BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian RSUD Dr Moewardi Surakarta merupakan rumah sakit negeri kelas A yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas bahkan oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat. Rumah Sakit ini termasuk besar karena tersedia 676 tempat tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Jawa Tengah yang tersedia rata-rata 56 tempat tidur inap. Jumlah dokter
232 dokter.
Pelayanan Inap termasuk kelas tinggi yaitu 154 dari 676 tempat tidur di rumah sakit ini berkelas VIP keatas. Setiap tahun, 334,983 pasien menjenguk RSU Dr Moewardi Surakarta. Instalasi Rehabilitasi Medik merupakan salah satu instalasi di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Terdapat 7 Pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik yaitu : pemeriksaan dokter spesialis Rehabilitasi Medik, pelayanan Fisioterapi Komprehensif, pelayanan Psikologi Minis, pelayanan Terapi Wicara, Pelayanan Okupasi Terapi, pelayanan pekerja sosial medis dan pelayanan Orthotik Prosthetik. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Sampel Penelitian a. Karakteristik Sampel Penelitian Data Kontinu Hasil statistik deskriptif data kontinu yang berupa umur, persepsi terhadap Low Back Pain, akses layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga dan pencegahan kekambuhan dapat dilihat pada tabel 4.1. sebagai berikut :
37
38
Tabel 4.1. Karakteristik Sampel Penelitian Data Kontinu Variabel N Min Umur 60 46,00 Persepsi terhadap LBP 60 1,00 Akses layanan kesehatan 60 2,00 Aksesibilitas lingkungan 60 1,00 Dukungan keluarga 60 6,00 Pencegahan kekambuhan 60 3,00 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016
Max Mean 78,00 59,67 13,00 5,92 10,00 5,85 9,00 6,48 30,00 20,57 9,00 7,70
SD 9,62 2,10 1,63 1,77 5,80 1,21
b. Karakteristik Sampel Penelitian Data Kategorikal 1) Jenis kelamin Hasil karateristik sampel penelitian variabel jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2. sebagai berikut : Tabel 4.2. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Jenis Kelamin Jenis Kelamin n Laki-laki 19 Perempuan 41 Jumlah 60 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016
% 31,7 68,3 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin sampel penelitian adalah perempuan yaitu sebanyak 41 (68,3%). 2) Pendidikan Hasil karakteristik sampel penelitian variabel pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3. sebagai berikut : Tabel 4.3. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Pendidikan Pendidikan n Pendidikan dasar 26 Pendidikan menengah 20 Pendidikan tinggi 14 Jumlah 60 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016
% 43,3 33,3 23,4 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan sampel penelitian adalah pendidikan dasar (SD dan SMP) yaitu sebanyak 26 (43,3%).
39
3) Pekerjaan Hasil karakteristik sampel penelitian variabel pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.4. sebagai berikut : Tabel 4.4. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Pekerjaan Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja paruh waktu Bekerja penuh waktu Jumlah Sumber : Data primer diolah, 2016
n 22 15 23 60
% 36,7 25,0 38,3 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas sampel penelitian memiliki pekerjaan penuh waktu yaitu sebanyak 23 (38,3%). 4) Edukasi Proper Body Mechanics Hasil karateristik sampel penelitian variabel edukasi dapat dilihat pada tabel 4.5. sebagai berikut : Tabel 4.5. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Edukasi PBM Edukasi n Tidak pernah 25 Pernah 35 Jumlah 60 Sumber : data primer diolah, 2016
% 41,7 58,3 100
5) Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas sampel penelitian pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics yaitu sebanyak 35 (58,3%). 2. Pengujian Hipotesis a. Analisis Bivariat 1) Hubungan Umur dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.6. berikut :
40
Tabel 4.6. Hubungan Umur dengan Tindakan Pencegahan kekambuhan LBP Tindakan Umur Total Pencegahan P 46 - 55 56 - 65 > 65 kekambuhan % % F % F % F F LBP Tidak Melakukan 12 60,0 5 25,0 3 15,0 20 100 0,004 Melakulan 7 17,5 19 45,5 14 35,0 40 100 Total 19 31,7 24 40,0 17 28,7 60 100 Sumber Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.6. menunjukkan bahwa hasil uji Chi-Square terdapat hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,004). 2) Hubungan
Jenis
kelamin
dengan
Tindakan
Pencegahan
kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan jenis kelamin dengan pencegahan kekambuhan dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.7 Tabel 4.7. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Jenis kelamin Total Pencegahan OR P Laki-laki Perempuan kekambuhan % F % F % F LBP Tidak melakukan 10 50,0 10 50,0 20 100 3,44 0,031 Melakukan 9 22,5 31 77,5 40 100 Total 19 31,7 41 68,3 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.7. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 3,44 berarti bahwa sampel penelitian dengan jenis kelamin perempuan mempunyai kemungkinan 3,44 kali lebih besar dalam melakukan tindakan pencegahan LBP dibandingkan dengan sampel penelitian dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan jenis kelamin dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,031).
41
3) Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.8 Tabel 4.8. Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Pendidikan Total Pencegahan P Dasar Menengah Tinggi Kekambuhan F % % F % F % F LBP Tidak melakukan 13 65,0 5 25,0 2 10,0 20 100 0,046 Melakukan 13 32,5 15 37,5 12 30,0 40 100 Total 26 43,3 20 33,3 24 23,4 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.8. menunjukkan hasil uji Chi-Square bahwa ada hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,046). 4) Hubungan Pekerjaan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.9 Tabel 4.9.
Hubungan Pekerjaan dengan Tindakan Pencegahan
Kekambuhan LBP Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP
Tidak bekerja F
%
Pekerjaan Kerja paruh waktu F %
Kerja penuh waktu F %
Tidak melakukan 14 70,0 5 25,5 1 Melakukan 8 20,0 10 25,0 22 Total 22 36,7 15 25,0 23 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016
5,0 55,0 38,3
Total F
%
20 40 60
100 100 100
P
0,001
42
Tabel 4.9. menunjukkan hasil uji Chi-Square bahwa ada hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 5) Hubungan Persepsi terhadap Low Back Pain dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan persepsi terhadap LBP dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.10. Tabel 4.10. Hubungan Persepsi terhadap LBP dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Persepsi Nyeri Total Pencegahan OR P Rendah Tinggi Kekambuhan % F % F % F LBP Tidak melakukan 17 85,0 3 15,0 20 100 69,89 0,001 Melakukan 3 7,5 37 92,5 40 100 Total 20 33,3 40 66,7 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.10. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 69,89 berarti bahwa sampel dengan persepsi terhadap LBP tinggi mempunyai kemungkinan 69,89 kali lebih besar melakukan pencegahan kekambuhan dibandingkan dengan sampel dengan persepsi terhadap LBP yang rendah. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi terhadap LBP dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 6) Hubungan
Akses
Pelayanan
Kesehatan
dengan
Tindakan
Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan akses pelayanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.11.
43
Tabel 4.11. Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Akses Pelayanan Tindakan Kesehatan OR P Total Pencegahan Sulit Mudah Kekambuhan LBP F % F % F % Tidak melakukan 15 75,0 5 25,0 20 100 9,0 0,001 Melakukan 10 25,0 30 75,0 40 100 Total 25 41,7 35 58,3 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.11. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 9,0 berarti bahwa sampel dengan akses pelayanan kesehatan yang mudah mempunyai kemungkinan 9,0 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan
LBP
dibandingkan
dengan akses
pelayanan kesehatan yang sulit. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 7) Hubungan Aksesibilitas Lingkungan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan
chi square
hubungan aksesibilitas
lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.12. Tabel 4.12. Hubungan Aksesibilitas Lingkungan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Aksesibilitas Tindakan Lingkungan OR P Total Pencegahan Tidak Kekambuhan Aksesibel aksesibel LBP F % F % F % Tidak 17 85,0 3 15,0 20 100 melakukan 11,77 0,001 Melakukan 13 37,5 27 67,5 40 100 Total 30 50,0 30 50,0 60 100 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016
44
Tabel 4.12. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 11,77 berarti
bahwa
sampel
dengan
lingkungan
yang
aksesibel
mempunyai kemungkinan 11,77 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan lingkungan
yang
tidak
aksesibel.
Hasil
uji
Chi-Square
menunjukkan bahwa ada hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan
LBP dan secara statistik
signifikan (p = 0,001). 8) Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.13. Tabel 4.13. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Dukungan keluarga Total Pencegahan OR P Lemah Kuat Kekambuhan % F % F % F LBP Tidak melakukan 8 40,0 12 60,0 20 100 3,78 0,031 Melakukan 6 15,0 34 85,0 40 100 Total 14 23,3 46 76,7 60 100 Sumber : Data primer diolah, 2016 Tabel 4.13. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 3,78 berarti bahwa sampel dengan dukungan keluarga yang kuat mempunyai kemungkinan 3,78 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan sampel yang memiliki dukungan keluarga yang lemah. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,031).
45
9) Hubungan Edukasi Proper Body Mechanics dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan edukasi dengan pencegahan kekambuhan dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.14. Tabel 4.14. Hubungan Edukasi Proper Body Mechanics dengan Pencegahan Kekambuhan LBP Edukasi Pencegahan Kekambuhan
Tidak pernah F %
Total
Pernah F
Tidak melakukan 17 85,0 3 Melakukan 8 20,0 32 Total 25 41,7 35 Sumber : Data primer diolah, 2016
%
F
%
15,0 80,0 58,3
20 40 60
100 100 100
OR
P
22,67
0,001
Tabel 4.14. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 22,67 berarti bahwa sampel dengan pernah mendapat edukasi proper body mechanics
mempunyai
kemungkinan
22,67
kali
lebih
besar
melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan sampel yang tidak pernah mendapat edukasi proper body mechanics. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 10) Analisis Multivariat Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik berganda digunakan untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, persepsi terhadap Low Back Pain, akses terhadap layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga dan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Perhitungan menggunakan program SPSS sebagai berikut :
46
Tabel 4.15. Regresi Logistik Berganda Variabel
OR
Umur 2,09 Jenis kelamin 1,52 Pendidikan 2,38 Pekerjaan 9,16 Persepsi terhadap LBP 27,81 Akses layanan kesehatan 0,49 Aksesibilitas lingkungan 0,73 Dukungan keluarga 0,30 Edukasi PBM 35,33 N observasi 60 -2 log likelihood 22,77 Nagelkerke R 2 82,0% Sumber: Data primer diolah, Februari 2016 Nilai Odd Ratio variabel umur responden dengan umur
CI 95% Batas Batas bawah atas 0,36 12,09 0,08 28,78 0,41 14,05 1,35 62,39 2,14 361,33 0,02 14,81 0,04 14,22 0,02 5,50 1,65 757,32
p 0,412 0,781 0,337 0,024 0,011 0,684 0,834 0,419 0,023
sebesar 2,09 berarti bahwa
yang semakin mendekati > 65 tahun
mempunyai kemungkinan 2,09 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan responden dengan umur dibawah 65 tahun. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 2,09; CI=95%; 0,36 hingga 12,09; p = 0,412). Nilai Odd Ratio variabel jenis kelamin sebesar 1,52 berarti bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan mempunyai kemungkinan 1,52 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dari pada responden dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan jenis kelamin dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 1,52; CI=95%; 0,08 hingga 28,78; p = 0,781). Nilai Odd Ratio variabel pendidikan sebesar 2,38 berarti bahwa responden dengan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
47
mempunyai kemungkinan 2,38 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden dengan pendidikan dasar. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 2,38; CI=95%; 0,41 hingga 14,05; p = 0,337). Nilai Odd Ratio variabel pekerjaan sebesar 9,16 berarti bahwa responden dengan pekerjaan penuh waktu maupun paruh waktu mempunyai kemungkinan 9,16 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan LBP dibandingkan responden yang tidak bekerja. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (OR= 9,16; CI=95%; 1,35 hingga 62,39; p = 0,024). Nilai Odd Ratio variabel persepsi terhadap Low Back Pain sebesar 27,81 berarti bahwa responden dengan persepsi yang tinggi terhadap Low Back Pain mempunyai kemungkinan 27,81 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden dengan persepsi terhadap Low Back Pain yang rendah. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan persepsi terhadap nyeri dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (OR= 27,81; CI=95%; 2,14 hingga 361,33; p = 0,011). Nilai Odd Ratio variabel akses layanan kesehatan sebesar 0,49 berarti bahwa akses layanan kesehatan yang mudah mempunyai kemungkinan 0,49 kali lebih besar untuk tidak melakukan tindakan pencegahan LBP daripada akses layanan kesehatan yang sulit. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 0,49; CI=95%; 0,02 hingga 14,81; p = 0,684). Nilai Odd Ratio variabel aksesibilitas lingkungan sebesar 0,73 berarti bahwa lingkungan yang aksesibel mempunyai kemungkinan
48
0,73 kali lebih besar untuk terjadi kekambuhan LBP daripada lingkungan yang tidak aksesibel. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 0,73; CI=95%; 0,04 hingga 14,22; p = 0,834). Nilai Odd Ratio variabel dukungan keluarga sebesar 0,30 berarti bahwa dukungan keluarga yang lemah mempunyai kemungkinan 0,30 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada dukungan keluarga yang kuat. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 0,30; CI=95%; 0,02 hingga 5,50; p = 0,303). Nilai Odd Ratio variabel edukasi proper body mechanics sebesar 35,33 berarti bahwa responden yang pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics mempunyai kemungkinan 35,33 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden yang tidak pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (OR= 35,33; CI=95%; 1,65 hingga 757,32; p = 0,023). Nilai Negelkerke R2 sebesar 82,0% berarti bahwa kesembilan variabel bebas (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, persepsi terhadap Low Back Pain, akses layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga, dan edukasi proper body mechanics) mampu menjelaskan tindakan pencegahan kekambuhan LBP sebesar 82,0% dan sisanya yaitu sebesar 18,0% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian.
49
C. Pembahasan Pembahasan analisis dan pengujian hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hubungan Umur dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan umur responden dengan tindakan pencegahan Low Back Pain dan secara statistik signifikan p value 0,004 < 0,05. Berarti bahwa semakin usia responden mendekati 65 tahun keatas secara statistik menjamin dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Collins dan O’Sullivan (2009) yang dilakukan pada 200 perempuan dan 132 laki-laki di Irlandia dengan rentang umur antara 18-66 tahun, diperoleh keluhan pada tulang belakang, bahu dan bagian leher lebih banyak dialami pada responden yang muda daripada yang tua. Umami, dkk (2014) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa usia berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah (p = 0,031). Semakin meningkatnya usia seseorang maka kepadatan tulang semakin menurun sehingga mudah mengalami keluhan-keluhan otot skeletal dan menimbulkan nyeri. Kekuatan maksimal otot terjadi pada saat usia antara 20-29 tahun, dan pada usia mencapai 60 tahun rata-rata kekuatan otot akan menurun sampai 20% dan dari faktor lain karena sikap yang tidak ergonomik mengakibatkan terjadinya nyeri punggung bawah dan semakin berupaya untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan (Pheasant, 2003). Ferguson (2003), menyatakan bahwa individu pada usia 60 tahun keatas memiliki kecenderungan untuk menilai situasi yang berbahaya sebagai resiko rendah sehingga membuat mereka cenderung berhati-hati dan melakukan upaya pencegahan sebelum terjadinya suatu penyakit. Di dalam teori Health Belief Model, menurut Rosenstock (1966) bahwa perceived susceptibility, jika semakin besar resiko yang dirasakan, semakin besar kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi
50
resiko, sehingga semakin tua umur maka akan semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan jenis
kelamin dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan Low Back Pain yng secara satitistik signifikan dengan p value 0,031< 0,05. Berarti bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dari pada responden laki-laki. Hasil penelitian ini didukung oleh Michael (2001) bahwa wanita memiliki asosiasi kuat dalam munculnya dan wanita memiliki resiko dua kali lipat. Dengan adanya resiko tersebut membuat wanita lebih menjaga kesehatan tubuhnya dengan melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria (Hoy et al, 2010). Jenis kelamin wanita lebih beresiko sehingga menurut teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) bahwa perceived susceptibility, jika semakin besar resiko yang dirasakan, semakin besar pula kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi resiko, sehingga jenis kelamin perempuan lebih meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain 3. Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain yang secara statistik signifikan (p = 0,046), semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi tentang Low Back Pain dan semakin mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain.
51
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Azizah, dkk (2014) bahwa hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian penyakit pneumonia pada balita (P value =0,036). Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin baik pula pencegahan kejadian penyakit pneumonia dan begitu pula sebaliknya. Pendidikan terakhir responden menunjukkan
pengetahuannya
dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat. Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan (Andini, 2015). Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut Hasbullah (2009), pendidikan bertujuan memperluas pemahaman seseorang tentang dunia yang ada di sekelilingnya, dengan adanya pemahaman maka seseorang akan lebih tepat dalam menanggapi/mempersepsikan suatu stimulus, yang dalam penelitian ini adalah tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) bahwa modifying variable salah satunya adalah tingkat pendidikan akan mempengaruhi persepsi pribadi sehingga semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah dalam menerima informasi tentang Low Back Pain dan semakin mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain 4. Hubungan Pekerjaan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Dimana responden yang bekerja penuh waktu akan semakin besar mengalami nyeri punggung bawah sehingga mereka semakin melakukan tindakan pencegahan kekambuhan nyeri punggung bawah. Hasil penelitian ini didukung pennelitian dari Umami, dkk (2014) bahwa paling banyak mengalami keluhan nyeri punggung bawah adalah
52
yang mempunyai masa kerja > 10 tahun dan paling banyak mengalami keluhan tingkat nyeri sedang. Masa kerja berhubungan signifikan dengan keluhan nyeri punggung bawah (p = 0,001). Jenis pekerjaan penuh waktu yang monoton menyebabkan beban kerja fisik yang apabila pekerja dalam kondisi lelah dan tetap bekerja maka akan berakibat pekerja mengalami keluhan-keluhan sakit seperti keluhan otot skeletal sehingga perlu untuk melakukan tindakan atau upaya untuk mengatasi kekambuhan nyeri tersebut. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya (Harrianto, 2007). Menurut teori Health Belief Model, Rosenstock (1966), faktor pekerjaan merupakan perceived severity dan perceived barriers, semakin berat pekerjaannya lebih beresiko untuk mengalami kekambuhan Low Back Pain sehingga akan semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Pekerjaan sebagai perceived barriers sehingga ketika merasa memiliki hambatan lebih besar akan berusaha untuk lebih meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 5. Hubungan Persepsi terhadap nyeri dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan persepsi terhadap Low Back Pain dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Hal ini berarti bahwa semakin individu memiliki persepsi Low Back Pain yang tinggi maka semakin akan melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain agar tidak terjadi suatu penyakit yang semakin parah. Hasil penelitian didukung oleh penelitian di Trelawny, Jamaika oleh Bessler et al (2015) juga menyatakan bahwa 81 % dari responden menyatakan penyakit kanker leher rahim
53
adalah penyakit yang sangat serius dan melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Sedangkan mereka yang keseriusannya rendah tidak melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Rosenstock et al (2011) menyatakan bahwa persepsi keseriusan atau keparahan suatu penyakit menyebabkan seseorang mempunyai sikap untuk melakukan suatu upaya pengobatan, kemudian dalam (Bakhtari et al., 2012) memprediksikan bahwa seorang individu akan mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka jika mereka menganggap bahwa kondisi seseorang tersebut dalam masalah yang serius. 6. Hubungan Akses layanan Kesehatan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Hal ini berarti semakin mudah akses layanan kesehatan maka semakin meningkatkan dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Sari,dkk (2013) yang menyatakan bahwa jarak tempuh ke sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam utilisasi rawat sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat cenderung memanfaatkan sarana yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Menurut hasil penelitian Assegaf (2010), alasan yang paling umum dalam pencarian pengobatan adalah karena jarak dari tempat tinggal ke Puskesmas/Pustu cukup dekat jadi lebih mudah untuk menjangkaunya,dan adapula yang mengatakan, bahwa sakit/penyakit anaknya langsung sembuh dengan minum obat yang diberikan dari Puskesmas/Pustu. Masyarakat akan menggunakan sarana pelayanan kesehatan yang telah tersedia karena sesuai dengan pelayanan atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan, dan pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan itu sendirinya didasari atas
54
kepercayaan atau keyakinan akan kemanjuran sarana tersebut (Sarwono, 2004). Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966), akses layanan kesehatan merupakan perceived benefit sehingga semakin mudah akses layanan kesehatan maka semakin meningkatkan dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 7. Hubungan Aksesibilitas Lingkungan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan ( p = 0,001). Hal ini berarti semakin aksesibel lingkungan disekitar responden maka semakin dapat meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Pramayu (2013) bahwa kemudahan akses untuk menjangkau di lingkungan dapat berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang. Apabila sulit menjangkau, semakin lama akan terasa tidak nyaman dan timbul rasa pegal pada lengan. Beberapa keluhan merupakan gejala gangguan kesehatan karena karena pengaruh faktor tersebut, salah satunya adalah nyeri punggung. Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) aksesibilitas lingkungan merupakan perceived benefit sehingga
semakin aksesibel
lingkungan maka semakin mudah untuk meningkatkan dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 8. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdpat hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,031). Hal ini berarti bahwa semakin kuat dukungan dari keluarga kepada penderita Low Back Pain melalui dukungan materi, informasi dan emosi maka semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari
55
Handayani, dkk (2009) dengan hasil bahwa terdapat dukungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien gastritis dengan derajat sedang. Dapat disimpulan bahwa ukungan keluarga dapat meningkatkan pencegahan kekambuhan gastritis terutama dukungan emosional (p = 0,001). Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) bahwa modifying variable salah satunya adalah dukungan keluarga akan mempengaruhi persepsi pribadi sehingga semakin besar dukungan keluarga maka semakin mudah melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 9. Hubungan Edukasi Proper Body Mechanics dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Hal ini berarti semakin sering individu terpapar oleh edukasi atau pemberian informasi maka semakin melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi kekambuhan dari Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Nuranto (2010) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap masyarakat sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang upaya pencegahan demam berdarah dengue ( p = 0,001). Edukasi Proper Body Mechanics adalah pemberian informasi tentang pemanfaatan otot yang benar untuk menyelesaikan tugas dengan aman dan efisien tanpa ketegangan yang berlebihan pada setiap otot atau sendi (Albloushi, 2012). Dengan adanya edukasi tersebut maka dapat mencegah terjadinya Low Back Pain pada responden. Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) edukasi proper body mechanics merupakan perceived benefit dan cues of action sehingga mechanics
ketika seseorang sudah mendapatkan edukasi proper body maka
semakin
kekambuhan Low Back Pain.
meningkatkan
tindakan
pencegahan
56
10. Hubungan Multivariabel (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Persepsi Terhadap Nyeri, Akses Layanan Kesehatan, Aksesibilitas Lingkungan, Dukungan Keluarga dan Edukasi) dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil analisis multivariat regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan Low Back Pain adalah variabel edukasi proper body mechanics (OR= 35,33; CI=95%; 1,65 hingga 757,32; p = 0,023). Hal ini sesuai dengan teori Health Belief Model dimana edukasi proper body mechanics merupakan perceived benefit dan cues of action sehingga
semakin
meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain, ketika seseorang sudah mendapatkan edukasi proper body mechanics maka akan mengadopsi perilaku yang dianjurkan dari edukasi proper body mechanics atau mempunyai persepsi tentang nilai atau kegunaan dari suatu perilaku baru yang dipaparkan dari edukasi proper body mechanics dalam mengurangi resiko terkena kekambuhan Low Back Pain (Priyoto, 2014). Edukasi proper body mechanics
juga merupakan cues of action atau
isyarat untuk bertindak yang berupa informasi atau nasihat yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka yaitu berupa tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain (Priyoto, 2014). D. Keterbatasan Penelitian Peneliti telah berusaha maksimal dalam mendapatkan kebenaran yang valid, obyektif dan universal guna melegitimasi generalisasi suatu hasil penelitian.
Meskipun
demikian
masih
terdapat
keterbatasan
dalam
melaksanakan penelitian. Keterbatasan penelitian ini dapat dilihat dari Instrumen penelitian yang digunakan bersifat tertutup sehingga tidak bisa mengungkap informasi yang luas dari responden.