang disusun hendaknya dapat dilaksanakan untuk semua sekolah jadi sumber dana yang dipersiapkan dan pihak-pihak yang terkait juga tergantung pad sekolah itu sendiri, intinya jangan takut untuk melaksanakan karena kendala biaya justru itu sebagai tantangan buat kita untuk mampu mencari solusi yang terbaik agar perencanaan yang disusun oleh bu Jumriyah ini dapat kita pedomani untuk dilaksanakan di sekolah kita dan ditentukan langkah antisipasi untuk mensikapi hambatan yang kemungkinan dihadapi”.
4. Validasi dari hasil musyawarah dikuatkan dan disimpulkan
oleh
Bapak
Sutaya,
S.Pd
M.Pd.
(Pengawas di UPTD Pendidikan Kecamatan Bergas Sebagai Pakar Pendidikan). “Pada prinsipnya perencanaan yang disusun bu Jumriyah sangat bagus. Sesuai dengan situasi yang ada di lapangan yaitu di SD Negeri Gebugan 01, perencanaan ini sangat tepat dimana masing-masing indikator tersusun dengan jelas, sumber dana didesain dengan jelas dari mana sumbernya, dan unsur-unsur partisipasi yang diharapkan juga sudah direncanakan siapa saja yang nantinya terlibat dalam program/perencanaan ini. Hanya ada beberapa masukan, saran dan penyempurnaan dari teman-teman kepala sekolah yang kemudian direkap dan dipertegas oleh perwakilan kepala sekolah inti dan kepala sekolah imbas. Di sini saya sebagai pengawas akan melengkapi sehingga perencanaan ini nantinya benar-benar dapat dilakasanakan di SD Negeri Gebugan 01 sebagai tindak lanjut dari draf perencanaan yang telah
79
disusun. Dalam proses pelaksanaannya nanti kami dari jajaran UPTD akan melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan agar dalam pelaksanaannya benar-benar dapat berjalan dengan baik dengan dana yang teralokasi dan dapat dipertanggung jawabkan dengan sebaikbaiknya”.
Demikian validasi yang dapat kami lakukan semoga draf perencanaan Sekolah Ramah Anak ini nantinya benar-benar dapat dilaksanakan di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang dan segera dapat diikuti oleh sekolah-sekolah lain di lingkungan UPTD Pendidikan Kecamatan Bergas sehingga semua sekolah dapat melaksanakan pembelajaran yang ramah anak seperti yang kita harapkan bersama. Amin Setelah melalui diskusi, musyawarah dan perdebatan peneliti merumuskan hasil validasi berupa desain
draf
perencanaan
yang
kedua
dilengkapi
dengan hasil revisi. 3. Revisi Desain Hasil Validasi Dari hasil validasi pakar yang telah dirangkum dan disimpulkan oleh pengawas terjadi penambahan pada draf perencanaan awal yaitu pada poin partisipan dengan dilibatkannya tokoh masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk berpartisipasi. Juga perlunya ditambahkan bahwa untuk mengantisipasi kekurangan atau hambatan dalam penggalian dana 80
serta
perlunya
menjalin
koordinasi
antara
sekolah dengan UPTD Pendidikan tingkat kecamatan dan Dinas Pendidikan kabupaten untuk pengajuan dana bantuan pemerintah daerah,
propinsi atau
pusat, baik melalui DAK, Bansos maupun Dana Hibah. Hasil validasi pakar digambarkan dalam Draf Perencanaan Sekolah Ramah Anak yang kedua berupa tabel terlampir. 4. Uji Keefektifan Desain Perencanaan Setelah dilakukan validasi pakar dan dirumuskan dalam draf perencanaan yang kedua sebagai draf hasil validasi, peneliti melakukan tahap uji coba keefektifan
produk
melalui
kegiatan
Fous
Group
Discussion (FGD). Kegiatan FGD dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2014 bertempat di rumah Makan Indah Sari Ungaran yang dihadiri oleh semua guru dan karyawan SD Negeri Gebugan 01 dimana penelitian dilakukan, perwakilan kepala sekolah inti, kepala sekolah imbas, madrasah ibtidaiyah, ketua komite SD Neregri Gebugan 01, Kepala Desa, pengawas TK/SD, Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Bergas dan dosen UKSW sebagai nara sumber. Kegiatan dilakukan mulai pukul 08.00 wib sampai selesai. Peserta diskusi melakukan diskusi secara serius dipandu oleh seorang moderator dengan membahas lima pertanyaan yang berkaitan dengan draf perencanaan yang telah mereka pelajari bersama.
81
Kelima pertanyaan yang didiskusikan antara lain: (1) Seberapa besar manfaat perencanaan ini bagi sekolah?;
(2)
Bagaimana
kelayakan
perencanaan
sekolah ramah anak ini?; (3) Sebutkan kelebihan dan kelemahan dari perencanaan sekolah ramah anak ini?; (4) Hambatan dan kendala apa saja yang mungkin dihadapi ketika perencanaan ini nanti dilaksanakan di sekolah?; (5) Berikan masukan dan saran untup perbaikan perencanaan sekolah ramah anak ini? Dari hasil diskusi dapat peneliti simpulkan masukan dan saran perbaikan seperti catatan notulen hasil diskusi oleh notulis berikut ini. Diawali dengan sambutan dari Dr. Bambang Ismanto, M.Si sebagai nara sumbar sebagai berikut: “FGS berasal dari Amerika, konsep FGD itu adalah fokus diskusi kelompok untuk saling menyamakan konsep, melegakan, mencerdaskan, toleransi dan konfirmasi. Data kualitatif (situasi perilaku orang secara psikis) merupakan data kompleks. Perlengkapan data (wawancara, dokumen, observasi) dengan klasifikasi, konfirmasi, respon, positif thingking dengan menggunakan keabsahan triangulasi data. Sekolah Ramah Anak (SRA) sekarang namanya sekolah inklusi”.
Dilanjutkan rangkuman hasil diskusi sebagai berikut: 1. Seberapa
besar
manfaat
perencanaan
ramah anak (SRA) bagi sekolah? Jawaban:
82
sekolah
Pak Gogo (perwakiln kepala sekolah di jajaran UPTD Bergas) “Berkaitan dengan SRA bertujuan untuk mengurangi tindakan negative di sekolah. Mengurangi pelanggaran anak di sekolah. Kelebihannya anak motivasi semakin terbangun dalam belajar, memberikan manfaat kerjasama guru dengan siswa”.
Pak Darbi Supriyono (Pengawas TK/SD) “Tanpa perencanaan tidak akan berhasil dalam SRA. Penanganan khusus SRA tidak luput dari perencanaan.Manfaat perencanaan menjadi satu acuan dalam pelaksanaan SRA yang terlaksana akan menjadi baik”.
Pak Ahmad Farian Listianto (Guru Kelas II) “Sekolah Ramah Anak mengembangkan pola pikir, kreativitas, sudah terdapat dalam UU. Dalam perencanaan harusnya mengusulkan bantuan-bantuan untuk memajukan SRA”.
2. Apakah perencanaan SRA ini layak diterapkan di sekolah? Jawaban: Bu Sri Dati, S.Pd, MM (Ka. UPTD Pendidikan Kecamatan Bergas) “Sangat layak, sesuai denga pendahuluan dan sekolah tidak hanya menampung informasi tetapi sebagai wadah untuk interkasi antara guru dan murid. Pertimbangan perkembangan anak sangat penting dalam pembelajaran PAIKEM. Anak bisa dimotivasi agar anak nyaman dan senang. Tidak ada guru yang meninggalkan pembelajaran. Anak di nomor satukan dan diberi
83
kesempatan untuk berkembang. Guru bukan raja dalam kelas masih ada sumber lain”.
Pak Darbi (Pengawas TK/SD) “Sangat layak dan wajib di terapkan di sekolah dan SRA juga berkaitan erta dengan kurikulum 2013 serta berkesinambungan. SRA itu dapat memunculkan 5 S (Salam, Sapa, Senyum, Sayang dan Santun). SRA muncul suasana gembira, aman, nyaman dan senang “.
Pak P Yosep( Guru Kelas IV) “Mengenai SRA sangat layak, hal-hal yang mendukung seorang guru harus menerapkan dalam keseharian (salam pagi dan ucapan).SRA anak merasa di hargai”.
3. Sebutkan
kelebihan
dan
kekurangan
perencaaan sekolah ramah anak (SRA) ini? Jawaban: Bpk Joko Wahyudi (Ka. Komite Sekolah) “Kelebihan; Anak merasa nyaman dan aman. Kekurangan; penambahan biaya dari sisi orang tua ada dilematis di desa ada momok “sekolah gratis”. Melalui kerjasama dengan komite sekolah agar sukses dalam SRA”.
Pak Darbi (Pengawas) “Fokus pada perencanaan. Kelebihannya; manusia, material, dan Money (sudah lengkap). Kekurangannya; pada sumber dana, perkiraan biaya (perincinaan dana) bisa dinominalkan”.
84
dari
Ka UPTD “Kelebihan; Pembelajaran pasti anak tertarik. Dalam konsep SRA tidak harus membeli melainkan guru dituntut lebih kreatif untuk menciptakan alat peraga yang menarik di sekitar lingkungan”.
Ibu Sri Setyani(Kepala SD Negeri Wujil 01). „Kelebihan; Anak semakin erat dengan guru dan membutuhkan, kekurangannya; dari sarpras yang harus dilengkapi banyak dana dan perlu jangka waktu panjang. Sarpras dan pembelajaran harus seimbang. Anak banyak manja dengan guru”.
Siti Hariyani (Guru SD Negeri Gebugan 01). “Membutuhkan biaya yang besar. Kekurangan nya; sarpras, melihat lapangan yang belum SRA dengan menggunakan uang infaq untuk memaving halaman sekolah. Kelebihannya; SRA tidak perlu dengan biaya besar”.
4. Hambatan/kendala apa saja yang mungkin akan di temua
dalam
penerapan
perencanaan
sekolah
ramah anak ini? Jawaban: Pak Rizal (Guru Penjaskes SD N Gebugan 01). “Hambatan yang akan terjadi; Kualitas pendidiknya dulu harus disamakan pendapat, Faktor kehidupan anak di rumah. Banyak ditemui ketimpangan anak di rumah akan menggangggu dalam lingkungan sekolah. Kecenderungan anak pada kekerasan akan semakin besar. Harus mendalami lingkungan masyarakat sekitar”.
85
Pak Darbi (Pengawas TK/SD) “Hambatan; biaya, peraturan dari pemerintah, panduan/Implementasi dan SDM”.
Ka UPTD (Bu Sri Dati). “Menyusun analisis SWOT SDN Gebugan 01. Jadikan kelemahan, kekuatan untuk maju. Bapak/Ibu guru tidak usah ragu dan SRA tetap harus berjalan”.
Bu Mrdiyah (guru Agama)> “Hambatan; sudah kerjasama dengan nara sumber tetapi anak belum kondusif dan masih perlu proses yang panjang karena anak berasal dari keluarga yang berbeda latar belakang sosial ekonominya sehingga dalam implementasinya nanti guru harus benar-benar mampu memberikan palayanan kepada siswa dengan penuh kasih dan saying”.
Setelah proses diskusi selesai ditutup dengan ucapan terimakasih dari peneliti sebagai berikut: “Terimakasih yang sebesar-besarnya atas tanggapan, masukan saran dan penyempurnaan yang telah diberikan, saya selaku penulis akan membenahi draf yang saya susun untuk selanjutnya menjadi sebuah produk perencanaan sekolah ramah anak yang siap untuk dilaksanakan di sekolah dan saya bersama tim pengembang sekolah akan berupaya semaksimal mungkin untuk menutup kelemahan yang ada dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang kami miliki agar perencanaan ini benarbenar dapat direalisasikan di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, sekali lagi terimakasih semoga perencanaan yang saya susun ini bermanfaat bagi SD Negeri
86
gebugan 01 juga bagi sekolah-sekolah lain yang ingin melaksanakan sekolah ramah anak di sekolahnya.
5. Revisi Hasil FGD Dari hasil kegiatan FGD yang dilakukan, peneliti merangkum, menyimpulkan dan melakukan revisi dari desain draf perencanaan hasil validasi pakar menjadi Perencanaan Sekolah Ramah Anak yang nantinya dapat digunakaan sebagai referensi bagi sekolah untuk diimplementasikan di sekolah. Perencanaan yang disusun ini sebagai perencanaan final yang siap dijadikan pedoman palaksanaan seperti tabel berikut (terlampir).
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa sebuah perencanaan sekolah ramah anak yang nantinya siap dilaksanakan di sekolah. Penelitian
pengembangan
yang
dilakukan
hanya
sampai pada hasil revisi produk tidak sampai pada uji coba pemakaian dan produksi massal karena dalam penelitian ini tidak sampai dengan implementasi. Hasil penelitian yang diperoleh adalah meliputi:
87
4.3.1 Peran
Guru
dalam
Perencanaan
Sekolah
Ramah Anak (SRA) di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas Peran serta guru dalam perencanaan sekolah ramah anak dapat dilihat dari keikutsertaan guru dalam menentukan tujuan dari program sekolah tersebut. Tujuan dibentuknya sekolah ramah anak di SD N Gebugan 01 adalah agar siswa merasa aman dan nyaman ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Apabila siswa sudah merasa aman dan nyaman, maka diharapkan mereka dapat menggali potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu guru sebagai tenaga pendidik dilibatkan dalam kegiatan perencanaan sekolah ramah anak. Konsekuensi menciptakan sekolah ramah anak tidaklah mudah karena sekolah di samping harus menyiapkan dana yang memadai, sekolah juga harus menciptakan lingkungan yang edukatif. Kepala sekolah SD Negeri Gebugan 01 berusaha mencari alternatif agar sekolah dapat menjadi sekolah ramah anak misalnya dengan menggali dana dari luar sekolah, yaitu dengan memberdayakan alumni sekolah yang produktif dan memaksimalkan kegiatan infaq Jumat. Peranserta guru dalam perencanaan Sekolah Ramah Anak di SD Negeri Gebugan 01 meliputi segala aspek, mulai dari pengumpulan data tentang kondisi sekolah sampai dengan menyusun program sekolah agar menjadi sekolah ramah anak. Guru, sebagai tena88
ga pendidik juga harus mampu meciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa dalam menuntut ilmu. 4.3.2 Peran
Orang
Tua
Siswa,
Masyarakat
dan
Komite dalam Perencanaan Sekolah Ramah Anak
(SRA)
di
SD
Negeri
Gebugan
01
Kecamatan Bergas Pendidik selain diperankan oleh guru, juga diperankan oleh orangtua di dalam rumah tangga dan masyarakat. Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 7 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: (1) Orangtua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya; (2) Orangtua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya.
Orang tua siswa yang tergabung dalam komite sekolah
yang
merupakan
badan
independen
di
sekolah/madrasah memegang peranan penting dalam manajemen berbasis sekolah/madrasah. Orangtua/ wali,
keluarga,
masyarakat,
media
cetak,
media
elektronik, dan dunia usaha seyogyanya bekerjasama mendorong
partisipasi
anak
dalam
perencanaan,
desain, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi SRA dalam koordinasi antara komite dengan sekolah/ madrasah. 89
Peranserta
masyarakat
seperti
yang
diatur
dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 8 menyatakan: “Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan”, dan Pasal 9 menyatakan: “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan
pendidikan”.
Peningkatan
efektivitas peran serta masyarakat terutama dunia usaha seyogyanya diatur oleh pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota guna mendukung penerapan SRA. Bentuk peranserta orang tua siswa dan masyarakat terhadap sekolah yang lainnya adalah dengan menciptakan lingkungan inklusif dan ramah bagi pembelajaran anak di rumah. Hal itu merupakan salah satu aspek pengembangan sekolah ramah anak dimana suasana lingkungan rumah menjadi tempat yang aman bagi anak untuk belajar. Dengan adanya lingkungan yang aman anak menjadi lebih berkonsentarsi dalam belajar sehingga prestasi yang diperoleh juga akan semakin meningkat. Orang tua siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan SD Negeri Gebugan 01 ikut berpartisipasi aktif dalam perencanaan sekolah dalam upaya menciptakan sekolah ramah anak. Keikutsertaan orang tua siswa dan masyarakat antara lain kepedulian orang tua dan alumni dalam membantu pengembangan sekolah, dan
90
keikutsertaan orang tua dan masyarakat dalam rencana kerja sekolah (RKS). 4.3.3 Menghasilkan
Sebuah
Draf
Perencanaan
Partisipatif yang Ramah Anak di SD Negeri Gebugan 01 Kecamatan Bergas Perencanaan adalah rangkaian kegiatan menetapkan hal-hal yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang berdasarkan fakta-fakta dan pemikiran yang matang dalam rangka pencapaian tujuan yang diinginkan. Perencanaan juga merupakan pedoman dan acuan bagi para pelaksana kegiatan, agar kegiatan yang ada dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Oleh karena itu diperlukan partisipasi dari semua anggota organisasi atau sekolah agar perencanaan tersebut dapat berjalan lancar. Perencanaan dianggap sebagai suatu fungsi manajemen, dipimpinan (manajer) wajib melaksanakan perencanaan sebagai pedoman dalam kegiatannya untuk mencapai tujuan kejelasan apa yang akan dilakukan, bilamana akan dilakukan dan siapa yang akan melakukannya. Sebagai upaya untuk menghasilkan sebuah perencanaan yang partisipatif, peneliti melakukan sebuah penelitian pengembangan. Kegiatan tersebut diawali dengan tahap studi pendahuluan. Dalam tahap studi pendahuluan peneliti melakukan kajian pustaka atau literature dan melakukan analaisis kebutuhan
91
yang berkaitan dengan informasi tentang sekolah ramah anak (SRA). Kajian pustaka tersebut meliputi pengumpulan data atau informasi tentang pelaksanaan sekolah ramah anak (SRA) yang di dalamnya termasuk juga tentang konsep manajemen pendidikan. Setelah tahap pendahuluan draf perencanaan disusun dan divalidasi pakar, dilakukan revisi hasil validasi, diuji coba keefektifannya, dilakukan revisi hasil uji coba dan diakhiri dengan produk perencanaan sekolah ramah anak yang siap untuk diimplementasikan di sekolah. Kisi-kisi perencanaan yang dibuat oleh kepala sekolah, guru dan komite sekolah antara lain: a. EDS Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah suatu proses evaluasi yang bersifat internal dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang digunakan sebagai dasar penyusunan RKS dan RKAS dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah secara konsisten dan berkelanjutan, serta sebagai masukan
bagi
perencanaan
investasi
pendidikan
tingkat kab/kota (Sudrajat, 2012:1). EDS meliputi delapan standar yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prsarana, standar pengelolaan, standar pengelo92
laan, standar pembiayaan dan standar penilaian. EDS dilakukan untuk mengetahui kondisi riil yang ada di sekolah. EDS dilakukan melalui angket yang diberikan kepada kepala sekolah, guru, komite sekolah dan siswa. Dari hasil EDS dapat diketahui SD Negeri Gebugan 01 belum layak untuk menjadi sekolah ramah anak. b. Visi, Misi Visi adalah pernyataan yang diucapkan atau ditulis hari ini, yang merupakan proses manajemen saat ini yang menjangkau masa yang akan datang. Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang (Akdon, 2006: 94-97). Berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah, SD Negeri Gebugan 01 ingin menjadi sekolah yang mampu meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta membina dan mengembangkan minat dan bakat untuk meraih prestasi. Dengan menjadi sekolah ramah anak, SD Negeri Gebugan 01 diharapkan dengan mudah mencapai visi, misi dan tujuan sekolah tersebut. c. Analisis SWOT Dalam dunia pendidikan analisis SWOT digunakan untuk mengevaluasi fungsi pengembangan kurikulum, fungsi perencanaan dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi proses belajar meng93
ajar, fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi pengembangan iklim akademik, fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat dengan keterlibatannya. Maka untuk mencapai tingkat kesiapan setiap fungsi dan dilakukanlah
faktor-faktornya
analisis
SWOT
(Depdiknas, 2002). Analisis SWOT yang dilakukan di SD Negeri Gebugan 01 untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki sekolah. Berdasarkan hasil analisis SWOT dapat diketahui bahwa kekuatan yang dimiliki sekolah antara lain: (a) etos kerja guru dan motivasi siswa, (b) ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium sudah memenuhi standar, (c) kondisi harmonis antar warga sekolah, (d) pendekatan, metode mengajar guru yang bervariasi, (e) memiliki web yang bisa diakses oleh siapa pun, dan (f) prestasi sekolah non akademik sangat baik. Berdasarkan hasil analisis SWOT di SD Negeri Gebugan 01 dapat diketahui bahwa kelemahan yang dimiliki sekolah antara lain: (a) alokasi dana untuk GTT/PTT dan ekstrakurikuler cukup tinggi, (b) kurangnya sarana prasarana pembelajaran, (c) mayoritas guru lemah di bidang IT, (d) halaman sekolah sempit dan (e) rawan pencurian karena sekolah belum memiliki pagar pengaman. Selain kekuatan dan kelemahan, analisis SWOT juga
dilakukan
untuk
mengetahui
peluang
dan
tantangan yang dihadapi sekolah. Peluang tersebut 94
antara lain: (1) dukungan pemerintah daerah dalam melengkapi sarana dan prasarana, (2) perkembangan IPTEK serta IMTAK, (3) sponsor dari Dinas terkait, (4) kepedulian orang tua dan alumni. Sedangkan ancaman yang dihadapi sekolah antara lain: (1) lembaga pendidikan sejenis, (2) banyak siswa dari keluarga broken home, (3) persaingan lomba sangat ketat, (4) kemajuan teknologi komputer dan informatika. Hasil analisis SWOT yang dilakukan sekolah dijadikan acuan bagi sekolah dalam membuat program sekolah seperti sekolah ramah anak. Dapat dilihat dari butir peluang, adanya dukungan pemerintah daerah dalam melengkapi sarana prasarana dan kepedulian orang tua dan alumni adalah peluang yang paling besar yang dimiliki oleh SD Negeri Gebugan 01. Peluang ini harus dimanfaatkan secara maksimal dengan kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan pihak luar sekolah, dimana peluang ini akan memperkecil ancaman pada butir empat yaitu persaingan dalam bidang TIK yang belum begitu baik. Ancaman ini dapat diminimalisir dengan peluang tersebut dengan cara tidak hanya infrastruktur saja yang diperhatikan tetapi tenaga pengajar yang mumpuni juga harus dipenuhi. d. Renstra Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk meng95
alokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi ini. Berikut digambarkan matrik swot berdasarkan penghitungan IFAS dan EFAS yang diperoleh di SD Negeri Gebugan 01. Rencana
strategi
yang
dimiliki
SD
Negeri
Gebugan 01 antara lain meminimalisir kelemahan sekolah, meningkatkan dan mengembangkan kekuatan sekolah, menangkap dan memanfaatkan semaksimal mungkin peluang sekolah, mengantisipasi ancaman dengan kekuatan yang dimiliki sekolah, serta menjalin hubungan yang baik kepada orang tua siswa, komite, masyarakat, dan para pemangku kepentingan termasuk siswa untuk mengambil langkah strategi perencanaan sekolah ramah anak (SRA) yang partisipatif.
1
1
-1 -1
96
Rencana strategi yang diterapkan adalah (SO): 1) Menggunakan kekuatan, dalam hal ini potensi alumni untuk meminimalisir kelemahan sarana prasarana di SD Negeri Gebugan 01 yang serba terbatas dan menangkap peluang yang ada, yaitu menjalin jejaring kerjasama dengan Dinas terkait dan sponsor untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita bersama yang disusun oleh tim pengembang sekolah berupa rumusan visi, misi dan tujuan sekolah dapat terwujud dengan cara menggali dana dari para alumni; 2) Berusaha mencari berbagai bentuk bantuan dari pihak luar/swasta dengan sarana website yang dimiliki sekolah dengan menarik minat para alumni untuk menciptakan SD Negeri Gebugan 01 ini menjadi sekolah yang ramah anak dengan kondisi yang kecil, hijau, aman, bersih, nyaman, sejuk, dan sejahtera; 3) Berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan cita-cita dan harapan masyarakat terhadap prestasi siswa baik bidang akademik maupun non akademik agar masyarakat semakin yakin dan tidak sia-sia telah menitipkan putra-putrinya di SD Negeri Gebugan 01. e. Strategi Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, peren97
canaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Berdasarakan hasil obervasi dan wawancara dapat diketahui bahwa strategi yang dimiliki SD Negeri Gebugan 01 antara lain: (a) berupaya menutup kelemahan sekolah dengan kekuatan yang ada, (b) meningkatkan dan mengembangkan kekuatan sekolah, (c) menggunakan peluang untuk menutup kelemahan yang ada, (d) menjalin jejaring bersama tim pengembang sekolah untuk membuat aksi antisipasi terhadap kemungkinan munculnya ancaman di sekolah, (e) Menyamakan persepsi, berkoordinasi dan menjalin kerjasama yang baik dengan tim pengembang sekolah untuk menyusun sebuah perencanaan sekolah ramah anak
yang
partisipatif
sehingga
dapat
dijadikan
pedoman bagi semua sekolah di Kecamatan Bergas, (f) Mewujudkan mimpi bersama dengan saling bahu membahu antara seluruh warga sekolah, orang tua siswa, komite sekolah, masyarakat, lembaga pemerintah desa, dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan di lingkungan setempat sesuai prosedur dan aturan yang ada. Penelitian ini sampai pada tahap draf desain produk yaitu draf perencanaan sekolah ramah anak. Peneliti melakukan validasi produk dalam forum kelompok kerja kepala sekolah (KKKS) di lingkup UPTD Pendidikan Kecamatan Bergas yang terdiri dari kepala sekolah negeri, swasta dan madrasah ibtidaiyah baik 98
sekolah inti maupun imbas serta menguji keefektifan produk melalui kegiatan
Focus Group Discussion
(FGD). Dengan harapan dapat digunakan sebagai salah satu rekomendasi bagi sekolah dalam melaksanakan program sekolah ramah anak tidak hanya di SD Negeri Gebugan 01 saja tetapi juga untuk sekolahsekolah lain di lingkungan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan
hasil
FGD
dapat
disimpulkan
bahwa sekolah ramah anak sangat cocok diterapkan di SD Negeri Gebugan 01 alasanya adalah hal itu dapat membangun motivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar. Proses pembelajaran di kelas juga akan berjalan dengan penuh kasih sayang sehingga akan meminimalisir pelanggaran hak untuk belajar. SRA sangat layak dan wajib diterapkan di sekolah untuk mengembangkan kompetensinya sesuai minat dan bakat. Anak akan di nomor satukan, karena dengan potesni anak yang berbeda latar belakang keluarganya, cenderung kurang kasih sayang, maka akan berpengaruh terhadap hasil yang dicapai dalam pembelajaran. Hasil penelitian dan pembahasan di atas mendeskripsikan tentang perencanaan sekolah ramah anak. Perencanaan yang dilakukan melibatkan semua anggota sekolah yang meliputi guru, orang tua siswa dan
masyarakat
Perencanaan
di
tersebut
sekitar
lingkungan
dilakukan
sekolah
sekolah. meliputi
beberapa kegiatan yaitu Evaluasi Diri Sekolah (EDS), 99
analisis SWOT, penyusunan renstra dan strategi. Dari kegiatan tersebut menghasilkan suatu draf perencanaan yang diharapkan dapat digunakan dalam perencanaan sekolah ramah anak di SD Negeri Gebugan 01. Draf perencanaan sekolah ramah anak yang dihasilkan adalah sebuah draf yang nantinya akan digunakan
oleh
sekolah
untuk
menjadi
Sekolah
Ramah Anak setelah dilakukan validasi oleh ahli.
100