BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Profil Perusahaan Dunkin’ Donuts
Dunkin’Donuts pada mulanya tumbuh dan berkembang di kota Boston, Amerika Serikat pada tahun 1950 (dengan nama awal Open Kettle). Kemudian perusahaan ini terus tumbuh dan berkembang hingga akhirnya pada tahun 1970, Dunkin’Donuts telah berhasil menjadi perusahaan dengan merek internasional. Kemudian pada tahun 1983 perusahaan Dunkin’Donuts dibeli oleh Domecq Sekutu (Allied Domecq) yang juga membawahi Togo’s dan
Baskin
Robins.
Di
bawah Allied
Domecq, perluasan
pasar
Dunkin’Donuts secara internasional semakin diintensifkan. Hingga akhirnya gerai Dunkin’Donuts tersebar tidak hanya di benua Amerika saja, tetapi juga meluas ke benua-benua seperti Eropa dan Asia. Dunkin’ Donuts mempunyai lebih dari 7000 tempat penjualan di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah di Indonesia. Dunkin’ Donuts itu sendiri pertama kali berdiri di Indonesia pada tahun 1985, yang berlokasi di jalan Hayam Wuruk No.9 Jakarta Pusat. Perusahaan yang membeli franchise Dunkin’ Donuts tersebut adalah PT. Dunkindo Lestari.
52 http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Sementara sejarah dari sosok pendiri Dunkin’ Donuts , yaitu William Rosenberg, adalah bermula ketika ia terpaksa berhenti sekolah untuk membantu kedua orang tuanya. Dia bekerja di “Western Union” hanya sebentar lalu dia bekerja sebagai penjual di “Jack & Jill Ice Cream, dalam waktu 4 tahun dia bisa menjadi manajer penjualan untuk distribusi ke restaurant dan lembaga-lembaga. Dia mengumpulkan 2500 dolar dan memulai usahanya yang bergerak dibidang Industri Jasa Hidangan. Yang dijualnya adalah sandwich dan hidangan makan siang untuk pekerja pabrik di daerah Boston dan sekitarnya. Usaha Industri Jasa Hidangan ini meluas cepat mencapai 140 truk namun segera menyurut pada akhir tahun 1940an. Pada tahun 1950 membuka “The Open Kettle” lalu diganti nama menjadi “Dunkin’ Donuts” yang diambil nama dari komedi lama “Red Skelton”. Dan tahun 1963, William Rosenberg mengalihkan jabatannya CEO kepada putranya yang bernama “Robert”. Di tahun 1963 mempunyai 100 toko yang menghasilkan 100 juta dolar. Dunkin’ Donuts lalu menjual sahamnya kepada masyarakat tahun 1968 yang pada saat itu telah mempunyai 334 toko menjadi 700 toko dalam waktu 3 tahun. Dengan strateginya yang agresif dalam memperluas dia mampu mencapai 90 juta dolar tahun 1970 dan tahun 1971 mencapai 950.000 dolar, tahun 1972 mampu mencapai 120 juta dolar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Pada tahun 1973 menghadapi menurunan sehingga dia harus menjual 56 toko dan perusahaan merugi hingga 1,7 juta dolar. Itu menurun hingga 12% dari semua toko Dunkin’ Donuts.
2. Visi dan Misi Dunkin’ Donuts 1. Visi “Maintaining Our Brand Endurance And Customer Satisfaction By Experience Through Good People With Hearts and Soul. Memelihara dan menjaga daya tahan ketahanan merek kita dan kepuasan pelanggan dengan pengalaman kita melalui orang-orang terbaik dengan segenap jiwa dan raga. 2. Misi “ We Are Proud To Serve Better” Dengan bangga kami senantiasa memberikan pelayanan terbaik yang tercermin dalam citra brand dan pengalaman, kecerian anda adalah tujuan utama kami.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
3.
Profil Perusahaan J.CO Donuts & Coffee
J.CO dimiliki oleh Johnny Andrean, seorang pemilik jaringan BreadTalk di Indonesia. J.CO diilhami dari donat USA. Johnny yang sering melakukan perjalanan bisnis ke USA, mendapatkan kesempatan menikmati berbagai jenis donat dengan rasa dan keunikan yang berbeda. Pada mulanya, ia ingin membeli waralaba suatu jaringan pemasaran donat USA, tetapi ia mendapatkan beberapa keterbatasan pada produknya. Keterbatasan itu ada pada bahan baku dan kelemahan dalam pengendalian kualitas.
Jadi,
dengan
mengembangkan
demikian
produksi
Johnny
donatnya
memutuskan
sendiri
tanpa
untuk harus
membeli francise donat dari USA. Ia memilih untuk menghasilkan bentuk dan rasa donat yang sempurna sebagaimana yang pernah ia coba di USA, dengan memfokuskan secara khusus pada mutu bahan baku dan proses produksi. Sekembali ke Indonesia, ia kemudian mengembangkan sebuah gerai toko donat dengan konsep, bentuk dan rasa yang mirip dengan gerai donat USA. Johnny sejauh ini telah mengamati bahwa tidak ada satu pun gerai donat di Indonesia yang mempunyai konsep dapur terbuka, karenanya ia memulainya di J.CO.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Maka, selain mempunyai rasa yang berbeda, konsep toko juga dibuat sebagai dapur terbuka sehingga konsumen-konsumen dapat melihat berbagai atraksi dalam pembuatan donat, dari mencampurkan bahan-bahan sampai menjadi donat siap dijual. Donat J.Co dibuat menggunakan mesinmesin,
baik
saat
mencampurkan
bahan-bahan,
memasak
dan
membuat topping donat. Satu-satunya tenaga manusia yang dilibatkan hanya pada saat pencetakan donat. Yang juga menggunakan alat bantu cetakan. Semua mesin yang digunakan sepenuhnya diimpor dari USA. Begitu juga dengan bahanbahan dasar, lebih dari 50% diimpor dari luar negeri. Seperti cokelat yang diimpor dari Belgia dan susu dari Selandia Baru. Juga, untuk minuman, bahan-bahannya kebanyakan diimpor pula. Sebagian kopi bubuk diimpor dari Italia dan Costa Rica. Berdasarkan semua inilah, J.CO diposisikan sebagai produk bermutu premium di pasaran donat Indonesia.
Sebagian pihak mungkin
berpendapat bahwa logo J.CO memiliki kemiripan dengan logo Starbucks, tetapi jika diperhatikan dengan teliti, itu berbeda. Bentuk bulatnya boleh jadi sama, tapi itu bukanlah sebuah trademark. J.CO Donuts & Coffee menggunakan simbol burung merak pada logo mereka. Merak ini menyimbolkan keindahan, kerapian, kelembutan dan keabadian, keindahan dan kehalusan dicerminkan dari rasa dan bentuk donat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Sementara keabadian dapat dilihat dari kesetiaan konsumen yang bersedia berdiri mengantri panjang di gerai-gerai hanya untuk mendapatkan donat J.CO favorit mereka. Masing-masing donat dinamai secara kreatif berdasarkan topping dan rasa. Hal ini menciptakan suatu keunikan dan mudah untuk diingat, sebagai contoh, Chees Me Up adalah nama untuk donat dengan keju leleh di
lapisan
atas.
Tira
Miss
U
adalah
nama
untuk
donat
dengan topping tiramisu. Johnny membutuhkan tiga tahun sebelum meluncurkan J.CO Donuts & Coffee ke pasar Indonesia. Tiga tahun digunakannya untuk mempersiapkan standar dan prosedur produksi, pemilihan bahan baku, memperbaiki mutu dan proses produksi produk, serta operasional bisnis. Bagaimana pun, J.CO telah hadir di pasar Indonesia. Toko yang pertama dibuka di Supermall Karawaci, Tangerang pada tanggal 26 Juni 2005. J.CO Donuts & Coffee di Indonesia semuanya dikendalikan dan dimiliki oleh Jhonny sendiri, sedangkan toko-toko di luar negeri diwaralabakan, yang mana kita mengetahui bahwa waralaba J.CO Donuts & Coffee Singapura dimiliki oleh kelompok BreadTalk.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
4. Visi dan Misi Perusahaan J.CO Donuts & Coffee
Visi : Burung Merak pada logo J.CO Donuts & Coffe merupakan representasi visi dan misi perusahaan. 1. Membentuk J.CO Donuts & Coffee sebagai International Premium Donuts and Coffee Brand terkemuka 2. Menjadi trend setting lifestyle dalam donuts and coffee brand 3. Menjadi perusahaan yang tepat bagi orang-orang yang tepat dalam meraih cita-cita mereka. Misi : 1. Menyediakan kualitas premium donut dan kopi 2. Mendorong karyawan dalam meraih cita-cita 3. Menempatkan pelanggan sebagai prioritas 4. Berkomitmen memberikan pelayanan terbaik dengan sungguhsungguh 5. Menyediakan tempat yang sempurna untuk bersantai 6. Memperlakukan setiap orang dengan hormat dan bermatabat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
5. Karakteristik Responden Pengumpulan data pada penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner kepada seluruh Mahasiswa/i Universitas Mercu Buana Jakarta Pusat.
Kuesioner mulai dibagikan kepada responden pada tanggal 21
September 2017. Pada Bab sebelumnya, penulis sudah melakukan penentuan sampel dengan metode non probability sampling dengan teknik pengambilan sampling secara Accidental Sampling yang menghasikan bahwa sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 100 orang. Berdasarkan kuesioner yang telah disebar kepada 100 responden memperlihatkan adanya karakteristik responden yang dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan dan penghasilan perbulan Berdasarkan jawaban yang diterima dari para responden berikut gambaran mengenai karakteristik profil responden : a. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan pada data yang diperoleh melalui kuisioner, berikut gambaran mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Tabel 4.1 Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Presentase
Laki – Laki
37
37%
Perempuan
63
63%
Jumlah
100
100%
Sumber : Pengolahan data primer, 2016 Dari tabel 4.1 diatas terlihat bahwa jumlah responden terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan yaitu 63 responden atau 62,7%, sedangkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 37 responden atau 37,3%. b. Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Berdasar pada data yang diperoleh melalui kuisioner, berikut gambaran mengenai karakteristik responden berdasarkan usia responden : Tabel 4.2 Karekteristik Responden Berdasarkan Usia Usia
Frekuensi
Presentase
< 20 Tahun
3
3%
21 – 30 Tahun
89
89 %
31 – 40 Tahun
7
7%
1
1%
100
100%
>40 Tahun Jumlah
Sumber : Pengolahan data primer, 2016 Dilihat dari Tabel 4.2 berdasarkan usia responden terbanyak adalah 89 responden (89%) dengan tingkat usia 21-30 tahun, 7 responden (7%) dengan tingkat usia 31-40 tahun, 3 responden (3%) dengan tingkat usia kurang dari 20 tahun dan 1 responden (1%) dengan tingkat usia kurang dari 40 tahun.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan pada data yang diperoleh melalui kuesioner, berikut gambaran mengenai karakteristik responden berdasarkan pekerjaan responden : Tabel 4.3 Karekteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Frekuensi
Presentase
Pelajar / Mahasiswa
17
17%
PNS / Pegawai BUMN
6
6%
Pegawai Swasta
77
77%
Ibu Rumah Tangga
0
0%
100
100%
Jumlah
Sumber : Pengolahan data primer, 2016
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 77 orang responden (77%) dengan pekerjaan pegawai swasta, 17 orang responden (17%) dengan status Pelajar / Mahasiswa, 6 orang responden (6%) dengan pekerjaan sebagai PNS / Pegawai BUMN. Responden yang paling dominan adalah pegawai swasta. d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Pekerjaan Berdasar pada data yang diperoleh melalui kuisioner, berikut gambaran mengenai karakteristik responden berdasarkan pendapatan pekerjaan :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
Tabel 4.4 Karekteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Pekerjaan Pendapatan
Frekuensi
Presentase
< Rp 3.000.000
8
8%
Rp 3.000.001 – Rp 6.000.000
65
65%
Rp 6.000.001 – Rp 9.000.000
20
20%
Rp 9.000.001 – Rp 12.000.000
2
2%
> Rp 12.000.001
5
5%
100
100%
Jumlah
Sumber : Pengolahan data primer, 2016
Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden didominasi oleh pekerja yang memiliki pendapatan antara Rp 3.000.001 s.d Rp 6.000.001 yaitu 65 responden (65%), kemudian diikuti dengan 20 responden yang memiliki
pendapatan
antara Rp 6.000.000 – Rp 9.000.000, ada 8
responden (8%) yang memiliki pendapatan dibawah Rp 3.000.000, 5 responden (5%) memiliki pendapatan diatas Rp 12.000.000 dan terakhir ada 2 responden (2%) yang berpenghasilan antara Rp 9.000.001 – Rp 12.000.000.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
B. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif
Std.
N
Min
Max
Mean
Harga
100
6
14
10,75
1,719
Kualitas Produk
100
34
54
42,70
3,988
Kebutuhan Mencari Variasi
100
14
28
22,61
2,534
Perpindahan Merek
100
17
32
24,91
2,822
Valid N (listwise)
100
Deviation
Sumber : Pengolahan data primer dengan SPSS Ver 17, 2016 Pada tabel diatas menjunjukkan gambaran mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini. Variabel X1 (Harga), berdasarkan hasil jawaban responden dengan jumlah tiga pertanyaan dan lima alternatif jawaban (1, 2, 3, 4 dan 5) menghasilkan nilai minimum jawaban 6 dan nilai maksimum 14 dengan rata-rata nilai jawaban responden adalah 10,75 dan standar deviasi 1,719. Variabel X2 (Kualitas Produk), berdasarkan hasil jawaban responden dengan jumlah sebelas pertanyaan dan lima alternatif jawaban (1, 2, 3, 4 dan 5) menghasilkan nilai minimum jawaban 34 dan nilai maksimum 54 dengan rata-rata nilai jawaban responden adalah 42,70 dan standar deviasi 3,988.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Variabel X3 (Kebutuhan Mencari Variasi) berdasarkan hasil jawaban responden dengan jumlah enam pertanyaan dan lima alternatif jawaban (1, 2, 3, 4 dan 5) menghasilkan nilai minimum jawaban 14 dan nilai maksimum 28 dengan rata-rata nilai jawaban responden adalah 22,61 dan standar deviasi 2,534 dan yang terakhir Variabel Y (Perpindahan Merek), berdasarkan hasil jawaban responden dengan jumlah tujuh pertanyaan dan lima alternatif jawaban (1, 2, 3, 4 dan 5) menghasilkan nilai minimum jawaban 17 dan nilai maksimum 32 dengan rata-rata nilai jawaban responden adalah 24,95 dan standar deviasi 2,822. Adanya rentang yang cukup tinggi antara nilai maksimum dan minimum menunjukan bahwa jawaban dari masing – masing responden cukup bervariasi. Dimana nilai maksimum menunjukan kepuasan dan nilai minimum menunjukan adanya ketidakpuasan dari responden.
C.
Hasil Pengujian Instrumen Untuk
melakukan
uji
validitas
dan uji
reliabilitas,
penulis
menggunakan program IBM Stastitical for Product and Service Solution (SPSS) versi 17. Variabel yang diuji adalah variabel bebas (x1) yaitu Harga, variabel bebas (x2) adalah Kualitas Produk, variabel bebas (x3) adalah Kebutuhan Mencari Variasi, serta variabel terikat (dependent) yaitu Perpindahan Merek (Brand Switching). Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
1.
Hasil Uji Validitas Setelah dilakukan pengolahan data, diperoleh hasil seperti dibawah ini. Namun, kita terlebih dahulu menetukan nilai r tabel yang akan kita gunakan. Berikut perhitungannya : df
= n-2 = 100 – 2 = 98
Dengan N 98 dan signifikansi 0,05 pada Tabel r diperoleh angka 0,1966, sehingga nilai r tabel untuk pengujian validitas variabel-variabel ini adalaha 0,1966. Uji Validitas Variabel Harga
a.
Dari pengolahan data yang dilakukan diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 4.6 sebagai berikut : Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Harga No
1
2
3
Pernyataan
r-Hitung
r-Tabel
Saya berpindah merek karena harga Dunkin’ Donuts lebih mahal 0,648 0,1966 dibandingkan dengan harga J.CO Donuts & Coffee Saya berpindah merek karena harga Dunkin’ Donuts tidak sesuai 0,757 0,1966 dengan kepuasan yang saya rasakan. Saya berpindah merek karena harga Dunkin’ Donuts tidak sesuai 0,853 0,1966 dengan kualitas yang diberikan. Sumber : Pengolahan data primer, 2016
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ket
Valid
Valid
Valid
66
Berdasarkan Tabel 4.6, pernyataan nomor 3 memiliki nilai r-hitung yang paling tinggi di antara item lain. Artinya tingkat validitas dari pernyataan nomor 3 sangat tinggi. Sementara untuk pernyataan nomor 1, memiliki angka r-hitung lebih rendah jika dibandingkan item lain. Jika dilihat secara keseluruhan, nilai r-hitung dari masing-masing item lebih besar dari r-tabel . Hal ini berarti seluruh item yang digunakan pada variabel Harga dianggal Valid dan dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.
b.
Uji Validitas Variabel Kualitas Produk Dari pengolahan data yang dilakukan diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 4.7 sebagai berikut : Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Kualitas Produk
No
Pernyataan
r-Hitung
r-Tabel
Ket
1
Cita rasa donut J.CO Donuts & Coffee lebih enak dibandingkan rasa donut Dunkin’ Donuts.
0,415
0,1966
Valid
2
Tekstur donut J.CO Donuts & Coffee lebih lembut dibandingkan donut Dunkin’ Donuts
0,633
0,1966
Valid
3
Rasa topping donut J.CO Donuts & Coffee lebih enak dibandingkan rasa topping donut Dunkin’ Donuts
0,601
0,1966
Valid
4
Donut J.CO Donuts & Coffee masih layak dikonsumsi dalam waktu 3 hari.
0,452
0,1966
Valid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
No
Pernyataan
r-Hitung
r-Tabel
Ket
5
Donut J.CO mempunyai banyak variasi rasa dibandingkan dengan Dunkin’ Donuts
0,510
0,1966
Valid
6
J.CO Donuts & Coffee memiliki konsep open kitchen (dapur terbuka) yang cukup menarik, membuat konsumen dapat melihat proses pembuatan donut secara langsung.
0,492
0,1966
Valid
7
J.CO Donuts & Coffee tidak hanya menjual donut sebagai produk utamanya tapi juga memiliki tambahan produk seperti yogurt dan kopi
0,450
0,1966
Valid
8
Donut J.CO Donuts & Coffee memiliki kualtias yang lebih tahan lama dibandingkan dengan donut Dunkin’ Donuts
0,490
0,1966
Valid
9
Pelayanan yang diberikan karyawan J.CO Donuts & Coffee lebih cepat dibandingkan dengan Dunkin’ Donuts.
0,532
0,1966
Valid
10
Karyawan J.CO Donuts & Coffee lebih ramah dalam melayani pembeli dibandingkan dengan Dunkin’ Donuts
0,484
0,1966
Valid
11
Bentuk dan variasi topping pada donut J.CO Donuts & Coffee terlihat lebih menarik dibandingkan dengan donut Dunkin’ Donuts
0,320
0,1966
Valid
Sumber : Pengolahan data primer, 2016 Berdasarkan Tabel 4.7, terlihat bahwa seluruh r-hitung lebih besar dari r-Tabel pada semua item pertanyaan. Hal ini berarti seluruh dimensi yang digunakan pada variabel Kualitas Produk dianggap Valid, dimana item penyataan nomor dua memiliki angka validitas tertinggi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
c.
Uji Validitas Variabel Kebutuhan Mencari Variasi Dari pengolahan data yang dilakukan diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Kebutuhan Mencari Variasi No 1 2
3 4
5
6
Pernyataan Saya suka mencoba merek donut yang belum pernah saya coba Saya lebih tertarik untuk mencoba merek donut selain Dunkin’ Donuts. Saya mengkonsumsi donut merek lain karena banyak variasi yang disediakan. Variasi yang disediakan donut merek lain lebih menarik Saya tidak khawatir dalam mencoba donut dengan merek berbeda Meskipun menyukai merek tertentu, saya sering mencoba donut dengan merek baru.
r-Hitung r-Tabel
Ket
0,551
0,1966
Valid
0,681
0,1966
Valid
0,672
0,1966
Valid
0,644
0,1966
Valid
0,633
0,1966
Valid
0,618
0,1966
Valid
Sumber : Pengolahan data primer, 2016
Berdasarkan Tabel 4.8, terlihat bahwa seluruh r-hitung lebih besar
dari
r-Tabel pada semua item pertanyaan. Hal ini berarti
seluruh dimensi yang digunakan pada variabel kebutuhan mencari variasi dianggap Valid, dimana item penyataan nomor dua memiliki angka validitas tertinggi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
d.
Uji Validitas Variabel Perpindahan Merek Dari pengolahan data yang dilakukan diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut : Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Perpindahan Merek (Brand Switching) No 1
Pernyataan r-Hitung Saya berpindah dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee 0,583 karena mengalami ketidakpuasan pasca konsumsi
r-Tabel
Ket
0,1966
Valid
2
Saya berpindah merek karena saya B bosan dengan Dunkin’ Donuts.
0,602
0,1966
Valid
3
Saya merasakan kekecewaan pasca konsumsi Dunkin’ Donuts
0,601
0,1966
Valid
4
Saya berpindah karena kualitas produk dan pelayanan Dunkin’ Donuts tidak sesuai dengan harapan saya.
0,663
0,1966
Valid
5
Iklan dan promosi yang dibuat J.CO Donuts & Coffee lebih memancing minat saya untuk berpindah merek dari Dunkin’ Donuts.
0,443
0,1966
Valid
6
Saya berhenti Dunkin’ Donuts
0,590
0,1966
Valid
7
Saya segera mengkonsumsi J.CO Donuts & Coffee
0,578
0,1966
Valid
mengkonsumsi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
Berdasarkan tabel 4.9, terlihat bahwa seluruh r-hitung lebih besar
dari
r-Tabel pada semua item pertanyaan. Hal ini berarti
seluruh dimensi yang digunakan pada variabel kepuasan konsumen dianggap Valid, dimana item penyataan nomor empat memiliki angka validitas tertinggi. 2. Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakkan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran terseut diulang. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji reliabilitas dengan metode Cronbach’s Alpha. Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2010) yang membagi tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut : Jika alpha atau r hitung: 1) 0.8 – 1.0
= Reliabilitas baik
2) 0.6 – 0.799
= Reliabilitas diterima
3) kurang dari 0.6 = Reliabilitas kurang baik Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.10 :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas No
Variabel
Croanbach Alpha
1
Harga (X1)
0,614
2
Kualitas Produk (X2)
0,686
3
Kebutuhan Mencari Variasi (X3)
0,701
4
Perpindahan Merek (Y)
0,669
S
Keterangan Reliabel Diterima Reliabel Diterima Reliabel Diterima Reliabel Diterima
umber : pengolahan data primer, 2016
Berdasarkan Tabel 4.10, didapatkan hasil bahwa
koefisien
reliabilitas variabel harga (X1) memiliki nilai croanbach’s alpha sebesar 0,614 yang berarti memiliki reliabilitas diterima. Begitu juga dengan variabel X2, X3 dan variabel Y masing - masing memiliki nilai croanbach alpha 0,686, 0,701, dan 0,669 yang artinya reliabilitasnya baik, karena seluruh nilai croanbach alpha reliabel berarti data yang ada telah layak untuk digunakan pada analisis selanjutnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
D.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang
linier tidak biasa dengan varian yang minimum, yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Tidak ada ketentuan yang pasti mengenai urutan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi terlebih dahulu. 1. Hasil Uji Normalitas Dasar pengambilan keputusan uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat menyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dengan pengambilan keputusan antara lain, (Gozhali, 2011): a. Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data (titik) menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Setelah melakukan pengujian dengan menggunakan SPSS, berikut hasil normal probability plot sesuai output yang dihasilkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Probability Plot Sumber : Pengolahan data primer dengan SPSS Ver 17, 2016
Pada Gambar 4.1, data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Gozhali (2011) yang berarti model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.
2. Hasil Uji Multikolonieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Menurut (Ghozali,2009), suatu model regresi terdapat multikolinearitas jika variance inflaction factor (VIF) ≥ 10 atau sama dengan tolerance ≤ 0,10 dengan tingkat kolinearitas dibawah 95%.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
Dari hasil pengolaham data menggunakan SPSS diperoleh table pengujian multikolonieritas dapat dilihat di tabel 4.11 sebagai berikut.
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Beta Error
1 (Constant)
6,832
3,344
Harga
,461
,147
Kualitas Produk
,222
Kebutuhan
,163
t
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
2,045
,044
,281
3,134
,002
,974 1,072
,064
,314
3,453
,001
,944
,102
,145
2,492
,037
,936 1,069
1,059
Mencari Variasi Perpindahan Merek a. Dependent Variable: Kepuasan Konsumen Sumber : Pengolahan data primer dengan SPSS Ver 17, 2016
Berdasarkan output dari uji yang dilakukan pada SPSS diketahui bahwa : Untuk semua variabel independen nilai perhitungan tolerance > 0,10 sedangkan hasil perhitungan VIF < 10. Output dari uji yang dilakukan pada SPSS diketahui bahwa: Nilai Tolerance variable harga 0,974, nilai tolerance variabel kualitas produk 0,944, dan nilai tolerance variabel kebutuhan mencari variasi 0,936 lebih besar dari 0,10. Nilai VIF semua variabel harga 1,072, VIF variabel kualitas produk 1,059, dan nilai VIF kualitas pelayanan 1,069 lebih kecil dari 10. Melihat hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolonieritas dan data layak digunakan dalam model regresi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji ini digunakan untuk mengetahui variabel penggangu dalam persamaan regresi mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika mempunyai varians yang sama, berarti tidak terdapat heteroskedatisitas, sedangkan
jika
mempunyai
varians
yang
tidak
sama
terdapat
heteroskedatisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik Scatterplot. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas, (Ghozali, 2011). Berikut hasil grafik Scatterplot sesuai output yang dihasilkan :
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot Sumber : Pengolahan data primer dengan SPSS Ver 19, 2016
Berdasarkan output scatterplot diatas, terlihat bahwa titik – titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
Sesuai analisa yang berdasar pada teori Gozhali (2011) secara keseluruhan
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
ada
masalah
heteroskedastisitas, sehingga model yang digunakan dalam penelitian dapat diteruskan.
E.
Persamaan Regresi Linier Berganda Analisis Regresi linier digunakan untuk mengetahui pengaruh variable bebas dengan variabel terikat. Untuk regresi yang variabel independennya terdiri atas dua atau lebih, regresinya disebut regresi berganda. Dalam Hasil analisis regresi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.12 Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model B 1
(Constant)
Std. Error
6,839
3,344
Harga
,461
,147
Kualitas Produk
,222
Kebutuhan
,162
T
Sig.
Beta 2,045
,044
,281
3,134
,002
,064
,314
3,453
,001
,102
,145
2,492
,037
Mencari Variasi a. Dependent Variable: Perpindahan Merek (Brand Switching) Sumber : Pengolahan data primer dengan SPSS Ver 17, 2016
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
Berdasarkan pada tabel 4.18 maka persamaan regresi linear berganda secara sistematis sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 +b3X3 + e Y = 6,893 + 0.461X1 + 0.222X2 + 0.162 X3 + e Persamaan yang telah diperoleh tersebut selanjutnya dapat dijelaskan pula dalam bentuk beberapa pernyataan seperti berikut ini : 1. Koefisien b1X1 : Harga terhadap perpindahan merek Koefiesien regresi harga bernilai positif terhadap perpindahan merek sebesar 0,461 yang berarti bahwa bila harga Dunkin’ Donuts meningkat maka perpindahan merek dari J.CO Donuts & Coffee juga akan semakin meningkat.
2. Koefisien b2X2 : Kualitas produk terhadap perpindahan merek Koefisien regresi kualitas produk bernilai positif terhadap perpindahan merek sebesar 0,222 yang berarti bahwa setiap peningkatan kualitas produk terhadap J.CO Donuts & Coffee maka perpindahan produk dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts and Coffee juga akan semakin meningkat. 3. Koefisien b3X3 : Kebutuhan mencari variasi terhadap perpindahan merek Koefisien regresi kebutuhan mencari variasi terhadap kepuasan konsumen sebesar sebesar 0,162 yang berarti bahwa setiap peningkatan kebutuhan mencari variasi maka perpindahan merek dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee juga akan semakin meningkat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
F.
Uji Ketepatan Model
Uji Koefisien Determinasi (R2)
1.
Melihat kebagusan model (kemampuan model untuk menjelaskan variasi dari variabel terikat oleh variasi dari variabel bebas), yaitu dengan melihat koefisien determinasi atau R2 (R-square). Setelah melakukan pengujian dengan menggunakan SPSS, berikut output yang dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan :
Tabel 4.13 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model 1
R
R Square
,499a
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
,226
2,48340
,249
a. Predictors: (Constant), Kebutuhan Mencari Variasi, Harga , Kualitas Produk b. Dependent Variable: Perpindahan Merek
Sumber : Pengolahan data primer dengan SPSS Ver 17, 2016 Berdasarkan tabel diatas, nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah 0,226. Hal ini menunjukkan kemampuan variabel independen yaitu harga, kualitas produk, dan kebutuhan mencari variasi dalam menjelaskan perpindahan merek adalah 22,6%. Sedangkan sisanya (100% - 22,6%) yaitu 77,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain selain variabel independen tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
2. Uji Model (Uji F) Menurut Priyatno (2010), uji F digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang penulis buat bernilai baik (signifikan) atau tidak baik (non signifikan). Jika model menunjukkan nilai signifikan, maka model bisa digunakan atau dilanjutkan untuk prediksi atau peramalan. Akan tetapi sebaliknya, jika model menunjukkan nilai non signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan. Uji F atau model dapat dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi pada tabel anova, dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Jika nilai Sig. > 0,05 maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (Y).
Tabel 4.14 Hasil Uji Statistik F ANOVAb Sum of Model 1
Squares
df
Mean Square
Regression
196,690
3
65,563
Residual
592,060
96
6,617
Total
788,750
99
F
10,631 ,000a
a. Predictors: (Constant), Kebutuhan Mencari Variasi , Harga , Kualitas Produk b. Dependent Variable: Perpindahan Merek (Brand Switiching)
Sumber : Pengolahan data primer dengan SPSS Ver 17, 2016
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sig.
80
Untuk melakukan uji F (Model) terlebih dahulu diperlukan untuk menentukan nilai dari F tabel. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 100 responden. Menentukan F tabel dapat diketahui dengan cara mencari nilai df1=k-1 atau df1= 4-1=3 , dan df2 = n-k atau df2 = 100-4 = 96. Jika pengujian dilakukan pada α = 5%, maka nilai F tabel adalah 2.70 Berdasarkan tabel 4.20, nilai F hitung adalah 10,631 > F tabel 2,70 dan dengan probabilitas 0,000 < 0,05. Maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh harga (X1), kualitas produk (X2) dan kebutuhan mencari variasi (X3) terhadap perpindahan merek (Y1). Dengan demikian hipotesis (Ha1) diterima dan (H01) ditolak.
3. Uji Hipotesis (Uji T) Uji T merupakan teknik pengujian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (harga, kualitas produk, dan kebutuhan mencari variasi ) secara parsial terhadap variabel dependen (perpindahan merek). Untuk menguji pengaruh parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, maka hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
Ho1 : Tidak ada pengaruh variabel harga terhadap variabel perpindahan merek Ha1 : Ada
pengaruh
variabel
variabel
harga
terhadap
variabel
perpindahan merek Ho2 : Tidak ada pengaruh variabel kualitas produk terhadap variabel perpindahan merek Ha2 : Ada
pengaruh variabel
kualitas produk
terhadap variabel
perpindahan merek Ho3 : Tidak ada pengaruh variabel kebutuhan mencari variasi terhadap variabel perpindahan merek Ha3 : Ada pengaruh variabel kebutuhan mencari variasi terhadap variabel perpindahan merek
Pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dengan memperhatikan besaran nilai Sig. Bila nilai Sig menunjukkan kurang dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha akan diterima, begitu pula sebaliknya. Berikut disajikan tabel hasil uji statistic t sebagai berikut
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
Tabel 4.15 Signifikansi Parameter Individual ( Uji Statistik T) Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model B 1
(Constant)
Std. Error
6.839
3.344
Harga
.461
.147
Kualitas Produk
.222 .162
Kebutuhan Mencari Variasi
T
Sig.
Beta 2.045
.044
.281
3.134
.002
.064
.314
3.453
.001
.102
.145
2.492
.037
a. Dependent Variable: Perpindahan Merek (Brand Switching) Sumber : Pengolahan data primer dengan SPSS Ver 17, 2016
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel hasil uji t di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : T table df (96) = 1,984 df : N-n = 100- 4
a. Analisis pengaruh harga terhadap perpindahan merek(brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee. Dari hasil pengujian uji t pada tabel 4.15, menunjukkan nilai t hitung variabel harga sebesar 3,134 dan nilai t tabel sebesar 1,984 karena t hitung 3,134 > t tabel 1,984 dengan probabilitas signifikasi 0,002 lebih kecil dari taraf signifikasi 0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa variabel harga berpengaruh signifikan terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
b. Dengan demikian hipotesis pengaruh harga terhadap perpindahan merek diterima. c. Analisis pengaruh kualitas produk terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee. Dari hasil pengujian uji t pada tabel 4.15, menunjukkan nilai t hitung variabel kualitas produk sebesar 3,453 dan nilai t tabel sebesar 1,984, karena t hitung 3,453 > t tabel 1,984 dengan probabilitas signifikasi 0,001 lebih kecil dari taraf signifikasi 0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa variabel kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee. Dengan
demikian
hipotesis
pengaruh
kualitas
produk
terhadap
perpindahan merek diterima. d. Analisis pengaruh kebutuhan mencari variasi terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee. Dari hasil dari perhitungan uji t pada tabel 2.15, menunjukkan nilai t hitung variabel kualitas pelayanan sebesar 2,492 dan nilai t tabel sebesar 1,984 karena t hitung 2,492 > t tabel 1,984 dengan probabilitas signifikasi 0,037 lebih kecil dari taraf signifikasi 0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa variabel kebutuhan mencari variasi berpengaruh signifikan terhadap terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee. Dengan demikian hipotesis pengaruh kebutuhan mencari terhadap perpindahan merek diterima.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
G.
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang menjadi dasar penelitian, berikut ini merupakan pembahasan sesuai dengan beberapa hasil uji yang sudah dilakukan : 1. Pengaruh harga terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikansi antara harga terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee pada mahasiswa Universitas Mercu Buana, Menteng. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Irfan Firdaus (2014) yang menyatakan bahwa Harga berpengaruh terhadap perpindahan merek (brand switching). Basu Swastha (2006) harga suatu merek yang mahal dengan karateristik yang ditawarkan sama dengan pesaing dapat menyebabkan konsumen berpindah merek, konsumen akan loyal pada merek yang berkualitas dengan harga yang wajar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
2. Pengaruh kualitas produk terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikansi antara kualitas produk terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee pada mahasiswa Universitas Mercu Buana, Menteng. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Moh. Yasir Arafat (2014) yang menyebutkan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap perpindahan merek. Menurut Kotler (2008) kualitas produk memiliki delapan dimensi yakni keindahan tampilan produk, fitur, kinerja, kesesuain mutu dengan standar, daya tahan, kemudahan untuk diperbaiki dan gaya. Maka dari itu suatu perpindahan merek dapat terjadi apabila komponen-komponen tersebut tidak terpenuhi. Pesaing yang mampu memberikan benefit yang lebih baik kepada konsumen, merupakan salah satu penyebab konsumen melakukan perpindahan merek (brand switching). 3.
Pengaruh kebutuhan mencari variasi terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee. Dari hasil uji hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikansi antara kebutuhan mencari variasi terhadap perpindahan merek (brand switching) dari Dunkin’ Donuts ke J.CO Donuts & Coffee pada mahasiswa Universitas Mercu Buana, Menteng. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Naibaho (2009) yang menyebutkan bahwa kebutuhan mencari variasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap perpindahan merek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
86
Mowen dan Minor (2008) mengemukakan bahwa mencari keragaman (variety-seeking) mengacu pada kecendrungan konsumen untuk mencari secara spontan membeli merek produk baru meskipun mereka terus mengungkapkan kepuasan mereka dengan merek yang lama. Kebutuhan mencari variasi merupakan sebuah komitmen kognitif untuk membeli merek yang berbeda karena berbagai alasan yang berbeda, keinginan baru akan timbul dari rasa bosan pada sesuatu yang telah lama dikonsumsi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/