49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilakukan. Dengan kata lain penelitian ini dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap berikut : 1.
Membaca secara kritis, intensif dan berulang-ulang dengan penuh penghayatan novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata.
2.
Tahap pendeskripsian data.
3.
Mengklasifikasikan data berdasarkan rumusan masalah.
4.
Tahap analisis data berdasarkan struktur novel terkait dengan watak dan konflik batin yang dialami tokoh utama.
5.
Menganalisis psikologi tokoh utama dengan dalil Sigmund Freud yang terdiri dari 3 aspek kepribadian, yaitu Id, Ego dan Superego.
6.
Menganalisis nilai pendidikan karakter berdasarkan penafsiran teks serta relevansinya terhadap pembelajaran Bahasa Jawa di SMA.
7.
Melakukan wawancara dengan novelis terkaitan pandangannya dengan novel Katresnan Kang Angker.
8.
Wawancara dengan guru Bahasa Jawa dan siswa SMA untuk mengetahui relevansi novel Katresnan Kang Angker dengan pembelajaran Bahasa Jawa di SMA.
9.
Penarikan simpulan.
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1.
Novel Katresnan Kang Angker dalam Pandangan Suparto Brata Suparto Brata merupakan salah satu sastrawan yang paling produktif. Beliau
merupakan sastrawan besar Surabaya yang masih hidup sampai sekarang.Novel Katresnan Kang Angker merupakan karya terbaru dari Suparto Brata yang terbit pada bulan Juni 2014. Bagi Suparto Brata novel Katresnan Kang Angker merupakan salah satu keberhasilan pengarang karena beliau berhasil menulis cerita bersambung di Majalah Panjebar Semangat tanggal 17 Februari – 2 Juni 1962 ( 13 kali dimuat ) dengan nama samaran Peni untuk pertama kalinya dan dia berhasil menjadi pengarang perempuan karena semua orang yang membaca Katresnan Kang Angker mengira pengarangnya adalah perempuan sampai beberapa tahun kemudian ketika muncul cerita Bahasa Jawa dengan nama Peni, tetap saja pembacanya mengira pengarangnya adalah seorang perempuan dan bukan Suparto Brata yang banyak menulis cerita Bahasa Jawa di majalah Bahasa Jawa (Via Email, 3 Januari 2015). Keberhasilan Suparto Brata dalam mengecoh para pembaca dengan nama samaran Peni berhasil membuat para pembaca mengira bahwa Peni adalah seorang perempuan. Novel Katresnan Kang Angker ditulis oleh Suparto Brata ketika berumur 29 tahun dan masih bujangan. Saat itu beliau bekerja sebagai operator teleprinter kantor telegrap Surabaya, beliau hidup hanya hidup dengan ibunya. Pada saat itu Suparto Brata sudah cukup berumur dan belum mempunyai teman wanita yang dekat dan rasanya ketika mengarang novel itu di Surabaya tidak ada gadis cantik yang patut dipacari dan dengan alasan itulah beliau menciptakan sosok Meineni.Menurutnya, Meineni itu gadis yang lembut perasaannya, suka memperhatikan penderitaan orang lain, gampang bergaul, berpikir mudah daripada berpikir ruwet, itu mempermudah hidupnya daripada membuat hidupnya ruwet dan menderita dan gadis seperti itu waktu mengarang novel menjadi gadis to userBrata, harapanku jadi pacarku commit (Suparto 9 Januari 2015).
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ada beberapa alasan Suparto Brata ketika menulis novel KatresnanKang Angker, antara lain : 1)
Sejak kecil kelas 4 SD (1941) beliau dan generasinya sudah membaca bukubuku tebal terjemahan bahasa asing misalnya Don Kisot, Pacar Merah, Badan Sepata (7 jilid). Setiap istirahat sekolah yang jadi topik pembicaraan buku yang sedang selesai dibacanya itu menimbulkan keinginan beliau untuk suatu hari juga menulis buku yang tebal dan bukunya kelakakan menjadi buah bibir seperti itu.
2)
Setelah beliau bisa menulis novel berbahasa Indonesia(1952-1960), meskipun karangan beliau di terbitkan di mimbar Indonesia (redaktur HB Jassin), Siasat (redaktur Soedjatmoko, Roshihan Anwar), Kisah (redaktur HB Jassin, Idrus, Mochtar Lubis), Aneka (redaktur Gayu Siagian), mereka itu orang-orang sastra Indonesia, namun waktu itu buku novel bahasa Indonesia belum ada yang diterbitkan lewat majalah maupun koran. Keinginan beliau menulis novel yang panjang belum bisa tersalur. Tahun 1958, beliau menulis novel bahasa Indonesia yang pertama dengan judul “Tak Ada Nasi Lain“. Beliau tawarkan ke penerbit pembangunan (penerbit buku yang mau menerbitkan sastra) tetapi ditolak. Beliau kirimkan lagi ke penerbit lain, tetap saja ditolak dan akhirnya baru bisa diterbitkan oleh penerbit buku Kompas Mei 2013).
3)
Tahun 1958 majalah Bahasa Jawa Panjebar Semangat yang biasa memasang sastra Jawa geguritan, cerita pendek dan cerita sambung mengadakan lomba menulis cerita sambung. Untuk pertama kalinya beliau menulis cerita Bahasa Jawa, mengikuti lomba dengan cerita “Kaum Republik” dan ternyata menang nomor satu mengalahkan pengarang Jawa yang populer waktu itu yaitu Any Asmara. Dari hal itulah keinginan beliau menulis cerita panjang tersalur. Sejak itu muncul cerita-cerita novel beliau berbahasa Jawa di majalah Bahasa Jawa, antara lain : Kaum Republik (1959), Tanpa Tlajak (1962), Katresnan Kang Angker (1961), Pethite Nyai Blorong
(1962),
Emprit
Abuntut Bedug commit to user
(1962)
dan
seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id
4)
52 digilib.uns.ac.id
Beliau menulis di majalah atau koran bahasa Indonesia telah dicetak 10.000 exemplar tiap terbit dan beredar hanya di kota-kota besar. Sedangkan, di Panjebar Semangat, tiap terbit dicetak 80.000 dan beredar sampai di pelosok desa. Tiap pelanggan pembacanya ayah, ibu, anak, pembantu, tetangga. Jelas nama pengarangnya dan cepat dikenali pembacanya. Jadi tidak heran kalau Katresnan Kang Angker menarik perhatian Rama Pastur Th. Koendjono S.J. dosen FKIP Sanata Dharma Jogjakarta.
5)
Waktu itu beliau sedang menjadi perjaka tua dan jomblo, berumur 29 tahun dan sudah mempunyai pekerjaan mapan dan juga bisa mengarang dengan lancar tetapi tidak punya pacar. Ibu beliau sudah tua dan bertanya gadis seperti apa yang diinginkan beliau maka beliau menggambar sosok gadis yang diinginkan. terjadilah novel Katresnan Kang Angker karena beliau suka gadis seperti Meineni (Suparto Brata, 29 Januari 2015). Kegemaran Suparto Brata menulis menjadikannya menjadi seorang
sastrawan Surabaya yang terkenal sampai sekarang. Novel Katresnan Kang Angker merupakan novel yang dikerjakan dari tanggal 20 Juli – 10 Agustus 1961 kemudian di pasang secara bersambung di majalah Panjebar Semangat. Suparto Brata menulis novel Katresnan Kang Angker sebagai bentuk curhatannya karena menginginkan sosok gadis idealnya seperti Meineni.Novel Katresnan Kang Angker menceritakan tentang kehidupan Meineni lebih tepatnya kehidupan percintaannya.Meineni merupakan wanita idaman pengarang yang memendam cinta kepada Abimanyu tetapi pada akhirnya dia menikah dengan Tamardikin padahal dia tidak pernah mencintainya.Meineni menikah dengan Tamardikin hanya karena tahu dia pria yang baik. Di sisi lain Pitarta merupakan teman dekat dari Meineni yang ternyata memendam cinta kepadanya. Tindakan Pitarta yang nekat membunuh Abimanyu sebagai bukti cintanya kepada Meineni.Pitarta ingin membinasakan salah satu pria yang tidak bermoral di dunia, dia tidak ingin Abimanyu merenggut kesucian gadis yang dicintainya yaitu Meineni seperti yang dilakukan Abimanyu kepada Ratniah.Akhirnya Pitarta membunuh Abimanyu. Menurut Tamardikin cinta Pitarta merupakan cinta yang paling murni, cinta commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seorang sastrawan, dia rela melakukan dan mengorbankan apa saja demi orang yang dicintainya. B. Hasil Penelitian 1.
Deskripsi Perwatakan Tokoh UtamaNovel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata. Tokoh pada karya sastra pada dasarnya memegang 3 dimensi yaitu dimensi
fisiologis yang berhubungan dengan ciri-ciri badan atau ciri-ciri fisik, dimensi sosiologis berhubungan dengan kehidupan masyarakat dan dimensi psikologis berhubungan dengan latar belakang kejiwaan. Latar belakang kejiwaan tokoh bisa berupa watak atau karakter dan konflik yang dialami tokoh. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami cerita. Tokoh merujuk pada individu rekaan yang diceritakan dan diberi watak sesuai keinginan pengarang. Sedangkan penokohan merujuk pada gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Gambaran tersebut bisa berupa watak atau karakter baik secara fisik maupun non fisik. Tokoh dan penokohan merujuk pada perwatakan yang digambarkan pada individu rekaan yang memiliki perilaku dan diekspresikan melalui ucapan dan tindakan. Unsur tokoh dan penokohan dekat dengan penggambaran kejiwaan manusia. Maka dari itu, karya sastra dekat dengan unsur psikologis karena dalam karya sastra tokoh diberi jiwa dan raga seperti manusia.Pendekatan psikologis sastra dalil Sigmund Freud dipilih untuk menganalisis watak tokoh utama.Dalil Sigmund Freud terdiri dari id,e go, dan superego. Id merupakan aspek yang paling original dalam diri manusia, id bekerja dalam keadaan prasadar berdasarkan insting-insting manusia untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan fisik maupun psikis.Kebutuhan fisik berhubungan dengan makan, minum, seks maupun kebutuhan psikis yang berhubungan dengan kasih sayang, perhatian, liburan, dan sebagainya. Ego merupakan aspek pemenuh kebutuhan yang ditimbulkan oleh desakan id, ego bekerja berdasarkan prinsip kesadaran. Kemudian yang terakhir yaitu Superego yang merupkan aspek yang paling ideal dalam diri manusia, commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berfungsi sebagai pengontrol terhadap apa yang ditimbulkan oleh id dan ego. superego lebih mengarah pada kesempurnaan dan menjauhi perbuatan yang melanggar norma yang berlaku dalam masyarakat. Watak atau bisa disebut penokohan merujuk pada individu-individu atau tokoh yang diceritakan pengarang dalam cerita. Tokoh sebagai salah satu unsur sentral dalam cerita karena pengarang menyampaikan cerita dan pesan menggunakan tokoh. Watak tokoh berkembang seiring berjalannya alur. Di dalam novel Katresnan Kang Angker menggunakan Meineni sebagai tokoh utama karena tokoh
Meineni
merupakan
gambaran
gadis
idaman
pengarang,
Beliau
menggambarkan sosok gadis idealnya dengan watak suka menolong orang lain, tidak suka berpikir susah, lembut perasaannya tetapi tidak hanya watak yang baik rnenurut ideal pengarang, ada watak yang tidak baik juga seperti pemarah, pendendam,
ragu-ragu
yang akan dijabarkan lebih detail
lagi dengan
menggunakan dalil Sigmund Freud. Berikut ini adalah watak tokoh utama Meineni dalam novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata. 1) Pemarah Pemarah merupakan sifat seseorang yang mudah marah, kemarahan timbul akibat keinginan yang tidak terpenuhi atau tidak sesuai harapan. Sifat pemarah Meineni nampak ketika dirinya mengetahui Abimanyu pergi dengan wanita lain ketika dia sudah berjanji dengan dirinya untuk pergi ke pesta bersama-sama, terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku tetep mbisu. Mung batinku sambat ngayawara.“Abimanyuuu, Abimanyu! Kebangetan anggonmu ngina aku! Hm! Mbok ngene iki donya iki terus kiyamat ngono aku rumangsa begja. Mbok ngene iki becakku ketubruk montor ngono, lan aku mati, aku merem. Luwih penak ngono tinimbang nandhang wirang kaya ngene! Utawa mbok ingpasar malem ana copet, terus Abimanyu diterka nyopet, dikepruki wong akeh! Oh wong kaya Abimanyu iku kudune dicis wong akeh!”(KKA, 9). Terjemahan : Aku tetap diam. Hanya batinku yang murka. “ Abimanyuuu, Abimanyu! Sungguh terlalu kau menghinaku! Hm!. Seandainya kalau seperti ini dunia teruscommit kiamat to dan aku merasa beruntung. Seandainya user kalau seperti ini becakku tertabrak motor begitu, dan aku mati, aku
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menutup mata. Lebih baik seperti itu daripada harus merasakan marah seperti ini! Atau seandainya di pasar malam ada copet, terus Abimanyu dikira copet, dipukuli banyak orang! Oh, orang seperti Abimanyu harusnya dimusuhi banyak orang!” (KKA, 9). Kutipan di atas dengan pernyataan “Abimanyuuu, Abimanyu! Kebangetan anggonmu ngina aku! Hm! Mbok ngene iki donya iki terus kiyamat ngono aku rumangsa begja. Mbok ngene iki becakku ketubruk montor ngono, lan aku mati, aku merem. Luwih penak ngono tinimbang nandhang wirang kaya ngene! Utawa mbok ingpasar malem ana copet, terus Abimanyu diterka nyopet, dikepruki wongakeh! Oh wong kaya Abimanyu iku kudune dicis wong akeh”(Abimanyuu, Abimanyu! Sungguh keterlalulan kau menghinaku!Hm!kalau seperti ini dunia lalu kiamat begitu terus aku merasa beruntung. Kalau seperti ini becakku ditabrak motor dan aku mati, akau menutup mata. Lebih nyaman seperti itu ketimbang aku harus merasa marah seperti ini! Atau ketika di pasar malam ada copet, terus Abimanyu dikira copet! Oh orang seperti Abimanyu memang pantas dimusuhi banyak orang) menunjukkan bahwa Meineni sangat marah saat mengetahui Abimanyu pergi dengan perempuan lain ketika berada di Pasar malam. Meineni melampiaskan kemarahannya dengan cara menyumpahi dirinya sendiri dan Abimanyu. Meineni lebih baik mati daripada tidak kuat melihat kejadian itu.Dia juga menyumpahi Abimanyu, dia berharap di Pasar malam itu ada copet kemudian Abimanyu dikira copet dan dipukuli banyak orang. Id Meineni yang tidak terpenuhi oleh ego ketika dia ingin pergi dengan Abimanyu membuat Idnya menjadi lepas kontrol dan tanpa disadarinya dia berpikiran buruk kepada Abimanyu itu. Kemarahan Meineni juga terlihat atas ketidakhadiran Abimanyu ketika sudah berjanji akan pergi bersama-sama ke pesta dan malah pergi dengan wanita lain. Terlihat dalam kutipan berikut ini : Bengi iku sabanjure, aku ora bisa turu. Mripatku melop-melop nyawang
pyan-pyan
sing
pesagi-pesagi....
Pikiranku
nggubet...ngincim-incim Abimanyu... Awas yen mrene, sida dakruwes tenan!!.(KKA,
commit to user
10).
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan : Malam itu Selanjutnya aku tidak bisa tidur. Mataku menerawang jauh menatap langit-langit yang persegi-persegi…pikiranku bergejolak mengintai
Abimanyu…awas
kalau
kesini,
jadi
ku
pukul
beneran!!(KKA, 10). Kutipan di atas dengan pernyataan “Pikiranku nggubet...ngincim-incim Abimanyu... Awas yen mrene, sida dakruwes tenan!!” (Pikiranku berkecamuk mewaspadai Abimanyu...Awas kalau ke sini, jadi aku pukul!!) menunjukkan bahwa Meineni sangat marah kepada Abimanyu, pikirannya kalut, terbukti dengan hal bahwa dia tidak bisa tidur dan matanya hanya memandang langitlangit kamarnya dengan tatapan kosong. Dorongan Id Meineni ingin membuat Abimanyu menyesal atas perbuatan yang telah dilakukannya.Meineni ingin memukul Abimanyu bila dirinya bertemu dengan pria itu nanti. Tidak hanya sampai disitu, kemarahan Meineni juga terjadi ketika Tanti menasihatinya untuk memilih pria yang benar-benar baik dan tidak hanya yang kelihatan bagus luarnya saja. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini: Hm, aku kudu ngati-ngati jare Tanti mau. Priye carane ngati-ngati? Apa aku kurang ngati-ngati? Yen dibandhing karo dheweke rumangsaku aku luwih ngati-ngati.lya, aku ngakoni atiku kecanthol ing priya, nanging rak mungati batin kang ketaton?Jasmani aku tetep wutuh. Bareng dheweke? Omah suwung ing Jogja apa tegese? Apa Tamardikin wis genah kena dipercaya dipasrahi wewadine kewanitan?Apa tali pepacangan sing diumumake Pak Wandi wis kena diijabake lan maton ing syarat ukum omah-omah? Syarat ukum adat?Agama?Negara?Ora ta?Andhekna dheweke wani masrahake ajine kewanitane. Ora mung nalika omah suwung ing Jogja diterusake dibaleni ing Kaliurang! Pedhut ampak-ampak ora dadi alangan. Gerenge Gunung Merapi ora paja-paja medeni karepe kene.Jantungku dhug-dhug-dhug ngungkuli gemludhuge kawah Merapi’.Saiki sapa sing sembrana, aku apa dheweke? lya yen kahanan tetep langgeng. Upama Tamardikin terus kacilakan, umpamane? O, saiki ora kurang margane wong kacilakan. Numpak montor mabur bisa ilang, numpak sepur bisa ngglondor mlebu jurang, nyabrang dalan bisa ketabrak montor. Yen mengkono Tanti apa ora rumangsa invalid? Kebacut wis commit ora prawan, sing to user lanang tiwas?(KKA, 48).
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
Terjemahan : Hm, aku harus berhati-hati kata Tanti tadi. Bagaimana caranya hatihati?Apa aku kurang berhati-hati? Kalau dibanding dengan dirinya menurutku aku lebih berhati. Iya. Aku mengakui hatiku tersangkut oleh pria. Namun hanya hati dan batin yang terluka? Jasmaniku masih utuh. Tetapi dirinya? Rumah kosong di Jogja apa artinya? Apa Tamardikin sudah bisa untuk dipercaya diberikan berharganya mahkota wanita? Apa acara pernikahan yang diumumkan oleh pak Wandi sudah bisa diijabkan dan memnuhi syarat hukum berumah tangga? Syarat hukum adat? Negara? Agama? Tidakkan? Tetapi dirinya sudah berani menyerahkan berharganya kewanitaannya. Tidak hanya ketika di rumah kosong di Jogja diteruskan diulangi lagi di Kaliurang!Kabut yang bergerak tidak menjadi halangan. Suara gemuruh gunung merapi tidak bisa menakuti keinginanku. Jantungku dhug-dhug-dhug melebihi suara gemuruhnya kawah Merapi. Sekarang siapa yang sembrana, aku apa dirinya? Iya kalau keadaannya tetap langgeng. Seandainya Tamardikin terus kecelakaan, seandainya? O, sekarang tidak kurang sebabnya orang kecelakaan. Naik pesawat bisa hilang, naik kereta api bisa tergelincir masuk jurang, menyebrang jalan bisa tertabrak motor. Kalau seperti itu Tanti apa tidak merasa invalid? Terlanjur sudah tidak perawan, yang lelaki mati?(KKA, 48). Kutipan di atas dengan pernyataan “Hm, aku kudu ngati-ngati jare Tanti mau.Priye carane ngati-ngati?Apa aku kurang ngati-ngati? Yen dibandhing karo dheweke rumangsaku aku luwih ngati-ngati.lya, aku ngakoni atiku kecanthol ing priya, nanging rak mungati batin kang ketaton?Jasmani aku tetep wutuh.”(Hm, aku harus berhati-hati kata Tanti tadi, bagaimana caranya hati-hati? Apa aku kurang hati-hati? Kalau dibanding dengan dirinya menurutku aku lebih berhatihati. Iya, aku mengakui hatiku telah menyukai pria, tetapi hanya hati batin yang terluka? Jasmaniku tetap utuh) menunjukkan bahwa Meineni sangat marah ketika Tanti menasihatinya agar berhati-hati mengenai laki-laki yang baik agar tidak salah pilih untuk dijadikan suami. Menurut Meineni, Tanti itu berlagak tahu semua hal tentang laki-laki. Meineni beranggapan kalau dia lebih berhati-hati dengan lelaki daripada Tanti. Dorongan Ego Meineni ketika dinasehati Tanti menjadi tidak terkontrol, dia beranggapan seandainya pernikahan Tanti dan Tamardikin tidak langgeng, seandainya Tamardikin kecelakaan, sementara hal commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang paling berharga dari diri Tanti telah dia berikan kepada Tamardikin kemudian dia telah tewas lalu bagaimana dengan hal itu. 2) Kurang Percaya Diri Kurang percaya diri adalah perasaan dimana seseorang merasa ada yang kurang dalam dirinya yang membuat dirinya menjadi kurang percaya diri baik menurutpandangannya maupun menurut orang lain. Seperti Meineni yang kurang percaya diri dengan dirinya terutama pada fisiknya, terlihat pada kutipan berikut ini: Esuk-esuk aku wis dheleg-dheleg ngilo nyawang mripatku, rupaku. Apa aku iki kurang ayu, ta? Alisku jane ya apik. Ireng, njlirit, mripat ya ireng.Rambut?Rambutku pancen dak kethok tekan githok. Rumangsaku ora papa, ta, jaman saiki, rambut dudu sasmitane patrap kanggone wong wadon lan aku oleh dhidhikan bebas, bapak ibu ora tau maoni karep kesenangane putrane pembarep yen mung bab dandanan lan milih penganggo bae.(KKA, 11). Terjemahan : Pagi-pagi aku sudah serius berkaca memandang diriku sendiri, wajahku. Apa aku ini kurang cantik, ya? Alisku sebenarnya ya bagus, hitam, njlirit. Mata ya hitam. Rambut? Rambutku memang ku potong pendek sebahu. Menurutku tidak apa-apa, ya, zaman sekarang, rambut bukan menjadi aturan untuk wanita dan aku memperoleh didikan bebas, Bapak Ibu tidak pernah melarang kesukaan anaknya yang pertama kalau hanya masalah riasan dan memilih yang dikenakan saja. (KKA, 11). Kutipan di atas dengan pernyataan “Esuk-esuk aku wis dheleg-dheleg ngilo nyawang mripatku, rupaku. Apa aku iki kurang ayu, ta?” (pagi-pagi aku penasaran bercermin untuk melihat mataku, wajahku, apa aku ini kurang cantik ya?) menunjukkan ketidakpercayaan Meineni terhadap dirinya sendiripadahal semua hal pada dirinya sudah bagus seperti wajah yang cantik, alis mata yang hitam dan rambut yang hitam walaupun dipotong pendek. Dorongan Id Meineni yang ingin selalu tampil cantik di depan Abimanyu membuat dia tidak percaya diri dengan apa
yang
ada
pada
dirinya
padahal
commit to user
semuanya
sudah
indah.
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
3) Rajin Watak rajin Meineni terlihat ketika diamarah kepada Abimanyu dan melampiaskan seluruh kemarahannya dengan membereskan rumah dan melayani orangtuanya, terlihat dalam kutipan berikut ini: Dina bacute atiku isih perih.Sedina aku ora metu ngomah.Karepku nalika iku bakal salawase ora metu saka ngomah.Arep menyang daleme eyang wae, nyang desa. Aku ora gelem nampa tamu. Umpama dhina iku Tanti teka, kiraku aku ora bisa nulak dheweke, nanging sokur mitraku iku ora sambang, dene sing sanja Pitrarta.Yuyun, adhiku, dak kon mangsuli yen aku lunga. Dina ping pindhone, aku isih kuwat nguthek sedina engkas ana ngomah, Tanti ora teka. Tamar ora teka. Dina iku aku mangsak-mangsak, resik-resik lemari, dakperlokake maca karangane Pitarta sing ditinggal, ngladeni bapak dhahar lan anggonku turu isih sore. Aku dadi kenya kang apik, kenya kang seneng ngatur bale omah. (KKA, 12). Terjemahan : Hari selanjutnya hatiku masih sakit. Sehari aku tidak keluar rumah. keinginanku saat itu aku akan selamanya tidak keluar dari rumah. Mau ke rumah eyang saja. Di desa. Aku tidak mau menerima tamu. Seandainya hari ini Tanti datang. Kiraku aku tidak bisa menolak dirinya. Tetapi syukurlah temanku itu tidak main. Tetapi yang bertanya Pitarta. Adikku Yuyun aku suruhuntuk mengatakan bahwa aku pergi. Hari keduanya, aku masih kuat berkutat sehari lagi di rumah, Tanti tidak datang. Tamar tidak datang. Hari itu aku masak-masak, bersihbersih lemari, ku sempatkan membaca karangannya Pitarta yang ditinggal, melayani Bapak makan lan waktuku tidur masih sore. Aku jadi gadis yang baik, gadis yang suka mengatur rumah. (KKA, 12). Kutipan di atas dengan pernyataan “Dina iku aku mangsak-mangsak, resikresik lemari, dakperlokake maca karangane Pitarta sing ditinggal, ngladeni bapak dhahar lan anggonku turu isih sore. Aku dadi kenya kang apik, kenya kang seneng ngatur bale omah”(hari itu aku masak-masak, besih-bersih lemari, menyempatkan membaca karagannya Pitarta yang ditinggal, melayani Bapak makan dan waktuku tidur masih sore. Aku jadi wanita yang baik, wanita yang suka mengatur rumah) menunjukkan watak rajin Meineni ketika dia marah kepadaAbimanyu atas ketidakdatangannya untuk pergi ke pesta bersama-sama. Meineni yang terlalu marah ingin melampiaskan kemarahannya. Awalnya dia tidak ingin keluar rumah, commit to user tidak akan menerima tamu siapapun orangnya, dan dia berencana untuk
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
mengungsi saja ke tempat neneknya. Di hari berikutnya Meineni masih tidak mau keluar rumah, dia memasak, membersihkan lemari, membaca karangannya Pitarta dan melayani ayahnya ketika makan. Dorongani id Meineni yang tidak terpenuhi dia lampiaskan dengan hal-hal yang positif dan superegonya memilih untuk melakukan pekerjaan rumah yang merupakan tugasnya sebagai anak perempuan. 4) Gemar Membaca Watak gemar membaca tokoh utama Meineni tampak ketika dia menggunakan waktu luangnya untuk membaca buku roman, terlihat dalam kutipan berikut ini: Dina akhir minggu iku Bapak ora tindakan.Aku ora duwe rancangan metu.Adhik-adhik diaterake ibu menyang daleme guru, ngurus sekolahan taun pengajaran anyar.Jaman saiki ngurus sekolahan ora mung ing gedhong sekolahan, nanging iya ing daleme guru-guru wektu sore. Aku lungguh ana ing pendhapa maca buku roman kang nyritakake Hasan, Kartini, lan Rusli ketemu Anwar ing restoran. Critane pancen muyeg, Hasan dhidhikane Kyai, kepencut Kartini kenya modern kang dikawal Rusli, ndadak saiki kepethuk Anwar sing sajak kurangajar, polahe nyepelekake agama.(KKA, 13). Terjemahan : Hari akhir minggu itu Bapak tidak berpergian. Aku tidak punya rancangan keluar. Adik-adik diantarkan ibu ke rumah guru mengurusi sekolahan tahun ajaran baru. Zaman sekarang mengurusi sekolahan tidak hanya di gedung sekolahan. Tetapi ya di rumahnya guru-guru diwaktu sore. Aku duduk di halaman rumah membaca buku roman yang menceritakkan Hasan, Kartini, dan Rusli bertemu Anwar di Restoran. Ceritanya memang rumit, Hasan didikannya Kyai, jatuh cinta dengan Kartini gadis modern yang dikawal Rusli, mendadak sekarang bertemu Anwar yang kurang ajar, tingkahnya menyepelekkan agama. (KKA, 13). Kutipan di atas dengan pernyataan "Dina akhir minggu iku Bapak ora tindakan.Aku ora duwe rancangan metu.Adhik-adhik diaterake ibu menyang daleme guru, ngurus sekolahan taun pengajaran anyar.Jaman saiki ngurus sekolahan ora mung ing gedhong sekolahan, nanging iya ing daleme guru-guru wektu sore. Aku lungguh ana ing pendhapa maca buku roman kang nyritakake Hasan, Kartini, lan Rusli ketemu Anwar ing restoran”(hari minggu akhir Bapak commit to user tidak pergi. Aku tidak punya rencana pergi. Adik-adik diantarkan ibu pergi ke
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
rumah Ibu guru mengurusi sekolah tahun ajaran baru. Jaman sekarang mengurusi sekolahan tidak hanya di gedung sekolah, tetapi juga di rumah guru-guru ketika sore. Aku duduk di halaman rumah membaca buku roman yang menceritakan Hasan, Kartini, lan Rusli bertemu Anwar di restoran) menunjukkan watak gemar membaca Meineni untuk menghabiskan waktu luangnya. Dia membaca buku roman
yang menceritakan tentang Hasan, Kartini, Rusli, dan Anwar,
menceritakan Hasan yang merupakan jebolan pesantren, dia jatuh cinta dengan Kartini seorang wanita modern yang selalu dikawal Rusli dan sekarang bertemu dengan Anwar yang wataknya kurang ajar dan cenderung menyepelekan agama. Superego dalam diri Meineni lebih memilih membaca buku-buku cerita untuk menghabiskan waktu luangnya. 5) Mudah Memaafkan Watak mudah memaafkan Meineni terlihat ketika Abimanyu membujuknya agar tidak marah lagi karena dia tidak datang pada saat mereka sudah berjanji untuk datang ke pesta bersama-sama, terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku meneng, aku percaya, dheweke ora ngonangi aku nalika ana pasar malem dhek Setu kae.Lan dheweke ora dora, kandha ngeterake adhik-adhik cilik. Saiki aku bisa mikir rada nglalar. Reti ngono pancen ya wis kena dianggep diwasa, nanging adhine pancen klebu kenya cilik. (KKA, 14). Terjemahan : Aku diam, aku percaya, dirinya tidak mengetahui aku ketika ada di pasar malam sabtu itu, dan dirinya tidak bohong, bilang mengantarkan adik-adik kecil. Sekarang aku bisa mikir agak logis. Tahu seperti itu memang ya sudah bisa dianggap dewasa, tetapi adiknya memang termasuk anak kecil. (KKA, 14). Kutipan di atas dengan pernyataan “Aku meneng, aku percaya, dheweke ora ngonangi aku nalika ana pasar malem dhek Setu kae.Lan dheweke ora dora, kandha ngeterake adhik-adhik cilik” (Aku diam, aku percaya dirinya tidak melihatku ketika di pasar malam sabtu itu. Dan dirinya tidak berbohong jika mengantarkan adik-adik kecil) menunjukkan bahwa Meineni memaafkan kesalahan Abimanyuyang telah dilakukan padanya. Dia berpikir realistis tentang commit to user alasan yang diungkapkan Abimanyu kenapa dia tidak datang untuk menemuinya
perpustakaan.uns.ac.id
62 digilib.uns.ac.id
dan alasan itu memang benar karena Abimanyu harus menemani adik-adik kecil pergi ke pasar malam.Superego Meineni memilih untuk percaya karena yang dikatakan Abimanyu memang benar dan dia memang menyaksikan sendiri tentang pernyataan Abimanyu itu. 6) Berpendirian Kuat Watak berpendirian kuat pada Meineni terlihat ketika dia dipaksa oleh Abimanyu untuk mencoba menghisap rokok. Meineni bersikeras untuk menolak permintaan Abimanyu. Tetapi karena terus didesak dengan terpaksa Meineni menempelkannya di bibirnya, terlihat dalam kutipan berikut ini: “Ah ya ora, Coba dipikir.Apa gunane rokok? Duwit diobongi! Yen ora kebeneran nandur kangker ing awak!” “Neni!Iki!” “Apa?” “Akepen!” “Hus! Emoh!” “Akepen!” pakone kasar. Aku wedi disentak mengkono iku. Rokok daktampani kanthi ati kang ora karuwan.(KKA, 17). Terjemahan : “Ah ya tidak, coba dipikir. Apa gunanya rokok? Uang hanya dibakar!kalau tidak kebetulan menanam kanker di badan! “ Neni!ini!” “Apa?” “tempelkanlah!” “Hus! Tidak!” “Hisaplah!” suruhnya kasar. Aku takut dibentak seperti itu. Rokok aku terima dengan hati yang tidak karuan.(KKA, 17). Kutipan di atas dengan pernyataan “Aku wedi disentak mengkono iku .Rokok daktampani kanthi ati kang ora karuwan.”(Aku takut dibentak seperti itu, rokok aku terima dengan hati yang tidak karuan) menunjukkan bahwa Meineni terpaksa menghisap rokok yang diberikan kepadanya karena dia takut dimarahi Abimanyu, dengan perasaan tidak karuan Meineni menghisap rokok itu. Menurutnya merokok itu tidak ada gunanya karena sama saja membakar uang dan juga bisa menimbulkan banyak penyakit. Tidak commit to userada dorongan id pada diri Meineni
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
untuk menghisap rokok itu tetapi karena desakan Abimanyu egonya tidak bisa mempetahankan pendiriannya dan bertindak menghisap rokok tersebut. Watak berpendirian kuat Meineni juga terlihat ketika dia pergi menonton film dengan Pitarta, terlihat dalam kutipan berikut ini: Nalika nonton iku mung siji pujiku, muga-muga Tamardikin ora akalakal nelik-nelik karcis sing didol menyang aku mau dienggo sapa. Marga yen dheweke weruh aku sing nganggo, dakenggo karo priya liya, saiba serike atine! Aku diajak ora gelem jebul saiki kok nonton karo pemudha liya!Oo, ora ana karepku arep nyerikake atine, babarpisan ora! Lan ngerti yen Pitarta iku mitraku tenan, mitra kang lagi sedhih, dudu arekku, dudu yangku!(KKA, 30). Terjemahan : Ketika nonton itu hanya satu inginku semoga Tamardikin tidak mempunyai niat untuk mengecek karcis yang dijual kepadaku tadi mau dipakai buat siapa.. karena kalau dirinya melihat aku yang memakai, ku pakai dengan lelaki lain, bagaimana marahnya dia! Aku diajak tidak mau ternyata sekarang kok nonton dengan pemuda lain!Oo, tidak ada niatku untuk membuat hatinya marah sama sekali tidak! Dan mengerti kalau Pitarta itu memang temanku, teman yang sedang sedih, bukan priaku, bukan kekasihku! (KKA, 30). Kutipan di atas menunjukkan watak berpendirian kuat pada Meineni ketika dia menolak ajakan Tamardikin untuk pergi menonton film bersama. Meineni lebih memilih mengajak pria lain yaitu Pitarta untuk menonton film tersebut. Superego dalam diri Meineni lebih memilih untuk pergi dengan Pitarta daripada dengan Tamardikin. Tidak ada maksud lain mengapa Meineni menolak ajakan Tamardikin. Lagipula Pitarta bukan siapa-siapanya Meineni, dia hanya teman, teman yang sedang bersedih dan bukan kekasihnya. Watak berpendirian tetap pada Meineni juga terlihat saat dia sedang merapikan baju yang dipakai Abimanyu ketika akan pergi ke pesta pernikahan Tanti dan Tamardikin, terlihat dalam kutipan berikut ini: Tangan banjur dakcandhak ceg, terus dakpalangkerikake ing lempenge dheweke dhewe lan aku nerusake mbenakake dhasi. Nalika iku ibu mlebu kamar arep pirsa anggonku ndandani Abimanyu. Ing kono aku krasa oleh pangawasane ibu, rumangsa kayoman.Ing kono aku krasa kawicaksanane ibu. Piye-piyea kae tingkahe anak mesthi commit to user isih perlu diawat-awati wongtuwane, apa maneh anak kang lagi
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mabuk suka kaya aku iki. Sok lali kaprayitnankaya iki mau! Tujokna tangane Abimanyu ora nganti nyekel bangkekanku, lan dakpalangkerike marang lempenge dhewe. Umpama nganti nyekel bangkekanku, aku wis mesthi ilang kaprayitnanku, lan embuh maneh kepriye yen dikonangi sibu lagi kaya ngono kuwi. Tujokna! Slametslamet-slameet!(KKA,40). Terjemahan : Tangan lalu ku pegang, terus ku taruh lurus dengan dirinya dan aku meneruskan membetulkan dasi. Ketika itu ibu masuk kamar mau melihat aku mendandani Abimanyu. Disitu aku merasa mendapat pengawasannya ibu, merasa dilindungi. Disitu aku merasa kebijaksanaannya ibu. Bagaimanapun juga perilaku anaknya pasti masih memerlukan pengawasan orang tuanya, apa lagi anak yang lagi kasmaran seperti aku ini. Sering lupa harga diri seperti ini tadi! Untung tadi tangannya Abimanyu tidak sampai menyentuh pinggangku dan ku taruh lurus dengan dirinya. Seandainya sampai memegang pinggangku, aku pasti sudah hilang harga diriku, dan tidak tahu lagi bagaimana lagi jika diketahui ibu jika sedang seperti itu. Untungnya! Selamat-selamat-selamat! (KKA, 40). Kutipan di atas dengan pernyataan “Tujokna tangane Abimanyu ora nganti nyekel bangkekanku, lan dakpalangkerike marang lempenge dhewe. Umpama nganti nyekel bangkekanku, aku wis mesthi ilang kaprayitnanku, lan embuh maneh kepriye yen dikonangi sibu lagi kaya ngono kuwi Tujokna! Slamet-slametslameet!”(untungnya tangannya Abimanyu tidak sampai menyentuh pinggangku dan aku luruskan tepat di dirinya. Seandainya sampai menyentuh pinggangku, pasti sudah hilang harga diriku, dan tidak tahu bagaimana lagi ketika ibu mengetahui
saat
sedang
seperti
itu!
Untungnya!Slamet-slamet-slameet!)
menunjukkan watak berpendirian tetap pada diri Meineni kepada ibunya ketika dia sedang memasang dasi pada baju Abimanyu di kamar orang tuanya. Ibu Meineni yang sengaja datang ke kamar tempat Meineni dan Abimanyu berdandan ingin melihat apa saja yang mereka lakukan. Untung saja pada saat itu tangan Abimanyu tidak menyentuh pinggang Meineni saat ibunya sedang berada dikamar yang sama dengan mereka. Meineni mampu menahan dorongan id yang bergejolak dalam dirinya tentang perasaan cintanya kepada Abimanyu. Dia merasa bersyukur karena tangan Abimanyu tidak pada pinggangnya ketika ibunya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
mengamati mereka berdua. Kemudia superegonya memilih untuk tidak menunjukkan rasa cintanya kepada Abimanyu 7) Berpikiran Mudah Berpikiran mudah merupakan cara pandang seseorang yang menganggap segala sesuatu yang terjadi maupun yang akan terjadi dalam hidupnya ditanggapi dengan santai dan tidak menganggapnya sebagai beban. Watak berpikiran mudah Meineni muncul ketika dia meyakinkan dirinya akan perasaannya kepada Abimanyu, terlihat dalam kutipan berikut ini: Ah! Ora papa! Aku wis wani ngethok rambut cendhak-cendhak, aku wis wani nrajang urip kang becik manut wawasanku, yaiku sesrawungan bebas. Kena apa dipikir jero? Iki dudu apa-apa, wong kabeh mesthi nglakoni, ora susah sing dikethok rambute, anggere wis ngancik diwasa. Lan aku, sapa wani kandha yen aku durung diwasa? Apa sing daklakoni sasore iki mau wiwit ucul saka ngomah minangka wujudan saka anggonku ngecacakake hak pilihku ngadani urip kadidene manungsa diwasa. Hak pilih sing ora peksan saka kakuwatane liyan, nanging bebas mrunthul saka njeroning atiku.(KKA, 19). Terjemahan : Ah! Tidak apa-apa! Aku sudah berani memotong rambut pendekpendek, aku sudah berani hidup yang baik menurut pengetahuanku, yaitu bermasyarakat bebas. Mengapa harus terlalu dipikirkan? Ini bukan apa-apa, semua orang pasti sudah melakukannya, tidak perlu yang dipotong rambutnya, yang penting sudah mulai dewasa. Dan aku, siapa yang berani bilang kalau aku belum dewasa? Apa yang aku lakukan sepanjang itu tadi mulai keluar dari rumah sebagai wujud diri melaksanakan hak pilihku mejalani hidup sebagai manusia dewasa. Hak pilih yang tanpa paksaan dari kekuatan lain, tetapi bebas muncul dari dalam hatiku. (KKA, 19). Kutipan di atas dengan pernyataan “Ah! Ora papa! Aku wis wani ngethok rambut cendhak-cendhak, aku wis wani nrajang urip kang becik manut wawasanku, yaiku sesrawungan bebas. Kena apa dipikir jero?” (Ah! Tidak apaapa! Aku sudah berani memotong rambut pendek-pendek, aku sudah berani menerjang hidup yang baik menurut pandanganku sendiri yaitu bebas bermasyarakat, mengapa terlalu dipikirkan?) menunjukkan bahwa Meineni commit user merasa dirinya sudah cukupdewasa untuktomenentukan jalan hidupnya, seperti saat
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini ketika dia sudah merasa pantas dan bebas untuk menjalani pergaulan yang baik menurut pengetahuannya yang tentunya tidak melanggar norma yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Dorongan id Meineni terlihat ketika dia ingin menjalani hidupnya sesuai dengan keinginan dirinya sendiri tanpa paksaan dari orang lain dan yang paling dia menjalani kehidupannya sesuai dengan peraturan yang ada dan tidak melanggar norma. Watak berpikiran mudah Meineni juga tampak pada saat dirinya tidak menganggap apa-apa peraturan yang di berikan Bu Ratih kepadanya sebagai syarat untuk bekerja sebagai guru di taman kanak-kanak milik Bu Ratih tersebut. Tidak seperti Mbak Martinjung, teman kerja Meineni yang keberatan dengan peraturan tersebut, terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku ora mangsuli. Merga pikiranku ora nganggep apa-apa bab syarat-syarat iku. Sipat gumampangku iku bisa uga iya jalaran anggonku nganggep nyambut gawe dadi guru ala nganggur. Tanpa cita-cita, tampa pamrih gawat marmane kanggo uripku. (KKA, 24). Terjemahan : Aku tidak menjawab. Karena pikiranku tidak menganggap apa-apa bab syarat-syarat itu. Sifat menggampangkanku itu bisa juga karena alasanku bekerja sebagai guru daripada nganggur. Tanpa cita-cita, tanpa imbalan yang sulit dampaknya bagi hidupku. (KKA, 24). Kutipan di atas dengan pernyataan “Aku ora mangsuli. Merga pikiranku ora nganggep apa-apa bab syarat-syarat iku. Sipat gumampangku iku bisa uga iya jalaran anggonku nganggep nyambutgawe dadi guru ala nganggur.Tanpa cita-cita, tampa pamrih gawat marmane kanggo uripku” (Aku tidak menjawab karena pikiranku
tidak
menganggap
apa-apa mengenai
syarat-syarat
itu.
Sifat
menggampangkanku bisa juga karena alasan diriku bekerja menjadi guru daripada menganggur. Tanpa cita-cita, tanpa pamrih gawat dampaknya untuk hidupku) menunjukkan watak Meineni yang berpikir mudah ketika adasyarat bahwa yang bekerja sebagai guru di taman kanak-kanak milik Bu Ratih tidak boleh bertunangan dahulu ataupun menikah. Sikap Meineni berbanding terbalik dengan sikap Mbak Martinjung yang menganggap berat syarat-syarat tersebut. Tidak ada dorongan id dalam diri Meineni untuk bertunangan apalagi menikah dalam waktu commit to user dekat maka tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan, mungkin juga karena alasan
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Meineni bekerja menjadi guru disitu daripada nganggur, makanya Meineni tidak menganggap berat syarat-syarat tersebut. Superego pada diri Meineni lebih memilih untuk bekerja untuk mengisi waktu luangnya daripada menganggur. Tidak sampai disitu watak berpikiran mudah Meineni juga terlihat ketika dia dimusuhi oleh teman kerjanya yaitu Mbak Martinjung karena ulah anak-anak, terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku ora preduli disatru kancaku sapagawean. Yen aku butuh ya tetep ndhisiki ngomong, ora rumangsa ora pandak, dakjak omong, dakjak rerundhingan. Memungsuhan dudu watekku.(KKA, 25). Terjemahan : Aku tidak perduli dimusuhi teman kerjaku. Kalau aku butuh ya tetap mendahului bicara, tidak merasa congkak dan tidak sungkan ku ajak bicara. Aku ajak berunding. Bermusuhan bukan sifatku. (KKA, 25). Kutipan di atas dengan pernyataan “Aku ora preduli disatru kancaku sapagawean. Yen aku butuh ya tetep ndhisiki ngomong, ora rumangsa ora pandak, dakjak omong, dakjak rerundhingan. Memungsuhan dudu watekku” (Aku tidak peduli dimusuhi rekan kerjaku. Jika aku butuh ya tetap aku mendahului bicara, tidak merasa congkak dan tidak sungkan ku ajak bicara. Aku ajak berunding. Bermusuhan bukan sifatku) menunjukkan watak Meineni yang tidak peduli jika dimusuhi teman kerjanya Mbak Martinjung. Bermusuhan bukan wataknya, dia tetap baik dengan Mbak Martinjung.Tidak ada dorongan id
yang bergejolak
dalam diri Meineni untuk membalas perlakuan Mbak Martinjung kepadanya dan superegonya memilih untuk tetap baik kepada Mbak Martinjung. . 8)
Suka Bercanda Watak suka bercanda Meineni terlihat ketika banyak anak-anak muridnya
tidak ada yang takut untuk bercanda dengannya. Meineni semakin dekat dengan murid-muridnya
itu,
terlihat
dalam
commit to user
kutipan
berikut
ini:
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
“He Lupi! Ayo, piye iki? Kowe ki wis pinter gawe wiring wae!’ ujarku. “wirang ki apa, ta, Bu Guru?“Bocah-bocah sing cedhak kono padha takon. “galo, delengen Pak Becak sing arep methuk Bambang kae, rak nggeguyu Bu Neni merga roke bedhah. Kowe ora mesakake Bu Nenidigeguyu uwong?Iku jenenge kowe gawe wirange Bu Neni. Bu Neni wirang digeguyu wong.” Lupi klelat-klelet nyedhaki aku.“Lupi ora njarag, kok Bu.(KKA, 25). Terjemahan : “He Lupi! Ayo, bagaimana ini? Kamu itu sudah pandai membuat kesal saja! Kataku. “malu itu apa sih Bu Guru? “anak-anak yang dekat disitu saling bertanya. Itu loh. Lihatlah Pak becak yang akan menjemput Bambang itu, kan menertawai Bu Neni karena roknya ibu sobek. Kamu tidak kasihan Bu Neni ditertawai orang?itu namanya kamu membuat malu Bu Neni. Bu Neni malu ditertawai orang.” Lupi malu-malu mendekati aku.”Lupi tidak sengaja, kok Bu.(KKA, 25). Kutipan di atas dengan pernyataan “galo, delengen Pak Becak sing arep methuk Bambang kae,rak nggeguyu Bu Neni merga roke bedhah.Kowe ora mesakake Bu Neni digeguyu uwong?Iku jenenge kowe gawe wirange Bu Neni. Bu Neni wirang digeguyu wong.” (itu lho, lihatlah Pak Becak yang akan menjemput Bambang itu kan menertawai Bu Neni karena roknya sobek. Kamu tidak kasihan pada Bu Neni ditertawakan orang? Itu namanya membuat malu Bu Neni, Bu Neni malu ditertawakan orang) menunjukkan watak suka bercanda Meineni, dia bercandadengan murid-muridnya sampai-sampai roknya sobek karena tidak sengaja di tarik oleh muridnya yaitu Lupi. Lupi hanya tersipu malu ketika Bu Neni memberitahukan bahwa roknya sobek sampai-sampai tukang becak yang akan menjemput muridnya yang lain yaitu Bambang ikut menertawainya. Superego Meineni memilih untuk membiarkan roknya yang sobek karena ulah muridnya itu ketimbang harus memarahinya. 9)
Suka Menolong Orang Lain Saling tolong menolong merupakan sikap yang terpuji bagi manusia
menurut kodratnya sebagai makhluk sosial. Watak suka menolong Meineni commityang to user terlihat ketika temannya Tamardikin sedang marah karena dia terlanjur
perpustakaan.uns.ac.id
69 digilib.uns.ac.id
membeli tiket nonton bioskop dengan Tanti, tetapi Tanti malah pergi entah kemana. Terlihat dalam kutipan berikut ini: Ibu Bapak pancen ora duwe rancangan mirsani gambar idhup.Dhek wingi ora, saiki ya ora.Dene anggonku niyat tuku karcis mau mung dak enggo nambani atine Tamardikin, ben ora kebangetan gelane marang Tanti.(KKA, 29). Terjemahan : Ibu Bapak memang tidak punya rencana menonton gambar hidup, kemarin tidak, sekarang ya tidak. Tetapi niatku membeli karcis tadi hanya untuk mengobati hatinya Tamardikin agar tidak terlalu kecewa dengan Tanti.(KKA, 29). Kutipan di atas dengan pernyataan “Dene anggonku niyat tuku karcis mau mung dak enggo nambani atine Tamardikin, ben ora kebangetan gelane marang Tanti” (Tetapi niatku membeli karcis tadi hanya untuk mengobati hatinya Tamardikin, biar tidak terlalu kecewa dengan Tanti) menunjukkan rasa iba Meineni terhadap apa yang terjadi dengan Tamardikin, dia mempunyai niat membeli tiket tersebut untuk mengobati rasa kecewa Tamardikin. Superego Meineni memilih untuk membeli tiket tersebut dengan alasan dia akan menonton dengan orangtuanya padahal dia tidak mempunyai rancangan untuk menontonnya dengan ayah dan ibunya. Meineni melakukan hal itu karena dia merasa kasihan dengan temannya itu dan untuk mengobati rasa kecewa Tamardikin karena tidak jadi menonton film dengan Tanti. 10) Mudah bergaul Orang yang mudah bergaul biasanya orang itu ramah terhadap semua orang dan bisa menempatkan diri disituasi apapun. Seperti pada tokoh utama Meineni yang mempunyai watak mudah bergaul, hal itu nampak dari banyaknya teman Meineni, terlihat dalam kutipan berikut ini: Tamardikin lan Pitarta isih kerep dolan menyang panggonanku. Kanca priya liyane iya sok teka nanging mung kala-kala banget.Yen teka adate bebarengan utawa katut-katut, ora niyat mligi merdhayoh ketemu aku. Kanca priya iku sajak padha ora owah nglanggengake sesrawungan karo aku isih sekolah lan saiki wis cekel gawe. Ya mung tepungan anyar ora akeh tambahe kaya nalika dhek sekolah. Marga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
sing ngglendheng pitepungan iya suda. Acara barengan kumpul kaya dhek padha sekolah, ya wis ora ana maneh.(KKA, 33). Terjemahan : Tamardikin dan Pitarta masih sering pergi ke rumahku. Teman lelaki lainnya iya juga datang tetapi hanya kadang-kadang saja. Kalau datang biasanya bersama-sama atau ikut-ikut. Tidak niat hanya bertamu bertemu aku. Teman pria kelihatannya tidak merubah melanggengkan pertemanannya dengan aku ketika masih sekolah dan sekarang sudah mempunyai pekerjaan. Ya kalau bertemu tidak terlalu banyak tambahnya seperti ketika masih sekolah. Karena yang mengajak bertemu iya berkurang. Acara bersama berkumpul ketika zaman sekolah, ya sudah tidak ada lagi. (KKA, 33). Kutipan di atas dengan pernyataan “Tamardikin lan Pitarta isih kerep dolan menyang panggonanku. Kanca priya liyane iya sok teka nanging mung kala-kala banget.Yen teka adate bebarengan utawa katut-katut, ora niyat mligi merdhayoh keternu aku.Kanca priya iku sajak padha ora owah nglanggengake sesrawungan karo aku isih sekolah lan saiki wis cekel gawe” (Tamardikin dan Pitarta masih sering pergi ke rumahku. Teman lelaki lainnya juga masih sering datang tapii hanya kadang-kadang sekali. Jika datang bersama atau hanya ikut-ikutan. Tidak niat bertamu hanya bertemu aku. Teman lelaki kelihatannya tidak menghilangkan silaturahminya dengan aku saat masih sekolah dan sudah bekerja) menunjukkan bahwa Meineni memiliki watak mudah bergaul. Hal tersebut terbukti dari banyaknya teman Meineni, tidak hanya Tamardikin dan Pitarta tetapi temanteman yang lain dan mereka masih menyambung tali silaturahmi dengan Meineni. Teman-teman Meineni itu sudah jarang kumpul-kumpul lagi seperti dahulu karena sekarang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Superego dalam diri Meineni yang berperilaku baik membuatnya mempunyai banyak teman. 11) Tidak Suka Dandan Tokoh utama Meineni memang tidak suka berdandan, dia merasa malu dan belum butuh berdandan untuk aktivitas kesehariannya. Terlihat dalam kutipan berikut ini: “Clear red three, ya?” ujare milih warna lipstik utawa gincu. “lya, nanging ora dakenggo,Iho. commit to user Kowe ngerti, ta, aku ora tau bengesan.
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aku isih isin ngono. Ngomah ya wis ana, nanging ora tau dakenggo, Iho, “wangsulanku.(KKA, 35). Terjemahan : “Clear red three, ya?” katanya memilih warna ipstik atau gincu. “iya, tetapi tidak aku pakai, lho. Kamu tahukan aku tidak pernah memakai lipstick. Aku masih malu begitu. Di rumah ya sudah ada, tetapi tidak pernah aku pakai lho, jawabku”. (KKA, 35). Kutipan di atas dengan pernyataan “Clear red three, ya?” ujare milih warna lipstik utawa gincu. “lya, nanging ora dakenggo,Iho. Kowe ngerti, ta, aku ora tau bengesan. Aku isih isin ngono. Ngomah ya wis ana nanging ora tau dakenggo, Iho, “wangsulanku”(Clear red there, ya? Katanya memilih lipstik atau gincu. Iya tapi tidak aku pakai lho. Kamu tahu kan aku tidak pernah memakai lipstik. Aku masih malu. Di rumah ya sudah ada tetapi tidak pernah aku pakai lho, jawabku) menunjukkan watak Meineni yang tidak suka berdandan. Dia masih malu untuk menggunakan lipstik. Abimanyu memang membelikan sebuah lipstik dan menyarankan dengan merk clear red three, tetapi Meineni menerimanya walaupun dengan rasa berat hati karena dia berpikir lipstik itu akan mubazir. Superego dalam diri Meineni memilih untuk tetap menerimanya daripada harus mengecewakan Abimanyu karena menolak pemberiannya. 12)
Suka Memaksakan Kehendak Watak suka memaksakan kehendak pada diri Meineni terlihat ketika dia
memaksa Abimanyu agar mau ke pesta pernikahan Tanti dan Tamardikin bersamanya, terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku gela, Abimanyu ora ndang mangsuli gelem. Dheweke lungguh ing kursi karo mikir-mikir, “Sesuk dinane apa?” “Setu,“wangsulanku cepet, “Setu aku nyang endi, ya?Ora ana rancangan.” “Wis, ta mbok gelem.Aku ngajak sepisan iki wae.” “Nanging aku ora duwe klambi, ki.” “Alaa, embel!Cah lanang we, Iho, nganggo klambi putih, dhasen ngono wae rak wis katon dandan!”(KKA, 37). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
Terjemahan : Aku kecewa. Abimanyu tidak segera menjawab mau. Dirinya duduk dikursi sambil berpikir. “Besok hari apa?” “Sabtu, “Jawabku cepat. “Sabtu aku mau kemana, ya? Tidak ada rencana.” “Sudahlah ayo mau saja. Aku mengajak sekali ini saja.” “Tetapi aku tidak punya baju loh”. “Alaa, sembarang! Anak lelaki, lho. Memakai baju putih. Memakai dasi saja sudah kelihatan dandan!”(KKA, 37). Kutipan di atas dengan pernyataan “Wis, ta mbok gelem.Aku ngajak sepisan iki wae” (Sudahlah, Ayolah, aku mengajak sekali ini saja) menunjukkan watak suka memaksa kehendak Meineni kepada Abimanyu. Dia memaksa Abimanyu agar mau pergi ke pesta pernikahan Tanti bersamanya. Abimanyu sempat bingung dengan ajakan Meineni karena dia harus berpikir dulu apakah besok ada acara atau tidak dan juga belum mempunyai baju untuk kesana. Dorongan id Meineni untuk bisa pergi dengan Abimanyu membuatnya terus mendesak Abimanyu agar mau pergi. 13) Berprasangka Buruk Berprasangka buruk yaitu memiliki perasaan yang tidak baik terhadap orang lain. Biasanya orang yang memiliki prasangka buruk akan lebih berhati-hati dengan orang yang dicurigainya itu. Watak berpasangka buruk Meineni juga terlihat ketika dia dinasehati oleh Tanti agar berhati-hati dengan laki-laki dan lakilaki yang dimaksudkan adalah Abimanyu, terlihat dalam kutipan berikut ini: Nalika aku ketemu Abimanyu maneh aku nyoba mawas priya kang cedhak aku iku.Satemene Abimanyu ya kurang bagus, ora bagus kaya Tamardikin. Mung dedege oleh, panganggone resik. Ducatine saiki wis malih dadi Norton, sepedhah montor gedhe tenan. Apaaku bloloken marga kasugihan?Rumangsaku ora. Ibu Bapakku cukup lan tansah bisa nyukupi kabutuhanku lan daksenengi bab Abimanyu pangrengkuhe marang aku, semanak, aku iki diadi-adi, diemi-emi dening priya siji kuwi. Lan kuwi nyenengake aku banget. Tenan aku ora kepincut marga bandha, nanging marga patrap. Dadi apa sing dikarepake Tanti seger njabane, seger njerohane? Apa marga Abimanyu ngrokok? Apa marga priya iku tau lunga menyang tanjung perak? Aku kok ora ngreti, ta, sing dikarepake Tanti. Apa Tanti ki user piye, ta, ya?(KKA, 49). genahe meri karocommit aku to apa
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
Terjemahan : Ketika aku bertemu Abimanyu lagi aku mencoba mengawasi lelaki yang dekat denganku itu. Sebenarnya Abimanyu ya kurang tampan. Tidak tampan seperti Tamardikin. Hanya badannya bagus dan penampilannya bersih. Ducatinya sekarang sudah berubah menjadi Norton, sepeda motor besar banget. Apa aku silau karena kekayaan? Menurutku tidak. Ibu Bapakku cukup dan selalu bisa mencukupi kebutuhanku dan yang ku senangi tentang Abimanyu yaitu perlakuannya kepadaku, menyenangkan, aku dimanja oleh lelaki satu itu. Dan itu menyenangkan aku sekali. Sungguh aku tidak silau karena harta, tetapi karena tingkah laku. Jadi apa yang diharapkan Tanti bagus luar, bagus dalamnya? Apa karena Abimanyu merokok? Apa karena lelaki itu pernah pergi ke Tanjung Perak? Aku kok tidak mengerti ya yang diinginkan Tanti. Apa Tanti ternyata iri dengan aku atau bagaimana ya?(KKA, 49). Kutipan di atas dengan pernyataan “Tenan aku ora kepincut marga bandha, nanging marga patrap.Dadi apa sing dikarepake Tanti seger njabane, seger njerohane?Apa marga Abimanyu ngrokok? Apa marga priya iku tau lunga menyang tanjung perak? Aku kok ora ngreti, ta, sing dikarepake Tanti. Apa Tanti ki genahe meri karo aku apa piye, ta, ya?”(Benar, aku tidak menyukainya karena harta tetapi karena tingkah lakunya. Jadi apa yang diharapkan Tanti bagus luar, bagus dalamnya? Apa karena Abimanyu merokok? Apa karena lelaki itu pernah pergi ke Tanjung Perak? Aku kok tidak mengerti ya yang diinginkan Tanti. Apa Tanti ternyata iri dengan aku atau bagaimana ya?) menunjukkan watak berprasangka buruk Meineni dengan dirinya dan Tanti. Dia merasa bingung dengan rasa cintanya dengan Abimanyu, apakah Meineni mencintai Abimanyu karena kekayaan dan dia meyakinkan dirinya lagi bahwa cintanya kepada Abimanyu memang karena rasa cinta yang murni tanpa pamrih apapun. Berbeda dengan prasangka buruknya dengan Tanti, Meineni menganggap Tanti iri dengan dirinya karena akan mendapat pria kaya yaitu Abimanyu. Egonya yang bergejolak membuat dirinya berprasangka buruk dengan dirinya sendiri dan dengan Tanti. 14) Tidak Mudah Percaya Watak Meineni selanjutnya adalah tidak mudah percaya dengan perkataan orang lain walaupun itu perkataan sahabatnya sendiri. Meineni tidak percaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
dengan perkataan Tanti dan Pitarta mengenai kejelekan Abimanyu, terlihat dalam kutipan berikut ini: Sorene aku duwe pokal liya. Mitra loro Tanti lan Pitarta wis gawe wawasan ala bab Abimanyu, Wonge iku jenenge wae mitra, nanging durung karuwan yen wicarane tulus lan kena dipercaya. Mitra guneme sok nganggo pamrih lan nuruti isine pamrih, bisa wae barang becik dicritakake ala, Aku saiki kepengin takon marang mitra liya kang daksengguh dudu mitra kenthel nanging bisa uga ngandhani aku luwih resik saka pamrih-pamrih ala. Tamardikin wong kang tepung Abimanyu. Dheweke mesthi gelem aweh wawasan luwih tulus bab Abimanyu marang aku. Pokal takon marang Tamardikin iku ndadak nggrenjel ora kena dakempet. Ora ana ukuran kang luwih becik njajagi atine priya kajaba njilih nganggo takerane priya liya. Tamardikin dakgoleki, sore iku daktakoni bab Abimanyu.(KKA, 5859). Terjemahan : Sorenya aku mempunyai ide lain. Dua teman tadi Tanti dan Pitarta sudah membuat keterangan buruk tentang Abimanyu, namanya juga teman, tetapi belum tentu kalau bicaranya tulus dan dapat dipercaya. Teman bercanda kadang memakai pamrih dan menuruti isinya pamrih, bisa saja barang bagus diceritakan buruk. Sekarang aku ingin bertanya kepada teman yang lain yang kuanggap bukan teman akrab tetapi bisa juga menasehati aku lebih baik dari pamrih-pamrih buruk. Tamardikin orang yang megenal Abimanyu. Dirinya pasti mau memberitahu lebih tulus tentang Abimanyu kepadaku. Niat bertanya kepada Tamardikin itu sangat besar tidak bisa ku tahan. Tidak ada hal yang lebih baik mencoba hatinya lelaki kecuali memilih menggunakan pandangan lelaki lain. Aku cari Tamardikin, sore iku aku bertanya tentang Abimanyu.(KKA, 58-59). Kutipan di atas dengan pernyataan “Sorene aku duwe pokal liya. Mitra loro Tanti lan Pitarta gawe wawasan ala bab Abimanyu, Wonge iku jenenge wae mitra, nanging durung karuwan yen wicarane tulus lan kena dipercaya” (Sorenya aku mempunyai ide lain, dua teman tadi Tanti dan Pitarta sudah membuat cerita buruk tentang Abimanyu, namanya juga teman, tetapi belum tentu kalau perkataannya tulus dan dapat dipercaya) menunjukkan bahwa Meineni tidak percaya dengan apa yang dikatakan Tanti dan Pitarta tentang Abimanyu, dia beranggapan bahwa walaupun mereka teman yang sangat akrab dan kemungkinan kecil untuk berbohong tetapi Meineni tetap saja tidak percaya, bisa saja mereka mengatakan commit to user sesuatu yang tidak benar. Kemudian Meineni berinisiatif untuk mencari kebenaran
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
dengan teman yang lain walaupun tidak begitu akrab tapi setidaknya bisa memberikan keterangan yang lebih baik tentang Abimanyu dan orang tersebut adalah Tamardikin. Dorongan Id Meineni yang sangat besar untuk mengetahui kebenaran tentang Abimanyu membuatnya mencari Tamardikin untuk meminta pendapatnya mengenai Abimanyu sebagai sesama lelaki dan Meineni berharap Tamardikin akan memberikan keterangan yang lebih tulus. 15) Nekat Watak nekat Meineni terlihat ketika dia sangat ingin tahu tentang kebenaran cerita Pitarta dan Tanti mengenai Abimanyu dan dia nekat pergi kekosannya Tamardikin padahal Tanti sudah melarangnya untuk pergi kesana, terlihat dalam kutipan berikut: “Nanging, Nen. Aku wis diweling-weling aja nganthi teka ing pondhokane yen ora karo dheweke, marga pemudha-pemudha kancane mondhok iku ndhugal lan brangasan banget. Aku nekat nggoleki omahe Tamardikin. Sadurunge srengenge surup aku kudu wis bisa sesambungan karo Tamar. Yen mulang ya arep dakwelingke supaya yen mulih mulang terus mampir omahku. Dakgoleki pondhokane, ijen. Sadhugul-ndhugale pemudha, mosok iya aku arep diganggu, batinku.(KKA, 59). Terjemahan : “Tetapi, Nen. Aku sudah diperingatkan jangan sampai datang di kosannya Tamardikin kalau tidak dengan dirinya, karena pemudapemuda temannyangekos itu agresif sekali. Aku nekat mencari rumahnya Tamardikin. Sebelum matahari terbenam aku sudah harus bisa bertemu dengan Tamar. Kalau mengajar ya akan ku ingatkan supaya kalau pulang mengajar terus mampir ke rumahku. Ku cari kosannya, sendiri. Senakal-nakalnya pemuda, masa iya aku akan diganggu, batinku. (KKA, 59). Kutipan di atas dengan pernyataan “Aku nekat nggoleki omahe Tamardikin. Sadurunge srengenge surup aku kudu wis bisa sesambungan karo Tamar.”(Aku nekat mencari rumahnya Tamardikin. Sebelum matahari terbenam aku sudah harus bisa bertemu dengan Tamar) menunjukkan kenekatan Meineni untuk pergi ke kosannya Tamardikin padahal Tanti sudah mengingatkan agar jangan pergi kesana karena pemuda-pemuda disana sangat agresif apalagi bila yang datang commit to user adalah perempuan. Dorongan id Meineni yang begitu kuat membuat dia nekat
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
pergi ke tempat Tamardikin untuk mencari keterangan yang lebih jelas mengenai Abimanyu. Dia tidak perduli dengan perkataan Tanti bahwa dikosannya Tamardikin banyak pemuda iseng dan agresif. 16)
Ragu-ragu Ragu-ragu merupakan watak dimana seseorang belum yakin terhadap suatu
hal, dia tidak bisa menolaknya maupun menerima hal itu, seseorang yang memiliki sifat ragu-ragu perlu bukti yang kuat agar dilemanya hilang. Seperti pada tokoh utama Meineni yang ragu-ragu akan pemyataan sahabat-sahabatnya yaitu Tanti, Pitarta, dan Tamardikin bahwa Abimanyu bukanlah pria yang baik. Meineni ragu-ragu apakah harus percaya atau tidak tentang pertanyaan sahabatsahabatnya itu, terlihat dalam kutipan berikut ini: Seminggu tutuge atiku jempalikan terus. Batinku pecah dadi loro.Separo ngrewangi keterangane mitra-mitra, separo mantep nuhoni batinku kang lawas.Karo-karone padha kuwate. Nalika seminggu wis tutug meksa durung ana kawusanane kalah menang, Tanti karo Tamardikin teka tilik aku, menehi oleh-oleh, takon-takon prekaraku karo Abimanyu, lan menehi kekuwatan anyar ing batinku kang sesisih sarana pitutur-pitutur lan conto-conto. (KKA, 64). Terjemahan : Seminggu setelahnya hatiku terus berkecamuk. Batinku pecah menjadi dua. Setengah percaya keterangannya teman-teman. Setengah mantap mempercayai batinku yang lama. Dua-duanya sama kuatnya. Ketika seminggu sesudahnya terpaksa belum ada yang benar, Tanti dan Tamardikin datang menjengukku, memberi oleh-oleh. bertanya mengenai masalahku dengan Abimanyu, dan memberi kekuatan baru di batinku yang setengah sebagai sarana nasehat-nasehat dan contohcontoh. (KKA, 64). Kutipan di atas dengan pernyataan “Seminggu tutuge atiku jempalikan terus. Batinku pecah dadi loro. Separo ngrewangi keterangane mitra-mitra, separo mantep nuhoni batinku kang lawas. Karo-karone padha kuwate”(seminggu sesudahnya hatiku terus berkecamuk. Batinnya pecah menjadi dua. Separuh mempercayai pernyataan teman-teman, separuhnya mantap mempercayai kata hatiku yang dulu) menunjukkan watak ragu-ragu Meineni setelah mendengar pernyataan Tanti dan Pitarta mengenai commitperilaku to user Abimanyu. Separuh hatinya ingin
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
percaya bahwa pernyataan itu benar dan separuhnya hatinya masih tetap mempercayai kata hatinya bahwa Abimanyu orang yang baik. Egonya dilema karena dia harus percaya atau tidak tentang pernyataan sahabat-sahabatnya itu atau percaya kepada kata hatinya bahwa Abimanyu bukan orang seperti yang dituduhkan sahabat-sahabatnya itu. 17) Rendah Hati Watak rendah hati Meineni terlihat ketika dia harus pindah ke lingkungan yang biasa saja setelah berkeluarga dengan Tamardikin dan mempunyai dua orang anak yaitu Tamarreni dan Tamarririn padahal lingkungan rumahnya dulu termasuk lingkungan rumah elit, terlihat dalam kutipan berikut ini: Nalika bubar laire Ririn, aku wiwit ora krasan kumpul ibu.Kamarku dienggoni jiwa papat ya rada empet-empetan. Jejel riyel.Aku krasa ibu ya ora seneng dakdhereki ngono kuwi. Kerep wae sesemon, wong wis omah-omah, mesthine ya kudu urip pethal karo wong tuwa, madeg bale somah dhewe. (KKA, 70). Terjemahan : Setelah kelahiran Ririn. Aku sudah mulai tidak betah kumpul bersama ibu. Kamarku dipakai empat orang ya agak berhimpit-himpitan. Berdesakan sekali. Aku merasa ibu ya tidak suka ku tumpangi seperti itu. Sering berkata seperti ini, orang sudah berumah tangga, mestinya ya harus pisah dengan orang tua, mendirikan rumah sendiri. (KKA, 70). Saiki rak wis ngreti, kenya ayu berkelas kaya aku ya gelem dijak urip kaya ngene. Dadi Dhik Pit ki ya ndang milih bojo, wong omah wis ana, apik ngono. Weruh omahe iku wae prawan rak terus semrinthil dijak mbangun urip bebarengan. Karo dene mesakake Bu Brata, wis sepuh ngono durung kagungan mantu. Apa maneh putu!(KKA, 73-74). Terjemahan : Sekarangkan sudah tahu, wanita cantik berkelas kaya aku ya mau diajak hidup seperti ini. Jadi Dik Pit itu ya cepetan memilih istri, orang rumah sudah ada, bagus seperti itu. Melihat rumahmu itu gadis terus tertarik diajak hidup bersama. Terus kasihan Bu Brata, sudah tua seperti itu belum mempunyai mantu. Apa lagi cucu!(KKA, 73-74). commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kutipan dia atas dengan pernyataan “Saiki rak wis ngreti, kenya ayu berkelas kaya aku ya gelem dijak urip kaya ngene “(sekarang kan sudah tahu wanita cantik berkelas seperti saya mau diajak hidup seperti ini) menunjukkan bahwa Meineni merupakan orang yang rendah hatiatau tidak sombong. Dia tidak hanya mau tinggal di rumah lingkungan elit seperti tempat tinggalnya dulu dengan orangtuanya tetapi juga di rumah lingkungan biasa sama seperti tempat Pitarta tinggal. Setelah menikah dan mempunyai dua anak, Meineni merasa harus mempunyai rumah sendiri untuk tinggal bersama keluarga kecilnya itu. Dorongan id membuat dia harus keluar dari rumah orangtuanya dan mencari ramah sendiri dan superegonya memilih untuk mengontrak rumah yang kebetulan dekat dengan rumah Pitarta. Meineni merasa tidak nyaman jika terus tinggal bersama orang tuanya. 18) Perasa Watak selanjutnya dari tokoh utama Meineni adalah perasa. Watak perasa Meineni terlihat ketika dia tidak menyangka dibentak oleh Tamardikin ketika Meineni duduk di dekat Tamardikin ketika dia sedang sibuk belajar. Terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku kaget banget. Kaget banget disentak kasare kaya ngono! Kasar gek mesthi iya keprungu bocah-bocah, Reni lan Ririn cilik! Sanalika aku ora bisa mangsuli, ora bisa obah kajaba mung njenggirat padirangan, nyawang dheweke.Kanthi latah dakduduhake dhompet tutupan, fotone ora katon, dakulungake nganggo tangan ndhredheg dakseleh ing mejane.Aku banjur ngadheg, nyandhak Ririn kang brangkangan mara mrono, terus dakbopong, dakgawa menyang peturon.(KKA, 75). Terjemahan : Aku kaget sekali. Kaget sekali dibentak kasarnya seperti itu! Kasar dan pasti didengar anak-anak, Reni dan Ririn kecil! Seketika aku tidak bisa menjawab, tidak bisa bergerak hanya bisa kaget melihat dirinya. Dengan latah ku berikan dompetnya yang tertutup. Fotonya tidak kelihatan. Ku berikan dengan tangan gemetar ku taruh di mejanya. Terus aku berdiri. Membawa Ririn yang sedang merangkak ke arah situ, terus ku gendong, ku bawa ke tempat tidur. (KKA, 75). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
Kutipan di atas dengan pernyataan“ Aku kaget banget. Kaget banget disentak kasare kaya ngono! Kasar gek mesthi iya keprungu bocah-bocah, Reni lan Ririn cilik! Sanalika aku ora bisa mangsuli, ora bisa obah kajaba mung njenggirat padirangan, nyawang dheweke” (Aku kaget sekali, kaget sekali dibentak kasar seperti itu! Kasar terus pasti didengar oleh anak-anak, Reni dan Ririn kecil! Seketika aku tidak bisa menjawab, tidak bisa bergerak kecuali hanya memandang dirinya) menunjukkan watak perasa Meineni ketika dibentak oleh Tamardikin. Sebenarnya dia ingin bertanya mengenai foto Tanti yang masih ada dalam dompetnya dan dia duduk di dekat Tamardikin yang sedang serius belajar. Dorongan id Meineni yang begitu besar untuk bertanya niengenai foto Tanti yang masih disimpan dalam dompetnya membuat dia memberanikan diri untuk bertanya dan dia mendekati Tamardikin yang sedang belajar tetapi dia malah dibentak oleh Tamardikin karena dianggap mengganggu dan dia langsung menggendong Reni dan Ririn yang ketika itu berada di dekatnya agar menyingkir dari pandangan Tamardikin. 19) Tidak Banyak Menuntut Watak tokoh utama Meineni berikutnya adalah tidak banyak menuntut, hal itu terlihat ketika suaminya yaitu Tamardikin tidak bisa menjadi sarjana hukum dan Meineni hanya bisa pasrah dan menyemangati suaminya itu. Terlihat dalam kutipan berikut ini: Satemene wis suwe anggonku kemba duwe cita-cita dadi bojone sarjana hukum. Malah cita-citaku iku mbokmenawa ora tau dakduweni lan nonton rekasane Mas Tamardikin olehe sinau, aku mung mesakake thok. Mula nalika disambati yen tentamene angel, aku mung bisa ngekep gegere, dakkekep saka mburi, daktempeli pipiku, ing pamrih aja nganti nalangsa banget-banget, ngretia yen ing donya iki dheweke isih duwe aku, isih duwe kanca kang gelem diajak ngrasakake pait getire ngaurip.(KKA, 91). Terjemahan : Sebenarnya sudah lama diriku mempunyai cita-cita menjadi istri seorang sarjana hukum. Malah cita-citaku itu tidak pernah aku miliki dan melihat susahnya Mas Tamardikin belajar, aku hanya merasa kasihan saja. Maka ketika dibilang kalau mencapainya sulit, aku hanya commit toku userpeluk dari belakang, ku tempeli bisa memeluk punggungnya,
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
pipiku, dengan niat jangan sampai kasihan sekali, tahulah kalau di dunia ini dirinya masih punya aku, masih punya teman yang mau diajak merasakan pahit getirnya hidup. (KKA, 91). Kutipan di atas dengan pernyataan “Mula nalika disambati yen tentamene angel, aku mung bisa ngekep gegere, dakkekep saka mburi, daktempeli pipiku, ing pamrih aja nganti nalangsa banget-banget, ngretia yen ing donya iki dheweke isih duwe aku, isih duwe kanca kang gelem diajak ngrasakake pait getire ngaurip”(Maka ketika dia mengeluh bahwa hal itu susah, aku hanya bisa memeluk punggungnya, aku peluk dari belakang, aku tempelkan pipiku, dengan niat jangan sampai memelas sekali. Mengertilah di dunia ini dirinya masih punya aku, masih punya teman yang mau diajak merasakan pahit getirnya hidup) menunjukkan Meineni pasrah terhadap apa yang terjadi dengansuaminya Tamardikin, dia beranggapan bahwa Tamardikin sudah cukup bekerja keras untuk mendapatkan gelar sarjana tetapi dia tidak berhasil. Superego Meineni memilih untuk menerima kenyataan itu dan selalu mendukung segala sesuatu yang terjadi dengan Tamardikin agar Tamardikin tidak merasa sedih karena dia mempunyai orang yang selalu mendukungnya dan menyemangatinya. Dia tidak banyak menuntut dari suaminya itu walaupun sebenarnya ingin menjadi istri seorang sarjana hukum. Subbab di atas menjelaskan watak-watak tokoh utama Meineni novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata. Banyak sekali watak yang ada dalam diri Meineni antara lain pemarah, kurang percaya diri, rajin, gemar membaca, mudah memaafkan, berpendirian kuat, berpikiran mudah, suka bercanda, suka menolong orang lain, mudah bergaul, tidak suka dandan, suka memaksakan kehendak, berprasangka buruk, tidak mudah percaya, nekat, raguragu, rendah hati, perasa, dan tidak banyak menuntut. Tetapi, pada dasarnya Meineni adalah gadis yang baik.Meineni merupakan gadis impian pengarang. Menurut dalil Sigmund Freud watak tokoh utama Meineni dominan dengan menahan dorongan idnya. Hal itu terbukti dengan rasa cinta Meineni yang dia pendam kepada Abimanyu sampai akhirnya dia menikah dengan Tamardikin tanpa rasa cinta.Watak Meineni commit yaitu marah, to user dendam, bimbang, berprasangka
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
buruk, tidak mudah percaya
ketika sahabat-sahabatnya memberitahukan
keburukan Abimanyu dan menanyakan perasaannya kepada Abimanyu. Meineni hanya bisa diam, dia tidak sanggup menjawab pertanyaan sahabatnya itu, hanya pikiran buruk yang ada dalam pikirannya bila temannya menyinggung perasaannya dengan Abimanyu. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Alfan Aris Priyanto dan Yoshia Bagus Purwanto sebagai berikut : watak tokoh utama Meineni antara lain mudah sakit hati dalam hal asmara dan tidak mudah percaya dengan
orang
lain
(Priyanto,
I),
sedangkan
Yoshia
Bagus
Purwanto
mengungkapkan watak tokoh utama yaitu tidak mudah percaya dan berpikiran mudah (Purwanto, III). Pada dasarnya tokoh utama Meineni merupakan sosok gadis dengan tabiat baik tetapi wataknya berubah jika berhubungan dengan kisah cintanya. Meineni sangat mencintai Abimanyu tetapi dia tidak pernah mengungkapkannya. Dia menjadi sangat sensitif jika para sahabatnya membicarakan perasaannya dengan Abimanyu. Tabiat Meineni yang buruk akan muncul jika berhubungan dengan Abimanyu. 2.
Deskripsi Konflik Psikis Tokoh Utama Novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata. Konflik psikis atau biasa disebut dengan konflik batin yaitu konflik yang
terjadi dalam diri seorang tokoh. Bila dalam cerita fiksi seperti novel, tokoh merupakan seseorang yang mengalami konflik. Konflik psikis berkaitan dengan gejolak batin seorang tokoh dengan dirinya sendiri, bisa berupa rasa kecewa, marah, putus asa, dan lain sebagainya. Jika menurut pada dalil Sigmund Freud konflik timbul akibat ketiga sistem yang tidak seimbang yaitu id, ego, dan superego. Hasrat yang timbul dari id tidak bisa dipuaskan oleh ego sedangkan superego berfungsi sebagai penilai tindakan yang bekerja prinsip kesempurnaan yang tidak mau melanggar norma. Sedangkan konflik psikis merupakan pertentangan antara tiga sistem yaitu id, ego, dan superego.Id sebagai pemberi dorongan,ego merupakan pemenuh kebutuhan yang bekerja berdasarkan pikiran commit to useryang berisi sistem nilai dan norma nasional, dan superego merupakan pengendali
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
yang berlaku dalam masyarakat. Adapun konflik psikis yang dialami tokoh utama Meineni dalam novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata adalah sebagai berikut: a.
Kekecewaan Kekecewaan merupakan keadaan dimana sesuatu yang diinginkan tidak
sesuai dengan harapan. Kekecewaan Meineni terjadi karena ketidakhadiran Abimanyu untuk pergi ke pesta bersama-sama, terlihat dalam kutipan berikut ini: Mripatku kaca-kaca, luhku banjur dlewer anget ing pipiku.Ora daklapi.Aku tetep ana ing kursi kang madhep menyang dalan.Pikiranku mblayang menyang endi-endi.Warta berita rampung, aku ya krungu.Banjur musik. Musik ngok-ngik. Musik saiki ora bisa nglipur atine wong sing ngrungokake, paling banter nglipur atine sing padha menyanyi dhewe! Ngono batinku. Nanging aku ora kuwat obah saka panggonanku.Daktogake wae swarane ketipung nampegi kuping.(KKA, 4). Terjemahan : Mataku berkaca-kaca, lalu air mataku mengalir menetes di pipiku. Tidak ku usapi. Aku masih ada di kursi yang menghadap ke arah jalan. Pikiranku melayang kemana-kemana. Siaran berita selesai. Aku ya dengar. Lalu musik. Musik ngok-ngik. Music sekarang tidak bisa menghibur hatinya orang yang mendengarkan, paling hanya menghibur yang lagi menyanyi sendiri! Begitu batinku. Tetapi aku tidak kuat bergerak dari tempatku. Ku biarkan saja suara ketipung berisik di telinga. (KKA, 4). Kutipan di atas dengan pernyataan “Mripatku kaca-kaca, luhku banjur dlewer anget ing pipiku. Ora daklapi. Aku tetep ana ing kursi kang madhep menyang dalan. Pikiranku mblayang menyang endi-endi.Warta berita rampung, aku ya krungu.Banjur musik.Musik ngok-ngik. Musik saiki ora bisa nglipur atine wong sing ngrungokake, paling banter nglipur atine sing padha menyanyi dhewe! Ngono batinku” (Mataku berkaca-kaca, lalu air mataku mengucur di pipiku. Tidak ku usapi. Aku tetap ada di kursiyang menghadap ke arah jalan. Pikiranku melayang entah kemana. Siaran berita telah selesai, aku juga dengar. Lalu suara musik yang mengalun. Sekarang musik tidak bisa menghibur hati orang yang mendengarnya, paling hanya menghibur hati orang yang sedang menyanyi commit to user sendiri! Begitu kata hatiku) menunjukkan indikator kekecewaaan Meineni kepada
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
Abimanyu. Matanya berkaca-kaca, air matanya mengucur membasahi pipi, pikirannya tidak karuan kemana-mana bahkan suara musik yang mengalun indah tidak bisa mengurangi rasa kecewa hatinya. Superegonya memilih diam daripada harus marah kepada Abimanyu. Dia memendam seluruh kecewa dalam hatinya. Kekecewaan Meineni juga tampak ketika dia mengetahui bahwa Abimanyu telah mencintai gadis lain yang bernama Reti, hal tersebut dia ketahui dari Pitarta. Terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku ora mangsuli. Jasmani, rokhani, apa iku tegese sing genah, sing nyata, aku ora bisa ngreti. Wedi ngreti.Aku bisa uga mung plenggangplenggong ora bisa menehi katrangan positip marang Pitarta. Embuh kepriye kahananku nalika iku kuping bali peng-peng-peng maneh. Batin krungu swarane Pitarta makaping-kaping,“Katresnan tilas,Katresnan tilas! Katresnan tilas!”(KKA, 57). Terjemahan : Aku tidak menjawab, Jasmani, rokhani, apa itu artinya yang jelas, yang nyata, aku tidak bisa mengerti. Takut mengerti. Aku hanya bisa diam dan bingung tidak bisa member keterangan positif kepada Pitarta. Entah bagaiamana keadaanku saat itu ketika telinga kembali berdenging lagi. Batin mendengar suaranya Pitarta berkali-kali.”Cinta bekas, Cinta bekas!Cinta bekas!”(KKA, 57). Kutipan di atas menunjukkan indikator kekecewaan Meineni kepada Abimanyu. Dia merasa kecewa tentang perasaan cintanya kepada Abimanyu, Abimanyu telah mencintai seseorang wanita. Bila Abimanyu mencintai wanita lain pasti cinta itu tidak murni atau bisa dikatakan cinta pelarian karena wanita yang diidamkan Abimanyu tidak menerimanya, begitulah kata Pitarta. Egonya hanya bisa merintih kecewa mendengar pernyataan Pitarta, batinnya selalu mendengar kata katresnan tilas berkali-kali. Kekecewaan Meineni juga terlihat ketika dia telah berprasangka buruk kepada Abimanyu karena hasutan Tanti dan Tamardikin, terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku durung ketemu Abimanyu maneh. Aku kepengin ketemu dheweke, kepengin njaluk bantuan kanggo nimbangi kekuwatan anyar kang disuntikake dening Tanti lan Tamardikin, nanging Abi ora teka. Arep dakparani nyang omahe.ngiras commit to userpantes njaluk ngapura marga tangkepku elek dhek nemoni dheweke kang wekasan kae, utawa
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
daktilpun, rasane langka banget Aku ora wani. Pengalamanku marani omahe utawa pondhokane wong lanang kaya nalika menyang pondhokane Tamardikin kae isih ngetom-ngetomi pikirku. Nanging adrenge atiku anggonku selak kepengin ketemu lan cedhak dheweke uga sangsaya ngontog-ngontog. Aku gela banget patemon kang wekasan kae dheweke kok daknengake wae. Gela banget.(KKA, 64). Terjemahan : Aku belum bertemu Abimanyu lagi. Aku ingin bertemu dirinya, ingin meminta bantuan untuk menimbang kekuatan baru yang diberikan oleh Tanti dan Tamardikin, tetapi Abi tidak datang. Mau datang ke rumahnya sekalian meminta maaf karena sikapku buruk ketika bertemu dengan dirinya terakhir dulu, atau ku telepon rasanya aneh sekali. Aku tidak berani. Pengalamanku mendatangi rumahnya atau kosannya lelaki seperti ketika mendatangi kosannya Tamardikin itu masih membekas di pikiranku. Tetapi kuatnya hatiku untuk ingin segera bertemu dan dekat dengan dirinya juga semakin kuat. Aku kecewa sekali pertemuan terakhir itu dirinya ku diamkan saja. Kecewa sekali. (KKA, 64). Kutipan di atas dengan pernyataan “Aku gela banget patemon kang wekasan kae dheweke kok daknengake wae. Gela banget (Aku kecewa sekali pertemuan yang terakhir itu dirinya aku diamkan saja. Kecewa sekali) menunjukkan indikator kekecewaaan dalam diri Meineni karena sikapnya kepadaAbimanyu. Meineni ingin bertemu Abimanyu untuk meringankan beban yang ada dalam hatinya karena pernyataan Tanti dan Tamardikin.Meineni ingin segera bertemu dengan Abimanyu karena dia sudah berperilaku buruk ketika terakhir bertemu dengannya.Sebenarnya Meineni ingin menelfonnya bahkan pergi ke rumahnya tetapi pengalamannya ketika pergi ke tempatnya Tamardikin membuat dia mengurungkan niatnya. Dorongan id Meineni yang begitu besar untuk menemui Abimanyu untuk mengobati rasa kecewanya tetapi dia urungkan dan superegonya memilih untuk tidak pergi ke rumah Abimanyu mengingat pengalamannya ketika ke tempatnya Tamardikin. Tidak hanya sampai disitu, kekecewaan Meineni juga terlihat ketika dia menasehati Pitarta agar segera bersama Reti, terlihat dalam kutipan berikut ini: Jeng Reti kae, ta? Pancen kae cah grapyak, ayu, manis, lan ulet user nyambutgawene, e, commit dudu to nyambut gawene, sinaune! Nanging
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
senengane dudu wong lanang, senengane ilmu. Ilmu kedhokteran. Aku wedi karo wong wadon kang kaya mengkono.” “Nanging grapyak banget marang kowe, Iho, Dhik.Galake bisa ngalahake adrenge sinau.Yen marang Dhik Pit. Luwih grapyak marang Dhik Pit katimbang marang buku! Ngono, Iho, sajake.”Iki pengalamanku ngrasakake urip sandhing guru lakiku.Ora ngira dadi pangarep-arepku, Reti aja kaya bojoku, ben yen dadi bojone Pitarta mitraku kuwi ora kuciwa kaya aku.(KKA, 79). Terjemahan : Jeng Reti itu ya? Memang dia anak yang supel, cantik, manis, dan tekun bekerjanya, e, bukan bekerjanya, belajarnya! Tetapi kesukaannya bukan lelaki, kesukaannya ilmu. Ilmu kedokteran. Aku takut dengan wanita seperti itu.” “Tetapi akrab sekali dengan kamu loh Dik. Galaknya bisa mengalahkan kuatnya belajar kalau dengan Dik Pit. Lebih akrab dengan Dik Pit daripada dengan buku! Begitu, lho, sepertinya “ ini pengalamanku merasakan hidup dengan suamiku. Tidak menyangka menjadi harapanku, Reti jangan seperti suamiku, biar kalau menjadi istrinya Pitarta temanku itu kecewa seperti aku. (KKA, 79). Kutipan di atas dengan pernyataan “Iki pengalamanku ngrasakake urip sandhing guru lakiku.Ora ngira dadi pangarep-arepku, Reti aja kaya bojoku, ben yen dadi bojone Pitarta mitraku kuwi ora kuciwa kaya aku.”(Ini pengalamanku merasakan hidup dengan suamiku. Tidak menyangka menjadi harapanku. Reti jangan seperti suamiku, biar menjadi istrinya Pitarta temanku itu dan tidak kecewa seperti aku) menunjukkan indikator kekecewaan Meineni terhadap dirinya sendiri. Dia kecewa karena telah menikah dengan Tamardikin dan dia tidak pernah menyangkanya. Meineni ingin Pitarta segera bersanding dengan Reti. Dia tidak ingin Reti mengalami kekecewaan seperti dirinya menikah dengan seseorang yang sebenarnya tidak dicintainya. Alangkah bahagianya Reti jika menikah dengan lelaki yang juga mencintainya. Dorongan Id
Meineni ingin melihat Pitarta
bahagia bersama Reti. Menurutnya Reti juga mempunyai perasaan yang sama dengan Pitarta dan egonya menyarankan agar Reti menikah dengan Tamardikin. Kekecewaan Meineni juga tampak ketika dirinya mengetahui bahwa Abimanyu ternyata juga mencintainya dan betapa bodohnya dia tidak menuruti kata
hatinya,
terlihat commit dalam to user
kutipan
berikut
ini:
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
Embuh apa maneh critane Abimanyu. Rumangsaku Abimanyu biyen ora sugih rembug adi kaya ngono. Nanging bareng ngucapake katresnan, kaya ngono agunge. Aku saiki nutuh awakku dhewe, kok olehe bodho, biyen kae ndadak dlarangan nggolek sisik melik ngenani Abimanyu saka panyandrane wong liya. Ora ngandhel karo rasa pangrasaku dhewe kang sejati.Nutuh Pitarta kang sengit marang Abimanyu marga areke disiri Abimanyu. Nutuh Tamardikin kang srakah lan culika, anggone ngelek-ngelek Abimanyumawa pamrih ala, arep ngalap aku. Nutuh Tanti, Tanti sing meri aku kok bakale oleh wong sugih. lya, kena apa Tanti mati?(KKA, 86). Aku manthuk. Nanging durung kuwat mangsuli nganggo tembung. Durung kuwat ngadeg nguntabake. Awakku lemes banget.Abimanyu metu saka ngomah dakuntabake karo pandeleng, “Hm, donya kang lethek.Kowe ngerti klirumu. Nen! Kowe ora nuhoni pribadimu dhewe! saiki rasakna perihe!“Ngono batinku.(KKA, 87). Terjemahan : Entah apa lagi ceritanya Abimanyu. Menurutku Abimanyu dahulu tidak kaya kata seperti itu. Tetapi setelah mengucapkan cinta, seperti itu besarnya. Sekarang aku mengutuk diriku sendiri, kok bodoh sekali, dahulu susah-susah mencari keburukan Abimanyu dari pandangan orang lain. Tidak percaya dengan pandanganku sendiri yang sejati. Menuduh Pitarta yang tidak senang dengan Abimanyu karena teman akrabnya disenangi oleh Abimanyu. Menuduh Tamardikin yang srakah dan celaka, dia menjelekkan Abimanyu dengan niat buruk, ingin mendapatkan aku. Menuduh Tanti, Tanti yang iri kepadaku karena akan mendapat orang kaya, iya, mengapa Tanti mati? (KKA, 86). Aku pulang. Tetapi belum sanggup menjawab dengan kata. Belum sanggup berdiri mengungkapkannya. Badanku lemas sekali. Abimanyu keluar dari rumah ku ungkapkan dengan pandangan “Hm. Dunia yang kotor, kamu tahu salahmu, Nen! Kamu tidak mempercayai dirimu sendiri! Rasakan perihnya!”Begitu batinku.(KKA, 87). Kutipan di atas dengan pernyataan “Embuh apa maneh critane Abimanyu. Rumangsaku Abimanyu biyen ora sugih rembug adi kaya ngono.Nanging bareng ngucapake katresnan, kaya ngono agunge. Aku saiki nutuh awakku dhewe, kok olehe bodho, biyen kae ndadak dlarangan nggolek sisik melik ngenani Abimanyu saka panyandrane wong liya” (Tidak tahu apalagi ceritanya Abimanyu, menurutku Abimanyu dahulu tidak banyak bicara seperti itu. Tetapi ketika mengungkapkan commit to user cinta seperti itu berharganya. Aku sekarang menyalahkan diriku sendiri. Kok
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
begitu bodoh. Kenapa dulu malah repot-repot mencari keburukan Abimanyu seperti yang dikatakan orang) menunjukkan indikator kekecewaan Meineni terhadap dirinya sendiri. Dia kecewa mengapa dahulu tidak menuruti kata hatinya mengenai Abimanyu. Meineni sibuk mencari keburukan Abimanyu yang belum tentu kebenarannya dan dia malah berprasangka buruk kepada teman-temannya yaitu Pitarta, Tamardikin dan Tanti. Meineni berprasangka buruk kepada Pitarta bahwa dia menjelekkan Abimanyu karena wanita yang dia sukai juga disukai oleh Abimanyu, berprasangka buruk kepada Tamardikin yang menjelekkan Abimanyu karena punya niat ingin memiliki Meineni dan kepada Tanti menjelekkan Abimanyu karena iri kepada Meineni sebab akan mendapat orang kaya. dulu Meineni percaya bahwa Abimanyu adalah pria yang baik. Sekarang dia merasakan bagaimana perihnya mengetahui bahwa orang yang dicintainya juga mencintainya padahal selama ini dia hidup tanpa cinta. Dorongan id Meineni yang tidak terpenuhi untuk bersama Abimanyu membuatnya sangat kecewa dan seakan tidak kuat menghadapi kenyataan. b. Kemarahan Kemarahan merupakan suatu keadaan dimana seseorang merasa marah dengan emosi yang tidak terkontrol. Reaksi marah Meineni terlihat ketika menunggu Abimanyu yang tidak datang padahal mereka sudah saling berjanji, terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku tetep mbisumung batinku sambat ngayawara. “Abimanyuuu, Abimanyu! Kebangetan anggonmu ngina aku! Hm! Mbok ngene iki donyaiki terus kiyamat ngono aku rumangsa begja. Mbok ngene iki becakku ketubruk montor ngono, lan aku mati, aku merem. Luwih penak ngono tinimbang nandhang wirang kaya ngene! Utawa mbok ing pasar malem ana copet, terus Abimanyu diterka nyopet, dikepruki wong akeh! Oh wong kaya Abimanyu iku kudune dicis wong akeh!”(KKA, 9). Terjemahan : Aku tetap membisu hanya hatiku yang mengumpat, Abimanyuuu, Abimanyu! Sungguh terlalu dirimu menghinaku! Hm! Kalau seperti ini dunia ini terus kiamat begitu aku merasa beruntung. Kalau seperti ini becakku tertabrak motor begitu, dan aku mati, aku menutup mata. to user Lebih baik seperti itucommit daripada merasakan malu seperti ini! Atau di
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pasar malam ada copet, terus Abimanyu dikira copet, dipukuli banyak orang! Oh orang seperti Abimanyu itu harusnya dimusuhi banyak orang!”(KKA, 9). Kutipan di atas dengan pernyataan “Aku tetep mbisu mung batinku sambat ngayawara.
Abimanyuuu, Abimanyu! Kebangetan anggonmu ngina aku!
Hm!”(Aku tetap membisu hanya hatiku yang mengumpat, Abimanyuuu, Abimanyu! Kebangetan dirimu menghina aku, Hm!) menunjukkan indikator kemarahan dalam diri Meineni kepada Abimanyu. Meineni merasa telah dihina oleh Abimanyu karena dibohongi. Dalam hatinya dia membayangkan bila tibatiba dunia ini kiamat atau becak yang ia naiki ditabrak motor kemudian dia meninggal. Meineni merasa lebih baik meninggal daripada harus merasakan malu seperti ini atau ketika di pasar malam tadi ada copet dan Abimanyu dikira copet kemudian dipukuli banyak orang. Orang seperti Abimanyu memang pantas dipukuli banyak orang. Dorongan id Meineni yang begitu kuat untuk marah kepada Abimanyu membuatnya menghujatnya dengan harapan-harapan yang buruk. Kemarahan Meineni juga terlihat ketika dia pergi berkencan dengan Abimanyu. Abimanyu lebih menikmati memandang ombak di laut dari pada memperhatikan Meineni, terlihat dalam kutipan berikut ini: Sawise dheweke mesem, tratabaning atiku suda. Aku kepengin ambruk ing pangkone.Nanging pangrasa liya age-age nututi.Aku kepengin ngrasakake luwih saka kang dakrasakake.Kepengin banget. Nanging Abimanyu enggal ngunjal napas, lan tangan ing janggutku enggal ditarik. Dheweke rogoh-rogoh sak, golek rokok, terus rokokan lan nyawang hawa segara kang ireng. Nggelakake! Wong lanang pancen selawase bodho, ora ngreti cara ngopeni manik getering pagrasa adi. Lan dheweke saiki nyawang segara, segara ireng sing mesthine ora tinembus panyawange netra, nanging Abimanyu tetep tumenga merga ngrungokake gebyure ombak segara kang langgeng tanpa winates, ora preduli bengi peteng utawa awan njingglang. Pitakonku, terus Abimanyu oleh adi pangrasa apa sarana nyawang mengkono? Luwih adi saka gesrekan kulitku, apa rupa ku, apa swaraku kalah edi peni karo segara keparat? (KKA, 19-20). Terjemahan : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
Setelah dirinya tersenyum, terkejutnya hatiku berkurang. Aku ingin jatuh ke pangkuannya. Tetapi perasaan lain cepat-cepat mengikuti. Aku ingin merasakan lebih dari yang ku rasakan. Ingin sekali. Tetapi Abimanyu lalu menarik nafas, dan tangan dijanggutku segera ditarik. Dirinya mengecek saku, mencari rokok, terus merokok dan memandang hawa laut yang hitam. Mengecewakan! Lelaki memang selamanya bodoh, tidak tahu cara mengurusi rasa yang suci dan dirinya sekarang memandang laut, laut hitam yang pasti tidak tembus pandang oleh mata, tetapi Abimanyu tetap memperhatikan karena mendengarkan suara ombak laut yang laggeng tanpa batas, tidak peduli malam gelap atau siang benderang. Tanyaku, terus Abimanyu mendapat kepuasan apa dengan memandang seperti itu? Lebih indah dari gesekan kulitku, apa wajahku, apa suaraku kalah bagus dengan laut keparat? (KKA, 19-20). Kutipan di atas dengan pernyataan “Pitakonku, terus Abimanyu oleh adi pangrasa apa sarana nyawang mengkono?Luwih adi saka gesrekan kulitku, apa rupa ku, apa swaraku kalah edi peni karo segara keparat?” (Pertanyaanku, lalu Abimanyu mendapat kepuasan apa dengan memandang itu? Lebih besar dari gesekan kulitku, apa wajahku, apa suaraku kalah bagus dengan laut keparat?) menunjukkan indikator kemarahanan pada diri Meineni karena merasa diabaikan oleh Abimanyu. Abimanyu lebih tertarik untuk menghisap rokoknya dan memandang ombak di laut daripada memperhatikan Meineni. Dorongan id Meineni yang begitu besar ingin diperhatikan Abimanyu membuat batinnya bergejolak sehingga dia marah dengan keadaan itu. Dalam hati Meineni dia sangat marah, dia berpikir apa bagusnya ombak dibanding dengan dirinya. Lelaki memang tidak bisa memperlakukan wanita dengan baik, tidak bisa memahami perasaan cinta yang sedang bergejolak dalam diri Meineni itu. Kemarahan Meineni juga tampak ketika Tanti menanyakan tentang perasaan cintanya kepada Abimanyu, terlihat dalam kutipan berikut ini: Hm, gedhe sujanaku marang Tanti.Aku ora bisa nimbang liya maneh, angger wiwit mawas priya, mawas Abimanyu, tutuge mesthi nyandhak calake si Tanti.Mangka satemene dheweke, Tanti tilas mitraku iku ora apa-apa. Ora apa-apa wong lan aweh pitutur ngomong nyangka ngeman aku. Nanging kena apa atiku ora bisa adil maneh nyandra dheweke? Malah daksengguh pituture kuwi ngandhut reka-reka, omongan kemayu! Suwalike pitutur ana sing isih diwewadi ora diblakakake marangto user aku.(KKA, 48-49). commit
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
Terjemahan : Hm, besar prasangkaku kepada Tanti. Aku tidak bisa menimbang lain lagi. Kalau sudah mulai membicarakan tentang lelaki, tentang Abimanyu, akhirnya pasti mengenai keburukannya Tanti. Maka sebenarnya dirinya, Tanti bekas temanku itu tidak apa-apa. Tidak apaapa orang dan memberi nasehat berbicara mengasihani aku. Tetapi mengapa hatiku tidak bisa adil lagi melihat dirinya? Malah ku sangka nasihatnya itu mengandung tipu daya, berbicaranya manja! Sebaliknya nasihat ada yang masih ditakuti tidak diucapkan kepadaku.(KKA, 4849). Kutipan di atas menunjukkan indikator kemarahan dalam diri Meineni karena pernyataan Tanti tentang Abimanyu, jika mulai membicarakan tentang pria lebih tepatnya tentangAbimanyu membuat Meineni naik darah, apapun yang dikatakan Tanti walaupun tujuannya menasehati tetapi tetap saja Meineni berpikiran buruk, menurutnya jika tidak berteman dengan Tanti lagi juga tidak masalah. Ego Meineni melampiaskannya dengan rasa marah terhadap Tanti bahkan sampai tidak berteman lagi dengan sahabatnya itu juga tidak masalah. Tidak hanya sampai disitu, kemarahan Meineni juga tampak ketika dirinya mengetahui masih ada dompet Tanti yaitu mantan istrinya Tamardikin, terlihat dalam kutipan berikut ini: Ing sawijine awan, Reni nembung dhuwit kanggo menehi wong ngemis. Aku mangsuli ora duwe, dakkon nyuwun bapake wae.Mas Tamar lagi sinau ana emper mburi, direngeki Reni iku dhompete diulungake, tanpa ucul pandelenge saka buku. Reni mlayu menyang nggonku menehake dhompet, karepe ngakon njupukake dhuwit pira kang murwat kanggo wong paring-paring. Dhompet dakbukak, tratab! Atiku dheg-dhegan. Ing dompet iku ana fotone gedhe, fotone wong wadon dudu Nyonyah Tamardikin, nanging Tanti Suwandi! Atiku muntab! “E, eee, astagfirullah! jejodhoan meh telung taun ngene, asil wis ana wujude pating trengul ngene, jebul pulung katresnane guru lakiku iku orapindhah marang aku!”kumrusuking batinku. (KKA, 74). Terjemahan : Di suatu siang, Reni meminta uang untuk member pengemis, Aku menjawab tidak punya. Ku suruh untuk meminta ayahnya saja, Mas Tamar lagi sinau di halaman belakang, direngeki Reni itu diberikan to user tanpa lepas pandangancommit dari buku. Reni berlari ke arahku memberikan
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
dompet, maksudnya disuruh mengambil uang berapa yang pantas untuk pengemis. Dompet ku buka, kaget! Hatiku deg-degan. Di dompet itu ada fotonya besar, fotonya wanita bukan nyonya Tamardikin, tetapi Tanti Suwandi! Hatiku marah! “E, eee..astagfirullah! berumah tangga hampir tiga tahun ini, hasil sudah ada wujudnya, ternyata rasa cinta suamiku tidak pindah kepadaku, gejolak hatiku. (KKA, 74). Kutipan di atas dengan pernyataan “E, eee, astagfirullah! jejodhoan meh telung taun ngene, asil wis ana wujude pating trengul ngene, jebul pulung katresnane guru lakiku iku ora pindhah marang aku!”kumrusuking batinku”(E, eee..astagfirullah! berumah tangga hampir tiga tahun ini, hasil sudah ada wujudnya, ternyata rasa cinta suamiku tidak pindah kepadaku, gejolak hatiku) menunjukkan indikator kemarahan dalam diri Meineni karena mengetahui foto mantan istri Tamardikin yaitu Tanti masih ada di dompet Tamardikin ketika akan memberi uang kepada pengemis. Betapa kagetnya dia melihat foto Tanti berukuran besar masih ada di dompet suaminya. Dia tidak menyangka suaminya masih sangat mencintai Tanti padahal sudah tiga tahun berumah tangga dengannya. Dorongan id Meineni yang ingin selalu dicintai Tamardikin membuatnya marah karena mengetahui kenyataan bahwa Tamardikin masih mencintai Tanti yaitu mantan istrinya dulu yang telah meninggal. Egonya bergejolak mengetahui suaminya itu masih mencintai mantan istrinya. c. Ketakutan Konflik batin yang dialami tokoh utama Meineni selanjutnya adalah ketakutan.Ketakutan merupakan keadaan dimana seseorang merasa takut akan suatu hal, hal itu bisa berupa sesuatu yang menakutkan, memalukan dan lain sebagainya. Ketakutan Meineni terlihat ketika dia membeli tiket dari Tamardikin padahal dia mengatakan pada Tamardikin bahwa akan menonton film dengan orang tuanya, padahal hal itu dilakukan Maeneni untuk mengobati rasa kecewa Tamardikin kepada Tanti karena tidak jadi menonton film berdua. Terlihat dalam kutipan berikut ini: Nalika nonton iku mung siji pujiku, muga-muga Tamardikin ora akalto usermenyang aku mau dienggo sapa. akal nelik-nelik karciscommit sing didol
perpustakaan.uns.ac.id
92 digilib.uns.ac.id
Marga yen dheweke weruh aku sing nganggo, dakenggo karo priya liya, saiba serike atine! Aku diajak ora geiem jebul saiki kok nonton karo pemudha liya! Oo, ora ana karepku arep nyerikake atine, babarpisan ora! Lan ngerti yen Pitarta iku mitraku tenan, mitra kang lagi sedhih, dudu arekku, dudu yangku!(KKA, 30). Terjemahan : Ketika nonton itu hanya satu inginku semoga Tamardikin tidak mempunyai niat untuk mengecek karcis yang dijual kepadaku tadi mau dipakai buat siapa.. karena kalau dirinya melihat aku yang memakai, ku pakai dengan lelaki lain, bagaimana marahnya dia! Aku diajak tidak mau ternyata sekarang kok nonton dengan pemuda lain!Oo, tidak ada niatku untuk membuat hatinya marah sama sekali tidak! Dan mengerti kalau Pitarta itu memang temanku, teman yang sedang sedih, bukan priaku, bukan kekasihku! (KKA, 30). Kutipan di atas dengan pernyataan “Nalika nonton iku mung siji pujiku, muga-muga Tamardikin ora akal-akal nelik-nelik karcis sing didol menyang aku mau dienggo sapa. Marga yen dheweke weruh aku sing nganggo, dakenggo karo priya liya, saiba serike atine!”(Ketika menonton itu hanya satu permohonanku semoga Tamardikin tidak punya niat untuk mengecek karcis yang telah dijualnya kepadaku tadi dipakai untuk siapa. Karena bila dia mengetahui aku yang menggunakannya dan
dengan lelaki lain, entah bagaimana marahnya!)
menunjukkan ketakutan Meineni bila Tamardikin tahu diamenonton film bukan dengan orang tuanya melainkan dengan Pitarta. Dorongan id Meineni ingin menolong Tamardikin untuk mengobati rasa kecewanya dan superegonya memilih untuk membeli tiket tersebut walaupun dia haru berbohong bahwa tiket film itu akan ditontonnya bersama orang tuanya. Ketakutan Meineni juga terlihat ketika dia sedang memasangkan dasi untuk Abimanyu, terlihat dalam kutipan berikut ini: Tangan banjur dakcandhak ceg, terus dakpalangkerikake ing lempenge dheweke dhewe lan aku nerusake mbenakake dhasi. Nalika iku ibu mlebu kamar arep pirsa anggonku ndandani Abimanyu.Ing kono aku krasa oleh pangawasane ibu, rumangsa kayoman.Ing kono aku krasa kawicaksanane ibu. Piye-piyea kae tingkahe anak mesthi isih perlu diawat-awati wongtuwane, apa maneh anak kang lagi mabuk suka kaya aku iki. Sok lalikaprayitnankaya iki mau! Tujokna user tangane Abimanyu commit ora tonganti nyekel bangkekanku, lan
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
dakpalangkerike marang lempenge dhewe. Umpama nganti nyekel bangkekanku, aku wis mesthi ilang kaprayitnanku, lan embuh maneh kepriye yen dikonangi sibu lagi kaya ngono kuwi Tujokna! Slametslamet-slameet!(KKA,40). Terjemahan : Tangan lalu ku pegang, terus ku taruh lurus dengan dirinya dan aku meneruskan membetulkan dasi. Ketika itu ibu masuk kamar mau melihat aku mendandani Abimanyu. Disitu aku merasa mendapat pengawasannya ibu, merasa dilindungi. Disitu aku merasa kebijaksanaannya ibu. Bagaimanapun juga perilaku anaknya pasti masih memerlukan pengawasan orang tuanya, apa lagi anak yang lagi kasmaran seperti aku ini. Sering lupa harga diri seperti ini tadi! Untung tadi tangannya Abimanyu tidak sampai menyentuh pinggangku dan ku taruh lurus dengan dirinya. Seandainya sampai memegang pinggangku, aku pasti sudah hilang harga diriku, dan tidak tahu lagi bagaimana lagi jika diketahui ibu jika sedang seperti itu. Untungnya! Selamat-selamat-selamat! (KKA, 40). Kutipan di atas dengan pernyataan “Tujokna tangane Abimanyu ora nganti nyekel bangkekanku, lan dakpalangkerike marang lempenge dhewe. Umpama nganti nyekel bangkekanku, aku wis mesthi ilang kaprayitnanku, lan embuh maneh kepriye yen dikonangi sibu lagi kaya ngono kuwi Tujokna! Slamet-slametslameet!”(Untung saja tangane Abimanyu tidak sampai menyentuh pinggangku dan aku taruh lurus dengan dirinya. Seandainya sampai menyentuh pinggangku. Pasti sudah hilang harga diriku, dan tidak tahu lagi kalau di lihat ibu saat sedang seperti itu! Untungnya! Slamet-slamet-slameet!) menunjukkan indikator ketakutan Meineni ketika dia sedang memasang dasi pada Abimanyu dengan meminjam kamar orang tuanya. Meineni merasa takut jika Abimanyu sampai memegang pinggulnya dan dilihat oleh ibunya. Walaupun sekarang dirinya sudah dewasa, bagaimanapun juga tingkah seorang anak harus tetap diawasi apa lagi anak gadisnya itu sedang jatuh cinta. Ego Meineni merasa takut jika ibunya melihat Abimanyu sedang memegang pinggulnya.Untung saja hal itu tidak terjadi dan Meineni hanya memasangkan dasi tanpa Abimanyu memegang pinggulnya. d. Kebimbangan Kebimbangan merupakan keadaan dilema terhadap suatu hal antara commit to user melaksanakan atau tidak ataupun menentukan suatu hal yang menurutnya baik
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau tidak. Seperti kebimbangan pada tokoh utama Meineni terjadi pada saat dia bimbang akan mengajak siapa di hari pernikahan Tanti dan Tamardikin, terlihat dalam kutipan berikut ini: Sore-sore nalika mikir golek kanca sing bakal dakjak bareng njagong ing pesta pepacangane Tanti lan Tamardikin aku kembeng-kembeng eluh kartu undangan dakpandeng, ngreribet, sikil arep anteng ana omah, nanging banjur rumangsa tuwa. Rumangsa tuwa, gek saiki ora duwe mitra maneh. Ah, sapa ya sing gelem dakjak bareng jagong?Apa ora teka wae? Eh, mosok aku kancane thing kok ora teka? Apa ngajak Yuyun wae?Ah, adhik-adhik mesthi rewel, suthik aku ngajak.(KKA, 36). Terjemahan : Sore-sore ketika berpikir mencari teman yang akan ku ajak kondangan bersama di pesta pernikahan Tanti dan Tamardikin aku bercucuran keringat kartu undangan ku pandangi, tidak bisa tenang, kaki ingin tenang ada di rumah, tetapi lalu merasa tua. Merasa tua. Lalu sekarang tidak punya teman lagi. Ah, siapa yang mau ku ajak kondangan bersama? Apa tidak usah datang saja? Eh masa aku teman akrabnya tidak datang? Apa mengajak Yuyun saja? Ah, Adik-adik pasti rewel, menyesal aku ajak. (KKA, 36). Kutipan di atas dengan pernyataan “Ah, sapa ya sing gelem dakjak bareng jagong?Apa ora teka wae? Eh, mosok aku kancane thing kok ora teka? Apa ngajak Yuyun wae?Ah, adhik-adhik mesthi rewel, suthik aku ngajak”(Ah, siapa yang mau ku ajak kondangan bersama? Apa tidak usah datang saja? Eh masa aku teman akrabnya tidak datang? Apa mengajak Yuyun saja? Ah, Adik-adik pasti rewel, menyesal aku ajak) menunjukkan indikator kebimbangan dalam diri Meineni mengenai siapa yang akandiajak ke pernikahan sahabatnya Tanti dan Tamardikin. Dia bingung bagaiamana kalau dia tidak datang ke pernikahan sahabatnya itu tetapi hal itu tidak mungkin terjadi karena Tanti dan Tamardikin merupakan sahabat karibnya. Dorongan id dalam diri Meineni ingin menghadiri pernikahan sahabatnya itu tetapi egonya masih bingung akan mengajak siapa untuk menghadirinya. Meineni sempat berpikiran akan mengajak adik-adiknya tapi
dia
masih
ragu
karena
adik-adiknya
commit to user
pasti
akan
rewel
nanti.
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kebimbangan Meineni juga terlihat ketika di harus percaya atau tidak tentang pernyataan teman-temannya mengenai Abimanyu. Hatinya merasa bimbang apakah dia harus percaya atau tidak, terlihat dalam kutipan berikut ini: Seminggu tutuge atiku jempalikan terus. Batinku pecah dadi loro.Separo ngrewangi keterangane mitra-mitra, separo mantep nuhoni batinku kang lawas.Karo-karone padha kuwate. Nalika seminggu wis tutug meksa durung ana kawusanane kalah menang, Tanti karo Tamardikin teka tilik aku, menehi oleh-oleh, takon-takon prekaraku karo Abimanyu, lan menehikekuwatan anyar ing batinku kang sesisih sarana pitutur-pitutur lan conto-conto.(KKA, 64). Terjemahan : Seminggu setelahnya hatiku terus berkecamuk. Batinku pecah menjadi dua. Setengah percaya keterangannya teman-teman. Setengah mantap mempercayai batinku yang lama. Dua-duanya sama kuatnya. Ketika seminggu sesudahnya terpaksa belum ada yang benar, Tanti dan Tamardikin datang menjengukku, memberi oleh-oleh. bertanya mengenai masalahku dengan Abimanyu, dan memberi kekuatan baru di batinku yang setengah sebagai sarana nasehat-nasehat dan contohcontoh. (KKA, 64). Kutipan di atas dengan pernyataan “Seminggu tutuge atiku jempalikan terus. Batinku pecah dadi loro. Separo ngrewangi keterangane mitra-mitra, separo mantep nuhoni batinku kang lawas. Karo-karone padha kuwate”(Seminggu sesudahnya hatiku terus bergejolak. Batinku pecah menjadi dua. Setengah hatiku percaya perkataan teman-teman dan separuhnya lagi percaya dengan keyakinanku sendiri. Kedua-duanya sama kuatnya) menunjukkan indikator kebimbangan dalam diri Meineni terhadap pernyataan kedua sahabatnya yaitu Tanti dan Tamardikin. Meineni sangat dilema, hanya separuh hatinya yang percaya pada pernyataan sahabat-sahabatnya itu dan separuhnya lagi masih percaya kata hatinya bahwa Abimanyu bukan orang yang seperti yang dituduhkan sahabat-ahabatnya, dia percaya Abimanyu adalah orang yang baik. Dorongan id dalam diri Meineni ingin sekali mengetahui siapa yang benar antara kata hatinya dan pernyataan sahabatsahabatnya, dia berharap agar segera bertemu dengan Abimanyu dan menanyakan hal
yang
membuatnya commit to user
dilema.
perpustakaan.uns.ac.id
e.
96 digilib.uns.ac.id
Khawatir Khawatir merupakan keadaan dimana seseorang merasa gelisah ataupun
risau mengenai suatu hal yang sedang dihadapinya apakah hasilnya akan baik atau buruk. Seperti pada tokoh utama Meineni yang merasa khawatir ketika menunggu Abimanyu. Dia khawatir jika Abimanyu tidak datang lagi ketika sudah berjanji untuk datang ke pesta bersama-sama dahulu. Terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku wis kuwatir yen Abimanyu mblenjani janji maneh. Aku pijer ngadeg-lungguh wae ana ngarep pangilonku nalika nyawang rupaku kang abang lamat-lamat dening pupur.Mburi kupingku dakoser-oseri Maya Myrurgya, locion iki ambune rada landhep, nanging aku seneng. Sore iku aku nganggo lipstik, yaiku sawise ngetung akehe benik ing klambiku lan tibane etungan aku kudu nganggo lipstik. Lipstik klebu dandanan kang angel banget daktampa ing awakku, embuh apa sebabe.(KKA, 39). Terjemahan : Aku sudah khawatir kalau Abimanyu melanggar janjinya lagi. Aku terus berdiri-duduk saja di depan kaca ketika memandang wajahku yang agak kemerah-merahan karena bedak. Belakang telingaku aku usap-usapkan Maya Myrurgya lotion itu baunya agak tajam. Tetapi aku suka. Sore itu aku memakai lipstick, yaitu setelah menghitung banyaknya kancing di bajuku lan jatuhnya hitungan aku harus memakai lipstick. Lipstick termasuk riasan yang susah sekali ku terima di tubuhku, entah apa sebabnya.(KKA, 39). Kutipan di atas menunjukkan indikator kekhawatiran Meineni ketika menunggu kedatangan Abimanyu untuk pergi ke pesta pernikahan Tanti dan Tamardikin bersama-sama. Meineni khawatir kejadian yang dahulu terulang lagi ketika Abimanyu tidak datang setelah berjanji untuk datang ke pesta bersama, dengan rasa khawatirnya sampai-sampai Meineni bertingkah duduk dan berdiri berulang-ulang seperti orang kebingungan. Dorongan id Meineni yang begitu besar untuk bisa pergi ke pesta pernikahan bersama Abimanyu membuat egonya khawatir menunggu kedatangan Abimanyu. f. Memendam Cinta Konflik batin yang paling menonjol dalam diri Meineni yaitu memendam cinta yaitu dia memendam cintanya pada Abimanyu. Meineni tidak berani commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
mengungkapkannya bahkan saat dia ditanya oleh sahabatnya Tanti. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan Tanti itu, terlihat dalam kutipan berikut ini: “Nen, Nen, aku takon, ya?” “Takonapa?” “Bab Abimanyu.” “Atiku trataban. “Kena apa?” “Apa wis ana ketetepan?” “Ketetepan priye, ta?” “Tegese, terus terang, ya?Tegese kana wis tau kandha yen arep mengku kowe, utawa saora-orane kepengin ngrengkuh kowe?”Cangkemku ora kuwat ngucap.Aku mung kuwat gedheg. “Lah kowe?Priye atimu? Tresna tenan marang dheweke?”Aku ora mangsuli.Ora wani nyawang Tanti.Lambeku sajak empuk yen digegetgeget nganggo untu. Tanti ngekep aku, krasa yen tingkahe nuhoni patrap memitran. “Nen, aku rak mitramu, ta, ya?” “Kena apa, ta, Entik, kowe kok neter takon prekara kuwi?” Aku durung wani mangsuli pitakonmu.”(KKA, 47). Terjemahan : “Nen, Nen, aku Tanya ya?” “Tanya apa?” “tentang Abimanyu” “Hatiku bergejolak. “kenapa?” “apa sudah ada ketetapan” “ketetapan bagaiamana ya?” “Artinya terus terang ya? Sebenarnya dirinya pernah cerita akan meminangmu, atau setidak-tidaknya ingin merengkuhmu. “ mulutku tidak kuat berucap, aku hanya kuat berdiri. “Lah kamu? Bagaimana hatimu? Beneran cinta dengan dirinya?” aku tidak menjawab . tidak berani memandang Tanti. Bibirku terasa empuk ketika ku gigiti dengan gigi. Tanti memelukku. Terasa kalau tingkatnya sebagai tindakan teman. “Nen, aku kan temanmukan?” “Mengapa, loh Entik, kamu kok mencecar Tanya masalah itu?” “Aku belum berani menjawab pertanyaanmu.”(KKA, 47). Kutipan di atas dengan pernyataan “Kena apa, ta, Entik, kowe kok neter takon prekara kuwi? Aku durung wani mangsuli pitakonmu.”(Lah kenapa loh Entik, kamu kok terus menanyakan masalah itu? Aku belum berani menjawab commit to user pertanyaanmu) menunjukkan indikator memendam cinta dalam diriMeineni yang
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
tidak mau mengakui bahwa dia mencintai Abimanyu. Bermula dari pertanyaan Tanti ketika dia bertanya bagaimana perasaan Abimanyu kepada Meineni, apakah dia pernah berkata akan meminangmu. Meineni tidak berani menjawab dan dia hanya bisa berdiri terpaku. Saat ditanya Tanti, dia tidak berani menjawab kalau dia mencintai Abimanyu, Meineni hanya bisa diam. Tanti berharap supaya Meineni bersedia menjawab pertanyaannya tetapi sayang meineni hanya diam saja. Superegonya memilih untuk tetap diam karena Meineni sendiri juga tidak mengetahui bahwa Abimanyu mencintainya atau tidak. Konflik psikis memendam cinta pada Meineni juga terlihat ketika Pitarta bertanya kepadanya untuk apa Abimanyu kesini dan mengapa Meineni sampai membetulkan baju setelah Abimanyu pergi. Terlihat dalam kutipan berikut ini: Aku menyat, jantungku geter ngantemi dhadha, kaya arep mencolotmencolota saka njero dhadha. Ora ngira aku yen nganti tekan kono playune gunem! Aku mlayu menyang kamar, ambruk,ing peturon. Kenapa kabeh sarwa kliru mawas pribadine Abimanyu? Aku bingung banget saiki! Aku kepengin banget ngrangkul guru lakiku, njaluk pangayoman! Pangayoman?Nanging mas Tamar ora ana. O, Mas Tamar wis suwe ora ana. Malah ora tau ana ing atiku! Aku krasa tenan saiki kepriye kothonge atiku. Bener kandhane Pitarta, urip iku suwung tanpa katresnan, cemplang rasane. Bener kandhane Abimanyu, tanpa katresnan urip iki muspra, garing gumemplang ngenthak-ngenthak! Tamar iku wong becik, wong temen, mula aku gelem kawin karo dheweke. Nanging apa ta, sarwa becik, apa ta, kawin, yen katandhing karo katresnan? Bener kandhane Pitarta, “apa ta, kondhangiku?”.Bener kandhane Abimanyu, “Apa ta, kasugihan iku! Kabeh dudu apa-apa, yen urip tanpa tresna asmara.(KKA, 88). Terjemahan : Aku berdiri, jantungku bergetar memukuli dada seperti mau loncat dari dalam dada. Tidak mengira sampai disitu dirinya bercanda! Aku berlari ke kamar, jatuh di tempat tidur. Mengapa semua serba keliru menilai kepribadian Abimanyu? Aku sangat bingung sekarang! Aku ingin sekali memeluk suamiku, meminta perlindungan! Perlindungan tetapi mas Tamar tidak ada. O, Mas Tamar sudah lama tidak ada. Malah tidak pernah ada di hatiku! Aku merasa sekali sekarang bagaimana kosongnya hatiku. Benar yang dikatakan Pitarta, hidup itu kosog tanpa cinta, getir rasanya. Benar yang dikatakan Abimanyu, tanpa cinta hidup ini sia-sia, kering kerontang sekali! Tamar itu orang baik, namanya teman, commit maka aku mau menikah dengan dirinya. Tetapi to user apa ya, serba baik, apa loh, nikah, kalau dilawan dengan rasa cinta?
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Benar yang dikatakan Pitarta, “apa loh terkenal itu?”. Benar yang dikatakan Abimanyu,”Apa loh kekayaan itu! Semua bukan apa-apa kalu hidup tanpa cinta dan asmara.(KKA, 88). Kutipan di atas menunjukkan indikator memendam cinta Meineni kepada Abimanyu. Setelah Abimanyu menyatakan perasaannya kepada Meineni. Dia menjadi sangat sedih dan kecewa karena orang yang dicintainya juga mencintainya. Meineni memang memendam cintanya dengan Abimanyu dan dia tidak pernah mengungkapkannya. Pada saat itu Meineni ingin sekali bertemu dengan suaminya Tamardikin, dia ingin berbagi cerita dan diberi semangat.Tetapi, Tamardikin tidak ada disampingnya bahkan sudah lama tidak ada di hatinya.Hal tersebut membuktikan jika Meineni tidak pernah mencintai Tamardikin dan yang dicintainya adalah Abimanyu. Meineni merasa kecewa karena dia tidak bisa hidup dengan orang yang dicintainya, benar yang dikatakan oleh Pitarta dan Abimanyu bahwa menjadi orang yang terkenal dan orang kaya akan merasa hampa jika hidupnya tidak dengan cinta. Superego Meineni bersedia menikah dengan Tamardikin karena dia merasa Tamardikin adalah pria yang baik dan hanya dengan alasan itulah Meineni bersedia menikah dengannya. g.
Merasa Bersalah Konflik batin yang dialami Meineni selanjutnya adalah dia merasa bersalah
dengan dirinya karena telah menyumpahi sahabatnya Tanti dan Tamardikin dahulu dan sekarang sumpah itu telah dikabulkan oleh Tuhan, terlihat dalam kutipan berikut ini: “Salahku! Salahku! Oh, culna! Culna aku! Iki salahku!” “Sstt! Neni! Meneng! Kowe ki edan apa piye?!” “Salahku! Salahku! “ujarku karo budi, karo nangis. Sing ana peturon awake ditutupi jarit kepleh getih, dirangkepi kemul putih-biru lorek-lorek kuwi Tanti, mitraku. Dene ing pikiran aku rumangsa dosa biyen wis tau mujekake ala, mujekake ketabrak motor nalika aku werah runtang-runtunge Tanti lan Tamardikin. Saiki pujiku kelakon, dudu Tanti! Padha wae! Yen sijine ilang, sijine kelangan! Dongaku kang ala, diparengake dening Allah.“Adhuh, salahku! Dosaku!”(KKA, 66). commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan : “Salahku! Salahku!Oh, lepaskan! Lepaskan aku! Ini salahku!” “Sstt! Neni! Diam! Kamu itu gila atau bagaimana?!” “Salahku! Salahku!” kataku sambil meronta dengan menangis. Yang ada di tempat tidur badannya ditutupi kain penuh darah, dirangkapi selimut putih-biru bergaris itu Tanti, temanku. Sedangkan dipikiranku merasa dosa dahulu pernah mendoakan buruk, mendoakan tertabrak motor ketika aku melihat kebersamaan Tanti dan tamardikin. Sekarang doaku terkabul, bukan Tanti! Sama saja! Kalau satunya hilang, satunya kehilangan! Doaku yang buruk, dikabulkan Allah.”Aduh salahku! Dosaku!”(KKA, 66). Kutipan di atas menunjukkan indikator rasa bersalah Meineni terhadap dirinya sendiri. Dahulu dia pernah menyumpahi Tanti dan Tamardikin ketika masih bersama. Sekarang doanya dikabulkan oleh Allah. Salah satu dari mereka yaitu Tanti mengalami kecelakaan dan akhirnya meninggal. Meineni sangat terpukul menghadapi kenyataan bahwa sahabatnya itu telah pergi dari dunia ini. Batinnya bergejolak seakan dirinya telah melakukan dosa yang begitu besar. Egonya menangis hebat ketika mengetahui sahabatnya itu telah meninggal karena kecelakaan. Subbab di atas mendeskripsikan tentang konflik batin yang dialami tokoh utama yaitu Meineni. Pada dasarnya konflik batin yang dialami Meineni adalah memendam cinta kepada Abimanyu. Dari konflik batin utama itulah timbul konflik-konflik yang lain seperti kemarahan, merasa bersalah, kekecewaan yang dialami Meineni sebagai akibat dari dirinya memendam cinta kepada Abimanyu. Konflik batin kemarahan terjadi lantaran Meineni merasa marah dengan Tanti karena dia menanyakan perasaannya kepada Abimanyu, kemudian perasaan merasa bersalah pada diri Meineni karena dia dulu pernah menyumpahi Tanti ketika Tanti menasehatinya mengenai mana laki-laki yang baik dan mana laki-laki yang buruk. Meineni merasa bahwa Tanti berlagak tahu tentang semua lelaki dan Meineni tidak terima akan hal itu, kemudian kekecewaan yang terjadi pada diri Meineni karena dia mengetahui orang yang sangat dicintainya ternyata juga mencintainya,
sementara
dirinya
telah
commit to user
menjadi
istri
Tamardikin.
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
Bila dilihat dari psikologi sastra Sigmund Freud tokoh utama Meineni mengalami pertentangan batin yang sangat kuat. Meineni banyak menahan dorongan idnya dan egonya tidak merespon apa yang ditimbulkan oleh id kemudian superegonya memilih diam dan memendam semua keinginannya. Dorongan id Meineni yang paling menonjol adalah ingin bersama Abimanyu tetapi Egonya menahan hasrat yang timbul dari dorongan id dan superegonya memilih untuk diam dari semua hasrat keinginannya. Karena ego yang tidak mampu memenuhi dorongan id maka tidak mustahil jika tokoh utama mengalami konflik batin. Berawal dari rasa cinta yang dia pendam kemudian menyusul konflik kemarahan, kekecewaan, rasa bersalah, dan lain sebagainya yang timbul sebagai akibat dari rasa cintanya yang dia pendam kepada Abimanyu. 3.
Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Katresnan KangAngker Karya Suparto Brata Setiap karya sastra seperti novel pasti memiliki nilai positif dan negatifya.
Seperti dalam novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata yang memiliki nilai positif berupa amanat yang disampaikan pengarang baik secara implisit maupun eksplisit disampaikan melalui karyanya. Biasanya amanat dalam novel bisa diketahui dari tingkah laku yang digambarkan pengarang.Para penikmat karya sastra dapat mengetahui nilai pendidikan dalam sebuah novel melalui peran para tokohnya yang berkembang seiring berjalannya alur. Berikut ini akan disampaikan nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata. a.
Gemar Membaca Gemar membaca merupakan kegiatan menyediakan waktu untuk membaca.
Biasanya orang yang gemar membaca akan menyibukkan dirinya dengan membaca ketika waktu luang. Nilai pendidikan karakter gemar membaca terlihat pada tokoh utama Meineni yang menyibukkan dirinya dengan membaca ketika dia tidak pergi keluar rumah. Terlihat dalam kutipan berikut ini: Dina akir minggu iku bapak ora tindhakan. Aku ya ora duwe rancangan metu Adhik-adhik ibu menyang daleme guru, commit todiaterake user ngurus sekolahan taun pelajaran anyar. Jaman saiki ngurus sekolahan
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
ora mung ing gedhong sekolahan, nanging iya ing daleme guru-guru wektu sore. Aku lungguh ana ing pendhapa maca buku roman kang nyritakake Hasan, Kartini lan Rusli ketemu Anwar ing restoran. Crtitane pancen muyeg. Hasan dhidhikane kyai, kepencut Kartini kenya modem kang dikawal Ruli. Ndadak saiki kepethuk Anwar sing sajak kurangajar. Polahe nyepelakake agama.(KKA, 13).
Terjemahan : Hari akhir minggu itu Bapak tidak berpergian. Aku tidak punya rancangan keluar. Adik-adik diantarkan ibu ke rumah guru mengurusi sekolahan tahun ajaran baru. Zaman sekarang mengurusi sekolahan tidak hanya di gedung sekolahan. Tetapi ya di rumahnya guru-guru diwaktu sore. Aku duduk di halaman rumah membaca buku roman yang menceritakkan Hasan, Kartini, dan Rusli bertemu Anwar di Restoran. Ceritanya memang rumit, Hasan didikannya Kyai, jatuh cinta dengan Kartini gadis modern yang dikawal Rusli, mendadak sekarang bertemu Anwar yang kurang ajar, tingkahnya menyepelekkan agama. (KKA, 13). Kutipan di atas menunjukkan kegiatan gemar membaca Meineni ketika di akhir minggu dia tidak memiliki acara kemanapun. Dia membaca buku roman yang menceritakan tentang Hasan, Kartini dan Rusli yang bertemu Anwar di restoran. Ceritanya memang rumit, Hasan itu jebolan pesantren dan jatuh cinta kepada Kartini wanita modern yang selalu dikawal Rusli dan tiba-tiba bertemu dengan Anwar yang tingkahnya kurang ajar dan menyepelekkan agama. Sikap gemar membaca juga terlihat pada Tamardikin ketika dia harus membaca semua buku yang dipinjamnya walaupun pada saat itu dia marah karena merasa terganggu dengan kehadiran Meineni. Terlihat dalam kutipan berikut ini: “Kena apa lungguh kono njegreg kaya reca?!Ngreti ta, aku lagi sinau?! Buku iki silihan dakwaca rerikatan! sesuk wis dijaluk sing duwe! Kowe ngreti, ta, yen kowe ana kono pikiranku ora bisa tentrem, ora bisa konsentrasi? Ayo, nyingkir!! (KKA, 75). Terjemahan : “Mengapa duduk disitu berdiri seperti patung?! Tahukan, aku lagi belajar?! Buku ini pinjaman baca dengan cepat! Besok sudah commit toku user
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
diminta yang punya! Kamu ngertikan kalau kamu ada disitu pikiranku tidak bisa tenang, tidak bisa konsentrasi? Ayo menyingkir!!(KKA, 75). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Tamardikin memiliki sikap gemar membaca. Hal itu dilakukannya sebagai persiapan dirinya menjadi sarjana hukum dan buku-buku tersebut harus cepat dibacanya karena akan dikembalikan kepada pemiliknya dan dia marah ketika merasa ada orang yang menganggu konsentrasinya. b. Demokratis Demokratis merupakan sikap menyamaratakan hak dan kewajiban dengan orang lain. Seperti pada tokoh utama Meineni yang memiliki sikap demokratis, terlihat dalam kutipan berikut ini: Ah! Ora! Ora papa!Aku wis wani ngethok rambut cendhak-cendhak, aku wis wani nrajang urip kang becik manut wawasanku yaiku sesrawungan bebas. Kena apa dipikir jero?lki dudu apa-apa, wong kabeh mesthi nglakoni, ora susah sing dikethok rambute, anggere wis ngancik diwasa. Lan aku, sapa wani kandha yen aku durang diwasa?Apa sing daklakoni sasore iki mau wiwit ucul saka ngomah minangka wujudan saka anggonku ngecakake hak pilihku ngadani urip kadidene manungsa diwasa. Hak pilih sing ora peksan saka kekuwatane liyan, nanging bebas mrunthul saka njeroning atiku. (KKA, 19). Terjemahan : Ah! Tidak apa-apa! Aku sudah berani memotong rambut pendekpendek, aku sudah berani hidup yang baik menurut pengetahuanku, yaitu bermasyarakat bebas. Mengapa harus terlalu dipikirkan? Ini bukan apa-apa, semua orang pasti sudah melakukannya, tidak perlu yang dipotong rambutnya, yang penting sudah mulai dewasa. Dan aku, siapa yang berani bilang kalau aku belum dewasa? Apa yang aku lakukan sepanjang itu tadi mulai keluar dari rumah sebagai wujud diri melaksanakan hak pilihku mejalani hidup sebagai manusia dewasa. Hak pilih yang tanpa paksaan dari kekuatan lain, tetapi bebas muncul dari dalam hatiku. (KKA, 19). Kutipan di atas menunjukkan sikap demokratis Meineni ketika dia mulai dewasa dan sudah merasakan cinta. Dia sudah bisa membedakan mana yang menurutnya baik dan mana yang commit menurutnya buruk. Dia sudah berani memotong to user
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
rambut pendek dan berani menerjang hidup yang baik menurut wawasannya yaitu hidup bebas. Semua yang dilakukannya merupakan hak pilihnya sebagai manusia dewasa. Hak yang dia pilih tanpa paksaan dari orang lain tetapi muncul dari dalam hati. c.
Bersahabat Bersahabat merupakan sikap senang berhubungan dengan orang lain.
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial dan memang dikodratkan agar selalu berhubungan dengan orang lain. Sikap bersahabat Meineni terlihat dalam kutipan berikut ini: “Sadurunge aku ana kene, sapa ta Mbak, sing mulang liyane Mbak Martinjung?”pitakonku nalika tepungan karo Mbak Martinjung anyaran. Ing sekolahan aku ora tau ngundang “Mbak” marang sapa wae kancaku, saiki aku kepeksa nglakoni ngono marga wateg polatane Mbak Martinjung kang pancen tumuwa.(KKA, 23). Terjemahan : “Sebelum aku ada disini siapa ya Mbak yang mengajar selain Mbak Martinjung?” tanyaku ketika baru bertemu dengan Mbak Martinjung. Di sekolahan aku tidak pernah memanggil “Mbak” kepada siapa saja temanku, sekarang aku terpaksa melakukan itu karena tingkah lakunya Mbak Martinjung memang sudah dewasa.(KKA, 23). Kutipan di atas menunjukkan sikap bersahabat Meineni kepada guru-guru baru.Dia memanggil mbak Martinjung dengan sebutan Mbak padahal dahulu Meineni tidak pernah menyebut kata Mbak untuk memanggil siapapun temannya. Meineni merasa harus menghormati Mbak Martinjung yang lebih tua.Sikap bersahabat Meineni juga terlihat dari banyaknya teman yang dimilikinya. Terlihat dalam kutipan berikut ini: Tamardikin lan Pitarta isih kerep dolan menyang panggonanku. Kanca priya liyane iya sok teka nanging mung kala-kala banget.Yen teka adate bebarengan utawa katut-katut, ora niyat mligi merdhayoh ketemu aku. Kanca priya iku sajak padha ora owah nglanggengake sesrawungan karo aku isih sekolah lan saiki wis cekel gawe. Ya mung tepungan anyar ora akeh tambahe kaya nalika dhek sekolah. Marga sing ngglendheng pitepungan iya suda, Acara barengan kumpul kaya dhek padha sekolah, ya wis ora ana maneh.(KKA, 33). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
Terjemahan : Tamardikin dan Pitarta masih sering pergi ke rumahku. Teman lelaki lainnya iya juga datang tetapi hanya kadang-kadang saja. Kalau datang biasanya bersama-sama atau ikut-ikut. Tidak niat hanya bertamu bertemu aku. Teman pria kelihatannya tidak merubah melanggengkan pertemanannya dengan aku ketika masih sekolah dan sekarang sudah mempunyai pekerjaan. Ya kalau bertemu tidak terlalu banyak tambahnya seperti ketika masih sekolah. Karena yang mengajak bertemu iya berkurang. Acara bersama berkumpul ketika zaman sekolah, ya sudah tidak ada lagi. (KKA, 33). Kutipan di atas menunjukkan sikap bersahabat Meineni kepada banyak teman-temannya, tidak hanya Tamardikin dan Pitarta. Rupanya teman-teman Meineni itu tidak memutuskan tali silaturahminya dengan Meineni setelah lulus sekolah. Hal itu membuktikan bahwa Meineni memang orang yang bersahabat dan mudah bergaul terlihat dari temannya yang banyak. d. Cinta Damai Cinta damai merupakan sikap dan tindakan yang membuat orang lain merasa senang atas kehadiran dirinya. Orang yang cinta damai biasanya disenangi oleh teman-temannya. Nilai pendidikan karakter cinta damai terlihat dalam diri Meineni ketika dia tidak mengambil pusing saat dirinya dimusuhi oleh teman kerjanya Mbak Martinjung. Dia tetap mengajak bicara Mbak Martinjung, bermusuhan bukan sifat Meineni, terlihat dalam kutipan berikut ini : Aku ora preduli disatru kancaku sapagawean. Yen aku butuh ya tetep ndisiki ngomong, ora rumangsa ora pandak, dakjak omong, dakjak rerundhingan. Memungsuhan dudu watekku. (KKA, 25). Terjemahan : Aku tidak perduli dimusuhi teman kerjaku. Kalau aku butuh ya tetap mendahului bicara, tidak merasa congkak, ku ajak bicara. Ku ajak berunding. Bermusuhan bukan sifatku. (KKA, 25). Kutipan di atas menunjukkan sikap cintai damai Meineni terhadap perlakuan Mbak Martinjung kepada dirinya. Dia tidak memusuhi Mbak Martinjung seperti yang dilakukannya kepadanya, memusuhi orang lain bukan committemannya to user sifatnya. Jika ada masalah dengan meineni tidak segan untuk
perpustakaan.uns.ac.id
106 digilib.uns.ac.id
merundingkan dan menyelesaikannya dengan orang yang bersangkutan agar masalah tersebut cepat selesai. e. Kerja Keras Kerja keras merupakan upaya sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. Perlu kegigihan dan kerja keras untuk mencapai hal yang dicita-citakan. Sikap kerja keras terlihat pada diri Tamardikin ketika dia ingin kuliah sambil bekerja karena Pitarta merasa tidak bisa menjagakan uang hanya dari orang tuanya mengingat harga buku yang semakin mahal, terlihat dalam kutipan berikut ini: “Coba, ta, Nen, pikiren.Wingenane aku mrana. Aku kandha yen aku arep nyambi mulang, merga regane buku saiki larang, lan ora bisa aku njagakake kiriman dhuwit saka wongtuwa. Tanti nesu krungu karepku iku.Jare yen arep sinau ya kudu sinau thok, aja nyambut gawe. Marga wong yen wis nyambut gawe ngrasakake enake wong oleh pametu dhuwit saka kringetedhewe, lali sinanune. Tanti nesu, Nen.Iki aku mau dolan mrana, dheweke lunga, sengaja nglungani ku sajake. Kene wis semayan, Nen, sore iki nonton bioskop. Lha kok dheweke lunga.Njengkelake ora, ngono iku, coba? Mangka ngerti Iho, aku teka nggawa karcis.(KKA, 26). Terjemahan : “ Coba loh Nen, pikirkan. Kemarin aku kesana. Aku cerita kalau aku mau bekerja sambilan mengajar , karena harga buku sekarang mahal, dan tidak bisa aku menjagakan kiriman uang dari orang tua. Tanti marah mendengar niatku itu. Katanya kalau mau belajar ya harus belajar saja, jangan bekerja. Karena orang yang sudah bekerja merasakan enaknya mendapat uang dari hasil keringatnya sendiri, lupa belajarnya. Aku sudah bilang Nen, sore ini nonton bioskop. Lha kok dirinya pergi. Menjengkelkan tidak kalau begitu coba? Padahal tahu loh, aku datang membawa karcis.(KKA, 26). Kutipan di atas menunjukkan sikap kerja keras Tamardikin karena dia merasa harus mengurangi beban orang tuanya apalagi sekarang harga buku sudah mahal. Tetapi, niat baik itu tidak disambut baik oleh Tanti karena menurutnya jika kuliah sambil bekerja akan membuatnya tidak berhasil. Biasanya orang yang sudah bekerja akan merasakan nikmatnya mencari uang dari hasilnya sendiri. Hal itu membuat Tanti marah dan dia sengaja pergi ketika Tamardikin menemuinya untuk menonton film bersama padahal kemarin dia sudah memberitahukan Tanti. commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sikap kerja keras juga terlihat pada diri Abimanyu ketika dia lebih memilih untuk bekerja daripada bersekolah karena Abimanyu memang tidak ada niat untuk melanjutkan sekolah lagi, terlihat dalam kutipan berikut ini: Saka kanca-kanca priya sing kerep dakarep-arep tekane Abimanyu. Wonge arang-arang teka, nanging yen teka mesthi kanthi ajakan utawa pakon kang keras, ora kuwat aku mbantah. Dheweke ora teka, jare repot gawean. Pancen daksawang-sawang tinimbang kancakanca biyen, Abimanyu iki katon luwih pethel, luwih keras aten, lan ketara mundhake saka cah sekolah menyang wong nyambut gawe, saka sipat bocah dadi wong diwasa, saka wong diingoni dadi nyandhang golek urip dhewe. Dadi katon clanane saiki ora tau dril, sepatune modhel paling anyar, kaos kakine nylon nganggo kacamata ireng, rambute diopeni, kacune mesthi lempitan resik. Dheweke saiki dadi wong brai nyandhang. Liya-liyane dolan nganti saprene isih padha nganggo sepedhah onthel, Abimanyu wis nganggo sepeda mesin merk Ducati.(KKA, 34). Terjemahan : Dari teman-teman lelaki yang sering kuharapkan datang adalah Abimanyu. Orangnya jarang datang. Tetapi kalau datang dengan ajakan atau perintah yang keras, tidak kuat aku membatah. Dirinya tidak datang, katanya sibuk bekerja. Memang jika ku lihat daripada teman-teman dahulu, Abimanyu kelihatan lebih tekun, lebih keras hati, dan kelihatan berbeda dari anak sekolah menjadi orang yang bekerja, dari sifat anak-anak menjadi sifat dewasa. Dari orang yang dihidupi menjadi orang yang mencari penghidupan sendiri. Sekarang celananya tidak kelihatan kusut, sepatunya model paling baru, kaos kakinya nylon menggunakan kacamata hitam. Rambutnya diurusin, kemejanya pasti lipatan bersih. Sekarang dirinya menjadi orang yang suka berpakaian. Lainnya sampai sekarang bermain masih menggunakan sepeda onthel. Abimanyu sudah menggunakan sepeda motor merk Ducati.(KKA, 34). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Abimanyu adalah seorang yang pekerjakeras. Terlihat dari sikap dan cara berpakaiannya. Disaat teman seusianya masih harus dihidupi oleh orang tuanya, Abimanyu bisa mencari uang sendiri. Dia sudah menjadi pria dewasa, cara pakaiannya juga selalu rapi, celananya selalu bersih, rambutnya selalu diurusi, sepatunya model terbaru dan temannya yang lain masih menggunakan sepeda onthel, Abimanyu sudah menggunakan motor merk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
Ducati. Pekerjaannya membuat Abimanyu tidak bisa sering pergi bermain dengan teman-temannya karena dia sibuk bekerja. f.
Peduli Sosial Peduli sosial merupakan sikap yang ingin selalu membantu orang lain yang
membutuhkan. Memang sepatutnya manusia harus saling membantu mengingat kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Nilai pendidikan karakter peduli sosial terlihat dalam kutipan berikut ini: Ibu Bapak pancen ora duwe rancangan mirsani gambar idhup.Dhek wingi ora, saiki ya ora.Dene anggonku njiyat tuku karcis mau uang mung dak enggo nambani atine Tamardikin, ben ora kebangetan gelane marang Tanti.(KKA, 29). Terjemahan : Ibu Bapak memang tidak memiliki rencana melihat gambar hidup. Kemarin tidak, sekarang ya tidak. Tetapi niatku membeli karcis hanya ingin mengobati hatinya Tamardikin, biar tidak terlalu kecewa dengan Tanti.(KKA, 29). Kutipan di atas menunjukkan rasa sosial Meineni terhadap sahabatnya. Dia membeli tiket nonton film milik Tamardikin untuk mengobati rasa kecewanya karena tidak jadi menonton film dengan Tanti. Meineni beralasan akan menonton film itu dengan orang tuanya padahal dia membelinya untuk membantu Tamardikin. Sikap peduli sosial juga terlihat pada tokoh Meineni ketika dia memberikan lauk pauk kepada Bu Brata karena dia merasa kasihan padanya hanya memiliki makanan yang sederhana sekali, terlihat dalam kutipan berikut ini: Sawise kedadean iku Pitarta ora tau dolan nggonku. Dakdolani menyang omahe karo bocah-bocah, dheweke pinuju lunga.Tansah lunga. Dhawuhe Bu Brata Pitarta saiki ora tau saba ngomah, mulihe kerep bengi banget. Bu Brata sedhih, kepengin enggal oleh mantu, ben sarirane bisa leren. Aku mesakake banget karo Bu Brata anggone uwet tandang gawe reresik omah, umbah-umbah lan mangsakmangsak ngladeni panguripane putrane. Mangsakane adate mung sawarna, apa oseng-oseng kangkung, apa jangan bayem karo sambel uleg. Prasaja banget.Mula kadhang-kadhang dakkirimi lawuh, ing kira-kira luwih enak katimbang mangsakane Bu Brata disawang saka bahane, (KKA, 90). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
Terjemahan : Setelah kejadian itu Pitarta tidak pernah pergi ke tempatku. Ku hampiri kerumahnya dengan anak-anak, dirinya akan pergi. Malah pergi. Kata Bu Brata Pitarta sekarang tidak pernah di rumah., pulangnya sering malam sekali. Bu Brata sedih karena ingin segera memiliki menantu, agar raganya bisa istirahat. Aku merasa kasihan dengan Bu Brata dengan sibuknya dia membersihkan rumah, mencuci dan masak-masak melayani kehidupan anaknya. Masakannya biasanya hanya satu macam, apa tumis kangkung, apa sayur bayam dengan sambal. Sederhana sekali. Makanya kadang-kadang ku kirimi lauk yang kirakira enak ketimbang masakane Bu Brata bila dilihat dari bahannya.(KKA, 90). Kutipan di atas menunjukkan sikap peduli sosial Meineni kepada orang lain yaituBu Brata. Dia merasa kasihan kepada Bu Brata ketika melihat lauk pauk yang dimiliki Bu Brata yang sangat sederhana. Maka dari itu Meineni kadangkadang memberikan lauk yang menurutnya lebih enak bila dilihat dari bahannya. Sikap peduli sosial juga terlihat pada diri Pitarta ketika dia rela berkorban untuk menikahi Ratniah yang tengah hamil, padahal anak yang dikandungnya bukan anaknya Pitarta, terlihat dalam kutipan berikut ini: Sidane sastrawan Surabaya mitraku iku kawin.Oleh cah umur pitulas. Dudu randha kaya kang wis tau ditulis ing crita cekake, nanging aji laire iya ora kaya lumrahe Kenya. Mitraku iku olehe kawin uga ora adhedhasar katresnan kang diagung-agungake, nanging katone iya seneng.Bisa uga merga ana ijole katresnan kasmaran kang ora kalah agung ajine, yaitu ati mongkog amarga dheweke bisa mamerake kaluhuran budine, ngayomi uripe manungsa sapadha-padha. Anggone pamer ora dibiwarakake tembung-tembung, nanging sarana tingkah laku tresna sapdha-padha, tanpa swara sesorangan. Mengkono kuwi tingkah laku lan wewategane sastrawan Surabaya iku.(KKA, 94). Terjemahan : Jadinya sastrawan Surabaya temanku itu menikah. Dengan anak umur 17. Bukan janda seperti yang pernah ditulis dalam cerita pendeknya, tetapi iya asal mula kejadiannya tidak seperti kebanyakan wanita. Temanku itu bersedia menikah bukan karena cinta yang diagungagungkan, tetapi kelihatannya iya senang. Bisa saja karena pertukaran rasa cinta tidak kalah berharganya yaitu hati yang bangga karena diriya bisa memamerkan keluhuran budinya, melindungi hidup sesama manusia. Dirinya pamer tidak to sarana commit user kata-kata, tanpa suara. Seperti itu tingkah laku dan watak sastrawan Surabaya itu. (KKA, 94).
perpustakaan.uns.ac.id
110 digilib.uns.ac.id
Kutipan di atas menunjukkan sikap peduli sosial pada diri Pitarta, dia relamenikah dengan Ratniah, seorang gadis yang masih berumur 17 tahun dan sedang hamil di luar nikah. Alasan Pitarta menikahinya bukan karena cinta tetapi rasa peduli kepada sesama makhluk hidup atau bisa saja rasa cinta tersebut tidak kalah bila ditukar dengan sikap rela berkorban yang bermanfaat bagi kehidupan orang lain. g.
Jujur Jujur merupakan perilaku yang menjadikan dirinya sebagai orang yang
dapat dipercaya. Sikap jujur dapat dilihat pada diri Abimanyu ketika dia mengatakan semua tentang dirinya kepada Meineni, terlihat dalam kutipan berikut ini: “Mas Abi ki daleme ngendi ta, sesrawungan saprana-saprene kok durung tau waleh, durung tau crita marang aku?”. “Nyang nggonku apa priye?Iki alamatku.Iki tilpune, iku nomer omahe. Sing kiwa iku alamat kantor, nanging aja pisan-pisan menyang kantorku yen ora ana keperluan bisnis,” ujare karo ngulungake kartu jenenge. Hm, kabeh gamblang, ora ana sing dhedhelikan. Aku arep takon apa Abimanyu wis duwe arek, ora wani! Dakkira ya ora pantes.(KKA, 49). Terjemahan : “Mas Abi itu rumahnya dimana ya, berteman sejak dahulu kok belum pernah bilang, belum pernah cerita dengan aku?”. “ke tempatku apa bagaimana?ini alamatku, ini telponnya, itu nomor rumahnya. Yang kiri itu alamat kantor, tetapi jangan sekali-kali ke kantorku kalau tidak ada keperluan bisnis., “katanya sambil memberikan kartu namanya. Hm, semuanya jelas, tidak ada yang disembunyikan. Aku ingin bertanya apa Abimanyu sudah punya pacar, tidak berani! Ku kira ya tidak pantas.(KKA, 49). Kutipan di atas menunjukkan sikap jujur Abimanyu kepada Meineni.Dia terbukasemua tentang hal dengan Meineni mulai dari alamat rumahnya, alamat kantornya, dan nomor telepon rumahnya. Jadi tidak ada hal yang dia sembunyikan yang bisa membuat Meineni ragu kepadanya. Tetapi Abimanyu berpesan agar tidak menemuinya di kantor bilacommit tidak ada keperluan. Nilai pendidikan karakter to user
perpustakaan.uns.ac.id
111 digilib.uns.ac.id
jujur juga terlihat dari sikap Tamardikin ketika menceritakan semua yang diketahuinya mengenai Abimanyu. Terlihat dalam kutipan berikut ini : Ngene, Neni. Manut pamawasku, Abimanyu wong kang seneng nyambut gawe, dadi wong mardika, lan dheweke wani lan kendhel berjuwang mbelani penggaweane. Temening gawe gampang nata siyasat, sanajan uteke ora patia encer bab gladhen ilmu, nanging taktike urip. Lihay. Dheweke wong kang bisa gelek sukses dhiri. Nanging yen sing kokkarepake Abimanyu kadidene priya pengarepngarep jodhone wanita, liya critaku. Dheweke seneng musik, seneng sandhangan, seneng mangan enak, seneng mubra-mubra, foya-foya, uga nuwun sewu lho seneng wong wadon. Wong sing kaya ngono ora apik didadekane bojo, ora kena digondheli kasetyane, tegese bojo ideal, lho, ya. (KKA, 63). Terjemahan : Begini, Neni. Menurut pengawasanku, Abimanyu orang yang senang bekerja, jadi orang merdeka, dan dirinya berani berjuang membela pekerjaanya. Kesungguhannya bekerja mudah menata siasat, walaupun otaknya tidak terlalu pintar tentang hal mencari ilmu, tetapi caranya hidup. Lihay. Dirinya orang yang bisa mencari sukses diri. Tetapi jika yang kau harapkan Abimanyu lelaki yang diharapkan jodohnya wanita, lain ceritaku. Dirinya suka music, senaang bermain wanita, senang makan enak, senang menghambur-hamburkan, foyafoya juga maaf loh suka dengan wanita. Orang seperti itu tidak baik dijadikan suami, tidak bisa dipegang kesetiannya, artinya suami ideal, lho, ya.(KKA, 63). Kutipan di atas menunjukkan sikap jujur Tamardikin kepada Meneni ketika Meneni ingin mengetahui segala sesuatu tentang Abimanyu. Tamardikin menceritakan semua yang ia ketahui tentang Abimanyu baik kebaikannya maupun keburukannya. Sikap baik Abimanyu antara lain dia seorang yang pekerja keras walaupun otaknya tidak pintar, sedangkan keburukannya antara lain dia suka berfoya-foya, suka makan enak dan suka kepada banyak wanita. Menurut Tamardikin, Abimanyu tidak baik dan tidak masuk jika dikategorikan suami ideal karena tidak bisa dipercaya kesetiannya. h. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu merupakan tindakan untuk mengetahui lebih dalam dan lebih luas mengenai suatu hal yang ingin diketahuinya atau dipelajarinya. Sikap commit to user rasa ingin terlihat pada diri Meineni ketika dia ingin mengetahui kekagetan Pitarta
perpustakaan.uns.ac.id
112 digilib.uns.ac.id
setelah mengetahui Meineni dekat dengan Abimanyu, terlihat dalam kutipan berikut ini: “Yu Neni!? Oh!”Pitarta mbengok kaget, banjur nutupi raine. Dheweke sajak gela krungu kabar kaya mengkono mau, kaya wong weruh barang adhine ceblok sumyur ing watu item. “Kena apa, Dhik Pit? Kena apa? Apa saru aku lunga karo Abimanyu?”Pitarta mung bekah-bekuh mangsuli, “Oh!”lah“Yu Neni!”Sawise lerem sedhela, aku kandha maneh, “Ora, ta, Dhik Pit kandanana aku. Ayo, padha mbukak kartu. Piye nalare dene Dhik Pit sajak ora seneng yen aku srawung karo Abimanyu, Abimanyu iku sapa manut pamawase Dhik Pit?”(KKA, 54). Terjemahan : “Yu Neni!?Oh!”Pitarta teriak kaget, lalu menutupi wajahnya. Dirinya kelihatan kecewa sejak mendengar kabar seperti itu tadi, seperti orang yang melihat barang berharganya jatuh di sumur yang dalam. “Mengapa, Dik Pit? Mengapa? Apa aku memalukan pergi dengan Abimanyu?”Pitarta hanya diam menjawab, “Oh! ”Lah”Mbak Neni!” Setelah diam sejenak, aku cerita lagi, “tidakkan, Dik Pit ceritalah kepadaku. Ayo, pada membuka kartu, bagaimana nalarnya mengapa Dik Pit kelihatannya tidak suka kalau aku bergaul dengan Abimanyu, Abimanyu itu siapa menurut pandangannya Dik Pit?”(KKA, 54). Kutipan di atas menunjukkan sikap ingin tahu Meineni tentang Abimanyu kepada Pitarta apalagi setelah Pitarta begitu kaget ketika mengetahui dirinya dekat dengan Abimanyu. Kekagetan Pitarta seperti orang yang kehilangan barang berharga yang dimilikinya. Meineni ingin Pitarta mengatakan semua yang diketahuinya tentang Abimanyu kepadanya. i.
Menghargai Prestasi Menghargai Prestasi merupakan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna dan juga mau mengakui keberhasilan yang dicapai orang lain. Nilai pendidikan menghargai prestasi terlihat pada diri Meineni ketika dia dissuruh untuk menilai karangannya Pitarta, terlihat dalam kutipan berikut ini: Alasan liya jare tekane arep pamer maneh crita cekake sing dipacak neng majalah, marga sing kenek dipameri dikon melu maca ki ya mung aku. Yen aku ditinggali commit tomajalah user sing macak critane kuwi, liya dina yen ketemu aku bisa ngritik critane kuwi. Tegese crita sing
perpustakaan.uns.ac.id
113 digilib.uns.ac.id
ditinggal mesthi dakwaca, lan macaku sarana mata hati nurani, nyatane bisa ngelem lan bisa mada ala becike crita. Kanthi ngrungokake kritike para maose ngono kuwi pengarang bisa ngilo kwalitase karangane, terus bisa mbecikake karangane kang bakal karipta tutuge maneh. Ngono jarene Pitarta, lan sing gelem ngritik ngono kuwi jare ya mung aku. (KKA, 71). Terjemahan : Alasan lain katanya datangnya ingin pamer lagi cerita pendeknya yang dipasang di majalah, karena yang bisa dipameri dan disuruh ikut membaca itu ya Cuma aku. Kalau aku ditinggali majalah yang memasang ceritanya itu, lain hari kalau bertemu aku bisa mengkritik ceritanya itu. Artinya cerita yang ditinggal pasti ku baca, dan membaca menggunakan hati nurani, kenyatannya bisa memuji dan mengungkapkan kejelekan cerita. Dengan mendengarkan kritikan para pembaca, pengarang bisa berkaca kualitas karangannya terus bisa membetulkan karangannya yang akan tercipta lagi nanti. Begitu katanya Pitarta, dan yang mau mengkritik begitu katanya ya hanya aku. (KKA, 71). Kutipan di atas menunjukkan sikap menghargai pada diri Meineni kepada Pitarta. Dia selalu mau membaca karangan Pitarta yang diberikan kepadanya dan mengkritik apa saja yang kurang dalam karangan itu sebagai penikmat karya sastra agar karangannya mendatang bisa lebih baik dan menurut Pitarta orang yang mau untuk mengkritik karangannya hanyalah Meineni. j.
Mandiri Mandiri merupakan sikap yang tidak bergantung pada orang lain untuk
memenuhi kebutuhannya maupun dalam melaksanakan tugas, segala kebutuhan dan tugasnya bisa dicukupi dan dilakukannya sendiri. Sikap mandiri terlihat pada diri Pitarta ketika dia harus hidup hanya berdua dengan ibunya, terlihat dalam kutipan berikut ini: Sawise memitran pirang-pirang taun, saiki aku dadi tanggane Pitarta. Lan lagi saiki aku ngreti yen wiwit biyen ki Pitarta urip ijen karo ibune, Bu Brata kang wis sepuh ing omah adhakan karo dalan gedhe sing wis bisa diliwati montor. Omahe luwih gedhe yen ditandhing karo omah sing daksewa. Dadi wiwit biyen nalika isih sekolah SMA Pitarta wis ceker-cekergolek panguripan dhewe, sanajan embuh sapa sing ana Sragen biyen mbokmenawa ya isih nyokong dheweke. (KKA, 72). commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Terjemahan : Setelah berteman beberapa tahun, sekarang aku menjadi tetangganya Pitarta. Dan baru sekarang aku tahu kalau dari dahulu itu Pitarta hidup sendirian dengan ibunya, Bu Brata yang sudah tua di rumah yang dekat dengan jalan besar yang sudah bisa dilewati mobil. Rumahnya lebih besar bila dibandingkan dengan rumah yang ku sewa. Jadi dari dulu ketika masih sekolah SMA Pitarta sudah mulai mencari penghidupan sendiri, tetapi tidak tahu siapa yang ada di Sragen dulu barang kali yang masih menyokong dirinya. (KKA, 72). Kutipan di atas menunjukkan sikap mandiri Pitarta, ternyata Pitarta hanya hidupberdua denganibunya.Pitarta sudah bisa mencari uang sendiri untuk menyambung kehidupan sejak masih duduk di bangku SMA karena dia harus menghidupi dirinya dan ibunya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pitarta sudah hidup mandiri sejak dahulu bahkan saat dia masih di SMA. k. Religius Religus merupakan sikap taat dan patuh terhadap ajaran agama yang dianutnya. Selalu menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Sikap religius terlihat pada diri Meineni ketika dia mengetahui dalam dompet suaminya masih ada foto istrinya yang dulu, terlihat dalam kutipan berikut ini: “E, eee, astagfirullah! Jejodhoan meh telung taun ngene, asil wis ana wujude pating trengul ngene, jebul pulung katresnane guru lakiku iku ora pindhah marang aku!”kumrusuking batinku. (KKA, 74). Terjemahan : “E, eee astagfirullah! Berumah tangga hamper tiga tahun begini, hasil sudah ada wujudnya pada kelihatan seperti ini, ternyata kasih sayangnya suamiku tidak pindah kepadaku!”gejolak hatiku.(KKA, 74) Kutipan di atas menunjukkan sikap religius dalam diri Meineni.Bahkan saat diasedang marah ketika inelihat foto Tanti masih ada di dompet suaminya Tamardikin. Dia menyebut kata astagfirullah ketika mengetahui foto itu Padahai sudah tiga tahun hidup berumah tangga dan sudah memiliki dua anak. Hal itu menunjukkan bahwa Meineni selalu ingat kepada Tuhannya dalam keadaan apapun.
commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
l.
Tanggung Jawab Tanggung jawab merupakan sikap dimana seseorang harus melakukan tugas
dan kewajibannya sebagaimana memang harus dilakukan baik untuk diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Sikap tanggung jawab terlihat pada diri Pitarta ketika dia mau mempertanggungjawabkan kesalahannya setelah membunuh Abimanyu, terlihat dalam kutipan berikut ini: Yu.Aku kudu nampani paukuman. Aku pasrah, nanging rumangsa menang bisa mungkasi reregeding donya lan katresnanku katampan. Aku menang.Aku begja Yu.Aku titip Jeng Ratniah. Dheweke wis daktapihi, wis dakkawin miturut Negara lan agama. Anake ora bakal saru lair ing donya. Anak ing kandhutane iku ora dakowah-owah Yu, sanajan wijin iku saka wong kang murang tata, wong kang mentas dakprejaya. Mbesuk yen lair aja dikandhani yen kuwi anake Abimanyu kang murtad, nanging kudangen yen kuwi anake pengarang gedhe kang kepengin mbenakake tata morale manungsa ing bebrayan donya. Lan kanggo pinungsung iku, aku prelu mateni manungsa liyane.(KKA, 100). Terjemahan : Mbak. Aku harus mendapat hukuman. Aku pasrah, tetapi tidak merasa menag bisa mengakhiri kekotoran dunia dan rasa cintaku diterima. Aku menang. Aku beruntung Mbak. Aku titip Jeng Ratniah. Dirinya sudah ku lindungi. Sudah ku nikahi menurut Negara dan Agama. Anaknya tidak akan memalukan jika lahir di dunia. Anak yang ada dalam kandungannya tidak ku apa-apakan Mbak, meskipun benih itu dari orang yang tidak bermoral, orang yang baru saja ku bunauh. Besok kalau lahir jangan diberi tahu kalau itu anaknya Abimanyu yang murtad, tetapi katakanlah kalau anak itu anaknya pengarang besar yang ingin membenahi tata moral manusia dalam kehidupan dunia dan untuk mewujudkan hal itu, aku perlu membunuh manusia lainnya.(KKA, 100). Kutipan di atas menunjukkan sikap tanggung jawab Pitarta atas tindakannya membunuh Abimanyu. Menurutnya dia sudah berbuat sesuatu yang benar karena sudah
membunuh
orang
yang
tidak
bermoral
dan
memang
pantas
dibunuh.Sebelum Pitarta pergi dia menitipkan istrinya Ratniah dan calon bayinya.Dia berpesan kelak jika anak itu lahir bilang saja bahwa ayahnya adalah sastrawan besar Surabaya yang ingin membenarkan moral manusia dan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
116 digilib.uns.ac.id
mewujudkan hal tersebut dia harus membunuh orang yang tidak bermoral seperti Abimanyu. Subbab di atas mendeskripsikan nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata. Nilai pendidikan yang diambil menurut Kemendiknas yang berjumlah 18 butir. Dalam novel Katresnan Kang Angker terdapat 12 Nilai Pendidikan Karakter antara lain gemar membaca, demokratis, bersahabat, cinta damai, peduli sosial, kerja keras, religius, jujur, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, mandiri, dan tanggung jawab. Setiap karya sastra seperti novel pasti memiliki nilai pendidikan yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya. Novel yang baik adalah novel yang memiliki nilai postif seperti nilai pendidikan karakter yang bisa ditauladani para penikmat karya sastra setelah membacanya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 4.
Relevansi Novel Katresnan Kang Angker Karya Suparto Brata dengan Pembelajaran Bahasa Jawa di SMA. Novel sebagai salah satu kekayaan bangasa Indonesia dalam dunia
kesusastraan telah memberikan warna tersendiri baik bagi pengarang maupun penikmatnya. Sastra seperti novel lahir dari para pengarang dengan unsur kreatifitas dan imajinatifnya. Walaupun imajinatif dan bersifat fiksi tidak benar jika sastra lahir dari lamunan saja. Daya imajinatif pengarang digunakan sebagai pelengkap sebuah sastra agar karya sastra tersebut tidak monoton dan cenderung membosankan. Bagi dunia pendidikan karya sastra seperti novel merupakan salah satu materi ajar yang digunakan sebagai sarana siswa untuk mempelajari sastra. Ada mata pelajaran novel yang terdapat pada kelas 2 semester gasal tingkat SMA. Novel dengan tema percintaan tentu mempunyai nilai tambahan karena tema tersebut lebih dinikmati para remaja seperti anak SMA. Seperti novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata yang mengangkat tema percintaan yaitu cinta segi empat antara Meineni, Abimanyu, Pitarta, dan Tamardikin. Meineni mencintai Abimanyu, Pitarta mencintai Meineni tetapi Meineni malah menikah dengan Tamardikin. Sebenarnya Meineni tidak pernah mencintai Tamardikin, dia commit to user orang baik. Di sisi lain Pitarta menikah dengannya hanya karena Tamardikin
perpustakaan.uns.ac.id
117 digilib.uns.ac.id
ternyata orang yang sangat mencintai Meineni sampai dirinya rela mengorbankan apa saja demi Meineni termasuk membunuh Abimanyu yaitu orang yang tidak bermoral karena telah menghamili Ratniah yang merupakan saudara dari Pitarta. Pitarta tidak ingin orang yang dicintainya yaitu Meineni hilang kesuciannya oleh Abimanyu, maka dari itu dia membunuh Abimanyu. Setiap karya sastra seperti novel pasti memiliki nilai pendidikan yang diberikan pengarang dalam karyanya, termasuk nilai pendidikan karakter dalam novel Katresnan Kang Angkerkarya Suparto Brata. Dalam novel tersebut ada 12 pendidikan karakter yang dapat diambil siswa, antara lain gemar membaca, demokratis, bersahabat, cinta damai, kerja keras,peduli sosial, jujur, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, mandiri, religius, dan tanggung jawab. Nilai pendidikan tersebut dapat ditauladani para siswa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Nurhayati dalam Wibowo (2013 : 19) menyatakan bahwa pengajaran sastra memiliki pertautan erat dengan pendidikan karakter, karena pengajaran sastra dan sastra pada umumnya secara hakiki membicarakan nilai hidup dan kehidupan yang mau tidak mau berkaitan langsung dengan kehidupan manusia.Seperti dalam novel Katresnan Kang Angker yang terdapat nilai pendidikan karakter seperti yang diungkapkan Monalisa Ariviana Dewi dan Yoshia Bagus Purwanto siswa dari SMA Negeri 1 Larangan berikut ini :Menurut Dewi nilai pendidikan karakter dalam novel Katresnan Kang Angker yaitu mandiri, gemar membaca, dan tidak mudah percaya (Dewi, II), sedangkan menurut Purwanto nilai pendidikan dalam novel tersebut adalah mandiri, rajin, dan rela berkorban. (Dewi dan Purwanto, III). Novel Katresnan Kang Angker merupakan novel yang sarat akan nilai pendidikan dan layak dijadikan sebagai bahan ajar seperti yang diungkapkan oleh Alfan Aris Priyanto, Monalisa Ariviana Dewi, dan Yoshia Bagus Purwanto berikut ini : Novel Katresnan Kang Angker layak dijadikan sebagai bahan ajar di SMA karena banyak nilai pendidikan yang ada dalam novel tersebut walaupun ada unsur kekerasan yaitu Pitarta membunuh commit to user Abimanyu (Priyanto, I).
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Novel Katresnan Kang Angker layak dijadikan sebagai bahan ajar di SMA karena novel itu memberikan gambaran kepada bila bahwa cinta bisa membuat orang yang lemah menjadi kuat bahkan nekat seperti Pitarta sampai membunuh Abimanyu maka berhatilah dengan cinta (Dewi, II). Novel Katresnan Kang Angker layak dijadikan sebagai bahan ajar di SMA karena setiap novel pasti ada konflik yang membuat semakin berwarna. Walaupun ceritanya mengandung kekerasan tapi kita bisa melihat perjuangan Meineni dalam memperoleh inta sejatinya (Purwanto, III). Novel Katresnan Kang Angker memang memiliki alur cerita yang sedikit menyeramkan, walaupun begitu dalam novel tersebut pasti terdapat nilai pendidikan karakter yang diberikan pengarang dalam karyanya serta bisa ditauladani para siswa sebagai salah satu sarana pembelajaran pendidikan karakter. Berdasarkan pendapat di atas, maka novel Katresnan Kang Angker memiliki kelayakan jika digunakan sebagai materi ajar pembelajaran Bahasa Jawa di SMA. C. Pembahasan. 1.
Wujud Perwatakan Tokoh Utama dalam Novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata. Tokoh dalam karya sastra memegang peranan penting. Sebuah karya sastra
akan lebih hidup jikadidukung dengan kehadiran tokoh. Tokoh-tokoh tersebut dilengkapi dengan jiwa dan raga yang mendukung perannya dalam cerita. Setiap tokoh memiliki kepribadian yang membedakannya dengan tokoh-tokoh yang lain. Keberagaman watak para tokoh memberikan warna tersendiri sebagai daya tarik sebuah karya sastra sehingga cerita yang disajikan lebih menarik. Watak tokoh berjalan seiring jalannya alur. Pembaca dapat menyimpulkan watak para tokoh dalam cerita setelah membaca keseluruhan cerita.Tokoh pada karya sastra pada dasarnya memegang 3 dimensi yaitu dimensi fisiologis yang berhubungan dengan ciri-ciri badan atau ciri-ciri fisik, dimensi sosiologis berhubungan dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
119 digilib.uns.ac.id
kehidupan masyarakat dan dimensi psikologis berhubungan dengan latar belakang kejiwaan (Jatmiko dalam Satoto, 2012 : 85). Penokohan dapat dikatakan sebagai proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak tokoh dalam suatu cerita. Tokoh dan penokohan dalam karya sastra merujuk pada perwatakan karena dalam unsur tersebut tokoh dan penokohan digambarkan sebagai individu rekaan yang berwatak, berkonflik yang digambarkan baik secara fisik maupun non fisik. Dalam novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata yang menggunakan Meineni sebagai tokoh utama. Menurut pengarangnya Meineni adalah sosok gadis yang mudah bergaul, suka memperhatikan penderitaan orang lain, lembut perasaannya, dan berpikiran mudah daripada ruwet dan sifat itu yang memudahkan hidupnya (Suparto Brata, 9 Januari 2015).Novel tersebut ditulisnya sewaktu berumur 29 tahun dan sudah bekerja sebagai operator teleprinter di Surabaya dan belum memiliki pacar, Suparto Brata ingin mempunyai kekasih seperti sosok Meineni dan karena alasanitulah Suparto Brata menciptakan novel Katresnan Kang Angker. Penelitian ini mengkaji watak tokoh utama Meineni menggunakan pendekatan psikologi sastra. Alasan menggunakan pendekatan psikologi sastra karena psikologi mencoba memahami karya sastra dari sudut pandang yang berbeda, mulai dari karakter sampai konflik yang dialami tokoh karena ilmu psikologi berkaitan erat dengan kondisi kejiwaan. Dari hasil penelitian watak Meineni dalam novel Katresnan Kang Angker adalah pemarah, kurang percaya diri, rajin, gemar membaca, mudah memaafkan, berpendirian tetap, berpikiran mudah, suka bercanda, suka menolong orang lain, mudah bergaul, tidak suka dandan, suka memaksakan kehendak, berprasangka buruk, tidak mudah percaya, nekat, ragu-ragu, rendah hati, perasa, tidak banyak menuntut. Bila dipandang menurut dalil Sigmund Freud watak tokoh utama lebih banyak menahan dorongan Idnya untuk bersama Abimanyu dan Superegonya memilih diam dengan perasaannya itu. Karena dorongan id dalam dirinya yang ditahan watak Meineni menjadi mudah marah, kecewa, takut, tidak mudah percaya dengan orang lain. Dorongan id Meineni yang tidak terpenuhi untuk bersama Abimanyu commit to user pertentangan membuatnya mengalami batin.
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini senada dengan penelitian Margawati yang berjudul A Freudian Psychological Issue of Women Characters in Daphne Du Maurier’s Novel Rebecca yang meneliti hubungan antara 3 karakter tokoh utama yaitu Rebecca, Dewinter, dan Danvers dan telah ditemukan bahwa karakter perempuan dalam novel Rebecca berdasarkan konsep teori kepribadian Sigmund Freud yang diwakili oleh id, ego, dan superego mencerminkan karakter yang penuh emosi, kekecewaan, tekad, kebencian, dan dendam. Kesadaran manusia mengarah pada karakter-karakter terhadap konflik psikologis yang terjadi disepanjang cerita. Singkatnya ketika karakter tidak bisa mengaktifkan ego dan superego untuk mengontrol dorongan id maka individu disarankan untuk menghindar agar bisa bertahan. Persamaannya dengan penelitian ini yaitu sama-sama menggunakan dalil Sigmund Freud untuk meneliti watak pada tokoh. Perbedaanya penelitian ini mengkaji watak tokoh utama dalam novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata sedangkan penelitian Margawati meneliti 3 hubungan karakter tokoh utama dan telah diperoleh kesimpulan bahwa kesadaran manusia mengarah pada karakter-karakter terhadap konflik psikologis dan ketika karakter tidak bisa mengaktifkan ego dan superego untuk mengontrol dorongan id maka disarankan agar individu mencari pelampiasan lain atau pengalihan agar bisa bertahan. Novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata tokoh utama Meineni memiliki karakter yang kompleks. Pada dasarnya Meineni adalah wanita dengan watak yang baik karena Meineni merupakan sosok gadis ideal pengarang tetapi seiring berjalannya alur Meineni mengalami masalah-masalah sehingga wataknya menjadi berkembang lebih kompleks, ketika ego dan superegonya tidak bisa memenuhi dorongan idnya dia menjadi pemarah, pendendam, pembenci dan lain sebagainya. Dorongan idnya yang tidak terpenuhi tidak terlalu dipikirkannya. Dia melakukan pengalihan dan melampiasknnya dengan hal lain. Meineni tetap menjalani hidupnya seperti biasa dengan segala aktifitasnya sehingga dia bisa tetap
bertahan
dalam
menghadapi
masalah-masalah
commit to user
dalam
hidupnya
.
perpustakaan.uns.ac.id
2.
121 digilib.uns.ac.id
Wujud Konflik Psikis Tokoh Utama Novel Katresnan Kang Angker Karya Suparto Brata. Konflik sebenarnya adalah kejadian yang tergolong penting merupakan
unsur yang esensial dalam perkembangan plot. Kemampuanpengarang untuk memilih dan membangun konflik melalui berbagai peristiwa(baik aksi maupun kejadian) akan sangat menentukan kadar kemenarikan cerita yang dihasilkan (Nurgiyantoro, 2012 :122). Peritiwa-peristiwa seru yang saling berkaitan satu sama lain dan menyebabkan munculnya konflik-konflik yang kompleks, biasanya disenangi pembaca. Konflik merupakan salah satu daya tarik dalam cerita. Semakin kompleks konflik yang disajikan semakin menarik dan membuat penasaran para pembaca. Menurut Stanton (2000 : 16) konflik dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu konflik fisik dan konflik batin atau konflik eksternal dankonflik internal Konflik dapat terjadi dikarenakan faktor-faktor tertentu baik dari dunia luar maupun dari dirinya sendiri yang digolongkan menjadi konflik eksternal yaitu dari dunia luar dan konflik internal yang terjadi dalam jiwa seorang tokoh.Konflik psikis atau biasa disebut dengan konflik batin yaitu konflik yang terjadi dalam diri seorang tokoh. Konflik psikis berkaitan dengan gejolak batin seorang tokoh dengan dirinya sendiri, bisa berupa rasa kecewa, marah, putus asa, dan lain sebagainya. Jika menurut pada dalil Sigmund Freud konflik timbul akibat ketiga sistem yang tidak seimbang yaitu id, ego, dan superego. Hasrat yang timbul dari id tidak bisa dipuaskan oleh ego sedangkan superego berfungsi sebagai penilai tindakan yang bekerja berdasarkan prinsip kesempurnaan yang tidak mau melanggar norma.Sedangkan konflik psikis merupakan pertentangan antara tiga sistem yaitu id, ego, dan superego. id sebagai pemberi dorongan, ego merupakan pemenuh kebutuhan yang bekerja berdasarkan pikiran rasional, dan superego merupakan pengendali yang berisi sistem nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat (Ratna, 2009 : 62-63). Dalam novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata tokoh utama mengalami konflik psikisantara lain kekecewaan, kemarahan, ketakutan, commitcinta, to userdan merasa bersalah, sedangkan kebimbangan, khawatir, memendam
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
konflik yang paling menonjol adalah memendam cinta, Meineni memendam cintanya kepada Abimanyu dan dia merasa terganggu jika ada orang yang menanyakan perasaannya pada Abimanyu. Jika dipandang dari dalil Sigmund Freud tokoh utama Meineni banyak menahan dorongan idnya untuk bersama Abimanyu. Ego dan superegonya hanya diam terhadap stimulus yang dimunculkan oleh id sehingga timbul konflik psikis dalam diri Meineni. Penelitian ini relevan dengan penelitian milik Gupta dan Singh (2014) dengan judul A Psychological Study Of Margaret Drabble’s The Red Queen (2004) yang mengkaji masalah psikologi perempuan berdasarkan teori Gender dan teori Judith Buthler. Dalil teori gender dan teori Buthler membantu perempuan untuk keluar dari masalah psikologis mereka. Kemudian dapat diperoleh kesimpulan bahwa masalah perempuan stres dan depresi karena norma performatif
yang harus mereka jalani oleh budaya dan masyarakat. Berarti
mereka menjalani semua aktivitasnya tidak sesuai dengan kehendak mereka dan karena keterpaksaan. Sedangkan dalam penelitian ini mengkaji konflik psikis tokoh utama Meineni dan diperoleh kesimpulan bahwa konflik psikis tokoh utama Meineni terjadi karena masalah asmaranya dengan Abimanyu. Meineni memendam cintanya kepada Abimanyu dan dia terpaksa menikah dengan Tamardikin atas wasiatTanti sebelum dia meninggal. Meineni menikah dengan Tamardikin hanya karena dia orang baik dan tanpa rasa cinta. Novel Katresnan Kang Angker yang meneliti konflik psikis yang dialami tokoh utama Meineni. Pada dasarnya konflik psikis tokoh utama kaitannya dengan hubungan asmaranya yaitu dengan Abimanyu. Meineni memendam cintanya kepada Abimanyu. Setiap hal yang berhubungan dengan Abimanyu pasti membuatnya mengalami konflik psikis tersebut seperti kemarahan, kekecewaan, kebimbangan,
khawatir
dan
lain
sebagainya.
Meineni
tidak
pernah
mengungkapkan perasaannya kepada Abimanyu dan hal tersebut berlalu begitu saja sampai pada akhirnya dia menikah dengan Tamardikin tanpa rasa cinta. Dorongan id pada diri Meineni yang begitu besar untuk bersama Abimanyu membuatnya mengalami pertentangan batin. Dia menahan keinginannya bersama usertidak merespon terhadap stimulus Abimanyu. Superegonya memilihcommit diam to atau
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang dimunculkan oleh id dan dia melakukan pengalihan dengan tidak memikirkan perasaannya kepada Abimanyu sampai akhirnya dia menikah dengan Tamardikin.Dengan kata lain ketika id menginginkan untuk segera dipuaskan sementara ego menundanya dan superego seringkali menghalanginya maka timbulah konflik. 3.
Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata. Setiap karya sastra pasti memiliki nilai pendidikan yang bisa diambil para
penikmat sastra setelah membaca sebuah karya sastra. Tidak semua karya sastra bisa diambil nilai pendidikannya. Nilai pendidikan bisa dipahami jika pembaca tersentuh setelah membaca sebuah karya sastra. Nilai pendidikan dalam
karya
sastra berkaitan erat dengan pendidikan karakter. Yuniah dkk dalam Pusat Bahasa (2012 : 96) menyatakan bahwa nilai yang terkadung dalam karya sastra terdiri dari nilai hedonik, nilai artistik, nilai kultural; nilai etis, moral, dan agama; serta nilai praktis.Setiap karya sastra pasti memiliki nilai pendidikanyang bisa ditauladani para penikmat
sastra setelah membaca sebuah karya sastra yang dituangkan
pengarang dalam karyanya. Sastra seperti novel tidak hanya menghibur tetapi dapat pula ditemukan nilai pendidikan karakter baik secara implisit maupun eksplisit. Penelitian ini relevan dengan penelitian milik Hartini dengan judul Character Education Values Of Female Character in Serat Candra Rini. Penelitian ini mengkaji nilai pendidikan karakter berdasarkan latar belakang kehidupan masyarakat Jawa pada masa lalu yang berkatan dengan mata pencariannya, pola pemikirannya dan sikap hidupnya. Berkaitan dengan hal tersebut karya sastra seperti Serat Candra Rini karya Raden Ngabehi Rangga Warsito yang merupakan hasil kebudayaan masa lampau dapat djadikan sebagai sarana pendidikan karakter. Raden Ngabehi Ranggawarsita ingin memberi pengajaran kepada para wanita Jawa dengan tokoh wayang sebagai penyampai pesan untuk mengungkapkannya. Tokoh wayang yang diambil dari serat ini to useristri Arjuna yaitu Wara Sembadra, adalah tokoh wayang purwa yangcommit merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
124 digilib.uns.ac.id
Dewi Manohara, Dewi Hulupi, Ratna Gandawati, dan Wara Srikandi. Kemudan dapat diperoleh kesimpulan bahwa Serat Candra Rini bisa digunakan sebagai sarana pembentukan pendidikan karakter bagi wanita Jawa dengan melihat tabiat kelima istri Arjuna antara lain seorang istri harus mampu melayani suami dengan baik, dia harus setia, taat dan mampu membesarkan anak-anaknya dengan baik, wanita tdak hanya memiliki kecantikan fisik tetapi juga harus kecantikan spiritual termasuk cinta kepada orang lain. Tetapi, Serat Candra Rini memiliki kerugian dengan menerapkan poligami karena pada dasarnya poligami akan menyebabkan kesengsaraan dalam kehidupan seorang wanita. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama mengkaji nilai pendidikan karakter pada sebuah karya sastra dengan melihat tabiat para tokohnya. Dalam penelitan ini ditemukan 12 nilai pendidikan karakter menurut kemendiknas. Hal tersebut membuktikan bahwa karya sastra selain menghibur juga bisa ditemukan nilai pendidikan karakter sebagai pegangan hidup. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian milik Hissan (2012) dengan judul An Analysis Of The Children’s Characters In Roald Dahl’s Novel: Charlie And The Chocolate Factory yang mengkaji moralitas dengan menganalisis tokoh anak dalam Charlie and chocolate factory (1964) karya Roald Dahl. Fokus utama dalam kajian ini adalah menganalisis kematangan dan ketidakmatangan moral anak-anak dalam perwatakan di novel ini. Kajian ini berpotensi membantu guru dan orang tua untuk mengetahui nilai-nilai moral yang diketengahkan dalam buku anak-anak. Model Revisionist Gibbs digunakan untuk menganalisis kematangan dan ketidakmatangan moralitas anak-anak dalam novel ini. Kajian ini memanfaatkan kaidah analisis tekstual untuk mengungkapkan kematangan dan ketidakmatangan moraliti kanak-kanak dan nilai moral yang lahir daripada teks. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kesusasteraan anak-anak dan buku untuk anak-anak adalah relevan digunakan sebagai medium untuk meningkatkan nilai moral.Sedangkan penelitan ini menggunakan novel Katresnan Kang Angker untuk mengkaji watak para tokoh untuk menemukan nilai pendidikan karakter menurut kemendiknas. Dari hasil penelitian terdapat 12 butir pendidikan karakter dari 18 commit to user kemudian nilai-nilai pendidikan butir pendidikan karakter menurut kemendiknas
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
karakter dalam novel tersebut digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa Jawa di SMA dan dari hasil penelitian serta wawancara dengan guru serta siswa diperoleh hasil bahwa novel tersebut layak dan relevan digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa Jawa di SMA. 4.
Relevansi Novel Katresnan Kang Angker Karya Suparto Brata dengan Pembelajaran Bahasa Jawa di SMA Pembelajaran sastra pada jenjang pendidikan di sekolah-sekolah memang
sangat mengkhawatirkan. Hal ini terbukti dengan sangat kurangnya pengetahuan siswa mengenai karya sastra khususnya novel. Untuk menanggulangi hal tersebut pihak sekolah perlu memperkenalkan karya sastra kepada para siswa agar mereka bisa mengenal karya sastra lebih mendalam.Pembelajaran sastra yang sebenarnya bertujuan untuk membangun karakter pada anak didik. Hardiningtyas (2008 :103) menyatakan bahwa pembelajaran sastra bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral, etika, budi pekerti, dan kemanusiaan pada peserta didik. Karya sastra selain menghibur, terdapat juga nilai pendidikan yang dapat ditauladani para siswa. Dalam pendidikan karakter karya sastra memegang peranan penting (Ratna, 2014 : 198). Sastra dan pendidikan karakter harus menjadi salah satu kunci pokok pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sehingga karya sastra dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar penanaman pendidikan karakter. Kelayakan karya sastra seperti novel sebagai salah satu bahan ajar juga dianggap penting karena tidak semua novel bisa dijadikan sebagai bahan ajar. Dalam novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata terdapat nilai pendidikan karakter yang dapat ditauladani para siswa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga novel tersebut layak sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa Jawa pada tingkat SMA. Hal tersebut juga didukung dari hasil wawancara dari 3 narasumber yang berbeda yaitu Alfan Aris Priyanto, Monalisa Ariviana Dewi, dan Yoshia Budi Purwanto yang menyatakan bahwa novel Katresnan Kang Angker layak dijadikan sebagai bahan ajar pembelajaran user dijadikan sebagai bahan ajar bahasa Jawa di SMA. Novel commit tersebutto layak
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran bahasa Jawa di SMA
dengan alasan antara lain dalam novel
tersebut terdapat banyak nilai pendidikan walaupun ada unsur kekerasan yaitu Pitarta membunuh Abimanyu. Pada dasarnya dalam sebuah novel pasti ada nilai positif dan negatif. Itu semua tergantung dari persepsi pembaca dalam menyikapi dan menilai sebuah karya sastra. Novel Katresnan Kang Angker karya Suparto Brata memang layak digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa Jawa di SMA. Novel itu bertemakan
percintaan
yang dekat
dengan
kehidupan
remaja
sehingga
tidak,mustahil novel dengan tema percintaan pasti digemari para remaja dan mereka pasti lebih berminat untuk membacanya. Novel Katresnan Kang Angker menggunakan tokoh utama Meineni. Meineni merupakan sosok gadis ideal pengarang. Dilihat dari wataknya Meineni merupakan gadis yang lembut perasaannya, mudah bergaul, berpikiran mudah daripada ruwet-ruwt dan hal itulah yang mempermudah hidupnya (Suparto Brata, 9 Januari 2015). Sedangkan konflik yang dialami tokoh utama yang paling menonjol adalah memendam cinta kepada Abimanyu dan akhirnya dia menikah dengan Tamardikin tanpa rasa cinta. Tokoh utama Meineni memang tidak pernah mengungkapkan cintanya kepada Abimanyu sampai akhirnya dia menikah dengan Tamardikin. Meineni juga tidak percaya dengan keburukan Abimanyu yang diceritakan sahabatsahabatnya walaupun akhirnya dia tahu Abimanyu bukan orang yang baik. Dengan melihat sosok Meineni para siswa bisa mengambil nilai-nilai pendidikan yang bisa ditauladani dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Alfan Aris Priyanto dan Monalisa Ariviana Dewi bahwa watak dan konflik yang dialami Meineni sangat relevan dengan pembelajaran bahasa Jawa karena melihat perjuangan Meineni menemukan cinta sejatinya, sedangkan Monalisa Ariviana Dewi mengungkapkan bahwa watak dan konflik tokoh Meineni sangat relevan dengan pelajaran bahasa Jawa dengan melihat sosok Meineni yang pantang menyerah dalam mencari kebenaran akan cintanya pada Abimanyu walaupun akhirnya dia tahu Abimanyu bukan orang baik Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Novel Katresnan Kang commit to usersebagai bahan ajar pembelajaran Angker karya Suparto Brata layak dijadikan
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahasa Jawa di SMA dengan melihat nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel tersebut walaupun ada unsur kekerasan yaitu Pitarta membunuh Abimanyu karena Pitarta. Watak dan konflik tokoh utama dalam novel tersebut juga relevan dijadikan sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa Jawa di SMA. Dengan melihat watak dan konflik psikis yang dialami tokoh utama dapat ditauladani sifat yang baik dan sifat-sifat yang buruk dapat digunakan sebagai pembelajaran dalam hidup. Hal tersebut juga membuktikan bahwa sastra selain sebagai hiburan ternyata bisa digunakan sebagai sarana pendidikan karakter dengan melihat tingkah
laku
para
commit to user
tokohnya.