55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Langkah awal dari pelaksanaan penelitian di SDN Tingkir Lor 01 dan SDN Tingkir Tengah 01 diawali dengan melakukan permintaan izin kepada Bapak dan Ibu Kepala Sekolah di kedua sekolah tersebut. Permintaan izin dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 Maret 2016. Kepala Sekolah memberi sambutan baik dan diperbolehkan untuk melakukan penelitian di dua sekolah tersebut. Setelah mendapatkan izin, kepala sekolah langsung memberi arahan untuk bertemu dengan guru kelas yang mangampu kelas 5. Selanjutnya pada hari selasa tanggal 29 Maret 2016 bertemu dengan kedua guru kelas 5 untuk membahas mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan yaitu melakukan pretest, menegaskan kembali materi yang akan digunakan sebagai penelitian kemudian mengenai langkah – langkah RPP yang akan dirancang sesuai dengan model pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti. Pelaksanaan penelitian di SDN Tingkir Tengah 01 dan SDN Tingkir Lor 01 gugus Jaka Tingkir kecamatan Tingkir Salatiga tahun pelajaran 2015/2016 dilakukan 4 kali pertemuan seperti tercantum dalam jadwal pelaksanaan penelitian. Yang dilaksanakan seperti pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian di SDN Tingkir Tengah 01 dan SDN Tingkir Lor 01 Kecamatan Tingkir Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 No Hari / Tanggal Uraian Kegiatan 1.
Kamis,
31
Maret Melakukan Pretest di SDN Tingkir Tengah 01
2016 2.
Selasa, 05 April 2016
Melakukan Pretest di SDN Tingkir Lor 01
3.
Jumat, 08 April 2016
Mengajar menggunakan treatment di SDN Tingkir Tengah 01 sebagai kelas eksperimen
4.
Kamis, 07 April 2016
Mengajar menggunakan treatment di SDN Tingkir Lor 01 sebagai kelas kontrol
55
56
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan kegiatan belajar mengajar menggunakan treatment pada masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti melakukan pretest guna menguji kesamaan varian yang menunjukkan keadaan kedua kelas yang homogen, artinya sebelum diberi perlakuan (treatment) kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang relatif sama. Soal pretest yang diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya di SDN Trayu Kecamatan Sumowono. 4.1.1 Hasil Observasi Proses Pembelajaran IPA menggunakan Model Kooperatif STAD di Kelas Eksperimen a. Pertemuan Pertama Pada hari Kamis, 31 Maret 2016 adalah pelaksanaan treatment menggunakan model kooperatif tipe Students Team Achievement Division (STAD) pada kelas eksperimen di SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga. Kegiatan belajar mengajar dimulai pada jam pelajaran ke 1 dan 2 pada pukul 07.00 – 08.10 WIB. Pembelajarn dilaksanakan di ruang kelas 5 dengan jumlah siswa 23 anak. Setelah semua siswa memasuki ruang kelas 5, Ibu Farida selaku guru kelas 5 dan peneliti memasuki kelas. Ibu Farida mengawali kelas dengan mengucapkan salam, berdoa, mengecek kesiapan siswa dan memperkenalkan peneliti yang bertindak sebagai observer dan rekan peneliti yang melakukan dokumentasi kepada siswa, kemudian Ibu Farida mempersilahkan mengambil alih kelas untuk melakukan pembelajaran. Setelah situasi kelas kondusif dan semua siswa telah siap untuk belajar, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu. setelah siswa terlihat nyaman dan antusias guru mulai melakukan pembelajaran. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan cakupan materi pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan, yaitu materi sifat – sifat cahaya. Setelah menyampaikan materi yang akan dipelajari hari itu,
57
guru membagikan soal pretest kepada siswa. Guru memberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan soal pretest yang telah diberikan guru, setelah siswa selesai mengerjakan, guru meminta siswa menukar hasil pekerjaannya dengan teman sebangku masing – masing dan mengoreksi hasil pekerjaan bersama – sama. Setelah selesai mengoreksi, siswa diminta untuk menghitung salah dan benarnya, kemudian jumlah benar dikalikan 5 untuk mendapatkan hasil nilai. Setelah penilaian dilakukan guru meminta siswa untuk mengumpulkan lembar soal di atas meja guru. Dengan hasil nilai siswa, guru membagi kelompok secara heterogen. Setelah semua siswa berkelompok guru menjelaskan secara singkat mengenai sifat – sifat cahaya. Berdasarkan hasil observasi, tingkat keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa pada pertemuan pertama yang dilakukan di kelas 3 SDN Tingkir Tengah 01 mencapai 100% dari 5 poin kegiatan. Begitu pula tingkat keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa di kelas 5 SDN Tingkir Tengah 01 mencapai 100% dari 5 poin kegiatan. Artinya semua aspek aktivitas guru dan siswa pada pertemuan pertama telah dilaksanakan. b. Pertemuan 2 Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat. 08 April 2016 pada jam ke 4 – 5 mulai pukul 09.00 – 10.10 WIB. Guru menjelaskan kembali materi sifat – sifat cahaya. Guru menginstruksi siswa untuk berkumpul dengan kelompok masing-masing yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Guru memberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan ketua kelompok dan anggota kelompok. Guru membagikan ringkasan materi sifat – sifat cahaya untuk dipelajari bersama, Dimana siswa yang belum bisa diharapkan untuk bertanya kepada siswa yang bisa dan siswa yang sudah bisa mengajari siswa yang belum bisa. Setelah selesai berdiskusi guru membagikan LKS untuk
seluruh
siswa
serta
menjelaskan
panduan
dalam
mengerjakannya, siswa memperhatikan dan mengerjakan LKS secara individu. Setelah LKS dikerjakan guru menghitung masing-masing
58
skor kelompok, siswa memperhatikan informasi dari guru tentang skor yang diperoleh masing-masing kelompok. Skor tertinggi yang diperoleh kelompok mendapat penghargaan dari guru, ketua kelompok dengan skor tertinggi maju untuk mendapat penghargaan dari guru. Guru menanamkan konsep materi atau menjelaskan kembali tentang materi sifat – sifat cahaya. Kemudian guru bersama siswa melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan akhir pembelajaran guru memberikan penguatan serta membagikan tes posttest untuk dikerjakan secara individu dan guru mengawasi jalannya posttest. Dari observasi yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari penerapan pelaksanaan sintak model pembelajaran STAD guru dan siswa dalam pembelajaran matematika di kelas 3 SDN Tingkir Tengah 01 mencapai 100% yang artinya dari 11 poin aktivitas Tabel pembelajaran IPA yang dilakukan guru dan siswa terlaksana semua dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. 4.1.2
Hasil Observasi Proses Pembelajaran IPA menggunakan Model Kooperatif TGT di Kelas Kontrol a. Pertemuan pertama Pada hari selasa, 05 April 2016 peneliti melakukan treatment di SDN Tingkir Lor 01 Salatiga dengan model kooperatif tipe Teams Game Tournamen (TGT) sebagai kelas kontrol. Pembelajaran dilaksanakan pada jam pelajaran ke 5 dan 6 yang dimulai pada pukul 09.35 – 10.45. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai peneliti menyiapkan peralatan yang akan digunakan dalam pembelajaran, seperti RPP, Lembar Kerja Siswa, alat peraga, buku pelajaran dan ruang untuk proses belajar mengajar. Setelah semua siswa memasuki ruang kelas, peneliti bersama dengan Ibu Uliya selaku guru IPA di kelas 5 memasuki kelas. Ibu Uliya memperkenalkan peneliti bersama dengan
59
rekan peneliti yang bertugas untuk mengambil dokumentasi selama pembelajaran berlangsung. Kemudian Ibu Uliya meminta peneliti untuk mengambil alih pembelajaran. Sebelum kegiatan` pembelajaran dimulai, terlebih dahulu siswa menyiapkan mental dan kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan cakupan materi yang akan dipelajari hari itu. Kemudian guru membagikan soal pretest kepada siswa. Guru memberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan soal pretest yang telah diberikan guru, setelah siswa selesai mengerjakan, guru meminta siswa menukar hasil pekerjaannya dengan teman sebangku masing – masing dan mengoreksi hasil pekerjaan bersama – sama. Setelah selesai mengoreksi, siswa diminta untuk menghitung salah dan benarnya, kemudian jumlah benar dikalikan 5 untuk mendapatkan hasil nilai. Setelah penilaian dilakukan guru meminta siswa untuk mengumpulkan lembar soal di atas meja guru. Dengan hasil nilai siswa, guru membagi kelompok secara heterogen. Setelah semua siswa berkelompok guru menjelaskan secara singkat mengenai sifat – sifat cahaya menggunakan alat peraga. Berdasarkan hasil observasi, tingkat keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa pada pertemuan pertama yang dilakukan di kelas 3 SDN Tingkir Lor 01 mencapai 100% dari 5 poin kegiatan. Begitu pula tingkat keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa di kelas 5 SDN Tingkir Lor 01 mencapai 100% dari 5 poin kegiatan. Artinya semua aspek aktivitas guru dan siswa pada pertemuan pertama telah dilaksanakan. b. Pertemuan kedua Pertemuan kedua di SDN Tingkir Lor 01 Salatiga dilaksanakan pada hari Kamis, 07 April 2016. Pembelajaran dilaksanakan pada jam ke 4 dan 5 mulai pukul 09.00 – 10.10 WIB. Guru menjelaskan kembali materi sifat – sifat cahaya. Guru menginstruksi siswa untuk berkumpul dengan kelompok masing-masing yang telah dibuat pada pertemuan pertama. Guru memberikan pengarahan dan penjelasan tentang
60
permainan dan aturan permainan yang akan dilakukan. Setelah semua siswa mengerti, guru memberi kesempatan untuk belajar bersama setiap kelompok sebelum permainan dimulai. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan-pertanyaan secara rebutan dan mencatat jawaban tiap kelompok serta memberikan penilaian kelompok, setiap menjawab benar ditambah poin 20 dan apabila salah dikurangi 5 poin. Kemudian guru merekap skor dalam kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor tertinggi. Guru menanamkan konsep materi atau menjelaskan kembali tentang materi sifat – sifat cahaya. Kemudian guru bersama siswa melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan akhir pembelajaran guru memberikan penguatan serta membagikan tes posttest untuk dikerjakan secara individu dan guru mengawasi jalannya posttest. Dari observasi yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari penerapan pelaksanaan sintak model pembelajaran TGT guru dan siswa dalam pembelajaran matematika di kelas 5 SDN Tingkir Lor 01 mencapai 100% yang artinya dari 11 poin aktivitas pembelajaran matematika yang dilakukan guru dan siswa terlaksana semua dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. 4.2 4.2.1
Hasil Penelitian Deskripsi Data Dalam distribusi frekuensi hasil belajar ini dibahas tentang data mentah hasil belajar siswa kelas 5 pada kelas eksperimen seluruh siswa SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga yang diperoleh dari skor hasil evaluasi pretest dan posttest yang telah dilakukan oleh peneliti pada kelas ekperimen yang dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi data berkelompok.
Tujuannya agar data-data hasil belajar itu dapat
dipaparkan dengan baik dan disimpulkan secara mudah, biasanya
61
ditampilkan dalam bentuk diagram garis. Untuk mengetahui distribusi frekuensi perlu dilakukan dengan beberapa langkah. Langkah pertama adalah menentukan banyaknya kelas (K) dan panjang interval kelasnya (I) berikut penjelasan tiap langkah beserta rumus untuk hasil belajar IPA kelas eksperimen: a. Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen Banyaknya Kelas (K) =
Interval
1 + 3,3 log n
=
1 + 3,3 log 23
=
1 + 4,493
=
5,49370186
=
5
=
(Skor tertinggi – skor terendah) - 1 Banyaknya kelas (K)
=
(70 – 40) + 1 5
=
31 5
=
6,2 = 6
Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak kelas adalah 5 sedangkan interval tiap kelasnya adalah 6, maka hasil distribusi frekuensi skor pretest kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
62
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pretest Siswa Kelas 5 Kelompok Eksperimen No
Interval
Hasil Belajar Pretest Frekuensi
%
1.
40 – 45
2
8,6 %
2.
46 – 51
4
17,3 %
3.
52 – 57
6
26 %
4.
58 – 63
5
21,7 %
5.
> 64
6
26 %
Total
23
100 %
Berdasarkan pada tabel diatas, diketahui hasil belajar pretest siswa kelas 5 pada kelompok eksperimen, siswa yang mendapat nilai interval 40 – 45 adalah 2 siswa dengan persentase 8,6%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 46 – 51 adalah 4 siswa dengan persentase 17,3%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 52 – 57 adalah 6 siswa dengan persentase 26%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 58 - 63 adalah 5 siswa dengan persentase 21,7%. Siswa yang mendapat nilai pada interval lebih dari 64 adalah 6 siswa dengan persentase 26%. Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretest kelas 5 kelompok eksperimen, sebagian besar nilainya berada pada interval 52 – 57. Untuk memperjelas distribusi frekuensi skor pretest di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
63
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Kontrol
b. Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen Banyaknya Kelas (K) =
Interval
1 + 3,3 log n
=
1 + 3,3 log 23
=
1 + 4,493
=
5,49370186
=
5
=
(Skor tertinggi – skor terendah) - 1 Banyaknya kelas (K)
=
(80 – 60) + 1 5
=
21 5
=
4,2 = 4
Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak kelas adalah 5 sedangkan interval tiap kelasnya adalah 4, maka hasil distribusi frekuensi skor posttest kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.
64
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas 5 Kelompok Eksperimen No
Interval
1. 2. 3. 4. 5.
60 – 63 64 – 67 68 – 71 72 – 75 > 76 Total
Hasil belajar Posttest Frekuensi % 3 13 % 5 21,7 % 7 30,4 % 6 26 % 2 8,6 % 23 100 %
Sedangkan hasil belajar posttest yang diperoleh siswa kelas 5 pada kelompok eksperimen, berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi diatas, bahwa siswa dengan nilai interval 60 – 63 adalah 3 siswa dengan persentase 13%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 64 – 67 adalah 5 siswa dengan persentase 21,7%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 68 – 71 adalah 7 siswa dengan persentase 30,4%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 72 – 75 adalah 6 siswa dengan persentase 26%. Siswa yang mendapat nilai pada interval lebih dari 76 adalah 2 siswa dengan persentase 8,6%. Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar posttest kelas 5 kelompok eksperimen, sebagian besar nilainya berada pada interval 68 – 71. Untuk memperjelas distribusi frekuensi skor posttest di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
65
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol
Selanjutnya, skor hasil belajar IPA kelas kontrol juga disajikan dalam tabel distribusi frekuensi data berkelompok. Langkah yang digunakan sama dengan kelas eksperimen, yakni menentukan banyaknya kelas (K) dan panjang interval (I) berikut penjelasan tiap langkah beserta rumus untuk kelas kontrol : a. Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol
Banyaknya Kelas (K) =
Interval
1 + 3,3 log n
=
1 + 3,3 log 25
=
1 + 4,61320203
=
5,61320203
=
6
=
(Skor tertinggi – skor terendah) - 1 Banyaknya kelas (K)
=
(70 – 40) + 1 6
=
31
66
6 =
5,16666667 = 5
Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak kelas adalah 6 sedangkan interval tiap kelasnya adalah 5, maka hasil distribusi frekuensi skor pretest kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.
No
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pretest Siswa Kelas 5 Kelompok Kontrol Interval Hasil Belajar Pretest Frekuensi
%
1.
40 – 44
2
8%
2.
45 – 49
1
4%
3.
50 – 54
4
16 %
4.
55 – 59
6
24 %
5.
60 – 64
5
20 %
6.
> 65
7
28 %
Total
25
100 %
Berdasarkan pada tabel diatas, diketahui hasil belajar pretest siswa kelas 5 pada kelompok kontrol, siswa yang mendapat nilai interval 40 – 44 adalah 2 siswa dengan persentase 8%. Siswa yang mendapat nilai interval 45 – 49 adalah 1 siswa dengan persentase 4%. Siswa yang mendapat nilai interval 50 – 54 adalah 4 siswa dengan persentase 16%. Siswa yang mendapat nilai interval 55 – 59 adalah 6 siswa dengan persentase 24%. Siswa yang mendapat nilai interval 60 – 64 adalah 5 siswa dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat nilai interval > 65 adalah 7 siswa dengan persentase 28 %. Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretest kelas 5 kelompok kontrol, sebagian besar nilainya berada pada interval 55 – 59 dan pada interval 65 69. Untuk memperjelas distribusi frekuensi skor pretest di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
67
Gambar 4.3 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Eksperimen
b. Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol Banyaknya Kelas (K) =
Interval
1 + 3,3 log n
=
1 + 3,3 log 25
=
1 + 4,61320203
=
5,61320203
=
6
=
(Skor tertinggi – skor terendah) - 1 Banyaknya kelas (K)
=
(85 – 60) + 1 6
=
26 6
=
4,3333333 = 4
Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak kelas adalah 6 sedangkan interval tiap kelasnya adalah 4, maka hasil distribusi
68
frekuensi skor pretest kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut.
No
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Kelas 5 Kelompok Kontrol Interval Hasil belajar Posttest Frekuensi
%
1.
60 – 63
2
8%
2.
64 – 67
3
12 %
3.
68 – 71
5
20 %
4.
72 – 75
7
28 %
5.
76 – 79
0
0%
6.
> 80
8
32 %
Total
25
100 %
Berdasarkan pada tabel diatas, diketahui hasil belajar posttest siswa kelas 5 pada kelompok kontrol, siswa yang mendapat nilai interval 60 - 63 adalah 2 siswa dengan persentase 8%. Siswa yang mendapat nilai interval 64 - 67 adalah 3 siswa dengan persentase 12%. Siswa yang mendapat nilai interval 68 - 71 adalah 5 siswa dengan persentase 20%. Siswa yang mendapat nilai interval 72 - 75 adalah 7 siswa dengan persentase 28%. Siswa yang mendapat nilai interval 76 – 79 adalah 0 siswa dengan persentase 0%. Siswa yang mendapat nilai interval > 80 adalah 8 siswa dengan persentase 32 %. Dari hasil distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar posttest kelas 5 kelompok kontrol, sebagian besar nilainya berada pada interval 72 – 75. Untuk memperjelas distribusi frekuensi skor pretest dan posttest di atas, maka disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
69
Gambar 4.4 Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen
4.2.2
Teknik Analisis Data
4.2.2.1 Analisis Deskriptif Setelah dilakukan distribusi frekuensi berupa tabel dan grafik, kemudian dilakukan analisis deskriptif. Deskripsi hasil belajar IPA dengan materi sifat – sifat cahaya kelas 5 di SDN Tingkir Tengah 01 dan SDN Tingkir Lor 01 Salatiga sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Students Team Achievement
Division
(STAD)
di
kelas
eksperimen
dan
model
pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT) di kelas kontrol melalui Pretest dan Posttest dapat dilihat pada tabel 4.6.
70
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Kelas 5 Kelas Eksperimen
Descriptive Statistics STAD N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Pretest
23
40
70
56.96
7.345
Posttest
23
60
80
69.78
5.931
Valid N (listwise) 23 Dari tabel di atas dapat dilihat nilai minimal dan maksimal pretest kelas eksperimen adalah 40 dan 60. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 56,96, dan untuk hasil posttest kelas eksperimen nilai minimal sebesar 60, dan nilai maksimal sebesar 80, untuk nilai rata-rata diperoleh 69,78. Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Kelas 5 di Kelas Kontrol
Descriptive Statistics TGT N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Pretest
25
40
70
56.60
8.000
Posttest
25
60
85
73.80
7.257
Valid N (listwise) 25 Dari tabel di atas dapat dilihat nilai minimal dan maksimal pretest kelas kontrol adalah 40 dan 70. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 56,60, dan untuk hasil posttest kelas kontrol nilai minimal sebesar 60, dan nilai maksimal sebesar 85, untuk nilai rata-rata diperoleh 73,80. 4.2.2.2 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data.. Uji ini dilakukan dengan melihat signifikansi pada Kolmogrov-Smirnov. Dengan asumsi, data berdistribusi normal jika nilai memiliki probabilitas (P) lebih besar dari 0,05. Perhitungan uji normalitas
71
pada penelitian ini menggunakan SPSS 16.0. Berikut yaitu hasil uji normalitas hasil belajar posttest. Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Dan Posttest Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Model
Statistic
Pretest STAD TGT Posttest STAD TGT
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
Df
Sig.
.139
23
.200*
.951
23
.300
.145
25
.189
.933
25
.104
.167
23
.097
.924
23
.080
.166
25
.075
.940
25
.145
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. *. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) uji Kolmogorov-Smirnov
hasil pretest-posttest kelompok
eksperimen adalah 0,200 dan 0,189.
Sedangkan hasil pretest-posttest
kelompok
kontrol
adalah
0,097
dan
0,075.
Oleh
karena
nilai
signifikansi/probabilitas A symp.Sig. (2-tailed) data-data tersebut > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa persebaran data hasil pretest-posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. 4.2.2.3 Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sama tidaknya dua kelompok penelitian. Kriteria pengujian ini yakni jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka data dikatakan bahwa kedua kelompok penelitian ini sama. Berikut hasil uji homogenitas soal posttest terhadap dua kelompok penelitian dengan menggunakan Test Of Homogeneity Of Variance. Output dari uji homogenitas data hasil belajar IPA siswa kelas 5 SDN Tingkir Tengah 01 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas 5 SDN Tingkir Lor 01 sebagai kelas kontrol terlihat pada tabel berikut ini:
72
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Skor Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Homogeneity of Variance Levene Statistic Pretest
df1
df2
Sig.
Based on Mean
.166
1
46
.686
Based on Median
.146
1
46
.704
Based on Median and with adjusted df
.146
1
45.908
.704
Based on trimmed mean
.166
1
46
.685
Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa hasil Test of Homogenity of Variances signifikansi/probabilitas nilai pretest pada Based on Mean menunjukkan angka 0,686, Based on Median = 0,704, probabilitas Based on Median and with adjusted df = 0,704 dan probabilitas Based on trimmed mean
= 0,685. Oleh karena skor
signifikansi/probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogeny, atau data berasal dari populasi – populasi dengan varian sama.
73
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Skor Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Test of Homogeneity of Variance
Posttest
Levene Statistic
df1
df2
Sig.
Based on Mean
1.163
1
46
.286
Based on Median
.727
1
46
.398
Based on Median and with adjusted df
.727
1
43.723
.399
Based on trimmed mean 1.083 1 46 .303 Sedangkan pada pengujian homogenitas posttest diketahui bahwa hasil Test of Homogeneity of Variances signifikansi/probabilitas nilai posttest pada Based on Mean
menunjukkan angka 0,286, Based on
median = 0,398, probabilitas Based on Median and with adjusted df = 0,399 dan probabilitas Based on trimmed mean = 0,303 . Oleh karena skor signifikansi/probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen atau sama, atau data berasal dari populasi – populasi dengan varian sama. Berdasarkan hasil dari uji normalitas yang menunjukkan bahwa persebaran data pretest dan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan uji homogenitas pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menunjukkan bahwa data pretest dan posttest homogen, maka dengan demikian uji prasyarat telah terpenuhi sehingga populasi data posttest tersebut dapat dikenakan untuk uji t (uji beda rata-rata) sebagai acuan menguji hipotesis yaitu ada/tidak perbedaan rata-rata nilai posttest yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 4.2.2.4 Uji Independent Sample T – Test Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji t-test (Independent Samples T-Test). Sebelumnya sudah
74
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata skor posttest hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berikut ini disajikan Tabel 4.9 rata-rata skor hasil belajar IPA kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji T Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F
NILAI Equal variances assumed
1.163
t-test for Equality of Means
Sig.
.286
Equal variances not assumed
T
2.089
Df
Sig. (2Mean Std. Error 95% Confidence tailed) Difference Difference Interval of the Difference
46
2.107 45.396
Lower
Upper
.042
4.017
1.923
.888
7.146
.041
4.017
1.907
.857
7.178
Analisis uji beda t-test menggunakan equal variances assumed (asumsi varian sama). Dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa nilai t hitung adalah 2.089 dengan sig. (2-tailed) 0,042 dan df sebesar 46 sehingga didapat t tabel 2,012. Nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima dapat dikatakan juga bahwa terdapat perbedaan pada hasil posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Pada sub bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan uji hipotesis
dan
pembahasan
hasil
penelitian.
Pengujian
hipotesis
berhubungan dengan ketentuan penerimaan atau penolakan suatu hipotesis. Sedangkan pembahasan hasil penelitian ini untuk memaknai hasil uji hipotesis, juga mengetahui tingkat perbedaan efektivitas dalam penggunaan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Students
Team
Achievement Division (STAD) dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Game Tournament (TGT) terhadap hasil belajar IPA pada siswa
75
kelas 5 SDN Tingkir Tengah 01 dan SDN Tingkir Lor 01. Perbedaan efektivitas dapat dilihat pada uji t test dan perbedaan rata-rata dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. 4.3.1 Uji Hipotesis Hasil uji t (uji beda rata-rata) terhadap nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dijadikan acuan untuk menguji hipotesis. Berdasarkan uji t (uji beda rata-rata) yang telah dilakukan terhadap nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, diperoleh hasil yaitu nilai t-test sebesar 2.089 dengan sig. (2-tailed) 0,042. Karena angka signifikansi/probabilitas menunjukkan
nilainya < 0,05
maka Ha diterima yaitu Ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan siswa kelas 5 SD menggunakan model pembelajaran STAD dan TGT pada Gugus Jaka Tingkir Salatiga. 4.3.2
Pembahasan Penelitian ini dilakukan di SD Gugus Jaka Tingkir Salatiga yang terdiri dari SDN Tingkir Tengah 01 Salatiga kelas 5 sebagai kelompok eksperimen dengan menggunakan pembelajaran STAD dan SDN Tingkir Lor 01 kelas 5 sebagai kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran TGT. Dalam pelaksanaan penelitian pada kedua kelompok penelitian guru sudah melaksanakan sintak pembelajaran dengan runtut. Seperti yang tercantum pada BAB I yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA kelas 5 SD menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division dan Teams Game Tournament di Gugus Jaka Tingkir Salatiga. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t seperti telah dilakukan terhadap nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh hasil signifikansi/probabilitas 0,042 atau < 0,05, oleh karena probabilitas lebih kecil dari nilai Alpha, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA kelas 5 SD menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
76
dan Teams Game Tournament di Gugus Jaka Tingkir Salatiga. Pada pemberian perlakukan dimana terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa kelas 5 SD Gugus Jaka Tingkir Salatiga dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran STAD dan TGT dapat dilihat pada hasil rerata dari dua sampel yaitu 69,78 dan 73,80. Artinya bahwa ada perbedaan rerata hasil belajar yang signifikan yang menunjukkan bahwa model pembelajaran TGT memberikan dampak lebih tinggi daripada model pembelajaran STAD. Keampuhan model pembelajaran TGT berdampak lebih terhadap hasil belajar dibandingkan hasil belajar menggunakan model pembelajaran STAD. Model pembelajaran TGT memiliki beberapa kelebihan menurut Taniredja (2012: 72) antara lain: a. Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya; b. Rasa percaya diri siswa menjadi tinggi; c. Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil; d. Motivasi belajar siswa bertambah; e. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran; f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru; g. Kerjasama antar siswa akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdus Salam, Anwar Hossain, dan Shahidur Rahman (2015) dalam jurnal yang berjudul “Effects Of Using Teams Games Tournaments (TGT) Cooperative Technique For Learning Mathematics In Secondary Schools Of Bangladesh”, membuktikan bahwa model pembelajaran tipe TGT lebih baik daripada model pembelajaran konvensional ini didasarkan pada nilai rerata posttest TGT 24,56 sedangkan model pembelajaran konvensional atau ceramah hanya 9,65. Dhessriyatno (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Teams Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Kaliwiru Semarang” disimpulkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan keterampilan guru pada siklus I memperoleh
77
skor 17,5 dengan kriteria baik, siklus II memperoleh skor 27 dengan kriteria sangat baik. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh rata-rata 17,7 dengan kriteria baik, dan siklus II memperoleh 22,15 dengan kriteria sangat baik. Presentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh presentase 57%, siklus II memperoleh presentase 88%. Simpulan dari penelitian ini adalah implementasi Model Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas V SD Kaliwiru Semarang. Saran-saran yang dapat disampaikan guru dapat menerapkan model TGT karena model ini membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar. Muhammad Mahmud Afandi (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantu Domino Matematika (Domat) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VI SD N Gugus Dahlia Desa Dadapayam Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2015”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa, sehingga pembelajaran TGT berbantu Domino Matematika (DOMAT) berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika pada materi operasi hitung campuran, FPB, dan KPK siswa kelas VI SD Negeri Gugus Dahlia desa Dadapayam semester ganjil tahun pelajaran 2012/2015. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen 66,94, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol 62,59 dengan nilai signifikasi 0,023<0,05. Rata- rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperime'n lebih baik dari kelas kontrol. Wahyuni (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Kooperatif Tipe TGT Dalam Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto Kecamatan Karanggayam Tahun Ajaran 2012/2013” disimpulkan bahwa hasil observasi dari keseluruhan hasil pembelajaran menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran telah melebihi indikator capaian target
yang harus dicapai
yaitu 80% dari keseluruhan kegiatan
pembelajaran. Hasil pembelajaran menunjukan hasil siklus II bahwa
78
93%siswa memperoleh nilai lebih dari KKM. Ini menunjukan bahwa hasil pembelajaran telah mencapai kriteria indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya yaitu 85% siswa tuntas dalam belajar. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto Kecamatan Karanggayam tahun ajaran 2012/2013 sudah sesuai dengan langkah-langkah atau komponen yang ada dalam model kooperatif tipe TGT yaitu: (1) pengajaran; (2) belajar tim; (3) game/turnamen dan (4) rekognisi tim yang dilaksanakan dengan dua siklus masing-masing tiga kali pertemuan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri I Giritirto Kecamatan Karanggayam
tahun ajaran
2012/2013. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil belajar dan hasil observasi selama melakukan tindakan. Hasil penelitian ini dapat memperkuat hasil penelitian mengenai keampuhan model pembelajaran tipe TGT seperti yang telah dilakukan oleh Dhessriyatno (2013) membuktikan juga, bahwa model pembelajaran tipe TGT memberikan hasil belajar IPA lebih baik yang didasarkan pada penghitungan rerata hasil belajar IPA menggunakan model pembelajaran TGT. Keampuhan model pembelajaran tipe TGT dapat dilihat pada saat melaksanakan penelitian, keampuhan ini didasarkan pada peningkatan hasil belajar dari nilai rata – rata pretest 56,60 dan nilai rata – rata posttest 73,80. Model pembelajaran tipe TGT bertujuan agar siswa aktif, berfikir kritis dan berpendapat dalam kegiatan kelompok. 4.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian yang dilakukan pada SD Gugus Jaka Tingkir Salatiga masih
banyak
kekurangan/keterbatasan
yang
mengakibatkan
kurang
sempurnanya penelitian ini. Kekurangan tersebut antara lain terdapat individu yang bersifat dominan dalam kegiatan kelompok, terdapat siswa yang pasif dalam memberikan pendapat.Selain itu pengajar dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran TGT yang dilakukan oleh peneliti sendiri,
79
merasakan
keterbatasan
waktu
dalam
mengimplementasikan
model
pembelajaran TGT, dan juga pengajar mengalami kesulitan dalam mengatur kondisi kelas dengan siswa yang bersifat heterogen. Belajar dari kelemahan penelitian ini, maka dihimbau kepada peneliti berikutnya untuk merancang penelitian secara matang sehingga dapat menghindari atau meminimalisir kelemahan yang sudah ada.