1
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada bab I, yaitu analisis hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatandi SMA Negeri 2 Gorontalo.Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara yang mendalam dengan informan, Sebagai bentuk pencarian data dan observasi langsung dilapangan yang kemudian peneliti analisis. Tabel 4.1 Jadwal Wawancara No
Nama Informan
Waktu Wawancara
Tempat
1
H. Hasan T Aja, S.Ag. M.HI
Sabtu, 18 mei 2013
Ruang Kepsek
2
Yolanda Pateda, M.Pd
Senin, 20 mei 2013
Dewan Guru
3
Drs. Yance Hilimi
Selasa, 21 mei 2013
Ruang Guru OR
Sumber : Dokumen Peneliti, 2013 Wawancara dilakukan pada tanggal 18, 20, dan 21 mei 2013, yang bertempat di SMA Negeri 2 Gorontalo. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan siswa SMA Negeri 2 Gorontalo. Agar penelitian ini lebih akurat dan objektif, peneliti mencari informasiinformasi tambahan dengan melakukan observasi dilapangan untuk melihat secara
2
langsung apa yang menjadi faktor penunjang hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif/non statistik, yang merupakan metode untuk menggambarkan dan menjelaskan hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan secara factual. Penelitian kualitatif/non statistik ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang didasari oleh orang atau prilaku yang diamati. Untuk tahap analisis, yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat daftar pertanyaan untuk wawancara, pengumpulan data, dan analisis data yang dilakukan diri sendiri oleh peneliti. Untuk dapat mengetahui sejauh mana hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo.Pertama, menyusun daftar untuk pertanyaan wawancara berdasarkan indicator pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber. Kedua, melakukan wawancara mendalam dengan kepala SMA Negeri 2 Gorontalo, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana dan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dan siwa . Ketiga, melakukan observasi langsung dilapangan untuk melihat secara langsung guru ketika mengajarkan siswanya materi-materi pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.Keempat, memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua pertanyaan yang diajuakan ke narasumber. Kelima,mendeskripsikan data hasil penelitian. Keenam, menganalisis hasil data yang telah dilakukan.
3
1. Menyusun daftar pertanyaan wawancara Pada tahap ini peneliti membuat pedoman wawancara, digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang tidak menyimpang dari tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara. Berdasarkan dari proses yang akan ditanyakan kepada informan penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan wawancara penelitian kepada informan. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah informan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Karena sebelum masuk kedalam tahap wawancara, informan akan membaca terlebih dahulu daftar pedoman wawancara yang diberikan oleh peneliti, tujuannya agar informan memahami isi pertanyaan penliti. 2. Melakukan wawancara Peneliti melakukan kesepakatan dengan informan mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara bedasarkan pedoman yang dibuat. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada informan tentang kesiapannya untuk diwawancarai. Setelah informan bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan informan tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara. Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru penjasorkes SMA Negeri 2 Gorontalo. Peneliti memilih guru untuk dijadikan informan karena guru yang mengetahui dan paling memahami, karena guru berinteraksi
4
setiap hari dengan para siswanya.Dalam penelitian wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. 3. Melakukan observasi Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi langsung dilapangan bagaimana hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan siswa SMA Negeri 2 Gorontalo. 4. Memindahkan data Setelah peneliti melakukan wawancara dan observasi, maka peneliti memindahkan data penelitian yang berbentuk daftar dari semua pertanyaan yang diajukan kepada informan penelitian berdasarkan susunan pertanyaan yang sistematis. Peneliti mendapatkan data langsung dari informan melalui wawancara mendalam, dimana data tersebut direkam dan dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkip dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis. 5. Mendeskripsikan data hasil wawancara Deskripsi hasil penelitian ini akan menguraikan tentang berbagai temuan yang diperoleh dari lapangan, yaitu dari olahan data dan informasi yang terkait
5
dengan wawancara dan observasi penelitian. Untuk tahap selanjutnya peneliti melakukan deskripsi analisis data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode. Peneliti mendeskripsikan hasil wawancara sebagai pembahasan. Ini dilakukan untuk memperjelas tentang bagaimana hasil wawancara dari peneliti terhadap informan yang telah memberikan jawabanjawaban yang bersifat real. 6. Menganalisis data hasil wawancara Berdasarkan data yang telah didapat, peneliti menganalisis data hasil wawancara. Peneliti menganalisis data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini. Pada tahap ini analisis ditinjau dari kembali berdasarkan landasan teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokkan apakah ada kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang ada. Peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan analisa. Dengan hasil data ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat. Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.
6
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan informan. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada penelitian. Pada bab IV ini juga akan di bahas mengenai : Deskripsi sekolah Hasil penelitian Pembahasan hasil penelitian 4.2 Deskripsi Sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo a. Jenis bangunan yaang mengelilingi sekolah Utara
: rumah-rumah penduduk
Timur
: rumah-rumah penduduk
Selatan
: rumah-rumah penduduk
Barat
: rumah-rumah penduduk Pada intinya SMA Negeri 2 Gorontalo dikelilingi oleh rumah-
rumah penduduk yang dibatasi dengan pagar pembatas. b. Kondisi lingkungan sekolah Kondisi lingkungan sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo sangat baik, aman, dan tertata rapi serta nyaman. c. Penggunaan sekolah Penggunaan bangunan sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo yaitu bangunan paten.
7
d. Guru, Siswa, dan Pegawai Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 65 orang, terdiri atas guru 51 orang, karyawan tata usaha 13 orang, dan pesuruh 1 orang.Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2012/2013 seluruhnya berjumlah 945 orang. Persebaran jumlah peserta didik antar kelas merata. Peserta didik dikelas X sebanyak 9 rombongan belajar, peserta didik pada program IPA dikelas XI sebanyak 3 rombongan belajar
dikelas XII sebanyak
3
rombongan belajar.sedangkan pada program IPS dikelas XI sebanyak 5 rombongan belajar dan kelas XII sebanyak 5 rombongan belajar .Program bahasa kelas XI sebanyak 1 rombongan delajar dan kelas XII sebanyak 1 rombongan belajar. e. Program Akademik Sekolah 1) Program Kurikuler
: Mengajar dan sebagainya.
2) Program Ekstrakurikuler : Osis, Pramuka, PMR, Kesenian, Olahraga. 3) Sumber belajar selain buku yaitu praktikum di lab dan komputer. f. Kesan dan hubungan antara guru-guru, guru siswa, siswa-siswa dan hubungan antara semua personil di sekolah tersebut. a) Hubungan guru-guru disekolah SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik. b) Hubungan guru-siswa di SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik. c) Hubungan siswa-siswa di SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik, walaupun sudah sifat individual sedikit karena diakibatkan jumlah
8
siswa terlalu banyak sehingga tidak saling mengenal satu dengan lainnya. d) Hubungan guru dengan pegawai tata usaha di SMA Negeri 2 Gorontalo terjalin dengan baik. g. Kehidupan Sosial Di Sekolah 1) Komite sekolah sangat mendukung pelaksanaan program Sekolah Berstandar Internasional. 2) Kerjasama dengan masyarakat terjalin dengan baik hal ini terbukti dengan semakin eratnya hubungan antara guru-guru dengan masyarakat di sekitar sekolah serta kepedulian masyarakat yang begitu tinggi apalagi SMA Negeri 2 Gorontalo sudah menjadi Sekolah Berstandar Internsional. 3) Hubungan sosial guru-siswa, guru-pegawai tata usaha dan hubungan secara keseluruhan terjalin dengan baik h. Administrasi Sekolah/Kelas 1) Jenis-jenis administrasi yang dikerjakan guru mata pelajaran antara lain membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, analisis soal, analisis nilai, silabus dan sebagainya. 2) Mekanisme pelaksanaan jenis-jenis administrasi guru mata pelajaran yaitu dilaksanakan sesuai ketentuan pada pelaksanaan kurikulum yang berlaku. 3) Petugas khusus yang mengerjakan administrasi sekolah dilaksanakan oleh tugas kependidikan (Pegawai Tata Usaha).
9
i. Tata Tertib Sekolah Untuk siswa, guru dan pegawai atara lain : 1) Datang tepat waktu yaitu sebelum pukul 06.45. 2) Berpakaian sesuai dengan ketentuan sekolah. 3) Wajib mengikuti upacara bendera dan lain sebagainya. j. Kesan Umum SMA Negeri 2 Gorontalo adalah sekolah menengah atas yang menghasilkan lulusan yang berkualitas. Selain itu sekolah ini memiliki guru-guru yang profesional dalam mengajar serta memiliki siswa yang berbakat dalam bidang keahliannya. 4.3 Hasil Penelitian Setelah melakukan wawancara dengan informan, yaitu Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo, Wakil Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo dan juga Guru Penjasorkes di SMA Negeri 2 Gorontalo dan melakukanobservasi langsung dilapangan peneliti dapat menganalisa tentang hasil belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Peneliti tidak pernah menilai benar atau salah jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Peneliti memberikan kebebasan kepada informan untuk memberikan pemahamannya atas pertanyaan peneliti. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa berdasarkan isi pembicaraan inilah akan dapat ditangkap
makna komunikasi
instruksional yang dipahami oleh para informan. Asumsi ini didasari pemikiran bahwa makna yang diberikan seorang individu atas suatu realitas, termasuk satu
10
konsep atau kata, akan tergambarkan dari bagaimana mereka mengapresiasikan makna tersebut dalam hidup sehari-hari. Saat melakukan wawancara dengan semua informan, peneliti sengaja memilih lokasi wawancara yang terpisah dari calon informan lain. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa jika calon informan lain telah mendengar jawaban
rekannya
ataspertanyaan yang peneliti ajukan, kemungkinan besar
jawaban yang akan ia berikan akansama dengan jawaban rekannya yang telah ia dengar sebelumnya. Jarak yang terpisah ini juga memungkinkan bagi mereka untuk memberikan jawaban yang lebih bebas dan terbuka, karena jika rekannya dapat mendengar jawabannya, tidak tertutup kemungkinan informan akan merasa sungkan menjawab apabila ia tidak yakin dengan jawabannya sendiri. Semua wawancara yang dilakukan peneliti dengan menulisjawaban pada pedoman wawancara tapi sebelumnya peneliti minta persetujuan terlebih dahulu dari para informan. Langkah pertama yang penulis lakukan sebelummewawancarai guru yang mengajar di SMA Negeri 2 Gorontalo adalah meminta informasi/datakepada Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo dan Wakil Kepala SMA Negeri 2 Gorontalo Bagian sarana dan prasarana mengenai faktor penunjang hasil belajar Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Dari informasi yang penulis dapatkan dari para informan bahwa jumlah guru penjasorkes di SMA Negeri 2 gorontalo sebanyak 2 orang yang masing guru memiliki tugas di masing-masing tingkatan kelas. Dalam hal ini penulis menetapkan jumlah informan yang akan di wawancarai sebanyak 3
11
orang yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian sarana dan prasarana, guru penjasorkes yang mengajar dikelas observasi. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan, peneliti mendapatkan hasil penelitian bahwa hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo sudah baik bahkan pada semester sebelumnya meningkat. Peneliti mencoba menganalisa berdasarkan data-data yang didapat dari beberapa informan melalui wawancara. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo sudah masuk kategori baik, dapat dilihat dari hasil analisa yang menyatakan bahwa hasil belajar yang baik dapat diperoleh dari hasil aktivitas dalam belajaryaitu kegiatan belajar mengajar (KBM), dan sarana dan prasarana olahraga yang memadai dengan menggunakan tolak ukur melalui proses evaluasi hasil belajar. Berikut penjelasan dari hasil analisa yang telah dilakukan oleh peneliti berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas: 4.3.1 Proses Kegiatan Belajar Mengajar Dalam proses belajar berlangsung guru memberi kebebasan ke siswa untuk berpikir. Ha ini dimaksudkan agar siswa aktif dalam pembelajaran berlangsung. Kondisi seperti ini tentu saja menguntungkan bagi pencapaian hasil belajar dimana guru mengharapkan agar siswa dapat mengerti apa yang disampaikan. Guru selalu berupaya agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan menyenangkan, dan yang paling penting adalah adanya kesamaan makna
12
antara guru dengan siswa. Guru, dalam proses belajar mengajar selalu berusaha menyesuaikan dengan kurikulum yang ada. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh bapak Yance Hilimi, yaitu: “ proses pembelajaran penjas di sma ini di sesuaikan dengan kurikulum dan selalu dikembangkan”. (Wawancara dengan bapak Yance Hilimi, 20 mei 2013) Berdasarakan observasi yang telah dilakukan oleh observer bahwa proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Gorontalo efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa karena jumlah siswa di kelas observasi yang tidak melebihi standar yang di tentukan. Hal ini senada dengan yang di sampaikan oleh bapak yance hilimi, bahwa: “untuk pembelajaran yang efektif tergantung dengan jumlah siswa dan waktu yang ada bisa memenuhi pembelajaran yang efektif” Untuk mengetahui aktivitas guru dalam mengajar dapat dilihat dari tabel pengamatan aktivitas guru dalam mengajar yang dilakukan oleh seorang observer yakni peneliti pada saat kegiatan penelitian dan pada saat melaksanakan PPL 2. Berikut ini tabel aktivitas beguru dalam mengajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan SMA Negeri 2 Gorontalo: Tabel 4.2 aktivitas guru dalam mengajar penjasorkes NO INDIKATOR YANG DIAMATI I. PENDAHULUAN 1. Memeriksa kesiapan siswa 2. Melakukan kegiatan apersepsi 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran II. PEMANASAN
YA
TIDAK
Ya Ya
Tidak -
13
4. 5.
Memberikan pemanasan baik fisik maupun tehnik Memberikan pemanasan dalam bentuk permainan atau game 6. Memberikan stretching III. KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN 7. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran 8. Memberikan contoh sebelum siswa melakukan 9. Memberikan umpan balik termasuk memberikan koreksi pada siswa 10. Memberikan kesempatan atau umpan sesuai dengan titik batas kemampuan siswa (technical breaking point). Memberikan kesempatan dalam bentuk latihan untuk 11. mengidentifikasi apa yang perlu dilakukan pada kegiatan berikutnya 12. Memberikan kesempatan 2 kali, setiap bentuk latihan pada siswa 13. Melakukan rotasi setiap siswa 14. Memberikan kegiatan yang menyenangkan dan aman 15. Memberikan model latihan dari yang mudah ke yang sulit 16. Memberikan model latihan dari yang sederhana ke yang komplek
Ya -
Tidak
Ya
-
Ya
-
Ya Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya Ya Ya
-
Ya
-
17.
Melakukan gerakan yang diajarkan ke siswa Memberikan evaluasi secara keseluruhan tentang materi pembelajaran: 18. Secara perorangan siswa mempraktekan gerakan 19. Guru mencatat dan merekam hasil yang dicapai siswa setelah melakukan gerakan materi yang diajarkan guru IV. PENDINGINAN/ COOLING DOWN 20. Memberikan pendinginan dalam bentuk permainan
Ya
-
Ya -
Tidak
Ya
-
21.
Ya
-
Memberikan review secara umum, menyampaikan inti pembelajaran pada masing-masing siswa, menyampaikan materi berikutnya, memotivasi siswa untuk proses pembelajaran berikutnya.
Dalam tabel penelitian diatas terlihat jelas bahwa guru mengajar sudah sesuai dengan pedoman pembelajaran.Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh bapak kepala sekolah yaitu:
14
“Kegiatan belajar mengajar sudah baik, dimana guru mengajar sesuai dengan pedoman-pedoman pembelajarannya, kemudian siswanya juga terlihat aktif dalam spembelajaran. Namun dalam hal ini kami terus berusaha untuk menjadikan KBM berlangsung dengan lebih baik lagi.” Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa terlihat antusias dalam mengajar. Hal ini dikarenakan termotivasinya siswa untuk belajar penjasorkes yang di ajarkan oleh guru. Untuk memotivasi belajar siswa, guru penjasorkes berusaha memberi contoh yang baik kepada siswanya dengan selalu mendorong siswa untuk memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini senada dengan jawaban wawancara dari bapak yance hilimi, yaitu: “untuk meningkatkan belajar siswa yaitu yang pertama tergantung pada guru itu sendiri, kalau guru memang tegas dan masuk tepat waktu saya kira untuk memotivasi dimulai dari guru karena kalau siswa melihat guru memiliki motivasi yang tinggi otomatis siswa akan termotivasi”. Pernyataan diatas sudah sesuai dengan apa yang telah di amatai oleh observer ketika melakukan observasi tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran pendidikan, jasmani, dan olahraga. Berikut tabel aktivitas siswa dalam pembelajaran penjasorkes: Tabel 4.3 Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Penjasorkes No I. 1 2 3 II. 4
INDIKATOR/ASPEK YANG DIAMATI PENDAHULUAN 5 menit sebelum jam pelajaran siswa sudah hadir di lapangan Siswa baris dilapangan dengan tertib Siswa berdoa dengan seksama PEMANASAN Siswa melakukan pemanasan dengan semangat
YA -
TIDAK Tidak
Ya Ya
-
Ya
-
15
5
Suluruh siswa melakukan pemanasan dalam bentuk pemainan 6 Seluruh siswa melakukan stretching III. KEGIATAN INTI PELAJARAN 7 Siswa mendengarkan guru yang menyampaikan tujuan dalam proses pembelajaran 8 Siswa melakukan proses pembelajaran sesuai dengan instruksi dari guru 9 Siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan gembira dan menyenangkan 10 Masing-masing siswa melakukan proses pembelajaran dengan tidak terpaksa 11 Siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan berkelompok dan dapat menyesuaikan diri 12 Siswa dapat melakukan latihan dalam bentuk pembelajaran 13 Siswa dapat mengevaluasi materi latihan yang diberikan IV. PENDINGINAN/ COOLING DOWN 14 Siswa melakukan penenangan dalam bentuk permainan yang menggembirakan 15 Siswa terlihat termotivasi setelah menerima materi pembelajaran
Ya Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Ya
-
Pada tabel diatas menunjukan bahwa siswa mengikuti pembelajaran penjasorkes dengan serius, bersungguh-sungguh dan tentunya memiliki motivasi belajar. Berikut penjelasan dari aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar: 1) Kegiatan pendahuluan Kegiatan pendahuluan dilakukan guru dengan memberi salam kepada siswa dan menanyakan kepada siswa apakah semuanya sudah hadir di lapangan. Beberapa siswa terlihat sedang bercakap-cakap. Guru penjasorkes berusaha mengkondisikan siswa untuk tenang dan memperhatikan materi pelajaran yang akan disampaikan. Setelah itu guru memanggil ketua kelas untuk memimpin teman-temannya berdoa bersama guna untuk mengawali
16
kegiatan pada saat itu. Selanjutnya guru menyampaikan tema pelajaran pada yang akan diajarkan. Sementara itu siswa dengan serius mendengarkan penyampaian materi. Kemudian guru menanyakan kesiapan belajar siswa seperti alat olahraga yang telah dipesan oleh guru penjasorkes yaitu raket bulu tangkis karena raket yang ada di sekolah sudah tidak layak untuk digunakan. Pada saat itu ada 4 orang siswa yang tidak membawa raket. Guru langsung memperingatkan kepada seluruh siswa di kelas itu bahwa minggu depan seluruhnya membawa raket. Bila tidak siswa harus mentaati kesepakatan yang sudah ada yaitu dikenai hukuman tidak boleh mengikuti pelajaran selanjutnya. 2) Kegiatan inti Guru melaksanakan pembelajaran dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan pokok bahasan materi secara ringkas. Pada saat metode ceramah berlangsung, siswa berusaha bertanya apa yang tidak mereka pahami. b. Guru menggunakan teknik bercerita dengan memberikan penjelasan dan contoh secara praktek. Setelah itu siswa secara aktif mempraktekan apa yang telah guru ajarkan. c. Berupaya mengembangkan materi pembelajaran dengan menjelaskan dan mengkaitkan dengan tema yang di ajarkan. d. Metode tanya jawab juga dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan dan kesempatan bertanya kepada siswa untuk menjawab
17
pertanyaan serta bertanya bila ada materi yang belum jelas. Pada metode inilah siswa secara rebutan untuk bertanya apa yang tidak mereka pahami. e. Memperagakan atau memberi contoh materi yang diajarkan sebelum siswa melakukan gerakan. f. Menginstruksi kepada siswa untuk melakukan gerakan yang telah diajarkan dan lansung memberi arahan yang benar ketika siswa salah dalm melakukan geakan. Kondisi tersebut membuat kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung dengan baik dan terstruktur sesuai pedoman pembelajaran yang ada. Beberapa kali siswa bertanya pada saat guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang apa yang mereka tidak pahami. Guru berusaha menjawab pertanyaan dari siswa dan langsung memberi pengarahan mengenai pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Selain itu guru penjasorkes berusaha mengkondisikan pembelajaran yang menyenangkan. 3) Kegiatan penutup Guru
menjelaskan
ringkasan
dari
materi
pembelajaran.
Guru
mengingatkan agar siswa mempelajari kembali materi tersebut di rumah dan minggu depan seluruh siswa harus membawa raket bulutangkis. Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk melakukan pendinginan. Setelah itu guru mengakhiri pembelajaran penjasorkes dengan mengucapkan salam. Dari uraian di atas, observer dapat menganalisa bahwa kegiatan belajar mengajar di kelas observasi ini sudah termasuk kategori yang baik. Diketahui bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran penjasorkes di kelas X 9 SMA
18
Negeri 2 Gorontalo dinilai baik dengan mengacu pada pedoman-pedoman pembelajaran yang ada. 4.3.2 Sarana dan Prasarana Olahraga Sarana dan prasarana olahraga merupakan alat penunjang terciptanya pembelajaran yang baik. Dimana guru tidak akan mengalami kesulitan ketika mengajar nantiya. Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana olaharaga, di harapkan proses pembelajaran akan berlangsung secara terstruktur sesuai dengan pedoman pembelajaran yang ada. Begitupun sebaliknya ketika tidak terpenuhinya sarana dan prasarana maka di pastikan proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Untuk mengatasi hal itu diperlukan suatu kreatif untuk menciptakan atau mengadakan sarana dan prasarana yang tidak ada dengan memodifikasi atau memanfaatkan alat lain sebagai sarana dan prasarana olahraga. Sarana dan prasarana sebagai sarana untuk meningkatakan hasil belajar siswa. Sebagai sekolah yang selalu memperhatikan tingkat keberhasilan belajar, SMA Negeri 2 Gorontalo berusaha melengkapi penunjang belajar siswanya setiap tahun. Sarana dan prasarana Olahraga SMA Negeri 2 Gorontalo hampir semuanya lengkap, tapi ada beberapa yang memang tidak ada dan harus di modifikasi. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat dikumpulkan datayang telah ditentukan kemudian data tersebut dikelompokkan dan dianalisis seperti terlihat pada lampiran. Adapun diskripsianalisis hasil analisis data sarana dan prasarana secara keseluruhan terlihat dalambentuk tabel sebagai berikut :
19
Tabel 4.4 sarana dan prasarana olahraga SMA Negeri 2 Gorontalo No
Sarana dan prasarana 1. Prasarana 1.1 Luas tempat bermain 2. Peralatan pendidikan 2.1 Peralatan basket 2.2 Peralatan badminton 2.3 Peralatan Voly Ball 2.4 Peralatan sepak bola
Jenis
Keberadaan Ada Tidak
Kondisi Baik Buruk
1
Ada
-
Baik
-
Ada Ada Ada Ada
-
Baik Baik Baik Baik
-
Lapangan Net Bola voly Lapangan Net Lapangan Bola Matras Peti loncat
6 1 2 2 kaleng 1 1 8 2 2 1 8 2 -
-
Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik -
-
Tali loncat
-
Tongkat
-
Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk ada Tdk ada Tdk Ada Ada Ada Ada Ada Ada Tdk ada Tdk ada Ada Ada Ada
Tempat bermain Bola Basket Lapangan Ring Basket Shuttle cock
Jumlah
2.5 Peralatan senam
2.6 Peralatan atletik
2.7 Peralatan Soft Ball
2.8 Peralatan Sepak Takraw
Lembing Cakram Peluru Tongkat estapet Bak loncat Bola
3 2 2 20 1 -
Glove
-
Lapangan Net Bola
1 1 6
-
In door
modifikasi
-
-
-
-
-
Baik Baik Baik Baik
-
-
Baik
-
-
Ket
Baik Baik Baik
-
modifikasi
20
Dari hasil analisis data masing-masing cabang olahraga di SMA Negeri 2 Gorontalo Tahun Ajaran 2012-2013 adalah sebagai berikut: 1. Sarana dan prasara untuk cabang olahraga atletik di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Gorontalo T.A 2012-2013 masuk dalam kategori baik. Untuk materi lari estafet, tongkatnya di modifikasi menyerupai tongkat yang sebenarya. 2. Sarana dan Prasarana untuk cabang olahraga permainan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Gorontalo T.A 2012-2013 masuk dalam kategori baik. 3. Sarana dan prasarana untuk cabang olahraga senam di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Gorontalo T.A 2012-2013 masukdalam kategori baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam masing kelompok sarana dan prasarana kondisinya termasuk kategori yang baik. Namun dalam hal ini observer menemukan ada beberapa sarana dan prasarana olahraga yang di modifikasi yang di karenakan sekolah belum bisa memenuhi sarana dan prasaran tersebut. Berikut sarana dan prasarana yang dimodifikasi: a. Sepak bola Sebelumnya materi sepak bola diajarkan di lapangan yang berada di samping sekolah SMA Negeri 2 Gorontalo. Hal ini dilakukan agar proses pembelajaran tetap berlangsung. Namun hal tersebut memiliki resiko yang sangat besar karena pembelajaran berlangsung di luar sekolah. Ini membutuhkan pemikiran dan suatu kreatifitas dari guru penjasorkes agar hal tersebut bisa teratasi. Untuk itu guru telah memodifikasi sarana dan prasarana dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada di dalam lingkungan sekolah. Meskipun ukuran lapangan tidak sesuai dengan standar lapangan, akan tetapi
21
proses pembelajaran berjalan dengan baik. Tentunya hal ini dimaksudkan agar hasil belajar siswa meningkat. b. Tongkat estafet Pada materi atletik khususnya lari estafet, guru penjasorkes dengan kreatifnya memodifikasi alat tongkat estafet dengan menggunakan potonganpotongan pipa plastik dengan ukuran tongkat yang sesuai dengan tongkat estafet yang sebenarnya. Sementara itu untuk lintasan lari memanfaatkan lingkungan sekolah. Berdasarkan pengamatan yang di lakukan, observer dapat menyimpulkan bahwa SMA negeri 2 Gorontalo didukung oleh keberadaan sarana prasarana yang relatif cukup memadai. Sarana prasarana tersebut dibangun dan terus dikembangkan meskipun masih ada beberapa yang belum ada. Hal ini di sebabkan karena untuk pengadaan sarana dan prasarana harus melibatkan seluruh stekholder, yaitu menggunakan dana dari komite. Seperti yang diungkapkan oleh ibu yolanda bahwa: “Dalam pemenuhan sarana dan prasarana sekolah melibatkan seluruh stekholder. Artinya melibatkan komite, Untuk penganggaran di dapat dari komite, sehingga dilihat ada pesan dari guru olahraga untuk pengadaan sarana dan prasarana maka dilihat dari anggaran-anggaran dan di sesuaikan dengan pemenuhan lapangan standar. Jadi seluruh stekholder terlibat dalam pemenuhan sarana dan prasarana di sekolah ini”.
22
4.3.3 Proses Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Setelah dilakukan wawancara dengan guru penjasorkes kelas X9 diketahui bahwaevaluasi hasil belajar di kelas dilakukan dengan dua macam evaluasi, yaitu; Formatif
dan
Sumatif.Evaluasi formatif dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Evaluasi dilakukan dalam bentuk tes tertulis, tes lisan, praktek, serta pengamatan dan pembinaan sikap/karakter siswa. Seperti yang diungkapkan oleh bapak yance hilimi, beliau mengatakan bahwa: “bukan hanya kemampuan siswa didalam mempelajari praktek dan teori saja yang dinilai tetapi nilai sikap dari anak-anak itu sendiri dinilai”. Dalam tahap evaluasi hasil belajar dalam bentuk tes tertulis merupakan gabungan dari beberapa penilaian yang berupa; tugas harian, penilaian karakter, ulangan harian, ulangan mid semester dan ulangan akhir semester. Nilai praktek diperoleh dari penilaian terhadap tugas mandiri dan tugas kelompok yang dikerjakan oleh siswa. Evaluasi hasil belajar tersebut disesuaikan dengan materi pembelajaran, karakteristik siswa dan alokasi waktu yang ditetapkan.
23
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak yance Hilimi bahwa penilaian dilakukan dengan ketentuan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah di tetapkan yakni standar ketuntasan 75. Berikut pernyataan dari bapak yance, beliau mengungkapkan bahwa: “Kkm yang ada disekolah ini adalah 75 berarti yang dibawah 75 belum tuntas. Kemudian untuk remidial tetap diadakan remidial. Misalanya jika nilai siswa dibawah 75 sebagai guru meremedi anak yang belum mencapai kkm itu”. Guru penjasorkes menggunakan pedoman yaitu rubrik penilaian sebagai alat evaluasi hasil belajar siswa. Dengan rubrik penilaian ini guru mudah mengevaluasi hasil belajar siswanya terutama untuk nilai praktek. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh bapak yance hilimi, bahwa: “Didalam penilaian ada satu pedoman, misalnya untuk praktek ada Rubrik Penilaian”.Rubrik penilaian dapat dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan hasil dokumenter dari hasil belajar siswa (nilai raport) kelas X9SMA Negeri 2 Gorontalo, peneliti melihat nilai hasil belajar pendidikan, jasmani, olahraga dan kesehatan sudah baik, bahkan di kelas yang menjadi sampel ini tidak ditemukan 1 orang siswa yang memilki hasil belajar pada standar 75. Siswa kelas X9 SMA Negeri 2 Gorontalo mencapai nilai melebihi standar KKM 75. Hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan siswa kelas X9 seluruhnya sudah mencapai ketuntasan. Tabel nilai hasil belajar penjasorkes kelas X9dapat dilihat pada lampiran8.
24
4.4 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uaraikan di atas, maka dapat dikemukakan pembahasan sesuai denga rumusan masalah yaitu bagaimana hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Hasil juga bisa diartikan adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat dari faktor-faktor penunjang hasil belajar yang telah di teliti oleh peneliti. Yakni:
25
4.4.1 Proses Kegiatan Belajar Mengajar Dalam proses pembelajaran tercipta suatu hubungan yang unik antara dua variabel manusiawi yaitu guru dan murid, dimana terjadi proses belajar yang dilakukan oleh murid dan proses mengajar yang dilakukan oleh guru. Namun dalam dunia pendidikan guru tidak hanya melakukan proses mengajar saja tapi juga mengalami proses belajar juga. Belajar dalam memahami berbagai karakter para murid yang cukup banyak, sampai dengan belajar menjadi seorang guru yang harus melakukan peranannya dengan sempurna. Dalam proses pembelajaran, keberhasilan dalam pencapaian tujuan akhir dari pendidikan itu sendiri adalah memang ditentukan dari peran aktif sang siswa, namun hal tersebut juga tidak lepas dari peranan guru dalam menciptakan motivasi dan minat dalam diri sang anak sehingga dapat tercipta peran aktif dari siswa itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian mengenai hasil belajar penjasorkes siswa kelas X9di SMA Negeri 2 Gorontalo, maka dapat di lihat bahwa proses pembelajaran dapat menunjang siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Pada proses pembelajaran, guru selalu berupaya agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar dan menyenangkan, dan yang paling penting adalah adanya kesamaan makna antara guru dengan siswa. Dalam proses pembelajaran guru penjasorkes sebagai informator yang memberikan segala informasi yang berhubungan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang kelak akan berguna sebagai bekal dalam kehidupan masingmasing siswa dalam melanjutkan tingkat kehidupan ke jenjang yang lebih tinggi.
26
Selain sebagai penyuplai informasi guru juga guru berperan sebagai organisasi, direktor, inisiator dan fasilitator. Dimana dalam tugasnya sebagai pembimbing, guru juga berperan untuk mengorganisasikan berbagai faktor yang mendukung jalannya proses belajar mengajar dan juga berbagai faktor yang mendukung jalaya prose sbelajar mengajar itu sendiri. Disamping itu guru juga berperan sebagai pencetus berbagai ide, baik itu dalam menyampaikan materi pelajaran maupun dalam kegiatan belajar mengajar yang lainnya, sehingga guru dapat secara mudah mengarahkan para anak didiknya ke arah terciptanya tujuan pembelajaran secara optimal. Satu lagi peran seorang guru yang tidak dapat dihindarkan selama proses belajar mengajar, baik itu selama berada dalam kelas maupun berada di luar kelas, yaitu motivator. Dimana peran guru dalam hal ini adalah bagaimana caranya ideide yang dimilki oleh sang guru yang telah diwujudkan dengan berbagai kegiatan dan fasilitas belajar yang telah diberikan dapat memotivasi para anak didik untuk berubah. Berubah bukan hanya sekedar pengetahuan dan perasaaanya saja, namun juga terjadi perubahan baik dalam sikap dan perilaku para siswa. Sehingga perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dan dianalisis oleh para guru dalam berbagai hasil belajar baik itu secara akademis maupun non akademis. Sehingga dalam hal ini guru berperan sebagai evaluator dimana dalam hasil evaluasi tersebut gutu dapat mengetahui sampai dimana para murid menerima dan memahami baik itu hal yang menyangkut dengan materi pelajran maupun berbagai usaha dalam rangka memotivasi yang telah dilakukan oleh sang guru.
27
Dilihat dari aspek proses pembelajaran penjas, maka hasil penelitian ini juga dapat dikatakan sebagai suatu hasil dari proses pembelajaran. Selama ini, pembelajaran Pendidikan jasmani di sekolah cenderung tradisional dan berpusat pada guru. Proses pembelajaran hampir tidak pernah dilakukan atas inisiatif anak sendiri, akan tetapi anak sering dianggap sebagai “orang dewasa kecil” yang mampu melakukan kegiatan layaknya orang dewasa. Para guru mengajarkan olahraga baku kepada anak yang notabene belum mampu melakukan aktifitas sebagaimana dilakukan oleh orang dewasa. Padahal keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani berawal dari tertanamnya kesenangan siswa terhadap berbagai aktivitas fisik. Oleh karena itu, berbagai pembekalan seperti skill, kebugaran jasmani, sikap, pengetahuan, dan perilaku sehari-hari harus selalu berorientasi pada kesenangan dan keyakinan individu dalam rangka pembentukan gaya hidup aktif yang sehat di masa yang akan datang. Untuk itu sebagai orang yang bertanggung jawab dalam peningkatan hasil belajar siswa, guru penjasorkes di SMA Negeri 2 Gorontalo sudah meninggalkan cara mengajar yang sebelumnya di gunakan. Guru penjasorkes sudah memberi kebebasan kepada siswanya untuk mengeksplorasikan kemampuan mereka dalam pembelajaran penjasorkes. Hal ini tentunya dapat membantu siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Pernyataan diatas sudah sejalan dengan hasil penelitan yang dilakukan oleh peneliti tentang proses pembejaran di SMA Negeri 2 Gorontalo khususnya kelas yang menjadi sampel dalam penelitian yaitu kelas X9 bahwa hasil belajar siswa sudah baik dengan capaian hasil yang melebihi KKM yang di tentukan. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran penjasorkes berjalan dengan baik dan
28
menyenangkan, dimana proses pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru saja akan tetapi dari siswa itu sendiri. Hasil belajar penjasorkes juga diberikan kontribusi oleh motivasi berprestasi. Motivasi siswa baik motivasi dari dalam siswa sendiri, motivasi dari luar siswa dan adanya harapan/efektasi. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mempresepsikan bahwa keberhasilan adalah merupakan akibat dari kemauan dan usaha. Dengan demikian motivasi belajar yang tinggi akan meningkatkan hasil belajar penjasorkes yang tinggi pula. Kegiatan belajar mengajar adalah bagian terpenting dalam suatu proses pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik, dimana ada keaktifan guru penjasorkes sebagai pengajar, pendidik dan pelatih dan juga ada keaktifan siswa sebagai murid. Kegiatan belajar mengajar di kelas X9 SMA Negeri 2 Gorontalo pada umumnya sudah baik, namun beberapa diantaranya butuh perhatian lebih dari guru. Kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari tiga langkah kegiatan, yaitu:pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, sudah dilakukan sesuai denganalokasi waktu yang direncanakan. Kegiatan pendahuluan yang bertujuan untukmenciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa memfokuskandirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik sudah dilakukanoleh guru, meskipun alokasi waktu yang digunakan bisa melebihi dari yangditentukan. Adakalanya siswa mengalami situasi yang tidak kondusif, sepertiberseteru dengan sesama siswa, sehingga perlu didamaikan oleh guru denganmemberikan nasehat dan
29
contoh-contoh yang baik secara Islami, dan hal inimemakan waktu yang dapat mengurangi alokasi untuk kegiatan inti pembelajaran.Oleh karena sifat dari kegiatan pendahuluan adalah pemanasan, maka pada tahapini guru Penjas melakukan penggalian terhadap pengalaman belajar siswa tentangmateri yang akan disampaikan. Selanjutnya guru juga menjelaskan cakupanmateri yang akan disampaikan. Pada saat kegiatan inti pembelajaran, guru penjasorkes tidak terlalu banyak menggunakanwaktu untuk menjelaskan materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa.Alokasi waktu yang digunakan hanya berkisar 60 menit dan guru hanyamenyampaikan materi secara garis besar. Selanjutnya dilakukan praktek langsungdengan guru sebagai pusat percontohan dari materi yang diajarkan dan tidak juga terlepas dari keaktifan siswa yang beberapa menjadi contoh ketemantemanyauntuk melakukan gerakan pada praktek yang diajarkan. Alokasi waktu yang banyak digunakan di kegiatan inti adalah Kegiatan praktek yang dilakukan oleh siswa. Saat kegiatan praktek, siswa juga melakukan tanya jawab dan berdiskusi, baik dengan guru maupun sesama siswa. Dalam hal ini, terlihat bahwa peranan guru adalah sebagai fasilitator dan mengupayakan agar pembelajaran Penjasorkes tersebut dapat berlangsung secara student centered. Guru tidak mendominasi kegiatan inti pembelajaran dengan menyampaikan materi pelajaran sebanyak-banyaknya melalui metode ceramah yang dapat menyebabkan siswa menjadi bosan dan bersikap pasif, tetapi lebih memfasilitasi siswa agar lebih banyak berperan dalam pembelajaran. Guru lebih banyak melibatkan siswa dalam mencari informasi dan bahan ajar dari aneka sumber, misalnya dari buku-buku
30
perpustakaan, narasumber di sekitar sekolah, ataupun alam sekitarnya. Guru juga memfasilitasi terjadinya interaksi antar siswa serta interaksi siswa dan guru, misalnya dengan meminta kepada salah seorang siswa untuk menjelaskan materi kepada siswa lainnya yang belum memahami. Terkait dengan hal tersebut, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang lebih menonjolkan interaksi dan keterlibatan siswa. Peranan guru penjas dalam kegiatan belajar mengajar pada kegiatan inti pembelajaran terlihat dengan memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas. serta memfasilitasi siswa untuk membuatlaporan atau resume yang dilakukan secara individu ataupun kelompok. Pada kegiatan penutup, guru penjas biasanya mengakhiri kegiatan dengan pendinganan agar otot-otot siswa yang sudah keras dapat dilemaskan kembali. Setelah itu guru menyampaikan ringkasan atau rangkuman materi yang telah disampaikan. Adakalanya guru juga menyampaikan tugas terstruktur kepada siswa ataupun tugas yang belum selesai untuk dapat dikerjakan di rumah. Beberapa hal yang selalu disampaikan oleh guru pada kegiatan penutup adalah: melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan, memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kegiatan balajar mengajar di kelas X9 berjalan dengan baik dan terstruktur. Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari keaktifan guru dan siswa itu sendiri. Kondisi ini dapat menguntungkan pada hasil belajar siswa tentang pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
31
4.4.2 Sarana dan Prasana Sarana dan prasarana mempunyai kontribusi signifikan terhadap hasil belajar Penjas, dengan adanya sarana pendidikan yang meliputi peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar mata pelajaran penjasorkes, seperti lapangan olahraga dan alat-alat olahraga yang baik dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar penjasorkes. Sumbangan efektif fasilitas belajar lebih besar dari motivasi belajar, dengan demikian
guru
memperhatikan
fasilitas
belajar
ketika
melaksanakan
pembelajaran, misalnya alat peraga, alat praktik, dan sebagainya yang dibutuhkan untuk meningkatkan hasil belajar penjasorkes padasiswa SMA Negeri Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian bahwa hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di kelas X9 SMA Negeri 2 Gorontalo dapat meningkat karena di fasilitasi oleh sarana dan prasaran olahraga yang memadai. 4.4.3 Evaluasi Hasil Belajar Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang guru
32
maupun peserta didik untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan tersebut. Hal ini hanya dapat diketahui jika guru melakukan evaluasi, baik evaluasi terhadap proses maupun produk pembelajaran. Evaluasi memiliki arti lebih luas daripada penilaian. Dengan kata lain di dalam evaluasi tercakup di dalamnya penilaian. Siapapun yang melakukan tugas mengajar, perlu mengetahui akibat dari pekerjaannya. Pendidik harus mengetahui sejauhmana peserta didik telah menyerap dan menguasai materi yang telah diajarkan. Sebaliknya, peserta didik juga membutuhkan informasi tentang hasil pekerjaannya. Hal ini hanya dapat diketahui jika seorang pendidik (guru) melakukan evaluasi. Sebelum melakukan evaluasi, maka guru harus melakukan penilaian yang didahului dengan pengukuran. Pengukuran hasil belajar adalah cara pengumpulan informasi yang hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut skor. Penilaian hasil belajar adalah cara menginterpretasikan skor yang diperoleh dari pengukuran dengan mengubahnya menjadi nilai dengan prosedur tertentu dan menggunakannya untuk mengambil keputusan. Sebenarnya penilaian hasil belajar sudah mencakup pengukuran hasil belajar, sehingga instrumen/ alat pengukuran sering disebut sebagai instrumen/alat penilaian. Ada sebagian ahli pendidikan menyamakan arti evaluasi dengan penilaian, tetapi sesungguhnya evaluasi memiliki arti yang lebih luas, yaitu penggunaan hasil penilaian untuk mengambil keputusan, seperti untuk menentukan kelulusan, penempatan, penjurusan, dan perbaikan program. Evaluasi hasil belajar merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
33
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Jadi, evaluasi mencakup penilaian sekaligus pengukuran, namun alat evaluasi sering disebut juga alat penilaian. Berdasarkan data dari hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di kelas X9SMA Negeri 2 Gorontalo sudah sesuai dengan pedoman yang ada dengan capaian nilai yang sudah melebihi standar KKM yang telah di tentukan, yaitu 75. Dapat di lihat bahwa tidak ada 1 orang siswa yang memiliki nilai standar 75, semua siswa kelas X9 SMA Negeri 2 Gorontalo mencapai nilai yang melebihi standar 75. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan evaluasi hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di SMA Negeri 2 Gorontalo berdasarkan kurikulum sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan aspek-aspek yang terkandung didalam proses evaluasi. Ini berarti bahwa hasil belajar pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sudah baik dan meningkat sesuai dengan apa yang diharapkan.