BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tilote sebagai salah satu pelayanan dasar dan terdepan di
Kecamatan Tilango memberikan pelayanan rawat jaan dan rawat inap secara terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sejak bulan Desember 2007 Puskesmas Tilote wilayah kerjanya tidak termasuk pada wilayah Kecamatan Telaga, tetapi sudah merupakan Kecamatan tersendiri yaitu Kecamatan Tilango. Puskesmas Tilote memberikan pelayanan rawat jalan dimulai tahun 1991 dan pelayanan rawat inap tahun 2004. Profil kesehatan Puskesmas Tilote merupakan gambaran situasi kesehatan yang memuat data tentang kesehatan seperti data kependudukan sarana dan prasarana, dan lain-lain. Pada dasarnya profil Puskesmas merupakan bagian dari system informasi kesehatan (SIK) sedangkan SIK merupakan bagian fungsional dari system informasi kesehatan yang komprehensif, karena mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menyediakan informasi pencapaian program pembangunan kesehatan. 1.2
Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo mulai
dari tanggal 20 s.d 26 Mei 2013. Sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu ibu yang mempunyai balita dan bersedia menjadi responden sebanyak 147 responden. Hasil penelitian ini diperoleh melalui
pengisian kuesioner dari responden. Setelah itu, data yang berasal dari kuesioner terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data mulai dari editing, koding, entry, tabulasi, dan analisa data sampai penyajian data. Dari hasil pengolahan data, disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi karakteristik responden (analisa univariat) dan hasil analisa hubungan antara variabel independen dengan variabel independen dengan variabel dependen (analisa bivariat) dengan menggunakan uji Chi-square. 1.2.1 Hasil Analisis Univariat Analisis univariat dalam hal ini dilakukan untuk melihat distribusi dari karakteristik responden yaitu umur responden, pekerjaan responden, pendidikan responden, sosial ekonomi (pendapatan) responden, dan sampel yaitu umur sampel dan jenis kelamin sampel. 1.2.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Umur responden dibagi menjadi tujuh kelompok yaitu kelompok umur 1821 tahun, 22-25 tahun, 26-29 tahun, 30-33 tahun, 34-37 tahun, 38-41 dan 42-45. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
No 1 2 3 4 5
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Jumlah Umur (Tahun) n % 18-21 15 10,2 22-25 28 19,0 26-29 35 23,8 30-33 29 19,7 34-37 23 15,6
6
38-41
14
9,5
7
42-45
3
2,0
Jumlah
147
100
Sumber : Data Primer Sesuai dengan standar DEPKES RI Tahun 2009, pembagian umur dapat dibagi berdasarkan tingkat kedewasaan yaitu antara 26-45 tahun, dimana berada pada tahap dewasa, dengan kata lain antara usia dewasa muda dengan dewasa tua yaitu sekitar umur 30 tahun. Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 147 responden dimana yang memiliki prosentase terbanyak umur 26-29 yaitu 35 orang dan (23,8%) dan yang memiliki prosentase sedikit umur 42-45 yaitu 3 orang (2,0%). Data tersebut memperlihatkan bahwa mayoritas respoden berusia dewasa muda, dimana pada usia tersebut yang merupakan usia produktif segala sumber daya manusia yang dimiliki dapat dioptimalkan dan dikembangkan terkait dengan upaya untuk memperbaiki status gizi balita khususnya di Puskesmas Tilote. 1.2.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan responden terdiri dari PNS/Honorer, Wiraswasta dan IRT. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 No Pekerjan Jumlah n % 1 PNS/HONORER 26 17,7 2 WIRASWASTA 10 6,8 3 IRT 111 75,5 Jumlah 147 100 Sumber : Data primer Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 147 responden sebagian besar pekerjaan responden yang ada di Puskesmas Tilote yaitu 111 orang (75,5%) mempunyai pekerjaan sebagai IRT dan sebagian kecil yaitu 10 orang (6,8%) sebagai wiraswasta dan selebihnya 26 orang (17,7%) mempunyai pekerjaan sebagai PNS/Honorer. 1.2.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan responden terdiri dari pendidikan SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Jumlah No Pendidikan N % 1 Pendidikan Rendah 48 32,7 (SD) 2 Pendidikan 87 59,2 Menengah (SMP dan SMA) 3 Pendidikan Tinggi 12 8,2 (Perguruan Tinggi) Jumlah 147 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 147 responden yang ada di Puskesmas Tilote sebagian besar yaitu berpendidikan menengah 87 orang
(59,2%), 48 orang (32,7%) dengan tingkat pendidikan rendah, dan 12 orang (8,2%) dengan tingkat pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi. 1.2.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi (Pendapatan) Pendapatan (Status Ekonomi) responden yaitu dikategorikan berdasarkan standar UMR Provinsi Gorontalo yaitu Rp. 1.175.000. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi (Pendapatan) Responden di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 No Sosial Ekonomi Jumlah n % 1 Pendapatan rendah 101 68,7 (< Rp. 1.175.000) 2 Pendapatan tinggi (Rp. 1.175.000 dan 46 31,3 lebih > Rp. 1.175.000) Jumlah 147 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 147 responden yang ada di Puskesmas Tilote sebagian besar yaitu 101 orang (68,7%) termasuk dalam kategori pendapatan rendah dan selebihnya 46 orang (31,3%) termasuk dalam kategori pendapatan tinggi. 1.2.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan responden terdiri pengetahuan baik dan pengetahuan kurang. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 No
Tingkat Pengetahuan
1 Baik 2 Kurang Jumlah Sumber : Data Primer
Jumlah n 76 71 147
% 51,7 48,3 100.0
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 147 responden yang ada di Puskesmas Tilote berdasarkan tingkat pengetahuan yang paling banyak yaitu 76 orang (51,7%) memiliki pengetahuan baik dan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 71 orang (48,3%). 1.2.1.6 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur Umur sampel dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok umur 0-12 bulan, 13-24 bulan, 25-36 bulan dan 37-48 bulan dan 49-60 bulan. Distribusi umur sampelnya dalam hal ini dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Umur No Umur (Bulan) Jumlah n % 1 0-12 18 12,2 2 13-24 38 25,9 3 25-36 49 33,3 4 37-48 29 19,7 5 49-60 13 8,8 Jumlah 147 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa dari 147 responden sebagian besar berumur 25-36 bulan yaitu 49 orang (33,3%) dan sebagian kecil berumur 49-60 yaitu 13 orang (8,8%).
1.2.1.7 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi dari jenis kelamin sampel dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis kelamin Jumlah n % 1 Laki-laki 67 45,6 2 Perempuan 80 54,4 Jumlah 147 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa dari 147 responden sebagian besar umur yaitu 80 orang (54,4%) memiliki jenis kelamin perempuan dan sebagian kecil yaitu 67 orang (45,6%) memiliki jenis kelamin laki-laki. 1.2.1.8 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Status Gizi Penentuan status gizi didasarkan pada hasil pengukuran antropometri dari Berat Badan menurut Umur (BB/U) dengan menggunakan nilai standar (Z score). Adapun hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Status Gizi Menurut Berat Badan/Umur (BB/U) di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo tahun 2013 No Status Gizi n % 1 GIZI BAIK 69 46,9 2 GIZI KURANG 56 38,1 3 GIZI BURUK 22 15,0 Jumlah 147 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa dari 147 responden yang ada di Puskesmas Tilote yaitu 69 balita (46,9%) berada pada kategori gizi baik dan sebagian kecil yaitu 22 balita (15,0%) berada pada kategori gizi buruk dan selebihnya 56 balita (38,1%) berada pada kategori gizi kurang.
1.3
Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara
pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita di Puskesmas Tilote. 1.3.1 Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi Balita Berdasarkan hasil penelitian, maka Analisis Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Status Gizi Balita dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut: Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan Dengan Status gizi balita di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Status Gizi BB/U Total Gizi Gizi Baik Gizi Buruk Kurang Pengetahuan Responden n % n % N % n %
Baik
53
76,8
21
37,5
16
23,2
35
62,5
Kurang Jumlah
2
9,1
76
90, 9
71
20 69
100, 100, 56 22 0% 0% Chi-square p=0,000
51,7
48,3 100, 0%
147
100, 0%
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa dari 147 responden yang ada di Puskesms Tilote, terdapat 76 responden yang berpengetahuan baik, sebagian besar yaitu 53 balita (76,8%) yang termasuk dalam katagori gizi baik, sebagian kecil yaitu 2 balita (9,1%) yang termasuk dalam kategori gizi buruk.
Sebanyak 71 responden yang berpengatahuan kurang, sebagian besar yaitu 35 balita (62,5%) yang termasuk dalam katagori gizi kurang, sebagian kecil yaitu 16 balita (23,2%) yang termasuk dalam kategori gizi baik. Berdasarkan hasil analisis didapatkan koefisien proporsi (p) sebesar 0,000. Dengan demikian p=0,000 adalah lebih kecil dibandingkan dengan taraf kesalahan yang digunakan pada taraf α = 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi balita baik atau kurang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi ibu, dimana tingkat pendidikan ibu dalam penelitian ini mayoritasnya tamat SMP dan SMA. 1.3.2 Hubungan Pendidikan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan hasil penelitian, maka Analisis Hubungan Pendidikan Responden Dengan Status Gizi Balita dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hubungan Pendidikan dengan Status gizi balita di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Pendidikan Responden Pendidikan Rendah (SD) Pendidikan Menengah SMP dan SMA Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi) Jumlah
Gizi Baik n % 20 29,0
Status gizi BB/U Gizi Kurang Gizi Buruk N % n % 24 42,9 4 18,2
Jumlah N % 48
32,7
40
58,0
30
53,6
17
77,3
87
59,2
9
13,0
2
3,6
1
4,5
12
8,2
69
100 56 100% % Chi-square p =0,066
22
100 %
147
100 %
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan bahwa dari 147 responden yang ada di Puskesmas Tilote terdapat 87 responden (59,2%) yang berpendidikan menengah sebagian besar yaitu 40 balita (58,0%) yang termasuk dalam kategori gizi baik dan sebagian kecil yaitu 17 balita (77,3%) yang termasuk dalam kategori gizi buruk. Sebanyak 48 responden (32,7%) dengan berpendidikan dasar sebagian besar yaitu 24 balita (42,9%) termasuk dalam kategori gizi kurang, sebagian kecil yaitu 4 balita (18,2%) termasuk dalam kategori gizi buruk. Sebanyak 12 responden (8,2%) dengan berpendidikan Perguruan tinggi sebagian besar yaitu 9 balita (13,0%) yang termasuk dalam kategori gizi baik, dan sebagian kecil yaitu 1 balita (4,5%) dengan kategori gizi buruk. Berdasarkan hasil analisis didapatkan koefisien proporsi (p) sebesar 0,066. Dengan demikian p=0,066 adalah lebih besar dibandingkan dengan taraf
kesalahan yang digunakan pada taraf α = 0,05. Dengan demikian tidak ada hubungan antara pendidikan dengan status gizi balita, maka H0 diterima dan H1 ditolak. 1.3.3 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Balita Berdasarkan hasil penelitian, maka Analisis Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi Balita dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut: Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan dari Segi Ekonomi dengan Status gizi balita di Puskesmas Tilote Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Status Gizi BB/U Jumlah Kategori Gizi Baik Gizi Gizi Buruk Sosial Ekonomi Kurang n % N % n % n % Pendapatan Rendah 10 45,5% 101 68,7% 46 66,7% 45 80,4% (< Rp. 1.175.000) Pendapatan Tinggi (Rp. 1.175.000dan 12 54,5% 46 31,3% 23 33,3% 11 19,6% lebih > Rp. 1.175.000) Jumlah 100,0 100,0 22 100,0 147 100,0 69 56 % % % % Chi-square p=0,010 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.11 menunjukan bahwa dari 147 responden yang ada di Puskesmas Tilote menunjukkan bahwa dari 101 responden yang pendapatannya rendah < Rp.1.175.000 sebagian besar balitanya mengalami gizi baik yaitu 46 balita (68,7%), tetapi terdapat 10 balita (45,5%) yang mengalami gizi buruk. Sebanyak 46 responden (31,3%) yang pendapatannya Rp. 1.175.000 dan lebih > Rp. 1.175.000, tetapi terdapat 12 balita (54,5%) yang mempunyai status gizi buruk.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan koefisien proporsi (p) sebesar 0,010. Dengan demikian p=0,010 adalah lebih kecil dibandingkan dengan taraf kesalahan yang digunakan pada taraf α = 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita. 1.4
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu untuk melihat ada
tidaknya hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita di Puskesmas Tilote. Adapun sampel dalam penelitian ini yaitu berjumlah 147, dan ibu sebagai responden. Berdasarkan hasil analisis karakteristik responden, dimana jumlah responden terbanyak berdasarkan umur yaitu umur 26-29 tahun berjumlah 35 orang, berdasarkan pekerjaan responden, dimana jumlah responden terbanyak yaitu IRT 111 orang (75,5%), berdasarkan pendidikan responden, dimana jumlah responden terbanyak yaitu berpendidikan menengah 87 orang (59,2%). Berdasarkan sosial ekonomi (pendapatan) dimana, pendapatan responden terbanyak yaitu 101 orang (68,7%) dengan pendapatan rendah. Dilihat dari umur sampel terbanyak yaitu umur 25-36 bulan 49 balita (33,3%), berdasarkan jenis kelamin sampel terbanyak yaitu perempuan 80 orang (54,4%), sedangkan berdasarkan status gizi sampel terbanyak yaitu 69 balita (46,9%) termasuk dalam kategori gizi baik. 1.4.1 Hubungan Pengetahuan Ibu tentang gizi dengan status Gizi Balita Untuk analisis hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi balita, indikator yang digunakan adalah indikator BB/U.
1.
Pengetahuan dengan Status Gizi Balita Pengetahuan serta keterampilan ibu sangat diperlukan dalam upaya
pengingkatan status gizi balita secara baik, maka makin tinggi tingkat pengetahuan ibu makin banyak usaha yang dilakukan ibu untuk mengatur makanan agar menjadi lebih berguna bagi tubuh balitanya. Berdasarkan penelitian pengetahuan baik sebanyak 51,7% dan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan status gizi gizi balita yang menggunakan uji Chi-square dengan tingkat signifikan α = 0,05 maka di peroleh 0,000 yang berarti P < 0,05, hal ini berarti H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita dilihat dari segi Berat Badan terhadap Umur. Pada umumnya ibu-ibu di lokasi penelitian sudah mengerti dan tahu tentang pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan balita dan keluarga. Hal ini dapat diketahui dari tingkat pendidikan SMP dan SMA (59,2%). Menurut asumsi peneliti, pengaruh pengetahuan ibu tentang gizi terhadap status gizi yaitu dikarenakan dari tingkat pendidikan yang ada di tempat penelitian berada pada pendidikan menengah yaitu SMP dan SMA selain itu lokasi penelitian yang berada tidak jauh dari kota sehingga memungkinkan ibu-ibu lebih mudah dan cepat mendapatkan informasi kesehatan khususnya mengenai makanan bergizi yang baik untuk dikonsumsi balita. Informasi untuk menambahkan pengetahuan ibu khususnya tentang makanan bergizi. Berdasarkan hasil analisa bivariat bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita, hal ini disebabkan dari pola asuh anak balita. Hasil wawancara peneliti bahwa responden masih kurang baik dalam mengasuh balita, sehingga perlu
adanya pengawasan yang lebih dalam mengasuhnya. Selain itu dilihat dari pemberian ASI pada balita yang tidak maksimal diberikan ASI ekslusif dikarenakan ASI yang tidak keluar. Berdasarkan pekerjaan orang tua terutama ibu akan mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh anaknya. Pada umumnya di lokasi penelitian anak yang orang tuanya bekerja akan diasuh oleh nenek, kakaknya atau sanak saudaranya sehingga pengawasan terhadap makanan dan kesehatan anak tidak sebaik jika orang tua tidak bekerja. Dilihat dari sosial ekonomi (pendapatan) bahwa besar kecilnya pendapatan keluarga tidak lepas dari jenis pekerjaan ayah dan ibu yang sebagian besar di Puskesmas Tilote bekerja dalam sektor transportasi dan IRT. Berdasarkan pelayanan kesehatan yang berada di lokasi Penelitian hanya terdapat 1 Puskesmas yaitu Puskesmas Tilote yang merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang jauh untuk dijangkau oleh keluarga. Menurut Notoadmodjo (2007) bahwa dari hasil penelitian ternyata perilaku yang didasarkan pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup seharihari. Makin tinggi pengetahuan dan pengalaman ibu makin bervariasi dalam menyediakan makanan bagi balitanya sehingga kualitas dan kuantitas makanan yang disajikan oleh ibu mempunya nilai gizi yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Sediaoetama (2000) bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan maka penilaian terhadap makanan semakin baik,
artinya penilaian terhadap makanan tidak terpancang terhadap rasa saja, tetapi juga memperhatikan hal-hal yang lebih luas. Menurut (Farida, 2004) pengetahuan tentang gizi memungkinkan seseorang memilih dan mempertahankan pola makan berdasarkan prinsip ilmu gizi. Pada keluarga dengan tingkat pengetahuan yang rendah sering kali anak harus puas dengan makan seadanya yang tidak memenuhi kebutuhan gizi. Pengetahuan gizi yang diperoleh ibu sangat bermanfaat bagi balita apabila ibu berhasil mengaplikasikan pengetahuan gizi yang dimilikinya Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rizaldi Arman (2012) tentang Hubungan Antara pengetahuan Ibu tentang gizi dengan Status Gizi Balita Usia 25 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdowo Klaten. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan status balita usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdowo Klaten. 2.
Pendidikan dengan Status Gizi Balita Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan
antara pendidikan dengan status gizi balita yang menggunakan uji Chi-square dengan tingkat signifikan α = 0,05 maka di peroleh 0,066 yang berarti P > 0,05, hal ini berarti H0 diterima yang artinya tidak ada hubungan antara pendidikan dengan status gizi balita. Menurut asumsi peneliti, pengaruh pendidikan terhadap status gizi balita dikarenakan pendidikan yang ada di tempat penelitian cukup baik namun dengan pendidikan yang responden miliki masih kurang dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Makin tinggi pendidikan, pengetahuan, keterampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pula pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada demikian juga sebaliknya (Depkes RI, 2004). Seseorang yang hanya tamat sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang pendidikannya tinggi. Karena sekalipun pendidikannya rendah jika orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja tetap harus dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh (Depkes RI, 2004). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ony dan Dian (2011) tentang hubungan pendidikan dan pekerjaan orangtua serta pola asuh dengan status gizi balita di kota dan kabupaten tangerang, banten. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan menunjukkan secara statistik ada hubungan yang bermakna (p-value < 0.05) antara pendidikan ayah dan status gizi balita, sementara variabel lainnya (pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan ayah, rangsangan psikososial, praktik kebersihan/ higiene dan sanitasi, serta perawatan kesehatan balita dalam keadaan sakit) secara statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p-value ≥ 0.05) terhadap status gizi balita. 3.
Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Balita Status sosial ekonomi keluarga itu merupakan salah satu modal dasar
menuju keluarga sejahtera, yang hampir semua keluarga mengharapkan akan
status sosial ekonomi yang maksimal. Berbagai upaya keluarga rela melakukan berbagai macam–macam jenis usaha untuk mendaptkan penghasilan keluarga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara sosial ekonomi menurut Berat Badan terhadap Umur dengan status gizi gizi balita yang menggunakan uji Chi-square dengan tingkat signifikan α = 0,05 maka di peroleh 0,010 yang berarti P < 0,05, hal ini berarti H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara sosial ekonomi dengan status gizi balita. Menurut asumsi peneliti, bahwa pengaruh sosial ekonomi (pendapatan) berpengaruh terhadap konsumsi makanan sehari-hari. Apabila pendapatan rendah maka makanan yang dikonsumsi tidak mempertimbangkan nilai gizi, tetapi nilai materi lebih menjadi pertimbangan selain itu dimana sebagian besar keluarga bekerja dalam sektor transportasi. Berdasarkan teori oleh Supariasa (2002) yang menyebutkan bahwa pendapatan keluarga mempengaruhi pola makan, proporsi anak yang mengalami gizi kurang berbanding terbalik dengan pendapatan keluarga. Semakin kecil pendapatan penduduk semakin tinggi prosentase anak yang kekurangan gizi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Masyitha (2011) tentang Hubungan Antara Status Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Desa Sarirogo Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi balita, karena Semakin rendah status ekonomi keluarga semakin buruk status gizi balita. Untuk itu diharapkan bagi tenaga kesehatan agar memberikan penyuluhan
mengenai pentingnya kebutuhan gizi balita, penimbangan balita secara teratur guna memantau pertumbuhan dan perkembangannya. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2011) tentang Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Balita di Kecamatn Kintom Kabupaten Banggai. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa ada hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Balita di Kecamatn Kintom Kabupaten Banggai dengan nilai p=0,000.