84
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Gambaran umum tempat penelitian berisi deskripsi mengenai lokasi penelitian berlangusng. Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan mengenai sejarah, visi dan misi, tujuan, logo dan semua hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
4.1.1. Sejarah Universitas Mercu Buana Pengusaha H. Probosutedjo yang mempunyai pengalaman sebagai guru di Perguruan Taman Siswa, Pematang Siantar, Sumatera Utara, pada tanggal 10 November 1981 mendirikan Akademi Wiraswasta Dewantara (AWD), dan peresmiannya dilakukan oleh almarhum Bapak H. Adam Malik, Wakil Presiden Republik Indonesia saat itu. Dewantara diambil dari nama tokoh Pendidikan Nasional, yaitu Ki Hajar Dewantara. Misi pendidikan akademi ini antara lain adalah mengembangkan model pendidikan untuk melahirkan pengusaha Pancasilais, dan kader-kader pembangunan yang mandiri serta mampu menciptakan kesempatan kerja. Sebelum memiliki kampus sendiri, penyelenggaraan perkuliahan dilaksanakan di Gedung Yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) Jl. Gatot Soebroto. Tahun 1984
84
85
Yayasan Menara Bhakti berhasil membangun sebuah kampus yang diberi nama Kampus Menara Bhakti. Pada
tahun
1985,
berbekal
kemampuan
dan
pengalaman
dalam
menyelenggarakan pendidikan Akademi Wiraswasta Dewantara, timbul gagasan mendirikan lembaga pendidikan tingkat universitas. Dengan Surat Keputusan Ketua Yayasan Menara Bhakti Nomor: 04/SKEP/KET/VI/1985 tanggal 12 Juni 1985, dibentuk Panitia Pendirian Universitas, dengan Ketua Dr. Sri-Edi Swasono dan dibantu oleh H. Abdul Madjid, Drs. Iman Santosa Sukardi (almarhum), Drs. M. Enoch Markum, Ir. Suharyadi, M.S, Soekarno dan Prijo S. Parwoto (almarhum). Setelah melalui persiapan pendirian dan studi kelayakan, dengan Nomor: 010/KET/YMB/VI/85 tanggal 12 Juni 1985, Yayasan mengajukan permohonan izin mendirikan Universitas Mercu Buana (UMB) kepada Kopertis Wilayah III. Berdasarkan surat Nomor: 15/KOP.III/S.VI/85 yang ditandatangani oleh Prof. Dr. Boesjra Zahir (almarhum), pada tanggal 18 Juni 1985, Kopertis Wilayah III menyetujui dan memberikan izin operasional kepada Universitas Mercu Buana. Pada tanggal 22 Oktober 1985 Universitas Mercu Buana secara resmi dinyatakan berdiri, dengan Fakultas dan Jurusan sebagai berikut: 1. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Arsitektur dan Jurusan Teknik Sipil. 2. Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Agrobisnis) dan Jurusan Budidaya Pertanian (Agronomi). 3. Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen dan Jurusan Akuntansi.
86
Jumlah mahasiswa pada tahun pertama tersebut sebanyak 118 orang. Satu tahun kemudian, berdasarkan hasil eveluasi Kopertis Wilayah III, keenam jurusan yang ada memperoleh status "Terdaftar" dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Surat Keputusan Nomor: 0507/1986. Dalam rangka memenuhi tuntutan perkambangan pendidikan di masyarakat, dengan izin operasional dari Kopertis Wilayah III Nomor: 12/Kop.III/S.VI/86 tanggal 5 Juni 1986, pada tahun akademik 1986/1987 Fakultas Teknik membuka Jurusan Teknik Mesin dan Fakultas Pertanian membuka Jurusan Mekanisasi Pertanian. Selanjutnya pada tahun akademik 1987/1988, Fakultas Teknik membuka Jurusan Teknik Elektro. Memasuki tahun akademik 1988/1989 terjadi perkembangan baru di Universitas Mercu Buana. Berdasarkan usulan Ketua Yayasan Menara Bhakti dengan persetujuan Kopertis Wilayah III, Akademi Wiraswasta Dewantara dinyatakan bergabung ke dalam Universitas Mercu Buana. Pendidikan akademi tersebut menjadi Program D3 Manajemen Perusahaan di bawah Fakultas Ekonomi dengan status "Terdaftar". Tahun 1989, Jurusan Teknik Mesin memperoleh status "Terdaftar", berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0382/06/1989 tanggal 21 Juni 1989, demikian juga untuk Jurusan Mekanisasi Pertanian, tanggal 6 Agustus 1990 memperoleh status "Terdaftar", dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0495/08/1990. Upaya-upaya penting dan strategis guna meningkatkan kualitas akademik terus dilakukan. Secara bertahap, sejalan dengan upaya itu Universitas Mercu Buana melengkapi berbagai sarana dan fasilitas pendidikannya. Berkat kerja keras dan
87
dedikasi yang sungguh-sungguh tersebut, menjelang Dies Natalis VI, pada tanggal 30 Mei 1991, berdasarkan Surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0286/05/1991, Universitas Mercu Buana memperoleh status “Diakui”, untuk: 1. Fakultas Teknik; Jurusan Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Sipil dan Jurusan Teknik Mesin. 2. Fakultas Pertanian; Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Agrobisnis), Jurusan Budidaya Pertanian (Agronomi) dan Jurusan Mekanisasi Pertanian. 3. Fakultas Ekonomi; untuk Jurusan Manajemen, Jurusan Akuntansi dan Program D3 Manajemen Perusahaan. Sementara itu, Jurusan Teknik Elektro juga sudah memperoleh status “Terdaftar” berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0132/03/1991 tanggal 21 Maret 1991. Keberhasilan yang dicapai dalam pengembangan penyelenggaraan pendidikan semakin mendorong semangat segenap civitas akademika untuk terus mengupayakan penyempurnaan pada setiap bidang kegiatan dengan melakukan koreksi, introspeksi dan mencari umpan balik guna lebih mengokohkan sistem penyelenggaraan pendidikan. Akhirnya, berkat kesungguhan tersebut serta bimbingan Kopertis Wilayah III, maka pada 28 April 1992 dengan Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Tinggi Nomor: 163/DIKTI/Kep/1992 seluruh jurusan di Universitas Mercu Buana memperoleh status “Disamakan”. Dalam mengantisipasi Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 0686/U/1991 yang mensyaratkan di setiap universitas minimal terdiri dari
88
tiga fakultas eksakta dan dua fakultas sosial, maka melalui berbagai persiapan yang didahului dengan studi kelayakan, Universitas Mercu Buana mengembangkan fakultas dan jurusan baru. Pada tahun akademik 1994/1995, Universitas Mercu Buana telah mempunyai lima fakultas dengan tiga belas jurusan. Tahun 2000/2001 telah dibuka Jurusan Teknik Industri dibawah Fakultas Teknologi Industri berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 290/DIKTI/Kep/2000 dengan status “Terdaftar”. Saat ini Universitas Mercu Buana terdiri atas enam fakultas dengan dua puluh satu program studi dan atau konsentrasi, dengan rincian sebagai berikut: 1. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan; program studi Teknik Sipil, Teknik Arsitektur, Design Grafis dan Multimedia, serta Design Interior (D3). 2. Fakultas Ilmu Komputer; program studi Teknik Informatika dan Sistem Informasi. 3. Fakultas Teknik; program studi Teknik Mesin, Teknik Elektronika dan Teknik Industri. 4. Fakultas Ekonomi; program studi Manajemen Perusahaan, Akuntansi, Manajemen (D3) dan Akuntansi (D3). 5. Fakultas Ilmu Komunikasi; program studi Broadcasting, Public Relations, Marketing Communication and Advertising, dan Visual Communication. 6. Fakultas Psikologi; program studi Psikologi Industri dan Organisasi, serta Psikologi Perkembangan.
89
4.1.2. Lambang Universitas Mercu Buana
4.1.2.1. Dasar Pemikiran Filosofi logo mengacu pada tekad dan komitmen para pendiri dan penerus Mercu Buana untuk memberikan dan menjadi yang terbaik.
4.1.2.2. Filosofi Nama Penamaan Mercu Buana didasari oleh tekad dan komitmen para pendiri Universitas Mercu Buana untuk memberikan yang terbaik demi meningkatkan mutu pendidikan dan kecerdasan Bangsa Indonesia. Penamaan Mercu Buana berasal dari kata mercu yang berarti “menara” dan buana yang berarti “bumi”. Menara melambangkan kekokohan dan pedoman, sedangkan buana melambangkan masyarakat. Secara simbolis, penamaan Mercu
90
Buana melambangkan tekad untuk menjadi perguruan tinggi panutan yang membawa manfaat bagi bangsa Indonesia di dalam mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
4.1.2.3. Filosofi Visual Visual logo Mercu Buana disarikan dari nyala api yang terbagi menjadi tiga bagian. Ketiga bagian ini melambangkan Tridarma perguruan tinggi. Darma pendidikan dilambangkan dengan nyala api di tengah yang paling tinggi. Penunjangnya adalah dua nyala api yang mengapitnya yang melambangkan darma penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Ketinggian api yang berbeda melambangkan visi yang dinamis, di samping arah tujuan yang jelas. Bentuk dasar logo Universitas Mercu Buana yang oval melambangkan ketajaman pemikiran Universitas Mercu Buana.
Nyala api, menyiratkan tekad dan komitmen para pendiri dan penerus untuk memberikan dan menjadikan civitas akademika Universitas Mercu Buana sebagai pemberi manfaat bagi lingkungan.
Api biru yang tenang, menyiratkan tekad untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas dan beretika.
91
4.1.2.4. Filosofi Warna Warna yang digunakan adalah biru tua, biru muda dan hijau, dengan makna :
Warna biru tua, melambangkan kematangan dan pelayanan.
Warna biru muda, mencerminkan kecemerlangan, kualitas, dan masa depan.
Warna hijau, melambangkan kebijaksanaan dan kemakmuran.
4.1.3. Visi dan Misi Universitas Mercu Buana Sebagai salah satu lembaga pendidikan di Indonesia, Universitas Mercu Buana berjalan dengan visi, misi dan tujuan yang terarah dan telah terbentuk dari sejak Universitas Mercu Buana dibangun.
4.1.3.1. Visi Universitas Mercu Buana Menjadi lembaga pendidikan tinggi yang unggul dan bermutu dalam proses penyelenggaraan Tridarma Perguruan Tinggi untuk menghasilkan tenaga profesional berjiwa wirausaha yang mampu menguasai teknologi informasi, mampu berbahasa Inggris dan beretika.
92
4.1.3.2. Misi Universitas Mercu Buana 1. Menyelenggarakan Tridarma untuk menghasilkan tenaga professional. 2. Menumbuhkan jiwa wirausaha dan sikap mental serta perilaku etika.
4.1.3.3. Tujuan Universitas Mercu Buana 1. Menghasilkan lulusan yang profesional di bidangnya. 2. Terciptanya kehidupan masyarakat akademik yang dinamis bertanggung jawab. 3. Terciptanya manajemen pendidikan yang berorientasi pada mutu serta mampu bersaing secara nasional. 4. Menghasilkan penelitian yang tepat guna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 5. Terselenggaranya program pengabdian pada masyarakat yang tepat sasaran sebagai bentuk implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi. 6. Tersedianya fasilitas prasarana dan sarana pendidikan yang berkualitas. 7. Kegiatan co-kurikuler dan ekstrakurikuler yang dititik beratkan pada pembinaan sikap mental, jati diri, iman dan taqwa. 8. Terjalinnya kerjasama atau kemitraan dalam berbagai bidang, baik dengan lembaga
pemerintah
maupun
swasta,
di
tingkat
nasional
maupun
internasional. 9. Terciptanya sistem pelayanan dan bidang kerja yang berorientasi pada kepuasan stakeholder.
93
4.1.4. Public Relations Universitas Mercu Buana Mengacu pada Memorandum Rektor Universitas Mercu Buana, maka dibutuhkan peran Humas yang signifikan mendukung pencapaian tujuan organisasi Universitas Mercu Buana pada umumnya dan Direktorat Marketing pada khususnya. Beberapa hal yang perlu dikaji dalam memorandum tersebut meliputi59: 1. Peningkatan peran Humas, perawatan dan update informasi di web Universitas Mercu Buana dan media lain 2. Melakukan komunikasi dengan orang tua (ucapan selamat kepada orang tua untuk mahasiswa berprestasi dan mendapat beasiswa) 3. Membina hubungan baik untuk internal dan eksternal 4. Memperbanyak peliputan dan penyebaran informasi setiap kegiatan di kampus Goodwill dan komitmen tidak saja dari Biro Humas & Customer Care dan tim, namun lebih dari itu yakni Top Management Universitas Mercu Buana. Jika melihat struktur Humas & Customer Care Universitas Mercu Buana lebih mengedepankan pada Marketing Public Relations Tools yang sepenuhnya mendukung kepada fungsi marketing, namun sebenarnya tidak terlibat dalam aktivitas penjualan. Pada dasarnya yang dilakukan oleh Humas & Customer Care lebih kepada edukasi, sosialisasi, dan penumbuhan kesadaran (awareness)
59
Rapat Kerja Direktorat Marketing, Rancangan dan Program Biro Humas dan Customer Care Tahun Akademik 2008/2009, hal 1
94
stakeholder khususnya konsumen, media, dan masyarakat pada umumnya. Dari aktivitas tersebut akan berpengaruh secara signifikan untuk membentuk persepsi positif konsumen, calon konsumen, media massa, bahkan stakeholder yang relevan lainnya.60
4.1.4.1. Peran dan Fungsi Public Relations Universitas Mercu Buana
Program-program yang ada di Biro Humas & Customer Care dalam mendukung tugas Direktorat Pemasaran serta meningkatkan peran dan fungsi Biro Humas & Customer Care61, yaitu:
1. Consumer Relations, meliputi: a. Kampanye Customer Care (pembuatan pin, poster, stiker, portofolio, billboard, spanduk printing) b. Direct mail ke orang tua mahasiswa berprestasi c. Direct mail ke perusahaan tempat magang atau Praktek Kerja Lapangan (PKL) masing-masing program studi 2. Media Relations dan Publicity, meliputi: a. Press conference b. Media visit
60 61
Ibid, hal 3 Ibid, hal 3-6
95
c. Media monitoring d. Corporate advertorial e. Publicity semua event program studi, pasca, kemahasiswaan, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Program Kelas Karyawan (PKK), dan marketing 3. Community Relations, meliputi: a. Komunitas baca untuk anak-anak tidak mampu di sekitar Universitas Mercu Buana (Komunitas Baca Mercu Buana) b. Charity Event untuk panti asuhan di sekitar Universitas Mercu Buana dalam rangka bulan puasa dan Idul Fitri 4. Stakeholder Relations, meliputi: a. Pertemuan dengan lembaga eksternal 5. Pengelolaan Event dan Protokoler, meliputi: a. Mendukung event dan protokoler fakultas atau program studi, pasca, kemahasiswaan atau Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), marketing, dan Program Kelas Karyawan (PKK) b. UMB Fair c. Public Relations Educational Forum 6. Publikasi, Sosialisasi, dan Dokumentasi, meliputi: a. Pengelolaan isi website (berita, foto, video streaming, release berita Universitas Mercu Buana di media massa) b. Penerbitan in house magazine
96
c. Penerbitan newsletter d. Penerbitan Mergazine e. Penerbitan company profile cetak Universitas Mercu Buana f. Pembuatan Public Relations Kit / souvenir (pin, kaos, goodie bag, scraft, dasi, souvenir wayang, souvenir gambar Universitas Mercu Buana, mug) g. Pembuatan company profile audio visual untuk SMU h. Pembuatan mading Humas dan Customer Care i. Sosialisasi tentang Universitas Mercu Buana dan form pengaduan di Dunia Kampus, rapat internal dosen reguler dan PKK j. Pembuatan video streaming website
4.2. Hasil Penelitian Hasil penelitian merupakan data-data temuan peneliti di lapangan selama proses penelitian dilakukan. Data-data yang terkumpul ini dapat berupa data primer, yaitu hasil wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti dengan narasumber kunci dan hasil observasi peneliti dengan terjun langsung untuk melakukan pengamatan di lapangan untuk melihat fakta yang terjadi. Selain itu, peneliti juga menggunakan data sekunder, meliputi studi kepustakaan, hasil riset pra-kampanye yang dilakukan oleh Biro Humas & Customer
97
Care terkait dengan Kampanye Kampus Bebas Rokok, dokumentasi design media kampanye, dan lainnya.
4.2.1. Analisis Masalah Sebuah kampanye yang dilakukan oleh public relations, seperti Kampanye Kampus Bebas Rokok yang dilakukan oleh Universitas Mercu Buana, membutuhkan analisis masalah. Analisis masalah menjadi langkah awal yang penting untuk dilakukan jika kita ingin kampanye yang dilakukan menjadi sukses. Banyak pihak yang tidak melakukan analisis masalah terlebih dahulu sebelum melakukan kampanye. Tidak adanya waktu yang cukup serta membuang biaya dan tenaga menjadi alasan yang seringkali didengar ketika analisis masalah mulai diperdebatkan untuk dilakukan sebelum kampanye. Analisis masalah berguna untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan timbulnya suatu permasalahan, faktorfaktor yang mempengaruhinya, bagaimana pandangan, keinginan dan kebutuhan pihak-pihak terkait akan permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM, selaku Rektor Universitas Mercu Buana, yaitu: “Oh iya, jelas. Jadi seperti yang saya sampaikan tadi, dulu pernah ada penelitian awal dari Humas. Memang kecenderungannya semakin hari semakin banyak generasi muda yang merokok. Ini juga akibat dari promosi. Kalau kita lihat music itu dimana-mana sponsornya selalu rokok. Jadi konotasinya kemudian, rokok itu selalu identik dengan kejantanan. Anak muda yang sudah dihidupkan isu kejantanan, hatinya
98
akan tergerak. Kalau tidak merokok itu banci. Jadi anak-anak, termasuk juga di UMB sendiri… Jadi yaa dari hasil analisa awal itu, bukan hanya mahasiswa, mahasiswi pun juga kita lihat sudah banyak yang mulai merokok juga. Kalau bicara hak, semua orang juga punya hak. Juga jangan sampai hak itu merugikan orang yang tidak merokok, sebagai passive somker. Kan kasihan. Ini akan kita analisa terus-menerus supaya tadi itu… agar perilaku merokok itu semakin hari semakin berkurang, dialihkan menjadi perilaku yang lebih positif, memiliki nilai tambah terhadap keberadaan mereka sebagai mahasiswa UMB. Yaa contohnya tadi itu, olahraga atau memberli buku, kegiatan-kegiatan yang orang memang tidak boros tapi lebih bersifat ilmu pengetahuan, yang membuat dirinya menjadi memiliki nilai tambah.”62
Tim Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana sendiri telah melakukan analisis masalah sebelum melakukan perencanaan kampanye itu sendiri. Dari analisis masalah tersebut, dapat terlihat, apa saja penyebab, keinginan dan kebutuhan stakeholder Universitas Mercu Buana akan kampus bebas rokok. Dari wawancara yang dilakukan dengan Bapak Rektor tersebut, diketahui bahwa promosi gencar-gencaran yang dikaitkan dengan isu kejantanan menjadi penyebab utama mahasiswa untuk merokok. Hal ini diperparah dengan semakin meningkatnya jumlah mahasiswi yang mulai ikut merokok. Hal senada juga diungkapkan oleh pelaksana teknis Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana, yaitu Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, yaitu: “Kalau tahapan itu sebenarnya kita melakukan riset dulu, mengidentifikasi bagaimana karakter mahasiswa dan karyawan yang merokok maupun yang tidak merokok. Mahasiswa dan karyawan yang merokok itu sebenarnya setuju dengan itu dan mereka juga setuju dengan
62
Wawancara yang dilakukan dengan Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., Rektor Universitas Mercu Buana, Jumat, 26 November 2010, pukul 10.00 WIB.
99
adanya pembatasan wilayah merokok sehingga ada tempat-tempat yang khusus merokok.”63
Secara lebih jelasnya, riset yang dilakukan oleh Tim Humas menunjukkan bahwa stakeholder Universitas Mercu Buana yang merokok itu menyetujui adanya pembatasan wilayah merokok sehingga terdapat beberapa tempat khusus merokok. Berdasarkan hasil riset pra kampanye yang dilakukan oleh Biro Humas & Customer Care (terlampir), untuk kelompok perokok, hasilnya menunjukkan bahwa kelompok perokok umumnya tidak setuju area bebas rokok dan jika tidak ada zona merokok, namun setuju sanksi diberikan jika ketahuan merokok di area bukan zona merokok. Selain itu, ketidakpedulian terhadap lingkungan saat merokok cukup tinggi, sehingga perlu perlakuan khusus terhadap mereka yang cuek terhadap lingkungannya. Untuk kelompok bukan perokok, umumnya mereka setuju area bebas rokok dan ada zona merokok, namun mereka tidak setuju jika tidak ada zona merokok. Selain itu, tingkat kepedulian terhadap lingkungan tergolong tinggi.
4.2.2. Penyusunan Tujuan Penyusunan tujuan menjadi langkah berikutnya setelah analisis masalah selesai dilaksanakan. Tujuan menjadi pegangan bagi tim kampanye untuk bergerak
63
Wawancara yang dilakukan dengan Irmulan Sati, SH., M.Si., Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Minggu, 10 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB.
100
menuju hasil yang diinginkan setelah kampanye dilancarkan. Tujuan dapat juga diibaratkan dengan kemudi yang akan mengarahkan dan membawa kita pada hasil akhir yang diinginkan. Tidak adanya tujuan dalam sebuah kampanye akan membuat kampanye menjadi tidak jelas, tidak terarah dan tidak fokus karena kita tidak pernah tahu apa hasil akhir yang ingin dicapai. Akibatnya, kampanye tersebut hanya akan membuang biaya, waktu dan tenaga. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, yaitu: “Tujuannya sebenarnya meningkatkan awareness civitas akademika tentang kesehatan diri dan kesehatan lingkungan. Kemudian yang kedua, menumbuhkan awareness civitas akademika tentang UMB Bebas Rokok itu benefitnya itu lebih besar daripada bukan UMB Bebas Rokok.”64
Secara teknis, tujuan Kampanye Kampus Bebas Rokok ini adalah untuk menumbuhkan awareness stakeholder Universitas Mercu Buana akan bahaya merokok. Hal ini diharapakan akan membuat stakeholder merasa tidak perlu untuk merokok. Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Drs. A. Rahman. MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, yaitu:
64
Wawancara yang dilakukan dengan Irmulan Sati, SH., M.Si., Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Minggu, 10 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB.
101
“Tujuan dari kampanye kita supaya orang semua tahu. Jadi semua punya pengetahuan, punya pemahaman bahwa merokok itu merusak kesehatan. Bahwa merokok itu dilarang oleh aturan, bahwa merokok itu mengganggu yang tidak merokok. Nah, yang terakhir, tujuannya kita nya bersih. Kita ingin menjadi kampus yang bersih dari rokok.”65
Sebuah pernyataan tambahan dari Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana bahwa diharapkan setiap orang tua yang menyekolahkan anaknya di Universitas Mercu Buana dapat melihat bahwa Universitas Mercu Buana memiliki komitmen tinggi terhadap kesehatan dan lingkungan para stakeholdernya. Ini dapat menumbuhkan citra positif di mata para orang tua, sebagai salah satu stakeholder. Berikut wawancara yang dilakukan: “Yaa tujuannya tentu pertama, kita memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa perilaku merokok itu juga sebaiknya semakin lama ditinggalkan. Mungkin tidak ada lagi orang yang merokok, tapi itu kan hal idealnya. Sulit dilakukan. Apalagi kita Indonesia kan banyak industri rokok, banyak petani yang hidupnya bergantung dari sector tembakau. Kita juga harus lebih berhati-hati. Yang kedua, dengan kampanye rokok ini, kita harapkan orang tua mahasiswa yang ingin menyekolahkan anaknya ke UMB itu juga merasa UMB ini punya komitmen yang tinggi terhadap kesehatan dan lingkungan. Saya kira orang tua mana yang tidak mau menyekolahkan anaknya di tempat yang ounya komitmen tinggi terhadap kesehatan dan lingkungan. Saya juga berpikir dua kali kalau begitu masuk, wah, ini kampus jorok, tempat sarang perokok dan lain-lain. Itu juga menjadi unsur untuk pemasaran juga yaa… sebuah image.”66 65
Wawancara yang dilakukan dengan Drs. A. Rahman, MM., Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Rabu, 24 November 2010, pukul 10.00 WIB. 66 Wawancara yang dilakukan dengan Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., Rektor Universitas Mercu Buana, Jumat, 26 November 2010, pukul 10.00 WIB.
102
Proses penyusunan tujuan juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan penyusunan tujuan sebaiknya dilakukan secara bersama-sama oleh tim kampanye. Masing-masing bagian dapat memberikan ide, saran ataupun masukan yang penting dan berguna dalam menentukan tujuan kampanye. Penyusunan tujuan kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana juga dilakukan secara bersama-sama oleh tim kampanye. Hal ini dinyatakan secara eksplisit oleh Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, yaitu: “Iya, tim semua. Bersama-sama. (Itu tidak ada campur tangan pihak luar?) Luar gak ada. Kalau luar kan rujukan aja. Rujukannya pada Perda. Rujukannya pada himbauan pemerintah. Rujukannya pada YLKI gitu. Itu aja.”67 Hal senada juga disebutkan oleh Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana yang ikut terlibat dalam proses penyusunan tujun tersebut. Berikut wawancaranya:
“Kampanye kampus bebas rokok itu kan sebenarnya team lead nya kan berdasarkan dari keputusan manajemen kan yaa. Keputusan manajemen itulah yang menetapkan kampanye kampus bebas rokok. Nah, dari tim itu yang mendiskusikan, mengoperasionalkan, termasuk tujuannya, teknisnya, sarana, anggaran, dan lain sebagainya.”68
67
Wawancara yang dilakukan dengan Drs. A. Rahman, MM., Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Rabu, 24 November 2010, pukul 10.00 WIB. 68 Wawancara yang dilakukan dengan Irmulan Sati, SH., M.Si., Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Minggu, 10 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB.
103
Secara lebih jelasnya, penyusunan tujuan tersebut dilakukan dalam sebuah rapat koordinasi dengan seluruh bagian terkait yang juga ikut serta dalam tim kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana, meskipun dalam penyampaiannya, setiap bagian tersebut mempunyai pendekatan yang berbeda-beda. Meskipun begitu, perbedaan pendekatan tersebut justru akan saling melengkapi kelebihan dan kekurangan tujuan yang akan ditetapkan nantinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana, yaitu: “Yaa, kita semua berangkat dari pemikiran bersama. Jadi ide UMB Bebas Rokok itu kan dibicarakan dalam Rapim, Rapat Pimpinan. Itu nanti ada Rektor, ada Wakil Rektor, ada Dekan, ada Direktur, ada semua… gimana menerapkan cara terbaik untuk mengatur para perokok itu. Jadi itu yang kita lakukan. Jadi tidak karena mentang-mentang saya Rektor, langsung saya memutuskan sendiri. Tidak. Jadi itu semua melalui pemikiran bersama. Memang yaa, masing-masing punya pendekatan berbeda. Terutama dulu saya pernah bekerja, pernah jadi pengusaha. Tentu hal-hal yang saya ajukan tuh lebih pada tingkatkan keefektifitasannya cukup tinggi. Karena kalau saya prinsip, kalau memang kita mau membuat orang merokok itu tidak nyaman, yaa dengan kata lain, daerah kita menjadi lebih bersih, yaa tentunya kita tidak bisa mengadakan ruangan merokok itu di dalam area kampus ini, karena bagaimana pun, mereka akan susah digiring ke tempat merokok kan. Dimana-mana, orang kan cenderung duduk, merokok,enak…. Nah, ngapain mereka harus ke kantin. Cape kita menegur orang seperti itu. Daripada gitu, yaa sudah, kita larang saja orang yang bawa rokok yang masuk ke kampus ini. Jadi mungkin akan lebih efektif.”69
69
Wawancara yang dilakukan dengan Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., Rektor Universitas Mercu Buana, Jumat, 26 November 2010, pukul 10.00 WIB.
104
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti dapat menganalisa bahwa kampanye Kampus Bebas Rokok ini memang memiliki tujuan inti, yaitu mengedukasi seluruh stakeholder Universitas Mercu Buana sebagai khalayak kampanye ini bahwa merokok itu tidak baik dan dapat merusak kesehatan, dan Universitas Mercu Buana sendiri akan memberlakukan kawasan kampus dilarang merokok. Tujuan ini pun telah diketahui dan dipahami oleh seluruh tim kampanye.
4.2.3. Identifikasi dan Segmentasi Sasaran Setiap kampanye yang dilakukan memiliki segmentasi sasaran tertentu yang ingin dicapai. Segmentasi sasaran yang dituju oleh suatu kampanye dapat berupa suatu daerah atau wilayah tertentu dimana kampanye tersebut dilakukan, berdasarkan rentang usia, jenis kelamin, maupun jenis pekerjaan yang dilakoni. Dengan adanya segmentasi sasaran yang jelas, maka kampanye dapat dibangun dengan jelas, detail dan terarah. Sehingga pesan yang disampaikan akan tepat sasaran dan tidak melenceng dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Identifikasi dan segmentasi sasaran yang jelas telah dilakukan oleh pihak tim kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana, yaitu:
105
“Yaa, kalau kampanye kampus bebas rokok… bebas asap rokok yaa… yaa itu saya kira semua orang yang selama ini merokok, entah itu karyawan, entah itu dosen, entah itu mahasiswa. (Yang di lingkungan kampus Mercu Buana) Iya, yang di lingkungan kampus Mercu Buana. Jadi, produknya seperti itu kan, salah satunya akan berdampak pada marketing… pada image… pada citra. Jadi kalau para orang tua memasukkan anaknya ke UMB, mereka tahu, UMB tidak mentolerir rokok dan mereka akan nyaman menyekolahkan anaknya di UMB.” 70
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, yaitu: “Segmentasi sasaran program kampanye kampus bebas rokok itu karyawan UMB dan mahasiswa UMB. Kenapa? Karena mereka bagian dari civitas akademika dan karyawan ini tidak hanya karyawan saja tapi juga dosen. Nah, jadi karyawan dosen dan non dosen, kemudian mahasiswa UMB termasuk kelas regular dan kelas karyawan. Yang paling utama yaa mahasiswa, karyawan non dosen, karyawan dosen, baru kemudian pihak luar yang datang ke sini.”71
Dan dilengkapi dengan pernyataan berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, yaitu: “Semua… semua… segmentasinya semua, termasuk tim. Yaa civitas akademika itu; dosen, mahasiswa, karyawan, pimpinan. Gitu…”72
70
Wawancara yang dilakukan dengan Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., Rektor Universitas Mercu Buana, Jumat, 26 November 2010, pukul 10.00 WIB. 71 Wawancara yang dilakukan dengan Irmulan Sati, SH., M.Si., Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Minggu, 10 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB. 72 Wawancara yang dilakukan dengan Drs. A. Rahman, MM., Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Rabu, 24 November 2010, pukul 10.00 WIB.
106
Dapat disimpulkan bahwa segmentasi sasaran dari Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana adalah seluruh civitas akademika Universitas Mercu Buana, meliputi di dalamnya jajaran pejabat rektorat dan seluruh divisinya; karyawan non dosen; karyawan dosen, baik dosen tetap maupun dosen tidak tetap; mahasiswa dan seluruh orang yang berada di dalam lingkungan kampus Universitas Mercu Buana.
4.2.4. Menentukan Pesan Setiap kampanye memiliki sebuah pesan utama tersendiri yang ingin dibawa atau disampaikan dari komunikator, yaitu tim kampanye kepada komunikan, yaitu target sasaran dari kampanye tersebut. Sebuah tema utama menjadi acuannya. Sedangkan pesan-pesan lain yang dibangun menjadi sebuah kalimat larangan, pemberitahuan, imbauan, saran maupun perintah harus memiliki isi pesan yang mendukung tema besar yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, yaitu: “Tema besarnya ini… kayak apa… himbauan. Jadi himbauan pada civitas akademika untuk tidak merokok.”73
73
Ibid.
107
Sementara tema lain yang juga berkaitan dan muncul dalam kampanye ini disampaikan dalam wawancara dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana, yaitu: “Tema utamanya itu cinta lingkungan, dan juga, daripada kita merokok, juga tidak berkontribusi pada peningkatan daya saing, kualitas diri. Mari kita alihkan energi itu untuk meningkatkan daya saing. Selama ini tidak ada kan perokok yang juara lari sprint, kan tidak ada. Makanya… dan lomba merokok kan gak ada dilombakan di olimpiade. Nah itulah, daripada kita konsumtif terhadap hal-hal yang merugikan diri kita, kenapa kita tidak sama-sama mengeluarkan uang terhadap hal-hal yang membuat diri kita memiliki nilai tambah. ”74
Semua pesan-pesan yang ingin disampaikan ini hendaknya berkaitan dengan tema besar yang ingin disampaikan melalui kampanye ini. Pesan-pesan ini dapat dirangkai dengan bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan target sasaran yang ingin dicapai. Penggunaan gaya bahasa yang familiar dengan target sasaran juga menjadi penting agar pesan yang disampaikan tidak disalahartikan oleh target sasaran. Pesan pun harus disampaikan dengan kalimat yang mudah diingat oleh para target sasaran. Penyusunan pesan juga sebaiknya dilakukan oleh ahli komunikasi karena mereka sudah terbiasa dan memiliki kecakapan untuk melakukannya. Dalam hal ini adalah public relations. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana, yaitu: 74
Wawancara yang dilakukan dengan Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., Rektor Universitas Mercu Buana, Jumat, 26 November 2010, pukul 10.00 WIB.
108
“Iya… itu biasanya yang lebih operasional dari tim Humasnya. Operasional kegiatan yang di-sharekan dalam Rapim.”75
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana dalam wawancara berikut: “Untuk pengelolaan pesan, memang langsung dikelola Humas yaa. Humas langsung dari saya, kemudian, kebetulan juga Rizky yaa (red: Tim Desain). Jadi saya dari Humas mengusulkan, nanti di approval dengan manajemen. Kalau setuju, lanjut. Kalau tidak, yaa kita revisi ulang.”76
Pesan untuk Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana disusun langsung oleh bagian Humas Universitas Mercu Buana. Seluruh pesan yang akan disampaikan melalui kampanye ini, untuk selanjutnya akan diajukan ke pihak Rektorat untuk mendapatkan persetujuan. Jika belum mendapatkan persetujuan, maka pesan tersebut akan direvisi ulang. Berbagai jenis pesan yang disampaikan oleh tim kampanye melalui Kampanye Kampus Bebas Rokok ini dapat dilihat di berbagai tempat strategis di lingkungan kampus Universitas Mercu Buana. Berdasarkan wawancara dengan Sdri. Horidatul Bakiyah sebagai perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang tidak merokok yang diwawancarai, menyebutan beberapa pesan sebagai berikut:
75
Wawancara yang dilakukan dengan Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., Rektor Universitas Mercu Buana, Jumat, 26 November 2010, pukul 10.00 WIB. 76 Wawancara yang dilakukan dengan Irmulan Sati, SH., M.Si., Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Minggu, 10 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB.
109
“”Terima kasih Anda tidak merokok di area ini, fakultas…” ngeliatnya di Fakultas Psikologi dan Fasilkom, “Menuju UMB Bebas Rokok”, “Dilarang merokok di area ini”, “Selamat datang di UMB bebas Rokok”, “Matikan rokok anda sekarang sebelum rokok mematikan Anda”. Kalau tidak salah yah kak, lupa redaksionalnya. Hehehe… (Dimana sajakah biasanya Anda melihat seluruh pesan ini?) Di depan TU Fakultas Psikologi, di depan TU Fasilkom, depan POP, kalau tidak salah yah kak. Hehehe…”77 Pernyataan ini juga dilengkapi oleh Sdr. Nasha Suprapto, selaku perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok yang diwawancarai melalui wawancara berikut: “Pertama, konsentrasi pesannya adalah untuk memberitahu bahaya rokok bagi kesehatan seperti gambar thorax (tulang paru-paru) yang dihitamkan sebagai gambaran paru-paru orang yg merokok ada pada standing banner yang diletakkan di depan POP (Red: Pusat Operasional Perkuliahan). Selain itu juga, ada pesan yang memberitahu apa saja reaksi tubuh jika kita berhenti merokok dalam waktu 10 menit, 1 jam, 1 hari, dan seterusnya. Kedua, pesan ditujukan untuk mengarahkan para perokok untuk merokok di tempat yang disediakan seperti arah menuju kantin UMB.”78
Berbagai bentuk dan pesan kampanye yang disampaikan melalui media komunikasi dapat terlihat dari beberapa design media yang digunakan (Lampiran 4), meliputi:
77
Wawancara yang dilakukan dengan Horidatul Bakiyah, perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang tidak merokok, Senin, 13 Desember 2010, pukul 14.00 WIB. 78 Wawancara yang dilakukan dengan Nasha Suprapto, perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok tapi teratur, Minggu, 12 Desember 2010, pukul 15.00 WIB.
110
1. X-Banner Pesan: “STOP MEROKOK SEBELUM ROKOK MU mengHABISi badanmu Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009 Menuju UMB Bebas Rokok 2010 Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005” Ilustrasi: menggunakan gambar orang yang sangat kurus yang sedang merokok dengan memperlihatkan bagian paru-paru nya yang rusak dan k menghitam akibat rokok tersebut. Juga terdapat logo Universitas Mercu Buana. 2. X-Banner Pesan: “RASAKAN MASA DEPAN TANPA ASAP ROKOK Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009 Menuju UMB Beabs Rokok 2010 Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005”
111
Ilustrasi: menggunakan gambar seorang anak yang sedang melompat dan terlihat seperti merasakan kelegaan udara yang bersih. Latar belakang menggunakan gambar suasana pepohonan yang rindang dan asri. Juga terdapat simbol dilarang merokok dan logo Universitas Mercu Buana. 3. Mini Flyer, memiliki dua design yang berbeda tapi isi pesan sama Pesan: “SAMPAI 31 DESEMBER 2009 HANYA 4 AREA MEROKOK -. KANTIN LANTAI DASAR -. GEDUNG C LANTAI DASAR -. SELASAR Gd. B LANTAI 1 -. SELASAR ATRIUM UTARA Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009” Ilustrasi: tidak menggunakan ilustrasi tetapi hanya menggunakan simbol area merokok
112
4. Giant Banner Pesan: “DILARANG MEROKOK DI SELURUH AREA KAMPUS Segala sesuatu dimulai dari diri sendiri, BERHENTI DARI SEKARANG, dan rasakan sendiri manfaatnya. Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009 Menuju UMB Beabs Rokok 2010 Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005” Ilustrasi: menggunakan simbol dilarang merokok dan logo Universitas Mercu Buana. 5. Poster Pesan: “ADA 1000 JALAN MENUJU ROMA TAPI CUMA CUKUP 1 JALAN UNTUK BERHENTI MEROKOK Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009 Menuju UMB Bebas Rokok 2010
113
Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005” Ilustrasi: menggunakan ilustrasi sebuah jalan dan logo Universitas Mercu Buana. 6. Poster Pesan: “ADA 1001 CARA UNTUK MENCARI CINTA TAPI CUMA CUKUP 1 CARA UNTUK BERHENTI MEROKOK UMB BEBAS ASAP ROKOK Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005 Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009” Ilustrasi: menggunakan ilustrasi sebuah hati dan paru-paru serta terdapat simbol dilarang merokok. 7. Poster Pesan: “PARU-PARUMU ADALAH PARU-PARU DUNIA UMB BEBAS ASAP ROKOK
114
Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005 Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009” Ilustrasi: menggunakan ilustrasi sebuah bola dunia dengan paru-paru menjadi salah satu benua. Juga terdapat simbol dilarang merokok. 8. Poster Pesan: “STOP MEROKOK MULAI DETIK INI 20 MENIT BERHENTI MEROKOK. Tekanan darah dan detak jantung kembali normal. Sirkulasi darah membaik – terutama di daerah tangan dan kaki Anda. 8 JAM BERHENTI MEROKOK. Kadar oksigen dalam darah kembali normal dan kemungkinan Anda terkena serangan jantung menurun. 24 JAM BERHENTI MEROKOK. Karbon monoksida menghilang dari tubuh Anda. Paru-paru Anda mulai membersihkan mucus dan debris. 48 JAM BERHENTI MEROKOK. Selamat. Tubuh Anda sekarang bebas nikotin. Sadarkah Anda bahwa sensor perasa, penciuman dan pernafasan Anda membaik?
115
72 JAM BERHENTI MEROKOK. Anda bernafas dengan baik, mudah dan memiliki energi lebih banyak untuk beraktifitas. 2 – 12 MINGGU BERHENTI MEROKOK. Seluruh sirkulasi dalam tubuh Anda membaik dan lebih mudah berolahraga. 3 – 9 BULAN BERHENTI MEROKOK. Efektifitas kinerja paru-paru Anda meningkat 5-10%. Masalah pernafasan, batuk-batuk, sulit bernafas dan pernafasan pendek mulai menghilang. 5 TAHUN BERHENTI MEROKOK. Anda memiliki 50% kemungkinan terkena serangan jantung dibandingkan dengan perokok. 10 TAHUN BERHENTI MEROKOK. Anda terkena kanker paru-paru hanya 50% dibandingkan dengan perokok dan saat ini terkena serangan jantung sama dengan orang yang tidak pernah merokok. UMB BEBAS ASAP ROKOK Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005 Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009” Ilustrasi: menggunakan simbol dilarang merokok dan logo Universitas Mercu Buana.
116
9. Signboard Area Merokok Pesan: “SMOKING AREA MENUJU UMB BEBAS ROKOK 2010 Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005” Ilustrasi: tidak menggunakan ilustrasi. 10. Spanduk Pesan: “ANDA BERADA DI KAWASAN BEBAS ROKOK MENUJU UMB BEBAS ROKOK 2010 Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005 Biro Humas & CC” Ilustrasi: menggunakan simbol dilarang merokok dan logo Universitas Mercu Buana.
117
11. Spanduk Pesan “SMOKELESS, DO MORE! MENUJU UMB BEBAS ROKOK 2010 Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005 Biro Humas & CC” Ilustrasi: menggunakan simbol dilarang merokok dan logo Universitas Mercu Buana. 12. Spanduk Pesan “Charming, Shining, Outstanding = NO SMOKING! MENUJU UMB BEBAS ROKOK 2010 Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005 Biro Humas & CC” Ilustrasi: menggunakan simbol dilarang merokok dan logo Universitas Mercu Buana.
118
13. Spanduk Pesan “Lebih baik tanpa asap rokok, PASTI! MENUJU UMB BEBAS ROKOK 2010 Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005 Biro Humas & CC” Ilustrasi: menggunakan simbol dilarang merokok dan logo Universitas Mercu Buana. 14. Spanduk Pesan “AREA TANPA ASAP ROKOK MENUJU UMB BEBAS ROKOK 2010 Pergub. Prov. DKI Jakarta No.75 Tahun 2005 Biro Humas & CC” Ilustrasi: menggunakan simbol dilarang merokok dan logo Universitas Mercu Buana.
119
15. Umbul-umbul Pesan “UMB BEBAS ROKOK ” Ilustrasi: menggunakan simbol dilarang merokok dan logo Universitas Mercu Buana. 16. Vest Duta Anti Rokok Pesan: Tampak Depan “I (simbol dilarang merokok) DI KAMPUS Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009” Tampak Belakang “www.mercubuana.ac.id ROKOK? NO WAY”
120
17. Kaos Duta Anti Rokok Pesan: Tampak Depan “I (simbol dilarang merokok) DI KAMPUS Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009” Tampak Belakang “www.mercubuana.ac.id ROKOK? NO WAY” 18. Pin Pesan: “I (simbol dilarang merokok) Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009” Ilustrasi: tidak menggunakan ilustrasi
121
19. Pin Pesan: “(simbol dilarang merokok) Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009” Ilustrasi: tidak menggunakan ilustrasi tapi membuat pin tampak seperti kumbang merah 20. Pin Pesan: “I (simbol dilarang merokok) DI KAMPUS Pencanangan UMB Bebas Rokok 27 Mei 2009” Ilustrasi: tidak menggunakan ilustrasi
4.2.5. Strategi dan Taktik Strategi merupakan sebuah pendekatan yang diambil untuk menuju pada suatu kondisi tertentu dari posisi saat ini, yang dibuat berdasarkan analisis masalah dan tujuan yang telah ditetapkan.
122
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, yaitu: “Sebenarnya kalau saya dalam konteks kegiatan Humas, dan itu tetap strateginya memfokuskan kepada kebutuhan civitas. Jadi strategi yang saya terapkan itu lebih ke publicity yaa. Jadi publicity campaign gitu yaa… kampanye publisitas. Ehm, campaign via publisitas atau publicity campaign… tapi kalau untuk publicity campaign kayaknya kurang tepat, masa’ publisitas kampanye…. Apa yaa… Eh, strateginya strategi publicity lebih tepatnya.”79
Strategi yang dilakukan oleh Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana untuk kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana ini adalah dengan menggunakan strategi publisitas. Strategi ini menekankan pada publisitas besarbesaran yang dilakukan secara massive kepada seluruh civitas akademika sebagai target sasarannya. Dijelaskan secara rinci oleh Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana dalam wawancara berikut ini: “Strateginya ini… satu, sosialisasi kan. Secara umum kan sosialisasi lewat spanduk, pamphlet. Kemudian yang kedua, strategi pencanangan dan ketiga, strateginya penentuan lokasi… apa namanya… ada
79
Wawancara yang dilakukan dengan Irmulan Sati, SH., M.Si., Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Minggu, 10 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB.
123
sosialisasi, ada eksekusi, kemudian penghilangan tempat zona-zona pada saat sosialisasi menjadi satu. Gitu yaa… seperti itu…”80
Strategi yang dilakukan meliputi sosialisasi, pencanangan dan penentuan lokasi. Taktik merupakan bentuk konkret dari strategi. Seluruh penerapan secara praktek di lapangan termasuk ke dalam taktik. Taktik juga sangat bergantung pada tujuan, sasaran dan strategi yang akan dibidik program kampanye. Semakin kompleks tujuan dan sasaran bidik, maka taktik yang digunakan harus semakin kreatif dan variatif. Pemilihan penggunaan jenis media komunikasi juga merupakan salah satu bentuk taktik. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, yaitu: “Jadi yaa, saya… apa namanya… di awal sudah membuat semacam mini paper. Mini paper itu disebarkan ke semua civitas tanpa henti setiap hari. (Isi mini papernya?) Isi mini papernya berkaitan dengan Kampus UMB Bebas Rokok dalam rangka menuju UMB Bebas Rokok 2010. Jadi biar mereka awareness dulu. Nah, ini tapi ada miss nya (red: terlewat) itu di mahasiswa baru yang 2009. Itu mereka lost, 2009 dan 2010. Ini mereka sudah lost sebenarnya. Nah, yang kedua, kita bikin giant banner, kita juga menetapkan spanduk, X-Banner sampai poster-poster, bahkan penentuan Duta Anti Rokok. Kita juga punya, masih ingat yaa… (Penentuan Duta Anti Rokok itu dilakukan dengan seleksi atau seperti apa?) Kita pilih…. Kita pilih langsung. Purposive jadinya. (Kriterianya ?) Kriterianya adalah mereka-mereka yang representatif di masing-masing unit. Dosen, karyawan dan mahasiswa per HMJ, yang aktif UKM, Kemahasiswaan dan lain sebagainya. Kemudian ada sosialisasi ke kelas, sosialisasi lewat ruangan-ruangan dan kemudian di 80
Wawancara yang dilakukan dengan Drs. A. Rahman, MM., Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Rabu, 24 November 2010, pukul 10.00 WIB.
124
web, termasuk juga ada program pencanangan. Termasuk juga yang di support oleh Biro MGS (red: Manajemen Gedung dan Sarana) adalah penyediaan sarana dan pra sarana, termasuk rolling setiap dua minggu sekali si petugas Duta Anti Rokok itu muter. (Jadi mereka yang memberikan punishment atau teguran?) Teguran yaa, bukan punishment. Hanya sebatas teguran saja dan mencatat bagaimana perkembangannya. (Berarti belum ada sanksi yang tegas?) Belum… Belum… Sampai sekarang pun belum.”81
Berdasarkan wawancara dengan Sdr. Nasha Suprapto, selaku perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok yang diwawancarai, yaitu: “Konsentrasi pesannya adalah untuk memberitahu bahaya rokok bagi kesehatan seperti gambar thorax (tulang paru-paru) yang dihitamkan sebagai gambaran paru-paru orang yg merokok ada pada standing banner yang diletakkan di depan POP (Red: Pusat Operasional Perkuliahan. Selain itu, juga ada mini flyer yang selalu dibagikan di setiap pintu masuk kampus dan pos parkir motor. Mini flyer ini juga kadang diletakkan di setiap motor yang diparkir di kampus.”82 Taktik yang digunakan adalah dengan mempublikasikan dan mensosialisasikan Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana melalui berbagai media komunikasi, seperti poster, spanduk, X-Banner dan mini paper. Selain itu, juga menggunakan Duta Anti Rokok untuk membantu sosialisasi secara langsung ke seluruh ruangan.
81
Wawancara yang dilakukan dengan Irmulan Sati, SH., M.Si., Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Minggu, 10 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB. 82 Wawancara yang dilakukan dengan Nasha Suprapto, perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok tapi teratur, Minggu, 12 Desember 2010, pukul 15.00 WIB.
125
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, satu buah poster “STOP MEROKOK MULAI DETIK INI” terlihat diletakkan di sebelah kanan mushola Gedung D lantai dasar dan dua buah poster yang sama diletakkan di dinding kiri dan kanan koridor sebelah Pusat Operasional Perkuliahan yang mengarah ke Atrium. Tiga buah poster ini juga diletakkan di sepanjang dinding Gedung D yang menghadap Atrium. Spanduk “UMB Tanpa Asap Rokok. Smoking Area Kantin UMB Lantai 1” diletakkan di bagian luar Gedung D menghadap ke Gedung B.
4.2.6. Alokasi Waktu dan Sumber Daya Sebuah kampanye membutuhkan sumber daya yang tepat. Dengan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dalam sebuah kampanye dengan tepat, tim kampanye dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan kampanye dengan baik. Dengan biaya yang minimal, mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, yaitu: “Itu bareng-bareng. Sama-sama lah. Itu biasanya usul dari Humas kan tidak banyak juga kan. Paling anak sosialisasi kan. Kemahasiswaan juga masing-masing ada. Yaa itu… jadi ada program-program masing-masing unit itu berkaitan dengan penciptaan kampus anti rokok itu.”83 83
Wawancara yang dilakukan dengan Drs. A. Rahman, MM., Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Rabu, 24 November 2010, pukul 10.00 WIB.
126
Alokasi sumber daya dilakukan oleh masing-masing unit yang berperan. Bagi unit yang memang membutuhkan sumber daya lebih dari seharusnya, akan membuat perencanaan alokasi tersebut. Alokasi waktu juga diperlukan sehingga tim kampanye dapat mengetahui kapan deadline sebuah kampanye akan dilakukan, kapan harus dilakukan riset kembali untuk mengetahui keefektifannya, dan lainnya. Untuk alokasi waktu, Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana menyebutkan dalam wawancaranya sebagai berikut: “Saya sampai 30 Desember 2009 doank. (Dari?) 1 Mei 2009. (Dari 1 Mei 2009 sampai 31 Desember 2009?) Iya. 1 Januari sudah bukan lagi urusan saya dan itu keputusan top management. Itu yang harus kamu catat. Bukan keputusan saya sendiri.”84
Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana dipegang oleh tim Humas untuk mensosialisasikannya kurang lebih dalam jangka waktu delapan bulan. Untuk ke depannya, Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana ini akan terus dijalankan hingga kampanye ini dihentikan karena dirasakan sudah tidak diperlukan lagi, dan akan diganti dengan kampanye lain yang masih sejalan dengan kampanye sebelumnya. Hal ini disampaikan oleh Bapak Ir.
84
Wawancara yang dilakukan dengan Irmulan Sati, SH., M.Si., Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Minggu, 10 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB.
127
Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana dalam wawancara berikut ini: “Yaa sebenarnya sudah mulainya dari tahun 2009 yaa. Kita inginnya kan mulai awal 2010 itu kan sudah mulai jalan yaa. Tadinya ada… kalau Anda perhatikan, kita ada empat daerah zona. Kemudian berkurang jadi satu. Nah, ke depan, zona satu itu ada tapi akan pindah gitu kan. Itu yang kita harapkan. Yaa memang yang jadi masalah yaa sosialisasi tadi yaa. Kadang-kadang ada yang memang benar-benar tahu tapi pura-pura tidak tahu, ada yang memang benar-benar gak tahu juga. (Kira-kira akan sampai kapan sih Pak kampanye ini terus dilakukan ? Seterusnya atau ada jangka waktu tertentu ?) Yaa sebetulnya itu tidak seterusnya. Yaa, kalau semua stakeholder itu sudah sadar, yaa kampanye itu akan… bukan kita hentikan tapi kampanye itu akan kita re-design. Jadi setelah orang tidak merokok, kampanye nanti, ‘Mari Kita Berolahraga’. Kampanye ke arah meningkatkan kesehatan.”85
4.2.7. Evaluasi dan Tinjauan Evaluasi dan tinjauan merupakan tahap akhir dalam sebuah kampanye yang tidak kalah penting untuk dilakukan. Dengan melakukan evaluasi, tim kampanye dapat mengetahui sejauh mana kampanye tersebut telah efektif untuk dilakukan, apa kekurangan dan kelebihannya. Hasil evaluasi dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi perkembangan kampanye selanjutnya. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan riset kuantitatif, berupa penyebaran kuesioner maupun dengan riset kualitatif, berupa observasi dan wawancara mendalam.
85
Wawancara yang dilakukan dengan Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., Rektor Universitas Mercu Buana, Jumat, 26 November 2010, pukul 10.00 WIB.
128
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana, yaitu: “Evaluasi yaa… kita evaluasinya… kan selalu ada laporan dari staf Humas. Yaa kita akan melihat kenapa program ini tidak jalan, kenapa kok banyak orang yang ditemukan merokok tidak di kantin. Itukan beberapa hal yang menyebabkan itu. Sama yaa, dia tidak merasa ada penindakan dan didiemin aja. Yaa kalau didiemin, orang akan memilih tempat yang terdekatkan. Jadi yang kedua karena yang keliling itu juga tidak kontinu. Hari ini keliling, besok gak. Yaa jadi perilaku itu belum ada kesadaran.”86
Evaluasi tersebut memang dilakukan untuk kampanye ini dan secara teknisnya, dilakukan oleh tim Humas. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, yaitu: “Tidak ada. Kampanye kan selesai sampai Desember. Saya hanya memberikan rekomendasi saja hasil dari…. Kalau riset formal secara survey, tidak. Kecuali yang tadi di fact finding yang kita survey. Tapi kalau yang di akhir, saya sifatnya observasi saja. Observasi… Yaa sudah, kasih ke sana (red: top management) (Jadi tidak melakukan penyebaran kuesioner lainnya?) Tidak… Tidak… Observasi kan sudah bisa dilihat sebenarnya masih terdapat beberapa mahasiswa yang merokok tidak pada tempatnya, di luar area yang tadi. Karena kan masih empat area waktu itu.”87
86
Wawancara yang dilakukan dengan Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., Rektor Universitas Mercu Buana, Jumat, 26 November 2010, pukul 10.00 WIB. 87 Wawancara yang dilakukan dengan Irmulan Sati, SH., M.Si., Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Minggu, 10 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB.
129
Riset yang dilakukan oleh tim Humas berupa riset kualitatif dengan menggunakan metode observasi. Hal senada juga dilengkapi oleh Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, yaitu: “Pasti evaluasi… kita evaluasi… kita evaluasi melalui rapat koordinasi dengan semua tim tadi itu. Kemudian apa… Direktorat Kemahasiswaan kita rapat. Kemudian dengan pimpinan kita juga rapat. Jadi kita laporkan perkembangan-perkembangannya. Supaya kita tahu positioningnya ada dimana. (Berarti hanya diobservasi? Disurvei tidak, Pak? Pakai kuesioner gitu tidak, Pak?) Sementara ini kita masih observasi… observasi… dengan data-data yang ada, dengan fakta yang kita ambil dari mahasiswa yang merokok itu. Kemudian dari monitoring langsung. Dari perubahannya kan keliatan tuh. (Seluruh tim yaa yang melakukan evaluasi ini?) Sementara ini yang intensif itu karena yang bertanggungjawab itu di kemahasiswaan kan. Yang lain itu kan supporting. Nah, lebih spesifik lagi, kemahasiswaan menunjuk langsung Kepala Keamanan beserta staf nya untuk mengeksekusi.”88
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, ditemukan beberapa temuan terkait dengan Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana yang dilakukan. Temuan-temuan ini menyatakan bahwa kampanye ini dapat dinyatakan berhasil jika dilihat dari sisi satunya dan dinyatakan tidak berhasil jika dilihat dari sisi lainnya. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana, yaitu:
88
Wawancara yang dilakukan dengan Drs. A. Rahman, MM., Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Rabu, 24 November 2010, pukul 10.00 WIB.
130
“Yaa kalau sebenarnya kita melihat, ada yang berhasil, ada yang belum yaa. Kalau berhasil yaa itu tadi, dari orang yang daerah merokok empat jadi satu. Belum berhasil yaa itu, daerah merokoknya semakin kecil tapi orang yang merokok juga ternyata ada yang tidak mau diarahkan untuk merokok di tempat yang diperbolehkan. (Kalau diukur 100%, sudah berapa persen Pak berhasilnya?) Nah itu yang saya belum bisa menjawab karena kalau bicara angka itu detailnya ada di kemahasiswaan. Jadi berapa rokok yang bisa disita, kemudian dari berapa menjadi berapa. Karena ukuran keberhasilan itu juga salah satunya, misalnya tahun lalu ada 300 temuan, sekarang ada 200 temuan. Nah, itu peningkatan dan itu ada di kemahasiswaan.”89
Kampanye ini dinyatakan berhasil dalam menumbuhkan awareness atau pengetahuan seluruh target sasarannya mengenai bahaya merokok dan pengetahuan bahwa kampus Universitas Mercu Buana adalah lingkungan atau daerah dilarang merokok dan bila mereka ingin merokok, telah disediakan tempat untuk merokok. Hal ini dinyatakan dalam wawancara dengan Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, yaitu: “Oh, udah… udah berhasil. Kita sudah menganggap ini sudah cukup berhasil. (Karena dilihat dari?) Tingkat pengetahuannya, pemahamannya, yaa kemudian dilihat dari tingkat aksinya. Itu sudah sangat maksimal. Bahwa ada satu atau dua, kita tidak begitu menganggap. Kita… kita… apa… kita terima masih ada satu atau dua, dia di pojok-pojok, tapi terang-terangan, buka-bukaan itu di tempat yang ditentukan… (Yaitu di kantin itu?) di kantin, di lantai dasar.”90
89
Wawancara yang dilakukan dengan Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., Rektor Universitas Mercu Buana, Jumat, 26 November 2010, pukul 10.00 WIB. 90 Wawancara yang dilakukan dengan Drs. A. Rahman, MM., Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Rabu, 24 November 2010, pukul 10.00 WIB.
131
Sementara itu, kampanye ini dinyatakan belum berhasil karena belum mampu merubah perilaku para perokok untuk tidak lagi merokok di lingkungan kampus Universitas Mercu Buana. Hal ini disebabkan karena belum adanya punishment yang tegas dari pihak kampus kepada para perokok yang tertangkap tangan sedang merokok di lingkungan kampus. Hal ini juga dinyatakan oleh Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana dalam wawancara sebagai berikut: “Oh, saya melihat belum yaa. Saya sendiri melihat kalau kampanye kampus bebas rokok itu tidak berhasil malah. Kenapa? Karena memang tidak keberlanjutan tadi karena sebuah kampanye bisa dianggap berhasil kalau ada perubahan perilaku kan. Nah, perubahan perilaku itu kan belum sampai ke tahapan situ masalahnya. Sehingga di sini nih, ada kepotong nih. Kalau saya pribadi sih melihat, kalau angkanya 100%, mungkin masih 70% berhasil. 30% nya ini yang masih perlu adanya keberlanjutan kampanye dan awareness dan sama punishment. Gitu aja. (Punishment yang disebutkan tadi yaa) Awareness nya bisa didapatkan dari mana kalau tidak ada punishment. Makanya percuma dan biayanya mahal juga kampanye itu.”91
Hal senada juga disampaikan oleh Sdr. Nasha Suprapto, selaku perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok yang diwawancarai, yaitu: “Saya kurang tahu berapa apa saja kriteria yang ingin dicapai dalam mengukur efektifitas kampanye ini. Namun, menurut penilaian saya secara subjektif, kampanye UMB bebas rokok belum berhasil, dikarenakan masih banyaknya mahasiswa yang merokok di koridorkoridor depan pintu masuk kelas, di tangga-tangga, atrium, dan sebagainya. Hal tersebut mereka lakukan, termasuk saya, hehehe… 91
Wawancara yang dilakukan dengan Irmulan Sati, SH., M.Si., Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Minggu, 10 Oktober 2010, pukul 10.00 WIB.
132
karena tidak adanya sanksi yang jelas karena melanggar merokok di sembarang tempat. Selain itu pengawasan dilakukan juga hampir tidak ada, hanya beberapa dosen yang secara proaktif menindak mahasiswa atau orang yang merokok di sembarang tempat seperti menyuruh untuk mematikan rokok, memperingatkan untuk merokok di kantin, bahkan sampai menarik sendiri dan mematikan rokok yang sedang dinikmati para perokok. Saya yakin, jika sosialisasi sanksi pelanggaran merokok di sembarang tempat dan pengawasan terhadap penyelenggaran peraturan dilakukan secara optimal, kampanye UMB bebas rokok bisa lebih efektif dan berhasil.”92
Didukung juga oleh Sdri. Horidatul Bakiyah, selaku perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang tidak merokok yang diwawancarai, yaitu: “Belum, karena masih banyak civitas akademik yg merokok. Butuh waktu yang cukup lama untuk merubah perokok aktif supaya mereka bisa aware, paham, dan patuh akan himbauan pembatasan tempat bahkan pelarangan merokok. Terus kalau menurut aku, petugasnya harus lebih tegas, bukan sekedar satpam saja. Ada yang harus menegur yang ditakuti oleh mahasiswa, atau bekerja sama dengan setiap fakultas memberikan sanksi yang harus benar-benar tegas. Tapi sebelumnya harus disosialisasiin dulu kak, misalnya menyangkut mata kuliah bahkan berhubungan dengan nilai. Merokok boleh saja, tapi harus patuh akan peraturan yaitu merokok pada tempat yang disediakan. Untuk sementara itu kak. Kalau untuk merubah semua mahasiswa agar tidak merokok itu sulit kak. Semuanya butuh proses. Pasti ada pro dan kontra kalau UMB memang benar-benar bersih tanpa asap rokok.”93 Bahkan, Sdr. Yunas Permana, selaku perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok yang diwawancarai, menyebutkan:
92
Wawancara yang dilakukan dengan Nasha Suprapto, perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok tapi teratur, Minggu, 12 Desember 2010, pukul 15.00 WIB. 93 Wawancara yang dilakukan dengan Horidatul Bakiyah, perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang tidak merokok, Senin, 13 Desember 2010, pukul 14.00 WIB.
133
Belum. Karena kurangnya sosialisasi dan ketegasan dari pihak kampus. Kalau mau memberlakukan larangan, dibutuhkan sanksi agar program kampanye tersebut berjalan. (Jadi yang kurang adalah sanksi?) Iya, dan sosialisasinya tadi itu.94
Peneliti juga melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk melihat pelaksanaan kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana. Hal ini juga dapat menjadi perbandingan atas apa yang telah disebutkan dalam wawancara dengan narasumber kunci sebelumnya dan menjadi proses evaluasi. Pada hari Rabu, 15 Desember 2010 pukul 10.00 – 11.00 WIB di koridor Gedung D lantai dasar, terlihat lima mahasiswa sedang duduk di kursi di depan ruang POP (Pusat Operasional Perkuliahan). Dua dari lima mahasiswa tersebut terlihat sedang merokok. Mereka saling berbicara dengan asyik dan mahasiswa yang merokok tetap merokok. Ketiga temannya yang lain pun tidak merasa terganggu. Padahal, tepat di bagian atas kursi tempat mereka duduk dan bercengkerama, terdapat sebuah spanduk besar yang bertuliskan “UMB Tanpa Asap Rokok. Smoking Area Kantin UMB Lantai 1”. Sementara, di koridor di sebelah ruang POP yang menuju ke atrium, terdapat empat kelompok mahasiswa yang duduk dan bercengkerama di masing-masing kursi besar. Beberapa di antara mereka terlihat sedang memainkan laptop dan saling mengobrol. Salah satu mahasiswa terlihat sedang merokok dan tidak peduli dengan 94
Wawancara yang dilakukan dengan Yunas Permana, perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok tapi tidak terautr, Sabtu, 19 Februari 2011, pukul 15.00 WIB.
134
lingkungannya. Di bagian dinding sebelah kiri dan kanan masing-masing terdapat poster “STOP MEROKOK MULAI DETIK INI”. Di bagian ujung koridor dekat mushola, terlihat sekitar lima orang mahasiswa sedang duduk di lantai dan bercengkerama. Mereka tidak ada yang terlihat sedang merokok. Di dinding bagian luar sebelah kanan mushola juga terdapat sebuah poster “STOP MEROKOK MULAI DETIK INI”. Di depan POP sendiri terletak sebuah banner yang berisikan proses untuk mengajukan komplain. Banner ini merupakan banner yang digunakan untuk mengganti banner kampanye Kampus Bebas Rokok yang juga diletakkan di tempat yang sama sebelumnya. Banner kampanye Kampus Bebas Rokok yang dimaksud adalah banner yang bergambar paru-paru perokok yang berwarna hitam, sebagai pertanda bahwa merokok itu berbahaya. Pada hari Rabu, 15 Desember 2010 pukul 11.00 – 12.00 WIB di ujung koridor Gedung A dekat pintu masuk, terlihat banyak mahasiswa sedang duduk di setiap kursi yang terdapat di koridor gedung A. Beberapa di antara mereka terlihat duduk di anak tangga yang terdapat di sana. Juga terlihat beberapa mahasiswa yang sedang mengurusi administrasi perkuliahan di Tata Usaha Fakultas Ekonomi, Biro Administrasi Keuangan dan Biro Adminitrasi Akademik. Di ujung koridor A yang mengarah ke atrium, terlihat beberapa mahasiswa sedang melakukan aktivitas fotokopi di Koperasi Karyawan. Di koridor gedung A tidak terlihat mahasiswa yang merokok.
135
Di sepanjang koridor B, terlihat juga mahasiswa sedang duduk di kursi yang disediakan di sepanjang koridor B. Beberapa mahasiswa juga sedang mengurus administrasi perkuliahan di Tata Usaha Fakultas Teknik. Di koridor gedung B juga tidak terlihat mahasiswa yang merokok. Pada hari Rabu, 15 Desember 2010 pukul 12.00 – 13.00 WIB di kantin lantai dasar Universitas Mercu Buana terlihat ramai di saat makan siang. Kantin lantai dasar ini dipadati oleh mahasiswa Universitas Mercu Buana. Seluruh meja dan kursi terlihat penuh. Beberapa mahasiswa tampak sedang memesan makanan dan minuman di counter makanan dan minuman. Di sini, terlihat sekitar 10 mahasiswa sedang merokok. Di kantin lantai dasar ini juga terlihat ada sebuah papan bertuliskan “Area Merokok” di bagian kantin yang menghadap ke Tower Universitas Mercu Buana. Dalam rentang waktu pukul 13.00 – 14.00 WIB, peneliti melanjutkan pengamatan di kantin lantai satu juga terlihat ramai dengan mahasiswa dan beberapa dosen yang memenuhi seluruh meja dan kursi. Beberapa dari mereka terlihat memesan makanan dan minuman di counter makanan yang terletak di sana. Beberapa mahasiswa juga sedang memainkan laptop. Di kantin lantai satu ini terlihat banyak mahasiswa dan beberapa dosen sedang merokok sambil berbincang satu dengan yang lainnya. Pada hari Rabu, 15 Desember 2010 pukul 14.00 – 15.00 WIB di area atrium terlihat cukup ramai dengan mahasiswa yang sedang duduk-duduk di sana. Seluruh meja dan kursi di atrium penuh dengan mahasiswa yang sedang bercengkerama,
136
mengerjakan tugas bersama-sama dan memainkan laptop. Di tengah atrium, terdengar suara dari radio kampus yang memutarkan musik dan sesekali terdengar suara penyiar radio. Terlihat satu kelompok mahasiswa di sebuah meja dekat dengan kantor Marketing yang lama, sedang makan dan minum. Sekitar tiga orang sedang merokok. Mereka semua tidak perduli dengan sekitarnya. Di ujung atrium terdapat mushola dan WC yang ramai oleh mahasiswa. Beberapa mahasiswa tampak menggunakan WC dan mushola. Beberapa mahasiswa terlihat dudukn di lantai sambil mengenakan sepatunya seusai melaksanakan sholat. Di sepanjang koridor di depan UMBCC terlihat sekelompok mahasiswa yang sedang duduk dan bercengkerama di sana. Tidak terlihat mereka merokok.
4.3. Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan semua narasumber, maka dalam pembahasan ini, peneliti akan menganalisa hasil penelitian sesuai dengan kerangka pemikiran dan konsep yang menjadi acuan peneliti sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada, dan dapat mengemukakan temuan-temuan yang didapat dari penelitian ini. Public relations dalam menyampaikan pesan dari organisasi kepada khalayaknya memiliki berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan
137
kampanye. Kampanye yang dilakukan oleh seorang public relations harus diciptakan sebaik mungkin sesuai dengan target sasaran yang dituju. Pada dasarnya, kampanye public relations dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu kampanye public relations dalam arti luas dan kampanye public relations dalam arti sempit. Kampanye public relations dalam arti luas, berusaha memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan terencana untuk mencapai publisitas dan citra positif. Sementara kampanye public relations dalam arti sempit bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini yang positif terhadap suatu kegiatan dari lembaga atau organisasi agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan yang intens dengan proses komunikasi dan jangka waktu tertentu yang berkelanjutan. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menggambarkan kampanye public relations dalam arti sempit, yaitu Kampanye Kampus Bebas Rokok yang dilakukan oleh tim kampanye Universitas Mercu Buana, dengan salah satu anggotanya adalah Biro Humas Universitas Mercu Buana, kepada seluruh civitas akademika Universitas Mercu Buana. Penelitian ini menitikberatkan pada cara kampanye Kampus Bebas Rokok ini dilakukan. Dalam prakteknya, Biro Humas Universitas Mercu Buana melakukan sosialisasi kampanye ini dan terus bekerjasama dengan bagian lain di Universitas
138
Mercu Buana. Bagian yang paling sering berhubungan adalah Direktorat Kemahasiswaan sebagai pelaksana utama di lapangan. Melalui kampanye, public relations harus merencanakan, menjalankan dan mengevaluasi kampanye tersebut secara langsung di lapangan. Pesan-pesan harus dirancang dengan sebaik mungkin dan disesuaikan dengan target khalayak yang dituju sehingga dapat tepat sasaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari hasil penelitian ini, peneliti akan menjelaskannya sebagai berikut: 4.3.1. Kampanye Public Relations Universitas Mercu Buana Salah satu fungsi utama dari seorang public relations dalam sebuah organisasi atau perusahaan adalah menyampaikan informasi dari organisasi sebagai komunikator kepada khalayaknya sebagai komunikan. Dalam menyampaikan informasi tersebut, public relations memiliki berbagai cara dan saluran yang dapat digunakan. Salah satu caranya adalah melalui kampanye. Kampanye yang dimaksud oleh peneliti disini bukan hanya kampanye politik seperti yang dilakukan para politisi kebanyakan. Kampanye yang dimaksud adalah proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan secara terus menerus dan berkelanjutan. Kampanye ini biasanya dilakukan oleh public relations.
139
Pada akhirnya, tujuan kampanye dimaksudkan untuk mampu memberikan perubahan efek kognitif, afektif dan behavioral pada khalayak sasarannya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana mengenai peran public relations dalam kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana mengatakan bahwa peran Biro Humas dalam kampanye ini adalah mengelola yang berkaitan dengan perencanaan kampanye nya, pelaksanaan kampanye, sampai melakukan evaluasi pra dan pasca kampanye. Sekaligus mengembangkan isi atau pesan kampanye. Membahas mengenai peran public relations dalam kampanye ini, seperti yang dikatakan oleh Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom dalam buku Effective Public Relations, menyebutkan bahwa salah satu peran public relations adalah sebagai fasilitator komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara (liaison), interpreter dan mediator antara organisasi dan publiknya. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh manajemen maupun publik untuk membuat keputusan demi kepentingan bersama. Public relations sebagai fasilitator komunikasi ini menyampaikan pesan organisasi kepada publiknya melalui kampanye public relations. Sebuah kampanye membutuhkan berbagai aspek perencanaan kampanye agar kampanye tersebut sukses dan mencapai tujuan yang diinginkan. Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana juga melakukan aspek perencanaan
140
kampanye tersebut. Aspek pertama dalam perencanaan kampanye adalah analisis masalah. Analisis masalah yang dimaksud disini seperti yang tercantum dalam buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, adalah pengumpulan informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang dilakukan secara objektif dan tertulis serta memungkinkan untuk dilihat kembali setiap waktu, yang dapat menghindarkan terjadinya pemecahan masalah yang tidak tepat. Pengumpulan informasi yang dimaksud oleh peneliti disini adalah pengumpulan seluruh informasi yang terkait dengan permasalahan yang ingin diangkat, baik secara internal maupun secara eksternal, secara komplit dan akurat untuk memahami masalah, yang berfungsi sebagai basis untuk membuat keputusan. Dalam pelaksanaannya, sebuah kampanye pasti didasari oleh penyebab tertentu. Berbagai jenis latar belakang dapat mempengaruhi terciptanya sebuah kampanye. Latar belakang ini juga erat kaitannya dengan tujuan yang nantinya diharapkan akan tercapai. Latar belakang ini juga dapat menjadi bagian salah satu isi dari analisis masalah yang dilakukan dalam kampanye ini. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana mengenai latar belakang dilaksanakannya kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana
141
mengatakan bahwa adanya isu pemanasan global yang melatarbelakangi kampanye ini. Pemanasan global menyebabkan iklim menjadi tidak bersahabat. Dengan mengurangi orang merokok dan membatasinya, kita menjadi ikut berperan dalam isu tersebut. Kemudian, dengan adanya peraturan dari pemerintah daerah DKI Jakarta yang menyebutkan bahwa di tempat yang menyelenggarakan pendidikan tidak diperbolehkan untuk merokok. Universitas Mercu Buana yang berlokasi di daerah DKI Jakarta juga harus turut melakukan peraturan tersebut. Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana yang menyebutkan bahwa isu kesehatan dan lingkungan yang melatarbelakanginya. Kemudian, adanya Peraturan Daerah Gubernur DKI Jakarta tahun 2005 yang menyebutkan bahwa lembaga penyelenggara pendidikan harus benar-benar bebas dari rokok. Seperti yang tercantum dalam buku karangan Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom berjudul Effective Public Relations yang menyebutkan bahwa salah satu isi analisis situasi meliputi faktor eksternal yang meliputi hasil survey dan jajak pendapat publik yang berkaitan dengan organisasi dan situasi problem; daftar agen pemerintah, legislator dan pejabat lain yang punya kekuasaan hukum yang mempengaruhi organisasi dan situasi problem; dan salinan regulasi, undang-undang pajak, referenda, publikasi pemerintah dan laporan dengar pendapat yang relevan.
142
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana mengenai latar belakang kampanye ini adalah peraturan daerah DKI yang melarang masyarakat merokok. Selain itu, adanya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang mendatangi Universitas Mercu Buana dan meminta Universitas Mercu Buana melaksanakan peraturan daerah tersebut. Jika Universitas Mercu Buana tidak melaksanakannya, maka YLKI beranggapan bahwa Universitas Mercu Buana tidak bertanggungjawab terhadap kesehatan konsumennya, dalam hal ini seluruh civitas akademika Universitas Mercu Buana dan YLKI akan menggugat Universitas Mercu Buana. Berdasarkan pengamatan peneliti, hal tersebut di atas mengacu pada buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi yang menyebutkan bahwa kelompok penekan atau lembaga swadaya masyarakat juga biasa memanfaatkan kampanye untuk mencapai tujuan mereka. Mereka menggunakan kampanye untuk menggugah kesadaran dan pendapat masyarakat akan isu tertentu. Dengan cara itu, kemudian dapat diperoleh dukungan yang bisa digunakan untuk menekan pengambil keputusan guna melakukan tindakan yang diperlukan. Rektor Universitas Mercu Buana, Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., menyebutkan bahwa analisis masalah juga dilakukan dalam kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana. Analisis masalah ini dilakukan dalam bentuk
143
penelitian awal oleh bagian Humas. Dari penelitian tersebut, terlihat bahwa semakin hari, semakin banyak kecenderungan generasi muda untuk merokok. Ini merupakan akibat dari promosi rokok yang dilakukan secara besar-besaran, terutama melalui sponsor acara musik. Selain itu, adanya konotasi yang mengaitkan rokok dengan isu kejantanan. Hal ini semakin membangkitkan keinginan generasi muda untuk ikut merokok sehingga tetap dianggap jantan oleh lingkungannya. Selain itu, rokok sekarang bukan hanya dinikmati oleh para mahasiswa, tapi para mahasiswi pun sudah mulai ikut terpengaruh. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, bahwa analisis masalah dilakukan oleh tim kampanye secara komprehensif dan kontinu. Analisa dilakukan terhadap masalah pokoknya, kemudian pelaku rokok, dampak rokok dan strategi diberlakukannya kampus anti rokok tersebut. Menurut Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., menyebutkan bahwa analisis masalah kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana dilakukan dalam bentuk riset dengan penyebaran kuesioner. Riset tersebut mengidentifikasi karakter mahasiswa dan karyawan yang merokok maupun yang tidak merokok. Hasil analisa masalah tersebut memperlihatkan bahwa mahasiswa dan karyawan yang merokok itu sebenarnya setuju dengan itu dan mereka juga setuju dengan adanya pembatasan wilayah merokok sehingga ada tempat-tempat yang dikhususkan untuk merokok.
144
Sebagai bahan perbandingan, peneliti menampilkan hasil riset pra kampanye yang dilakukan oleh Biro Humas & Customer Care (terlampir). Untuk kelompok perokok, hasilnya menunjukkan bahwa kelompok perokok umumnya tidak setuju area bebas rokok dan jika tidak ada zona merokok, namun setuju sanksi diberikan jika ketahuan merokok di area bukan zona merokok. Selain itu, ketidakpedulian terhadap lingkungan saat merokok cukup tinggi, sehingga perlu perlakuan khusus terhadap mereka yang cuek terhadap lingkungannya. Untuk kelompok bukan perokok, umumnya mereka setuju area bebas rokok dan ada zona merokok, namun mereka tidak setuju jika tidak ada zona merokok. Selain itu, tingkat kepedulian terhadap lingkungan tergolong tinggi. Berdasarkan pengamatan peneliti, hal tersebut di atas mengacu pada buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi yang menyebutkan bahwa untuk melakukan analisis tersebut diperlukan penelitian yang cermat dan terstruktur dengan baik. Penelitian dapat dilakukan oleh pihak internal maupun pihak eksternal, atau akan lebih baik lagi jika menggunakan keduanya. Jenis penelitian yang digunakan bisa bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian kuantitatif digunakan untuk data-data yang bisa dituangkan ke dalam bentuk angka-angka seperti opini, reaksi dan sikap. Data-data yang diperlukan dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai teknik, diantaranya angket, wawancara langsung, wawancara melalui telepon, focus group discussion atau diskusi kelompok.
145
Membahas mengenai analisis masalah ini, seperti yang dikatakan Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom dalam buku Effective Public Relations, menyebutkan bahwa langkah pertama ini, yaitu mendefinisikan problem atau peluang, mencakup penyelidikan dan memantau pengetahuan, opini, sikap dan perilaku pihak-pihak yang terkait dengan, dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan organisasi. Pada dasarnya, ini adalah fungsi intelijen organisasi. Fungsi ini menyediakan dasar untuk semua langkah dalam proses pemecahan problem dengan menentukan “Apa yang sedang terjadi saat ini?”. Proses dimulai dengan pengumpulan data untuk mendiagnosis problem. Informasi dan pemahaman yang terbentuk di langkah pertama akan mendorong dan memandu langkah berikutnya dalam proses tersebut, yaitu penyusunan tujuan. Penyusunan tujuan yang dimaksud disini seperti yang tercantum dalam buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, harus disusun dan dituangkan ke dalam bentuk tertulis dan bersifat realistis. Penyusunan tujuan yang realistis ini merupakan hal yang wajib dilakukan dalam sebuah proses perencanaan kampanye agar kampanye yang akan dilaksanakan mempunyai arah yang terfokus pada pencapaian tujuan tersebut. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana, menyebutkan bahwa tujuan kampanye ini
146
adalah untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa perilaku merokok sebaiknya ditinggalkan. Selain itu, tujuannya menciptakan image yang baik akan lingkungan kampus Universitas Mercu Buana yang bersih kepada orangtua mahasiswa. Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Bapak Drs. A. Rahman, MM., bahwa tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman bahwa merokok itu merusak kesehatan, dilarang oleh aturan dan mengganggu yang tidak merokok, serta menjadikan lingkungan kampus menjadi bersih. Secara lebih praktisnya, Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana menyebutkan bahwa tujuannya adalah untuk meningkatkan awareness civitas akademika tentang kesehatan diri dan kesehatan lingkungan serta menumbuhkan awareness civitas akademika tentang UMB Bebas Rokok memiliki benefit yang lebih besar daripada bukan UMB Bebas Rokok. Berdasarkan pengamatan peneliti, inti tujuan kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana yang disebutkan oleh ketiga narasumber memang memiliki inti tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesadaran bahwa merokok itu berbahaya dan merusak kesehatan tapi tujuan ini tidak memenuhi unsur SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realistic and Time-bound) secara lengkap seperti
147
yang
disebutkan
oleh
Phil
Bartle,
Ph.D,
dalam
website
http://www.scn.org/cmp/modules/pd-smar.htm. Unsur Specific terpenuhi karena inti tujuannya jelas, yaitu untuk meningkatkan kesadaran (awareness) civitas akademika Universitas Mercu Buana bahwa merokok merusak kesehatan dan akan diberlakukan kawasan Bebas Rokok di Universitas Mercu Buana. Unsur Measurable tidak terpenuhi karena tidak dapat diukur seberapa besar tingkat kesadaran yang ingin dibangun atau tidak dapat diukur seberapa besar persentase civitas akademika yang diharapkan meningkat kesadarannya setelah terkena terpaan informasi kampanye ini. Unsur Achievable terpenuhi karena meningkatkan kesadaran civitas akademika Universitas Mercu Buana akan bahaya rokok yang merusak kesehatan dan pemberlakuan kawasan Bebas Rokok di Universitas Mercu Buana dapat dicapai Unsur Realistic tidak terpenuhi karena tidak disebutkan dengan sumber daya seperti apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Unsur Time-bound tidak terpenuhi karena tidak ada target waktu yang ditetapkan oleh tim kampanye akan sampai kapan kampanye ini dilaksanakan atau sampai kapan tenggat waktu peningkatan kesadaran harus tercapai.
148
Setelah penetuan tujuan ini, maka kampanye akan dilanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu identifikasi dan segmentasi sasaran. Identifikasi dan segmentasi sasaran yang dimaksud disini seperti yang tercantum dalam buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, yang dilakukan dengan melihat karakteristik publik secara keseluruhan, kemudian dipilih yang mana yang akan menjadi sasaran program kampanye. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Drs. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana mengenai identifikasi dan segmentasi sasaran kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana ini adalah karyawan, dosen, mahasiswa dan orangtua mahasiswa. Informasi ini kemudian dilengkapi lagi oleh Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., identifikasi dan segmentasi sasaran meliputi karyawan dosen, karyawan non dosen, mahasiswa reguler dan mahasiswa kelas karyawan. Urutan skala prioritas yang paling utama adalah mahasiswa, karyawan non dosen, karyawan dosen dan terakhir adalah pihak luar yang datang berkunjung ke Universitas Mercu Buana. Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana
149
bahwa identifikasi dan segmentasi sasarannya meliputi dosen, mahasiswa, karyawan dan pimpinan. Berdasarkan pengamatan peneliti, hal di atas mengacu pada buku karangan Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom berjudul Effective Public Relations yang menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan public relations dalam pendidikan tinggi, programnya biasanya diarahkan pada sasaran utama, yang meliputi mahasiswa, sebagai publik universitas terpenting dan sekaligus wakil public relations yang terpenting; fakultas dan staf, yang merupakan publik internal penting karena peran penting mereka dalam pendidikan dan pengelolaan universitas, dan peran mereka sebagai representasi universitas untuk konstituen eksternal; alumni; kelompok komunitas dan pemimpin bisnis; pemerintah; media; dan orangtua, yang menjadi inti dukungan. Untuk urutan skala prioritas seperti yang disebutkan oleh Kepala Biro Humas & Customer Care Universitas Mercu Buana, peneliti mengamati, hal tersebut mengacu pada buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi yang menyebutkan bahwa untuk mempermudah proses identifikasi dan segmentasi sasaran perlu dilakukan pelapisan sasaran, yaitu sasaran utama, sasaran lapis satu, sasaran lapis dua dan seterusnya sesuai tujuan kampanye. Sasaran utama adalah sasaran yang akan dibidik sasaran paling potensial, yang dalam istilah lain disebut sebagai ultimate targets. Selanjutnya, ibarat sasaran tembak, tingkat potensial
150
itu berkurang pada sasaran lapis satu dan semakin berkurang pada lapisan berikutnya. Sasaran pada lapis berikutnya ini dapat juga disebut sebagai intermediate targets. Ultimate targets dari kampanye ini adalah mahasiswa, karyawan non dosen dan karyawan dosen. Intermediate targets meliputi pihak luar yang datang berkunjung ke Universitas Mercu Buana. Pembagian ini, peneliti analisis berdasarkan tingkat intensitas keberadaan target tersebut di area Universitas Mercu Buana yang melaksanakan kampanye ini. Tujuan yang telah ditetapkan, pasti akan tercapai jika didukung dengan pesanpesan yang juga mendukung tujuan tersebut. Maka, langkah selanjutnya yang tak kalah pentingnya dalam proses kampanye adalah menentukan pesan. Menentukan pesan yang dimaksud disini seperti yang tercantum dalam buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, adalah penting untuk dilakukan karena pesan kampanye merupakan sarana yang akan membawa sasaran mengikuti apa yang diinginkan dari program kampanye, yang pada akhirnya akan sampai pada pencapaian tujuan kampanye. Agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan, maka pesan harus disusun berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan buku yang sama dengan yang di atas, maka hal pertama yang harus dilakukan sebelum perencanaan pesan adalah menentukan tema kampanye.
151
Berdasarkan wawancara dengan Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, tema besar yang ingin diangkat melalui kampanye ini adalah himbauan kepada civitas akademika untuk tidak merokok. Sementara tema tambahan, disampaikan oleh Rektor Universitas Mercu Buana, Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., yaitu tema cinta lingkungan. Sementara garis besar utamanya tetap pelarangan merokok. Semua pesan-pesan yang ingin disampaikan ini hendaknya berkaitan dengan tema besar yang ingin disampaikan melalui kampanye ini. Pesan-pesan ini dapat dirangkai dengan bahasa yang sesuai dengan tingkat kemampuan target sasaran yang ingin dicapai. Penggunaan gaya bahasa yang familiar dengan target sasaran juga menjadi penting agar pesan yang disampaikan tidak disalahartikan oleh target sasaran. Pesan pun harus disampaikan dengan kalimat yang mudah diingat oleh para target sasaran. Penyusunan pesan juga sebaiknya dilakukan oleh ahli komunikasi karena mereka sudah terbiasa dan memiliki kecakapan untuk melakukannya. Dalam hal ini adalah public relations. Mengacu kepada buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, setelah tema ditentukan, barulah dilakukan pengelolaan pesan yang akan disampaikan kepada publik. Pesan merupakan pernyataan spesifik dengan ruang lingkup tertentu, dan di dalamnya terkandung tema atau ide utama.
152
Sebuah tema kampanye dapat diturunkan menjadi berbagai variasi pesan yang disesuaikan dengan kondisi sasaran. Berdasarkan wawancara dengan Sdri. Horidatul Bakiyah sebagai perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang tidak merokok yang diwawancarai, menyebutan beberapa pesan yang terlihat, meliputi “Terima kasih Anda tidak merokok di area ini atau fakultas ini”, “Menuju UMB Bebas Rokok”, “Dilarang merokok di area ini”, “Selamat datang di UMB Bebas Rokok”, “Matikan rokok Anda sekarang sebelum rokok mematikan Anda”. Pernyataan ini kemudian dilengkapi oleh Sdr. Nasha Suprapto, selaku perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok yang diwawancarai, yang menyebutkan beberapa pesan tambahan, yaitu pesan diilustrasikan dengan gambar tulang paru-paru yang dihitamkan sebagai gambaran paru-paru orang yang merokok. Selain itu, ada juga pesan yang memberitahukan apa saja reaksi tubuh jika kita berhenti merokok dalam waktu 10 menit, 1 jam, 1 hari, dan seterusnya. Ada juga pesan yang mengarahkan para perokok untuk merokok di tempat yang telah disediakan seperti arah menuju kantin UMB. Berdasarkan pengamatan peneliti, hal di atas mengacu pada buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, yang menyebutkan bahwa pesan kampanye memiliki dua aspek penting, yaitu isi pesan dan struktur pesan.
153
Salah satu unsur isi pesan meliputi ilustrasi, visualisasi dan kejadian bersejarah. Unsur ini juga terlihat ada pada beberapa media komunikasi yang digunakan dalam kampanye ini. Berbagai ilustrasi dan visualisasi disesuaikan dengan jenis pesan yang disampaikan. Penggunaan visualisasi ini terlihat pada penggunaan gambar lingkungan bersih tanpa asap rokok dan gambar manusia dengan bagian paruparu yang menghitam akibat merokok. Pendekatan emosional, rasa takut, kreativitas dan humor menjadi unsur lain yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi target khalayak. Pesan dalam kampanye Kampus Bebas Rokok ini menggunakan variasi dari beberapa pendekatan ini. Pesan “STOP MEROKOK SEBELUM ROKOK MU mengHABISi badanmu” yang digabungkan dengan ilustrasi paru-paru perokok yang menghitam menggunakan pendekatan rasa takut. Pesan seperti ini akan memberikan rasa takut kepada target khalayaknya sehingga diharapkan, orang yang diterpa pesan tersebut akan merasa takut dan tidak mencoba merokok. Pesan “ADA 1000 JALAN MENUJU ROMA TAPI CUMA CUKUP 1 JALAN UNTUK BERHENTI MEROKOK”, “ADA 1001 CARA UNTUK MENCARI CINTA TAPI CUMA CUKUP 1 CARA UNTUK BERHENTI MEROKOK”,
“PARU-PARUMU
ADALAH
PARU-PARU
DUNIA”,
“SMOKELESS, DO MORE!”, “Charming, Shining, Outstanding = NO SMOKING!” dan “I (simbol dilarang merokok) DI KAMPUS” merupakan pesan yang menggunakan pendekatan kreativitas. Penyelenggara kampanye diharuskan untuk
154
berkreasi dengan pesan yang akan disampaikan sehingga pesan tersebut mampu menarik perhatian target khalayak, yang sebagian besar adalah mahasiswa atau anak muda. Unsur terakhir dalam isi pesan, yaitu kelompok rujukan. Kelompok rujukan tampaknya tidak digunakan untuk mengasosiasikan pesan yang disampaikan melalui media komunikasi. Kelompok rujukan ini tampaknya digunakan melalui Duta Anti Rokok, yang akan dibahas dengan lebih dalam pada bagian strategi dan taktik. Aspek terakhir dari pesan kampanye, yaitu struktur pesan. Salah satu unsur struktur pesan adalah sisi pesan (message sidedness). Sisi pesan yang digunakan oleh penyelenggara kampanye dalam keseluruhan pesannya adalah menggunakan pola pesan satu sisi (one sided message). Semua pesan yang disampaikan oleh penyelenggara kampanye adalah argumentasi persuasif dengan menonjolkan kekuatan atau kelebihan ide atau gagasan kampus bebas rokok dan tidak memperlihatkan kelemahannya sama sekali atau tidak memperlihatkan kekuatan jika merokok diperbolehkan di lingkungan kampus. Susunan penyajian (order of presentation) dalam keseluruhan pesan kampanye Kampus Bebas Rokok menggunakan model antiklimaks, yaitu pesan yang paling penting disusun di bagian awal. Hal ini dirasakan peneliti cukup efektif karena pesan ditempatkan di tempat-tempat umum orang berlalu-lalang. Sangat kecil kemungkinan target khalayak akan berhenti dengan sengaja dan membaca
155
keseluruhan isi pesan yang disampaikan melalui media komunikasi tersebut. Sangat penting untuk menyusun inti pesan di awal sehingga orang yang melewatinya akan dengan mudah menangkap isi pesan tanpa perlu membaca keseluruhan pesan, akibat keterbatasan waktu yang mungkin mereka miliki. Pernyataan kesimpulan (drawing conclusion) menjadi unsur terakhir yang tak kalah penting dalam aspek struktur pesan. Pesan dalam kampanye Kampus Bebas Rokok ini menggunakan penarikan kesimpulan yang dinyatakan secara eksplisit. Hal ini dimungkinkan karena pesan yang disampaikan melalui media komunikasi yang ditempatkan di tempat-tempat umum. Alasan kemungkinan target khalayak untuk berhenti dengan sengaja, membaca keseluruhan isi pesan dan memperkirakan kesimpulannya menjadi perhatian utama. Sangat kecil kemungkinan target khalayak mau bersusah payah memikirkan kesimpulan dari pesan kampanye Kampus Bebas Rokok tersebut. Setelah penentuan pesan, maka harus ada metode dan cara yang digunakan agar kampanye yang dilakukan menjadi sukses. Maka langkah selanjutnya adalah menentukan strategi dan taktik. Strategi dan taktik yang dimaksud disini seperti yang tercantum dalam buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, menyatakan bahwa strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang akan diterapkan dalam
156
kampanye, sementara taktik adalah bentuk konkret dari strategi yang bergantung pada tujuan dan sasaran yang akan dibidik oleh kampanye tersebut. Berdasarkan wawancara dengan Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si.,selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, strategi yang dijalankan difokuskan pada kebutuhan civitas akademika. Strategi yang diterapkan mengarah lebih ke publisitas. Sementara Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Bapak Drs. A. Rahman, MM., menjelaskan adanya strategi sosialisasi dan pencanangan. Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana kembali menjelaskan mengenai taktik yang digunakan dalam kampanye ini meliputi publisitas pesan kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana melalui berbagai media, seperti mini paper, spanduk, X-Banner, poster serta penggunaan Duta Anti Rokok yang merupakan representative masing-masing unit, baik dosen, karyawan dan mahasiswa. Mahasiswa yang menjadi Duta Anti Rokok juga akan turut membantu mensosialisasikan kampanye Kampus Bebas Rokok secara langsung ke kelas-kelas dan ruangan. Taktik yang dilakukan juga dengan memasukkan pesan kampanye ke website Universitas Mercu Buana dan program pencanangan. Beberapa media komunikasi telah digunakan dengan cukup baik seperti peletakkan spanduk “UMB Tanpa Asap Rokok. Smoking Area Kantin UMB Lantai
157
1” di bagian luar Gedung D menghadap ke Gedung B dan peletakkan X-Banner di depan POP. Penempatan media komunikasi ini dipandang peneliti sudah cukup baik karena diletakkan di daerah strategis dimana banyak target kampanye ini berlalu lalang. Media komunikasi ini juga cukup menarik mata dengan ukurannya yang besar. Penyebaran mini flyer di seluruh pintu masuk kampus dan pos parkir motor dirasakan peneliti juga cukup efektif karena penyebaran ini dilakukan langsung kepada target sasaran secara pribadi. Sehingga target sasaran akan langsung membaca mini flyer yang dibagikan meskipun akhirnya dibuang. Untuk poster “STOP MEROKOK MULAI DETIK INI” yang diletakkan di sebelah kanan mushola Gedung D lantai dasar, di dinding kiri dan kanan koridor sebelah Pusat Operasional Perkuliahan yang mengarah ke Atrium dan di sepanjang dinding Gedung D yang menghadap Atrium, dipandang peneliti kurang efektif. Karena penempatannya yang terlalu ke atas. Akibatnya, tulisannya yang cukup kecil menyulitkan target untuk membacanya. Secara psikologis, tidak akan ada yang mau berusaha untuk memandang ke atas untuk membaca sederet tulisan kecil dengan susah payah. Adanya sosialisasi Duta Anti Rokok ke seluruh ruangan di kampus Universitas Mercu Buana dipandang peneliti juga cukup baik karena hal ini memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara Duta Anti Rokok sebagai
158
perwakilan pihak kampus dengan target sasarannya. Berbagai informasi dan pertanyaan terkait dengan kampanye ini akan dapat dipenuhi dengan mudah. Setelah pesan ditentukan, maka perlu dilakukannya alokasi waktu dan sumber daya untuk kampanye. Alokasi waktu dan sumber daya yang dimaksud disini seperti yang tercantum dalam buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, adalah perencanaan sumber daya yang harus diidentifikasikan dengan jelas dan pasti agar kampanye terlaksana dan selesai tepat pada waktunya. Selain itu, pengalokasian sumber daya juga hendaknya didasarkan pada efektivitas dan efisiensi. Efektivitas dan efisiensi bukan berarti mengeluarkan uang sekecil-kecilnya setiap waktu. Tetapi mendapatkan sesuatu yang lebih dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana mengenai alokasi waktu dan sumber daya menyebutkan bahwa proses alokasi dilakukan secara bersama-sama di masing-masing unit yang berkepentingan dalam program kampanye ini. Sementara itu, mengenai alokasi waktu, Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana menyebutkan bahwa perencanaan waktu sosialisasi kampanye Kampus Bebas Rokok yang dipegang oleh Biro Humas
159
berlaku dari tanggal 1 Mei 2009 hingga 30 Desember 2009. Sementara tanggal 1 Januari 2010, kampanye sudah dipegang oleh Direktorat Kemahasiswaan. Sebagai rencana ke depan, Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana masih belum menentukan akan sampai kapan kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana ini akan dilakukan. Kampanye akan dihentikan jika seluruh civitas akademika dirasakan sudah sadar dan akan diganti dengan kampanye lain yang serupa dan mendukung kampanye Kampus Bebas Rokok. Tahap terakhir yang tidak kalah penting dalam proses kampanye adalah evaluasi dan tinjauan. Evaluasi dan tinjauan yang dimaksud disini seperti yang tercantum dalam buku karangan Drs. Antar Venus, M.A., berjudul Manajemen Kampanye, Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi, adalah bagian dari perencanaan kampanye yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana pencapaian yang dihasilkan kampanye. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana, dalam kampanye Kampus Bebas Rokok ini, tim kampanye juga melakukan proses evaluasi. Proses evaluasi tersebut dilaporkan oleh Biro Humas.
160
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Bapak Drs. A. Rahman, MM., bahwa evaluasi dilakukan melalui rapat koordinasi dengan semua tim kampanye, agar diketahui perkembangan kampanye tersebut. Evaluasi dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi. Menurut Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, evaluasi yang dilakukan memang hanya dengan observasi saja. Berdasarkan pengamatan peneliti, hal di atas mengacu pada buku karangan Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom berjudul Effective Public Relations yang menyebutkan bahwa penilaian atas dampak program pada perilaku menggunakan survei perilaku, pengamatan langsung terhadap tindakan orang, dan observasi tak langsung melalui penelitian catatan resmi atau jejak lainnya yang ditinggalkan oleh orang yang berperilaku itu. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, ditemukan beberapa temuan terkait dengan Kampanye Kampus Bebas Rokok Universitas Mercu Buana yang dilakukan. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ir. Arissetyanto Nugroho, MM., selaku Rektor Universitas Mercu Buana mengenai hasil evaluasi, Beliau menyatakan bahwa kampanye dinyatakan berhasil jika dilihat dari keberhasilan tim kampanye untuk mempersempit area merokok dari empat area menjadi satu area. Sedangkan
161
ketidakberhasilan kampanye ini dilihat dari masih adanya orang merokok yang tidak mau diarahkan ke area merokok. Menurut Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan Universitas Mercu Buana, Bapak Drs. A. Rahman, MM., kampanye ini dinyatakan berhasil dalam menumbuhkan awareness atau pengetahuan seluruh target sasarannya mengenai bahaya merokok dan pengetahuan bahwa kampus Universitas Mercu Buana adalah lingkungan atau daerah dilarang merokok dan bila mereka ingin merokok, telah disediakan tempat untuk merokok. Sementara itu, menurut Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, kampanye ini dinyatakan belum berhasil karena belum mampu merubah perilaku para perokok untuk tidak lagi merokok di lingkungan kampus Universitas Mercu Buana. Hal ini disebabkan karena belum adanya punishment yang tegas dari pihak kampus kepada para perokok yang tertangkap tangan sedang merokok di lingkungan kampus. Hal senada juga disampaikan oleh Sdr. Nasha Suprapto, selaku perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok yang diwawancarai, bahwa masih adanya beberapa mahasiswa yang merokok di beberapa area yang bukan area merokok. Menurut Beliau, hal tersebut dirasakan kurang efektif karena hanya beberapa dosen yang proaktif untuk menegur. Selain itu, sanksi yang kurang tegas pun menjadi salah satu penyebabnya.
162
Didukung juga oleh Sdri. Horidatul Bakiyah, selaku perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang tidak merokok yang diwawancarai. Menurut Beliau, diperlukan waktu yang cukup lama untuk merubah para perokok supaya mereka sadar, paham dan patuh akan himbauan pembatasan tempat bahkan pelarangan merokok tersebut. Sanksi yang diberikan pun harus benar-benar tegas. Bahkan, Sdr. Yunas Permana, selaku perwakilan mahasiswa Universitas Mercu Buana yang merokok yang diwawancarai menyebutkan bahwa kurangnya sosialisasi dan sanksi yang tegas dari pihak kampus menyebabkan kampanye ini kurang berhasil. Sebagai perbandingan, observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan juga menunjukkan hal yang sama seperti hasil wawancara dengan beberapa narasumber kunci. Masih terlihat beberapa mahasiswa yang merokok dengan sengaja di area yang bukan area merokok. Juga tidak terlihat adanya punishment dari pihak kampus atas tindakan tersebut. Kepada para mahasiswa yang ketahuan merokok di area yang bukan area merokok tidak diberikan sanksi apapun. Hal ini dinyatakan secara eksplisit dalam wawancara yang dilakukan dengan Ibu Irmulan Sati, SH., M.Si., selaku Kepala Biro Humas Universitas Mercu Buana, bahwa belum adanya punishment yang tegas dari pihak kampus kepada para perokok yang tertangkap tangan sedang merokok di lingkungan kampus. Belum adanya punishment yang tegas akan sulit menumbuhkan
163
awareness seperti yang diharapkan pada tujuan awal. Dari pihak kampus hanya melakukan persuasi, memberitahu dan menegur saja. Tetapi menurut Bapak Drs. A. Rahman, MM., selaku Kepala Biro Pengendalian Kegiatan dan Program Unggulan, Direktorat Kemahasiswaan telah menunjuk Kepala Keamanan beserta staf nya untuk mengeksekusi mahasiswa yang tertangkap tangan sedang merokok di wilayah bebas rokok. Hal ini tidak ditemukan oleh peneliti dalam observasi yang peneliti lakukan. Tidak ada satupun petugas keamanan terlihat mengeksekusi mahasiswa yang tertangkap tangan merokok di wilayah bebas rokok.