BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Instrumen Penelitian 4.1.1 Uji Validitas Variabel Y Setelah dilakukan uji validitas per-item instrument pada seluruh instrument variable Y (pembentukan karakter) menggunakan bantuan program Ms. Xcel dengan acuan rumus tersebut pada bab III, maka diperoleh hasil dari 40 item instrument terdapat 1 instrumen yang tidak valid yaitu instrument nomor 12 sebab arah korelasinya negative (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar table uji validitas variable Y), sehingga disimpulkan instrument tersebut menyimpang dari fungsi instrument (penyataan yang jawabannya tidak bervariasi). Adapun bunyi instrument tersebut adalah “Apakah anda datang kesekolah tepat waktu ?”. Untuk mendapatkan data yang valid maka item instrument nomor 12 tersebut diganti dengan pernyataan “Menurut saya siswa harus datang tepat waktu kesekolah”. 4.1.2 Uji validitas Variabel X Dengan tehnis prosedur pengujia validitas instrument yang sama pada instrumen variable Y diatas maka dilakukanlah uji validitas instrument variable X.
Hasil yang diperoleh adalah, dari 40 item instrument keseluruhannya
dinyatakan valid sebab indeks korelasi setiap item instrument berkorelasi positif (+).
48
4.1.3 Uji Reliabilitas Variabel X Selanjutnya butir soal yang dinyatakan valid dilakukan pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan bantuan Ms. Excel maka didapatkan hasil varians butir soal selanjutnya sebagai berikut: Diketahui: ∑
3766
∑ ∑ ∑ ∑ Selanjutnya dengan menggunakan bantuan program Ms. Xcel diperoleh harga
0.954. Apabila hasil ini dikonsultasikan dengan table interpretasi
reliabilitas instrument yang tercantum dalam bab III (uji reliabilitas Instruman) maka instrument variable Y memiliki tingkat kepercayaan sangat tinggi sehingga layak digunakan dalam penelitian. 4.1.4 Uji Reliabilitas Variabel Y Diketahui: ∑
3.849
∑ ∑ ∑ ∑ Selanjutnya dengan menggunakan bantuan program Ms. Xcel diperoleh harga
0.941. Apabila hasil ini dikonsultasikan dengan table interpretasi
reliabilitas instrument yang tercantum dalam bab III (uji reliabilitas Instruman)
49
maka instrument variable Y memiliki tingkat kepercayaan sangat tinggi sehingga layak digunakan dalam penelitian. 4.2 Uji Normalitas Penghitungan uji normalitas data variabel X (konseling kelompok) dan variabel Y (pembentukan karakter) menggunakan SPSS 16 dengan kriteria pengujian adalah jika Lhitung < Ltabel, pada α = 0,05, berarti distribusi data normal dan bila sebaliknya berarti data tidak normal. 4.2.1
Uji Normalitas Data Variabel X (konseling kelompok) Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan program SPSS 16, Maka
diperoleh Lhitung = 0,150 < Ltabel = 3.945. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel X adalah berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat pada daftar tabel uji normalitas. 4.2.2 Uji Normalitas Data Variabel Y ( Pembentukan Karakter) Diperoleh Lhitung = 0,309 < Ltabel = 3.697 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel Y adalah berdistribusi normal. 4.3
Uji hipotesis Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini maka terlebihdahulu
dilakukan pengujian persamaan regresi, uji liniritas dan koefisien korelasi. 4.3.1
Mencari persamaan regresi Hasilpencarianpersamaanregresimenggunakan program SPSS 16 maka
diperoleh persamaan regresis ebagai berikut : Ŷ = 3,156+1,009 X. Artinya: setiap perubahan satu satuan skor padav ariabel X (layanan konseling kelompok) akan
50
diikuti oleh perubahan rata-rata 1,009 unit padavariabel Y (pembentukan karakter). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel uji regresi yang terlampir. 4.3.2
Uji Linearitas Berdasarkan uji linearitas menggunakan program SPSS 16 diperoleh harga
Fhitung = 2.882 < Ftabel = 1,009. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel adalah liniar.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada daftar tabel uji linieritas. 4.3.3
Analisis Korelasional Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat Hubungan
Antara Layanan Konseling Kelompok dengan Pembentukan Karakter di SMA Negeri 1 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan pengujian terhadap analisis
korelasi bivariat melalui
formula Koefisien Korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan program komputer SPSS for Windows versi 16 dengan table interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut. Tabel Intepretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
Sangat Tinggi
0,60 – 0,799
Tinggi
0,40 – 0,599
Cukup Tinggi
0,20 – 0,399
Rendah
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
(Riduan, 2010 : 81)
51
Dari hasil analisis pencarian tingkat korelasi pada tabel uji signifikansi (corelation) dengan menggunakan program SPSS 16, maka dapat dijelaskan bahwa harga r = 0,847 tingkat hubungan sangat tinggi, sedangkan harga
= 0,717
atau 71,7 %. Artinya : ada sekitar 71,7 % variasi yang terjadi pada variabel Y dapat diterangkan oleh variabel X dengan persamaan regresi Y = 1,009 . Maka hipotesis Ho ditolak dan Haditerima yaitu terdapat hubungan positif antara layanan konseling kelompok dengan pembentukan karakter di SMA Negeri 1 Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. 4.4
Pembahasan Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan program SPSS 16
diatas, terlihat bahwa hubungan antara pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan pembentukan karakter pada siswa berada pada kategori sangat tinggi. Hubungan antara kedua variabel ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 4..4.1 Pembentukan karakter Dari hasil pengukuran koefisien korelasi diatas, hasilnya adalah koefiesien korelasi sebesar r = 0, 847 tingkat hubungan sangat tinggi, sedangkan harga
=
0.717. Hal ini menunjukan bahwa 71.7 % variasi yang terjadi pada pembentukan karakter berhubungan dengan pelaksanaan layanan konseling kelompok. Data tersebut diperkuat oleh pendapat dari Damon (2002 : 22) Karakter seseorang dapat dibentuk melalui keluarga, sekolah,teman sebaya, danmasyarakat. Sumber utama pembentukan karakter adalah keluarga, terutama kedua orang tua. Prosestersebut berlangsung melalui interaksi antara orang tua dan anak. penelitian ini menunjukkan bahwa karakter seseorang sangat dipengaruhi oleh pola asuh
52
orang tua. Orang tua yang memberikan perawatan dengan baik, tumbuh dalam keluarga yang demokratis, terbuka, memberikan pujian dari pada celaan, disiplin dan penuh cinta cenderung membentuk anak yang mudah taat, memiliki orientasi sosial, memiliki kematangan empati, memiliki harga diri yang positif, memiliki ketajaman penalaran moral, kepekaan suara hati, dan altruis.Pembentukan karakter yang terjadi di keluarga kemudian akan diperluas oleh pengalaman di sekolah. Peran lingkungan sekolah dalam membentuk karakter anak didikselalu bersifat sekunder,peran sekolah dalam membentuk karakter tetap sangat penting. Dimana Sekolah berperan besar dalam membangunkonsep diri, keterampilan sosial,
nilai-nilai,
kematanganpenalaran
moral,
perilaku
prososial,
dan
pengetahuanmengenai moralitas. Proses pembentukan karakterdisekolah diwarnai dengan interaksi antar temansebaya. Pengaruh teman sebaya sangat besar dalampembentukan karakter dan perlu diingat bahwa puncakpengaruh teman sebaya berlangsung dimasa remaja. Selamaberinteraksi dengan teman sebaya para siswa
dapat
belajarmemecahkan
masalah,
membangun
persahabatan,
melatihkejujuran, menanamkan rasa setia kawan, mengasah ketajaman suara hati, Sehingga perlunya pelayanan konseling kelompok untuk dapat membantu siswa menyalurkan pengungkapan
keinginan,pikiran
dan perasaan secara leluasa
mengenai diri sendiri dan orang lain. 4.4.2
Pelaksanaan layanan konseling kelompok Berdasarkan uraian sebelumnya didapati hasil Ŷ = 3.156 + 1.009 X.
Artinya:
setiapperubahansatusatuanskorpadavariabel
X
(layanan
konseling
kelompok) akandiikutiolehperubahan(meningkat atau menurun )rata-rata 1,009
53
unit padavariabel Y (pembentukan karakter). Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi
pelaksanaan
layanan konseling kelompok
maka semakin
tinggi
pembentukan karakter siswa. Begitu pula sebaliknya semakin rendah pelaksanaan layanan konseling kelompok maka semakin rendah pula pembentukan karakter siswa. Pendapat ini diperkuat oleh Shertzer & Stone ( 1990 : 361 ) memandang bahwa konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang berpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai perasaan mendalam, yang dialami, saling percaya, saling pengertian, dan saling mendukung. Pendapat lain dari Prayitno dan Atmi ( 2004 : 29 ) permasalahan yang dialami para siswa disekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun, disinilah diperlukan pelayanan bimbingan dan konseling untuk melayani semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembentukan
karakter
disekolah sangat baik diterapkan melalui pemanfaatan layanan konseling secara sistematis sehingga dapat mempersiapkan siswa dalam menyogsong masa depan.
54
55