BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kabupaten Jember mempunyai letak yang sangat strategis, karena berada pada bagian tengah Jawa Timur dan dilintasi Jalan Arteri Primer Surabaya Jember dan jalur bisnis karena di Kabupaten Jember selain sebagai salah satu sentra Industri yang berskala mengecil, menengah hingga berskala besar juga memiliki area pelabuhan khusus untuk industri dan perdagangan yang berskala nasional bahkan internasional. Secara Geografis Kabupaten Jember terletak di sebelah selatan Garis katulistiwa berada antara 4.5° 19.5' 01' sampai 4.5° 29.5' 01' bujur timur dan 06° 23' 01 dan 06° 44' 01' lintang selatan, dengan luas wilayah 1.159,50 km2. Ibu kota Kabupaten Jember terletak pada ketinggian rata-rata antara 4 - 4,5 m diatas permukaan laut. Penggunaan tanah di Kabupaten Jember didominasi oleh sawah yang mencapai 42,19% dari luas kabupaten, kemudian permukiman/perumahan 24,8%, tambak 19,46%, tegal dan hutan 11,62% dan penggunaan tanah lainnya-2,65%. Secara administratif, Kabupaten Jember mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan sebagian kecil dengan kabupaten Bondowoso, sebelah selatan berbatasan dengan Banyuwangi, sebelah utara berbatasan dengan Lumajang.
1
Dalam paradigma baru, tujuan pembangunan nasional adalah mencapai masyarakat yang Madani, yaitu masyarakat yang maju, masyarakat yang modern, dan masyarakat yang Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari paradigma baru tersebut tergambar jelas bahwa penduduk merupakan suatu obyek sekaligus subyek dari pembangunan. Sehingga data kependudukan merupakan perangkat yang sangat diperlukan guna mengetahui profil penduduk disuatu wilayah dengan berbagai masalah sosial yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil registrasi jumlah penduduk Kabupaten Jember akhir tahun 2012 sebesar 1.161.068 jiwa, jika kenaikan 5,619 atau 0,48% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 1.155.449 jiwa. Sex ratio yang merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki penduduk perempuan dikalikan seratus, menunjukkan bahwa sex ratio penduduk Kabupaten Jember adalah 97,47, artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki. Berdasarkan hasil registrasi pada akhir tahun 2012, penduduk Kabupaten Jember yang dibedakan menurut kewarganegaraan WNI dan WNA, dari 1.161.068 penduduk terdapat 509 pendudukan WNA. Wajib belajar 9 (sembilan) tahun dicanangkan sejak tahun 1994 dengan tujuan untuk mewujudkan pendidikan dasar yang bermutu dan menjangkau pendudukan didaerah terpencil. Selain dengan berjalannya program tersebut, peningkatan partisipasi sekolah harus diimbangi dengan sarana fisik yang merupakan penunjang proses belajar mengajar, khusunya jumlah sekolah yang bersedia dan tenaga guna yang memadai.
2
Pada tingkat SD sederajat terjadi penurunan jumlah sekolah sebesar 1,19% dari 851 pada tahun 2010/2011 menjadi 841 pada tahun 2011/2012, sedangkan untuk SMP sederajat mengalami peningkatan sebesar 3,80% dari 228 menjadi 237. Demikian pula untuk SMA terdapat 9,2%, yaitu 158 pada tahun 2011/2012 menjadi 174 pada tahun 2011/2012, sedangkan untuk perguruan tinggi swasta mencapai 11 pada tahun 2011/2012. Data jumlah murid untuk tahun ajaran 2010 / 2011 yang mengalami penurunan adalah SMA sebesar 4,3% dan SMK sebesar 0,8%, untuk SD dan SMP masing-masing 0,34% dan 1,46%. Salah satu komponen pembangunan manusia yang vital adalah masalah kesehatan dan sarana yang hendak dicapai dalam pembangunan kesehatan masyarakat .adalah peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang memadai. Kesehatan dalam hal ini dirinci banyaknya Rumah Sakit sebagai pusat kesehatan masyarakat dan jumlah tenaga kesehatan menurut tempat kerjanya dan keahliannya. Peningkatan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Sedangkan untuk jumlah puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Balai Pengobatan mengalami peningkatan. Penambahan jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas ternyata diikuti oleh penambahan Tenaga Kesehatan, secara umum keadaan ini terlihat pada
3
peningkatan jumlah tenaga kesehatan medis dan paramedis, masing-masing sebesar 6,5% dan 5,96%. Peningkatan Pasangan Usia Subur (PUS) ternyata tidak diikuti oleh peserta KB aktif. Pada tahun 2010/2011 peserta KB aktif sebesar 76,12% dan pata tahun 2011/2012 sebesar 74,8% yang berarti terjadi penurunan sebesar 1,49%. Target pencapaian peserta KB baru pada tahun 2011 hanya 82,65%, sedangkan pada tahun 2012 target yang dicanagkan sebesar 22,020 peserta ternyata tercapai 22.608 peserta KB atau sebesar 102,67%. Penyumbang
darah
PMI
mengalami
peningkatan
dari
tahun
sebelumnya, yaitu 3,47%. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepedulian masyarakat terhadap kegiatan sosial. Sementara banyaknya darah yang disalurkan menurut spesialisasi yang dituju, terbanyak obstrentri yang meningkat sebesar 2,69% dibandingkan tahun 2007 dan untuk inner menurun sebesar 6,23%. Dan untuk jumlah pemeluk Agama di Kabupaten Jember, mayoritas beragama Islam dengan jumlah pemeluk 1.142.698 orang, diikuti Protestan 13,308 orang, Katolik 3.325 orang, Hindu 335 orang dan Budha 1.402 orang. Dalam hal pernikahan, talak, cerai dan rujuk. Pada tahun 2011 terjadi penurunan pernikahan 7,83%, talak 17,92%, cerai 6,93% dan rujuk meningkat 100%. Kecamatan Rambipuji merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Jember yang memiliki luas wilayah 554.290 ha, yang
4
terdiri dari berbagai penggunaan diantaranya, perumahan, kelurahan, pertokoan dan industri serta pergudangan. Dilihat dari segi demografi, jumlah penduduk Kecamatan Rambipuji pada bulan Desember 2012 keadaan penduduk mencapai 83.300 jiwa dengan jumlah Kartu Keluarga sebanyak 15.472 yang terdiri dari laki-laki 41.457 jiwa (49,77%) dan perempuan 40.822 jiwa (49.00%), dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahun 2012 sebesar 0,06%, dimana hal ini berpengaruh terhadap tingkat perkembangan wilayah. Selanjutnya data penduduk berdasarkan Agama yang dianutnya adalah sebagaimana tabel sebagai berikut:
Tabel IV.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut No.
Agama
1.
Islam
2.
Jumlah (orang)
Persentase
75.296
90,39%
Katolik
929
1,12%
3.
Kristen Protestan
786
0,96%
4.
Hindu
76
0,09%
5.
Budha
320
0,39%
6.
Lain-lain
156
0,19%
83.300
100%
Jumlah
Sumber : Monografi Kantor Kecamatan Rambipuji Tahun 2012
5
Selanjutnya Batas-batas Wilayah Kecamatan Rambipuji adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara
: Kecamatan Kencong
2. Sebelah Selatan
: Kecamatan Gebang
3. Sebelah Timur
: Kecamatan Rambipuji
4. Sebelah Barat
: Kecamatan Curah Malang
GAMBAR 1 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER
CAMAT
SEKRETARIAT KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKSI PEMERINTAHAN
SEKSI KETENTRAMAN & KETERTIBAN UMUM
SUB BAGIAN PERENCANAAN dan KEUANGAN
SEKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
SEKSI KESEJAHTERAAN SOSIAL
Sumber: Kantor Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember tahun 2009
6
SUB BAGIAN UMUM dan KEPEGAWAIAN
SEKSI PELAYANAN UMUM
1.2 Tugas Dan Fungsi Organisasi Berdasarkan hasil registrasi jumlah penduduk Kabupaten Jember akhir tahun 2012 sebesar 1.161.068 jiwa, jika kenaikan 5,619 atau 0,48% dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 1.155.449 jiwa. Sex ratio yang merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki penduduk perempuan dikalikan seratus, menunjukkan bahwa sex ratio penduduk Kabupaten Jember adalah 97,47, artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 97 penduduk laki-laki. Berdasarkan hasil registrasi pada akhir tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Jember yang dibedakan menurut kewarganegaraan WNI dan WNA, dari 1.161.068 penduduk terdapat 509 pendudukan WNA. Wajib belajar 9 (sembilan) tahun dicanangkan sejak tahun 1994 dengan tujuan untuk mewujudkan pendidikan dasar yang bermutu dan menjangkau pendudukan di daerah terpencil. Selain dengan berjalannya program tersebut, peningkatan partisipasi sekolah harus diimbangi dengan sarana fisik yang merupakan penunjang proses belajar mengajar, khusunya jumlah sekolah yang bersedia dan tenaga guna yang memadai. Pada tingkat SD sederajat terjadi penurunan jumlah sekolah sebesar 1,19% dari 851 pada tahun 2010/2011 menjadi 841 pada tahun 2011/2012, sedangkan untuk SMP sederajat mengalami peningkatan sebesar 3,80% dari 228 menjadi 237. Demikian pula untuk SMA terdapat 9,2%, yaitu 158 pada tahun 2009/2010 menjadi 174 pada tahun 2011/2012, sedangkan untuk perguruan tinggi swasta mencapai 11 pada tahun 2011/ 2012.
7
Data jumlah murid untuk tahun ajaran 2011/2012 yang mengalami penurunan adalah SMA sebesar 4,3% dan SMK sebesar 0,8%, untuk SD dan SMP masing-masing jumlahnya 0,34% dan 1,46%. Salah satu komponen pembangunan manusia yang vital adalah masalah kesehatan dan sarana yang hendak dicapai dalam pembangunan kesehatan masyarakat adalah peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang tidak terlepas dari ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang memadai. Kesehatan dalam hal ini dirinci banyaknya Rumah Sakit sebagai pusat kesehatan masyarakat dan jumlah tenaga kesehatan menurut tempat kerjanya dan keahliannya. Peningkatan pelayanan kesehatan tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Sedangkan untuk jumlah puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Balai Pengobatan mengalami peningkatan. Penambahan jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas ternyata diikuti oleh penambahan Tenaga Kesehatan, secara umum keadaan ini terlihat pada peningkatan jumlah tenaga kesehatan medis dan paramedis, masing-masing sebesar 6,5% dan 5,96%. Peningkatan Pasangan Usia Subur (PUS) ternyata tidak diikuti oleh peserta KB aktif. Pada tahun 2010/2011 peserta KB aktif sebesar 76,12% dan pata tahun 2011/2012 sebesar 74,8% yang berarti terjadi penurunan sebesar 1,49%. Target pencapaian peserta KB baru pada tahun 2011 hanya 82,65%,
8
sedangkan pada tahun 2012 target yang dicanagkan sebesar 22,020 peserta ternyata tercapai 22.608 peserta KB atau sebesar 102,67%. Penyumbang
darah
PMI
mengalami
peningkatan
dari
tahun
sebelumnya, yaitu 3,47%. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepedulian masyarakat terhadap kegiatan sosial. Sementara banyaknya darah yang disalurkan menurut spesialisasi yang dituju, terbanyak obstrentri yang meningkat sebesar 2,69% dibandingkan tahun 2007 dan untuk inner menurun sebesar 6,23%.
1.3 Deskripsi Data Sebagaimana telah disampaikan pada Bab III, pelaksanaan evaluasi ini hanya dilakukan di 2 (dua) Desa Kecamatan Rambipuji yaitu Desa Curah Malang dan Desa Rambipuji, adapun kondisi geografis adalah sebagai berikut: 1. Desa Rambipuji Kecamatan Rambipuji merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Jember yang memiliki luas wilayah 554.290 ha, yang terdiri dari berbagai penggunaan diantaranya, perumahan, kelurahan, pertokoan dan industri serta pergudangan. Selanjutnya Batas-batas Wilayah Kecamatan Bangsal Sari adalah sebagai berikut: a) Sebelah Utara
: Kecamatan Kencong
b) Sebelah Selatan
: Kecamatan Gebang
c) Sebelah Timur
: Kecamatan Rambipuji
9
d) Sebelah Barat
: Kecamatan Curah Malang
Desa Rambipuji merupakan dataran rendah dengan ketinggian ratarata 35 meter dari permukaanlaut, sedangkan curah hujan rata-rata 2.000 milimeter pertahun. 2. Desa Curah Malang. Adapun luas wilayah desa Curah Malang adalah 79 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a) Sebelah Utara
: Kecamatan Padowasan
b) Sebelah Selatan
: Kecamatan Sari Mulya
c) Sebelah Timur
: Kecamatan Ngampel Rejo
d) Sebelah Barat
: Kecamatan Tanggul Wetan
Desa Curah Malang merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 75 meter dari permukaan laut, sedangkan curah hujan rata-rata 1.500 milimeter per tahun, sedangkan jarak jangkauan desa dari pusat keramaian sejauh 1 km, jarak dari desa ke pusat pemerintahan Kabupaten sekitar 6 km, dan dari pusat propinsi sekitar 180 km. Sedangkan kondisi Demografis adalah sebagai berikut: a. Desa Rambipuji Jumlah penduduk Desa Rambipuji adalah 3.283 jiwa yang terbagi menjadi penduduk laki-laki 1.661 jiwa (50,59%) dan perempuan 1.622 (49,41%). Sedangkan sebaran usia penduduknya, yaitu penduduk yang berusia >17 tahun 1.048 jiwa (31,92%) dan penduduk yang berusia <17 1.235 (37,61%).
10
Mata pencaharian penduduknya adalah petani 180 orang (17%), Pegawai Negeri Sipil 46 orang (4%), ABRI 16 orang (1%). Purnawirawan ABRI 10 orang (0,30%), Veteran 23 orang (0,70%), Pensiunan 11 orang (0,31%), Tukang Kayu 3 orang (0,90%), Orang Cacat 18 orang (0,50%) dan Pekerjaan Wiraswasta 100 orang (3,04%). Mata pencaharian yang lain termasuk kedalam kategori tidak tetap, misalnya buruh Penambang Pasir, buruh Tani dan lain sejenisnya. b. Desa Curah Malang Jumlah penduduk Desa Curah Malang adalah 716 jiwa yang terbagi menjadi penduduk laki-laki 344 jiwa (48,04%) dan perempuan 372 jiwa (52,96%). Sedangkan sebaran mata pencaharian penduduknya adalah petani 414 orang (57,82%), Pengrajin tikar 40 orang (5,58%), Pedagang 5 orang (0,69%), Tukang jahit 5 orang (0,69%), Tukang kayu 6 orang (0,75%) dan yang bekerja sebagai PNS, Dukun bayi, Tukang cukur, serta Supir masing-masing adalah 1 (satu) orang.
1.4 Analisa Data Karakteristik responden dari 2 (dua) desa sampel disajikan secara kuantitatif pada tabel IV.2 dan tabel IV.3. Jumlah responden sebanyak 45 (empat puluh lima) orang, yaitu 20 (dua puluh) orang warga Desa Curah Malang dan 25 (dua puluh lima) orang warga Desa Rambipuji.
11
Tabel IV .2 Data Populasi Desa Rambipuji No
NAMA
PEKERJAAN
USIA
1
Tohali
Buruh tani
45
2
Suharto
Buruh tani
43
3
Jumali
Tukang becak
45
4
Sunarto
Buruh tani
47
5
Anisah
Buruh tani
31
6
Siti jumariah
Buruh tani
35
7
Mathari
Tukang ojek
40
8
Suyadi
pedagang
32
9
Sekian
Tukang bangunan
33
10
Bunasin
Tukang becak
30
11
Yanto
Tukang becak
30
12
Zainuddin
Tembel ban
31
13
Tohari
Buruh tani
32
14
Lukman
Buruh tani
43
15
Nafandi
Buruh tani
46
16
Sugik
Buruh tani
38
17
Patio
Tukang bangunan
37
18
Munasik
Tukang bangunan
35
19
Hartono
Tukang bangunan
30
20
Sujono
Buruh tani
38
12
Tabel IV.3 Data Populasi Desa Curah Malang
NO
NAMA
PEKERJAAN
USIA
1
Winarno
Tukang ojek
36
2
Munir
Buruh tani
30
3
Anshori
Tukang becak
32
4
Asfar
Tukang ojek
34
5
Yasin
Tukang ojek
37
6
Muslihun
Buruh tani
39
7
Rahim
Buruh tani
42
8
Nito
Buruh tani
30
9
Sobri
Tukang becak
31
10
Nawari
Tukang becak
35
11
Latip
Tukang ojek
33
12
Hermanto
Buruh tani
40
13
Asiatin
Buruh tani
32
14
Hannan
Buruh tani
36
15
Hanafi
Tembel ban
47
16
Jemmu
Buruh tani
35
17
Karim
Buruh tani
40
18
Yamina
Buruh tani
50
19
Hari
Tukang ojek
34
20
Kacung temu
Buruh tani
45
21
Suyidno
Tukang ojek
40
22
Saifud
Tukang ojek
40
23
Rahman
Tukang ojek
41
24
Sun
Buruh tani
33
25
Subaida
Buruh tani
37
13
Dari kuisioner yang disampaikan, pada poin pertama tentang identitas, disamping nama responden yang ditanya adalah usia responden. Dari sisi usia ini, responden yang masuk dalam kategori usia produktif, yaitu berkisar antara 31-55 tahun, sebanyak 24 (dua puluh empat) orang (22,5%). Status marital 1 (satu) orang (2,5%) belum kawin, 9 (sembilan) orang (22%) duda, sebanyak 30 (tiga puluh) orang (75%) berstatus kawin serta merupakan suatu keluarga lengkap yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan Anak. Sedangkan kedudukan sosial responden dalam keluarga, 23 (dua puluh tiga) orang (27,5%) adalah kepala keluarga, dan 9 (sembilan) orang (21,5%) adalah istri /ibu rumah tangga. Jumlah keluarga yang ditangkap nafkahnya oleh responden yang terbanyak adalah 1 (satu) jiwa sampai (tiga) jiwa, yaitu sebanyak 25 (duapuluh lima).orang (62,5%), 4 (empat) jiwa sampai 5 (lima) jiwa sebanyak 8 (delapan) orang (20%), dan yang lebih dari 5 (lima) jiwa sebanyak 7 (tujuh) orang (17,5%). Status sosial responden di masyarakat sebagian besar yaitu 38 orang (95%) adalah masyarakat biasa. Keadaan ini berkaitan dengan tingkat Pendidikan responden. Dilihat dari tingkat Pendidikan, sebagian besar responden hanya mencapai tingkat pendidikan tertinggi sekolah dasar (SD) dan tidak sekolah sebanyak 37 orang (92,5%). Posisi sosial ekonomi responden penerima beras Operasi Pasar Khusus dapat dikatakan cukup lemah. Dan tabel 9, dapat diketahui bahwa bidang pekerjaan 25 (dua puluh lima) orang responden (65%) adalah buruh tani, 1
14
(satu) orang responden (2,5%) bekerja sebagai karyawan, 2 (dua) orang responden (5%) berwiraswasta, dan bekerja lain-lain, misalnya: sebagai buruh dan lain-lain pekerjaan disektor informal yang tidak pasti penghasilannya (tukang becak, pekerja kasar serabutan, dan sejenisnya) sebanyak 11 (sebelas) orang responden (27,5%). Dengan bidang pekerjaan sebagaimana telah disampaikan, maka besarnya penghasilan responden, yaitu
responden
yang
berpenghasilan di
bawah Rp. 100.000,00 per bulan adalah yang terbanyak, yaitu 23 (duapuluh tiga) orang (57,5%), responden yang berpenghasilan Rp. 101.000,00 sebanyak 14 (empat belas) orang (35%), sedangkan responden yang berpenghasilan Rp.201.000,00 sebanyak 3 (tiga) orang (7,5 %). Dari kondisi ini dapat dilihat bahwa responden pada umumnya adalah anggota masyarakat dengan status sosial ekonomi dibawah garis kemiskinan. Sehingga penghasilan responden tersebut umumnya hanya dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok sehari-hari responden beserta keluarganya. Walaupun demikian, status rumah tempat tinggal seluruh responden 40 (empat puluh) orang (100%) adalah rumah tempat milik sendiri. Dengan kondisi rumah 24 (duapuluh empat) rumah 60 % berdinding kayu, berlantai tanah, beratap genting, 5 (lima) rumah (12,5%) berdinding kayu, berlantai plesteran, dan beratap genting, sedangkan lain-lain sebanyak 6 (enam) rumah (15%). Kebutuhan rata-rata beras perbulan bagi keluarga responden ternyata lebih tinggi dari 20 kg . Responden yang kebutuhan berasnya diatas 20 kg,
15
sebanyak 30 orang (75%), yang kebutuhan berasnya 10 kg sampai 15 kg sebanyak 7 (tujuh) orang (17,5%), dan yang kebutuhan berasnya 16 kg sampai 20 kg senyak 3 (tiga) orang (7,5 %). Dengan demikian, kebutuhan bahan pangan pokok berupa beras dari umumnya responden, jauh diatas jumlah jatah beras Operasi Pasar Khususnya yang diperoleh tiap-tiap Kepala Keluarga. Dari kondisi sosial ini dapat dilihat, bahwa sebagai kelompok sasaran Operasi Pasar Khusus Beras, para responden memang cukup layak untuk dibantu karena tanggung jawab dan beban ketergantungan ekonomi keluarga yang cukup besar. Walaupun secara umum kebutuhan bahan pangan pokok yaitu beras bagi sebagian besar responden diatas 20 kg per bulan, akan tetapi bantuan beras Operasi pasar khusus sebanyak 20 kg (ketentuan program) sangat membantu mereka untuk menghemat anggaran belanja keluarga untuk membeli bahan pangan pokok. Dengan penghematan biaya ini dapat diharapkan status gizi setiap kali makan dan makan tiap hari dapat ditingkatkan, walaupun ke 45 (empat puluh lima) orang responden (100%) hanya mengkonsumsi Nasi dengan lauk seadanya, dan sebagian orang responden dapat makan 3 (tiga) kali sehari, yang lainnya makan hanya hanya 2 (dua) kali dan sebagian kecil responden makan 1 (satu) kali sehari. Perencanaan OPK ditingkat desa dilakukan hanya pada, penetapan keluarga sasaran dan berapa banyak jatah beras yang akan dibagikan. Penetapan data terakhir dihasilkan dari musyawarah desa yang diikuti pengurus RT dan RW.
16
Nama-nama warga desa yang berhak menerima beras operasi pasar khusus kemudian diumumkan melalui papan pengumuman untuk di ketahui masyarakat desa setempat. Daftar nama tersebut dapat berubah sesuai keluhan dari masyarakat desa setempat. Perencanaan pembagian/plapon KK yang berhak menerima sudah di tetapkan dari data BKKBN. Pelaksanaan OPK dilakukan sejak tahun 1998 hingga sekarang, sebagai penanggung jawab pelaksanaan di Kabupaten adalah Bupati, di tingkat Kecamatan adalah Camat dan tingkat desa adalah Lurah/Kepala Desa. OPK didistribusikan ke titik distribusi berdasarkan surat dari Bupati yang disampaikan kepada Camat lalu diteruskan kepada Kepala desa/Lurah. Kepala Desa sebagai penanggung jawab pelaksanaan OPK di tingkat Desa memberitahukan kepada masyarakat KK yang berhak menerima beras, lalu keluarga pra sejahtera membayar ke kepala desa/perangkat desa yang ditunjuk lalu dibayarkan kepada petugas Gudang Dolog. Beras OPK dapat diterima oleh petugas pelaksana dengan cara mengambilnya di titik distribusi terdekat, yaitu di kantor desa, pada setiap pengambilan tersebut, petugas pelaksana OPK desa menandatangani berita acara serah terima yang menyatakan penyerahan sejumlah beras dari tim pelaksana Kabupaten. Setiap keluarga pra sejahtera mendapat jatah 20 kg beras dengan harga Rp. 3000,-/kg. Sosialisasi kegiatan program OPK ini dilakukan oleh Camat melalui Koperasi Desa, petugas KB Kecamatan, aparat desa, pengurus RT dan RW setempat, sedangkan media atau forum yang digunakan sangat bervariasi,
17
yaitu dengan pertemuan khusus membahas tentang pelaksanaan OPK, arisan, karang taruna, pengajian dan lain sebagainya. Meskipun telah disosialisasikan oleh petugas pelaksana di tingkat desa namun efektifnya masih kurang, kurangnya efektif usaha sosialisasi ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain: karena tingkat pendidikan responden yang masih rendah, beragamnya acara yang dijadikan media penyampaian. Dampak dari pelaksanaan OPK, yaitu dapat terciptanya kecukupan kebutuhan beras dari keluarga prasejahtera selama satu bulan, dengan pembagian 20 kg beras tersebut kebanyakan pelaksana di tingkat desa masih kurang memahaminya sehingga dapat dengan mudah menjual/membagikan beras tersebut pada orang lain. Dengan pelaksanaan OPK yang dilakukan setiap bulan ini bisa menjaga kestabilan harga beras di pasaran. Di sisi lain petani merasa dirugikan karena harga pupuk dengan harga gabah tidak seimbang. Setelah diuraikan Data yang berkenaan dengan lokasi yang menyangkut tentang obyek penelitian, baik mengenai gambaran umum lokasi, keadaan geografis atau dengan kata lain telah diterangkan mengenai data kuantitatif, maka dalam bagian ini akan diuraikan data-data yang bersifat kuantitatif, mengenai pengaruh Operasi Pasar Khusus terhadap Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan Keluarga Pra-Sejahtera/Keluarga Miskin di desa Bangsal Sari dan Desa Krajan, dari angket yang telah dijawab oleh responden
sampel.
Namun
sebelumnya
akan
diuraikan
lebih
dulu
respondennya dan berapa sampelnya, selanjutnya diuraikan tentang angket
18
yang dipergunakan. Dalam hal ini tehnik yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Teknik Random Sampling Mengambil 45 nomor secara random, siapa yang tepat pada nomornomor itu berarti ia terpilih menjadi sampel diminta untuk menjawab angket yang diedarkan. Dari hasil undian sampel yang terpilih menjadi sampel adalah sebagaimana Lampiran I. 2. Angket Dari judul diatas, maka dapat dilihat bahwa variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, yang antara lain adalah: a. Variabel pertama, variabel bebas atau variabel penyebab yaitu mengenai pelaksanaan operasi pasar khusus, variabel ini diberi kode X b. Variabel terikat, variabel akibat yaitu mengenai peningkatan ketahanan pangan bagi keluarga pra sejahtera, dan ini diberi kode Y.
1-9 dari variabel pertama (variabel x), item 10 -27 dari variabel kedua (variabel Y). Angket yang dipergunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data ini, berbentuk angket berstruktur dengan cara tertutup atau pilihan alternatif, jawaban ditentukan, responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan keadaan dirinya.
19
Angket yang disusun tersebut setiap item terdiri dari tiga alternatif jawaban yaitu a, b, c: a. Alternatif jawaban a diberi skor 3 b. Alternatif jawaban b diberi skor 2 c. Alternatif jawaban c diberi skor 1 Dari hasil angket yang diedarkan akan didistribusikan menurut variabel masing-masing, kemudian di interpretasikan, baru kemudian di analisa. Adapun daftar angket dapat dilihat dalam lampiran tabel I, II, III. Analisa Data, untuk menentukan hasil akhir dari penelitian ini perlu di diadakan analsis data. Untuk menentukan analisa terhadap data yang telah terkumpul dan diolah berikut disajikan data yang telah terkumpul dan berikut disajikan sesuai dengan jenis dan bentuk data, maka dalam analisis ini penulis menggunakan data jenis tehnik analisa data kuantitatif dan analisa data kualitatif. Sebagaimana telah diuraikan diatas, maka dalam analisa kwantitatif, penulis akan membahas tentang permasalahan yang berdasarkan data-data khusus dari pengumpulan angket. Analisis ini lazim disebut dengan analisis statistik, yaitu analisa terhadap data-data yang berbentuk angka tertentu, adapun data-data yang berbentuk angka yang telah diperoleh, diolah, dan diberi angka tertentu, selanjutnya langkah-langkah dalam analisis ini adalah analisis tabulasi, selanjutnya diklasifikasikan menurut kategori masing-masing dan selanjutnya diadakan pengujian hipotesa serta terakhir ditentukan hasilnya.
20
1. Tabulasi Data Untuk memudahkan pengklasifikasian, mana yang tinggi dan mana yang rendah, maka perlu ditabulasilan terlebih dahulu. Tabulasi ini dipergunakan untuk mengetahui tingkatan tiap-tiap responden dari masingmasing variabel, mana yang termasuk dari kategori tinggi dan mana yang termasuk dalam kategori rendah. Tetapi perlu di ketahui untuk menentuksn nilai tinggi atau rendahnya (positif atau negatifnya), tiap-tiap responden maka perlu dicari terlebih dahulu nilai rata-rata dari masing-masing variabel, selanjutnya standar guna menentukan tingkatan itu. Untuk mencari nilai rata-rata ini dipergunakan rumus:
=
x
Keterangan: M = Mean atau rata-rata X = jumlah nilai N = Jumlah semua responden
Dari nilai rata-rata tersebut dapat ditentukan bahwa angka yang diatas standar rata-rata dapat dikatagorikan tinggi atau positif, sedang yang
21
ada di bawah standar dapat dikategorikan rendah atau negatif. Jumlah mean masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Variabel pertama atau variabel bebas atau variabel penyebab yakni pelaksanaan OPK
= =
x 1.185 45
= 24,44
2. Variabel
kedua
atau
variabel terikat/akibat ketahanan pangan
keluarga prasejahtera.
= =
x 2.185 45
= 48,55
3. Untuk pelaksanaan Operasi Pasar Khusus (OPK). a. Nilai diatas 24,44 termasuk kategori tinggi positif b. Nilai dibawah 24,44 termasuk kategori rendah positif 4. Untuk Ketahanan Pangan Keluarga Pra Sejahtera: a. Nilai diatas 48,55 termasuk kategori tinggi (positif) b. Nilai diatas 48,55 termasuk kategori rendah (negatif) Berdasarkan nilai standar di atas ditentukan kategori dari masingmasing responden sebagaimana lampiran tabel IV.
22
Dari tabel tersebut di atas, dapat diketahui hasil tiap-tiap responden dari masing-masing variabel. Pada variabel pertama (Operasi Pasar Khusus) terdapat 23 responden yang mendapat nilai 51 %, sedangkan yang lainnya di bawah standar atau nilai rendah/negatif pada 22 responden atau 49 %. Untuk variabel kedua atau variabel Y (ketahanan pangan keluarga pra sejahtera) terdapat 25 responden atau 56 % yang mendapat nilai positif, sedang yang lainnya mendapat nilai negatif yaitu 44 % atau 20 responden. Setelah diketahui jumlah serta hasil kategori masing-masing variabel, maka berikut ini akan diklasifikasikan dalam bentuk tabel. 2. Klasifikasi Data Klasifikasi data dapat dilihat pada tabel V. 3. Pembuktian Hipotesis Hipotesis yang akan diuji kebenarannya adalah: a. Hipotesis Kerja H1, yang berbunyi: Pelaksanaan OPK berpengaruh terhadap peningkatan ketahanan pangan keluarga prasejahtera. b. Hipotesis nihil H1, yang berbunyi: Pelaksanaan
OPK tidak
perpengaruh terhadap upaya peningkatan
ketahanan pangan keluarga prasejahtera. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis diatas, maka cjitempuh dengan membandingkan frekuensi dari masing-masing variabel, maka
23
dalam pembuktian hipotesis ini perlu adanya langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan taraf signifikansi Signifikansi dalam hal ini adalah hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat (variabel x dan variabel y) karena itu tabel kontigensi yang akan digunakan adalah 2x2 maka dalam analisa ini digunakan rumus statistik X2 (Chi Kwadrat) dan Yules Q (QXY), untuk menghindari kesalahan maksimal dalam kesimpulan atau kesignifikansian nanti, ditetapkan taraf signifikansi 5 % yang berarti bahwa kesalahan (kemungkinan salah) dalam pengujian hipotesis adalah 5 x 100 atau interval kepercayaan 95%. 2) Daerah penolakan hipotesis Dari klasifikasi data diatas akan disusun dalam bentuk tabel kontigensi 2x2 yaitu menghitung frekuensi yang diperoleh (F), juga untuk memperoleh frekuensi yang diharapkan (Fh), berikut ini akan disajikan tabel nilai F, sebagaimana tabel VI. Pada tabel tersebut telah dihitung frekuensi yang telah diperoleh (Fo) dari masing-masing variabel yang diisikan dalam empat kolom dalam bentuk tabel kontigensi 2x2 keempat tabel tersebut adalah : a. Sel A memuat skor nilai x tinggi dan y tinggi b. Sel B memuat skor nilai x tinggi dan y rendah c. Sel C
memuat skor nilai x rendah dan y tinggi
24
d. Sel D memuat skor nilai x rendah dan y rendah. Setelah frekuensi yang diperoleh (F) dapat ditentukan langkah selanjutnya adalah menentukan frekuensi yang diharapkan yaitu menggunakan rumus yaitu: a. Sel A untuk X tinggi Y rendah b. Sel B untuk X tinggi Y tinggi c. Sel C untuk X rendah Y rendah d. Sel D untuk X rendah Y tinggi. 3) Perhitungan hasil Chi Kuadrat (X) Selanjutnya berdasarkan perhitungan QXY yang menghasilkan 0, 354, maka bila dikonsultasikan dengan konvensi Q berikut ini: a) 0, ke atas
hubungan positif sangat tinggi
b) 0, __-0,48
hubungan positif yang mantap
c) 0, 30-0,29
hubungan positif yang sedang
d) 0, 10-0,29
hubungan positif yang rendah
e) 0, 01-0,09
hubungan positif yang tidak berarti
f) 0, 01-0,08
hubungan negatif yang tidak berarti
g) 0, 50-0,08
hubungan negatif yang mantap
h) 0, 70 keatas hubungan negatif yang kuat Maka nilai Yules Q adalah 0, 354 berarti diantara 0, 30 sampai 0, 40 yang berarti masih mempunyai hubungan positif yang sedang.
25
Setelah frekuensi yang diperoleh (F0) dapat ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan frekuensi yang diharapkan, yaitu menggunakan rumus:
=
x Jumlah kolom
Dengan demikian perhitungan frekuensi yang diharapkan (fh) adalah sebagai berikut: Untuk sel A
x Jumlah kolom
Fh =
Fh = Fh = 11,73
Untuk sel B
x Jumlah kolom
Fh =
Fh = Fh = 10,27
Untuk sel C
x Jumlah kolom
Fh =
Fh = Fh = 12,27
26
Untuk sel D
x Jumlah kolom
Fh =
Fh = Fh = 10,73
Setelah diperoleh hasil Fh, maka untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam bentuk tabel VII sebagaimana terlampir. Dari kedua tabel tersebut (tabel F0 dan tabel Fh) dapat diketahui besar kecilnya frekuensi masing-masing variabel atau dapat diketahui frekuesni kedua variabel, amaka langkah selanjutnya adalah mencari nilai X2 (Chi Kuadrat), dengan rumus:
=
(F − F ) F
Keterangan : X2
= Chi Kuadrat
F0
= Frekuensi yang diperoleh
Fh
= Frekuensi yang diharapkan
Dengan demikian dapat diketahui nilai Chi Kuadrat dapat dihitung dengan baik dan benar.
27
4.5 Interpretasi Data Walaupun dalam perhitungan secara statistik X2 tidak ada pengaruh antara pelaksanaan OPK terhadap upaya peningkatan ketahanan pangan keluarga pra sejahtera, tetapi secara presentasi dari frekuensi hasil kategori nilai bahwa yang termasuk kategori tinggi dalam pelaksanaan OPK dan ketahanan pangan terdapat 12 responden atau 26,66% yang dalam pelaksanaan kurang namun peningkatan baik/tinggi juga terdapat 12 orang atau 26,66 % sehingga dari keduanya yang meningkat tinggi 53,32%. Yang berarti secara global pelaksanaan operasi pasar khusus (OPK) beras di Kecamatan Bangsal sari dan Curah Malang masih perlu diadakan peningkatan-peningkatan dan perbaikan-perbaikan, baik dari sosialisasi, pembagian jatah maupun dari segi pembayarannya, karena lebih kurang dari 50 persen keluarga pra-sejahtera mengalami kenaikan daya tahan di bidang pangan khususnya beras, sedangkan yang lain dalam operasi pasar khusus (OPK) beras tinggi, tapi ketahanan pangannya rendah terdapat 10 orang atau 22,22% dan yang dalam pelaksanaan OPK rendah dan dalam ketahanan pangannya rendah pula terdapat 11 orang atau 24,44 %. Kalau dilihat dari perhitungan Yules Q yang menunjukkan adanya pelaksanaan OPK yang dirasakan cukup baik terhadap kesejahteraan keluarga pra-sejahtera.
28