BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian Ilmu hukum kemasyarakatan
terdapat di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Gorontalo. Di Fakultas Ilmu Sosial terdapat beberapa jurusan yaitu Hukum Murni, Ilmu Hukum Kemasyarakatn (PKn), Sosiologi, dan Sejarah. Sama halnya dengan fakultas-fakultas lain yang ada di Universitas Negeri Gorontalo, fakultas ilmu sosial ini juga mewajibkan mahasiswanya untuk membuat karya ilmiah atau skripsi jika sudah pada tahap akhir guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir Sarjana Pendidikan. Skripsi mahasiswa jurusan ilmu hukum kemasyarakatan merupakan objek penelitian yang dilakukan di perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial, keberadaan skripsi di perpustakaan tersebut sangatlah berguna karena skripsi tersebut bisa memberikan pengetahuan pada mahasiswa. Untuk memperoleh pengetahuan seorang pembaca membutuhkan kemampuan pemahaman terhadap tulisan yang dibaca, agar tulisan dalam skripsi dapat dipahami oleh pembaca, maka penulis perlu memperhatikan bentuk-bentuk penalaran yang digunakan. Hal ini dimaksud agar pembaca lebih memahami isi dari tulisan yang dibacanya, ini disebabkan adanya kenyataan bahwa kadang setiap pembaca sangat sulit untuk mendapatkan kesimpulan dari skripsi yang dibacanya tersebut. Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif. Deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan atas fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya, metode ini
digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang bentuk-bentuk penalaran yang digunakan oleh para penulis pada skripsi jurusan ilmu hukum kemasyarakatan. Untuk melakukan penelitian ini, peneliti lebih cenderung mengkaji bagian pembahasan untuk menentukan bentuk-bentuk penalaran yang ada pada skripsi yang menjadi objek penelitian. Karena
bagian pembahasan merupakan bagian dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis pada skripsi tersebut. Pada bagian pembahasan ini terdiri dari beberapa paragraf, semua itu telah di cantumkan dalam penyajian data. Pada penelitian ini permasalahan yang diangkat yakni bagaimanakah bentuk penalaran dalam skripsi mahasiswa jurusan ilmu hukum kewarganegaraan pada bagian pembahasan, dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh data bahwa bentuk-bentuk penalaran yang terdapat dalam skripsi mahasiswa jurusan ilmu hukum kemasyarakatan tahun 2010 yang berjumlah 22 buah terdapat empat bentuk penalaran yang digunakan yaitu: : (i) Deduktif jenis entimen 8 buah, (ii) Deduktif jenis silogisme 4 buah, (iii) Induktif jenis generalisasi 5 buah, dan (iv) Induktif jenis Analogi 5 buah, jadi semuanya berjumlah 22 buah. 4.2 Pembahasan Penalaran merupakan suatu proses berfikir untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Dengan demikian, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Penalaran terbagi atas dua yaitu, penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat. Penalaran deduktif merupakan penalaran yang beralur dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum menuju pada penyimpulan yang bersifat khusus. Penalaran ini dikenal dengan pola silogisme. Pada penalaran deduktif menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Cara berpikir deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. 4.2.1 Jenis Penalaran Hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada skripsi jurusan Ilmu Hukum
Kemasyarakatan, Universitas negeri Gorontalo, yakni terdapat terdapat empat bentuk penalaran yaitu, deduktif jenis entimen delapan buah, deduktif jenis silogisme empat buah, induktif jenis generalisasi 5 buah, dan induktif jenis analogi 5 buah. Deduktif jenis entimen yaitu pada awal kalimat merupakan suatu kesimpulan (K), lalu disusul oleh premis khusus (PK). Contoh-contoh yang disajikan dideskripsikan menggunakan penalaran deduktif jenis entimen, karena penjelasan kalimat pada awalnya menyimpulkan suatu permasalahan lalu disusul oleh premis khusus yang merupakan suatu permasalahan yang ada.
Deduktif jenis silogisme yaitu yang pada awal kalimat merupakan premis umum (My), lalu disusul dengan premis khusus (Mn), kemudian diakhiri dengan premis kesimpulan (K). Data-data yang ada pada merupakan contoh kalimat deduktif jenis silogisme, karena terdapat kalimat penjelas yang mempunyai makna sebagai peryataan atas apa yang ada dan benar-benar terjadi. Premis umum (My) merupakan awal kalimat pada deduktif jenis silogisme, lalu disusul oleh premis minor (Mn) dalam hal ini merupakan premis khusus yang menandakan suatu penjelas dari kalimat yang ada dalam premis umum tersebut, kemudian di akhiri oleh premis kesimpulan (K) yang merupakan suatu kesimpulan akhir dari kalimat yang ada pada premis umum dan premis khusus. Induktif jenis generalisasi yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta. Proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum. induktif jenis analogi yaitu, cara penarikan kesimpulan dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama, kalimat tersebut merupakan contoh gagasan yang terlihat benar. 4.2.2 Bentuk Penalaran Bentuk penalaran yang terdapat dalam skripsi jurusan Ilmu Hukum Kemasyarakatan yaitu, deduktif jenis entimen delapan buah, deduktif jenis silogisme empat buah, induktif jenis generalisasi 5 buah, dan induktif jenis analogi 5 buah. 1. Contoh bentuk penalaran deduktif jenis entimen:
Pada hari Sabtu 28 Februari 2004 sekitar pukul 13.00 WITA di Jl. Manggarai telah terjadi pengeroyokan terhadap SMP Negeri 1 Batui yang dilakukan sekolompok pelajar berseragam putih biru dan diketahui sebagai pelajar smp negeri II batui diantaranya bernama : Afriyanto,Suwandi Andi, Sukiman ,Samin Daud, Fendi Muhamad, Dafi, Hendra Djafar dan Sarman, yang dilakukan secara bersama-sama mencegat kenderaan yang sedang berjalan dari arah barat menuju ke timur untuk diberhentikan dengan maksud tersangka akan mengeroyok anak SMP Negeri 1 Batui. Namun kenderaan tidak mau berhenti dan tersangka menghalangi kenderaan secara bersama-sama dan akhirnya kenderaan berhenti, hingga anak SMP Negeri 1 Batui tersebut langsung dipukuli dan berhamburan hingga terjadi kejar-kejaran antar pelajar tersebut. Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di Kecamatan Batui diantaranya: kurangnya penyaluran emosi, kegagalan prestasi sekolah, keluarga berantakan, keadaan ekonomi pas-pasan, dan kurangnya pendidikan agama. Tauran pelajar termasuk pada kenakalan remaja akan tetapi dapat meningkat menjadi kejahatan yang melibatkan kelompok massa apabila teryata tauran yang dilakukan pelajar melibatkan banyak pelaku serta menyebabkan kerugian misalnya rusaknya sarana umum. Proses penanganan tauran pelajar yang melibatkan massa aparat kepolisisan akan menentukan tersangka yang diduga sebagai pelaku yang menyebabkan terjadinya tauran, sehingga bagi pelaku yang terkait melakukan tindak pidana akan ditahan untuk diproses lebih lanjut. ( Data 16). Contoh diatas dikategorikan dalam deduktif jenis entimen karena pada kalimat awal merupakan
kalimat yang menjelaskan suatu kesimpulan, lalu kalimat disusul oleh kalimat
penjelas atau premis khusus (PK).
(K): Pada hari sabtu di jalan manggarai terjadi tauran. Kalimat tersebut merupakan suatu kesimpulan yang terdapat pada awal kalimat. (PK): Faktor-faktor penyebab kenakalan remaja di Kecamatan Batui diantaranya: kurangnya penyaluran emosi, kegagalan prestasi sekolah, keluarga berantakan, keadaan ekonomi pas-pasan, dan kurangnya pendidikan agama. Kalimat akhir pada data tersebut merupakan contoh premis khusus karena merupakan suatu topik dari permasalahan yang sedang terjadi.
2. Contoh penalaran deduktif jenis silogisme: Petani dan nelayan yang mempunyai persepsi rendah dan partisipasi baik terhadap pendidikan. Adapun persepsi orang tua yang rendah yaitu, mereka berpandangan bahwa pendidikan tidak bermakna apa-apa apabila tidak di tunjang dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri atau swasta, kurangnya pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan sehingga orang tua bersikap masa bodoh dalam pemilihan pendidikan yang akan di masuki anak, tetapi tidak memperhatikan kemampuan (prestasi) dan kemauan anak,kurang adanya perhatian orang tua. Petani dan nelayan mempunyai persepsi tidak baik dan partisipasi tidak baik terhadap pendidikan anak. Dalam pemilihan pendidikan tidak memprioritaskan pada pendidikan formal maupun nonformal semua itu tergantung dari kemampuan anak, karena sekolah dimanapun tidaklah mempengaruhi kehidupan keluarga atau menambah penghasilan guna pembiayaan kebutuhan keluarga dan pendidika.
Dalam pemilihan pendidikan orang tua sangat berperan aktif, adapun persepsi dan partisispasi rendah yaitu kurangnya pemahaman terhadap pentingnya pendidikan sehingga orang tua bersikap masa bodoh, tidak adanya keinginan orang tua untuk menyekolahkan anaknya karena kurangnya biaya, ditambah dengan kesibukan mereka
bertani dan sebagai nelayan
sehingga tinggkah laku orang tua kurang member perhatian dan kasih sayang sehingga tinggkah laku anak dalam pergaulan tidak terkontrol, kurangnya keterbukaan dalam keluarga, dan tidak adanya motifasi orang tua terhadap anak. Menurut mereka pendidikan di sekolah sangat tidak penting dan tidak berpengaruh dalam pembentukan sikap dan prilaku seseorang dalam sehari-hari, walaupun pendidikan umumnya merupakan prioritas utama, sehingga peran serta orang tua tidaklah dibutuhkan. Dengan profesi mereka sebagai petani dan nelayan, maka mereka memandang pendidikan itu tidaklah penting bagi anak dan lebih menomorsatukan untuk biaya kebutuhan sehari-hari dari pada kebutuhan sekolah, adanya beban keluarga yang sangat banyak membuat orang tua tidak bisa lagi berkosentrasi memperhatikan pendidikan anaknya. (Data 12). Contoh diatas dikategorikan dalam deduktif jenis silogisme karena pada kalimat awal merupakan
kalimat yang menjelaskan suatu kesimpulan, lalu kalimat disusul oleh kalimat
penjelas atau premis khusus (PK). (My) Semua orang tua di Desa Liang, Kab Banggai, mempunyai persepsi rendah terhadap pendidikan. (Mn) Mereka berpandangan bahwa pendidikan tidak bermakna apa-apa. (K)
Petani dan nelayan yang mempunyai persepsi rendah terhadap
pendidikan. Semua orang tua di Desa Liang mempunyai persepsi rendah terhadap pendidikan, kalimat tersebut merupakan premis umum (My), kemudian diikuti oleh premis khusus (Mn), lalu di akhiri oleh kesimpulan (K), yang akan menyimpulkan kalimat penjelas yang terdapat pada premis khusus dan premis umum.