1
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.1
Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Royal Orson Sejahtera mempunyai bisnis inti adalah manufaktur
Sabun Toilet, Soap Noodles dan Sampo. Ia mengkhususkan diri dalam memproduksi sabun perawatan kulit, yang dipecah menjadi enam katagori yang berbeda yaitu Fruity, Kecantikan, mengandung obat, sabun Whitening, Sabun Multipurpose dan sabun laundry. PT. Royal Orson Sejahtera didirikan pada kuartal terakhir 1998. Namun melalui tindakan yang efisien dan cepat untuk sumber pemasok yang sangat baik serta basis pemasaran super, PT. Royal Orson Sejahtera telah siap untuk bersaing secara agresif di pasar sabun. 1.1.1
Sejarah Singkat PT. Royal Orson Sejahtera PT. Royal Orson Sejahtera didirikan pada tahun 1998, dengan sejumlah
kecil karyawan, tetapi dalam waktu yang sangat singkat kami memperoleh nama baik dikalangan bisnis. Pada awalnya, kami mengekspor bahan sabun untuk Afrika saja, tetapi sejah tahun 2001 kami mengekspor ke semua pasar besar didunia. Kantor kami terletak di Cityloft Sudirman, 20th Floor Room 2005. Jl. KH. Mas Mansyur No. 121 Jakarta 10220. Kantor kami biasa melakukan kerja sama dengan Lagos, Apapa, Cotonou, Tincan, Africa, Luanda, Etc.
2
Pelanggan kami sangat puas dengan pelayanan kami, karena kami selalu berusaha untuk menyediakan sabun berkualitas bagus namun dengan harga yang bersaing, ini adalah alasan mengapa ekspor kami selalu meningkat. Selain bahan sabun untuk diekspor, sekarang kami juga menyediakan ikan sardines, korek api, minyak goreng, margarine, soap noodles, detergent, hand&body, ini merupakan beberapa contoh barang yang kami ekspor. Apa pun yang anda butuhkan, jangan ragu untuk menanyakan kami. Kami selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk pelanggan berharga kami.
1.1.2
Tugas Pokok, Fungsi, Kewenangan serta Visi dan Misi PT. Royal Orson Sejahtera PT. Royal Orson Sejahtera mempunyai bisnis utamanya adalah produksi
sabun toilet. Kami mengkhususkan diri dalam memproduksi sabun perawatan kulit, yang dipecah menjadi 4 kategori yang berbeda, yaitu Frutty, beauty, Medicated and Whitening Soap. PT. Royal Orson Sejahtera didirikan pada kuartal terakhir tahun 1998. Namun melalui tindakan efisien yang cepat dan professional PT. Royal Orson Sejahtera telah memampukan dirinya untuk bersaing secara agresif di pasar sabun International, dan mengeluarkan 5 brand yaitu: 1. Royal Orchard Fruity Soap (80 gr/ 85 gr) 2. Jolie Beauty Soap (80 gr/ 150 gr)
3
3. SoftPearl (Honey & Milk and Whitening Soap) (85 gr) 4. Neo Medicated (80 gr) 5. Blossom White & Pink (Whitening Soap) (90 Gr/ 100 gr) Merek-merek seperti Royal Orchard Fruity Soap, Jolie Beauty Soap and Blosson white & pink telah mempunyai pasar besar nya sendiri seperti Nigeria, Ghana, Banjul, Freetown, Lome, Angola, Dubai, Afgnistaas, Iran, Fiji, India and Pakistan. Kami juga mengembangkan bisnis kami di tahun 2006 ke Ethiopia, Vietnam, Nepal, Mongolia, Peru, Costa Rica, Panama, Haiti, Papua Nugini, South Africca dan Solomon Island. PT. Royal Orson Sejahtera awal keberhasilannya telah didominasi oleh pemegang saham serbaguna, yang mempunyai kemampuan pemasaran yang hebat dan telah memberi kita ujung tombak dalam penjualan mereka. PT. Royal Orson Sejahtera saat ini telah menekspor 500 ton sabun perbulannya. Pada tahun 2007, PT. Royal Orson Sejahtera menambahkan kapasitasnya, investasi pada mesin sabun terbaru dari Inggris dan merelokasi pabrik ke lokasi yang lebih strategis dan besar, namun kantor utama tetap terletak di Sudirman-Jakarta Pada tahun 2004, PT. Royal Orson Sejahtera meluncurkan 2 merek terbesarnya yaitu Jolie Beauty Soap dan Royal Orchard Fruity Soap di pasar lokal. Jolie dan Orchard ini sangat diterima oleh pasar lokal dan siap berkompetensi secara agresif dengan banyak perusahaan sabun besar lainnya di pasar lokal.
4
PT. Royal Orson Sejahtera VISSION Is to establish leading brands that will be heavily demanded all around the world. Aside from concentrating on toilet soaps, plans have been drawn to venture into a detergent plant and a noodle plant. However future plans lay on the success of our core business. PT. Royal Orson Sejahtera MISSION Is to build partnership all arount the world, by continuously satisfying customers demands in manufacturing and supplying quality soaps at competitive prices world-wide. Budaya Organisasi PT. Royal Orson Sejahtera
1.1.3
-
Menjaga Kebersihan Lingkungan Kerja
-
Mengutamakan Keselamatan Kerja
Struktur Organisasi PT. Royal Orson Sejahtera Struktur organisasi dalam sebuah perusahaan merupakan hal yang penting.
Hubungan antara satu pekerja dan pekerja lain akan menjadi teratur. PT. Royal Orson Sejahtera adalah perusahaan dengan struktur organisasi yang sederhana namun efisien. Struktur digambarkan dengan sederhana dengan tujuan agar lebih mudah untuk dibaca, berikut gambar dari sruktur organisasi PT. Royal Orson Sejahtera
5
Gambar 1 Struktur Organisasi PT. Royal Orson Sejahtera DIREKSI ROMI NATHANI Direktur Utama
ANGELY PESWANI Sekretaris Direktur Utama
1.2
Lavesh Kumar
Joo Siou Bing
Karan Peswani
Manager Export
Finance Manager
Manager Import
Margaretha L
Devina
Didi Syepudin
Document Specialist
Accounting
Assistans Manager
PROFILE NARASUMBER Dalam penelitian untuk skripsi ini, peneliti memilih informan yaitu
seorang Direktur utama, ekspatriat laki-laki yang memiliki latar belakang budaya India, yang memiliki sekretaris seorang perempuan India juga namun sudah tinggal dari kecil di Indonesia dan memiliki bawahan seorang perempuan dengan jabatan Finance Manager yang memiliki latar belakang budaya Tiong Hoa, Lalu Accounting Staff asal Surabaya dan Assistant Manager Import asal Jakarta. Dimana mereka setiap harinya melakukan komunikasi lintas budaya yang mungkin saja terdapat hambatan komunikasi antar budaya di dalamnya. Dalam hal ini masing-masing responden memiliki sifat, karakter dan tingkah laku, cara penyampaian pesan, penerimaan pesan, dan jawaban dalam
6
wawancara yang berbeda, bahkan yang menjadi hambatan mereka dalam berkomunikasi dengan orang berbeda budaya mungkin juga berbeda. Karena itu dalam penelitian ini akan dibahas hambatan komunikasi antar budaya yang terjadi diantara responden. Romi Nathani adalah seorang ekspatriat kulit putih dari India. Lahir di India, 19 Juni 1964. Saat ini Romi tinggal di Indonesia, dalam apartement mewah Pakubuwono Residence. Dia tinggal bersama istri dan 2 orang anaknya. Anak perumpaan berumur 20 tahun bernama Saheena dan anak laki-laki berumur 17 tahun bernama Sameer. Romi dan istrinya datang ke Indonesia, ke Jakarta kurang lebih 5 tahun yang lalu, tepatnya tahun 2006. Pertama kali pindah Romi dan istrinya merasa sangat berat karena mereka jauh dari keluarga, saudara dan teman2 mereka dan akan tinggal bersama orang-orang asing tidak dikenal, berbeda budaya pula. Hanya 2 orang yang mereka kenal sebelumnya yaitu Perkash Kubani (juga ekspatriat berkulit putih dari India) dan Angely Peswani yang menjadi sekretaris Romi Nathani sekarang. Saat itu Perkash adalah orang yang mendatangkan atau meminta Romi Nathani untuk berkerja di PT. Royal Orson Sejahtera. Sebelumnya Romi bekerja disebuah perusahaan import di Nigeria-Afrika yang saat ini menjadi investor PT. Royal Orson Sejahtera. Romi menyetujui untuk pindah ke Indonesia karena dia ingin mencari pengalaman baru, selain itu mencari penghidupan yang lebih baik. Sebetulnya dia dibayar cukup di Nigeria, tetapi gaji yang ia terima jika ia bersedia dikirim ke Indonesia lebih besar, apalagi biaya hidup dan pajak yang harus dibayar di Indonesia tidak besar baginya, karena ia dibayar dengan USD
7
sementara biaya hidup dan pajak dibayar dalam rupiah. Apalagi untuk tempat tinggal, keperluan rumah tangga, makan, biaya kesehatan, persalinan sampai asuransi untuk istrinya dan anaknya ditanggung perusahaan. Romi merupakan anak bungsu dari 7 bersaudara, menurutnya ayahnya adalah panutannya, sejak kecil ayahnya selalu mendidik dia untuk dapat mengambil keputusan sendiri, jika ia datang pada ayahnya dan menanyakan apa keputusan yang harus ia ambil, maka ayahnya akan memberi beberapa alternatif dan konsekuensinya, tetapi pengambilan keputusan akhirnya adalah dirinya sendiri. Dan karena itu baginya hal ini yang dapat membuat dirinya sampai pada posisi seperti ini karena dia dapat tegas memutuskan sesuatu dan hal ini pula yang ia dan istrinya terapkan pada anaknya. Romi memiliki ciri-ciri kulit putih kemerahan, bola matanya berwarna coklat terang, bulu mata yang sangat panjang tebal dan lentik. Tampan. Rambutnya hitam pekat. Menganut agama Kristen Protestan. Waktu masih di India makanan yang biasa ia makan di sehari-harinya adalah vegetarian. Namun di Indonesia yang ia sukai adalah kare kambing, ketoprak, bakpau babi. Bahasa utamanya adalah Sindi atau bahasa India, jika berbicara dengan teman sesama India sering menggunakan kata-kata makian dalam bahasa India. Bahasa yang Ia gunakan saat berbicara dengan orang-orang dalam perusahaan adalah bahasa Inggris, dan kadang dengan Bahasa Indonesia. Dia adalah orang yang cukup ramah dengan orang lain sekalipun dengan office boy dan security atau buruh-buruh di pabrik. Jika menyapa mereka Romi menggunakan bahasa
8
Indonesia. Bahasa Indonesia yang paling sering ia gunakan adalah salam seperti selamat pagi, selamat siang, selamat malam. Tapi sapaan yang sering ia katakan adalah “Pagi buuu”, “Pagi Pak”. Kata lain dalam bahasa Indonesia lain yang sering ia katakan adalah “Bagus”, “Tida Bagus”, “Apa masala”, dan “TerimaKasih”. Saat ini ia menduduki jabatan penting dalam perusahaan, dimana dia membawahi beberapa bawahan. Salah satunya adalah sekretarisnya, Angely. Setiap proses petty cash, pembukuan, pembelian dll semua diserahkan kepada Angely, sehingga setiap harinya pasti Angely berkomunikasi dengan Romi. Diluar masalah pekerjaan Angely dan Romi berteman baik. Jika membutuhkan apapun baik barang maupun keperluan lain Romi dan keluarganya akan selalu mencari Angely. Jika Romi dan keluarganya berpergian ataupun ada acara selalu mengajak Angely. Yang mencarikan sekolah ataupun pengasuh untuk Saamer juga Angely. Seharusnya karena Angely dan Romi cukup akrab dan sering berkomunikasi, seharunya mereka cukup mengerti satu sama lain dan mungkin meminimalkan hambatan
dalam komunikasi antar budaya yang terjadi
diantara mereka. Angely adalah Sekretaris dalam PT. Royal Orson Sejahtera lahir di India, namun dari kecil sudah tinggal di Indonesia, anak pertama dari 4 bersaudara. Saat ini statusnya belum menikah, menganut agama Hindu. Adat India dalam keluarganya masih kental. Pendidikan dasar sampai SMU ia jalani di Indonesia, keluarga mereka pindah ke Indonesia ketika angely berumur 1 tahun.
9
Angely bekerja dengan Romi semenjak lulus SMA, pertama kali bekerja jabatannya hanya Staff Warehouse, namun karena kerajinannya bekerja dia diangkat menjadi admin export, seiring berjalannya waktu 7 tahun dia bekerja bersama Romi, akhirnya angely diangkat sebagai sekretaris romi, karena angely sudah mengerti sekali seluk beluk perusahaan. Angely juga memiliki sifat rasa ingin tahu yang besar sekali, karena dia sering ingin tahu apa yang dikerjakan oleh orang lain maka ia pun belajar banyak hal, salah satunya adalah mengerjakan pembuatan purchase order, purchase request dll. Sampai dia menduduki jabatan sebagai kaki tangan direktur utama. Angely juga merupakan orang yang tidak sering menolak jika diminta tolong orang lain dan dia akan menolong dengan tulus hati jika ia mampu melakukannya. Angely merupakan orang yang cukup vokal dalam perusahaan. Berani menyuarakan aspirasi orang lain, sehingga angely sering menjadi tempat pengaduan banyak orang supaya ia bisa memperjuangkannya ke rapat manajer dan ke Big Boss. Angely memiliki tinggi badan 150cm dengan berat badan 55 kg. kulitnya sawo matang. Bahasa yang ia gunakan sehari-hari dirumah adalah adalah bahasa Sindi dan bahasa Inggris. Sebenarnya angely adalah orang yang cukup ceria dan gampang bergaul dengan orang lain, tetapi di kantor dia tidak ingin terlalu dekat dengan rekan-rekannya. Hanya sebatas pekerjaan saja. Angely juga akrab denga ekspatriat lain termasuk dengan Romi dan keluarganya. Diluar jam kantor mereka berteman. Angely juga sering mengasuh
10
Sameer anak Romi yang sering sekali dititipkan pada angely dirumahnya di Sunter. Dari lokasi perusahaan dan rumah karyawan satu jam jauhnya. Romi sering menitipkan anaknya jika hendak bepergian berdua dengan istrinya. Herannya Sameer tidak rewel dan justru senang bermain di rumah Angely. Di rumahnya Angely tinggal bersama Ibunya dan ketiga adiknya, Ayah angely sudah meninggal ketika dia berumur 17 tahun, dan semua keluarga angely sayang kepada Sameer seperti bagian keluarga itu sendiri. Dikantor menurut pengakuan Angely, ada yang kurang suka dengan dia yaitu Lavesh orang kepercayaan Romi, lavesh kurang suka terhadapnya karena mungkin terlalu banyak tahu, selain itu beberapa kali lavesh berusaha menjatuhkan angely di depan Romi sang Big Boss. Herannya Lavesh sering minta tolong pada Angely untuk melakukan tugasnya. Walaupun tak jarang Angely bertengkar dengan Lavesh, tetapi Angely selalu berusaha membantu selagi dia bisa. Padahal dia sendiri juga kurang suka pada Lavesh yang ia anggap ambisius, ingin menjadi orang nomor 1 di perusahaan, suka seenaknya sendiri, dll. Selain Angely sebagai sekretaris yang mengurusi petty cash perusahaan, ada seorang accountant bernama Joo Sio Bing berkebangsaan asli Tionghoa, Joo Sio Bing bertugas mengurusi akuntansi perusahaan, pembukuan setiap bulan juga pembukuan akhir tahun, karena tugasnya ini Joo Sio Bing akan terus berhubungan dengan Angely, namun ada perbedaan sifat diantara Angely dan Joo Sio Bing, Joo Sio Bing orang yang sangat perfeksionis dalam menjalani pekerjaannya, dia sama sekali tidak ingin menunda pekerjaannya dan selalu up to date, namun dikarenakan Angely yang karena tugasnya terlalu banyak sehingga terkadang
11
terlambat untuk input data ke system perusahaan uang masuk dan keluar, Joo Sio Bing menjadi sering kesal dengan cara kerja Angely, padahal Angely tidak bermaksud untuk menunda pekerjaannya, Angely hanya sedikit keteteran dengan banyaknya tugas yang diberikan oleh Romi, sehingga beberapa kali Angely dan Joo Sio Bing sering beradu mulut, menurut Joo Sio Bing perkerjaannya jadi terlambat karena cara kerja Angely yang menunda pekerjaan, sedangkan menurut Angely, dia tidak bermaksud menunda pekerjaan hanya saja Angely butuh waktu untuk menyelesaikan semuanya, beberapa kali Romi sering menjadi penengah antara mereka berdua. Joo Sio Bing selain mengurusi pembukuan kantor, dia juga mengambil sampingan menjadi Manager Import, dia sering berpergian ke China untuk memesan beberapa aksesoris wanita, lalu aksesoris tersebut dikirim ke Indonesia dan dijual di Indonesia, Romi dan perusahaan yang memodali pekerjaan sampingan Joo Sio Bing ini, sehingga hasil keuntungan akan dibagi dua, karena kesibukan Joo Sio Bing yang sering keluar kantor untuk berpergian ke China, akhirnya Joo Sio Bing meminta kepada Romi menambahkan assistant untuk department Finance, Romi pun menyetujuinya dan akhirnya Joo Sio Bing merekrut keponakannya yaitu Davina asal Surabaya untuk menjadi assistant dalam mengurusi pembukuan kantor. Davina baru lulus S1 di Surabaya dan langsung bekerja di Jakarta sebagai assistant pembukuan Joo Sio Bing, dia masih kikuk dan bingung dalam menjalani pekerjaannya dan menghadapi dunia pekerjaan yang baru dia rasakan. Sehingga beberapa kali karyawan kantornya merasakan bahwa Davina tidak bisa bekerja
12
sama sekali, sering datang terlambat dan ingin selalu pulang cepat, karena Davina merupakan keponakan langsung dari Joo Sio Bing maka tidak ada yang berani menegurnya langsung, karyawan lainnya hanya berbisik-bisik membicarakan kelakuan Davina yang seenaknya, namun ternyata bisik-bisik dari beberapa karyawan tersebut sampai ke kuping Joo Sio Bing dan Davina, Davina tidak merasa nyaman akhirnya membicarakan masalah ini ke Romi, Romi pun sebenarnya marah dengan sikap Davina yang tidak disiplin, namun karena Davina berjanji akan memperbaiki cara kerjanya dan meminta maaf karena dia masih kaget dengan jam kerja yang baru dia jalani, akhirnya Romi memberi kesempatan untuk memperbaiki kinerja kepada Davina. Dibagian Import lainnya ada karyawan asal Betawi, Didi Saefudin, Didi merupakan bawahan langsung dari Karan, Kepala Gudang sekaligus Manager Import yang mengurusi Jam Tangan, Didi menyadari bahwa dia hanya karyawan bawahan yang ditugasi untuk membongkar barang-barang yang datang dari china, mengirimkannya kepada supplier, namun karena kepercayaan perusahaan terhadap Didi, dia menjadi orang kepercayaan nomor 1 Romi dan Karan dalam mengurusi kegiatan perbankan, cek, giro dan sebagainya, Didi orang yang sangat menuruti keinginan atasannya, sehingga tidak ada masalah untuk Didi bekerja dengan orang berkebangsaan India, Didi juga tidak banyak mengikuti gossip yang dilakukan karyawan lainnya, mungkin karena Didi sering berada di luar kantor, sehingga Didi lebih banyak Diam dan bekerja.
13
1.3
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hambatan karena prasangka,
stereotip
dan
kecenderungan
untuk
menilai
perilaku
seseorang
telah
digeneralisasikan oleh suku bangsa tertentu. Sepertinya perilaku seseorang itu juga adalah perilaku bangsa tersebut. Hambatan ini cukup serius karena akan ditularkan pada orang lain sehingga mungkin saja menjadi hambatan komunikasi antarbudaya pada orang lain. Selain itu, hambatan karena keterbatasan bahasa yang dimiliki oleh para pelaku komunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman atau permasalahan. Hasil penelitian selanjutnya akan penulis jabarkan dengan poinpoin sebagai berikut:
4.3.1
Asumsi tentang Persamaan Sebagai Direktur Utama yang harus tahu segala sesuatu yang terjadi
didalam perusahaan Romi mengadakan meeting setiap paginya untuk semua karyawan. Tapi kembali lagi dia harus menyesuaikan diri dengan masalah waktu. Orang Indonesia sangat parah dalam masalah ketepatan waktu. Romi sangat sangat tidak bisa bertoleransi masalah ini. Contoh meeting yang seharusnya sudah dimulai jam 8 tetapi orang-orang baru datang jam 8.30 itupun masih ada yang belum datang. Saat itu yang tepat waktu hanya ekspatriatnya, sementara orang Indonesia yang sudah hadir saat itu hanya Penulis. Setelah semuanya hadir dalam rapat, rapat tidak dapat segera dimulai karena di Indonesia harus melakukan apa yang Romi sebut dengan “chit chat” dia harus menanyakan
14
“hello how are you? What happen today? What is exciting today? How about your family today? Is there any news in Jakarta?” dan tidak bisa seperti di negerinya yang rapat bisa langsung dimulai tepat waktu dan langsung to the point. Hal serupa juga diungkapkan oleh Romi dalam wawancara dengan penulis. Dapat dilihat dalam lembar lampiran. Orang Indonesia lebih santai dalam hal bekerja. Contoh Romi meminta kepada pada Davina accounting perusahaan untuk melakukan tugas mendata ulang data-data hutang perusahaan terhadap pabrik, Romi memberi date line selama 7 hari. Saat itu hari Selasa 7 Agustus 2012, seharusnya Selasa minggu depan sudah selesai tetapi Romi memberi kelonggaran karena hari Sabtu Minggu libur maka tugas harus diserahkan paling lambat hari Kamis. Tepat hari Kamis ketika Romi masuk ruang kerjanya ia belum menemukan data dari Davina ada di mejanya, saat itu dia mencoba menelepon Davina tetapi kata Davina tugasnya belum selesai. Datanya banyak, mungkin setelah makan siang sudah selesai. Saat itu Romi yang agak emosi berusaha sabar dan memberi toleransi lagi. Setalah makan siang juga Romi belum menerima data itu. Akhirnya Romi menelpon Davina dengan nada cukup tinggi “Davina, 2 o’clock that data must be at my desk. Oo tidak bagus ini, don’t give me stupid reason bla bla bla, I don’t want to know, you please find out now for me” sambil mengeleng-gelengkan kepala, ketika penulis menatapnya dia bilang “Indonesia” sambil mengangkat bahunya. Sekitar pukul 02.10 Davina datang tetapi tidak membawa apa-apa. Saat itu Davina menjelaskan tugasnya belum selesai karena tadi waktu makan siang dia diajak makan siang oleh Vendor. Romi
15
sangat marah tetapi tidak melakukan apa-apa hanya duduk diam dan tak menganggap Davina lagi. Sewaktu Penulis mendekatinya dan menanyainya mengapa ia diam dengan nada kesal ia mengatakan “all Indonesia people is always like that, I don’t like, really don’t like, always come to me with jam karet and just say that’s happen this is happen and bla bla bla .. tida bagus” dengan mengangkat kepalanya ke kepala seperti sedang memegangi kepalanya dan menghembus napas panjang. Kemudian penulis bertanya lagi kenapa Romi tidak marah, dia menjawab singkat “Because I know it useless, they will give me any stupid reason make my head more headache, sangat tida bagus bekerja seperti ini, if I shot out to them it will same with kill my heart, I have disease in my heart”. Tapi pada saat itu wajahnya terlihat kesal sekali. Hal ini juga disebutkan Romi dalam wawancara formal dengan penulis. Dia masih sulit menerima hal ini. Apa yang dialami Romi dapat digolongkan dalam asumsi tentang persamaan karena dia selalu menuntut orang lain yang berbeda budaya dengannya untuk selalu seperti dia, selalu tepat waktu. Alasan lain banyak orang terikat dengan pemikiran yang sama dan tidak berpikir bahwa “dia adalah dia” karena jelas membuat ketidaknyamanan ketika harus berurusan dengan perbedaan. Jika seseorang bertindak “aneh” (berbeda dari yang lain) mungkin akan dinilai sebagai suatu kesalahan dan akan membuat setiap orang berpikir etnosentris. Romi kurang menyadari konsep bahwa dia adalah dia. Dia berbeda dengan saya. Ketika seseorang tidak tepat waktu dia akan marah sekalipun ia tidak mengungkapkannya dengan kata-kata. Hal ini bisa saja berpotensi untuk etnosentrisme jika saja Romi
16
berpikir orang Indonesia selalu terlambat dan tidak tepat waktu, tidak seperti kami yang ekspatriat. Mengingat Romi adalah orang dari budaya India yang dapat dikategorikan sebagai orang yang berbudaya waktu linier aktif, dimana mereka dapat bekerja pada jam-jam tertentu, tepat waktu, didominasi jadwal dan waktu, tetap pada rencana, dll. Padahal Romi saat ini hidup dalam budaya yang berbeda. Dia harus berusaha keras untuk mengubah kebudayaan itu, dalam hal ini mengubah cara pandang seseorang terhadap waktu, berusaha agar seseorang lebih menghargai waktu bukanlah hal yang mudah. Penulis dapat mengatakan hal itu dapat menjadi hambatan komunikasi antar budaya karena jika Romi marah misalnya, orang lain yang ingin mengutarakan maksud hatinya mungkin saya tidak jadi daripada nantinya juga kena marah, atau mungkin orang itu berniat minta ijin untuk melakukan sesuatu tetapi juga takut kena marah. Romi juga ketika marah otomatis menjadi lebih sensitif, walaupun marah itu masih terpendam tetapi bisa saja keluar dalam bentuk kata-kata atau makian sewaktu-waktu. Hal lain yang dapat menjadi contoh adalah yang dialami Joo Sio Bing berikut ini. Suatu saat pantat Joo Sio Bing dipukul oleh seorang Ekspatriat. Saat itu Ekspatriat tidak bermaksud apa-apa untuk melecehkannya, dia hanya memanggil untuk membicarakan sesuatu dengan Joo. Budaya di India memukul seperti itu tidak salah. Tetapi Joo kontan marah. Dia merasa dilecehkan dengan ekspatriat tersebut. Joo langsung berteriak memaki-maki dalam bahasa Indonesia.
17
Ekspatriat itu akhirnya tidak jadi menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan kepada Joo sebelumnya karena melihat Joo marah-marah. Walaupun tidak mengerti arti makian Joo tapi yang pasti saat itu Ekspatriat tahu bahwa Joo sedang memakinya. Saat itu Ekspatriat hanya berkata “sorry” tanpa tahu mengapa ia harus mengatakan maaf. Esok harinya Ekspatriat itu mendatangi Joo dan langsung bertanya “are you ok? Sorry about yesterday. But I still don’t know why you angry with me. Can you explain to me?” Saat it Joo masih agak emosi dia bertanya “why you hit me like that?” Ekspatriat itu menjawab “Im calling you, I want to tell you something”. Dengan wajah tak bersalah. Joo tersenyum dan tak lagi marah, ia menyadari mungkin di India budayanya memang seperti itu. Joo berusaha menjelaskan pada Ekspatriat bahwa di Indonesia tidak sopan memegang kepala orang lain atau memukul seperti yang dilakukan Ekspatriat tersebut. Kemudian Ekspatriat itu menjelaskan pada Joo di India memang memegang kepala juga tidak sopan tetapi memukul seperti yang Ia lakukan tak masalah. Dia mengatakan dia tidak tahu bahwa di Indonesia hal itu tidak sopan dilakukan. Setelah itu Ekspatria itu langsung minta maaf kepada Joo. Ia juga berjanji tidak akan mengulanginya. Berulang-ulang kali ia minta maaf sampai masih merasa bersalah kepada Joo beberapa hari setelah itu. Dalam kasus ini Ekspatriat itu juga kurang menyadari konsep bahwa dia adalah dia, dan dia berbeda dengan saya. Sesuatu yang saya anggap biasa bisa berarti sesuatu yang tidak menyenangkan orang lain.
18
4.3.2
Perbedaan Bahasa Bukan hal yang mengherankan lagi jika bahasa adalah salah satu hal yang
dapat menjadi hambatan komunikasi antar budaya. Tetapi ada cerita menarik seperti yang dialami Penulis berikut ini. Dari Pemesanan barang sampai barang di ekspor apapun dalam perusahaan akan melalui Penulis karena Penulis adalah bagian Eksport Department. Kamis, 15 Agustus 2012 Romi datang ke ruangan Penulis meminta Penulis untuk meminta sample kepada pabrik Cooking Oil. Saat itu Romi berusaha bicara dalam bahasa Indonesia "Maggie Minyak Sayur ini kecil. hanya 250 gram, mintakan lagi saya packing yang besar 2 Liters, 5 Liters, 10 and 15 Liters Jerrycan also I want sample Margarine from them. Please. Thank you". Penulis bilang "o you want a bigger packing" dan langsung bilang oke dan membuatkan purchase request dan purchase order Setelah itu datang kembali pada Romi untuk meminta tanda tangan. Romi langsung saja tanda tangan. 3 hari setelah itu barang pesanan Penulis datang dan Penulis langsung memberikannya kepada Romi. Dan Romi langsung masuk ke ruangan Penulis bilang “Maggie, I want packing also with cooking oil inside, is it only the package, please I need this sample very urgent, and short it out now, don’t make any stupid mistake anymore". Romi bilang seperti ini karena barang yang dipesan Penulis hanya packagingnya saja. Penulis pikir packaging ya bungkusanya saja kemarin. Padahal yang dimaksud Romi adalah minyak dalam tempat yang lebih besar. Terpaksa Penulis harus memesan ulang Sample minyak tersebut. Ternyata
19
hambatan bahasa dapat dialami seseorang, seperti Penulis yang sudah terbiasa berbicara
dengan
para
ekspatriat
dan
dalam
bahasa
Inggris.
Karena
Perbendaharaan kata, sintaksis, idiom, slang, dialek, kesemua itu dapat menjadi hambatan. Hambatan bahasa yang lebih buruk adalah jika seseorang hanya berpegang teguh pada searti kata atau frase saja dalam bahasa yang baru, tanpa memperhatikan konotasi atau konteksnya. Apalagi jika ada keterbatasan variasi, ditambah adanya intonasi suara, pastilah makna bahasa akan lebih sulit untuk dimengerti. Seperti yang diungkapkan Laray M. Barna yang dikutip Samovar dalam bukunya Intercultural Communication. (Samovar & Porter, 1994). Contoh perbedaan bahasa lain, Romi saat itu sedang sibuk, dia mondarmandir dari kantor ke gudang untuk mencari Angely. Saat itu dia sering lupa akan yang harusnya dia bawa dari kantor ke gudang, dan harus beberapa kali kembali ke kantor untuk mengambil contoh barang dan harus kembali ke gudang. Ternyata sudah sampai di gudang masih saja ada barang yang tertinggal lalu dia mengatakan "this is not funny anymore", maksudnya saat ini dia kesal pada dirinya sendiri yang selalu lupa dan berusaha menekankan pada dirinya sendiri agar tidak selalu lupa. Kejadian saat itu Romi sedang membicarakan hal kantor dengan Angely dan tiba-tiba mengatakan "this is not funny anymore" dan pergi meninggalkan gudang. Tak lama ekspresi wajah Angely berubah, matanya sedikit berkaca-kaca. Ternyata Angely merasa bingung dan berpikir apa yang salah dengan pekerjaannya sehingga Romi marah dan bilang bahwa hal ini sudah tidak lucu lagi. Angely langsung sibuk membuka-buka map dan tempat file lainnya dan masih tetap bingung tentang apa yang salah. Sampai akhirnya Angely
20
memberanikan dini bertanya pada Romi apa yang salah dalam pekerjaannya. Romi juga bingung dan dia kembali bertanya pada Angely kapan dia bilang pekerjaan Angely ada yang salah. Kemudian Angely bilang tadi Romi marah mengatakan "this is not funny anymore" dan pergi meninggalkan gudang. Barulah Romi sadar dan menjelaskan bahwa dia mengungkapkan kekesalannya pada dirinya sendiri karena sering lupa dengan cara dan ungkapan "this is not funny anymore" tanpa ada maksud apa-apa apalagi untuk menegur orang lain. Posisinya saat itu Angely tidak mengetahui bahwa kalimat tersebut adalah ungkapan kekesalan pada diri sendiri bagi orang Ekspatriat dan dia merasa ungkapan itu tertuju untuknya, parahnya lagi dia langsung menerjemahkan mentah kalimat itu tanpa tahu situasi pemakaiannya sehingga kata-kata itu dirasa menyingungnya. Apalagi Angely adalah seseorang yang cukup perfeksionis dalam hal pekerjaannya, dia sangat takut salah dan sangat tidak senang bila pekerjaannya tidak selesai atau selesai tapi salah. Masalah perbedaan bahasa yang lain adalah seperti yang pernah dialami Romi berikut ini. Seperti yang kita ketahui. Romi adalah orang yang sangat tepat waktu. Pernah sangat marah terhadap seseorang mengenai masalah ketepatan waktu. Saat ini dia dihadapkan lagi dengan masalah perbedaan bahasa.
Dia
pernah menyuruh Angely untuk merapikan lemari file. Angely yang saat itu sedang sibuk mengatakan "yes sir, I will do it tomorrow” Angely tidak hanya mengerjakan tugas dari Romi tetapi juga sering dimintai tolong oleh manajer lain karena kerjanya rapi. Besoknya Romi melihat lemari file masih dalam keadaan
21
tidak rapi seperti sebelumnya. Dan Romi yang juga tak suka jika seseorang menunda-nunda pekerjaan, langsung menegur Angely. Saat itu Romi belum mengerti konotasi dan konteks kata besok dalam bahasa Indonesia, bahwa kata besok dalam bahasa Indonesia dapat berarti macammacam, besok atau tomorrow tidak saja berarti the next day karena bisa berarti the day after tomorrow dan bisa juga berarti sometimes. Karena Romi berlatar belakang budaya konteks rendah sedangkan Angely berlatar belakang budaya konteks tinggi. Dimana budaya konteks rendah ditandai dengan komunikasi konteks rendah: pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, tegas dan berterus terang. Sifat dari komunikasi konteks rendah adalah cepat dan mudah berubah, karena itu tidak menyatukan kelompok. Sebaliknya, budaya konteks tinggi ditandai dengan komunikasi konteks tinggi: kebanyakan pesan bersifat implisit, tidak langsung, dan tidak terus terang. Sifat komunikasi konteks tinggi: tahan lama, lamban berubah, dan mengikat kelompok yang menggunakannya. Berdasarkan sifatnya orang-orang berbudaya tinggi lebih menyadari proses penyaringan budaya dibandingkan orang-orang berbudaya konteks rendah. (Mulyana & Rakhmat, 2004, p.294) Seperti penjelasan di atas, Romi jika memerlukan sesuatu akan meminta tolong juga kepada Penulis. Ada sebuah kejadian kecil yang cukup menarik mengenai perbedaan bahasa. Romi mempunyai seekor kucing. Saat itu makanan kucingnya habis, dia datang pada Penulis dan berusaha meminta Penulis membelikan makanan kucingnya sekaligus melatih bahasa Indonesianya. "Maggie
22
kucing saya makan habis" Penulis mcnjawab "Oo bagus Sir". Romi merasa ada yang salah dengan jawaban Penulis dia berusaha menerangkan kembali dengan lebih pelan "Tidak Tidak, kucing makan habis" Penulis menjawab "Iya Sir, kan bagus kucingnya makannya habis, sehat kucingnya kan, jadi kucingnya bisa makin gemuk dan tidak sakit, kalau makanannya tidak habis berarti kucingnya bisa bisa lagi sakit sir… " tak lama istri Romi datang dan tertawa dia bilang ke Penulis "Makanan kucing saya habis. Maggie tolong belikan untuk saya bisa?" Penulis baru mengerti maksud Romi setelah dijelaskan istri Romi. Penyusunan kalimat bahasa Indonesia istri Romi lebih baik dari Romi karena istrinya rajin mengikuti kursus bahasa Indonesia yang ia lakukan 3 kali dalam 1 minggu. Masalah kecil ini mungkin tidak terlalu menimbulkan permasalahan akibat hambatan perbedaan bahasa. Tetapi ketika Penulis tidak menangkap dengan baik pesan dari Romi di sanalah hambatan komunikasi antar budaya karena perbedaan bahasa. Penulis cukup sering kurang mengerti maksud dari ekspatriat yang mengajaknya bicara, misalnya ketika Lavesh Manager Eksport minta tolong diambilkan sticky tape yang diambil Penulis post it ketika Lavesh bilang salah Penulis mengambil tip ex padahal yang diminta adalah isolasi/selotip. 4.3.3 Kesalahpahaman Nonverbal Senin. 27 Agustus 2012, ada sebuah kejadian yang cukup menarik. Saat itu Romi datang ke gudang untuk mencari kepala gudang, kemudian Romi, kepala gudang dan Angely rapat membahas persoalan ban, alat berat ban itu harusnya ada 7 ban tetapi di gudang hanya ada 4 ban. Pertanyaannya kemana 3 ban lainnya.
23
Ban itu cukup mahal harganya. 1 ban sekitar 4 juta Rupiah, 3 ban berarti sekitar 12 juta Rupiah. Saat itu kepala gudang agak merasa kurang enak karena sepertinya ia menjadi tertuduh sebagai orang yang menghilangkan ban tersebut, padahal sebelumnya kepala gudang itu sudah menjelaskan bahwa ban tersebut sudah dipakai anak buah Karan tetapi Romi kurang percaya karena Karan mengatakan bahwa ia tidak tahu anak buahnya sudah memakai ban itu. Romi berbicara dengan nada yang kurang enak tetapi ia sebetulnya tidak marah. Ia hanya heran kemana ban itu. Sewaktu berbicara, tangan Romi sering menunjuknunjuk ke arah kepala gudang. Kepala gudang itu merasa semakin dituduh menghilangkan ban-ban itu. Dia semakin kesal dan marah akhirnya dia meminta Karan untuk memanggil anak buahnya. Sambil marah-marah "You call everybody at Mr. Karan department right now, here, ask everybody where is the ban, I will show you that i don’t even know anythink where is the ban” " katanya meminta Romi lakukan itu. Romi bingung dan bertanya kenapa kok kepala gudang itu tiba-tiba marah. Kepala gudang itu lantas mengatakan Romi harusnya tidak perlu menuduh dia menghilangkan ban itu karena dia tidak menghilangkannya. Romi mengatakan bahwa ia tidak menuduh ia hanya menanyakan keberadaan ban itu. Kepala gudang lalu bilang kenapa Romi menunjuk-nunjuk dia. Saat itu Romi langsung minta maaf dan menjelaskan bahwa dia memang sering menunjuk-nunjuk seperti itu ketika berbicara dan baginya tunjukkan itu tak berarti apapun dan dia katakan bahwa dia tidak tahu bahwa di Indonesia tunjukkan itu bisa berarti dia menuduh seseorang. Kepala gudang itu juga langsung tidak emosi lagi dan minta maaf pada Romi. Tak lama ada kabar
24
dari sekretaris Karan bahwa bannya memang sudah dipakai anak buah Karan tetapi memang sekretaris Karan yang belum memberi laporan kepada Karan. Proses penyelesaian masalah ini memakan waktu kurang lebih 1 jam karena sedikit sulit menghubungi anak buah Karan. Cara tercepat ya datang ke gudang langsung di daerah Senen, itupun kalau sekretaris Karan ada di ruangannya berarti bisa langsung bertemu. Kalau keadaannya tidak seperti itu mungkin tidak akan ada masalah komunikasi non verbal ini. karena tinggal angkat telepon dan tanya apa bannya sudah dipakai atau belum. Jika sudah selesai masalahnya dari tadi tanpa harus ada yang tersinggung karena masalah pointing jari telunjuk Romi. Seperti menurut Laray M. Barna yang dikutip Samovar & Porter dalam bukunya
Intercultural
Communication
orang
dari
kebudayaan
berbeda
mempunyai pengalaman indrawi yang berbeda. Cara mereka melihat, mendengar, meraba, dan mencium pastilah mempunyai suatu arti atau kepentingan bagi mereka. Mereka mengabstraksi dan membuatnya sesuai dalam dunia pribadi mereka dan kemudian membingkai berdasarkan referensi kebudayaan rnereka sendiri. Kekurang pahaman mengenai tanda dan lambang nonverbal-seperti gestur, postur, dan gerak-gerik tubuh lainnya akan menjadi batasan komunikasi. (Samovar & Porter,1994). 4.3.4 Kecenderungan Untuk Menilai Prasangka dan Stereotip Seperti contoh kasus dari 4.3.1 ketika Romi kesal karena bawahannya tidak tepat waktu, dengan kesal ía mengatakan
25
"all Indonesia people is always like that, I don’t like, really don't like, always come to me with jam karet and just say that's happen this is happen and bla bla bla... tidak bagus". Secara tidak langsung Romi sudah punya penilaian yang akhirnya menjadi stereotip dan prasangka di benaknya bahwa semua orang Indonesia selalu seperti itu selalu tidak tepat dengan waktu dan tidak tepat janji dengan berbagai alasan, padahal pada kenyataannya tidak semua orang Indonesia seperti itu. Romi memang pernah mengalami beberapa kali orang Indonesia tidak tepat waktu, akan tetapi dia hanya berpengalaman dengan segelintir orang Indonesia dan dia langsung beranggapan bahwa sernua orang Indonesia seperti itu, atau setidaknya sebagian besar orang Indonesia seperti itu. Dan anggapan seperti ini lah yang berpotensi untuk menjadi hambatan komunikasi antar budaya karena Romi akan cenderung berpikiran yang sama ketika dia berhubungan dengan orang Indonesia lainnya. Demikian halnya dengan Angely, Angely merasa Romi jika menyuruh mengerjakan sesuatu selalu minta langsung dikerjakan dan menuntut sudah selesai dalam waktu yang secepatnya. Suatu saat Angely diminta Romi untuk mencari tahu apakah barang yang dicari Romi sudah datang atau belum. Angely langsung menghentikan pekerjaan yang sedang ia lakukan dan langsung melakukan apa yang diminta Romi sambil terburu-buru. Saat Penulis bertanya kepadanya mengapa terbburu-buru "India kalau nyuruh slalu seenaknya, mintanva cepet lagi, ga liat orang lagi ngapain. urusan Angely kan juga masih banyak, kertas-kertas makin numpuk, belum anak-anak yang grecokin angely minta ini itu"
26
kata Angely pada penulis. Padahal saat itu Romi hanya datang ke ruangan Angely, hanya bertanya barangnya sudah datang atau belum. Saat Itu Angely bilang tunggu sebentar saya akan mencari tahu untuk anda. Kemudian Romi hanya bilang "ok. Let me know, thank you Angely” dan keluar gudang. Sama sekali tidak bilang dia ingin tahu secepatnya atau bilang saya tunggu. Sikap Romi saat itu tampak hanya ingin tahu dan tidak terburu-buru. Tapi Angely langsung rneninggalkan pekerjaannya dan melakukan apa yang diminta Romi dengan terburu-buru. Hal ini juga disebutkan Angely dalam wawancara dengan penulis. Dalam ucapannya Angely menggunakan kata "India" yang merupakan kata untuk seolah menggambarkan semua orang India mernpunyai kebiasaan seperti Romi yang seenaknya menyuruh dan menuntut hasil secepatnya. Padahal belum tentu semua "India" seperti itu. Dalam perusahaan saja tidak semua "India"-nya seperti itu, apalagi "India" lain di luar sana. Contoh lain permasalahan ini. Romi membuat peraturan bahwa selain orang gudang (termasuk Angely) tidak boleh ada orang lain yang meminta barang langsung ke supplier. Romi menyampaikannya langsung pada kepala gudang. Pada 14 September 2012 ada pengiriman pipa besi dan langsung diantar ke gudang. Oleh kepala gudang barang tersebut langsung minta dikembalikan kepada supplier karena ia tidak memesannya. Tak lama Romi tahu langsung datang ke gudang sambil marah-marah karena pipa itu sangat diperlukan di pabrik karena tanpa pipa itu aktivitas perusahaan bisa berhenti kondisinya sangat mendesak. Saat itu kepala gudang berusaha menjelaskan bahwa ia tidak bersalah dalam masalah ini dan mengatakan bahwa Romi sendiri yang membuat peraturan selain
27
orang gudang tidak boleh ada orang lain yang meminta barang langsung ke supplier posisisnya saat itu kepala gudang tidak memesannya dan sudah bertanya kepada Angely apakah Angely yang memesan barang tersebut ternyata Angely juga tidak mcmesannya. Setelah diusut ternyata Karan yang memesan barang tersebut dan langsung menelepon supplier. Kemudian Karan menjelaskan bahwa saat itu kondisinya mendesak karena pipa besinya sudah habis terpakai dan harus ada stok lagi makanya ia langsung memesannya. Saat itu Romi cenderung membela Karan dan mengatakan bahwa ia tidak mau tahu pipa itu harus kembali dipesan dan harus tiba di perusahaan hari yang sama. Setelah itu Romi meninggalkan gudang. Kepala gudang juga kontan marah-marah dan mengatakan kepada anak buahnya "bule selalu kok kayak gitu. dia yang buat peraturan dia sendiri tapi dia juga yang ubah peraturannya, giliran kita dibego-begoin kalau mau ubah peraturan, dibilang kita tidak tau apa-apalah". Dalam hal ini kepala gudang juga menggunakan kata-kata bule yang seolah merujuk kepada semua ekspatriat yang ada dalam perusahaan, padahal seharusnya kalimatnya tersebut hanya ditujukan kepada Romi karena yang membuat peraturan Romi tetapi dia sendiri yang mengubahnya, dan hal ini tidak ada sangkut pautnya dengan ekspatriat lain. Atau bule lain di tempat lain. Contoh lain masalah ini, bagi Romi orang Indonesia sangat tidak disiplin dan peduli pada keselamatan dirinya sendiri seperti saat mengendarai sepeda motor yang seharusnya menggunakan helm, banyak sekali pekerja yang rumahnya
28
di sekitar perusahaan datang ke perusahaan dengan tidak menggunakan helm, atau ketika bepergian dalam area perusahaan sering tidak menggunakan helm. Jika dalam proyek juga kadang tidak menggunakan helm proyek. Romi juga sangat peduli akan kebersihan lingkungan, jangan sampai ada sampah yang dibuang sembarangan, dia akan marah. Pernah ada puntung rokok yang dibuang di kompleks perusahaan, saat Romi menemukannya ia tak segan mengambilnya dan membuangnya ke tempat sampah sekalipun ia orang dengan jabatan tinggi dalam perusahaan, sekalipun di dekatnya ada tukang kebun yang seharusnya ia bisa menyuruh tukang kebun itu tanpa ia harus membungkuk untuk mengambil dan membuangnya sendiri. Karena bagi Romi orang Indonesia sangat tidak peka terhadap masalah kedisiplinan, kebersihan dan keselamatan maka Romi berusaha membuat peraturan dalam perusahaan dilarang bepergian tanpa menggunakan helm, dalam areal proyek dilarang tidak menggunakan helm proyek, dan dilarang membuang sampah sembarangan. Sekali lagi terjadi generalisasi dalam hal ini, yaitu ketika Romi merasa orang Indonesia tidak disiplin, tidak peka terhadap kebersihan dan keselamatan. Walaupun memang sebagian besar orang Indonesia seperti itu, tetapi pastilah ada orang Indonesia yang tidak seperti itu, dan generalisasi itu sepertinya kurang tepat. Kejadian lainnya adalah saat diadakan ekspose perusahaan yang membahas tentang perbaikan lingkungan yang telah dilakukan perusahaan. Acara ini dihadiri banyak sekali wartawan, pejabat pemerintahan mulai dari DPRD,
29
camat, lurah, sampai RT RW dan masyarakat sekitar perusahaan. Acara tersebut dilakukan di ruangan terbuka. Saat itu ekspatriat yang berkepentingan hadir hanya Perkash dan Romi. Dan selama acara tersebut berlangsung orang-orang Indonesia bergerombol sesama orang Indonesia dan duduk semeja dengan orang yang mereka kenal saja, sementara Perkash dan Romi hanya berbicara berdua, duduk berdua sambil sesekali menyapa orang yang menyapa mereka. Padahal saat itu mereka adalah 2 orang terpenting dalam perusahaan tetapi tetap saja tidak ada yang menganggap mereka sampai acaranya selesai. Sikap seperti ini bisa juga disebut etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan "paham" dimana para penganut suatu kebudayaan atau suatu kelompok suku bangsa selalu merasa lebih superior daripada kelompok di luar mereka dan etnosentrisme dapat membangkitkan sikap "kami" dan "mereka", lebih khusus lagi dapat membentuk subkultur-subkultur yang bersumber dari sebuah kebudayaan yang besar. Kadang etnosentrisme dapat mengalahkan tingkat berpikir seseorang yang semula rasional menjadi dominan akan emosional saja, sehingga berperan terjadinya pertentangan dan berakibat tidak efektifnya suatu proses komunikasi yang ada. Etnosentrisme dapat dikurangi dengan jalan meningkatkan jumlah informasi dan frekuensi berinteraksi dengan individu yang berbeda budaya (Liliweri, 2003). Etnosentrisme ini cenderung menilai bangsa sendiri lebih superior daripada kelompok di luar mereka. Permasalahan lainnya adalah ketika jam makan siang, seperti biasa para ekspatriat duduk dan makan bersama dalam sebuah meja kadang mereka membicarakan masalah pekerjaan ketika makan, mungkin tak jarang juga
30
membicarakan hal seputar karyawan. Suatu saat penulis dan Angely pernah makan siang di meja di depan meja para ekspatriat itu. Saat itu para ekspatriat itu sedang berbincang-bincang dalam bahasa India dan tertawa-tawa. Dan istri Romi tertawa dan melihat ke arah kami. Memang saat itu posisi kami berhadapan dengan istri Romi. Angely saat itu berbisik pada penulis "kayaknya ngomongin kita nih". Saat itu sikap Angely terlihat biasa-biasa saja tetapi ia segera menghabiskan makanannya dan kembali ke kantornya. Saat penulis datang ke kantor Angely, Angely mengatakan kurang nyaman dengan situasi tadi sehingga ia cepat-cepat menyelesaikan makan siangnya dan kembali ke kantornya. Saat itu masalah kecil ini belum menjadi hambatan dalam komunikasi antar budaya, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu saat bisa terjadi masalah. Karena Angely mengasumsikan dirinya sedang dibicarakan oleh para ekspatriat tersebut, khususnya istri Romi yang saat itu kebetulan menatap Angely, secara tidak langsung hal ini akan menimbulkan jarak antara Angely dengan istri Romi mungkin saja Angely nantinya akan malas berbicara dengan istri Romi atau enggan menolong ketika suatu saat diminta tolong, mengingat Angely cukup perasa. Hal lain yang dapat dijadikan contoh adalah: Bagi Romi orang Indonesia adalah orang yang perasa. Dia tidak dapat berkata terus terang dan apa adanya kepada orang Indonesia karena orang tersebut dapat tersinggung atau merasa tersakiti. Orang Indonesia juga tidak terbiasa untuk bicara terus terang dan apa adanya kepadanya. Orang Indonesia punya rasa sungkan atau segan dimana ia sama sekali tidak mengerti bagaimana rasa itu. Dan dia agak kurang suka dengan
31
sikap yang seperti itu, menurutnya rasa segan itu yang membuat orang Indonesia tidak jujur, tidak bisa menolak padahal dia tidak suka atau tidak mau, selalu senyum padahal hatinya belum tentu senyum. Ada beberapa contoh masalah karena sifat orang Indonesia yang perasa dan tidak dapat bekerja terus terang. Yang pertama Romi pernah memarahi kepala gudang di depan banyak orang termasuk ada bawahan bapak kepala gudang. Kepala gudang itu sangat tersinggung dan merasa sakit hati. Saat itu Romi datang ke gudang dengan marahmarah dan langsung bertanya dengan nada kenapa shipment sudah seminggu belum jalan juga, lama sekali barang itu belum sampai. Kepala gudang menjelaskan bahwa menurut MKL-nya PEB tersebut belum bisa diantar ke perusahaan karena tertahan di bea cukai. Romi tidak percaya begitu saja, dia meminta kepala gudang untuk menelepon ke MKLnya dan ia meminta agar ia dapat bertanya langsung pada MKLnya bahwa apakah benar barang pesanannya tertahan di bea cukai, meminta penjelasan mengapa tertahan di bea cukai dan bertanya dengan pasti kapan barang tersebut sampai perusahaan. Setelah jelas semuanya ia langsung meminta maaf pada kepala gudang. Bagi Romi mungkin masalah tersebut sudah selesai karena sudah jelas dan dia juga sudah merninta maaf pada kepala gudang, tetapi bagi kepala gudang masalah itu belum selesai. Dia masih kesal dan sakit hati dengan Romi sampai beberapa hari malas bicara dengan Romi, jika ditanya sesuatu ia jawab dengan singkat dan jelas, tidak seperti biasanya yang dijawab dan disertai senyuman. Masalah kedua, lagi-lagi Romi datang ke gudang dan langsung memarahi kepala gudang karena bensin habis, orana-orang di pabrik langsung mengadukan
32
hal ini kepada Romi. Saat itu kepala gudang yang masih kesal dan sakit hati pada Romi, langsung menjawab Romi kan yang menyuruh tiap membeli bensin harus ke SPBU kan Romi sendiri sekarang juga orang gudang sedang ke SPBU membeli bensinnya. Padahal kepala gudang sudah merekomendasikan agar membeli bensin dari warga sekitar saja karena kalau membeli dari SPBU harus ke SPBU yang letaknya jauh dari pabrik, tidak bisa hutang. Kalau beli dari orang lokal memang sedikit lebih mahal tetapi bensin diantar sampai perusahaan dan masih bisa hutang selain itu menjaga hubungan baik antara warga dengan perusahaan. Romi melihat kepala gudang menjawab seperti itu tidak mau kalah, ia langsung memarahi kepala gudang dan bilang bahwa kepala gudang ya yang harusnya memperkirakan bensinnya tinggal berapa dan harus beli lagi kapan, tidak seperti sekarang ini. Menurut kepala gudang, sebenarnya memang dia salah tetapi karena dia masih kesal dengan Romi dia terus membantah, seandainya dia tidak kesal mungkin dia akan terima dimarahi dan mengakui kesalahannya. Akhirnya Angely menjelaskan kepada Romi bahwa orang Indonesia adalah orang yang perasa dan tidak siap dimarahi di depan orang banyak apalagi di sana ada bawahannya. Hal itu membuat kepala gudang tersinggung dan sakit hati. Orang Indonesia juga tidak mungkin langsung mengatakan bahwa dia tidak suka dimarahi di depan umum apalagi ketika ia tidak melakukan kesalahan. Kemudian Angely mengatakan kepada kepala gudang bahwa ia telah bicara dengan Romi dan menjelaskan bahwa orang Indonesia adalah orang yang perasa dan tidak siap dimarahi di depan orang banyak apalagi di sana ada bawahannya. Hal itu membuat kepala gudang tersinggung dan sakit hati. Orang Indonesia juga tidak munakin langsung
33
mengatakan bahwa dia tidak suka dimarahi di depan umum apalagi ketika ia tidak melakukan kesalahan. Akhirnya kepala gudang sedikit lebih lega dan berusaha menyadari bahwa karakter bule memang begitu. terus terang dan apa adanya, kurang memikirkan perasaan orang lain. Masalah ketiga adalah antara Romi dan Angely, saat itu Romi dan Angely sepakat untuk pergi ke kantor anak perusahaan di Marunda untuk melihat keadaan, apakah pengecatan ulang sudah bagus hasilnya dan apakah sudah dibersihkan. Angely ijin kepada Romi setelah pulang kantor ia akan pergi sebentar ke kelompok menjahit binaan perusahaan, tempatnya tak jauh dari perusahaan. Romi mengijinkan mengingat Angely ijin hanya sebentar tetapi sudah mengingatkan Angely agar tidak datang terlambat saat waktu bertemu. Mereka sepakat bertemu di depan gudang jam 18.00. Angely setuju dan berusaha menyelesaikan makan siangnya dengan cepat sehingga dia mempunyai lebih banyak waktu untuk mengunjungi ibu-ibu kelompok menjahit binaan perusahaan. Angely datang dengan maksud rnembawa nama perusahaan untuk mendekatkan diri dengan warga. Pada saat mendekati jam 2 Angely sedang diajak bicara oleh seorang ibu, ibu itu menceritakan harapannya tentang kelompok menjahitnya agar dapat meningkatkan penghasilan mereka. Angely tidak bisa memotong pembicaraannya dengan ibu itu dan mendengarkan sampai ibu itu selesai berbicara, atau paling tidak mencari saat yang tepat untuk mengakhiri pembicaraan dengan ibu tersebut secara sopan. Karena bagi Angely sangat tidak sopan memotong pembicaraan dengan orang yang janh lebih tua darinya sebelum orang itu selesai berbicara dan mengatakan dia harus pergi karena ada janji lain,
34
apalagi di saat Angely disuguhi makanan dan minuman. Sangat tidak rnungkin bagi Angely setelah makan dan minum, apalagi orang yang mengajaknya bicara belum selesai langsung ia potong dan ijin pulang. Akhirnya Angely datang dan berternu Romi terlambat sekitar 20 menit. Romi langsung menegur Angely karena Angely terlambat dan menuntut penjelasan mengapa Angely terlambat. Angely menjelaskan ia diajak bicara oleh seorang ibu di kelompok binaan menjahit dan ia tidak bisa memotong pembicaraan tersebut. Romi langsung menegur Angely lagi karena alasan Angely tidak masuk akal baginya. Romi bingung mengapa Angely tidak bisa langsung mengatakan dia harus pulang karena ada janji dengannya. Saat itu Angely menjelaskan bahwa di Indonesia tidak sopan memotong pembicaraan orang yang lebih tua, apalagi setelah makan dan minum langsung pulang. Angely berusaha menjelaskan bahwa ia segan langsung pulang. la juga meminta maaf pada Romi karena telah menunggunya, sebenarnya ia juga segan pada Romi tetapi dia lebih segan kepada ibu tadi, karena bagi Angely janjian ini sudah bukan kewajiban Angely karena di luar jam kantor, karena Angely senggang maka ia bersedia menemani Romi melihat keadaan kantor anak perusahaan di Marunda, semestinya tidak terlalu masalah jika Romi harus menunggu sebentar. Bagi Angely bule sama sekali tidak mengerti makna sungkan atau segan. Masalah yang keempat adalah yang dialami Joo Sio Bing dan Romi. Joo adalah salah satu orang yang selalu dapat diandalkan bagi Romi baik dalam urusan kantor maupun keperluan lain di luar kantor. Pernah Romi minta tolong Joo untuk membantunya mengerjakan pekerjaannya. Dan sebagai imbalannya Joo dibayar dengan uang lembur untuk pekerjaannya. Joo pada dasarnya adalah orang
35
yang tidak dapat menolak orang yang minta tolong padanya. prinsipnya selama ini bisa bantu, ia akan bantu. Dan Joo juga orang yang mengenal rasa sungkan atau segan, sehingga ia tidak enak hati menolak. Joo tetap bekerja seperti biasanya dan mengerjakan pekerjaannya seperti biasa di kantor. Tetapi pulang kantor Joo mengerjakan pekerjaan Romi di rumahnya sampai larut malam, kadang juga sampai subuh baru dia tidur. Mungkin satu hari hanya tidur 4 jam saja. Besok paginya Joo juga tetap masuk kantor seperti biasa. Joo tetap bekerja di hari liburnya, yaitu hari Sabtu dan Minggu. Semua itu Joo lakukan karena dia tidak dapat menolak untuk membantu Romi. Akhirnya Joo selalu terlihat lelah dan kurang sehat saat bekerja. Dan mungkin karena kondisi badannya kurang enak, Joo jadi sensitif dan mudah tersinggung. Saat itu memang, ada masalah di kantor, dengan orang heavy equipment, mestinya keluar masuk barang selalu lewat Joo untuk pembukuannya, ternyata orang heavy equipment itu langsung lapor kepada Romi bahwa barang pesanannya masih ada yang kurang dan barang-barang itu belum datang juga. Romi langsung bertanya pada kepala gudang apa saja dan kapan barang pesanan orang heavy equipment datang. Kepala gudang mengatakan tidak tahu, karena apa saja barang-barang itu dan kapan saja barang itu harus dilihat dari pembukuaan dan pengarsipan pembukuan semua diurus Joo, kemudian kepala gudang itu menanyakan nomor purchase ordernya supaya dia bisa mencari tahu apa saja dan kapan pemesanannya dari kumpulan arsip Joo. Saat itu Joo sedang diutus Romi untuk mengikuti seminar. Setelah ditunggu beberapa lama kepala gudang belum bisa menemukan purchase order yang dimaksud sehingga tidak bisa mengetahui apa saja dan kapan barang tersebut dipesan, kepala gudang
36
menelpon-nelpon Joo yang sedang ikut seminar. Tak lama Joo datang ke gudang setelah ia selesai mengikuti tes dalam seminar itu. Saat Joo datang ia masih tidak marah walaupun kepala gudang menelpon dari tadi, ia bertanya kepada kepala gudang nomor purchase yang dicari, setelah membongkar arsip-arsipnya Joo tidak menemukannya dan akhirnya Joo bilang kalau tidak ada dalam arsipnya berarti purchase order itu tidak disimpan Joo, kalau tidak ada purchase order nya berarti belum terbit purchase request nya dan berarti barang itu belum dipesan. Saat Joo tahu bahwa orang heavy equipment itu yang memesan barang, Joo sudah agak emosi, karena Joo beberapa kali punya masalah dengan orang itu. Akhirnya joo bilang kepada Romi bahwa purchase order nya tidak ada di Joo dan meminta Romi menanyakan pada orang heavy equipment dan benar ternyata purchase order nya masih di kantornya dan terselip di kantor heavy equipment. Saat itu entah kenapa Joo marah-marah sampai membuang dan membanting barangbarang yang ada di mejanya. Dia kesal karena baginya orang itu selalu melangkahinya dan selalu mencari muka kepada Romi. Akhimya Joo mengatakan kalau besok dia tidak mau masuk kerja, "kalo besok Saya ga masuk berarti Saya emang ga mau masuk, Saya uda capek, slalu kok orang itu cari masalah sama Saya, dari dulu slalu cari muka ke Romi, kalo emang mau ambil posisi Saya ambil aja, emang Saya Mau, Saya capek." Joo mengatakannya sambil menangis. Dan benar esoknya Joo tidak masuk kantor karena Joo sakit. Dia pusing, badannya panas, dan kram perut. Masalah tersebut sebenamya bukan masalah yang besar, tetapi karena Joo kondisi fisiknya lelah sehingga dia sensitive, apalagi yang berkepentingan adalah orang heavy equipment yang bagi Joo sudah beberapa kali bermasalah dengannya. Jika ditarik
37
lagi, sebenarnya akar masalahnya adalah karena Joo yang sungkan atau segan menolak untuk membantu Romi. Jika Joo tidak masuk kerja, semua aktifitas perusahaan terhambat, pemesanan barang jadi tertunda karena tidak ada orang yang mengantikannya untuk membuat purchase order atau purchase request ataupun memesan barang pada supplier. Sayangnya Romi yang pekerjaannya selalu berhubungan dengan Joo tidak mengerti kata sungkan atau segan, saat Joo tidak masuk Romi berkali-kali menelepon Joo untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan Joo, padahal Joo sedang sakit dan Romi tahu hal itu. Seandainya Joo tidak segan menolak membantu mengerjakan pekerjaan Romi mungkin permasalahan ini tidak akan terjadi. Dan dari kejadian-kejadian di atas memicu Romi untuk membuat penilaian bahwa orang Indonesia adalah orang yang perasa. Dia tidak dapat berkata terus terang dan apa adanya kepada orang Indonesia karena orang tersebut dapat tersinggung atau merasa tersakiti. Orang Indonesia juga tidak terbiasa untuk bicara terus terang dan apa adanya kepadanya karena orang Indonesia sedikitsedikit merasa sungkan atau segan sayangnya ia sama sekali tidak mengerti bagaimana rasa itu karena dalam budayanya tidak ada kata sungkan atau segan. Dan sekali lagi ada generalisasi dalam hal ini. Menurut Rahardjo 1 "Prasangka mempersyaratkan keyakinan yang salah, sebab prasangka didasarkan pada gagasan-gagasan yang terlalu disederhanakan,
1
Rahardjo, Tjakraningrat. Menghargai Perbedaan Kultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005
38
digeneralisasikan, atau dilebih-lebihkan tentang sekelompok orang. Prasangka didasarkan pada stereotip, karena prasangka cenderung menjadi kesalahan dalam menilai, yaitu penilai yang tidak akurat terhadap suatu kelompok atau seseorang yang menjadi anggota kelompok itu." (Rahardjo, 2005, p. 59-60). Sedangkan menurut Laray M. Barna 2 stereotip adalah hambatan bagi komunikator karena mencegah objektivitas dari rangsangan dan merupakan pencarian yang sensitif atas petunjuk yang akan digunakan untuk menuntun imajinasi menuju realitas seseorang. Dimana tidaklah mudah dalam diri kita untuk membenarkan orang lain, walaupun ada bukti nyatanya. Stereotip itu mendarah daging, sulit dihilangkan karena stereotip dibangun sebagai mitos atau sesuatu yang dipercaya oleh budaya seseorang dan karena mereka merasionalisasikan prasangka. (Samovar & Porter, 1994). 4.3.5
Kegelisahan yang Tinggi Datang ke Indonesia adalah sebuah pengalaman menarik bagi Romi.
Menurutnya apa yang selama ini hanya bisa ia lihat dari televisi sekarang dapat ia saksikan langsung. Dahulu sama sekali tidak terbayang tentang keadaan Jakarta ketika pertama kali ia datang. Jakarta adalah sebuah kota yang sangat hidup baginya. Apalagi lokasi kantornya yang dipusat Ibukota yaitu Sudirman. Dia hanya berkata "oh my God" dan dalam hatinya bertanya apakah dia bisa hidup dan bersaing bisnis di tempat seperti ini.
2
Samovar, L.A. Porter, R.E. Stumbling Blocks in Intercultural Communication. Intercultural Communication: A reader (7th ed.) (337-371). California: Wadsworth Publishing Company. 1994
39
Hal yang sama juga terjadi pada istrinya. Saat itu menurutnya istrinya sudah hampir menangis. Apalagi mereka jauh dari keluarga di India. Romi sangat mengkhawatirkan apakah istrinya juga bisa bertahan hidup di tempat seperti ini. Awalnya Romi yang berbeda budaya cukup sulit untuk beradaptasi. Apalagi Indonesia suhu udaranya terlalu panas bagi dia dan istrinya. Dan suhu panas tersebut akan tentu ia alami sepanjang tahun. Belum lagi karena mereka tinggal di tengah kota yang tingkat kemacetannya juga sangat parah. Jadi awalnya Romi tidak nyaman tinggal di Indonesia. Tidak disangka ketidaknyamanan itu ternyata berpengaruh terhadap komunikasi yang dilakukan Romi. Menurut pengakuan Romi saat datang ia pada dasarnya bukanlah orang yang sabar, apalagi karena situasi yang tidak nyaman tersebut ia jadi lebih sering marah, kalaupun tidak marah ia sering bernada tinggi saat berbicara dengan orang lain. Dia mengatakan sebenarnya dia tidak bermaksud untuk marah ataupun bernada tinggi saat berbicara dengan orang lain, jujur ia saat itu cukup cemas dengan apa yang tak sengaja dia katakan apalagi dia tidak tahu karakter orang Indonesia. Semestinya sebagai seorang yang biasa hidup dengan budaya Barat dia sebetulnya tidak peduli tentang perasaan orang lain yang penting dia mengatakan apa yang ingin dia katakan. Tapi ia ingat saat ini ia tinggal di daerah orang dan ia pastinya cemas jika terjadi hal-hal yang tidak ia inginkan apalagi sebulan sebelum ia datang ke Indonesia ada seorang ekspatriat yang dibunuh oleh orang lokal karena masalah perempuan. Sejak kedatangannya pertama kali ke Indonesia personnel officer harus selalu melaporkan keadaan
40
Romi ke kepolisian setempat untuk menghindari hal yang tidak diinginkan seperti peristiwa pembunuhan tersebut. Saat itu Romi merasa cemas, ia takut apa yang ia katakan tidak berkenan atau menyinggung lawan bicaranya, dan terjadi peristiwa yang tidak menyenangkan. Ditambah lagi kondisi fisiknya yang sangat tidak nyaman membuat ia sering bernada tinggi menambah kegelisahannya dalam berbicara dengan orang Indonesia. Dan yang Romi putuskan saat itu dia berusaha untuk tidak terlalu banyak bicara dengan orang Indonesia. Menurut Laray M. Barna 3 yang dikutip Samovar dalam bukunya mengatakan bahwa "Kegelisahan atau ketegangan tinggi, juga dikenal sebagai tekanan, merupakan hal yang biasa dalam pengalaman antar budaya karena ketidaktentuan yang timbul. Dua kata "kegelisahan" dan "ketegangan" berhubungan erat karena sesuatu tidak bisa secara kejiwaan cemas tanpa juga secara fisik tegang dan sebaliknya. (Samovar & Porter, 1994). 1.4
Ringkasan Penjelasan di atas adalah kasus yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari,
tetapi pelaku komunikasinya adalah orang yang berbeda budaya, karena itu komunikasi ini dapat juga disebut sebagai komunikasi antarbudaya. Seperti
3
Samovar, L.A. Porter, R.E. Stumbling Blocks in Intercultural Communication. Intercultural Communication: A reader (7th ed.) (337-371). California: Wadsworth Publishing Company. 1994
41
menurut Deddy Mulyana dan Jalaludin Rakhmat 4 dalam bukunya, Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi dengan Orang Berbeda Budaya, "Komunikasi antar budaya adalah komunikasi dimana sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda" (Mulyana, 2006, p. 20). Kasus-kasus yang terjadi menyatakan bahwa perbedaan budaya dapat memicu terjadinya hambatan dalam komunikasi antar budaya dimana hambatan tersebut dapat menjadi persoalan yang mengganggu proses komunikasi itu sendiri. Romi mengadakan rapat dan banyak orang Indonesia yang tidak datang tepat waktu. Hal ini mungkin karena masalah perbedaan budaya dimana para ekspatriat itu terbiasa untuk tepat waktu karena mereka selalu terjadwal, jika mereka tidak tepat waktu mereka akan mengacaukan jadwal lainnya, sedangkan orang Indonesia kurang mengenal budaya seperti ini. Sebenarnya masalahnya sepele, mungkin bisa diberi peringatan atau denda bagi yang terlambat sehingga orang malas untuk datang terlambat. Tetapi karena masalah rapat tidak tepat waktu Romi marah-marah sehingga rapatnya tidak berjalan semestinya yang seharusnya rapat untuk tahu bagaimana perkembangan perusahaan, jika ada masalah bisa diselesaikan bersama. Karena Romi marah manajer lainnya tidak berani mengungkapkan masalah mereka, jangan-jangan mereka justru yang terkena imbas kemarahan Romi. Dalam hal ini masalah komunikasi terjadi, karena Romi marah dan sepertinya enggan mendengarkan orang lain, sementara manajer itu mungkin tidak jadi
4
Mulyana, Dedy dan Jalalludin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya pandua berkomunikasi dengan orang-orang berbeda budaya. Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2006
42
mengungkapkan
maksud
mereka
karena
khawatir
kalau
mereka
mengungkapkannya malah dimarahi oleh Romi. Hambatan karena prasangka, stereotip dan kecenderungan untuk menilai biasanya terjadi karena perilaku seseorang yang digeneralisasikan dengan suku bangsa orang tersebut. Sepertinya perilaku seseorang itu juga adalah perilaku bangsa tersebut. Contohnya "sernua bule selalu seenaknya menyuruh dan selalu menuntut segala sesuatunya serba cepa, mereka tidak mau tau alasan apapun yang penting kita bisa menyelesaikan yang mereka pinta dengan cepat" atau “orang Indonesia selalu terlambat". Padahal Menurut Rahardjo 5 "Prasangka mempersyaratkan keyakinan yang salah, sebab prasangka didasarkan pada gagasan-gagasan yang terlalu disederhanakan, digeneralisasikan, atau dilebihlebihkan tentang sekelompok orang. Prasangka didasarkan pada stereotip, karena prasangka cenderung menjadi kesalahan dalam menilai, yaitu penilai yang tidak akurat terhadap suatu kelompok atau seseorang yang menjadi anggota kelompok itu." (Rahardjo, 2005, p59-60). Dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi kasus ini muncul beberapa kali. Sebenarnya ada juga generalisasi yang positif tentang kedua bangsa tersebut, seperti "orang bule selalu on time" atau "orang Indonesia ramah-ramah" tetapi kedua contoh ini tidak akan menimbulkan masalah atau menjadi hambatan dalam
5
Rahardjo, Tjakraningrat. Menghargai Perbedaan Kultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005
43
komunikasi antarbudaya, begitu juga dengan hal-hal positif yang merupakan karakter dari kedua suku bangsa yang diteliti. Penulis menemukan bahwa prasangka, stereotip dan kecenderungan untuk menilai ini adalah hambatan yang cukup serius karena akan ditularkan pada orang lain sehingga mungkin saja menjadi hambatan komunikasi antar budaya orang lain. Contohnya, bagi kepala gudang bule selalu seenaknya menyuruh minta segala sesuatu selalu serba cepat. Kepala gudang bercerita pada anak buahnya Didi digudang. Saat peneliti bertanya kepada Didi "menurut kamu, gimana sih orang bule itu? dia kontan menjawab bahwa orang bule itu kalau menyuruh melakukan sesuatu selalu seenaknya dan minta serba cepat. Dia menjawab persis seperti apa kata kepala gudang padanya, padahal dia adalah orang yang jarang berkomunikasi dengan bule, dan bagi dia semua bule akan seperti itu. Jika ia bercerita pada temannya yang lain, tidak menutup kemungkinan temannya akan mempunyai jawaban yang sama ketika ditanyai tentang bagaimana bule menurut mereka. Parahnya lagi mungkin mereka akan mengasumsikan semua bule seperti itu tak peduli dari mana bule itu, dan berarti sernua orang bule seperti itu. Sebaliknya yang terjadi pada orang Indonesia. selalu akan ada cap bahwa orang Indonesia selalu tidak tepat waktu dan tidak disiplin. Dan ketika ada ekspatriat lain yang akan bekerja di perusahaan yang sebelumnya belurn pernah ke Indonesia dan bertanya kepada teman ekspatriatnya
bagaimana
orang
Indonesia
itu
pastilah
ekspatriat
yang
berpengalaman bekerja di Indonesia akan mengatakan bahwa orang Indonesia selalu tidak tepat waktu dan tidak disiplin. Begitu seterusnya. Jadi cap jelek
44
tersebut akan melekat dalam waktu yang cukup lama. dan akan ditularkan pada orang lain.