BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Perkembangan Usaha Batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota PekalonganTahun 2009-2010 Kota Pekalongan Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Kota Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Kota Pekalongan sekitar tahun 1800 (Disperindag Kota Pekalongan). Bahkan motif batik itu ada yang dibuat tahun 1802, seperti motif pohon kecil. Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan Kota dan daerah Buaran, serta di daerah Kabupaten Pekalongan seperi Pekajangan dan Wonopringgo.1 Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. 2 Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat 1
Sejarah Batik Indonesia, http://docstoc.asterpix.com/cb/2439473/?q=Batik+Indonesia. Diakses Selasa, 20 September 2011. 2 Sejarah Batik Pekalongan, http://www.batikmarkets.com/batik.php. Diakses Selasa, 20 September 2011.
70
71
Pekalongan.
Pasang
surut
perkembangan
batik
Pekalongan,
memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai ”Kota Batik”. 3 Pada tahun 1975 sampai tahun 1985 banyak pabrik yang tutup, persaingan tidak sehat dan teknologi perbatikan hampir tidak bisa berkembang. Sehingga warga Kampoeng Kauman
merasa prihatin
dengan kondisi tersebut, tahun 1985 warga Kampoeng Kauman mulai mempunyai spirit untuk merubah keadaan dan didukung oleh fasilitas dari pemerintah daerah untuk membangkitkan kembali batik Pekalongan ke zaman keemasannya lagi. Dengan dukungan promosi pameran ke luar negeri, mendatangkan desainer-desainer dari Jakarta industri batik mulai menggeliat lagi. 4 Wilayah yang menjadi objek penelitian adalah industri batik di wilayah Kelurahan Kauman dan Kradenan. Di mana Lingkungan Kampoeng Kauman saat ini berbeda sekali, sudah ada penanganan limbah 3
Ananta Pratikno, Batik Pekalongan, http://www.batikmarkets.com. Diunduh Sabtu, 20 Nopember 2010. 4 Sejarah terbentuknya Kampoeng Batik Kauman, http://piumkm.blogdetik.com/2010/11/25/tokoh-kampoeng-batik-kauman/. Di akses Selasa, 20 September 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
72
batik, sudah berdiri Telecenter Kampoeng Batik Kauman sebagai tempat untuk berkumpul, tempat diskusi menyalurkan aspirasi masyarakat, dan yang cukup penting untuk mempercepat bisnisnya secara on line. 5 Berbeda dengan Kelurahan Kradenan yang belum memiliki Paguyuban, namun disini telah didirikan Buaran Batik Center atau yang biasa dikenal dengan BBC sebagai wahana memasarkan hasil produk batik. Tabel 4.1. Perkembangan Usaha Industri Batik Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009 dan 2010 2009 2010 Keurahan Investasi Tenaga Unit Investasi Tenaga Unit (Rp.juta) Kerja Usaha (Rp.juta) Kerja Usaha Kauman 505 344 17 1917,93 369 18 Kradenan 1458 467 54 1625,15 559 57 Jumlah 1.963 811 71 3543,08 928 75 Sumber : Disperindagkop Dan UMKM Kota Pekalongan yang diolah
Dari tabel 4.1. tersebut, diketahui bahwa di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan pada tahun 2009-2010 mengalami kenaikan, baik nilai investasi, jumlah tenaga kerja, maupun jumlah unit usahanya. Nilai investasi di Kauman meningkat lebih dari 50 persen, dikarenakan mayoritas penduduknya sebagai pengusaha batik yang telah bersatu membentuk suatu paguyuban “Kampoeng Batik Kauman” yang telah melebarkan sayap ke seluruh dunia, sehingga banyak pecinta batik yang berdatangan ke wilayah ini, baik turis lokal maupun mancanegara. Begitu juga dengan Kelurahan Kradenan yang juga mayoritas penduduknya sebagai pengusaha, pekerja dan pedagang batik. 6
5
Faturrohhman, Pengusaha Batik Nulaba dan Penasehat Paguyuban Kampoeng Batik Kauman, wawancara pribadi, di Telecenter PKBK, Senin 15 Agustus 2011. 6 Hasil pengamatan peneliti di Kelurahan Kauman dan Kradenan, Senin 15 Agustus 2011.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
73
2. Deskripsi Variabel a. Tingkat Pendapatan Pengusaha Batik Keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari jumlah pendapatan yang diperoleh. Suatu usaha akan menguntungkan apabila menghasilkan pendapatan total yang lebih besar daripada biaya totalnya. Pendapatan suatu perusahaan menggambarkan kinerja suatu perusahaan, dimana semakin besar pendapatan suatu perusahaan, maka akan semakin baik juga kinerja perusahaan tersebut. Dengan pendapatan yang besar pula perusahaan perusahaan dapat berkembang karena dengan pendapatan tersebut perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya. Mengenai pendapatan bersih dalam satu tahun yang diperoleh para pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2. Pendapatan Bersih Pengusaha Batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 Jumlah Pendapatan Bersih No. Jumlah Persentase (per Tahun) 1 Rp. 10.000.000- Rp. 63.367.000 21 70 % 2 Rp. 64.368.000- Rp. 116.735.000 5 16,7 % 3 Rp.116.736.000- Rp. 170.103.000 3 10 % 4 Rp.170.104.000- Rp. 223.471.000 0 0% 5 Rp.223.472.000- Rp. 276.829.000 0 0% 6 Rp.276.830.000- Rp. 330.207.000 2 6,7 % 30 100 % Jumlah Sumber : data primer diolah
. Dari tabel 4.2 tersebut, diketahui bahwa pendapatan bersih yang paling dominan didapat oleh para pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 adalah berkisar antara
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
74
Rp. 10.000.000,00 sampai Rp. 63.367.000,00 dalam satu tahun atau ratarata tiap bulannya memperoleh pendapatan bersih antara Rp. 833.000,00 sampai Rp. 5.281.000,00. Namun demikian, terdapat 10 % pengusaha batik dengan tingkat pendapatan bersih mencapai di atas Rp. 116.735.000,00 per tahun. Dari pendapatan bersih tersebut para pengusaha batik menggunakannya sebagian untuk tambahan modal kerja usaha dan sebagian untuk keperluan pribadinya.
b. Modal Kerja Agar dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan berhasil diperlukan sejumlah modal kerja yang cukup, namun dalam kenyataanya perusahaan yang berhasil dalam pelaksanaan kegiatan adalah perusahaan yang mempunyai modal kerja lebih dari cukup. Dengan modal kerja yang lebih dari cukup, manajer dapat mencurahkan pikirannya agar didapatkan hasil yang lebih besar. Dalam penelitian ini besarnya modal kerja ditentukan oleh besarnya jumlah kas yang dimiliki dan besarnya nilai bahan baku yang digunakan dalam proses produksi baik bahan baku utama maupun bahan penolong. Untuk jumlah kas yang dimiliki oleh para pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 20092010 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
75
Tabel 4.3 Jumlah Kas Pengusaha Batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 No. Jumlah Kas (per Tahun) Jumlah Persentase 1 Rp. 5.000.000- Rp. 54.167.000 22 73,3 % 2 Rp. 54.168.000- Rp. 103.335.000 5 16,7 % 3 Rp.103.336.000- Rp. 152.503.000 0 0 % 4 Rp.152.504.000- Rp. 201.671.000 0 0% 5 Rp.201.672.000- Rp. 250.672.000 1 3,3 % 6 Rp.201.672.000- Rp. 300.007.000 2 6,7 % 30 100 % Jumlah Sumber : data primer diolah. Dari tabel 4.3 tersebut, diketahui bahwa jumlah kas yang paling dominan dimiliki dari para pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 dalam satu tahun adalah berkisar antara Rp. 5.000.000,00 sampai Rp. 54.167.000,00. Namun demikian, terdapat 10 % pengusaha batik yang mempunyai kas di atas Rp. 201.672.000,00 per tahun. Dengan adanya kas, maka perusahaan memiliki uang tunai yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk memperlancar kegiatan usaha. Dana kas tersebut berasal dari penghasilan usaha yang disisihkan setelah digunakan untuk membeli bahan baku. Sedangkan nilai bahan baku yang dimiliki oleh para pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
76
Tabel 4.4 Jumlah Nilai Bahan Baku Pengusaha Batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 Jumlah Bahan Baku No. Jumlah Persentase (per Tahun) 1 Rp. 15.000.000- Rp. 79.167.000 13 43,3 % 2 Rp. 79.168.000- Rp. 143.335.000 12 40 % 3 Rp.143.336.000- Rp. 207.503.000 2 6,7 % 4 Rp.207.504.000- Rp. 271.671.000 2 6,7 % 5 Rp.271.672.000- Rp. 335.839.000 0 0 % 6 Rp.335.840.000- Rp. 400.007.000 1 3,3 % 30 100 % Jumlah Sumber : data primer diolah.
Dari tabel 4.4 tersebut, diketahui bahwa jumlah nilai bahan baku yang paling dominan dari para pengusaha batik dalam satu tahun adalah berkisar antara Rp. 15.000.000,00 sampai Rp. 79.167.000,00. Namun demikian, terdapat 3,3 % pengusaha batik dengan jumlah nilai bahan baku di atas Rp. 335.839.000,00 per tahun. Dengan adanya bahan baku yang lebih dari cukup maka proses produksi akan berjalan dengan lancar. Berdasarkan data jumlah kas dan nilai bahan baku, maka modal kerja yang dimiliki pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5. Jumlah Modal Kerja Pengusaha Batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 No. Jumlah Modal (per Tahun) Jumlah Persentase 1 Rp. 35.000.000- Rp. 137.500.000 16 53,5 % 2 Rp.137.501.000- Rp. 240.001.000 10 33,3% 3 Rp.240.002.000- Rp. 342.501.000 1 3,3 % 4 Rp.342.502.000- Rp. 445.002.000 1 3,3 % 5 Rp.445.003.000- Rp. 547.503.000 1 3,3 % 6 Rp.547.504.000- Rp. 650.004.000 1 3,3 % 30 100 % Jumlah Sumber : data primer diolah.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
77
Dari tabel 4.5 tersebut, diketahui bahwa modal kerja yang paling dominan dimiliki olah para pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 dalam satu tahun adalah berkisar antara Rp. 35.000.000,00 sampai Rp. 137.500.000,00. Namun demikian, terdapat 3,3 % pengusaha batik dengan modal kerja diatas Rp. 198.600.000,00. Dengan adanya modal kerja yang lebih dari cukup, diharapkan pengusaha batik mampu menggunakan modal kerja tersebut secara efektif sehingga akan meningkatkan pendapatan mereka. c. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan kegiatan operasional perusahaan, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Diharapkan oleh perusahaan, bahwa tenaga kerja tersebut mempunyai keterampilan dan jiwa kerja yang tinggi dan dapat menunjang kinerja perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh para pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Jumlah Tenaga Kerja Pengusaha Batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010 No. Jumlah Tenaga Kerja (per Tahun) Jumlah Persentase 1 5-14 8 26,7 % 2 15-24 12 40 % 3 25-34 6 20 % 4 35-44 3 10 % 5 45-54 0 0% 6 55-64 1 3,3 % 30 100 % Jumlah Sumber : data primer diolah.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
78
Dari tabel 4.6 tersebut, diketahui bahwa paling dominan rata-rata pengusaha batik di Kota Pekalongan memiliki tenaga kerja antara 15 sampai 24 orang. Namun demikian, terdapat 3,3 % pengusaha batik yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 54 orang. Dengan tenaga kerja tersebut para pengusaha batik harus dapat menggunakan tenaga kerja tersebut secara maksimal demi tujuan usaha, serta harus selalu meningkatkan kreativitas dan keterampilan dari tenaga kerja yang ada.
3. Data Screening Sebelum melakukan uji statistik, langkah awal yang harus dilakukan adalah screening terhadap data yang akan diolah. Salah satu asumsi penggunaan statistik parametrik adalah asumsi multivariate normality. Multivariate normality merupakan asumsi bahwa setiap variabel dan semua kombinasi linier dari variabel berdistribusi normal. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik, jika semua variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak berdistribusi normal (menceng kiri atau menceng kanan) maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik. Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas data menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov. 7
7
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis ..., hlm. 27.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
79
Tabel 4.7 Uji Statistik Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Modal Kerja N Normal Parametersa
Mean Std. Deviation Most Extreme Differences Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Jml Tenaker
30 169246666.67 134680072.338 .234 .234 -.159 1.280 .075
Pendapatan Bersih
30 21.73 11.727 .125 .125 -.092 .687 .733
30 67466666.67 61572549.489 .233 .233 -.175 1.275 .077
a. Test distribution is Normal.
Gambar 4.1 Grafik Histogram Modal Kerja
Dari hasil olah data menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov dan melihat dari Grafik Histogram, maka diperoleh nilai probabilitas untuk variabel modal kerja, tenaga kerja, dan Pendapatan masing-masing sebesar 0,075; 0,733 dan 0,077. Ini berarti lebih besar dari nilai 0,05 dan secara grafik histogram tidak ada kemencengan, maka berarti bahwa data dari variabel modal kerja, tenaga kerja, dan pendapatan terdistribusi secara
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
80
normal. Dengan demikian tidak perlu dilakukan transformasi data untuk ketiga variabel tersebut sebelum dilakukan uji regresi.
4. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. 8 Adapun hasil uji normalitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2 Grafik Histogram
Berdasarkan gambar 4.2 di atas diketahui bahwa titik-titik pada gambar normal probability plot cenderung membentuk garis diagonal,
8
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis..., hlm. 110.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
81
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal. Selain itu peneliti juga menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.8 Hasil uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N a Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
30 .0000000 3.73901374E7 .114 .114 -.081 .622 .833
Sumber : SPSS 16.0 for windows
Berdasarkan hasil Kolmogorov-Smirnov Test pada hasil output SPSS yang dapat dilihat pada tabel 4.9, bahwa signifikansi yang dihasilkan sebesar 0,833> 0,05; ini berarti bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. 9
9
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis ..., hlm. 95.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
82
Tabel 4.9 Durbin – Waston Model Summaryb Change Statistics Model 1
R Square
R .795a
.631
Adjusted R Square
Std. Error of the R Square F Estimate Change Change df1 df2
.604
3.875E7
.631 23.110
2
27
Sig. F Change .000
a. Predictors: (Constant), Jml Tenaker, Modal Kerja b. Dependent Variable: Pendapatan Bersih
Sumber: SPSS 16.0 for windows
Dengan nilai tabel pada tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel 30 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2), maka di tabel Durbin-Watson akan didapatkan nilai batas atas (du) 1,57 dan batas bawah (dl) 1,28. Karena nilai DW 2,193 lebih besar dari batas atas (du) 1,57 dan kurang dari 4-1,57 (4-du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi ini.
c. Uji Multikolinieritas Uji terhadap mult ikolinieritas merupakan pengujian untuk melihat adanya keterkaitan hubungan antar variabel independen. Penelitian yang mengandung multikolinieritas akan berpengaruh terhadap hasil penelitian sehingga penelitian tersebut menjadi tidak berfungsi. Uji multikolinieritas menggunakan nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan hasil perhitungan data dengan SPSS 16.0 for windows didapat hasil sebagai berikut:
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
DurbinWatson 2.193
83
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
T
-2.045E7 1.527E7
Modal Kerja
.195
Jml Tenaker
Collinearity Statistics
Correlations Zeroorder Partial
Sig.
-1.339E0
.192
Part
Tolerance
.063
.427
3.094
.005
.682
.512
.362
.719
1.392
2.526E6 7.239E5
.481
3.490
.002
.707
.558
.408
.719
1.392
a. Dependent Variable: Pendapatan Bersih
Sumber : SPSS 16.0 for windows
Dari hasil output dalam tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai tolerance-nya melebihi 0,10 dan VIF-nya kurang dari 10, maka hubungan variabel bebas dalam penelitian ini rendah. Jadi, dapat diasumsikan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model regresi.
d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.10 Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan SPSS 16.0 For Windows diperoleh sebaran Scatterplot seperti tampak pada gambar 4.3.
10
VIF
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis, hlm. 105.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
84
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Berdasarkan grafik scatter plot terlihat bahwa titik-titik yang terdapat pada grafik tersebut tidak membentuk pola tertentu yang berarti model regresi pada penelitian ini tidak terkena gejala heterosedastisita.
5. Analisis Regresi Linier Berganda Uji regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Perhitungan persamaan regresi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows. Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi linier Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) Modal Kerja Jml Tenaker
B
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
t
-2.045E7 1.527E7 .195
Collinearity Statistics
Correlations Sig.
-1.339E0
.192
Zeroorder Partial
Part
Tolerance
VIF
.063
.427
3.094
.005
.682
.512
.362
.719
1.392
2.526E6 7.239E5
.481
3.490
.002
.707
.558
.408
.719
1.392
a. Dependent Variable: Pendapatan Bersih
Sumber : SPSS 16.0 for windows
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
85
Berdasarkan hasil olah data pada tabel 4.11, maka persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y
= 0,427X1 + 0,481X2
Keterangan: Y
: Pendapatan bersih pengusaha batik
X1
: Modal kerja
X2
: Tenaga Kerja Dalam persamaan regresi menggunakan standardized coeffitients,
jika ukuran variabel independen tidak sama (Kg, Rp, liter), maka sebaiknya interpretasi persamaan regresi menggunakan standardized beta.11 Makna yang terkandung dari persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa : 1. Koefisien regresi variabel Modal Kerja (X1) bertanda positif, hal ini berarti apabila modal kerja (X1) naik, maka pendapatan (Y) juga akan mengalami kenaikan dengan arah yang sama. 2. Koefisien regresi variabel Tenaga Kerja (X2) bertanda positif, hal ini berarti apabila tenaga kerja (X2) naik, maka pendapatan (Y) juga akan mengalami kenaikan dengan arah yang sama.
6. Uji Parsial (Uji t) Untuk menguji signifikansi dari persamaan regresi linear berganda secara parsial digunakan uji t. Cara yang digunakan dengan melihat
11
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis..., hlm. 88.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
86
probabilitas signifikan dari nilai t pada tingkatan α 5%. Berdasarkan Tabel 4.11 diperoleh nilai taraf signifikansi X1 (modal kerja) sebesar 0,005< 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa X1 (modal kerja) secara parsial berpengaruh terhadap Y (pendapatan). Taraf signifikansi untuk X2 (tenaga kerja) diperoleh nilai taraf signifikansi sebesar 0,002< 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tenaga kerja berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010. Berdasarkan penilaian Goodness of Fit suatu model, dan dari kriteria Quick Look pada uji t, diketahui jumlah degree of freedom (df) adalah lebih dari 20 yaitu 27 pada derajat kepercayaan 5%, dan nilai t untuk modal kerja lebih dari 2, yaitu untuk modal kerja sebesar 3,094 dan nilai t untuk tenaga kerja kurang dari 2, yaitu sebesar 3,490, maka model regresi ini tepat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
7. Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besarnya persentase variasi dalam variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel bebas, maka dapat dicari nilai R2 (koefisien determinasi secara simultan) r 2 (koefisien determinasi secara parsial).
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
87
Tabel 4.12. Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary
Change Statistics Model 1
R .795a
R Square .631
Adjusted R Square
Std. Error of the R Square F Estimate Change Change df1 df2
.604
3.875E7
.631 23.110
2
Sig. F Change
27
.000
a. Predictors: (Constant), Jml Tenaker, Modal Kerja b. Dependent Variable: Pendapatan Bersih
Sumber: SPSS 16.0 for windows
Berdasarkan tabel 4.13, maka besarnya adjusted R2 adalah 0,604; hal ini berarti 60,40% variasi pendapatan dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen modal kerja, dan tenaga kerja. Sedangkan sisanya (100%-60,40%=30,60%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain di luar model. Berdasarkan penilaian Goodness of Fit suatu model, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, karena nilai adjusted R2 diantara nol dan satu, yaitu 0,604, maka model regresi ini tepat digunakan untuk menjelaskan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Standar Error of Estimate (SEE) adalah 3,875E7, makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Selain itu juga, perlu dicari koefisien regresi parsialnya untuk mengetahui besarnya sumbangan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan mengkuadratkan koefisien korelasi parsial, maka koefisien determinasi (r2) dapat diketahui seperti yang terlihat pada Tabel 4.11. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa:
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
DurbinWatson 2.193
88
1. Besarnya pengaruh modal kerja (X1) terhadap pendapatan (Y) adalah (0,512)2 sama dengan 0,262144. Hal ini berarti bahwa besarnya pengaruh modal kerja (X1) terhadap pendapatan (Y) adalah 26,21%. 2. Besarnya pengaruh tenaga kerja (X2) terhadap pendapatan (Y) adalah (0,558)2 sama dengan 0,311364. Hal ini berarti bahwa besarnya pengaruh tenaga kerja (X2) terhadap pendapatan (Y) adalah 31,14%. 3. Pendapatan (Y). Berdasarkan koefisien determinasi secara parsial di atas dapat diketahui bahwa faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat pendapatan pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan 2009-2010 adalah faktor tenaga kerja, yaitu sebesar 31,14%.
B. Pembahasan 1. Modal Kerja Berdasarkan uji parsial atau uji t, menunjukkan bahwa modal kerja dapat mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan. Sumbangan pengaruh modal kerja terhadap pendapatan adalah sebesar 26,21%. Tanpa adanya modal kerja yang lebih dari cukup, maka perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara maksimal sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan diperoleh. Modal kerja ini mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan, sehingga semakin bertambah modal kerja yang digunakan oleh pengusaha
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
89
maka dapat pula meningkatkan pendapatan mereka. Sebaliknya semakin sedikit modal kerja yang digunakan dalam suatu usaha, maka akan menurunkan pula hasil atau pendapatan dari suatu usaha. Sehingga bagi para pengusaha dan khusunya pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan harus dapat meningkatkan jumlah dan memaksimalkan penggunaan modal kerja sehingga akan memperkuat kelangsungan usahanya dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan. Pengaruh modal kerja dalam mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli bahwa yang akan mengurangi risiko dan menaikkan hasil perusahaan adalah adanya modal kerja yang lebih dari cukup. Pendapat ini didasarkan bahwa dengan cukup tersedianya modal kerja maka kegiatan dapat diarahkan pada pencarian hasil yang lebih tinggi dengan ekspansi/perluasan usaha. 12 Dalam konsep fungsional besarnya modal kerja adalah didasarkan pada fungsi dari dana untuk menghasilkan pendapatan. Jadi dalam hal ini modal kerja dapat mempengaruhi tingkat pendapatan. Dalam penelitian ini modal kerja terdiri dari kas yang dimiliki dan jumlah nilai bahan baku. Kas sendiri berarti uang tunai yang berada didalam perusahaan
yang
sewaktu-waktu
dapat
digunakan
untuk
operasional
perusahaan. Keberadaan kas cukup penting untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan, dengan adanya kas, maka perusahaan mempunyai dana tunai yang dapat digunakan untuk keperluan usaha yang membutuhkan
12
Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Keuangan, hlm. 39.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
90
dana tunai yang cepat, apabila didalam suatu perusahaan atau usaha tidak mempunyai kas, maka akan menghambat operasional perusahaan, karena kegiatan usaha yang membutuhkan dana cepat jadi terhambat jalannya. Kas yang berlebihan juga kurang baik, karena dikhawatirkan akan digunakan untuk keperluan pribadi oleh pemilik usaha, karena mayoritas usaha batik di Kota Pekalongan pengelolaan keuangannya masih bercampur atau tidak ada pemisah yang jelas dengan keuangan rumah tangga. Sehingga keberadaan kas ini harus diperhitungkan keberadaannya baik jumlah maupun kebutuhannya sesuai kondisi suatu usaha atau perusahaan. Kas sendiri dapat diambil dari total penerimaan usaha yang disisihkan setelah pembelian bahan baku, atau berasal dari pendapatan bersih yang disisihkan setelah diambil prive oleh pemilik perusahaan. Selain kas, nilai bahan baku sebagai unsur modal kerja juga sangat penting bagi kelangsungan kegiatan usaha. Dengan adanya bahan baku yang cukup, maka kegiatan usaha dapat berjalan dengan lancar, tetapi jika jumlah bahan baku kurang, maka akan dapat menghambat jalannya kegiatan usaha. Sehingga keberadaan nilai bahan baku harus ditentukan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan usaha agar tidak terjadi pemborosan, dan bahan baku tersebut harus digunakan secara maksimal untuk kegiatan usaha demi tercapainya tujuan usaha. Pengaruh modal kerja dalam mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Wahyudin dan Nina Oktarina tahun 2007, Noor Yuli Astuti tahun 2007,
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
91
Ayu Ratna Wulandari tahun 2008, Muchamad Arifin tahun 2009, yang menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan.
2. Tenaga Kerja Berdasarkan uji parsial atau uji t, menunjukkan bahwa tenaga kerja dapat mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan tahun 2009-2010. Sumbangan pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan adalah sebesar 31,14%. Oleh karena itu dalam penelitian ini faktor tenaga kerja lebih dominan mempengaruhi pendapatan pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Tahun 2009-2010. Penggunaan tenaga kerja dalam industri batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Tahun 2009-2010 sangat penting, karena dalam proses produksi batik memerlukan tenaga manusia yang cukup banyak, selain itu tenaga manusia tersebut harus memiliki keterampilan, ketelitian, ketepatan serta kedisiplinan yang baik dan berkualitas, karena produk kerajinan batik dinilai dari kualitas produknya, sehingga setiap tenaga kerja harus memiliki keterampilan yang baik. Dengan tenaga kerja yang banyak serta berkualitas, maka kegiatan usaha batik dapat berjalan dengan lancar dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan para pengusaha batik di Kota Pekalongan. Keberadaan tenaga kerja dalam perusahaan baik kualitas maupun jumlahnya harus dipertimbangkan. Apabila jumlah tenaga kerja
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
92
terlalu banyak maka biaya untuk tenaga kerja juga akan meningkat, yang pada akhirnya juga akan menurunkan tingkat pendapatan. Sebaliknya apabila jumlah tenaga kerja sangat sedikit maka akan menghambat jalannya usaha, karena akan banyak pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan sesuai target. Sehingga penentuan jumlah tenaga kerja pada usaha batik harus sesuai dengan ukuran perusahaan, kapasitas produksi, serta kondisi keuangan perusahaan. Pengusaha batik juga harus memperhatikan tenaga kerja baik kinerjanya maupun kedisiplinannya,
serta juga harus melakukan
komunikasi aktif terhadap para pekerja, sehingga para pekerja akan menjadi loyal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Dengan adanya jumlah karyawan yang cukup dan memiliki keterampilan dan kreativitas yang tinggi, diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan terhadap
konsumen, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan, yang pada akhirnya akan menaikkan tingkat pendapatan bersih dari para pengusaha batik di Kelurahan Kauman dan Kradenan Kota Pekalongan Tahun 2009-2010. Pengaruh tenaga kerja dalam mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus Wahyudin dan Nina Oktarina tahun 2007, Noor Yuli Astuti tahun 2007, Ayu Ratna Wulandari tahun 2008, yang menyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.