BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan hasil penelitian mengenai pengaruh dari ukuran perusahaan, debt default, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 sampai dengan 2014. 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan teknik pengambilan sampel yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, yaitu dengan menggunakan purposive sampling dapat diketahui dari seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdapat 17 perusahaan pertambangan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Adapun rincian jumlah perusahaan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut pada Tabel 4.1 : Perincian Perhitungan Sampel Tahun 2011-2014 Keterangan (Kriteria) Jumlah Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI 34 selama periode 2011-2014 Perusahaan tidak mengalami laba bersih negatif selama tahun penelitian (2011-2014)
( 14 )
Tidak terdapat laporan auditor independen atas laporan keuangan perusahaan selama tahun 20112014 secara kontinyu selama tahun penelitian
(0)
Perusahaan pertambangan di BEI yang tidak mengeluarkan laporan keuangan periode 2011-2014 secara kontinyu Perusahaan pertambangan yang memenuhi criteria
(3)
50
17
Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan maka diperoleh sebanyak 17 perusahaan pertambangan
yang
digunakan
sebagai
sampel
penelitian, sehingga diperoleh jumlah observasi selama 4 tahun yaitu sebesar 68. 4.2 Deskripsi Data Penelitian Sebelum masuk pada pengujian pengujian hipotesis, terlebih dahulu akan diuraikan
hasil
dari
analisis
deskriptif
untuk
menggambarkan
atau
mendeskripsikan kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Berikut adalah ringkasan hasil analisis deskriptif dari variabel ukuran perusahaan, debt default, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, reputasi KAP, dan opini audit going concern. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 17 perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode pengamatan empat tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Deskriptif dari variabel-variabel penelitian ditunjukan oleh Tabel 4.2. berikut ini: Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Ukuran Perusahaan dan Kondisi Keuangan Perusahaan Variabel
N
Ukuran Perusahaan 68 Kondisi Keuangan 68 Perusahaan Sumber : Hasil olah data, 2015.
Minimum Maximum 10,01 ,0326
13,91 2,4387
Mean 12,43 ,9100
Std. Deviation ,86 ,5796
Berdasarkan diskripsi data di atas diperoleh nilai rata-rata ukuran perusahaan sebesar 12,43 dan memiliki standar deviasi sebesar 0,86. Selanjutnya variabel kondisi keuangan perusahaan memiliki rata-rata sebesar 0,9100 dan standar deviasi 0,5796. Rendahnya standar deviasi dibandingkan dengan rata-rata
51
ini menunjukkan rendahnya fluktuasi data yang menyebabkan kecenderungan data akan berdistribusi normal. Selanjutnya statistik deskriptif pada variabel yang lain adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Debt Default Status
Frekuensi
Persen
60 8 68
88,2 11,8 100,0
Tidak debt default Debt default Total Sumber : Hasil olah data, 2015.
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini sebagian besar perusahaan sampel Tidak Debt Default yaitu sebesar 88,2%, sedangkan perusahaan sampel yang Debt Default sebesar 11,8%. Hasil ini memberikan informasi bahwa dalam penelitian ini, perusahaan sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) lebih banyak yang Tidak Debt Default daripada yang Debt Default. Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel Opini Audit Tahun Sebelumnya Variabel
Frekuensi
Opini Audit Non Going 62 Concern (NGCAO) Opini Audit Going 6 Concern (GCAO) Total 68 Sumber : Hasil olah data, 2015.
52
Persen 91,2 8,8 100,0
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, sebagian besar perusahaan melakukan penerimaan opini audit tahun sebelumnya berupa Opini Audit Non Going Concern yaitu sebesar 91,2%, sedangkan perusahaan sampel yang penerimaan opini audit tahun sebelumnya berupa Opini Audit Going Concern yaitu sebesar 8,8%. Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel Reputasi KAP Variabel
Frekuensi
Persen
54 14 68
79,4 20,6 100,0
KAP Non Big Four KAP Big Four Total
Sumber : Hasil olah data, 2015.
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, sebagian besar perusahaan berafiliasi dengan KAP Non Big Four yaitu sebesar 79,4%, sedangkan perusahaan sampel yang berafiliasi dengan KAP Big Four yaitu sebesar 20,6%. Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel Opini Audit Going Concern Variabel
Frekuensi
Opini Audit Non Going 60 Concern (NGCAO) Opini Audit Going 8 Concern (GCAO) Total 68 Sumber : Hasil olah data, 2015.
53
Persen 88,2 11,8 100,0
Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini, sebagian besar perusahaan melakukan penerimaan Opini Non Going Concern sebesar 88,2%, sedangkan perusahaan sampel yang penerimaan Opini Going Concern sebesar 11,8%. 4.3
Hasil Analisis Data Untuk menghindari kesalahan yang cukup signifikan dalam penggunaan
regresi linier yang menggunakan rumus Least Square sebagai akibat dari variabel dependen yang merupakan skala nominal/ordinal, maka dalam penelitian ini digunakan regresi logistik yang diharapkan hasil persamaan regresi yang diperoleh adalah baik atau sesuai dengan data penelitian. 4.3.1
Menilai Kelayakan Model Regresi Dalam regresi logistik ini akan diperoleh nilai hosmer Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pada nilai akan diketahui kesesuaian model yang dievaluasi antara model yang diprediksi dengan data yang diamati, pengujian model ini dengan menggunakan kriteria Goodness of Fit, yakni Chi-Square dan probabilitas. Model yang dikategorikan bagus atau baik harus mempunyai nilai chi square yang kecil dan tingkat signifikansi penerimaan yang direkomendasikan adalah apabila p 0,05 yang berarti matriks input sebenarnya dengan matriks input yang diprediksi tidak berbeda secara statistik. Apabila diperoleh hasil signifikansi sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hal tersebut berarti terdapat perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya, maka pengujian dilakukan dengan multivariate
54
secara serentak, dan pengujian multivariate secara terpisah dengan mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang pada akhirnya pengujian hanya dilakukan terhadap variabel independen yang memiliki tingkat signifikansi terkecil. Hasil Hosmer dan Lemeshow Goodness-Off-Fit Test dengan progam SPSS dapat ditunjukkan pada Tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Nilai Hosmer dan Lemeshow Goodness-Off-Fit Test Nilai Signifikansi
Chi-square
3,751 Sumber : Hasil olah data, 2015.
0,879
Berdasarkan pada Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi Hosmer dan Lemeshow Goodness-Off-Fit Test sebesar 0,879, yang berarti bahwa diperoleh hasil signifikansi lebih besar dari 0,05, maka hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. 4.3.2
Pengujian overall model fit Langkah ini merupakan pengujian keseluruhan model (overall model fit). Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara - 2LL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LL pada
55
langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Tabel 4.8 Perbandingan Nilai -2LL Awal dengan -2LL Akhir -2LL awal (Block Number = 0)
49,261
-2LL akhir (Block Number = 1)
29,707
Sumber : Hasil olah data, 2015. Tabel 4.8 menunjukkan perbandingan antara nilai -2LL awal dengan -2LL akhir. Perhatikan angka -2LL,
pada -2LL awal (Block Number =
0) angka -2LL adalah 49,261.
sedangkan
Number
mengalami penurunan menjadi 29,707.
=
1)
angka
-2LL
pada
-2LL
akhir
(Block
Penurunan likelihood ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. 4.3.3
Matrik Klasifikasi Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan pemberian opini audit going concern yang dilakukan oleh auditor independen. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalan persen. Hasil matrik klasifikasi ditampilkan dalam Tabel 4.9
56
Tabel 4.9 Classification Table
a
Observed
Predicted OpiniAuditGoingConcern
Step 1
Concern (NGCAO)
ncern
Opini Audit Going
Correct
Opini Audit Non
Opini Audit
Going Concern
Going Concern
(NGCAO)
(GCAO)
Opini Audit Non Going OpiniAuditGoingCo
Percentage
59
1
98,3
4
4
50,0
Concern (GCAO) 92,6
Overall Percentage a. The cut value is ,500
Sumber : Hasil olah data, 2015.
Hasil klasifikasi model pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa ketepatan prediksi dari lima variabel independen yaitu Ukuran Perusahaan, Debt Default, Kondisi Keuangan, Opini Audit Tahun Sebelumnya dan Reputasi KAP terhadap penerimaan opini audit going concern adalah sebesar 92,6 %. Hasil ini diperoleh dari prediksi pada perusahaan non going concern sebesar 98,3% dan pada perusahaan going concern sebesar 50% tingkat kebenarannya. Pada perusahaan non going concern sebanyak 60 perusahaan, yang diprediksikan tepat sebanyak 1 perusahaan atau sebesar 98,3%. Sedangkan pada perusahaan going concern sebanyak 4 perusahaan yang diprediksikan benar sebanyak 4 perusahaan atau sebesar 50%. 4.3.4
Koefisien Determinasi Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya sumbangan atau
kontribusi pengaruh dari variabel independen terhadap dependen nya dapat 57
ditunjukkan dengan nilai Nagel Kerke R2. Hasil pengujian model ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Nilai Nagel Kerke R2 Model Summary Step -2 Log Cox & Snell Nagelkerke R likelihood R Square Square a 1 29,707 ,250 ,485 a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found. Sumber : Hasil olah data, 2015. Berdasarkan Tabel 4.10 diperoleh nilai Nagel Kerke R2 sebesar 0,485; hal ini berarti besarnya pengaruh dari kelima variabel yang terdiri dari ukuran perusahaan, debt default, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 48,5%. Sisanya 51,5 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. 4.3.5
Uji Hipotesis Analisis regresi logistik ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran
perusahaan, debt default, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari perhitungan yang dilakukan dengan program SPSS for windows, diperoleh hasil koefisien regresi logistik sebagai berikut:
58
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik Variabel Ukuran perusahaan
B
Sig.
Kesimpulan
-0,680
0,206
Ha1 tidak
didukung Debt default
-18,079
0,999
Ha2 tidak
didukung Kondisi keuangan
-2,627
0,043
Ha3 didukung
1,573
0,184
Ha4 tidak
perusahaan Opini audit tahun sebelumnya Reputasi KAP
didukung 1,592
0,104
Ha5 tidak
didukung Konstanta
7,371
0,261
Sumber : Hasil olah data, 2015.
Berdasarkan Tabel 4.11 diatas, maka dapat disusun hasil persamaan berikut : OGC = 7,371 - 0,680 UP - 18,079 DD - 2,627 KK + 1,573 Opinion + 1,592 Rep.KAP 4.4 Pengujian hipotesis Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel ukuran perusahaan, debt default, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan reputasi KAP terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
59
Berdasarkan dari hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 4.11 di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 4.4.1
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern Pengujian pada variabel ukuran perusahaan memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,680 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,206 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan, sehingga hipotesis pertama yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh negatip terhadap penerimaan opini audit going concern tidak terbukti.
4.4.2
Pengaruh debt default terhadap opini audit going concern Hasil penelitian ini debt default memiliki nilai koefisien regresi sebesar -18,079 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,999 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti debt default tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan debt default berpengaruh positip terhadap penerimaan opini audit going concern tidak dapat diterima.
4.4.3 Pengaruh kondisi keuangan perusahaan terhadap opini audit going concern. Kondisi keuangan perusahaan memiliki nilai koefisien regresi negative sebesar -2,627 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,043 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti kondisi keuangan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan, sehingga hipotesis keempat yang menyatakan kondisi
60
keuangan perusahaan berpengaruh negatip terhadap penerimaan opini audit going concern terbukti. 4.4.4 Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit going concern Opini audit tahun sebelumnya memiliki nilai koefisien regresi sebesar 1,573 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,184 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan, sehingga hipotesis keempat yang menyatakan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positip terhadap penerimaan opini audit going concern tidak terbukti. 4.4.5
Pengaruh reputasi KAP terhadap opini audit going concern Reputasi KAP memiliki nilai koefisien regresi yang positif sebesar 1,592 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,104 yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan, sehingga hipotesis kelima yang menyatakan reputasi kap berpengaruh positip terhadap penerimaan opini audit going concern tidak terbukti.
4.5 Pembahasan Penelitian 4.5.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel ukuran perusahaan. Hipotesis pertama penelitian ini
61
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan pertambangan. Besarnya koefisien regresi ukuran perusahaan yaitu sebesar -0,680 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,206. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,206 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern sehingga hipotesis pertama penelitian ini gagal didukung. Artinya besar kecilnya suatu perusahaan tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern yang diberikan oleh auditor. Hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karena auditor tidak mempertimbangkan ukuran suatu perusahaan dalam memberikan opini audit going concern. Oleh karena itu sebuah perusahaan yang tergolong perusahaan yang kecil, namun apabila perusahaan tersebut memiliki manajemen dan kinerja yang baik sehingga mampu bertahan dalam jangka panjang maka semakin kecil potensi untuk mendapatkan opini audit going concern. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Indira Januarti dan Ella Fitrianasari (2008) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatip. Namun hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Edward Akiko Wibisono (2013) dan Rizki Azizah (2014) yang menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. 4.5.2
Pengaruh
Debt
Default
Terhadap
Concern
62
Penerimaan
Opini
Going
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel debt default. Hipotesis kedua penelitian ini menyatakan bahwa debt default tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan pertambangan. Besarnya koefisien regresi debt default yaitu sebesar -18,079 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,999. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,999 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel debt default tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern sehingga hipotesis kedua penelitian ini gagal didukung. Artinya ada tidaknya suatu perusahaan mengalami kegagalan dalam membayar hutangnya (debt default) tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern yang diberikan oleh auditor. Hasil
penelitian
ini
mengindikasikan
bahwa
perusahaan
yang
mendapatkan kondisi debt default (kegagalan membayar hutang) akan tetap hidup atau berjalan. Walaupun perusahaan tersebut memiliki gagal bayar tetapi dalam masa tersebut perusahaan melakukan perpanjangan kontrak atas hutangnya, dalam masa tersebut perusahaan mampu membayar hutang beserta bunganya pada masa kontrak sebelumnya. Perusahaan yang memiliki aktiva yang besar dapat melunasi hutangnya dengan menjual aktivanya demi membayar hutang yang jatuh tempo. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan Ulya (2012), Praptitorini dan Januarti (2007) yang menyatakan bahwa debt default berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Namun hasil penelitian ini konsisten
63
dengan penelitian Rizki Azizah (2014) yang menyatakan bahwa variabel debt default tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. 4.5.3 Pengaruh Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel kondisi keuangan berpengaruh negatip terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan pada tahun 2011-2014. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel kondisi keuanagan. Besarnya koefisien regresi kondisi keuanagan yaitu sebesar -2,627 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,043. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut signifikan karena signifikansi 0,043 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatip signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern sehingga hipotesis ketiga penelitian ini berhasil didukung. Hasil analisis ini menjelaskan bahwa semakin memburuk kondisi perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern. Sebaliknya perusahaan yang tidak pernah mengalami kesulitan keuangan, memiliki kemungkinan kecil dalam memperoleh opini audit going concern. Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa kondisi keuangan menggambarkan kesehatan perusahaan yang sebenarnya. Kondisi keuangan juga mencerminkan kelangsungan kinerja perusahaan untuk kedepannya. Kondisi keuangan yang baik dapat mengelola usahanya dengan baik pula karena perputaran uang yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan dapat melanjutkan
64
proses bisnisnya dan keberlangsungan hidup perusahaan untuk kedepannya. Apabila kondisi keuangan semakin baik cenderung memiliki laporan keuangan yang sewajarnya sehingga memiliki potensi untuk mendapatkan opini yang baik. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Dewayanto (2011), Fijriantoro (2010), dan Susanto (2009) yang menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatip, semakin baik kondisi keuangan perusahaan semakin kecil kemungkinan auditor memberikan opini audit going concern. 4.5.4 Pengaruh Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern pada perusahaan pertambangan pada tahun 2011-2014. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel opini audit tahun sebelumnya. Besarnya koefisien regresi opini audit tahun sebelumnya yaitu sebesar -1,573 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,184. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,184 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern sehingga hipotesis keempat penelitian ini gagal didukung. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ada tidaknya suatu perusahaan menerima opini audit going concern ditahun sebelumnya tidak berpengaruh dalam memperoleh opini audit going concern pada tahun berikutnya.
65
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa auditor dalam memberi opini audit tidak melihat apakah perusahaan tersebut menerima opini audit going concern ditahun sebelumnya tetapi melihat bagaimana kondisi keuangan perusahaan pada saat ini. Perusahaan yang menerima opini going concern ditahun sebelumnya apabila ditahun berikutnya perusahaan tersebut mampu memperbaiki kondisi keuangannya menjadi lebih baik maka perusahaan tersebut kemungkinan mendapatkan opini yang wajar atau baik. Jadi, auditor dalam memberikan opininya tidak melihat apa yang terjadi pada perusahaan ditahun sebelumnya tetapi apa yang terjadi diperusahaan pada saat ini. Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Ranchman Siregar (2011) yang
menyatakan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh
positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Tetapi hasil penelitian ini
konsisten dengan hasil penelitian Dhani Fikran, Pupung
Purnamasari dan Hendra Gunawan (2015) yang menyatakan variabel opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. 4.5.5 Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabel reputasi auditor. Hipotesis kelima penelitian ini menyatakan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern pada perusahaan pertambangan. Besarnya koefisien regresi reputasi auditor sebesar 1,592 dan tingkat signifikansi sebesar 0,104. Pada tingkat
66
signifikansi α = 5%; maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan karena signifikansi 0,104 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern sehingga hipotesis kelima penelitian ini gagal didukung. Artinya bagus tidaknya KAP atau besar kecilnya nama baik KAP dimata public tidak mempengaruhi auditor memberikan opini audit going concern karna auditor memberikan opini sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan karna masing-masing auditor saling menjaga nama baik KAP-nya tidak terkecuali KAP yang kecil sekalipun, begitu pula dengan KAP yang besar yang memiliki nama baik dimana telah berfaliasi dengan KAP big four dan SDM suatu KAP yang baik akan menghasilkan audit yang baik pula walaupun KAP-nya kecil atau tidak berfaliasi dengan KAP big four. Semua auditor juga memegang sikap independensinya juga akan bekerja sebaik mungkin, jadi auditor tidak ragu dalam memberikan opini sesuai apa yang sebenarnya terjadi diperusahaan, karena apabila auditor ragu atau salah maka kepercayaan public atas kinerja auditor dan KAP tersebut akan berkurang. Hasil analisis ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Sinaga (2012) yang menyatakan reputasi auditor berpengaruh positif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Tetapi hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wiwik Kurniati (2012) yang menemukan hasil bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern.
67