50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil-hasil penelitian setalah pemberian postes dan angket self-confidence akhir di akhir pelaksanaan penelitian, dan temuantemuan yang ditemukan selama pelaksanaan penelitian berlangsung yang mendukung terhadap pembuktian hipotesis. Hasil penelitian ini diolah menggunakan perhitungan statistik dan digambarkan secara deskriptif sesuai dengan keadaan yang terjadi di lapangan.
A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang disajikan dalam penelitian ini adalah hasil tes kemapuan berpikir kreatif matematis dan hasil angket self-confidence. Pengujian yang dilakukan terhadap instrumen tes terdiri pengujian skor pretes, pengujian skor postes dan pengujian gain yang diperoleh dari skor pretes dan postes. Kemudian dihitung nilai gainnya, sedangkan untuk angket self-confidence yang akan diuji adalah hasil angket awal, hasil angket akhir dan gain dari selisih angket awal dan angket akhir. Perhitungan statistik yang dilakukan adalah statitik deskriptif dan uji perbandingan dua rata-rata. Untuk uji perbandingan dua rata-rata, sebelumnya di perlukan syarat yaitu data harus normal dan homogen. Maka sebelum dilakukan uji perbandingan dua rata-rata, terlebih dahulu melakukan uji normalitas dan homogenitas pada data yang diperoleh. Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
Jika data yang diperoleh berdistribusi normal namun tidak homogen, maka tidak dapat melakukan uji perbandingan dua rata-rata. Uji ini diganti dengan uji t’. Jika data yang diperoleh ternyata tidak normal, baik homogen atau tidak homogen, maka akan dihitung menggunakan statistik nonparametrik. Uji yang dilakukan adalah uji Mann-Whitney a.
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Hasil tes kemampuan berpikir keratif matematis dalam penelitian ini
merupakan hasil pengolahan skor dari pretes dan postes yang diberikan kepada kelas kontol dan eksperimen. skor tersebut diolah dan dikaji sesuai dengan pengolahan data yang telah dirancang dalam metode penelitian. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis 1 dan menganalisa penyebab dan hal-hal yang terkait. Sebelum pembuktian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan disajikan rangkuman skor yang diperoleh dari pretes dan postes pada kedua kelas, gain yang diperoleh.
Berikut
data
skor
yang
diperoleh
berdasarkan
perhitungan
menggunakan SPSS 16: Tabel 4.1 Daftar Rekapitulasi Skor Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Konvensional Kelas Model-Eliciting Activity Tes Pretes Postes
Pretes Postes N 38 38 41 41 Xmin 4 7 4 16 Xmaks 24 38 22 36 10,92 20,34 11,54 25,07 0,34 0,48 𝑋 s 6,02 9,45 0,26 3,83 4,69 0,14 Keterangan: Skor total = 40 N = Jumlah siswa Xmin = Skor terkecil Xmaks = Skor terbesar 𝑋 = Rata-rata s = Deviasi standar Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
Tabel 4.2 Rekapitulasi gain ternormalisasi kemampuan berpikir kreatif matematis Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Tingkat N-Gain Frekuensi % Frekuensi % Tinggi 5 13,51 3 7,32 Sedang 12 32,43 37 90,24 Rendah 21 54,05 1 2,44 Jumlah 38 100 41 100
Tabel 4.3 N-Gain Pada Tiap Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kelas Eksperimen rata-rata Indikator No Soal N-Gain Kriteria Pretes Postes Fluency 1 5,366 7,463 0,452 Sedang Flexibility 2 0,976 4,098 0,346 Sedang Originality 3 1,781 5,463 0,448 Sedang Elaboration 4 3,450 8,049 0,702 Tinggi
Bila dilihat, selisih rata-rata pretes dan postes untuk kelas kontrol adalah 9,42. Sedangkan selisih rata-rata pretes dan postes untuk kelas eksperimen adalah 15,53. Ini menandakan bahwa pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis untuk kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Selain itu rata-rata postes untuk kelas eksperimen adalah 25,07 lebih tinggi dari setengah skor total, yaitu 40:2 =20. Artinya pencapaiannya cukup, namun belum memuaskan. Bila diperhatikan tabel 4.1, skor terendah adalah 7 dari skor maksimal 40, lebih rendah dari kelas eksperimen. ada hal yang cukup menarik untuk skor tertinggi, skor tertinggi dari postes justru berada di kelas kontrol. Skor tertinggi dikelas eksperimen hanya 36 dari skor maksimal 40. Sedangkan nilai tertinggi pada kelas kontrol mencapai skor 38 dari skor maksimal 40. Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
53
Berdasarkan hasil pretes dan postes, terlihat kelas eksperimen lebih meningkat. secara deskriftif dapat digambarkan melalui diagram berikut:
40
30
Skor Tes
Pretes 20
Postes
10
0 Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Gambar 4.1 Diagram perbandingan rata-rata pretes dan postes
Rata-rata gain ternormalisasi kelas kontrol dan kelas eksperimen pada Tabel 4.1 sama-sama berkategori sedang karena berada dalam rentang antara 0.3 dan 0.7. Namun rata-rata gain kelas eksperimen lebih besar dari pada gain pada kelas kontrol. Tingkat gain ternormalisasi pada kategori sedang ke atas, kelas kontrol memiliki 17 orang berkategori rendah dari 37 orang siswa atau 45,94%. Sedangkan tingkat gain ternormalisasi pada kelas eksperimen, terdapat 40 siswa dari 41 siswa, atau 97,56% berkategori sedang keatas. Pada tabel 4.3, Peningkatan yang tinggi hanya terjadi pada elaborasi. Sedangkan peningkatan fluency, flexibility dan originality hanya meningkat pada level sedang. Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
54
Berdasarkan perbedaan rata-rata N-Gain dan perbedaan banyaknya siswa yang berada pada kategori gaain sedang ke atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan (N-Gain) kelas ekperimen lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen. Namun, untuk pengujian hipotesis tidak cukup hanya dengan perbedaan rata-rata N-Gain. Perlu diuji melalui perhitungan statistik. Tabel 4.4 Uji-uji kemampuan berpikir kreatif matematis Objek Pretes
Gain
Uji yang dilakukan Uji Normalitas Uji kesamaan rata-rata Uji Normalitas Uji Homogenitas Uji perbandingan rata-rata
Alat Uji KolmogorovSmirnov Mann-Whitney KolmogorovSmirnov Homogenity of variance t’
Taraf signifikansi yang diperolah tiap kelas Kelas Signifikansi Kontrol 0,014 eksperimen 0,012 kontrol dan 0,154 eksperimen kontrol 0,070 eksperimen 0,105 kontrol dan 0,000 eksperimen kontrol dan 0,003 eksperimen
Keterangan Tidak normal Tidak normal Tidak ada perbedaan Normal Normal Tidak Homogen Kelas esperimen lebih tinggi
Hipotesis diterima
Tolak H0 jika taraf signifikansi < 0,05 Agar lebih jelas akan dijelaskan pengolahannya lebih rinci. Perhitungan statistik yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bantuan alat SPSS 16. Perhitungannya melalui tahap-tahap berikut. 1.
Menguji Perbedaan Rata-Rata Skor Pretes Skor yang dihasilkan dari pretes diperlukan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa, baik siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. kemampuan awal yang ingin diketahui adalah apakah ada perbedaan kemampuan antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
55
Dari data yang diperoleh terlebih dahulu akan diuji normallitasnya. Untuk menguji normalitasnya,digunakan uji Komolgrov-Smirnov (KSZ), dengan bantuan SPSS 16. Diperoleh hasilnya (output) sebagai berikut:
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampaun Berpikir Kreatif Matematis Kolmogorov-Smirnov Kelas Hasil hitung Derajat kebebasan ( Df) Signifikansi Kontrol 0,161 38 0,014 Eksperimen 0,158 41 0,012 1.
Kelas kontrol memperoleh harga KSZ sebesar 0,161 dan signifikansi sebesar 0,014.
taraf signifikansi (0,014) lebih kecil dari taraf signifikansi yang
diperbolehkan, yaitu 0,05. artinya data dar kelas kontrol tidak normal 2.
Kelas eksperimen memperoleh harga KSZ sebesar 0,158 dan taraf signifikansi sebesar 0,012. taraf signifikansinya (0,012) lebih kecil dari taraf signifikansi yang diperbolehkan yaitu 0,05. artinya data dari kelas eksperimen tidak normal. Karena data tidak normal, maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney
untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Uji yang dilakukan diawali dengan hipotesis berikut: H0 =
Tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
H1 =
Terdapat perbedaan kemapuan awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Tolak H0 jika taraf signifikansi yang di peroleh lebih kecil dari 0,025. Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
56
Perhitungan dibantu menggunakan SPSS 16. Dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji Mann-Whitney Pretes menggunakan SPSS 16 Uji Mann-Whitney Hasil hitung (U) z hitung Signifikansi 634,5 1,425 0,154 Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,154, lebih besar dari 0,05. artinya, H0 diterima. tidak ada perbedaan kemampaun awal pada kedua kelas. Siswa pada kelas kontrol dan eksperimen memiliki kemampuan yang sama. 2.
Pengujian Hipotesis 1 Hipotesis penelitian 1 dalam penelitian ini adalah ”Penerapan pendekatan
Model-Eliciting Activities dalam pembelajaran matematika lebih meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa SMP dibandingkan pembelajaran matematika konvensional”. Maka hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: H0
: μ1 = μ2,
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa kelas kontrol.
H1
: μ1 > μ2,
Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa kelas kontrol.
Berdasarkan hasil pengolahan gain, walaupun rata-rata menunjukan kategori sedang untuk kedua kelas, namun nampak perbedaan. Rata-rata gain kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata gain kelas kontrol. Selain itu gain
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
57
siswa kelas eksperimen lebih banyak mendapat kategori sedang keatas dari pada kelas kontrol. Namun itu saja tidak cukup. Untuk lebih meyakinkanakan, nilai gain akan diuji menggunakan statistik. Pertama, uji yang dilakukan adalah uji normalitas dengan menggunakan uji Komolgrov-Smirnov, dengan bantuan SPSS 16. Hasil ujinya sebagai berikut: Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Gain Kemampaun Berpikir Kreatif Matematis Kolmogorov-Smirnov Kelas Hasil hitung Derajat kebebasan ( Df) Signifikansi Kontrol 0,137 38 0,071 Eksperimen 0,125 41 0,105
1.
Kelas kontrol memperoleh harga KSZ sebesar 0,137 dan taraf signifikansi sebesar 0,71. taraf signifikansi (0,71) lebih besar dari taraf signifikansi yang di perbolehkan yaitu 0,05. ini artinya data dari kelas kontrol normal.
2.
Kelas eksperimen memperoleh harga KSZ sebesar 0,125 dan taraf signifikansi 0,125. taraf signifikansi yang diperoleh lebih bear dari taraf signifikansi yang diperbolehkan, yaitu 0,05. ini artinya data dari kelas eksperimen berdisitribusi normal.
Selanjutnya uji homogenitas, menggunakan uji Homogeneity of Variance Dibantu SPSS 16. Hasilnya sebagai berikut:
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
58
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Homogeneity of Variance Derajat Kebebasan 1 Derajat Kebebasan 2 Hasil hitung Signifikansi (df 1) (df 2) 15,100 1 77 0,000
Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,000, lebih kecil dari taraf signifikansi yang diperbolehkan 0,05. artinya data tidak homogen. Uji dilanjutkan dengan uji t’. uji ini diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya adalah: H0
: μ1 = μ2,
H1
: μ1 > μ2,
Tolak H0 jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 Pengujian dibantu SPSS 16 dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji t’ Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Uji t’ t hitung Derajat Kebebasan (Df) Signifikansi 2,871 57,181 0,06
Uji hipotesis yang dilakukan, adalah uji satu pihak (1-tail). Sedangkan Output SPSS menggunakan uji dua pihak, maka perlu dilakukan perhitungan lanjutan untuk uji satu pihak. Dari perhitungan yang dilakukan menggunakan bantuan SPSS, diperoleh nilai signifikansi 0,06. Untuk uji satu pihak nilai signifikansi di bagi dua, menjadi 0.003, lebih kecil dari 0,05. Dari hasil signifikansi tersebut H0 ditolak, artinya peningkatan kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
59
Dengan demikian hipotesis penelitan 1 ditolak. Artinya terbukti bahwa penerapan pendekatan Model-Eliciting Activities dalam pembelajaran matematika lebih meningkatkan kemampuan berfikir kreatif matematis siswa SMP dibandingkan pembelajaran matematika konvensional. b. Hasil Angket Self-Confidence Hasil Angket self-confidence dalam penelitian ini merupakan hasil pengolahan skor dari angket awal dan angket akhir yang diberikan kepada kelas kontol dan eksperimen. skor tersebut diolah dan dikaji sesuai dengan pengolahan data yang telah dirancang dalam metode penelitian. Semua ini dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan kebanaran hipotesis 2 dan menganalisa penyebab dan hal-hal yang terkait. Sebelum pembuktian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan disajikan rangkuman skor yang diperoleh dari angket awal dan angket akhir pada kedua kelas, serta gain yang diperoleh seteleh dikonversi sebelumnya. Berikut data skor yang diperoleh berdasarkan perhitungan menggunakan SPSS 16 : Tabel 4.10 Daftar Rekapitulasi Skor Angket Self-Confidence Kelas Konvensional Kelas Model-Eliciting Activity Angket Angket Awal Angket Akhir Angket Awal Angket Akhir N 38 38 41 41 Xmin 52,78 81,42 59,66 82,32 0,25 0,35 Xmaks 101,65 112,67 105,22 124,99 83,37 96,47 83,34 101,80 𝑋 S 9,42 8,74 0,14 8,75 10,64 0,21 Keterangan: Skor maksimal ideal = 135 N = Jumlah siswa Xmin = Skor terkecil dari seluruh Xmaks = Skor terbesar dari seluruh siswa 𝑋 = Rata-rata s = Deviasi standar Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
60
Tabel 4.11 Rekapitulasi gain ternormalisasi kemampuan berpikir kreatif matematis Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Tingkat N-Gain Frekuensi % Frekuensi % 0 0 3 7,32 Tinggi 12 31,58 16 39,02 Sedang 26 68,42 22 53,66 Rendah Jumlah 38 100 41 100 Terlihat dari rata-rata angket awal kelas kontrol dan kelas kesperimen tidak berbeda. Sama-sama 83. Skor tertinggi dan skor terendahnyapun, dari masing-masing kelas, tidak jauh berbeda. Sehingga dapat di simpulkan secara kasat mata bahwa kedua kelas memiliki tingkat self-confidence yang sama. Bila di cermati skor rata-rata sudah melebihi setengah dari skor total. Artinya sudah mencapai taraf self-confidence yang cukup tinggi. Dari tabel 4.16 terlihat rata-rata (mean) dari angket akhir self-confidence terdapat perbedaan antara kelas kontol dan eksperimen. Kelas kontrol medapatkan rata-rata (mean) 96,47. Kelas eksperimen mendapatkan rata-rata (mean) 101,80. Dapat disimpulkan secara kasat mata bahwa hasil angket akhir kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Bila kita pehatikan deskriptif perbandingan rata-rata angket awal dan angket akhir akan terlihat perbedaan peningkatannya untuk setiap kelas. Jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
61
120 100 80
Skor Angket
60
rata-rata angket awal
40
rata-rata angket akhir
20 0 Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Gambar 4.2 Perbandingan rata-rata angket awal dan akhir secara deskriptif
Rata-rata gain ternormalisasi kelas kontrol berkategori rendah dan kelas eksperimen sama-sama berkategori sedang. Tingkat
gain ternormalisasi pada
kategori sedang ke atas, kelas kontrol memiliki 12 orang berkategori rendah dari 37 orang siswa atau 31.58%. Sedangkan tingkat gain ternormalisasi pada kelas eksperimen, terdapat 19 siswa dari 41 siswa, atau 46.34% berkategori sedang keatas. Berdasarkan hasil pengolahan gain, walaupun rata-rata menunjukan kelas kontrol berkategori rendah, sedangkan kelas eksperimen berkategori sedang Selain itu gain siswa kelas eksperimen lebih banyak mendapat kategori sedang keatas dari pada kelas kontrol. Namun itu saja tidak cukup. Untuk membuktikan hipotesis 2, perlu perhitungan statistik. Perhitungan statistik yang dilakukan dirangkum dalam tabel berikut:
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
62
Tabel 4.12 Uji-uji untuk mengukur self-confidence Objek
Uji yang dilakukan
Angket awal
Uji Normalitas
Gain
Uji Homogenitas Uji perbandingan rata-rata Uji Normalitas Uji Homogenitas Uji perbandingan rata-rata
Alat Uji KolmogorovSmirnov Homogenity of variance Uji t KolmogorovSmirnov Homogenity of variance t’
Taraf signifikansi yang diperolah tiap kelas Keterangan Kelas Signifikansi Kontrol 0,200 Normal eksperimen 0,200 Normal kontrol dan 0,803 Homogen eksperimen kontrol dan 0,991 eksperimen
Tidak ada perbedaan
kontrol eksperimen kontrol dan eksperimen kontrol dan eksperimen
Normal Normal Tidak Homogen Kelas esperimen lebih tinggi
0,200 0,067 0,041 0,0115
Hipotesis diterima
Tolak H0 jika taraf signifikansi < 0,05 Agar lebih jelas, akan dijelaskan lebih rinci tahap-tahap pelaksanaannya. Perhitungan statistik yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan bantuan alat SPSS 16. Perhitungannya melalui tahap-tahap berikut. 1.
Menentukan tingkat self-confidence awal Skor yang dihasilkan dari angket awal self-confidence diperlukan untuk
mengetahui tingkat kepercayaan diri awal siswa, baik siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Ingin diketahui apakah ada perbedaan kemampuan antara siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun, sebelumnya skor tersebut terlebih dahulu dikonversi dan diuji normalitas dan homogenitasnya. Konversi menggunakan bantuan program Excel Succesive Detail. Dapat dilihat dilampiran. Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
63
Perhitungan statistic diawali dengan uji normalitas dan homogenitas. Untuk menguji normalitasnya,digunakan uji Komolgrov-Smirnov (KSZ), dengan bantuan SPSS 16. Diperoleh hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Angket Awal Self-Confidence. Kolmogorov-Smirnov Kelas Hasil hitung Derajat kebebasan ( Df) Signifikansi Kontrol 0,095 38 0,200 Eksperimen 0,086 41 0,200
1.
Kelas kontrol memperoleh harga KSZ sebesar 0,095 dan signifikansi sebesar 0,20. taraf signifikansi (0,20) lebih besar dari taraf signifikansi yang diperbolehkan, yaitu 0,05. artinya data dari kelas kontrol normal
2.
Kelas eksperimen memperoleh harga KSZ sebesar 0,086 dan taraf signifikansi sebesar 0,20. teraf signifikansinya (0,20) lebih besar dari taraf signifikansi yang diperbolehkan yaitu 0,05. artinya data dari kelas eksperimen normal. Selanjutnya uji homogenitas, menggunakan uji Homogeneity of Variance.
Dibantu SPSS 16. Hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.14 Hasil Uji Homogenitas Angket Awal Self-Confidence. Homogeneity of Variance Derajat Kebebasan 1 Derajat Kebebasan 2 Hasil hitung Signifikansi (df 1) (df 2) 0,063 1 77 0,803
Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,803, lebih besar dari taraf signifikansi yang diperbolehkan 0,05. artinya data homogen. Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
64
Uji dilanjutkan dengan uji perbandingan dua rata-rata. Uji ini diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya adalah: H0 = Tidak ada perbedaan tingkat self-confidence awal yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. H1 = Ada perbedaan tingkat self-confidence awal yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tolak H0 jika taraf signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikansi yang diperbolehkan (0,05) Pengujian dibantu SPSS 16 dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.16 Hasil Uji Perbandingan Dua Rata-Rata Angket Awal Self-Confidence Uji t t hitung Derajat Kebebasan (Df) Signifikansi 0,011 77 0,991
Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,991, lebih besar dari taraf signifikansi yang diperbolehkan (0,05). H0 diterima, artinya tidak ada perbedaan tingkat selfconfidence awal antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Terbukti bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki tingkat self confidence yang sama. 2.
Pengujian Hipotesis 2 Hipotesis penelitian 2 dalam penelitian ini adalah ”Penerapan pendekatan
Model-Eliciting Activities dalam pembelajaran matematika lebih meningkatkan self-confidence
siswa
SMP
dibandingkan
pembelajaran
matematika
konvensional”. Maka hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut: Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
65
H0
: β1 = β2,
Peningkatan self-confidence siswa kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan peningkatan selfconfidence siswa kelas kontrol.
H1
: β1 > β2,
Peningkatan self-confidence siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada peningkatan self-confidence siswa kelas kontrol.
β = rata-rata self-confidence Pertama, uji yang dilakukan adalah uji normalitas dengan menggunakan uji Komolgrov-Smirnov, dengan bantuan SPSS 16. Hasil ujinya sebagai berikut:
Kelas Kontrol Eksperimen
1.
Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Gain Self-Confidence Kolmogorov-Smirnov Hasil hitung Derajat kebebasan ( Df) 0,101 38 0,133 41
Signifikansi 0,200 0,067
Kelas kontrol memperoleh harga KSZ sebesar 0,101 dan taraf signifikansi sebesar 0,200, lebih besar dari taraf signifikansi yang di perbolehkan yaitu 0,05. ini artinya data dari kelas kontrol berdistribusi normal.
2.
Kelas eksperimen memperoleh harga KSZ sebesar 0,133 dan taraf signifikansi 0,067. taraf signifikansi yang diperoleh lebih bear dari taraf signifikansi yang diperbolehkan, yaitu 0,05. ini artinya data dari kelas eksperimen berdisitribusi normal.
Selanjutnya uji homogenitas, menggunakan uji Homogeneity of Variance. Dibantu SPSS 16. Hasilnya sebagai berikut:
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
66
Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas Gain Self-Confidence Homogeneity of Variance Derajat Kebebasan 1 Derajat Kebebasan 2 Hasil hitung Signifikansi (df 1) (df 2) 4,342 1 77 0,041 Taraf signifikansi yang diperoleh adalah 0,041, lebih kecil dari taraf signifikansi yang diperbolehkan 0,05. artinya data tidak homogen. Uji dilanjutkan dengan uji t’. uji ini diawali dengan hipotesis. Hipotesisnya adalah: H0
: β1 = β2,
H1
: β1 > β2,
Tolak H0 jika signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari signifikansi 0,05 Pengujian dibantu SPSS 16 dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.19 Hasil Uji t’ Peningkatan Self-Confidence Uji t’ t hitung Derajat Kebebasan (Df) Signifikansi 2,331 71,116 0,023
Uji hipotesis yang dilakukan, adalah uji satu pihak (1-tail). Sedangkan Output SPSS menggunakan uji dua pihak, maka perlu dilakukan perhitungan lanjutan untuk uji satu pihak. Dari perhitungan yang dilakukan menggunakan bantuan SPSS, diperoleh nilai signifikansi 0,023. Karena uji yang digunakan uji satu pihak, maka signifikansi yang diperoleh dibagi dua, menjadi 0,0115. H0 ditolak, artinya peningkatan self-confidence kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
67
Dengan demikian hipotesis penelitan 2 ditolak. Artinya terbukti bahwa penerapan pendekatan Model-Eliciting Activities dalam pembelajaran matematika lebih meningkatkan self-confidence siswa SMP dibandingkan pembelajaran matematika konvensional. c.
Deskripsi Penelitian Untuk
gambaran
deskriptif,
akan
dipaparkan
bagaimana
pelaksanaan penelitian berlangsung. Diceritakan pula temuan-temuan
proses yang
muncul saat penelitian, apa temuannya, bagaimana kemunculannya, dan bagaimana dampaknya. Semua gambaran yang dipaparkan ini merupakan pendukung dari hasil pembuktian hipotesis. 1.
Pertemuan pertama Pertemuan pertama ini merupakan pertemuan yang perlu banyak
persiapan. Pada pertemuan pertama ini siswa pertama kali belajar menggunakan pendekatan model-eliciting activities. Materi yang dipelajari pada pertemuan pertama ini cukup banyak, sehingga guru harus mempersiapkan strategi yang benar-benar bagus. Pertemuan pertama ini siswa belajar tentang menggambar garis singgung pada satu titik pada lingkaran dan satu titik di luar lingkaran. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan model-eliciting activities.
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
68
Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. Karena ini hari pertama, setiap kelompok menanyakan cara menjawab tiap poin yang ada dalam LKS. Semua kelompok merasa kesulitan. Sebetulnya apa yang terjadi pada pertemuan pertama sudah diprediksi oleh guru, guru sudah mengantisipasi. Dalam LKS siswa diharuskan menyusun langkah-langkah untuk menggambar garis singgung lingkaran dari satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran. Langkah-langkah yang diharapkan dibangun oleh siswa adalah: a) Membuat garis antara titik pusat misalkan O dan titik di sisi lingkaran M. b) Membuat dua buah busur yang saling berpotongan, dengan pusat O dan M. c) Tarik garis antara titik potong dua busur sehingga memotong garis OM d) Beri nama titik potong garis misalkan titik P e) Membuat busur dengan pusat di titik P dan jari-jari dari P ke O. memotong lingkaran. f) Menarik garis dari titik M ke titik potong lingkaran O dan busur P Siswa merasa bingung bagaimana menyusun langkah-langkahnya. Beberapa kelompok langsung membuat langkah-langkah seperti ini: a) Hubungkan titik pusat (misalkan titik O) dengan titik pada sisi lingkaran (misalkan titik A) hingga membentuk jari-jari. b) Buat garis di titik A yang tegak lurus dengan jari-jari OA. c) Terbentuklah garis singgung lingkaran.
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
69
Guru langsung mengantisipasi. guru mengingatkan materi yang terkait dengan menggambar garis singgung pada satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran, yaitu menggambar sudut siku-siku menggunakan jangka. Menggambar sudut siku-siku menggunakan jangka pernah dipelajari di kelas 7. Setelah siswa diberi petunjuk, beberapa kelompok mulai menggambar dan membuat langkah-langkah sesuai yang diharapkan. Namun, masih ada beberapa kelompok yang masih belum bisa. Kelempok tersebut lupa cara menggambar sudut siku-siku menggunakan jangka. Guru mendatangi meja kelompok yang belum bisa, dan memberi sedikit contoh. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan cara menggambar garis singgung lingkaran yang melalui satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran yang benar. Kemudian mengakhiri kegiatan pembelajaran. 2.
Pertemuan Kedua Pertemuan kedua masih merupakan pertemuan yang perlu banyak
persiapan. Pada pertemuan kedua siswa masih belajar menggunakan pendekatan model-eliciting activity. Materi yang dipelajari pada pertemuan ini juga cukup banyak, sehingga guru harus mempersiapkan strategi yang tidak kalah bagus dengan pertemuan sebelumnya. Pertemuan kedua ini siswa belajar tentang menghitung panjang garis singgung yang melalui satu titik di luar lingkaran. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan model-eliciting activity. Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. Setiap kelompok masih menanyakan cara menjawab tiap poin yang ada dalam LKS. Semua kelompok masih merasa kesulitan. Apa yang terjadi pada pertemuan pertama sudah memberikan gambaran tentang hal yang akan terjadi dan diprediksi oleh guru. Guru sudah mengantisipasi. dalam LKS siswa diharuskan menyusun model untuk menghitung garis singgung lingkaran yang melalui satu titik diluar lingkaran. Model yang dibuat berasal dari konsep Pythagoras. Bentuk model yang yang diinginkan adalah: d = 𝑂2 − 𝑟 2 d = Panjang garis singgung O= Jarak titik pusat lingkaran dan titik di luar lingkaran r = Jari-jari lingkaran Sama dengan pertemuan pertama, Siswa merasa bingung bagaimana menyusun modelnya. Guru membiarkan siswa untuk berfikir sejenak sebelum memutuskan untuk memberi petunjuk. Setelah menunggu sejenak ada satu kelompok yang mulai mendapatkan gagasan yang bagus. Kelompok tersebut menemukan petunjuk dari seketsa gambar yang telah dibuat mereka. Mereka menemukan konsep Pythagoras.
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
71
Melalui konsep tersebut, mereka dapat membuat model dan menyelesaikan masalah-masalah dalam LKS. Namun, nampaknya kelompok lainnya masih perlu bantuan dalam mencari ide. Guru pun akhirnya memberikan petunjuk sesuai rencana, yaitu memberikan sketsa gambar yang menampakkan konsep Pythagoras. Pada akhirnya semua kelompok selesai. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan model (rumus) menghitung panjang garis singgung lingkaran yang melalui satu titik di luar lingkaran, dan mengakhiri kegiatan pembelajaran. 3.
Pertemuan ketiga Pada pertemuan ketiga, terlihat setiap kelompok sudah terbiasa dengan
pendekatan model-eliciting activity. Hanya tiga kelompok dari sepuluh kelompok yang masih perlu dibantu dalam pengerjaannya. Ketiga kelompok tersebut anggota kelompoknya terdiri dari anak-anak yang sebelumnya kurang aktif. Namun guru tidak terlalu sulit dalam memberi petunjuk pada ketiga kelompok tersebut. Pertemuan ketiga siswa belajar tentang menggambar garis singgung persrsekutuan dua lingkaran. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan model-eliciting activity.
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. Dalam LKS siswa diharuskan menyusun langkah-langkah untuk menggambar garis singgung persekutuan dua lingkaran. Siswa tidak lagi terlihat bingung bagaimana menyusun langkah-langkahnya. Siswa dapat menggamabar dengan baik karena sudah punya pengalaman saat menggambar sebelumnya. Guru tidak begitu banyak membantu. Bagi kelompok yang belum mengerti, guru mengingatkan cara menggambar garis singgung pada pertemuan pertama. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan cara menggambar garis singgung persekutuan dua lingkaran kemudian mengakhiri kegiatan pembelajaran. 4.
Pertemuan keempat Pada pertemuan keempat, sama seperti pertemuan ketiga. Namun siswa
telihat dapat mengerjakan soal dalam LKS tanpa banyak bertanya, dan dapat mengerjakan dengan cepat. Pertemuan keempat ini siswa belajar tentang menghitung panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan Model-eliciting activity.
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. Dalam LKS siswa diharuskan menyusun model untuk menghitung panjang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan cara menggambar garis singgung lingkaran yang melalui satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran yang benar. kemudian mengakhiri kegiatan pembelajaran. 5.
Pertemuan kelima Pertemuan kelima siswa belajar tentang menghitung panjang garis
singgung persekutuan luar dua lingkaran. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan model-eliciting activity. Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. dalam LKS siswa diharuskan menyusun model (rumus) untuk menghitung panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan cara menggambar garis singgung lingkaran yang melalui satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran yang benar, kemudian mengakhiri kegiatan pembelajaran. Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
6.
Pertemuan keenam Pada pertemuan keenam ada hal yang unik. Saat itu ada satu kelompok
yang sebagaian besar anggotanya masuk terlambat dikarenakan ada tugas pramuka sehingga sisa anggota kelompoknya digabung dengan kelompok lain. Setelah seperempat jam pelajaran kelas berjalan, anggota kelompok yang diluar tadi masuk kelas dan langsung membentuk kelompok sendiri dan langung mengerjakan sendiri. Hebatnya lagi mereka mengerjakan LKS lebih cepat dari kelompok lain tanpa bantuan guru. Pada pertemuan keenam siswa belajar tentang menghitung panjang lilitan minimal. Kegiatan diawali dengan memberikan motivasi dengan tujuan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan bahwa selama pembelajaran siswa mengerjakan LKS yang telah dirancang sesuai pendekatan model-eliciting activity. Selesai menjelaskan, siswa membentuk kelompok yang ditentukan oleh guru kemudian menerima LKS untuk dikerjakan oleh tiap kelompok. Dalam LKS siswa diharuskan menyusun langkah-langkah untuk menghitung panjang lilitan minimal. Setelah setiap kelompok menyelesaikan LKS, siswa bersama guru menyimpulkan cara menggambar garis singgung lingkaran yang melalui satu titik pada lingkaran dan luar lingkaran yang benar, kemudian mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengamatan saat pelaksanaan penelitin, ada beberapa temuan yang cukup menarik untuk dikaji. Temuan-temuan ini dikaji berdasarkan pengamatan saat penelitian, diskusi dengan guru, dan obrolan dengan siswa yang dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya, karena penemuan-penemuan yang ada ini muncul begitu saja tanpa perencanaan. a.
Kajian Temuan dan Pembahasan Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Diterimanya hipotesis 1, tidak terlepas dari proses pelaksanaan penelitian
di lapangan. Kegiatan belajar pembelajaran tidak pernah lepas dari faktor guru, siswa, materi, dan interaksi antara ketiganya. Namun dalam penelitian ini faktor yang lebih diamati adalah siswa, materi dan interaksi antara keduanya yang mendukung terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis. Interaksi siswa dengan materi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama baik. Siswa begitu antusias terhadap materi yang diberikan. Semangat siswa begitu tinggi. Terlihat dari keaktifan
mereka dalam memperhatikan
penjelasan guru, mengerjakan tugas, serta dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat. Ruseffendi (2006) menyatakan bahwa untuk memunculkan kemampuan kreatif perlu kegiatan yang didalamnya terdapat eksplorasi, penemuan, diskusi, proyek dan pemecahan masalah. Penerapan pendekatan pembelajaran yang berbeda pada kedua kelas memberikan dampak yang cukup signifikan pada kedua kelas. Penerapan pendekana model-eliciting activities pada kelas eksperimen Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
memberikan suasana yang berbeda. Siswa diharuskan membangun rumus dan cara-cara sendiri yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa dituntut untuk berpikir lebih keras dan berbeda dari biasanya. dengan cara ini siswa terlatih untuk berpikir kreatif. Sebagai contoh siswa diharuskan mencari cara untuk menggambar garis singgung dengan benar. Sesuai penjelasan yang disajikan dalam kajian pustaka, Herman von Helmholtz, (dalam Surya:2011) membagi langkah proses kreatif dalam tiga tahap, yaitu saturasi, inkubasi dan iluminasi. Dalam menyelesaikan masalah ini siswa mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang menggambar garis singgung melalui diskusi antara anggota kelompok. Setalah itu siswa akan masuk ketahap inkubasi. Masa inkubasi tiap siswa dalam kelompok berbeda-beda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Bagi siswa yang lambat guru sudah membuat persiapan untuk membantu (dapat dilihat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kelas eksperimen pada lampiran). Siswa tidak langsung diberi tahu, namun diberi petunjuk-petunjuk yang mengarah pada jawaban. Sehingga siswa tetap mengalami tahap iluminasi. Berbeda dengan kelas kontrol, siswa di kelas kontrol hanya diberikan masalah yang cara penyelasaiannya sudah diberi tahu oleh guru. Jadi kegiatan siswa hanya menyelesaikan masalah biasa. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kreatif matematik kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian tentang berpikir kreatif matematis, ada beberapa hal yang menarik perhatian peneliti untuk dikaji, diantaranya:
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
77
1. skor tertinggi pretes kelas kontrol lebih tinggi dari skor tertinggi kelas eksperimen 2. skor terkecil postes kelas kontrol lebih kecil dari kelas eksperimen 3. skor tertinggi postes kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen 4. rata-rata skor postes kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol peneliti akan kaji satu persatu. 1.
Skor tertinggi pretes kelas kontrol lebih tinggi dari skor tertinggi kelas eksperimen Hal ini merupakan fenomena yang cukup unik terjadi dalam penelitian. Hal ini memberikan dugaan seolah-olah kelas yang dijadikan kelas kontrol lebih tinggi kemampuannya dari pada kelas eksperimen dan terkesan bertentangan dengan pembuktian hipotesis. Namun sesungguhnya tidak demikian. Skor tertinggi pretes pada kelas kontrol merupakan hasil pekerjaan anak yang cukup menonjol dikelas. anak tersebut memang berbeda dari yang lainnya. Di SMP Negeri 1 Cipanas mengadakan program kelas unggulan pada tiap tinggkat. Program kelas unggulan adalah program kelas yang diperuntukkan bagi anak-anak yang berada diatas rata-rata. Program tersebut ada pada tiap tingkat, dimulai kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Berdasarkan informasi dari guru, anak tersebut pernah masuk kelas unggulan di kelas 1, namun karena ada satu pelajaran yang nilainya turun dan kurang memenuhi starndar program kelas unggulan, maka saat naik ke kelas 2, anak tersebut keluar dari kelas unggulan dan ditempatkan di kelas yang menjadi kelas kontrol. Selain itu perlakuan guru terhadap anak tersebut berbeda dari
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
78
anak yang lain di kelas. Anak tersebut selalu diberi porsi latihan yang lebih banyak, karena jika disamakan dengan anak yang lain, anak tersebut cenderung merasa bosan. 2.
Skor terkecil postes kelas kontrol sangat kecil Metode ekspositori memberikan kesempatan siswa untuk aktif. Pembelajaran tidak sepenuhnya didominasi oleh guru. Namun dalam pelaksanaannya tidak semua siswa dapat kesempatan untuk aktif. Terutama apabila harus bersaing dengan anak-anak yang memiliki kecerdasan yang cukup tinggi. Ada beberapa siswa yang tetap pasif. Jumlah siswa dikelas mencapai 38 siswa, ini membuat guru sulit untuk membuat seluruh siswa aktif, karena tidak mungkin guru memperhatikan siswa satu-persatu. Guru hanya bisa mengakomodir siswa-siswa yang menunjukan keaktifannya, maka dari itu ada beberapa siswa yang tidak mengalami peningkatan dalam pembelajaran. Itu sebabnya peningkatan yang tejadi di kelas kontrol tidak sebaik kelas eksperimen.
3.
Skor terbesar postes kelas kontrol lebih tinggi dari kelas eksperimen Hal ini menggambarkan seolah-olah membantah hasil pembuktian hipotesis. Namun tidak demikian. Berdasarkan pengamatan selama pembelajaran dikelas kontrol, ada beberapa anak yang memiliki keaktifan, serta antusiasme yang lebih tinggi dari kelas eksperimen, tidak heran bila mereka memiliki nilai yang lebih baik. Namun itu hanya sebagian kecil siswa.
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
79
4.
Rata-rata skor postes kelas eksperimen secara deskriptif lebih tinggi dari kelas kontrol. Pembelajaran
model-eliciting
activities,
memposisikan
siswa
dalam
kelompok-kelompok untuk mendiskusikan masalah. hal ini memberikan kesempatan bagi masing masing siswa untuk mengeksplorasi sendiri materi yang sedang dipelajari. Masing-masing siswa juga memiliki kesempatan untuk aktif dalam kelompok. Selama pembelajaran terlihat tidak ada siswa yang tidak mengutarakan pendapat. Bila dilihat hasil LKS siswa, nampak semua kelompok menjawab dan mengisi LKS dengan lengkap. Artinya semua kelompok mengkaji dengan baik metri yang dipelajari. Walaupun tidak menonjol, namun merata. Hampir seluruh siwa dapat mengerjakan soal tes. Berdasarkan peningkatan yang terjadi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Ada beberapa hal yang harus dikaji, yaitu: a.
Tingkat N-gain tinggi pada kelas kotrol lebih banyak. Dari pada kelas eksperimen. Hal ini seolah olah membantah hipotesis. Namun tidak demikian. memang untuk beberapa anak, lebih menikmati pembelajaran meggunakan model konvensional. Siswa dapat mendapatkan materi dengan mudah tanpa harus banya berfikir. Dalam mengerjakan latihan, siswa tidak perlu berpikir lebih. Siswa cukup mengikuti arahan dan petunjuk dari guru. Anak-anak yang mengalami peningkatan yang tinggi di kelas kontrol memang cukup unik, karena saat berbicang dengan guru, saat belajar dengan
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
80
guru kelas, anak tersebut tidak terlalu aktif. Namun pada saat pelaksanaan pebelajaran, anak tersebut lebih aktif. Mungkin merasa mendapatkan suasana baru, belajar dengan guru yang baru. b.
Tingkat N-gain sedang pada kelas eksperimen sangat banyak. Hal ini merupakan dampak dari pembelajaran yang merata. Hampir setiap siswa mendapatkan kegiatan yang sama, dan memiliki kesempatan untuk aktif yang sama dalam kelompoknya. Berdasarkan pengujian hipotesis penelitian, tebukti bahwa pembelajaran
menggunakan pendekatan model-eliciting activities dapat lebih meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis. namun peningkatan yang terjadi tidak merata pada tiap indikator. Hal ini menimbulkan pertanyaan, yaitu: 1.
mengapa
pendekatan
model-eliciting
activities
hanya
baik
dalam
meningkatkan elaboration? Jawab: berdasarkan kajian yang peneliti lakukan, peningkatan yang terjadi pada indikator ini (elaboration), terjadi karena dampak dari pendekatan pembelajaran yang diterapkan. Salah satu keunggulan pendekatan modeleliciting activities dapat membuat siswa memahami materi lebih mendalam, sehingga
mampu
mengembangkan
konsep
yang
sudah
ada
untuk
menyelesaikan permasalahan yang lebih sulit atau permasalahan materi lain yang berhubungan dengan materi yang sudah dikuasai. 2.
Mengapa peningkatan flexibility, fluency dan originality hanya mencapai kategori sedang?
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
81
Jawab:
Berdasarkan
pengamatan
peneliti,
mengeluarkan
gagasan,
memikirkan cara menyelesaikan masalah yang beragam, dan memunculkan sesuatu yang baru merupakan hal yang tidak biasa bagi siswa. Karena siswa terbiasa berpendapat dan memecahkan masalah sesuai pendapat dan cara dari guru. Selain itu, untuk meningkatkan flexibility, fluency dan originality tidak bisa dalam waktu yang cepat, perlu waktu lebih dari satu bulan. Maka dari itu peningkatan yang terjadi belum maksimal.
b. Kajian Temuan dan Pembahasan Data Hasil Angket Self-Confidence Diterimanya hipotesis 2, tidak terlepas dari proses pelaksanaan penelitian di lapangan. Kegiatan belajar pembelajaran tidak pernah lepas dari faktor guru, siswa, materi, dan interaksi antara ketiganya. Namun dalam penelitian ini faktor yang lebih diamati adalah siswa, materi dan interaksi antara keduanya yang mendukung terhadap peningkatan self-confidence. Untuk meningkatkan self-confidence perlu kegiatan yang didalamnya terdapat dinamika atau interaksi kelompok (Suhardita: 2011). Interaksi siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
sama-sama baik. Siswa begitu antusias
terhadap materi yang diberikan. Semangat siswa begitu tinggi. Terlihat dari keaktifan mereka dalam memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas, serta dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat. Penerapan pendekatan pembelajaran yang berbeda pada kedua kelas memberikan dampak yang cukup signifikan pada kedua kelas. Penerapan
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
82
pendekana model-eliciting activities pada kelas eksperimen memberikan suasana yang berbeda. Interaksi siswa dalam kelas kontrol cukup tinggi, namun masih didominasi oleh anak-anak tertentu. Masih ada sebagian anak yang tidak memiliki kesempatan untuk mengekspresikan keaktifan mereka. Lain dengan kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran model-eliciting activities. Siswa harus berdiskusi dalam membangun model sehingga setiap siswa memiliki kesempatan untuk mengutarakan pendapat dan berinteraksi dengan baik. Anak yang jarang memiliki kesempatan berpendapat memiliki kesempatan untuk berpendapat, walaupun prosesnya bertahap. Pada awal pembelajaran terlihat anak
yang
tergolong memiliki rasa percaya diri yang baik masih mendominasi. Namun pada pembelajaran berikutnya perlahan lahan siswa yang tidak terbisa berbicara mulai mengutarakan pendapatnya. Sehingga rasa percaya diri masing-masing siswa dapat muncul sedikit demi sedikit. Selama pelaksanaan penelitian, tugas guru (peneliti) di kelas eksperimen hanya memantau, dan membantu seperlunya. Semua kegiatan sepenuhnya dalam kendali siswa. Dengan keadaan seperti itu guru (peneliti) memiliki kesempatan untuk mengamati setiap kegiatan yang terjadi dikelas. Ada beberapa hal yang menjadi temuan dari data hasil angket selfconfidence. Diantaranya: 1. Rata-rata gain self-confidence pada kelas kontrol 2.5 (rendah) dan 3.4 (sedang)
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
83
Pada tabel 4.9 terlihat tingkat rata-rata self-confidence awal siswa dari kedua kelas 83 lebih tinggi dari setangah skor ideal (135) yaitu 67,5. Hal ini berarti pada kondisi awal sebelum diberikan perlakuan self-confidence siswa sudah baik. Berdasarkan diskusi dengan guru bimbingan konseling di sekolah baiknya self-confidence siswa diantaranya disebabkan oleh adanya kegiatan ekstrakurikuler yang diwajibkan oleh sekolah. Adanya kegiatan tersebut memungkinkan terjadinya interaksi sosial sehingga memupuk self-confidence siswa. Kondisi self-confidence siswa yang terlihat sudah baik menyebabkan peneliti sulit untuk lebih meningkatkannya. Maka dari itu rata-rata N-gain pada Tabel 4.9 hanya 0,251 (rendah) untuk kelas kontrol dan 0,345 (sedang) untuk kelas eksperimen. 2. Tidak ada siswa yang memiliki tingkat self-confidence tinggi di kelas kontrol. Berdasarkan pengamatan peneliti saat pelaksanaan penelitian, interaksi siswa yang terjadi dikelas, didominasi dengan interaksi antara guru dan siswa. Itu pun hanya siswa tertentu. Interaksi siswa hanya terjadi antara teman sebangku. Hal ini berakibat peningkatan self-confidence tidak ada yang mengalami peningkatan yang tinggi. 3. Terjadi peningkatan self-confidence di kelas kontrol Pembelajaran konvensional yang saya gunakan adalah ekpositori, didalam pembelajaran ini siswa mengalami interaksi sosial. Interaksi tersebut terjadi antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Interaksi siswa dan guru terjadi dalam bentuk Tanya jawab, sedangkan interaksi siswa dengan siswa terjadi dalam Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
84
bentuk diskusi dengan teman sebangku. Ada kalanya dalam kelomok. Namun, porsi interaksinya masih terbatas. Interaksi akan terjadi hanya pada saat-saat guru memberikan kesempatan.
C. KETERBATASAN Penelitian ini memiliki keterbatasan dan kekurangan. Diantanya: a.
Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan model-eliciting activities merupakan hal yang baru bagi siswa, maka dalam pelaksanaanya peneliti banyak melakukan penyesuaian-penyesuaian agar siswa tidak sulit untuk beradaptasi. Namun, penyesuaiannya tidak keluar dari prinsip-prinsip dari pendekatan model-eliciting activities.
b.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam waktu 1 bulan, sehingga peningkatan yang terjadi belum maksimal, hanya cukup untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis.
c.
Penelitian ini hanya bertujuan melihat apakan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan model-eliciting activities dapat lebih menigkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dan self-confidence siswa SMP dari pada pembelajaran konvensional. Jika ingin melihat pencapaiannya perlu dilakukan penelitian yang lebih lama dari penelitian ini.
d.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur self-confidence dalam penelitian ini hanya baru menggunakan angket. Untuk memperkuat hasil penelitian ini perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan alat ukur lain.
Indra Siregar, 2012 Menerpakan Pemebelajaran Matematika Denagb Pendekatan Model-ElicitingActivities Untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Self-Confidience Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu