41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan dua hal penting yaitu deskripsi hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, hasil belajar, dan refleksi mulai dari siklus satu dan dua. Pembahasan disusun berdasarkan rumusan masalah meliputi penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan peningkatan (hasil) Contextual Teaching and Learning (CTL). A.
Deskripsi Data Awal Penelitian Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) peneliti melakukan
dua kali pengamatan. Menurut hasil pengamatan, sekolah dasar yang menjadi tempat melakukan penelitian terletak di Kecamatan Sukajadi. Sekolah ini terdiri dari total keseluruhan 320 siswa yang terbagi ke dalam 10 kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II tahun ajaran 2014/2015. Jumlah siswa 18 orang. Siswa laki-laki 10 dan jumlah siswa perempuan 8. Kebanyakan siswa adalah warga sekitar. Siswa di sekolah ini rata-rata adalah siswa dengan tingkat ekonomi kelas menengah ke bawah. Hampir keseluruhan siswa mengalami masalah yang sama yaitu dalam hal kemampuan memecahkan soal cerita. Hal ini dapat terdeteksi ketika peneliti melakukan tes kemampuan awal memecahkan soal cerita, hanya 44% siswa yang mampu melewati KKM atau sekitar 8 orang siswa dari total keseluruhan 18 orang siswa. Hal ini yang melatar belakangi penelitian dilakukan.
1.
Deskripsi Pra Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan izin dari Kepala Sekolah Dasar Negeri. Dilanjutkan dengan melakukan pengamatan terhadap seluruh siswa yang menjadi subjek penelitian. Selain itu, peneliti melakukan wawancara dengan wali kelas II untuk mendapatkan gambaran keseluruhan siswa. Dalam wawancara tersebut, peneliti sekaligus berkonsultasi dengan yang bersangkutan
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
mengenai kurikulum, kompetensi inti dan kompetensi dasar yang akan digunakan. 2.
Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
a.
Siklus I Pelaksanaan siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, hasil
belajar, dan refleksi. Pada pelaksanaan siklus I ini peneliti memperoleh data sebagai berikut. 1)
Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan persiapan-persiapan terlebih
dahulu untuk melakukan tindakan siklus I. persiapan yang dilakukan diantaranya membuat perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada kurikulum 2013. RPP yang disusun dalam siklus I memiliki sistematika yang sama dengan RPP yang biasa disusun oleh guru yaitu identitas sekolah, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator capaian
kompetensi,
materi
ajar,
metode
pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, media dan sumber belajar, dan penilaian.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat untuk penelitian ini berbeda dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lainnya. Pada RPP yang dibuat ini menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Perbedaan RPP yang menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan RPP yang lainnya yaitu terletak pada skenario pembelajaran atau langkah pada kegiatan inti yang menerapkan karakteristik pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam skenario pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat dilihat sebagai berikut.
a)
Memberikan masalah kontekstual sesuai dengan yang ada di lingkungan siswa yang berkaitan dengan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan.
b)
Guru melakukan pemodelan mengenai materi operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan.
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
c)
Guru
membimbing
dan
memfasilitasi
siswa
untuk
mengkonstruksikan
pengetahuannya mengenai materi operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan. d)
Mengkaitkan materi operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan dengan materi lain dalam pelajaran matematika
e)
Guru menciptakan masyarakat belajar dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
f)
Guru melakukan refleksi dan penilaian di akhir pertemuan dengan tanya jawab dan berdiskusi dengan siswa. Selanjutnya untuk lebih jelas mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) maka RPP dapat dilihat pada lampiran.
2)
Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan pada hari selasa
tanggal 28 April 2015. Pelaksanaan ini sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada proses perencanaan, materi yang akan disampaikan adalah materi tentang operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan. Observasi mengenai kegiatan pembelajaran dilakukan oleh tiga orang observer. Gambaran umum dari aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a)
Kegiatan Awal Pada kegiatan awal, siswa dan guru bersama-sama berdo‟a terlebih dahulu
sebelum pembelajaran dimulai yang dipimpin oleh ketua murid. Guru memeriksa kehadiran siswa dengan menyebutkan nama siswa satu-persatu dan pada hari itu seluruh siswa hadir. Pada saat guru memanggil nama siswa satu-persatu ada dua siswa yaitu A18 dan A15 masih terlihat kurang memperhatikan saat guru berbicara di depan kelas. Guru mengkondisikan kedua siswa tersebut dengan menggunakan tepuk semangat. Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Setelah itu guru menanyakan kesiapan siswa untuk belajar dengan memperhatikan kondisi bangku yang rapih dan menyuruh siswa mengeluarkan alat tulis untuk memulai. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan bertanya kegiatan sehari-hari atau pengalaman siswa dalam bermain di lingkungan. Guru mencoba bertanya yang berkaitan dengan materi “ Siapa yang suka bermain?” semua siswa serempak menjawab “saya bu”. Kemudian guru bertanya kembali “Permainan apa yang kalian sukai?. Siswa menjawab bermacam-macam, ada yang menjawab “Lompat tali bu”, “Bermain sepeda bu”, “Bermain kelereng bu”. Guru membenarkan jawaban siswa, setelah itu guru memberitahu tema pembelajaran hari ini dan menyampaikan tujuan pembelajaran terkait dengan materi yang dipelajari.
b)
Kegiatan Inti Pada kegiatan inti, dimulai dengan tahap guru memberikan masalah
kontekstual dengan menunjukan media kelereng yang akan digunakan oleh siswa, serta menanyakan kepada siswa mengenai permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar seperti “Jika ibu mempunyai 32 kelereng kemudian ibu membeli lagi 22 kelereng, berapakah kelereng ibu sekarang?”. Siswa menjawab “54 bu”. kemudian guru bertanya kembali “Mengapa hasilnya menjadi 54?”. Salah satu siswa A4 menjawab “Karena dijumlahkan bu”, guru membenarkan jawaban siswa kemudian guru bertanya kembali ”Mengapa harus dijumlahkan?”. Salah satu siswa A6 menjawab “karena ibunya membeli lagi berarti dijumlahkan bu”, guru membenarkan jawaban siswa dan kemudian guru menyuruh dua orang siswa untuk maju ke depan untuk membuktikan dari hasil yang diketahui oleh siswa.
Guru kembali memberikan permasalahan kontekstual kepada siswa dan guru bertanya “jika Asti memiliki 68 kelereng kemudian Asti memberikan 24 kelerengnya kepada Badu, berapakah kelereng Asti sekarang?”. Salah satu siswa A16 menjawab “ada 44 bu”. kemudia guru bertanya kembali “Mengapa hasilnya menjadi lebih sedikit?”. Salah satu siswa A4 menjawab “Karena kelereng Asti sudah diberikan Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
kepada Badu bu”. Dari percakapan itulah siswa dapat mengetahui pengertian operasi hitung.
Setelah itu tahap selanjutnya guru melakukan pemodelan dengan menyuruh 2 orang siswa maju ke depan kelas untuk mempraktikan aturan operasi hitung dengan temannya sesuai dengan permasalahan yang telah diberikan oleh guru, guru bertanya “coba siapa yang mau mencoba untuk maju kedepan?”. Siswa pun saling berebut mengacungkan tangannya supaya ditunjuk oleh guru, kemudian dua orang siswa maju ke depan yaitu A5 dan A7 yang memperagakan aturan operasi hitung untuk memecahkan soal cerita yang diberikan oleh guru yang dipajang di depan kelas dengan ditempelkan di papan tulis kemudian siswa setelah mendapatkan jawabannya menempelkan jawaban tersebut di papan tulis dengan media angka yang telah disediakan oleh guru.
Berikutnya yaitu tahap melakukan masyarakat belajar siswa dibagi ke dalam 4 kelompok dengan cara siswa dibagikan kertas yang berwarna sesuai dengan yang dipilih oleh siswa. Satu kelompok siswa terdiri dari 4-5 orang. Guru membimbing siswa dan memfasilitasi siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya mengenai pemahaman aturan operasi hitung di dalam soal cerita dengan menggunakan alat peraga atau media kelereng serta Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk diamati dan didiskusikan. Pada saat pembentukan kelompok ini siswa mulai rebut dan tidak teratur, disini guru sedikit kesulitan untuk mengkondisikannya, tetapi pada saat kegiatan diskusi berlangsung siswa kembali focus pada materi dan berdiskusi dengan baik dan tertib.
Sebelum kegiatan diskusi dimulai guru memberitahu siswa petunjuk cara mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) agar siswa tidak kebingungan dalam mengerjakannya, namun masih ada saja siswa yang bertanya yaitu siswa A16 “Bu, ini dibagaimanakan?”. Kemudian guru menjawab “kalian baca telebih dahulu soal cerita yang telah ibu berikan di Lembar Kerja Siswa (LKS) kemudian kalian kerjakan Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
sesuai petunjuk yang telah diberikan”. Pada proses diskusi kelompok ini siswa kurang aktif semua, ada siswa yang hanya mengobrol saja, ada siswa yang hanya berdiam diri saja tanpa melakukan kegiatan apapun, ada juga siswa yang benar-benar berdiskusi dan mengerjakan soal-soal latihan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal tersebut terlihat pada kelompok biru yang mengerjakannya hanya siswa perempuannya saja sedangkan siswa laki-lakinya yaitu siswa A14 dan A10 malah asyik mengganggu kelompok yang lain. Kelompok biru hanya dua orang saja yang aktif mengerjakan yaitu A1 dan A4, siswa yang lainnya hanya memperhatikan.
Setelah siswa selesai berdiskusi, guru menggunakan prinsip interaktivitas dengan meminta siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dan siswa lainnya
menanggapi.
Kelompok
yang menyelesaikan terbih
dahulu
mendapatkan reward dari guru. Setiap perwakilan kelompok maju ke depan kelas dan menyampaikan hasil diskusinya dan siswa dari kelompok lainnya menanggapi. Kemudian guru meluruskan hasil dari diskusi siswa dan memberikan penguatan tentang materi yang telah disampaikan. Kegitan diskusi kelompok ini sangat menyita waktu, sehingga melebihi waktu yang telah guru perkirakan sebelumnya. Siswa kembali duduk dibangkunya masing-masing, keadaan kelas pun kembali rebut, guru pun berusaha untuk mengkondisikannya. Guru mengkaitkan konsep materi operasi hitung yang dipelajari dengan konsep yang lainnya. Guru memberikan soal evaluasi yang dikerjakan secara individu, siswa pun mengerjakannya secara tertib dang sungguh-sungguh. c)
Kegiatan Akhir Pada kegiatan akhir, siswa dan guru bersama-sama menimpulkan materi yang
telah dipelajari dari mulai pengertian operasi hitung, penjumlahan yang dilakukan tanpa meminjam dan pengurangan yang tanpa meminjam. Guru memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran dan bertanya jawab selama kegiatan berlangsung tentang materi yang telah dipelajari untuk mengetahui hasil ketercapaian materi.
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
Selanjutnya guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengulang kembali materi yang telah dipelajari tadi di rumah dan mempelajari materi yang akan dibahas selanjutnya yaitu mengenai operasi hitung penjumlahan dengan meminjam dan pengurangan dengan meminjam. Guru memeberikan sedikit nasehat supaya mereka lebih bersungguh-sungguh dalam belajar dan lebih tekun lagi. Guru kemudian menutup pembelajaran dan bersama-sama dengan siswa berdo‟a yang dipimpin oleh ketua murid. 3)
Aktivitas Saat dilaksanakannya tindakan pembelajaran siklus I dengan langkah-langkah
pembelajaran di atas tersebut, dilakukan pengamatan atau observasi. Berikut ini adalah pemaparan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti berupa catatan lapangan dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer. Tabel 4.1 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Tahap
Hasil Pengamatan
Pendekatan No.
Contextual
Hal yang Diamati
Teaching and
Ya
Tidak
Deskripsi
Learning (CTL) 1.
Pemberian
Guru memberikan √
Guru
masalah
sebuah
menyajikan soal
kontekstual
permasalahan
cerita di depan
(Kontriktivisme
dengan
kelas
& inkuiri)
menyajikan cerita
di
soal papan √
tulis Siswa memberikan respon perintah untuk
terhadap guru
Hanya beberapa siswa
yang
terlihat mengacungkan
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
mengidentifikasi
tangan
data-data yang ada pada soal cerita 2.
Bertanya
Guru mengajukan √
Siswa
A1
menjawab
pertanyaan mengenai
pertanyaan guru
soal
cerita tersebut dan
tetapi
memberikan
dengan jawaban
kesempatan
yang
kepada untuk
masih
kurang
tepat
siswa menjawab
yang mencerminkan kemampuan seseorang
dalam √
berpikir Siswa
merespon
pertanyaan guru 3.
Pemodelan
Guru
meminta √
Siswa A5 dan
untuk
setiap
A7
perwakilan
siswa
depan
maju
depan
untuk
untuk
memperagakan
kelas
ke
memperagakan
aturan
aturan
operasi
hitung
hitung
yang
terdapat dalam soal
maju
ke kelas
operasi
menggunakan media kelereng.
cerita Siswa
maju √
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
kedepan kelas 4.
Menciptakan
Guru
membagi √
Siswa dibagi ke
masyarakat
siswa ke dalam 4
dalam
belajar
kelompok
kelompok tetapi
secara
smasih
acak √
Siswa
siswa
mengambil kertas
rebut.
berwarna
kurang
kondusif karena
dikondisikan untuk
akan
4
terlihat
yang
menentukan
kelompok 5.
Penilaian sebenarnya
yang Masing-masing maju
bisa
kedepan
untuk
dan menjelaskan
menjawab
memberikan
jawaban
jawaban
kurang sempurna
setiap
jawaban siswa Guru
tetapi
meluruskan
jawaban
Refleksi
Setiap kelompok
kelompok
Guru
6.
√
dan
√
siswa √
Guru dan siswa
menyimpulkan
mengurutkan
pembelajaran yang
kembali
telah dilakukan
kejadiankejadian selama pembelajaran berlangsung
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci ada pada lampiran, jumlah aspek yang terlaksana 21 atau 95% dan tidak terlaksana Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
sebanyak 1 aspek atau 5%. Meskipun terlaksana baru 95%, hal ini tidak akan terlalu berpengaruh karena yang tidak terlaksana bukanlah komponen kegiatan pada pendekatan CTL melainkan pada kegiatan unjuk kerja. Hasil dari lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus I secara rinci terdapat pada lampiran. Tabel 4.2 Catatan Lapangan pada Pembelajaran Siklus I Kendala/Kesulitan
Usaha Perbaikan Mengingatkan siswa yang
Saat siswa mengerjakan latihan siswa lain keluar
rebut
dan
memotivasi
bangku dan ribut
siswa untuk aktif dalam mengerjakan latihan Perhatian
Guru hanya memperhatikan beberapa orang siswa
guru
harus
secara menyeluruh dan tidak
hanya
kepada
sebagian siswa saja Guru lebih meperhatikan Pada saat kegiatan yang dilakukan guru terlalu cepat dan belum runtut
runtutan
rencana
pembelajaran tidak
supaya
terburu-buru
dan
lebih runtut Guru tidak memperhatikan alokasi waktu
4)
Lebih
memperhatikan
alokasi waktu
Hasil Belajar KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah adalah 70, jadi siswa
dikatakan tuntas ketika siswa tersebut mendapat nilai 70 atau mendapat nilai di atas 70. Hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL) pada mata pelajaran matematika materi operasi hitung campuran yang telah dilaksanakan pada siklus I menunjukan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55. Rata-rata nilai siswa sebesar 81. Siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
sebanyak 13 orang dengan presentase 72%, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebanyak 5 orang dengan presentase 28%. Tingkat presentase keberhasilan belajar siswa bisa dikategorikan tinggi karena presentase ketuntasan dalam siklus I mencapai 72%. Hasil pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL) pada siklus I menunjukan peningkatan dari hasil pra siklus yang telah dilakukan. Bila dibandingkan dengan hasil belajar pra siklus ratarata nilai hasil belajar siswa yaitu sebesar 69 dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa siklus I sebesar 81 mengalami peningkatan sebesar 12. Presentase siswa yang mencapai KKM pada hasil belajar pra siklus yaitu sebesar 44% dengn hasil belajar siklus I sebesar 72% mengalami peningkatan sebesar 28%. Perbandingan rata-rata nilai hasil belajar siswa dan presentase pencapaian KKM pada pra siklus dan siklus I dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut.
Rata-rata nilai hasil belajar siswa
Presentase pencapaian KKM
100 81 80
72
69
60
44
40 20 0 Pra Siklus
Siklus I
Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
5)
Refleksi Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan dianalisis dapat dikatakan hasil
belajar siswa sudah meningkat dari pra siklus walaupun masih belum memenuhi standar ketuntasan depdiknas yaitu 85% siswa yang tuntas. Hasil observasi dan hasil diskusi dengan para observer menunjukan bahwa pelaksanaan siklus I dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL) guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik. Siswa terlihat antusias dan aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL). Guru sudah baik dalam mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Lerning (CTL). Guru sudah baik dalam memberikan apersepsi dengan bertanya mengenai kegiatan sehari-hari yang akan dikaitkan dengan materi operasi hitung, sehingga siswa memperoleh sedikit gambaran tentang apa yang akan dipelajari. Pembelajaran yang dilakukan sudah kontekstual dengan memberikan contoh-contoh riil dan berada disekitar siswa.
Adapun kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaan siklus I dan harus diperbaiki di siklus selanjutnya yaitu guru kurang memperhatikan kesiapan awal siswa untuk belajar, sehingga siswa ada yang belum siap dan masih bermain dengan teman lainnya. Guru kurang memperhatikan siswa yang duduk di belakang sehingga masih ada sebagian kecil siswa yang tidak meperhatikan.
Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok secara heterogen namun dalam pembagian kelompok guru belum bisa mengkondisikan kelas sehingga siswa masih ribut dan sibuk mencari teman-temannya. Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang aktif dalam diskusi dan masih mengganggu teman yang lainnya sehingga membuat suasana diskusi kurang kondusif. Guru kurang adil dalam berkeliling terhadap setiap kelompok, alokasi waktu untuk kegiatan diskusi terlalu lama sehingga guru terburu-buru dalam melaksanakan langkah pembelajaran Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
selanjutnya. Guru kurang membagi perhatian terhadap siswa yang sedang menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dengan siswa yang lainnya sehingga siswa kurang memperhatikan teman yang sedang menyampaikan hasil diskusinya dan kurang menanggapinya. Guru kurang memberikan penguatan dan penekanan terhadap materi yang dipelajari.
Kekurangan-kekurangan yang telah diuraikan di atas hendaknya diperbaiki untuk memperoleh hasil yang lebih baik pada pelaksanaan siklus II, adapun upaya untuk
memperbaiki
kekurangan-kekurangan
pada
siklus
I
adalah
dengan
memperhatikan kondisi kesiapan awal belajar siswa agar siswa menjadi lebih focus dan proses belajar lebih optimal. Guru hendaknya memperhatikan siswa yang duduk di barisan belakang dan mengatur tempat duduk siswa serta mobilitas guru di dalam kelas juga harus lebih diperhatikan.
Guru harus membagi siswa ke dalam kelompok dengan tertib dan rapih sehingga siswa tidak saling rebut dalam mencari temannya. Guru hendaknya lebih tegas untuk menegur siswa yang kurang berpartisipasi aktif di dalam kelompok dan mengganggu teman yang lainnya agar suasana diskusi menjadi lebih kondusif dan semua siswa ikut serta dalam mengerjakan LKS. Guru harus memperhatikan alokasi waktu yang tertera di RPP. Ketika perwakilan setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusinya, guru hendaknya membagi perhatian terhadap siswa yang sedang menyampaikan hasil diskusinya dengan siswa yang lainnya agar siswa yang lainnya memperhatikan siswa yang sedang menyampaikan hasil diskusi dan diharapkan siswa yang lainnya juga turut menanggapi hasil diskusi. Dalam memberikan penguatan guru tidak hanya dengan melakukan tanya jawab saja tetapi guru harus lebih memberi penguatan dan penekanan pada setiap pokok bahasan yang penting dan diulang-ulang agar siswa menjadi lebih mengerti terhadap materi yang dipelajarinya.
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
b.
Siklus II Pelaksanaan siklus II meliputi perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, hasil
belajar, dan kesimpulan. Pada penelitian siklus II ini peneliti memperoleh data sebagai berikut. 1)
Perencanaan Sebelum melakukan kegiatan penelitian, peneliti terlebih dahulu membuat
perencanaan-perencanaan diantaranya membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), RPP yang dibuat pda siklus II ini berdasarkan dari hasil perbaikan dalam proses refleksi siklus sebelumnya. RPP yang disuse n dalam siklus II memiliki sistematika yang sama dengan RPP yang biasa disusun oleh guru yaitu identitas sekolah, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator capaian kompetensi, materi ajar, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media dan sumber belajar, dan penilaian.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat untuk penelitian ini berbeda dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang lainnya. Pada RPP yang dibuat ini menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Perbedaan RPP yang menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan RPP yang lainnya yaitu terletak pada skenario pembelajaran atau langkah pada kegiatan inti yang menerapkan karakteristik pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam skenario pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat dilihat sebagai berikut. a)
Memberikan masalah kontekstual sesuai dengan yang ada di lingkungan siswa yang berkaitan dengan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan dengan menyebutkan permainan yang berada di lingkungan sekitar siswa.
b)
Guru melakukan pemodelan mengenai materi operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan.
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
c)
Guru
membimbing
dan
memfasilitasi
siswa
untuk
mengkonstruksikan
pengetahuannya mengenai materi operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan sesuai pemikirannya masing-masing. d)
Mengkaitkan materi operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan dengan materi lain dalam pelajaran matematika
e)
Guru menciptakan masyarakat belajar dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
f)
Guru melakukan refleksi dan penilaian di akhir pertemuan dengan tanya jawab dan berdiskusi dengan siswa.
g)
Membagi siswa kedalam 4 kelompok berdasarkan kemampuan siswa.
Selanjutnya untuk lebih jelas mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) maka RPP dapat dilihat pada lampiran.
2)
Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus II ini dilaksanakan pada hari kamis tanggal
07 Mei 2015. Observasi mengenai kegiatan pembelajaran dilakukan oleh tiga orang observer. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dengan hasil perbaikan dari siklus sebelumnya, materi yang disampaikannya pun masih tentang soal cerita operasi hitung, tetapi soal cerita operasi hitung yang diajarkannya berbeda dengaan operasi hitung siklus I, pada siklus II ini soal cerita operasi hitung yang diajarkan alah operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Adapun gambaran umum dari pelaksanaan pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a)
Kegiatan Awal Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa terlebih dahuku supaya siswa
lebih siap dalam mengikuti pembelajaran dengan cara merapikan tempat duduk siswa dan meminta siswa untuk mengeluarkan alat tulisnya, kemudian guru dan siswa Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56
bersama-sama berdo‟a untuk memulai pembelajaran, setelah itu guru mengecek kehadiran siswa melalui lembar absensi siswa, seluruh siswa hadir semua. Sebelum memulai pembelajaram guru memotivasi siswa terlebih dahulu dengan melakukan tepuk semangat, siswa mengeluarkan keantusiasannya dengan suara yang bersemangat. Setelah itu guru mencoba mengaitkan materi yang akan disampaikan dengan materi yang sebelumnya telah disampaikan yaitu tentang soal cerita penjumlahan dan pengurangan tanpa teknik meminjam dengan menggunkan kelereng. Sebagian besar siswa menjawab dengan bersemangat. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran terkait dengan materi yang akan dipelajari. Siswa meperhatikan dan mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
b)
Kegiatan Inti Pada kegiatan ini, guru membagikan setiap siswa 10 stik es krim dan
memberikan maslah kontekstual dengan menempelkan beberapa pertanyaan soal cerita di papan tulis. Siswa terlihat antusias ketika guru menempelkan beberapa soal cerita di papan tulis. Guru membacakan soal cerita yang ada di papan tulis dan meminta siswa untuk menuliskan kembali dalam buku masing-masing siswa dan mengerjakannya, siswa kemudian siswa yang bisa terlebih dahulu menjawab bisa meperagakannya di depan kelas menggunakan stik eskrim dan menempelkannya di papan tulis dengan menggunakan media angka yang telah disediakan oleh guru. Setiap siswa yang berani maju ke depan kelas untuk menempelkan jawaban dan jawaban tersebut benar siswa diberikan reward oleh guru berupa gambar smile face dan ditempelkan di dada. Guru membenarkan jawaban siswa ketika siswa menjawabnya dengan benar dan guru meluruskan jawaban siswa dan memberi penegasan atas jawaban-jawaban siswa.
Guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dengan cara dipanggil satu persatu dan disediakan tempat duduknya sehingga proses pembentukan kelompok tidak seribut pada pembelajaran siklus sebelumnya. Siswa dibagi ke dalam 4 kelompok, tiap kelompoknya terdiri dari 4-5 orang siswa. Guru memfasilitasi dan Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
membimbing siswa agar dapat mengkonstruksikan konsep soal cerita operasi hitung dengan memberikan media stik eskrim serta Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk didiskusikan mengenai operasi hitung yang tedapat dalam soal cerita tersebut.
Guru tidak lupa untuk memberikan penjelasan kepada siswa bagaimana cara mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) agar siswa tidak lagi kebingungan dalam mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru juga berkeliling kesetiap kelompok untuk memeriksa keadaan siswa ketika berdiskusi. Pada proses diskusi kelompok ini sebagian besar siswa aktif dan tertib dalam mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) karena sebelumnya guru memberitahu bahwa guru akan memberikan reward kepada satu kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik dalam kegiatan tersebut dan semua anggota kelompoknya harus berpartisipasi aktif dalam mengisi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang diberikan.
Suasana diskusi kelompok sangat kondusif, siswa yang memiliki kemampuan yang lebih dari teman-temannya membimbing temannya dalam kegiatan diskusi dan mepersilahkan temannya untuk mempelajari lagi hasil diskusinya. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru menggunakan prinsip interaktivitas dengan meminta siswa untuk menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dan siswa lainnya menanggapi. Kemudian guru meminta perwakilan kelompok maju ke depan kelas dan menyampaikan hasil diskusinya dan guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk menanggapinya. Stelah itu guru meluruskan jawaban dari hasil diskusi siswa dengan menuliskannya di papan tulis kemudian guru memberikan penguatan tentang materi yang telah disampaikannya. Guru memberikan soal evaluasi yang dikerjakan secara individu, siswa pun mengerjakannya secara tertib dang sungguh-sungguh. Kegiatan evaluasi tersebut mengakhiri kegiatan inti, selanjutnya beranjak pada kegiatan akhir.
c)
Kegiatan Akhir
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
Pada kegiatan akhir, siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari yaitu soal cerita operasi hitung penjumlahan dan pengurangan dengan teknik meminjam. Kemudian guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik, pada hari itu kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik adalah kelompok merah, semua anggota kelompok lima maju ke depan kelas dan mendapat bintang sebagai penghargaan. Guru memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi). Guru memberikan sedikit nasehat kepada siswa supaya mereka lebih bersungguh-sungguh dalam belajar dan lebih tekun lagi. Guru kemudian menutup pembelajaran dan bersma-sama berdo‟a kembali.
3)
Aktivitas Saat dilaksanakannya tindakan pembelajaran siklus I dengan langkah-langkah
pembelajaran di atas tersebut, dilakukan pengamatan atau observasi. Berikut ini adalah pemaparan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti berupa catatan lapangan dan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer. Tabel 4.3 Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Tahap
Hasil Pengamatan
Pendekatan No.
Contextual
Hal yang Diamati
Teaching and
Ya
Tidak
Deskripsi
Learning (CTL) 1.
Pemberian
Guru memberikan √
Guru
masalah
sebuah
menyajikan soal
kontekstual
permasalahan
cerita di depan
(Kontriktivisme
dengan
kelas
& inkuiri)
menyajikan cerita
di
soal papan
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
√
tulis Siswa memberikan respon
Semua
mengacungkan
terhadap
perintah
siswa
tangan
guru
untuk mengidentifikasi data-data yang ada pada soal cerita 2.
Bertanya
Guru mengajukan √
Siswa
A9
menjawab
pertanyaan soal
pertanyaan guru
cerita tersebut dan
dengan jawaban
memberikan
yang benar
mengenai
kesempatan kepada untuk
siswa menjawab
yang mencerminkan kemampuan seseorang
dalam √
berpikir Siswa
merespon
pertanyaan guru 3.
Pemodelan
Guru
meminta √
Siswa A13 dan
untuk
setiap
A15
perwakilan
siswa
depan
maju
depan
untuk
untuk
memperagakan
kelas
ke
memperagakan
aturan
maju
ke
kelas
operasi
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
aturan
operasi
hitung
yang
hitung menggunakan
terdapat dalam soal
media
cerita
eskrim.
Siswa
stik
maju √
kedepan kelas 4.
Menciptakan
Guru
membagi √
Siswa dibagi ke
masyarakat
siswa ke dalam 4
dalam
belajar
kelompok
kelompok secara
secara
4
heterogen
heterogen √
Siswa
dan
ditentukan oleh
dikondisikan untuk
guru
sehingga
berkumpul
siswa tidak ribut.
bersama kelompoknya 5.
Penilaian sebenarnya
yang Masing-masing maju
bisa
kedepan
untuk
dan menjelaskan
menjawab
memberikan
jawaban
jawaban
benar
setiap
jawaban siswa Guru
secara
meluruskan
jawaban
Refleksi
Setiap kelompok
kelompok
Guru
6.
√
dan
√
siswa √
Guru dan siswa
menyimpulkan
mengurutkan
pembelajaran yang
kembali
telah dilakukan
kejadiankejadian selama pembelajaran
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
berlangsung
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci ada pada lampiran, jumlah aspek yang terlaksana sebanyak 22 aspek atau 100%. Keseluruhan aspek ini dapat terlaksana setelah melakukan refleksi dari tindakan sebelumnya. Hasil observasi pelaksanaan pembelajaran siklus II secara rinci terdapat pada lampiran. Peneliti juga mencatat banyak temuan-temuan pada aktivitas siswa di kelas pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan. Berikut adalah rinciannya: Tabel 4.4 Catatan Lapangan pada Pembelajaran Siklus II Kendala/Kesulitan
Usaha Perbaikan
Ada beberapa siswa tidak terperhatikan Guru lebih memperhatikan siswa yang dengan baik oleh guru
4)
lainnya dengan baik.
Hasil belajar KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah adalah 70, jadi siswa
dikatakan tuntas ketika siswa tersebut mendapat nilai 70 atau mendapat nilai di atas 70. Hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pelajaran matematika materi soal cerita operasi hitung yang telah dilaksanakan pada siklus II menunjukan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65. Rata-rata nilai siswa sebesar 93. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 17 orang dengan presentase 94%, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebanyak 1 orang dengan presentase 6%. Tingkat keberhasilan belajar siswa bisa dikategorikan sangat tinggi karena presentase ketuntasan dalam siklus II mencapai 94%.
Hasil pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siklus II menunjukan peningkatan dari hasil siklus I yang telah dilakukan. Bila dibandingkan dengan hasil belajar siklus I rata-rata Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
nilai hasil belajar siswa yaitu sebesar 81 dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa siklus II sebesar 93 mengalami peningkatan sebesar 12. Presentase siswa yang mencapai KKM pada hasil belajar siklus I yaitu sebesar 72% dengan hasil belajar siklus II sebesar 94% mengalami peningkatan sebesar 22%. Perbandingan rata-rata nilai hasil belajar dan presentase pencapaian KKM pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut.
Rata-rata nilai siswa 100
81
80
Presentase pencapaian KKM
93 94 72
60 40 20 0 Siklus I
Siklus II
Gambar 4.2 Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II
5)
Kesimpulan Pada pelaksanaan siklus II ini sudah lebih baik bila dibandingkan dengan
siklus I. Guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, mulai dari memberi motivasi, apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan materi, membimbing siswa dalam kelompok, memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, serta memberikan evaluasi kepada siswa. Guru juga sudah bisa mengupayakan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan pada siklus sebelumnya.
Hasil belajar pada siklus II telah menunjukan peningkatan yang sangat baik dengan presentase ketuntasan 94% dan bisa dikategorikan sangat tinggi. Jadi apabila meninjau pada standar ketuntasan belajar yang ditetapkan depdiknas pembelajaran Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63
secara klasikal akhirnya bisa dikatakan tuntas karena sudah mencapai standar ketuntasan yang ditetapkan depdiknas yaitu kelas bisa dinyatakan tuntas dalam belajar apabila siswa yang tuntas mencapai 85% dari total siswa atau lebih. Namun catatan untuk satu orang yang nilainya di bawah KKM yaitu siswa A7 diberikan remedial teaching dan perhatian khusus dari guru agar kedepannya siswa tersebut dapat memenuhi target yang diinginkan.
B.
Pembahasan
1.
Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita dalam Pembelajaran Matematika Penelitian Tindakan Kelas ini telah membuktikan bahwa pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat memberikan sumbangan positif bagi pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran siswa untuk meningkatkan kemampuan memecahkan soal cerita di kelas IIB SDN yang terletak di Kota Bandung Kecamatan Sukajadi. Kualitas pembelajaran siswa mengalami peningkatan yang signifikan, terbukti pada pelaksanaan pembelajaran yang ditunjukan dengan aktivitas siswa yang meningkat dan hasil belajar siswa yang meningkat di setiap siklusnya. Peningkatan kualitas pembelajaran ini dapat terjadi karena sebelumnya telah membuat perencanaan pembelajaran yang disusun secara baik dan matang.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat memiliki sistematika yang sama dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang biasa dibuat oleh guru yaitu identitas sekolah, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator capaian
kompetensi,
materi
ajar,
metode
pembelajaran,
langkah-langkah
pembelajaran, media dan sumber belajar, dan penilaian. Namun yang membedakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu dalam kegiatan inti. Kegiatan inti pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan Contextual Teaching and Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
Learning (CTL) ini mengacu pada karakteristik pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu pemodelan, masyarakat belajar, refleksi, penggunaan konteks, pemanfaatan hasil konstruksi dan penilaian yang autentik.
Perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini disusun tidak langsung baik tetapi disusun secara bertahap, mengingat perencanaan dari siklus ke siklus selalu ada kekurangan dan diperlukan perbaikan setiap siklusnya. Kekurangan-kekurangan yang ada dalam perencanaan pembelajaran yang disusun dar siklus I hingga siklus II tentunya mengalami perbaikan dari tahap ke tahap berdasarkan hasil refleksi dari setiap siklus agar dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) menjadi optimal.
Dalam perencanaan siklus I materi yang diajarkan yaitu tentang soal cerita operasi hitung, pada pelaksanaannya guru mengikuti langkah-langkah pembelajaran yang di dalamnya memuat karakteristik pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam perencanaan siklus II secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang mencolok dari siklus I karena pada kegiatan pembelajaran peneliti mengacu pada karakteristik pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) hanya pada pokok bahasan materi yang disampaikan yaitu soal cerita penjumlahan dan pengurangan dengan teknik meminjam dengan tanpa teknik meminjam tau menyimpan, kemudia pada alat peraga dan media pembelajaran yang lebih beragam berdasarkan hasil dari refleksi siklus I, pembagian kelompok ditentukan oleh guru sesuai dengan kemampuan siswa dengan tujuan agar semua siswa aktif mengkonstruksikan pengetahuannya dalam kegiatan diskusi.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar yang telah dilakukan tidak terlepas dari kajian teori dan penguasaan kurikulum. Oleh karena itu, untuk dapat mengembangkan langkah-langkah dalam kegiatan inti yang menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), terlebih dahulu haruslah mengkaji dan menelaah teori mengenai pendekatan Contextual Teaching and Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
Learning (CTL) serta menguasai kurikulum. Sehingga bagi siapapun yang akan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses pembelajarannya, terlebih dahulu harus mempelajari berbagai konsep atau teori yang berhubungan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) serta menguasai kurikulum dan materi ajar.
Pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat karena pada pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa dapat memulainya dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga dapat membuat pembelajaran lebih bermakna. Emberian masalah kontekstual akan mengantarkan siswa pada pemodelan. Pemodelan dengan memanfaatkan alat peraga kelereng dan stik eskrim, alat peraga yang digunakan yaitu benda-benda yang ada di lingkungan sekitar siswa. Alat peraga ini akan mengkongkretkan konsep matematika yang bersifat abstrak sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami sebuah konsep matematika.
Hal tersebut sejalan dengan teori Piaget bahwa pada usia sekolah dasar merupakan tahap kongkret dimana berpikirnya dengan segala sesuatu yang nyata. Sehubungan dengan alat peraga, dalam pemilihannya harus memperhatikan keefektifan, dan keefesienannya serta harus sesuai dengan materi. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) juga sesuai dengan teori Brunner yang tahapannya yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik sesuai dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Brunner juga berpendapat bahwa proses pembelajaran sebaiknya siswa diberi kesempatan untuk meneliti alat peraga. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu memfasilitasi guru dengan menyediakan sarana dan prasarana terutama alat peraga serta memberi kesempatan pada guru untuk berkreasi sehingga pelaksanaan pembelajaran lebih optimal.
Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan memecahkan soal cerita dan Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
aktivitas siswa dibandingkan dengan metode yang biasa digunakan guru yaitu ceramah. Dalam metode ceramah, pembelajaran berpusat pada guru. Guru sebagai sumber belajar dan siswa hanya mendengarkan apa yang guru jelaskan. Dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pembelajaran berpusat pada siswa, guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga dalam pembelajarannya siswa diberi kesempatan untuk dapat menemukan sendiri konsepkonsep matematika dan pembelajaran menjadi lebih bermakna karena dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal tersebut sejalan dengan Permatasari (Selvy, 2014: 63) bahwa „faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yaitu model penyajian materi, pribadi guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi luar‟. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan secara rinci bahwa model penyajian materi mencakup pendekatan ataupun alat peraga yang digunakan untuk memfasilitasi dan menunjang penyajian materi di kelas dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
2.
Perkembangan Peningkatan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita pada Pembelajaran
Matematika
(hasil)
yang
Menerapkan
Pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terbukti dapat meningkatkan kemampuan memecahkan soal cerita. Hal ini ditandai dengan hasil belajar siswa kelas IIB SDN yang terletak di Kota Bandung Kecamatan Sukajadi dari siklus I dan siklus II menunjukan peningkatan yang signifikan, baik nilai rata-rata siswa maupun presentase pencapaian KKM. Pada siklus I nilai rata-rata mencapai 81 dengan presentase pencapaian KKM sebesar 72%, pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata mencapai 93 dengan presentase pencapaian KKM sebesar 94%. Dari hasil yang di dapat menunjukan bahwa dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan soal cerita matematika secara signifikan. Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
Karakteristik yang ada dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) juga membuat siswa aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa merasa senang dan bersemangat sehingga siswa tertarik pada mata pelajaran matematika dan tidak lagi menganggap bahwa matematika itu sulit. Hal tersebut membuat siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi dan hasil belajarpun meningkat. Selain itu, dengan mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan seharihari siswa maka pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih bermakna, sehingga siswa dapat mengingatnya dalam jangka waktu yang lama. Hal tersebut sejalan dengan Mashudi (2012: 95) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada aspek kognitif mengalami peningkatan setelah diterapkannya pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan secara umum siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Berdasarkan penjelasan di atas mengenai keberhasilan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam meningkatkan aktivitas siswa dan kemampuan memecahkan soal cerita matematika
maka penerapan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak sebatas hanya pada materi soal cerita saja namun dapat diterapkan juga pada materi lain yang ada pada pelajaran matematika.
C. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil refleksi selama melakukan penelitian yang telah berjalan sebanyak dua siklus, peneliti akan memaparkan beberapa keterbatasan pada penelitian ini. Keterbatasan tersebut dapat menjadi refleksi sebagai bahan pertimbangan yang harus diperbaiki pada penelitian selanjutnya. Keterbatasan penelitian ini antara lain: 1.
Waktu pada penelitian ini sangat terbatas, yang dikarenakan pada akhir semester ini cukup banyak waktu libur, baik libur berdasarkan kalendernasional, maupun kalender akademik yang akan melaksanakan Ujian Nasional (UN) ataupun Ujian Sekolah (US) yang dilaksanakan oleh kelas VI sehingga kelas yang lainnya
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
diliburkan. Selain itu juga siswa telah mendekati Ujian Kenaikan Kelas (UKK), sehingga penelitian ini hanya dapat terlaksana sebanyak dua siklus. 2.
Pengelolaan atau management kelas harus lebih dikuasai oleh guru, terutama pada kelas yang mempunyai jumlah siswa di atas 20 orang.
Shinta Purnama Dewi, 2015 Penerapan Ctl Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas Ii Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu