151
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kontekstual PT. Krakatau Steel PT. Krakatau Steel didirikan pada tanggal 31 Agustus 1970, bertepatan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI No. 35 tahun 1970 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel. Pembangunan industri baja ini dimulai dengan memanfaatkan sisa peralatan Proyek Baja Trikora, yakni untuk Pabrik Kawat Baja, Pabrik Baja Tulangan dan Pabrik Baja Profil. Pabrik-pabrik ini diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 1977. Pada tahun 1979 dilangsungkan peresmian penggunaan fasilitas-fasilitas produksi seperti Pabrik Besi Spons dengan kapasitas 1,5 juta ton/tahun, Pabrik Billet Baja dengan kapasitas 500.000 ton/tahun, Pabrik Batang Kawat dengan kapasitas 220.000 ton/tahun serta fasilitas infrastruktur berupa Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap 400 MW, Pusat Penjernihan Air, Pelabuhan Cigading serta sistem telekomunikasi. Pada tahun 1983 diresmikan beroperasinya Pabrik Slab Baja dan Pabrik Baja Lembaran Panas. Pada tahun 1991 Pabrik Baja Lembaran Dingin yang merupakan pabrik baja perusahaan patungan yang berada di kawasan industri Cilegon bergabung menjadi unit produksi PT. Krakatau Steel, melengkapi pabrikpabrik baja lain yang telah ada.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
152
Untuk memenuhi kebutuhan pasar baja dalam negeri dan meningkatkan kemampuan bersaing di pasar internasional, tahun 1994 perusahaan melakukan modernisasi serta ekspansi sarana dan fasilitas produksi, sehingga kapasitas produksi bertambah menjadi 2,5 Juta ton baja kasar per tahun. Langkah tersebut memungkinkan dihasilkannya produk-produk baja yang mampu mendukung pembuatan pipa bertekanan tinggi untuk minyak dan gas alam, pelat baja enamel, pelat baja untuk industri otomotif, dan lain-lain. Langkah restrukturisasi yang kemudian dilakukan merupakan landasan perusahaan dalam memasuki era perdagangan bebas. Langkah tersebut didukung pula oleh upaya terus menerus dalam meningkatkan efisiensi, utilisasi, produktivitas, konsistensi dalam menerapkan strategi pemasaran, sehingga pada tahun 1998 dan 1999 perusahaan mampu meningkatkan volume penjualan dan laba perusahaan, walaupun kondisi ekonomi nasional ketikan itu belum sepenuhnya pulih. Saat ini kecenderungnnya ternyata ada 3 faktor yang mempengaruhi persaingan bisnis, yakni teknologi, pasar terbuka dan privatisasi. Pasar terbuka dan privatisasi sedang terjadi dan akan terus terjadi, sehingga tidak dapat dihindari dan bahkan harus dihadapi. Ketika krisis ekonomi terjadi di Indonesia sebenarnya pasar sudah terbuka, PT. Krakatau Steel cukup diuntungkan dengan ekspor selama 3 tahun, namun saat ini situasinya cenderung berbeda. Karena itu, untuk mengantisipasi kondisi bisnis baja, maka pada periode 2003 dan 2008 PT. Krakatau Steel akan dijadikan perusahaan baja yang kompetitif, dengan indikator produknya dapat di beli oleh konsumen sebagai pengaruh efisiensi biaya produksi.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
153
Itulah sebabnya setelah melakukan pengkajian yang cukup mendalam, PT. Krakatau Steel telah mengubah visi menjadi lebih realistis yaitu: a. Tahun 2008 PT Krakatau Steel akan menjadi penyedia baja kelas dunia dengan biaya kompetitif (cost competitive). b. Tahun 2013 menjadi pemain baja terpadu yang dominan, dan c. Tahun 2020 menjadi pemain baja dunia terkemuka. Untuk mencapai visi tersebut, telah ditetapkan pula misi perusahaan yang baru, yaitu sebagai keluarga masyarakat dunia yang berbudaya, mempunyai komitmen untuk menyediakan baja dan produk terkait dengan pendekatan menyeluruh yang menghasilkan solusi industri dan infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakat. Berbagai langkah strategis telah disiapkan oleh manajemen agar visi dan misi tersebut dapat tercapai. Langkah-langkah strategis yang disiapkan antara lain adalah: rekondisi pabrik, yaitu mengganti dan memperbaiki fasilitas produksi yang sudah tua; melanjutkan program cost competitiveness, yaitu penggunakan biaya secara efisien dan tepat sasaran; serta penerapan program ERP yang merupakan sistem informasi yang terintegrasi untuk membangun daya saing perusahaan. Negara dan pemerintah yang terbentuk secara demokratis akan menjadi jembatan bagi setiap warga negara yang bertindak secara kolektif melalui kelembagaan negara untuk memanfaatkan semua potensi demi kepentingan masyarakat. Dalam bidang ekonomi dibentuklah perusahaan negara yang lebih populer dengan sebutan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
154
Pengelompokan BUMN dalam prakteknya dibedakan ke dalam Public Utilities, Industrial Vital Strategies, and Business. Yang termasuk Public Utilities sebagaimana disebutkan Wibisono (dalam Harun, 2000:108) antara lain adalah: “Pos, Krakatau Steel, Listrik, Gas, Kereta Api, dan Penerbangan”. Fenomena BUMN di sektor kepentingan umum, hampir mutlak melibatkan negara. Berkaitan dengan masalah ini, Ibrahim (dalam Harun, 2000:108) menyebutkan bahwa di Indonesia secara yuridis formal Public Utilities yang dikelola oleh BUMN adalah: (1) Perusahaan Listrik Negara menjadi Perum akhirnya menjadi Persero; (2) Perusahaan Jawatan Kereta Api menjadi Perumka; (3) Pos, Telepon, dan Telegraf menjadi Perum Pos dan Giro; (4) Perumtel menjadi Persero Krakatau Steel; (5) Jawatan Pegadaian menjadi Perum Pegadaian; (6) Jawatan Angkutan Motor Indonesia menjadi Perum Damri; (7) Perusahaan Baja. Dalam Penelitian ini, peneliti mengkhususkan pembahasan pada poin (4), yaitu: Perusahaan baja di bawah PT. Krakatrau Steel, dalam hal ini yang menjadi objek penelitiannya di Divisi Pusat Pendidikan dan Pelatihan. (Pusdiklat) Perusahaan PT. Krakatau Steel adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang produksi baja untuk kebutuhan dalam negeri dan luar negeri. Keberhasilan daripada pembangunan nasional, tidak terlepas dari keberadaan perbajaan yang handal dan memadai, dengan kondisi demikian pembangunan akan sampai kepada sasaran yang akan dituju. Akan tetapi sebaliknya bila kondisi perbajaan kurang mendukung, pembangunan akan dapat mengalami hambatan atau stagnasi yang tidak diharapkan.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
155
Sebagai penyelenggara perbajaan dalam negeri maupun luar negeri PT Krakatau Steel turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional, antara lain: (a) wahana penunjang terwujudnya wawasan nusantara; (b) wahana pendukung pembangunan sektor lain; (c) media penghubung dalam bidang telekomunikasi dan pertukaran informasi di seluruh wilayah Indonesia; (d) salah satu sarana untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas nasional (Corporate Plan PT. Krakatau Steel, 2008).
B. Visi dan Misi PT. Krakatau Steel Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Krakatau Steel mengemban tugas utama untuk dapat memberikan hasil yang terbaik bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan PT . Krakatau Steel berpijak dan berpedoman pada Visi dan Misi Perusahaan. Visi Corporate PT. Krakatau Steel dirumaskan sebagai berikut “Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia,mengandung arti bahwa PT. Krakatau Steel bergerak dalam bisnis baja yang secara konkret diwujudkan dalam bentuk keragaman produk baja. PT . Krakatau Steel berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan steel berpengaruh di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian akan berlanjut ke kawasan Asia, dan Asia Pasifik. Menjadi perusahaan yang berpengaruh tersebut mengandung arti, apabila dibandingkan dengan perusahaan terkemuka pada area bisnis yang sama, di kawasan regional, dengan menggunakan indikator-indikator tertentu, maka kinerja bisnis dan finansialnya akan seimbang, atau bahkan lebih baik lagi. Sedangkan Misi Corporate PT. Krakatau Steel: ”Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa. (PT. Krakatau Steel, Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
156
2008) To provide one stop service with excellent quality and competitive price, artinya PT. Krakatau Steel menjamin bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, kualitas produk, dengan harga yang kompetitif. Managing businees through best practise, optimizing superior human resources, competitive technology, and synergizing business partners artinya PT. Krakatau Steel akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan mengoptimalkan Sumber Daya Manusia (SDM) uang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang menguntungkan secara timbal balik dan saling mendukung secara sinergis. Budaya korporasi yang dikembangkan PT. Krakatau Steel mencakup tiga tingkatan unsur sebagai berikut: (a) asumsi dasar, yakni anggapan ataupun pandangan dasar yang menentukan bagaimana insan PT. Krakatau Steel mempersepsi, berfikir, dan merasakan sesuatu. Anggapan atau pandangan ini diterima tanpa perlu mempertanyakan lagi kebenarannya; (b) nilai-nilai, yakni apa yang dianggap penting, apa yang sebaiknya, atau apa yang berharga; (b) artefak, perilaku, mencakup benda-benda simbol, upacara dan seremoni, tingkah laku, dengan menggunakan ketiga unsur yang berbeda tingkatannya itu, maka budaya korporasi yang dikembangkan PT. Krakatau Steel dirumuskan dengan 1 (satu) asumsi dasar, 3 (tiga) nilai inti, dan 5 (lima) langkah perilaku sebagai berikut: (a) Asumsi dasar ; (2) Nilai-nilai inti; (c) Perilaku. Asumsi dasar dan keyakinan yang senantiasa harus diteguhkan oleh setiap insan PT. Krakatau Steel di dalam hati-mereka. Hanya dengan memberikan yang terbaik kepada para stakeholders perusahaan bisa mempertahankan keberadaan
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
157
dan kelangsungan hidupnya. Nilai-nilai inti: customer value, adalah manfaat bersih yang diperoleh pelanggan dari produk ataupun jasa dengan tingkat pengorbanan biaya, waktu, dan tenaga tertentu, excellent service, adalah nilai inti PT. Krakatau Steel kedua yang melebihi harapan pelanggan. Pelayanan excellent tercipta karena setiap orang melakukan hal yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam cara yang tepat, untuk orang yang tepat, dan dengan hasil-hasil yang terbaik, competent people, adalah nilai-nilai inti PT. Krakatau Steel. Ketiga, dengan nilai ini perusahaan menghargai tinggi setiap insan PT. Krakatau Steel yang memiliki kemampuan untuk memenuhi dengan cakap segala tuntutan pelayanan dalam bisnis steel yang kompetitif. Perilaku: stretch the goals, komitmen pada suatu tujuan yang berada di luar jangkauan sumber daya dan dukungan kapabilitas yang tersedia sekarang, simplify, adalah langkah debirokrasi PT. Krakatau Steel yang dimaksudkan supaya ada respon yang cepat terhadap tuntutan pasar yang kompetitif, involve everyone, mengandung makna berkurangnya sekat-sekat antar unit, mencari gagasan baru ataupun gagasan terbaik dari setiap orang, atau bahkan dari luar perusahaan, keleluasaan untuk berpartisispasi, quality is my job, kualitas harus dimulai dari pekerjaan anda sendiri, rewards the winners, pengangkatan dan promosi didasarkan kepada kemampuan dan prestasi. Mereka yang diberi imbalan adalah mereka dari para insan PT. Krakatau Steel yang hidup dengan kemampuan dan prestasi, dari karena itu patut diperhitungkan.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
158
C. Tujuan Jangka Panjang PT. Krakatau Steel Berdasarkan misi perusahaan di atas dan sejalan dengan pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991 maka tujuan jangka panjang PT. Krakatau Steel adalah sebagai berikut: Pertama, menciptakan pelayanan yang mampu menjangkau masyarakat luas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua, meningkatkan mutu jasa dan mutu pelayanan yang tinggi serta menyediakan alternatif-alternatif pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan teknologi. Ketiga, meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan agar dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat. Keempat, meningkatkan profesionalisme karyawan melalui pengembangan dan peningkatan kesejahteraan, iklim kerja yang sehat serta etos kerja yang tinggi.
D. Gambaran Umum Divisi Diklat PT. Krakatau Steel 1. Deskripsi Dasar Divisi Diklat Divisi Diklat merupakan divisi pendukung PT. Krakatau Steel yang dibentuk berdasarkan Keputusan Direksi Krakatau Steel Nomor 18/PS150/ PROSES/95 tanggal 22 Pebruari 1995 tentang Pembentukan Divisi Diklat yang dijabarkan dalam Surat Keputusan kepala Divisi Diklat No. KK59/PS 150 tanggal 17 Mei 1995. Sesuai dengan visi, misi, dan strategi PT. Krakatau Steel, dinamika dan kompleksitas lingkungan bisnis maka organisasi Divisi Diklat ditata kembali melalui keputusan direksi No. KD 10/PS 150/SDM-10/2001 tanggal 28 Maret 2001 dan berlaku efektif mulai tanggal 1 Juli 2001.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
159
Divisi Diklat PT. Krakatau Steel yang berkampus di Jl. Raya Merak/Jl. Jend. Sudirman Km.03 Cilegon 42435 Cilegon, dengan areal lebih kurang 8 Ha berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan, merupakan daerah yang sangat sesuai untuk proses belajar mengajar. Dengan dukungan sarana lebih dari sekedar memadai seperti kelas, laboratorium, perpustakaan dan teknologi pendidikan, juga ditunjang dengan prasarana seperti asrama, poliklinik, tempat ibadah, sarana olah raga, dan kafetaria siswa, serta panti penitipan anak bagi karyawati peserta pelatihan menjadikan Divisi Diklat tempat yang ideal bagi berlangsungnya suatu proses belajar mengajar untuk pengembangan sumber daya manusia perbajaan yang handal dan profesional. Sebagai wujud dukungan Divisi Diklat dalam meningkatkan kompetensi pegawai PT. Krakatau Steel manajemen Divisi Diklat senantiasa berbenah diri dan mengantisipasi setiap perkembangan, khususnya dalam pertumbuhan teknologi perbajaan dengan mengembangkan program-program pelatihan di bidang teknologi perbajaan. Tidak kalah pentingnya Divisi Diklat juga mengembangkan programprogram pelatihan bisnis dan manajemen telekomunikasi, yang memberikan pengetahuan dan berbagai pengalaman secara praktis dalam menganalisis, mengidentifikasi dan merekomendasi solusi masalah yang dihadapi bagi para pelanggan. Hal ini dilakukan untuk menjawab berbagai tantangan di era global, khususnya dalam bidang pengembangan sumber daya manusia yang diharapkan mampu untuk menjembatani antara penyedia jasa pelatihan dan pengguna jasa pelatihan.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
160
Sebagai divisi pendukung dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia PT.
Krakatau Steel
Divisi
Diklat
bertanggung jawab
untuk
menyelenggarakan pelatihan-pelatihan sesuai kebutuhan perusahaan di bidang perbajaan baik dari aspek teknis, bisnis, maupun manajerial yang terdiri dari: a. Pelatihan Teknologi steel; b. Pelatihan Bisnis dan Manajemen; c. Pelatihan Manajerial dan Eksekutif. Untuk melaksanakan dikembangkannya pelatihan-pelatihan tersebut di atas, digunakan beberapa metode pembelajaran diantaranya: a. Metode klasikal (tatap muka); b. Metode Experential Learning (indoor dan outdoor); c. Metode pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang menggunakan beberapa media: 1) Media elektronik (internet). 2) Media Videoconferencing yang menggunakan Indonet. 3) Media Videoconferencing yang menggunakan ISDN. Dengan sumber daya yang dimiliki Divisi Diklat serta melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO-9001 yang disertifikasi oleh Lioyd’s Register Australia, Divisi Diklat bertekad untuk menjadi pusat unggulan di bidang pelatihan steel, telah disusun visi, misi, sasaran mutu dan kebijakan perusahaan, serta budaya perusahaan. Penyusunan dilakukan secara sistematis dan diinformasikan ke seluruh pegawai melalui sosialisasi manajemen tertulis dalam quality manual dan poster-poster yang dipasang di setiap ruangan (Dokumen Bisnis Overview and Application, 2001), yaitu:
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
161
a. Visi: Menjadi Pusat Unggulan Penyelenggara Pelatihan dalam Bisnis Steel. b. Misi: Menyelengarakan pelatihan bisnis, manajemen dan teknologi steel bergaransi dan bersertifikasi, dalam menunjang pengembangan kompetensi sumber daya manusia PT . Krakatau Steel. c. Sasaran Mutu: Divisi Diklat menetapkan 3 (tiga) sasaran mutu utama yaitu kepuasan stakeholders, kepuasan customer dan kepuasan employee yang dirincikan dalam 33 indikator sasaran mutu. d. Kebijakan Mutu: 1. Divisi Diklat sebagai divisi pendukung PT. Krakatau steel sepenuhnya kebijakan perusahaan penyedia dari industri steel dan menyatakan bahwa Divisi
Diklat
meletakkan
mutu
sebagai
prioritas
utama
dalam
melaksanakan pekerjaan untuk meraih kinerja yang unggul; 2. Divisi Diklat selalu berusaha untuk memuaskan pelanggan, dengan memenuhi kebutuhannya dan menggunakan kebutuhan pelanggan sebagai acuan dalam menentukan kebijakan; 3. Untuk meningkatan kualitas dalam melaksanakan pekerjaan, Divisi Diklat melibatkan setiap orang di organisasi dalam suatu integritas yang harmonis yang menghasilkan peningkatan berkesinambungan dengan menggunakan Sistem Manajemen Mutu sesuai standar internasional ISO 9001.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
162
e. Budaya Divisi Diklat: Untuk mencapai visi, misi diktat dengan melibatkan seluruh pegawai, Divisi Diklat telah menetapkan budaya diktat melalui Keputusan Kepala Divisi Diklat No. 39/PS000/LAT-012/1999 tanggal 2 Pebruari 1999 yang digambarkan dalam logo Divisi Diklat berupa susunan tiga pilar sebagai berikut: 1. Pilar I adalah Pelanggan yang berarti: mendahulukan pelayanan terhadap pelanggan sehingga muncul kepuasan pada pelanggan; 2. Pilar II adalah Pegawai: Semua pegawai yang terlibat dalam organisasi Divisi Diklat memberikan pelayanan yang terbaik terhadap pelanggan; 3. Pilar III adalah Perpustakaan: Perusahaan memfasilitasi kepuasan pegawai atas unjuk kerjanya dalam memberikan pelayanan pada pelanggan. Untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia Divisi Diklat, make setiap pegawai dilatih sesuai dengan kebutuhannya dan khusus untuk pegawai yang baru masuk terlebih dahulu dilakukan orientasi selama kurang lebih satu minggu untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja di Divisi Diklat. Khasus pembinaan para instruktur diatur sendiri dalam suatu prosedur pengembangan instruktur dan brevetisasi. Untuk menjaga kualitas pelatihan, Divisi Diklat berupaya untuk melaksanakan diklat yang bersertifikasi di bidang tertentu. Untuk itu secara bertahap Divisi Diktat telah mengikutsertakan instruktur untuk mengikuti program sertififikasi instruktur yang diselengarakan oleh institusi bersertifikasi.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
163
2. Persyaratan Pelanggan dan Pasar Penyelenggaraan diklat yang dilakukan oleh Divisi Diklat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal PT. Krakatau Steel (Perusahaan Pemerintah),
Perusahaan
Swasta,
Lembaga
Pemerintah,
TNI/Polri,
dan
Internasional) yang meliputi: a. Jasa pelatihan di bidang Steel, Management & Executive dan Quality Management System; b. Jasa Konsultasi di bidang Steel dan Quality Management System; a. Pasar internal PT. Krakatau Steel mengacu kepada kebijakan Master Plan SDM PT. Krakatau Steel maka peningkatan kualitas SDM internal didasarkan pada Competence Based Human Resources Management yang berorientasi pada kompetensi di bidang infocom baik teknik maupun bisnis dan manajemen. Oleh sebab itu, seluruh pegawai PT. Krakatau Steel menjadi pangsa pasar bagi divisi diklat. Pasar eksternal ini terbagi dalam: a. Pasar Domestik 1) Perusahaan
Pemerintah:
Merupakan
pelanggan
yang
terdiri
dari
perusahaan-perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang perbajaan (contohnya: Pertamina, Tambang Batubara Bukit Asam, Perhutani, PLN, Indosat, dll). 2) Perusahaan Swasta: Merupakan pelanggan yang terdiri dari perusahaan swasta yang bergerak di bidang perbajaan. 3) Lembaga
Pemerintah:
Merupakan
pelanggan
yang
berasal
Departemen Perhubungan yang menangani bidang telekomunikasi.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dari
164
4) TNI dan Polri: Merupakan pelanggan yang berasal dari TNI (termasuk Kopassus dan Paswalpres) dan Polri. b. Pasar Internasional: Merupakan pelanggan yang berasal dari luar Indonesia yang diselenggarakan atas dasar kerjasama Divisi Diklat dengan Jepang (JICA), Lucent Technologies dan PTT Netherland. Kebutuhan layanan dari segmen tersebut adalah pelatihan teknologi perbajaan khususnya bidang OPCC (Outside Plant Construction Centre) dan Switching Technology 5 ESS produk Lucent. Beberapa instruktur Divisi Diklat menjadi instruktur tamu untuk pelatihan perangkat Lucent Technologies di luar negeri (Arab Saudi, Brunai Darussalam, Singapore dan Philipina). Persyaratan dan kebutuhan pelanggan menjadi masukan utama bagi Divisi Diklat dalam melaksanakan proses bisnisnya. Untuk mendapatkan masukan tersebut dilakukan dengan cara: a. Workshop (tatap muka) dengan para calon customer yang dilakukan tiap tahun (biasanya di triwulan III) atas undangan Divisi Diklat. b. Kunjungan intensif kepada customer yang dilakukan tiap manajer dan Account Officer Divisi Diklat ke tempat customer untuk disesuaikan dengan kemampuan sumber daya yang ada di Divisi Diklat. c. Hasil umpan balik dari customer yang dievaluasi dengan 3 (tiga) tahap sebagai berikut: 1) Pada saat berakhirnya proses pembelajaran; 2) Pada saat siswa sudah kembali ke tempat bekerja (evaluasi pasca latihan);
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
165
3) Pada saat perusahaan telah memonitor dampak hasil pelatihan terhadap kinerja perusahaan (evaluasi customer satisfaction survey).
3. Hubungan Supplier dan Kemitraan Ada dua jenis supplier yang digunakan oleh Divisi Diklat yaitu supplier untuk memenuhi kebutuhan barang dan supplier untuk memenuhi kebutuhan jasa, dimana dalam pelaksanaannya diatur dalam suatu Keputusan Kepala Divisi Diklat yaitu KK 38/HK 240/LAT-24/2001 tentang pelimpahan wewenang dan KK 2824/HK 240/LAT-00/98 tentang pengadaan jasa Pendidikan/Pelatihan yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan prosedur pengadaan barang dan jasa (Prosedur Mutu No. PM/N/01) (Dokumen Business Overview and Application, 2011). a. Pengadaan jasa yang selama ini dilakukan oleh Divisi Diklat, antara lain: 1) Jasa pembuatan materi 2) Jasa pengajaran 3) Jasa konsultasi sertifikat ISO 4) Jasa penyelengaraan pelatihan 5) Jasa penyewaan hotel 6) Jasa cleaning service 7) Jasa pelayanan kesehatan 8) Jasa pengamanan 9) Jasa konsultasi statistik. 10) Jasa pengembangan website 11) Jasa Tata Boga
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
166
b. Pengadaan barang diantaranya adalah: 1. Alat tulis menulis 2. Laboratorium perangkat telekomunikasi termasuk perangkat komputer 3. Alat bantu mengajar (Overhead Projector, LCD Projector, TV Monitor, Layar) 4. Furniture 5. Penggandaan Materi Pelatihan
4. Arahan Bisnis Mengantisipasi kebijakan regulator yaitu dengan telah diundangkannya UU No. 36/1999 tentang perbajaan dan UU No. 8/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat, serta adanya konvergensi teknologi menuntut perusahaan untuk menetapkan visinya, sebagaimana yang tertuang dalam CSS 2000-2004. Sebagai implementasi dari visi baru tersebut membawa konsekuensi adanya transformasi di bidang sumber daya manusia untuk mewujudkan peningkatan SDM PT. Krakatau Steel yang excellent. terutama peningkatan kompetensi SDM PT. Krakatau Steel berbasis kompetensi. Menyikapi pengembangan/perluasan kebutuhan diklat bagi pegawai PT. Krakatau Steel dengan adanya keanekaragaman bentuk bisnis perbajaan, maka Divisi Diklat melakukan terobosan-terobosan baru untuk meraih peluang pasar baik internal maunun eksternal di PT. Krakatau Steel adalah sebagai berikut: a. Bidang Produk: 1) Melakukan diversifikasi produk; 2) Merubah product oriented ke customer oriented;
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
167
3)
Melakukan pengemasan product sesuai dengan perkembangan teknologi;
4) Mengembangkan teknologi belajar-mengajar diantaranya: a. Memperbanyak
dan
menyesuaikan
case
study
dengan
real
operational condition; b. Mengemas pelatihan dalam experiential learning; c. Mengemas pelatihan dalam sesi indoor dan outdoor; d. Mengembangkan metode pembelajaran dengan metode distance learning; (melalui satelit, internet dan melalui jaringan digital/ISDN); e. Menyelengarakan workshop pengenalan product; f.
Pengembangan pelatihan berbasis kompetensi.
b. Bidang Manajemen 1) Melakukan restrukturisasi organisasi yang telah ditetapkan dengan; 2) Memperbesar layanan product konsultasi; 3) Sertifikasi instruktur; 4) Memperluas kemitraan dengan institusi lain; 5) Mengadakan Job Tender untuk pengadaan tenaga instruktur. c. Bidang Pemasaran 1)
Menetapkan Executive Account Manager;
2)
Melaksanakan Customer Intimacy;
3)
Mengukur Customer Satisfaction;
4)
Memasarkan fasilitas Divisi Diklat untuk seminar atau konferensi;
5)
Kebijakan tarif pelatihan dengan mengakomodasikan biaya transportasi peserta.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
168
d. Bidang Kualitas 1) Sertifikasi ISO 9001 versi 1994 dan Migrasi ke ISO 9000 versi 2000; 2) Mengikuti WCO initial, Maintenance dan Assurance; 3) Mengikuti Best of The Best Datel setingkat.
5. Kepemimpinan Organisasi Nilai-nilai yang dianut sebagai budaya Divisi Diklat tertuang dalam KK No. 39/PD000/LAT-022/199 tanggal 24 Pebruari 1999 sebagai berikut: 1. Call Me A Pro Meningkatkan profesionalisme SDM. 2. Bravo DIVISI DIKLAT Dengan mengutamakan kepuasan pelanggan dan profesionalisme SDM, maka akan didapatkan performansi perusahaan yang unggul. Serta
menerapkan
sistem
manajemen
mutu
ISO
9001,
dengan
melaksanakan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Continual Improvement Mengupayakan adanya perbaikan proses sesuai dengan dinamika kebutuhan pelanggan (internal/eksternal) saat ini dan mendatang. 2. Factual Approach Dokumentasi dan penggunaan data/informasi menempatkan sebagai hal utama guna melakukan evabiasi dan pembuatan keputusan. 3. Prosess Approach Menempatkan proses sebagai hal utama agar dapat menjamin konsistensi terhadap kualitas produk. Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
169
4. Team Work Dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan mengutamakan keterliban dan integritas seluruh SDM. Untuk mencapai kinerja yang unggul maka Divisi Diklat menetapkan kebijakan mutu yang tertulis di dalam Pedoman Mutu Divisi Diklat sebagai berikut: 1. Divisi Diklat sebagai divisi Pendukung PT . Krakatau Steel, meletakkan mutu sebagai prioritas utama dalam melaksanakan pekerjaan untuk meraih kinerja yang unggul; 2. Divisi Diklat selalu berusaha untuk memuaskan pelanggan, dengan memenuhi kebutuhannya dan menggunakan kebutuhan pelanggan sebagai acuan dalam menentukan kebijakan; 3. Untuk meningkatkan kualitas dalam melaksanakan pekerjaan, Divisi Diklat melibatkan setiap orang di organisasi dalam suatu integritas yang harmonis agar menghasilkan perbaikan berkesinambungan dengan menggunakan Sistem Manajemen Mutu sesuai standar Internasional ISO 9001. Bagian-bagian yang penting diketahui pelanggan utama seperti value, budaya dan kebijakan mutu dikomunikasikan kepada pelanggan melalui tatap muka pelanggan yang dilaksanakan dengan cara work shop, kunjungan pelanggan dan rapat koordinasi. Untuk melihat seberapa jauh pencapaian kinerja setiap unit organisasi Divisi Diklat, maka secara periodik masing-masing bidang/uplat mengadakan rapat koordinasi untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam pekerjaan dan mencari solusi bersama.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
170
Sarana kerja (perlengkapan kantor) merupakan persyaratan minimal bagi terselenggaranya pelaksanaan pekerjaan/tugas dan tanggung jawab setiap SDM Divisi Diklat, maka perlengkapan tersebut telah dipenuhi secara efisien sesuai kebutuhan,
berdasarkan
efektivitas
kebutuhan,
prioritas
dan
efisiensi
penggunaannya bagi pejabat/karyawan. Demikian pula penyediaan laboratorium (teknik dan nonteknik) disediakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan proses pembelajaran di Divisi Diklat. Sebagai pemain bisnis pelatihan perbajaan di kawasan regional (khususnya di Indonesia) Divisi Diklat memiliki demand yang cukup besar, oleh karena itu perlu diidentifikasi minat, kebutuhan dan harapan pasar agar menjadi produkproduk yang sesuai dengan kebutuhannya. Dalam rangka mengidentifikasi dan mewujudkan produk yang dapat dijual ke pasar, Divisi Diklat mencari kesempatan melakukan partnership dengan institusi profesional dalam negeri/luar negeri, kerjasama dengan lembaga internasional dalam penyelenggaraan pelatihan, benchmark dalam negeri/luar negeri serta meluncurkan metode distance learning sebagai pengembangan bisnis dan diharapkan dapat menunjang terhadap lingkungan organisasi yang lebih luas.
6. Sistem Kerja Sebagai institusi bisnis dalam bidang Pelatihan PT. Krakatau Steel, Organisasi Divisi Diklat dirancang selaras dengan visi dan misi PT. Krakatau Steel serta mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan strategis perusahaan meliputi: pelanggan, kebijakan corporate dan persaingan global.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
171
Kebijakan Corporate - Visi, Misi PT. Krakatau Steel - CSS H.R
Supporting
Instruktur
Bidang Materi
PT . Krakatau Steel Customer
Kepuasan Pelanggan
Quality Management
Penyelenggara
Pemasaran
Competitor
Gambar 4.1 Sistem Kerja Divisi Diklat PT. Krakatau Steel Sumber: Divisi Diklat PT. Krakatau Steel, 2008
Organisasi Divisi Diklat tersebut diatur dengan KD 10/PS.150/SDM10/2001 tanggal 28 Maret 2001 tenting Penataan Organisasi Divisi Diklat, susunan struktur organisasinya terdiri dari: 3 unit organisasi terdepan yang bersentuhan dengan pelanggan, yaitu: Pemasaran dan Pelayanan Latihan, Kelompok Instruktur dan Penyelenggara Pelatihan, 1 Unit organisasi pengembang bisnis yaitu Perencanaan dan Pengembangan, dan 1 unit organisasi supporting yaitu Dukman (Keuangan, SDM, Umum) serta Pengelolaan Mutu. KD 10 tahun 2001 tersebut selain menetapkan struktur organisasi juga menetapkan tugas wewenang dan tanggung jawab, jumlah posisi/jabatan, level pemegang posisi, jumlah formasi dan bisnis proses. Kemudian untuk kebutuhan operasional,
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
172
organisasi Divisi Diklat tersebut dijabarkan lebih rinci lagi dengan KK Nomor: KK.164/PS150/LAT-022/2001 tanggal 29 Juni 2001 yang mengatur tentang job description, spesifikasi pekerjaan, tantangan dan keleluasaan, pengelolaan sumberdaya dan interaksi horizontal/vertikal. Bertitik tolak dari substansi penyusunan organisasi Divisi Diklat tersebut, maka dapat dikatakan merupakan perwujudan organisasi masa depan yang adaptif terhadap perubahan-perubahan lingkungan strategis perusahaan. Manajemen divisi diklat mengatur lingkup kordinasi dan komando antara lini dan staf yang memiliki rentang kendali untuk setiap manajer maksimal 5 orang agar dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal. Dalam memberikan dorongan dan motivasi kepada para karyawan, para manajer memberikan kewenangan dalam: a. Mengusulkan promosi, mengidentifikasi prestasi dan potensi yang dituangkan dalam Penilaian Kinerja Pegawai dan Pengembangan Kompetensi dan Karir selanjutnya diserahkan ke Bagian SDM. b. Merekomendasikan untuk pemberian penghargaan seperti Usulan Instruktur Terbaik, Penghargaan Keagamaan. c. Mengusulkan untuk mengikuti pelatihan atau pengembangan lainnya seperti Magang bagi Instruktur. Setiap karyawan diharuskan membuat Sasaran Kerja Individu/SKI dan akan dinilai (NKI) setiap tahun, hasil penilaian SKI tersebut akan digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk promosi karyawan. Proses penyusunan SKI dimulai dengan Penetapan Bidang Prestasi Kunci (BPK) oleh Top
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
173
Management, selanjutnya BPK diturunkan ke Line Manager sebagai acuan menyusun program Rencana Kegiatan Individu bagi para karyawan (PM/L/17). Idealnya setiap 3 (tiga) bulan sekali Manajer Lini melaksanakan monitoring pencapaian program kerja, apabila ada masalah dalam pencapaian target, dicatat dalam laporan triwulan, demikian pula apabila ada pekerjaan melebihi target baik waktu atau kuantitas/kualitas atau pekerjaan di luar program/RKI. Dengan demikian kompulasi Laporan Triwulan menjadi dasar penilaian performasi individu atau dikelola dengan Nilai Kinerja Individu (NKI). Sedangkan untuk memotivasi instruktur, setiap tahun sekali diadakan pemilihan instruktur terbaik dengan kriteria penilaian yang meliputi NKI. Nilai kompetensi dan tingkatan brevet, selain itu juga kepada para instruktur diberikan brevet yang didasarkan pada penilaian seluruh kegiatan instruktur antara lain meliputi jumlah jam mengajar, pengembangan materi, pengembangan diri dan feedback. Untuk mengembangkan potensi para instruktur/karyawan diberikan pelatihan-pelatihan/progran magang sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan. Program-program eksisting yang memperkuat terwujudnya performansi yang tinggi antara lain: a. Nilai SKI sebagai acuan untuk kenaikan gaji dasar dan sebagai dasar pertimbangan pemberian penghargaan. b. Kelebihan jam mengajar bagi instruktur diberikan honor yang besarnya disesuaikan dengan tingkatan brevet. c. Pemberian bantuan pembelian buku bagi peraih penghargaan instruktur terbaik.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
174
Komunikasi yang efektif dan kerjasama dalam hal sharing pengetahuan/ keterampilan dilakukan sebagai berikut: a. Komunikasi/kerjasama yang efektif antar unit dilakukan melalui pemahaman dan masing-masing process owner terhadap konteks diagram (hubungan antar unit) karena dibuat bersama-sama. b. Penyebaran informasi melalui rapat manajemen, komunikasi melibatkan manajer dan staf senior disebut RM II sedangkan untuk informasi yang terbatas disebut RM I. c. Jurnal Divisi Diklat yang berisikan informasi aktual kegiatan Divisi Diklat. d. Lembaran informasi yang menyatu dengan slip gaji, berisikan informasi yang berkaitan dengan kebijakan SDM, pencapaian tunjangan prestasi dan berita duka. e. Tatap muka dengan karyawan. f. Pelatihan-pelatihan team building mulai dari tingkat pelaksana sampai dengan top management. Karyawan Divisi Diklat terdiri dari tenaga administrasi dan instruktur. Untuk karyawan, identifikasi keterampilan dan kemampuan dilaksanakan berdasarkan core business & supporting yang related dengan core business PT. Krakatau Steel yang disesuaikan dengan jenjang keterampilannya. Untuk mengidentifikasi skill yang dibutuhkan sebagai instruktur dilakukan melalui assesment yang berpedoman pada KK Nomor: KK.35/PD.000?LAT-022/1999 tanggal 24 Pebruari 1999 tentang Pola Pengembangan Instruktur.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
175
Sedangkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak terkait langsung dengan core business PT. Krakatau Steel namun diperlukan, (low skill, tenaga ahli yang dipelihara) dilakukan outsourcing yang berpedoman pada KD.40/HK,250/SDNI12/2000 tanggal 19 Oktober 2000, sedangkan untuk outsourcing instruktur dilakukan melalui proses seleksi sesuai dengan KK Nomor: 282/HK.240/LAT00/98 tanggal 28 Oktober 1998 tentang Pengadaan Jasa Pelatihan/Pendidikan di lingkungan Divisi Diklat.
7. Pendidikan dan Pelatihan dalam Rangka Pengembangan Pegawai Untuk jangka panjang, program pendidikan/pelatihan penjenjangan dirancang oleh corporate berdasarkan kebutuhan perusahaan dan diikuti oleh para karyawan melalui proses seleksi. Program pendidikan dan pelatihan bagi karyawan disusun setiap tahun berdasarkan usulan sesuai kebutuhan individu dan unit kerjanya melalui identifikasi dan merencanakan jenis-jenis diklat yang ditetapkan oleh masingmasing Manajer Lini kemudian dianalisa oleh Bagian SDM berdasarkan relevansi dengan tugas yang bersangkutan dan ketersediaan anggaran (PML/04). Untuk meningkatkan performansi pegawai Divisi Diklat secara umum dilakukan diklatdiklat yang bersifat mandatori. Dalam merancang program pelatihan khususnya bagi kebutuhan Instruktur dilakukan sesuai dengan kebutuhan customer dan perkembangan trend bisnis, sebagai contoh: pelatihan bahasa Inggris sebagai persiapan pelaksanaan training internasional, program sertifikasi instruktur untuk CISCO dan LUCENT. Yang
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
176
dilakukan baru-baru ini pelatihan Neuro Associative Conditioning (NAC System), untuk account manager mengikuti pelatihan product knowledge Divisi Diklat. Melalui identifikasi kebutuhan diklat, untuk meningkatkan skill dan kompetensinya karyawan diberi kebebasan untuk merencanakan diklat yang dibutuhkan sesuai dengan tuntutan pekerjaannya kemudian dianalisa oleh Manajer Lininya. Untuk instruktur mengikuti pelatihan lebih banyak dimaksudkan untuk memberikan wawasan dan penambahan pengetahuan sebagai bahan dalam proses belajar mengajar. Caranya, dilakukan dengan membandingkan antara kebutuhan pendidikan/pelatihan dengan bidang tugasnya juga dengan mempertimbangkan data pelatihan yang pernah diikuti (HRMIS). Dalam pelaksanaannya, pendidikan dan pelatihan dilakukan dengan memanfaatkan lembaga pendidikan/pelatihan yang ada di PT. Krakatau Steel atau dilaksanakan melalui outsourcing dengan memanfaatkan lembaga lain. Unit kerja SDM dalam penyelenggaraan pelatihan berfungsi dalam menyelesaikan administrasi mulai dari pendaftaran sampai dengan pembayaran. Selesai mengikuti pendidikan/pelatihan, karyawan diharuskan membuat laporan dan menyebarluaskan hasil pelatihan yakni mempresentasikan atau menginformasikan kepada rekan sekerja di unit kerjanya hasil pelatihan yang diikutinya, sedangkan manfaat hasil pelatihan dipantau oleh Manajer Lini (PM/L.05). Arahan kunci pengembangan dan kebutuhan pelatihan untuk pegawai (termasuk pegawai baru) ditentukan sebagai berikut:
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
177
a. Untuk karyawan, proses pelatihan disesuaikan dengan gap kompetensi dan pengembangan karir. b. Untuk karyawan baru diberikan orientasi dan program induksi. c. Untuk karyawan yang melaksanakan mutasi ke Divisi Diklat diberikan orientasi ke bagian-bagian terkait. Sebelumnya perlu mempelajari buku orientasi yang berisikan struktur organisasi beserta uraian pekerjaan, bisnis proses Divisi Diklat baik summary maupun detail procedur. Diklat penjenjangan untuk bidang kepemmipman dan manajerial dilaksanakan melalui: a. Diklat penjenjangan SUSLIA I dan II. b. Diklat penjenjangan SUSPIM I, II, III dan IV. Untuk mengikuti Diklat tersebut dibuka secara umum dengan mengikuti persyaratan sebagai berikut: a. Nilai SKI dalam grade terakhir minimal P1 dalam satu tahun terakhir atau P2 dalam dua tahun terakhir atau P3 dalam tiga tahun terakhir atau P4 dalam empat tahun terakhir. b. Lulus seleksi, dan c. Memenuhi persyaratan lainnya sesuai peraturan yang berlaku Untuk diklat reguler/vocational belum ada pengaturan bagi peserta diklat yang mendapatkan nilai terbaik, sedangkan untuk pelatihan penjenjangan bagi peserta yang mendapat peringkat teratas ada treatment lain bagi pengembangan kariernya.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
178
Proses meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam tugas dilaksanakan melalui peningkatan kompetensi karyawan yang didasarkan pada pendidikan dan pengalaman kerja serta penyebaran informasi setelah mengikuti pelatihan kepada rekan kerja.
8. Lingkungan Kerja Dalam rangka menciptakan suasana yang sejuk, nyaman dan aman, Divisi Diklat menempuh cara-cara sebagai berikut: a. Untuk kepentingan kesehatan bagi karyawan/tamu yang hendak merokok disediakan smooking area di luar ruang kerja. b. Untuk keamanan dari bahaya kebakaran, setiap lokasi kerja disediakan APK yang cukup dan fire hydrant, sedangkan untuk petugas keamanan diberikan pelatihan-pelatihan untuk penanggulangan bahaya kebakaran/huru-hara. c. Untuk pengamanan dan kerapihan dokumen diberlakukan program BIR (Bersih, Indah dan Rapih) yang harus dilaksanakan oleh setiap karyawan. Untuk meningkatkan iklim kerja yang berkaitan dengan pelayanan kepada karyawan, dilakukan sosialisasi peraturan perusahaan yang menyangkut hak-hak dan benefit karyawan, tunjangan prestasi didasarkan pada kinera unit. Adapun dalam pelaksanaannya untuk pelayanan seperti pemberian penghargaan masa kerja, benefit, uang perumahan dilakukan secara otomatis berdasarkan data karyawan dan untuk layanan lainnya seperti cuti, biaya pengobatan diberikan setelah ada pengajuan dari karyawan yang bersangkutan. Divisi Diklat dalam proses rekrutasi maupun penempatan karyawan tidak ada unsur diskriminasi suku, ras dan agama. Proses rekrut dilaksanakan secara
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
179
terbuka karena seleksi dilaksanakan secara fair. Tidak ada pengaturan khusus berkaitan dengan iklim kerja. Proses untuk menentukan indikator/faktor-faktor penentu yang dapat mempengaruhi kesejahteraan, kepuasan dan motivasi karyawan dilakukan dengan mengasumsikan 5 faktor, yaitu: sistem, manajemen, lingkungan, pekerjaan dan rasa
memiliki
yang
diputuskan
dalam
Rapat
Manajemen
(RM)
dan
pelaksanaannya dilakukan melalui survai kepuasan pelanggan. Pengukuran kepuasan karyawan diasumsikan bahwa dengan basil survai minimal 60% menunjukkan bahwa pegawai sudah merasa puas (puas apabila mencapai 100%), misal: melalui kuesioner Divisi Diklat menunjukkan bahwa pegawai menilai kebijakan manajemen adalah 53,7%, hasil ini belum puas karena masih di bawah 60%. Temuan adanya ketidakpuasan dari pegawai pada tahap pertama dianalisa oleh SDM kemudian diinformasikan dalam RM 1 (anggotanya para senior manajer/Kabid) kemudian Kadiv memutuskan tindak lanjutnya.
9. Pengelolaan Proses 1) Proses Perancangan Produk dan Layanan Seluruh proses yang ada di Divisi Diklat telah dibuat secara sistematis dan berjenjang
dari
proses
bisnis,
diagram
konteks
dan
prosedur
yang
didokumentasikan dalam quality manual serta procedure manual. Proses-proses yang ada di dalamnya disusun sesuai dengan Standar Internasional ISO 9001, dan telah mendapat sertifikat ISO 9001 pada tahun 1997 oleh badan sertifikasi ISO 9000 Llyod's Register.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
180
Untuk menjaga konsistensi terhadap pelaksanaannya, maka sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam ISO 9001 setiap 6 (enam) bulan dilakukan audit oleh Internal Auditor Divisi Diklat di samping audit dari Badan Sertifikasi Llyod’s Register. Divisi Diklat dalam melakukan pengembangan jasa pendidikan dan pelatihan dibedakan dalam dua jenis diklat yaitu pengembangan diklat yang didasarkan atas perkembangan manajemen dan teknologi (diklat reguler) dan pengembangan pelatihan atas dasar permintaan customer (on request). Proses tersebut diharapkan ada dalam diagram konteks product design yang terdiri dari prosedur-prosedur: a. Order Identification (PM/G/01) b. Training Product Development Planning (PM/G/02) c. Product Spesification (PM/G/03) d. Training Design (PM/G/04) e. Realization Evaluation (PM/G/05) f. Training of Trainer Program (PM/G/06) Hasil product design diselenggarakan setelah Kursil (Kurikulum dan Silabus) disyahkan oleh Kepala Divisi, dan proses selanjutnya mengacu pada proses product delivery (diagram konteks D) yang terdiri dari prosedur sebagai berikut: a. Pree Class Preparation (PM/D/01) b. Training Activity (PM/D/02)
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
181
Khusus untuk pelatihan teknik atau pelatihan lainnya yang menggunakan fasilitas laboratorium prosesnya menggunakan prosedur Laboratory Training Process (PM/E/03). Secara garis besar proses product design seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Kebutuhan Pelatihan
Kajian bisnis dan analisis lapangan
Pembentukan tim proyek pengembangan
Pelaksanaan pengembangan materi
Evaluasi dan mengesahkan disain materi
Gambar 4.2 Proses Product Design Sumber: Divisi Diklat PT. Krakatau Steel, 2008
Dengan semakin berkembangnya teknologi khususnya di bidang baja, Divisi Diklat sebagai lembaga pelatihan yang bergerak di bidang teknologi perbajaan dituntut untuk mampu menyelenggarakan diklat sesuai dengan perkembangan teknologi. Dalam upaya mengakomodir perkembangan teknologi baru tersebut, Divisi Diklat dalam melakukan disain pelatihan, terlebih dahulu memperhatikan masukan dari customer maupun kebijakan corporate yang dilakukan dengan cara: a. Evaluasi terhadap penyelenggaran diklat dapat diambil dari umpan balik peserta diklat (UBPP) yang dilakukan oleh seluruh peserta diklat setiap akhir pelaksanaan diklat sesuai dengan prosedur PM/D/02 (Training Activity). b. Evaluasi terhadap kepuasan pelanggan melalui survai terhadap peserta yang telah mengikuti pelatihan serta survai terhadap corporate customer yang dilakukan setiap enam bulan sesuai dengan prosedur PM/1/03 (Post Training Evaluation). Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
182
c. Survai kebutuhan pelatihan, yang dilakukan melalui market survey oleh pemasaran sesuai dengan prosedur PM/A/0l (Market Survey). d. Menjabarkan kebijakan strategis perusahaan. e. Masukan dari pihak eksternal lainnya. Divisi Diklat dalam melakanakan disain diklat selalu menetapkan target waktu yang disepakati bahwa maksimum penyelesaian proyek adalah 3 bulan dihitung mulai dari perencanaan proyek sampai dengan laporan penyelesaian proyek dengan kegiatan yang meliputi Order Identification, Training Product Development Planning, Product Specification, Training Design, Realization Evaluation, Training of Trainer Program. Setiap proyek tersebut didokumentasikan dan dievaluasi yang meliputi: biaya, target waktu penyelesaian, materi diklat dan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan proyek yang akan datang. Setiap proses disain mempertimbangkan pencapaian terhadap sasaran mutu Divisi Diklat antara lain: a. Kepuasan pelanggan b. Komplain terhadap produk c. Kualitas instruktur d. Kualitas materi pelatihan e. Inovasi Keseluruhan hasil disain baik yang berupa disain materi diklat yang sifatnya on request maupun reguler, terlebih dahulu dilakukan verifikasi, validasi, uji coba oleh tim proyek yang dilakukan pada pelatihan angkatan pertama. Proyek dinyatakan selesai apabila hasil evaluasi dan feedback telah ditindaklanjuti.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
183
Untuk memastikan bahwa hasil rancangan materi disajikan sesuai dengan tujuan pelatihan, setiap instruktur terlebih dahulu diberikan training secara khusus oleh tim proyek pengembangan materi yang dikenal dengan Training of Trainer (Micro Teaching). Proses produksi dan proses penyelenggaraan merupakan proses utama dalam proses Bisnis Divisi Diklat, karena hasil produksi
dan hasil
penyelenggaraan merupakan persyaratan kunci bagi kinera Divisi Diklat. Proses tersebut didokumentasikan dalam prosedur Pre Class Preparation (PM/D/01) dan Training Activity (PM/D/02). Hasil dari penyelenggaraan diktat yang mengacu pada prosedur di atas dilakukan melalui pengukuran terhadap kualitas penyelenggaraan yang ditentukan melalui indikator performasi yang dituangkan dalam format UBPP meliputi: a. Kualitas instruktur b. Kualitas hand out/materi c. Kualitas sarana Untuk mendukung performansi penyelenggaraan diklat, maka pada setiap penyelenggaraan
pelatihan
dilakukan
pemeriksaan
tingkat
kesiapan
penyelenggaraan oleh bagian Penyelenggara Pelatih (Ratih) dengan menggunakan check list perlengkapan dan kelengkapan pelatihan antara lain: meja kursi, overhead projector atau LCD projector, layar, lampu, penerangan, white board atau flip chart, hand out siswa dll. Selain itu juga diperiksa faktor pendukung seperti kesiapan asrama, kafetaria, snack dan makan dll.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
184
Setiap akhir pelatihan seluruh peserta diminta untuk memberikan umpan balik (UBPP), dimana hasil dari umpan balik akan dievaluasi dan dianalisa (kriteria 4.2), sebagai bahan masukan untuk proses improvement penyelenggaraan diklat berikutnya, hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kualitas penyelenggaraan diklat. Di samping itu setiap 6 bulan hasil penyelenggaraan diaudit oleh internal audit, untuk memastikan bahwa sistem yang sudah dibangun sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya, serta dilakukan saran-saran untuk perbaikan proses lebih lanjut. Dengan makin berkembangnya teknologi serta metode pembelajaran, maka Divisi Diklat telah melakukan improvement terhadap media pembelajaran yang digunakan dan sistem pembelajaran, misalnya: Pemanfaatan infocus sebagai media presentasi untuk menggantikan over head projector, memanfaatkan media elektronik (internet) dan media video conference sebagai media untuk penyelenggaraan pelatihan dengan metode pembelajaran jarak jauh. Untuk perbaikan terhadap proses, diiakukan dengan cara perbaikan prosedur yang diusulkan oleh pemilik prosedur, maupun tindak lanjut hasil audit.
2) Proses Pendukung Dalam menyelenggarakan jasa pelatihan, di samping proses utama yang di antaranya adalah pengembangan diklat dan penyelenggaraan diklat, terdapat beberapa proses pendukung yang berpengaruh terhadap kualitas jasa pelayanan yang diberikan kepada customer internal maupun eksternal yang terdiri dari:
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
185
a. Dukungan langsung meliputi:
Proses administrasi yang terkait dengan penyelenggaraan pelatihan
Proses pelayanan informasi teknologi
Proses dukungan sumber daya manusia
Proses dukungan keuangan
Proses pembelian dan pengelolaan logistik
Proses kesekretariatan
b. Dukungan tak langsung meliputi: Perpustakaan Asrama dan kafetaria
10. Proses Administrasi yang Terkait dengan Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan Untuk memastikan bahwa kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara optimal dan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan, fungsi administrasi penyelenggaraan memegang peran yang sangat penting. Fungsi-fungsi tersebut meliputi: a.
Persiapan
penyelenggaraan
pelatihan
(prosedur:
PM/J/01/Training
Preparation, PM/J/03, Training Material control). b.
Dukungan administrasi diklat (Prosedur: PM/J/02 Feedback Compilation, PM/J/04 Class Activity Administration, PM/J/06 Preparation of Certificate).
c.
Dukungan administrasi keuangan (Prosedur: PM/J/05 Allowance Processing, PM/J/07 Generation of PM/J/07 Student Pocket Money).
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
186
d.
Monitoring instruktur (Prosedur: PM/J/08 External Trainer Qualification PM/J/09 Instructor Maintenance).
11. Proses Dukungan Pelayanan Informasi dan Teknologi Pelayanan informasi teknologi merupakan proses yang mendukung manajemen untuk mengelola informasi diklat, sehingga informasi pelatihan yang akurat dapat dengan cepat disajikan dengan memanfaatkan sistem komputerisasi sebagai sistem informasinya. Proses terkait dengan informasi dan teknologi meliputi: a. Pengamanan software (Prosedur: PM/K01 Security Control). b. Pengembangan dan modifikasi aplikasi (Prosedur: PM/K/01 Aplication Development and Modification). c. Sistem operasi dan pemeliharaan file (Prosedur: PM/K/01 Computer Operation,
PM/K/05
Restore
and
Disaster
Recovery,
PM/K/03
Documentation). 12. Proses Dukungan Sumber Daya Manusia Untuk menyediakan dan mendukung program pelatihan, keberadaan sumber daya manusia memegang peranan penting dalam menyelenggarakan pelatihan meliputi: a. Proses perencanaan SDM (Prosedur: PM/L/01 Human Resource Planing). b. Proses penyediaan SDM (Prosedur: PM//L/02 Placement dan PM/L/03 Orientation). c. Proses pengembangan SDM (Prosedur: PM/L/04 Training Identification PM/L/05 Training Provision, PM/L/06 Performance Appraisal, PM/L/07
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
187
Promotion and Rotation, PM/L/17 Preparation of Individual Performance Target). d. Pemeliharaan SDM (Prosedur: PM/L/08 Security, PM/L/09 Record Keeping, PM/L/10
Reward
and
Recognation, PM/L/11
Retirement, PM/L/12
Remuneration, PM/L/13 Process Grievance, PM/L/14 Leave Management, PM/L/15 Outside Assigment Administration, PM/L/16 Health and Welfare dan PM/L/18 Dicipline). 13. Proses Dukungan Keuangan Divisi Diktat Proses dukungan keuangan Divisi Diklat merupakan proses untuk mengelola
cash
dalam
rangka
mendukung
kegiatan
operasional,
mengkoordinasikan dan memonitor proses budgeting serta melaksanakan sistem akuntansi dalam kesesuan dengan penerimaan secara umum. Untuk mencapai tujuan tersebut keseluruhan proses dukungan keuangan dikelompokkan dan didokumentasikan dalam tiga bagian sebagai berikut: a. Proses Budgeting (Prosedur: PM/M/01 Budget Process, PM/M/02 Budget Monitoring). b. Proses pengelolaan Cash (Prosedur: PM/M/03 Weekly Cash Flow Plan, PM/L/04 Verification Process, PM/M/05 Payment Processing, PM/M/07 Billing Collection dan PM/M/08 Petty Cash Payment). c. Proses Accounting (Prosedur: PM/M/06 Accounting). 14. Proses Pembelian dan Pengelolaan Logistik Keberhasilan penyelenggaraan diklat dan terciptanya lingkungan kerja yang kondusif bagi seluruh pegawai, sangat memerlukan adanya dukungan fasilitas yang memadai. Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
188
Pengelolaan terhadap dukungan tersebut dilakukan melalui proses pembelian dan pengelolaan logistik yang meliputi: a. Sistem pembelian (Prosedur: PM/N/01 Purchasing). b. Monitoring vendor (Prosedur: PM/N/02 Vendor Qualification, PM/N/03 Vendor Maintenance). c. Pengendalian material (Prosedur: PM/N/04 Receiving, PM/N/05 Inventory Control, PM/N/06 Issues Material PM/N/12 Goods/Assets Disposal, PM/N/13 Management Asset). d. Pengelolaan sarana transportasi (Prosedur: PM/N/07 Vehicle Maintenance, PM/N/08 Vehicle Arrangement). e. Manajemen gedung dan perlengkapan (Prosedur: PM/N/09 Building and Equipment Preventive Maintenance, PM/N/10 Building and Equipment Repair). f.
Pengendalian kebersihan lingkungan kerja (Prosedur: PM/N/11 Pest Control).
15. Proses Kesekretariatan Proses kesekretariatan memegang peranan dalam hal penanganan informasi, memastikan kesesuaian dokumentasi yang valid berkaitan dengan hukum, pembinaan hubungan yang baik dalam lingkup hubungan internal maupun eksternal. Proses yang terkait dengan kesekretariatan tersebut meliputi: a. Pelaporan manajemen (Prosedur: PM/S/01 Management Letter, PM/S/04 Executive Report Processing). b. Penanganan pengunjung (Prosedur: PM/S/02 Visitor Handling). c. Penjadwalan rapat (Prosedur: PM/S/03 Scheduling of Meeting). d. Aspek hukum (Prosedur: PM/S/05 Legal Aspect). Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
189
16. Perpustakaan Untuk meningkatkan pengetahuan baik intern pegawai, peserta diklat maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan, Divisi Diklat menyediakan perpustakaan sebagai sarana untuk mendukung peningkatan pengetahuan tersebut. Proses yang terkait dengan dukungan perpustakaan meliputi: a. Pelayanan perpustakaan (Prosedur: PM/O/01 Membership Registration, PM/O/02 Books Circulation). b. Proses pengendalian buku (Prosedur: PM/0/03 New Book Purchase Request, PM/0/04 Book Processing, PM/O/05 Book Control and Update). c. Laporan bulanan perpustakaan (Prosedur: PM/O/06 Library Monthly Report). 17. Asrama dan Kafetaria Dukungan akan akomodasi dan konsumsi bagi peserta diklat merupakan bagian yang penting dalam memberikan pelayanan kepada peserta pelatihan. Dukungan di bidang asrama dan kafetaria didokumentasikan dalam suatu proses yang meliputi: a. Pengelolaan akomodasi (Prosedur: PM/P/01 Dormitory Arrangement, PM/P/02 Accomodation and Catering Order, PM/P/05 House Keeping Dormtoty and Cafetaria, PM/P/06 Loundry Service). b. Pelayanan Kafetaria (Prosedur: PM/P/03 Cafetaria Service, PM/P/07 Cafetaria Arrangement). c. Administrasi pembayaran (Prosedur: PM/P/04 Bill Verification). Keseluruhan proses di atas baik proses pendukung maupun inti dilakukan proses perbaikan secara berkesinambungan dengan menggunakan proses yang
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
190
sudah ditetapkan dalam suatu prosedur yaitu: PM/Q/01 (prosedur yang mengatur tentang sistem perbaikan dokumen sistem mutu) dan PM/Q/02 (Prosedur yang berisi proses perbaikan secara terus menerus terhadap kualitas pelayanan). Pelaksanaan prosedur PM/Q/01 dilakukan dengan cara mengajukan perubahan prosedur ke quality assurance yang mana sebelum dilakukan pengesahan prosedur atau catatan mutu, terlebih dahulu dilakukan verifikasi oleh pemilik proses dan bagian quality assurance untuk memastikan bahwa perubahan tersebut tidak menyimpang dari persyaratan standar mutu ISO 9001. Sedang untuk prosedur PM/Q/02 dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan action plan tentang mutu dan pelayanan yang berat dari hasil Rapat Manajemen (criteria 1.1) dan hasil pengukuran dan evaluasi kinerja (criteria 4.2) selanjutnya oleh tim perbaikan mutu diidentifikasi penyebab terjadinya penyimpangan performansi bisnis untuk dilakukan langkah perbaikan.
18. Proses Pemasok dan Hubungan Kemitraan Dalam memenuhi kebutuhan barang dan jasa bagi Divisi Diklat untuk jangka pendek (sifatnya sesaat), dilakukan kerjasama dengan supplier dalam hal sebagal berikut: a. Jasa pembuatan materi b. Jasa pengajaran (diklat) c. Jasa penyelenggaraan diklat d. Jasa akomodasi dan transportasi e. Alat tulis menulis f.
Penggandaan materi diklat
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
191
Dari beberapa macam pengadaan barang atau jasa di atas, yang merupakan pengadaan khusus adalah pengadaan jasa diklat, dimana sistem pengadaannya selain diatur dalam prosedur pengadaan barang dan jasa secara umum tapi diatur juga dalam suatu ketetapan Kepala Divisi Diklat No. KK282/h240/LAT-0098 tanggal 29 Oktober 1998 tentang pengadaan jasa pelatihan/pendidikan di lingkungan Divisi Diklat. Sedangkan untuk pengadaan barang dan jasa yang sifatnya jangka panjang atau kemitraan dilakukan dalam pengadaan barang dan jasa yang terdiri dari: a. Jasa cleaning service dan halaman/pertamanan. b. Jasa pengamanan c. Building Management d. Catering e. Materi dan instruktur untuk SUSPIM Proses pengadaan yang dilaksanakan oleh Divisi Diklat dibedakan dalam dua jenis pengadaan yaitu: a. Pengadaan barang dan jasa b. Pengadaan jasa pelatihan
19. Pengadaan Barang dan Jasa Proses pengadaan terhadap barang dan jasa tersebut dilakukan sesuai dengan standar mutu ISO 9001, dimana sebelum melakukan pembelian terlebih dahulu dilakukan seleksi vendor dengan prosedur PM/N/02. Dari hasik seleksi vendor tersebut, maka vendor yang memenuhi syarat (administrasi, referensi pekerjaan serta sistem pengawasan mutu yang diterapkan) didokumentasikan
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
192
dalam daftar vendor berkualitas. Terhadap vendor yang berkualitas tersebut untuk selanjutnya dilakukan negosiasi untuk menentukan vendor yang akan bekerjasama dengan Divisi Diklat. Proses seleksi vendor merupakan tahap awal dalam menentukan vendor yang memenuhi kualifikasi yang diharapkan. Tata cara dalam melakukan evaluasi vendor diatur dalam suatu dokumen pendukung SD/N-02/01 dimana komponen yang dinilai adalah: a. Kelengkapan administrasi yang memiliki bobot nilai: 20. b. Referensi perusahaan yang memiliki bobot nilai: 70. c. Sistem pengawasan mutu dengan bobot nilai: 10. Dari seluruh komponen tersebut hasilnya dijumlahkan untuk menentukan masuk dan tidaknya vendor ke dalam daftar vendor berkualifikasi. Vendor yang bisa dimasukkan ke dalam vendor berkualifikasi apabila jumlah nilai yang diperoleh lebih besar atau lama dengan 60. Sedang vendor yang mempunyai nilai di bawah 60 dinyatakan tidak lulus. Pertimbangan selanjutnya yang digunakan untuk memilih vendor di Divisi Diklat terdiri dari 3 aspek yang meliputi: a.
Harga
b.
Spesifikasi teknis
c.
Delivery time Evaluasi terhadap tiga aspek tersebut di atas dilakukan, oleh suatu tim
yang menguasai di bidangnya untuk menentukan maksimal 2 vendor yang berhak untuk melakukan negosiasi, dimana dari hasil akan ditetapkan 1 vendor sebagai pemenangnya. Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
193
20. Pengadaan Jasa Pendidikan dan Pelatihan Seperti halnya pengadaan barang dan jasa (non diklat), maka dalam pengadaan jasa diklat terlebih dahulu dilakukan seleksi vendor baik untuk vendor institusi maupun perorangan untuk menentukan apakah vendor yang bersangkutan dapat masuk dalam daftar vendor berkualifikasi dengan mengacu pada KK 282/HK240/LAT-24/98 tanggal 28 Oktober 1998. Seleksi terhadap calon vendor pelatihan meliputi aspek penilaian sebagai berikut: a. Untuk vendor institusi: - Administrasi dengan bobot nilai 10. - Komposisi SDM dengan bobot nilai 35. - Pengalaman dengan bobot nilai 55. Dari seluruh komponen tersebut hasilnya dijumlahkan untuk menentukan masuk dan tidaknya vendor ke dalam daftar vendor berkualifikasi. Vendor yang bisa dimasukkan ke dalam vendor berkualifikasi apabila jumlah nilai yang diperoleh lebih besar atau sama dengan 80. Sedang vendor yang mempunyai nilai di bawah 80 dinyatakan tidak lulus. b. Untuk vendor perorangan: -
Pengalaman dengan bobot nilai 20.
-
Rekomendasi dari institusi/perorangan (untuk calon vendor yang belum mempunyai pengalaman mengajar tapi dianggap mempunyai potensi) dengan bobot 5.
-
Latar belakang pendidikan dengan bobot nilai 25.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
194
-
Kemampuan dengan bobot nilai 50, dan dilaksanakan melalui presentasi di depan tim. Berbeda dengan tata cara yang dilakukan terhadap vendor institusi, untuk
vendor perorangan sistem penilaian dilakukan pada setiap tahap. Untuk memastikan bahwa performansi vendor termonitor secara periodik, Divisi Diklat melakukan proses pemeliharaan vendor (vendor maintenance/PM/ N/09) yang dilakukan satu kali dalam satu tahun. Faktor-faktor yang menjadi dasar dalam melakukan pemeliharaan terhadap vendor tersebut terdiri dari: waktu/ kirim/penyelesaian barang/jasa, kualitas barang/jasa, harga barang/jasa, dimana data-data tersebut diperoleh pada saat dilakukan penandatanganan berita acara serah terima barang/jasa. Sedangkan untuk instruktur dilakukan instructor maintenance dengan menggunakan PM/J/09 dan KK 282/HK240/LAT-24/98 tanggal 28 Oktober 1998, melalui evaluasi performansi secara berkala (triwulan) terhadap tiga aspek penilai yaitu kemampuan instruktur, pelatihan/pendidikan dan jumlah jam pelajaran yang telah dicapai selama proses belajar mengajar. Terhadap vendor yang telah bekerjasama dengan Divisi Diklat, khususnya vendor jangka panjang (partner) Divisi Diklat telah membantu meningkatkan performansi vendor yang dilakukan antara lain dengan cara: a. Tatap muka (pengarahan). b. Melibatkan petugas dan vendor untuk melakukan studi banding.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
195
E. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Manajemen Diklat yang diterapkan Sesuai dengan Visi dan Misi Perusahaan Dalam penyelenggaraan program diklat, ditawarkan beberapa program. Penawaran ini disesuaikan dengan kecenderungan yang akan dihadapi, disusun sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Strategi yang tepat perlu pula dibuat untuk dapat mencapai sasaran perusahaan secara optimal. Kecenderungan di masa depan ditandai dengan perubahan dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi, mengindikasikan perlunya Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dalam menanggulangi setiap kecenderungan yang akan dihadapi oleh perusahaan. Visi dan misi harus disusun dengan perencanaan yang matang. Karena hal ini juga sangat penting untuk kelanjutan perusahaan, di samping itu juga dapat membedakan antar satu perusahaan dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama.Visi PT. Krakatau Steel dikelola oleh SDM yang profesional dan mampu membuat pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Sedangkan misinya adalah mengembangkan usaha yang bertumpu pada mutu pelayanan untuk mencapai kepuasan pelanggan. Adapun strategi peningkatan mutu SDM dan mutu pelayanan dilaksanakan melalui diklat.. Dalam penyusunan program diktat di PT. Krakatau Steel, telah disesuaikan dengan visi dan misi perusahaan. Ditinjau dari pemaduan antara tujuan pimpinan dan tujuan bawahan dengan tujuan organisasi, maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
196
Gambar 4.3 No Positive Organizational Accomplisment Sumber: Blanchard, 1993:153 Melihat gambar di atas, diharapkan organisasi dapat menciptakan iklim yang dapat disesuaikan dengan berbagai pihak. Orang-orang dalam organisasi (para manajer dan bawahan), memandang apakah tujuan mereka sejalan dengan tujuan organisasi atau meskipun berbeda, namun tujuan tersebut dapat dipenuhi sebagai hasil dari upaya pencapaian tujuan organisasi, makin tinggi prestasi bawahan makin tinggi pula produktivitas organisasi. Situasinya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4.4 Integration of Goals of Management, Subordinates, and The Organization-Moderate Organizational Accomplisment Sumber: Blanchard, 1993:154
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
197
Salah satu cara yang dilakukan oleh para pemimpin yang efektif untuk menjembatani kesenjangan antara tujuan individual dengan tujuan organisasi adalah dengan menciptakan loyalitas para pengikutnya terhadap pimpinan. Pimpinan (dalam hal ini penyelenggara diklat), dalam melakukan tugasnya sebagai penyambung lidah antara para pengikut (peserta) dengan pimpinan yang lebih tinggi (perusahaan). Pimpinan seperti ini tidak mengalami kesukaran untuk dapat mengkomunikasikan tujuan organisasi dan tujuan bawahan. Apabila kesenjangan antara tujuan organisasi dengan tujuan bawahan telah terjembatani, maka secara keseluruhan tujuan perusahaan akan dapat dicapai secara maksimal sesuai dengan harapan semua pihak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program diklat yang dilaksanakan PT. Krakatau Steel melalui divisi diklat sudah disusun sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
2. Training Needs Assessment Manajemen Diklat untuk Penentuan Kebutuhan Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia sesuai dengan Tuntutan Formasi Organisasi dan Tuntutan Tugas Sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam menghadapi masa depan perusahaan yang makin kompetitif di era globalisasi adalah sumber daya manujsia yang bermutu, karena keinginan bagi setiap manusia di masa depan adalah peningkatan mutu hidup. Dengan meningkatnya mutu hidup, maka akan meningkat pula martabat kehidupan manusia. Untuk meningkatkan martabat kehidupan manusia haruslah diisi dengan sumber daya manusia yang bermutu dan hal ini harus disiapkan melalui life long learning.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
198
Selanjutnya masa depan, menuntut manusia-manusia yang bukan hanya sekerjar berfikir, tetapi manusia yang mampu berbuat. Untuk ini diperlukan pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan
(suistanable).
Diklat
merupakan sarana yang tepat untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Walaupun dalam penyelenggaraaan diklat di PT. Krakatau Steel telah disusun sesuai dengan formasi organisasi dan tuntutan tugas perusahaan di masa depan, namun dalam penyelenggaraannya belum ada perencanaan yang matang. Perencanaan hanya disusun dalam perencanaan jangka pendek, untuk setiap, program diklat. Hal ini terbukti ketika ditanyakan kepada Divisi Diklat. Dari kenyataan di lapangan, ternyata alumni diklat dalam melaksanakan tugasnya ada yang berhasil dan ada yang tidak berhasil. Mungkin dalam pelaksanaan diklat, peserta dididik dan dilatih secara homogen, sedangkan tugas yang menanti di lapangan adalah heterogen. Artinya, program diklat kurang disesuaikan dengan perencanaan. 3. Proses Penyelengggaraan Diklat dalam Pengembangan Kualitas SDM Dalam penyelenggaraan diklat di PT. Krakatau Steel, ditawarkan bermacam-macam
program/kurikulum.
Hal
ini
disesuaikan
dengan
kecenderungan yang akan dihadapi oleh perusahaan mencapai tujuan secara optimal sebagai pegawai PT. Krakatau Steel. Kecenderungan di masa depan terlihat bahwa terjadi perubahan dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi. Untuk mengantisipasi kecenderungan tersebut, diperlukan sumber daya manusia yang handal dalam menangani setiap kecenderungan yang akan dihadapi. Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
199
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam proses penyelenggaraan diklat antara lain: 1) Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar Identifikasi keutuhan belajar di sini adalah sebagai kegiatan dalam melakukan perencanaan dan mengorganisir peluang dan hambatan yang akan terjadi dalam proses pembelajaran sebagai acuan untuk mencapai efektifitas proses penyelenggaraan diklat dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia. Dalam kaitan perencanaan dan pengorganisasian kebutuhan belajar harus bersifat: (a) Rasional; (b) Berorientasi pada perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan baru; (c). Dilaksanakan dengan urutan tindakan yang sesuai dengan urgensi dan relevansi kompetensi perusahaan. 2) Pelaksanaan Proses Belajar Merupakan interaksi dalam proses kegiatan pembelajara berbasis kompetensi menempatkan peserta sebagai subyek diklat dan pusat perhatian, karena itu bimbingan dan pendampingan perlu dilaksanakan untuk mempercepat peserta dalam menguasai kompetensi. Daya dukung percepatan peserta diarahkan pada penjagjagan kompetensi yang telah dilaksanakan sebagai standar peserta untuk memulai program pelatihan, dalam kegiatran ini aspek yang menjadi pusat perhatian adalah strategi dan metode pembelajaran yang digunakan, bahan, media belajar, prasarana elajar, dan evaluasi yang dikembangkan. 3) Mengukur Tingkat Keberhasilan Lulusan Pada tingkatan hasil yang dicapai dalam implementasi diklat berbasis kompetensi dilakukan dengan membandingkan hasil test penjagjagan kemampuan
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
200
dengan hasil post-tes dan tes unjuk kerja, baik secara kualitatif maupun secra kuantitatif. Secara kualitatif ukuran keberhasilan dinyatakan dalam skala penilaian rata-rata peserta dapat menguasai kompetensi. Secara kuantitatif hasil diklat dilakuan melalui analisis terhadap seberapa banyak tujuan performansi telah dicapai peserta. Teknik yang digunakan dalam penjaringan kualitas lulusan dapat menggunakan teknik observasi langsung, wawancara, dokumentasi dengan berpedoman pada kriteria unjuk kerja sebagai persyaratan yang diperlukan agar dikuasainya kompetensi oleh peserta. Ada dua kompetensi yang diharapkan dalam proses pembelajaran bebasis kompetensi yaitu: 1) Kompetensi terlihat (visible); 2) Kompetensi tidak terlihat (invisible). Kompetensi terlihat merupakan aktualisasi kemampuan peserta dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berhubungan dengan tugas pokok. Kompetensi tidak terlihat merupakan perubahan dari prilaku peserta dalam karakter diri, motivasi, konsep diri dan kejujuran. 4). Menilai Unjuk Kerja Sebagai Komponen Diklat Keberhasilan suatu diklat berbasis kompetensi akan sangat berpengaruh pada aktifitas lulisan dalam perusahaan sebagai aplikasi hasil belajar. Ada dua kebutuhan yang diharapkan dari manajemen diklat berbasis kompetensi yaitu: kepentingan lembaga dan kepentingan personal. Pengaruh pada tataran perusahaan ditentukan oleh seberapa banyak hasil kerja yang ditampilkan peserta dalam perusahaan sesuai dengan uraian tugas dan kualitas pekerjaan, tingkat efesiensi biaya produksi, kuialitas dan kuantitas
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
201
produksi yang dihasilkan dapat menekan sekecil mungkin resiko akibat pekerjaan, efektifitas peralatan yang digunakan. Dampak secara personil bahwa hasil yang dicapai oleh lulusan dalam aplikasi terhadap kemampuan yang telah dimiliki sesuai dengan tugas dan tanggungjawab adalah adanya perubahan taraf hidup yang ditandai peningkatan karier, peningkatan pendapatan, kesehatan dan penampilan diri, kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah dimilikinya serta meningkatnya tingkat partisipasi dalam kehidupan sosial dan pembangunan masyarakat6 sekitar perusahaan. 5). Mengendalikan Program Diklat Berbasis Kompetensi Untuk menjaga keseimbangan antara input, proses, output dan keluaran, maka dibutuhkan pengendalian terhadap kegiatan program diklat secara keseluruhan sehingga tidak menyimpang dengan rencana diklat yangb telah disususn sebelumnya, kegiatan yang berhubungan dengan pengendalian program diklat adalah pengawasan, supervisi, monitoring, dan pelaporan. Kegiatan pengawasan biasanya dilakukan terhadap pengelola program diklat untuk mencapai tujuan diklat. Fungsi pengawasan diklat berbasis kompetensi yaitu: 1) mengetahui sejauhmana pencapaian tujuan performansi pelatihan yang telah dicapai peserta.; 2) membandingkan pelaksanaan dan hasil pelatihan; 3) memperbaiki program diklat yang sedang dilaksanakan. Dalam melakukan pengawasan maka kegiatan tersebut harus dirumuskan secara jelas terutama penetapanj tolak ukur keberhasilan, kedua pengukuran penampilan pelaksana program, dan memperbaiki penampilan dan kegiatan pelaksanaan diklat.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
202
Melakukan supervisi terhadap pelaksana program adalah suatu proses kegiatan di dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga pelaksana program sehingga program dapat terlaksana sesuai dengan proses dan hasil. Subyek yang menjadi sasaran supervisi adalah Pelatih dan sumber belajar dan sebagai pelaksana yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Kegiatan monitoring dalam program diklat berbasis kompetensi dilakukan secara sistematis dan terus menerus untuk menghimpun data dan informasi terhadap komponen-komponen program diklat yang sedang dilaksanakan. Komponen-komponen yang dimonitor adalah masukan sarana, masukan mentah, masukan lingkungan, proses pembelajaran, keluaran, dan dampak pelatihan. Masukan sarana yang dimonitor adalah keseluruhan sumber dan fasilitas yang dapat memungkinkan peserta melakukan kegiatan belajar seperti tujuan program, keterlibatan pelatih dalam proses pembelajaran, sumber belajar, modul, media, fasilitas dan biaya pelatihan. Masukan mentah yaitu antara lain: peserta dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya,cara rekrutmen, perkembangan belajar, unjuk kerja, tingkat partisipasi, kemampuan dalam menguasai kompetensi, pelayanan, dan harapan peserta. Masukan lingkungan yaitu: seluruh faktor lingkungan yang dapat menunjang pelaksanaan progran diklat meliputi: lingkungan belajar, lingkungan sosial, hubungan lembaga diklat dengan pihak perusahaan. Pelaporan dalam manajemen diklat berbasis kompetensi dilakukan untuk menyampaikan informasi tentang proses dan hasil. Kegiatan tersebut melibatkan peserta dan pelaksana diklat untuk perbaikan dalam penyelenggaraan diklat, laporan tersebut dilakukan
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
203
secara periodik terhadap proses dan hasil penyelenggaran diklat sebagai bahan informasi, bahan komunikasi, pertanggunganjawaban, dan dokumentasi serta bahan masukan untuk perbaikan terhadap penyelenggaraan diklat berikutnya. Untuk menghindari subyektivitas hasil pelaporan maka laporan hendaknya dilakukan secara menyeluruh, objektif, efisien, komunikatif, dan transparansi yang didistribusikan kepada semua pihak
yang berkepentingan dalam
penyelenggaraan diklat.
4. Faktor-faktor yang Mendukung dan Menghambat Penyelenggaraan 1) Faktor-faktor yang Mendukung Penyelenggaraan Diklat a. Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam suatu organisasi dibutuhkan sumber daya manusia baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan. Kerjasama keduanya akan mencapai hasil yang diharapkan perusahaan apabila sumber daya manusia yang terlibat dalam organisasi tersebut memiliki skill dan team work yang baik. b. Penyelenggara Dalam penyelenggaraan program diklat dibutuhkan penyelenggara (pengelola) yang profesional, karena keberhasilan diklat sangat ditentukan oleh personel-personel yang terampil dalam menangani program diklat tersebut (Harun, 2000:155). Human relation yang baik perlu dikembangkan dalam pelaksanaan
tugas.
Keterampilan
memimpin
perlu
ditampilkan
oleh
penyelenggara seperti: technical skill, human skill, dan conceptual skill. Dalam melaksanakan tugas, penyelerggyara diklat selalu mengacu kepada peraturan dan petunjuk pelaksanaan yang ada di perusahaan dan telah disusun
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
204
melalui assessment centre. Dalam penempatan jabatan penyelenggara telah diupayakan secara the right man on the right place. Berarti dalam menduduki suatu jabatan di PT. Krakatau Steel didasarkan kepada kemampuan/keahlian yang dimiliki personel dan disesuaikan dengan bidang tugas masing-masing personel tersebut. Berkaitan dengan masalah ini, Blanchard mengemukakan kontinum kepemimpinan yang berhasil dan yang efektif sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.5 Succesfuff and Effective Leadership Continuums Sumber: Blanchard, 1993:143 Dengan memperhatikan gambar di atas, terlihatlah bahwa apabila gaya kepemimpinan A tidak sesuai dengan pengharapan B, dan apabila B hanya melakukan pekerjaan karena posisi kuasa A, maka dapat dikatakan bahwa A adalah pemimpin yang berhasil tetapi tidak efektif. Tanggapan B sesuai dengan yang diinginkan A, karena dapat terpenuhi dengan memenuhi keinginan A. Sebaliknya, apabila gaya kepemimpinan A mengarah pada tanggapan yang berhasil dan B melakukan tugas tugas dengan sukarela dan merasa ada hasil yang
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
205
diperoleh, maka B menghormati dan mau bekerja sama dengannya, dengan menyadari bahwa permintaan A konsisten dengan tujuan pribadinya. Nyatanya, B merasa tujuan pribadinya itu dapat dicapai melalui aktivitas tersebut. Inilah yang dimaksud dengan kepemimpinan yang efektif.
c. Widyaiswara Widyaiswara merupakan faktor pendukung yang amat penting untuk mencapai
keberhasilan
penyelenggaraan
diklat.
Tanpa
ditunjang
oleh
widyaiswara yang profesional, sulit rasanya untuk mencapai tujuan diklat sebagaimana yang diharapkan. Widyaiswara bertugas mengajar dan melatih peserta diklat dengan kewajiban melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan pengabdian serta peningkatan pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan bangsa. Peningkatan
kemampuan
profesional
tenaga
kependidikan
adalah
pengembangan kualitas sumber daya manusia pendidikan yang ditempuh melalui pendidikan (life long learning). Dalam hal ini widyaiswara yang bertugas di divisi diklat perlu dikembangkan kompetensinya untuk meningkatkan kualitas, diklat dan produktivitas perusahaan. Dalam rangka peningkatan kualitas widyaiswara perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: (1) perlu dibuat sistem/aturan mengenai jabatan fungsional widyaiswara, (2) kompetensi widyaiswara perlu lebih ditingkatkan; (3) perlu penetapan kriteria untuk profesional; dan (4) output diklat akan menjadikan karyawan PT. Krakatau Steel yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai konsumen.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
206
d. Peserta Peserta diklat merupakan aset perusahaan yang harus dikelola dengan maksimal. Dengan demikian, faktor peserta sebagai pendukung terselenggaranya diklat perlu diperhatikan dengan baik, ditinjau dari segi kepemimpinan, pelayanan, pengawasan, dan penilaian yang ditampilkan oleh penyelenggara serta widyaiswara. Walaupun secara langsung pengawasan dan penilaian dalam proses belajar
mengajar
telah
menjadi
tanggung
jawab
widyaiswara,
namun
penyelenggara juga ikut bertanggung jawab penuh atas semua kegiatan yang berlangsung di divisi diklat PT. Krakatau Steel. Peserta diklat di PT. Krakatau Steel beraneka ragam (heterogen) latar belakang kesarjanaannya. Melalui diklat mereka dididik dan dilatih untuk menyamakan persepsi dalam pelaksanaan tugas-tugas di masa yang akan datang. Calon peserta harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh PT. Krakatau Steel sebagai penyelenggara diklat. Melalui diklat diharapkan adanya peningkatan produktivitas personel dalam memajukan organisasi sehingga personel memiliki wawasan kerja dan keterampilan kerja yang luas dan diharapkan adanya perubahan sikap mental dalam melaksanakan tugas-tugas di lapangan. Dengan demikian, alumni diklat dapat lebih efektif, efisien, unggul, kompeten dan memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
e. Kurikulum/Metodologi Kurikulum adalah salah satu faktor yang amat penting dalam menunjang keberhasilan diklat. Tanpa penyusunan kurikulum yang matang dan menjangkau
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
207
kebutuhan perusahaan di masa depan, maka sulit untuk dapat mencapai tujuan yang maksimal sebagaimana yang diharapkan. Tujuan umum dari diklat ini, yaitu memberikan pembekalan kepada peserta didik agar dengan bekal pengetahuan yang didapat dalam diklat yang mereka peroleh mereka akan memiliki sikap yang profesional. Dengan demikian, peserta yang telah mengikuti prograam diklat diharapkan memiliki sikap dan budaya kerja dengan kebutuhan perusahaan serta memiliki pengetahuan teknis dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas sebagai tenaga pegawai dari berbagai jenjang yang ada. Dari hasil wawancara, diperoleh data bahwa penyusunan kurikulum sudah disesuaikan
dengan
kebutuhan
masa
depan
perusahaan
dalam
rangka
mengembangkan sumber daya manusia di lingkungan PT. Krakatau Steel. Tetapi dari data di lapangan diperoleh bahwa kurikulum yang ada sekarang ini masih dipandang belum mengakomodasikan kebutuhan operasional di lapangan. Dalam rangka kebutuhan di atas diberi peluang untuk mengadakan penyempurnaan kurikulum. Namun dalam perbaikan/perubahan belum dilaksanakan secara kontinyu. Untuk mengetahui apakah kurikulum yang telah disusun dapat mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan, tentunya diperlukan evaluasi yang baik dan benar. Evaluasi program diklat dalam proses belajar mengajar secara langsung dilaksanakan oleh widyaiswara. Evaluasi tersebut harus dilaksanakan secara kontinyu sejak awal sampai akhir proses penyelenggaraan diklat.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
208
Berkaitan dengan masalah evaluasi ini Laird (dalam Harun, 2000:164) mengemukakan salah satu hal yang dapat menolong kita dalam melaksanakan evaluasi adalah: That evaluation begins in the design phase-not after the program has ended. Dari ungkapan di atas, jelaslah bahwa evaluasi dimulai sejak fase perencanaan, bukan sesudah program berakhir. Evaluasi program diklat sangat bermanfaat untuk: (1) mengetahui keunggulan dan kelemahan diklat; (2) menentukan apakah penyelenggaraan program diklat perlu dilanjutkan; (3) mengetahui apakah hasil diklat yang diperoleh telah sesuai dengan harapan; (4) mengetahui apakah diklat merupakan investasi tenaga kerja dan uang dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM); dan (5) menambah reputasi, baik bagi organisasi maupun bagi personel dan mempunyai pengaruh terhadap penyelenggaraan diktat. Manfaat evaluasi program diklat akan terasa bagi peserta, widyaiswara, penyelenggara, dan sistem penyelenggaraan diktat. Lanjutan evaluasi program diklat (output) adalah evaluasi hasil (outcome), hal ini dapat dilaksanakan pada alumni diklat. Dalam evaluasi outcome, atasan langsung alumni tidak mempunyai pola standar untuk melaksanakan program evaluasi tersebut. Evaluasi terhadap alumni diklat dapat menjadi feedback bagi perusahaan umumnya dan terhadap sistem penyelenggaraan diklat khususnya. Model evaluasi feedback dapat dilihat pada gambar berikut:
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
209
(FEEDBACK LOOPS)
SUM OF PAST EXPERIENCE
MOTIVE BEHAVIOR
AVIABILITY
GOAL
Gambar 4.6 Feedback Models Sumber: Blanchard, 1993:175 Melalui program diklat diharapkan peserta yang telah mengikuti program diklat tersebut mengalami perubahan, baik dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan, maunun perubahan sikap. Hal ini dapat terlaksana apabila program diklat diselenggarakan dengan cara efektif dan efisien. Agar lebih cepat dalam proses pengenalan tugas-tugas di lapangan, alumni diharapkan harus bersikap proaktif dalam setiap pelaksanaan tugas untuk memadukan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dalam setiap aktivitas. Berkaitan dengan masalah ini Covey (dalam Harun, 2000:166) mengemukakan bahwa salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh individu yang efektif agar dapat bekerja dengan cara yang efektif pula adalah: Be proactive. Dengan demikian, individu yang efektif akan selalu mencari alternatif, selalu memilih dari berbagai alternatif, selalu mengontrol perasaan, selalu meningkatkan penampilan, memiliki imajinasi tinggi, selalu memiliki keinginan untuk merespon dan adanya rasa independen. Pengawasan merupakan salah satu aspek yang amat penting dalam pelaksanaan program diklat. Tanpa pengawasan yang benar-benar dilaksanakan
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
210
sulit untuk menentukan apakah tujuan yang ditetapkan sudah sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. Evaluasi program diklat telah dilaksanakan pada setiap tahapan, yang akhirnya dituangkan dalam surat keputusan kepala Divisi Diklat serta ditugaskan ke tempat tugas masing-masing. Pengawasan terhadap pelaksanaan setiap tahap dalam program diklat perlu ditingkatkan agar hasil yang diperoleh lebih efektif dan efisien. Dengan hasil yang baik, diharapkan diperoleh produktivitas organisasi yang tinggi. f. Sarana dan Prasarana Salah satu faktor pendukung penyelenggaraan diklat adalah sarana dan prasarana. Dalam penyelenggaraan diklat di PT. Krakatau Steel tersedia sarana dan prasarana yang sangat memadai. Mengingat PT. Krakatau Steel adalah perusahaan kelas dunia, maka penambahan pengetahuan bahasa asing terutama sekali bahasa Inggris sangat diperlukan. Ruang komputer diisi dengan fasilitas komputer yang sangat lengkap termasuk fasilitas internet-nya. Fasilitas yang tersedia lainnya seperti: ruang kuliah, proses dukungan pelayanan sistem informasi yang terpadu, laboratorium bahasa, asrama yang baik, laundry, perpustakaan, kafetaria, dan sarana lainnya. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa Divisi Diklat telah menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dengan sangat memadai.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
211
g. Dana Dalam melaksanakan setiap kegiatan semua organisasi membutuhkan dana yang dapat memenuhi kebutuhan untuk menunjang kegiatan tersebut. Dalam hal ini, Divisi Diklat telah menyediakan dana yang dapat mencukupi kebutuhan peserta diklat yang bersumber dari perusahaan yaitu PT. Krakatau Steel. Dana yang tersedia sudah mencukupi kebutuhan, sehingga diharapkan kegiatan program diklat akan terselenggara dengan sebaik-baiknya. Kesimpulan yang didapat bahwa dana yang tersedia di Divisi Diklat sudah mencukupi kebutuhan, malahan peserta diberi tunjangan operasional setiap bulannya. Dengan tersedianya dana yang mencukupi kebutuhan, maka diharapkan program diklat akan dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya.
2) Faktor-faktor yang Menghambat Penyelenggaraan Diklat Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa tidak ada faktor-faktor yang secara langsung menghambat penyelenggaraan diklat di Divisi Diklat PT. Krakatau Steel.
F. Keunggulan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan Penyelenggaraan Diklat melalui Analisis SWOT Untuk lebih Jelasnya dapat dilihat pada hasil analisis alternatif strategi berdasarkan analisis SWOT berikut ini:
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
212
Tabel 4.1 Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis SWOT
SWOT
EXTERNAL
OPPORTUNITY
THREAT
INTERNAL
STRENGTH
WEAKNESS
PERTAHANKAN/ TINGKATKAN
TELITI LEBIH LANJUT/ USAHAKAN - TINGKATKAN PELUANG - ATASI KELEMAHAN
HADAPI ANCAMAN/ PERJUANGAN
HINDARI/TUTUP
Untuk dapat mencapai tujuan diklat secara optimal, program diklat harus mempunyai
keunggulan-keunggulan
yang
menonjol.
Dengan
banyaknya
keunggulan yang dimiliki oleh divisi diklat, maka keberadaan diklat akan lebih dirasakan baik oleh penyelenggam widyaiswara, peserta, dan pemakai hasil diklat itu sendiri, bahkan dapat pula dirasakan oleh pelanggan (masyarakat konsumen), karena PT. Krakatau Steel secara keseluruhan adalah milik publik (masyarakat). 1. Menghadapi Era Kompetitif Era globalisasi sektor baja dengan adanya UU No. 36 tahun 1999, maka akan muncul kemampuan bersaing menghadapi pasar bebas. Untuk itu PT. Krakatau Steel harus mampu tetap eksis pada pasar bebas saat ini dengan tetap pada posisi sebagai berikut:
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
213
a. Mempertahankan loyalitas pelanggan potensial. b. Mempertahankan posisi sebagai market leader. c. Meningkatkan pendapatan melalui peningkatan pelayanan. Faktor yang dapat menentukan keberhasilan memenangkan persaingan dalam mempertahankan pelanggan potensial antara lain sebagai berikut: 1) Peningkatan Skill Karyawan Perusahaan Suatu program yang dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi karyawan PT. Krakatau Steel. Kompetensi karyawan akan meningkat jika materi yang diberikan dapat dipahami dan dimengerti dengan mudah di tempat kerja. Bobot materi pelatihan telah dibuat sesuai level dan tingkatan dari pengalaman kerja yang disebut Training Path, sehingga diperlukan penyaringan dan pengelolaan pelatihan berdasarkan Training Path, agar semua materi pelatihan dapat diterima secara sistematis yang akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap karyawan. Diutamakan personal yang bertugas di Front Desk (bagian
pelayanan)
dapat memberikan pelayanan yang baik
dengan sasaran -
Menekan biaya operasi perusahaan, dan meningkatkan penjualan.
-
Bentuk-bentuk pengembangan pelayanan lainnya dalam arti berani memutuskan kebijakan yang belum diatur dalam perusahaan
Untuk membentuk petugas tersebut harus mendapatkan pelatihan sesuai skill di atas minimal adalah: -
Kemampuan memahami bisnis dan permasalahan client-nya yang berkaitan dengan kebutuhan fasilitas telekomunikasi.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
214
-
Mempunyai kemampuan atau pengetahuan yang cukup tentang seluruh produk-produk PT. Krakatau Steel.
-
Mempunyai pengetahuan tentang seluk beluk sistem informasi dan kemampuan menjual ide atau meyakinkan orang lain melalui oral communication (komunikasi lisan).
2) Cost Leadership (keunggulan biaya) Cost Leadership merupakan faktor keunggulan bersaing yang paling sensitif bagi pelanggan, dengan melakukan pembenahan sistem dan prosedur operasional. 3) Customer Intimacy (pendekatan pelanggan) Merupakan suatu nilai yang dianut perusahaan, untuk mendekatkan dirinya dengan pelanggan. Perusahaan tidak hanya menjual produk/jasa tetapi juga memberikan total solusi. Customer Intimacy memusatkan diri pada usaha menyampaikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan tertentu, bukan menyampaikan apa yang dibutuhkan dan diinginkan pasar, antara lain: a. Mempribadikan pelayanan dasar dan bahkan menyesuaikan produkproduk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. b. Terjun langsung ke lapangan bila terjadi sesuatu sistem yang tidak bekerja dengan baik dan mengembalikannya pada posisi sebenarnya. c. Menawarkan solusi total yang tidak tertandingi di pasar. d. Memberikan pelatihan cara penggunaan produk dan bila perlu sampai ke pelatihan operasi dan maintenance perangkat yang digunakan.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
215
4) Product Differentiation Product Differentiation merupakan hasil inovasi dari kreatifitas untuk menciptakan keunikan atau menjadi unik dalam berbagai dimensi, yang secara umum keunikan tersebut masih diterima dan disukai oleh pelanggan. Produk differensiasi didasarkan kepada produk itu sendiri, mulai dari sistem packaging produk, pendekatan pemasaran dan faktor-faktor lainnya. Dan pemilihan ini dipandang oleh banyak pembeli dapat menaikkan harga jual, karena penghargaan terhadap hasil ciptaan yang unik tersebut.
2. Pemasaran dalam Era Kompetitif Pemasaran merupakan suatu variabel yang sangat menentukan situasi persaingan yang akan datang, untuk itu maka perlu mempelajari kerangka kerja dalam konseptual pemasaran yaitu: a. Memeriksa posisi “bentuk perusahaan” dibanding “situasi persaingan” yang ada. b. Menyusun strategi bersaing sesuai hasil pemeriksaan. c. Meningkatkan daya saing perusahaan sesuai dengan strategi yang telah ditentukan. Di dalam lingkaran STV (Strategic, Tactic, Value) pemasaran, seharusnya nilai pemasaran menjadi landasan berpikir. Tapi mungkin saja, setelah strategi dan taktik pemasaran ditentukan, nilai pemasaran kemudian bergeser. Pada lingkaran strategi, taktik, dan nilai pemasaran itu sendiri terdapat masing-masing tiga elemen yang saling berinteraksi dan mempengaruhi:
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
216
1. Lingkaran strategi Persaingan (S) a. Segmentasi, menyangkut cara membagi pasar dengan menggunakan variabel tertentu. b. Targeting, memilih satu atau lebih segmen pasar yang dijadikan pasar sasaran (target market). c. Positioning, berkaitan dengan posisi yang diinginkan ada di benak konsumen. 2. Lingkaran Taktik Pemasaran (T) a. Differentiation, berkenaan dengan cara mengkongkritkan suatu strategi pemasaran dalam segala macam aspek terkait di perusahaan yang membedakannya dart perusahaan lain. b. Marketing Mix, menyangkut produk, harga, tempat serta promosi sesuai dengan strategi pemasaran. c. Selling, mengacu pada usaha untuk membuat konsumen membeli tawaran sesuai dengan strategi pemasaran. 3. Lingkaran Nilai Pemasaran (V) a. Brand, berkaitan dengan prinsip perusahaan dalam meningkatkan brandequity. b. Service, menunjuk pada prinsip perusahaan dalam, meningkatkan service quality pada pelanggan. c. Process, berkenaan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlibat dalam proses pemuasan pelanggan, baik secara langsung atau tidak langsung.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
217
Pada saat ini kebanyakan nilai pemasaran belum diterapkan dalam perusahaan secara serius, karena masih banyak diprioritaskan pada nomor satu dan dua di atas. Padahal Divisi Diklat dapat ikut terlibat dalam proses pemuasan pelanggan, sehingga diperlukan ide atau usulan dari masing-masing Divisi untuk ikut menyumbangkan pelayanan secara langsung maupun tidak langsung.
3. Visi, Misi, dan Diklat Untuk menyamakan persepsi dan pandangan ke depan dalam mengelola pelanggan perlu mendapat perhatian semua lini organisasi, sehingga diharapkan dapat membentuk sinergi antara sub divisi dan Corporate Office untuk menghasilkan “Competitive Value“. Nilai kompetitif ini akan membuat pelayanan PT. Krakatau Steel tetap unggul, walaupun pesaing manapun akan ikut menangani pelanggan. Untuk lebih tepat guna dalam implementasi strategis service vision ini, perlu dikenali terlebih dahulu karakteristik pelanggan zone 20 yang merupakan pelanggan bisnis yang memberikan kontribusi besar kepada perusahaan.
Sebagaimana
pelanggan
lainnya,
pelanggan
segmen
ini
menginginkan produk jasa yang memiliki karakteristik lebih cepat (faster), lebih murah (shaper), dan lebih baik (better). Kebanyakan perusahaan menghendaki agar teknologi informasi ke depan harus lebih memberikan peluang nilai tambah terhadap bisnis yang dikelola, termasuk layanan pelanggan meningkat, kualitas lebih baik, lebih murah yang pada
gilirannya
memberikan
kontribusi
terhadap
kenaikan
pendapatan
perusahaan.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
218
Dengan memperhatikan kondisi di atas, secara garis besar strategic service vision PT. Krakatau Steel harus mampu menjawab tantangan di atas dengan bersandar pada 5 (lima) keinginan pelanggan adalah: 1. Kehandalan pelayanan (Accuracy, responsiveness, dan realiability) yang artinya mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan tepat cepat dan memuaskan. 2. Kemudahan mendapatkan pelayanan (accessibilty). 3. Kesesuaian manfaat teknologi dengan kebutuhan bisnis. 4. Pelayanan pribadi (personalized service). 5. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan (conformity). Dengan keinginan pelanggan tersebut di atas semua divisi harus ikut andil dalam pertumbuhan bisnis tersebut, maka terlihat divisi diklat secara langsung dan tidak langsung harus dapat memberikan pendidikan dan pelatihan pada seluruh sumber daya manusia perusahaan yang akan menghadapi para pelanggan (customer). Untuk itu divisi diklat telah membuat visi dan misi yang mengandung value kepada Corporate Customer. Visi dan misi ini pada hakekatnya adalah memberikan total solusi kepada pelanggan melebihi dari apa yang diharapkan oleh pelanggan. a. Visi Divisi Diklat Menjadikan divisi diklat sebagai pusat pendidikan dan pelatihan kelas dunia dalam bidang industri baja guna mendukung rencana strategis perusahaan dalam mengembangkan sumber daya manusia.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
219
b. Misi Divisi Diklat Menyediakan jasa pendidikan dan pelatihan kelas dunia dalam bidang industri baja bagi pelanggan domestik dan intemasional. Divisi diklat telah mempunyai lebih kurang 25 jenis pendidikan/pelatihan, dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pendidikan dan pelatihan bagi pelanggan domestik dan internasional.
c.
Sasaran Divisi Diklat Memberikan kepuasan yang maksimal di bidang pendidikan dan pelatihan
kepada pengguna jasa, pemilik, karyawan, mitra usaha, kreditor, pemasok, pemerintah dan masyarakat.
d.
Strategi Divisi Diklat Mengutamakan pelanggan melalui penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan yang profesional untuk memberikan hasil terbaik bagi perusahaan, divisi diklat dan para karyawan. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang profesional adalah melalui suatu pelatihan yang ditempuh dengan berjenjang dengan sistem yang jelas, jika sistem pendidikan dan pelatihan tidak dikelola dengan baik maka hasilnya akan kurang bermutu. Tiga Pilar Divisi Diklat Divisi diklat harus menjadi pusat pendidikan dan pelatihan di bidang perbajaan yang terbaik dan terlengkap, dengan membangun citra centre of excelent. Untuk mencapai citra tersebut ada 3 (tiga) pilar budaya Divisi Diklat yang terpenting adalah: Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
220
1. Customer (pelanggan): dalam arti mengutamakan pelanggan melalui penyelenggaraan diklat, sehingga harus berorientasi pada pelayanan terhadap pelanggan antara lain: a. Peningkatan pelayanan. b. Kenali kebutuhan pelanggan. c. Antisipasi kemauan pelanggan. d. Jemput dari mana sumber pelanggan. 2. Karyawan: dalam arti seluruh karyawan divisi diklat mempunyai kualitas professional/ahli dalam bidangnya, sehingga harus diperbaiki kondisi karyawan antara lain: a. Penuhi kebutuhan instruktur: meningkatkan keilmuan, wawasan, inovasi. b. Perkuat staf divisi diklat: mempunyai predikat profesionalisme/ahli berorientasi sasaran perusahaan dan mempunyai kebiasaan budaya maupun organisasi dengan baik. 3. Divisi diklat mempunyai nama dan image yang selalu diingat pelanggan dengan baik, sehingga harus memenuhi kriteria antara lain: a. Performance atau mempunyai kinerja yang baik (sumber daya yang mendukung). b. Sebagai pusat keilmuan dan international training.
Isu dan Tantangan Divisi Diklat Dalam menghadapi era kompetisi global saat ini, divisi diklat sebagai divisi pendukung perusahaan publik kelas dunia harus mampu mengembangkan
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
221
dan mengimplementasikan kebutuhan-kebutuhan diklat baik, dari tingkat regional, nasional maupun tingkat internasional seperti: a. Mendukung program T-2010, AFTA, APEC, dll. b. Mampu bersaing dengan pihak luar dalam menciptakan sumber daya manusia yang profesional dan proporsional baik tingkat regional maupun internasional. c. Mampu sebagai divisi profit oriented dalam mengemban tugas perusahaan bertaraf dunia. d. Menyadari dan memperlihatkan adanya kompetitor di bidang diklat dan diatasi dengan peningkatan kemampuan divisi diklat. e. Mampu mempersiapkan diklat sesuai perubahan organisasi perusahaan (membuat link dengan pimpinan proyek), untuk bisnis customer. f. Mampu mengembangkan diklat sesuai trend teknologi. g. Mampu menyediakan diklat untuk kepuasan pelanggan.
G. Kebijakan Manajemen Divisi Diklat 1. Kebijakan Dasar Manajemen Divisi Diklat Dilandasi dengan kebijakan manajemen PT. Krakatau Steel maka dalam rangka mencapai tujuan organisasi divisi diklat dan sesuai dengan visi, misi, dan sasaran manajemen divisi diklat telah menetapkan kebijakan KEE (Kualitas, Efisiensi dan Efektif) dengan penjelasan singkat sebagai berikut: a. Kualitas Berkualitas adalah tuntutan bagi seluruh jajaran divisi diklat, berkualitas sebagai pengajar, pengembang, penyelenggara dan administrator.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
222
b. Efisiensi Selalu menempatkan dan menggunakan sumber daya manusia yang ada secara optimal. c. Efektif Setiap kegiatan selalu membawa hasil dan berhasil guna. Adapun
sasaran
KEE
meliputi:
Pengajar/instruktur,
Siswa/peserta
pelatihan, Sarana (kelas, perpustakaan, lab), Administrasi, Penunjang (ruang pengajar, asrama, dll). 2. Langkah-langkah Pelatihan
Kebijakan
Manajemen
Divisi
Pendidikan
dan
Langkah-langkah yang telah diambil dalam rangka meningkatkan kualitas divisi diklat agar dapat bersaing dalam masa mendatang antara lain: a. Program pelatihan/seminar/pendidikan bagi instruktur baik di dalam negeri maupun di luar negeri. b. Pembenahan perpustakaan dan buku. c. Pemanfaatan buletin, jurnal divisi diklat menjadi informasi diklat. d. Pembenahan dan inventarisasi laboratorium. e. Pengembangan materi diklat dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait. f. Melakukan kerjasama aliansi dengan institusi pendidikan/pelatihan dalam negeri maupun luar negeri. g. Melaksanakan kerjasama dengan institusi lain yang profesional untuk mengatasi keterbatasan laboratorium, instruktur dan materi diklat. h. Pembuatan dan pendistribusian katalog yang berisi jenis diklat dan training path intern/ekstern bagi karyawan perusahaan. Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
223
Analisis SWOT Di dalam Bab III telah diuraikan apa yang menjadi service vision pengelolaan pelanggan, untuk menyusun strategi yang implementatif terhadap pelaksanaan visi ini perlu terlebih dahulu dilakukan analisis SWOT sebagaimana dijelaskan di bawah ini: 1) Strength (Kekuatan) a. Account manager yang terlatih. b. Mempunyai pengalaman mengelola diklat teknik dan non teknik yang berkaitan dengan baja. c. Sebagian besar instruktur telah memiliki pengalaman lapangan. d. Sebagian besar laboratorium memadai. e. Mempunyai jaringan informasi antar unit. f. Metode diklat telah sesuai standar ISO. 2) Weakness (Kelemahan) a. Masih dirasakan adanya kekurangan dalam hal layanan bagi pelanggan potensial. b. Banyaknya pabrikan perangkat baja sehingga jenis diklat harus spesifik pabrikan. c. Sistem informasi yang belum terintegrasi. d. Tuntutan pelanggan potensial akan mutu layanan yang selalu meningkat karena banyaknya pilihan yang ditawarkan oleh operator lain. e. Jenis produk dan jasa layanan tidak seragam di antara divisi.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
224
f. Account Manager sebagai ujung tombak pelayanan dan pemasaran belum didukung dengan facility (kewenangan) dan backroom yang memadai, sehingga belum tercipta kemudahan bagi Account Manager dalam memberikan layanan total solusi kepada pelanggan. g. Kompetensi rata-rata Account Manager terutama pengetahuan dan kemampuan dalam memahami bisnis pelanggan bila dikaitkan dengan kemajuan teknologi perbajaan masih kurang memadai. h. Pengelolaan diklat berdasarkan training path belum optimal. i. Ketertinggalan teknologi laboratorium. j. Pengakuan terhadap instruktur belum memadai. 3) Opportunity (Peluang) a. Relationship yang telah terbina secara baik dengan pelanggan selama beberapa tahun yang lalu. b. Hadirnya teknologi baru memberikan peluang untuk melakukan upaya peningkatan dan pemenuhan kebutuhan diklat pada jajaran sumber daya manusia perusahaan untuk menghadapi pelanggan dengan pelayanan cepat. c. Masih banyak institusi pelatihan/pendidikan yang mau bekerjasama. 4) Threat (Tantangan) a. Keadaan pasar yang semakin mengglobal b. Image divisi diklat di mata customer. c. Alokasi anggaran untuk diklat relatif kecil. d. Pesaing penyelenggara diklat perbajaan di dalam maupun luar negeri.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
225
Solusi Permasalahan Untuk mengejawantahkan strategi service vision sebagaimana dijelaskan sebelumnya, diusulkan agar “tiga pemberdayaan” menjadi strategi pelaksanaan melalui diklat pada: (1) pemberdayaan sumber daya manusia, (2) pemberdayaan organisasi, dan (3) pemberdayaan teknologi dan sistem informasi. Strategi pelaksanaan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1) Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Misi divisi diklat merupakan penjabaran dari misi perusahaan yang mengembangkan sumber daya manusia profesional yang memiliki keahlian dalam bidang perbajaan dengan tetap memperhatikan produktivitas dan keuntungan perusahaan, perkembangan lingkungan sosial dan kesejahteraan karyawannya serta mengutamakan kepuasan pelanggan melalui penyediaan pelayanan lengkap dan terpadu (total servis) bagi seluruh pelanggan (customer). Dengan misi tersebut PT. Krakatau Steel sebagai badan usaha yang bergerak di bidang perbajaan menjadikan profesionalisme kerja merupakan hal yang penting bagi manajemen sumber daya manusia agar lebih adaptif dalam mengikuti perkembangan perusahaan dan lingkungan yang berubah cepat. Dengan demikian dibutuhkan perilaku (attitude and behavior) sumber daya manusia yang mendukung profesionalisme kerja agar tercapai produktivitas dan kesejahteraan yang optimal. Dalam pengelolaan sumber daya manusia tidaklah mudah, sehingga divisi diklat yang harus bertanggung jawab sepenuhnya. divisi diklat telah mempunyai program penjenjangan pelatihan (training path) dan pendidikan, namun sampai saat ini divisi diklat
hanya menerima pesanan pelatihan dari bagian SDM
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
226
setempat tanpa memperhatikan sistem pemberdayaan dan informasi yang benar. Seharusnya divisi diklat telah mempunyai data base seluruh nama pegawai bila perlu data pelanggan juga, sehingga dapat mengelola secara berurutan sesuai level yang akan ditempuh sehingga bagian SDM hanya bisa merubah jadwal pelatihan yang bersangkutan dan diklat harus berdasarkan training path yang dibuat oleh divisi diklat yang diterbitkan dalam katalog diklat. Sebagai contoh pada operasional pelayanan yang langsung menghadapi pelanggan yaitu bagian marketing, maka bagian marketing harus dapat melaksanakan strategic service vision PT. Krakatau Steel. Visi ini mengandung arti bahwa PT. Krakatau Steel menciptakan value corporate customer, dan diharapkan mampu memberikan andil terhadap pertumbuhan bisnis mereka. Dalam hal ini benefit bagi PT. Krakatau Steel meiupakan bagian dari pertumbuhan bisnis dari pelanggan.. Visi ini pada hakekatnya adalah memberikan total solusi kepada pelanggan melebihi dari apa yang diharapkan oleh pelanggan (customer). Sebelum mengupas lebih jauh pemberdayaan sumber daya manusia, ada baiknya mengetahui peran bagian marketing dalam menjalankan fungsinya. Idealnya bagian marketing mempunyai keahlian dan kewenangan sebagai berikut: a. Dapat membuat rencana pemasaran. b. Dapat membuat strategi pemasaran. c. Dapat memberikan solusi dan altematif untuk produksi baja. d. Dapat menentukan prioritas pelayanan. e. Dapat memberikan potongan harga (discount) sesuai ketentuan yang berlaku.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
227
f.
Dapat mengambil keputusan yang menguntungkan perusahaan.
g. Dapat melaksanakan administrasi dengan baik. Dengan kewenangan yang cukup besar tersebut, selain harus mempunyai skill dan pengetahuan yang cukup, juga diberikan fasilitas yang memadai, sehingga akan mendorong bagian marketing berkomunikasi dengan pelanggan yang pada umumnya terdiri dari hight level society. Bagaimana suatu kepuasan pelanggan akan dapat diwujudkan, jika tidak memperhatikan kepuasan karyawan perusahaan itu sendiri. Dan kepuasan karyawan tidak akan didapat tanpa memperhatikan lingkungan kerja internal, untuk itu sangatlah penting membuat sistem sedemikian rupa sehingga bagian marketing dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Suasana tempat kerja juga merupakan faktor penentu agar bagian marketing dapat bekerja secara optimal dan saling membantu satu lama lain, dan sebaliknya jika suasana tidak menyenangkan membuat bagian marketing tidak dapat melayani pelanggan dengan baik, sehingga tidak akan tercapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, untuk lebih memberdayakan bagian marketing perlu diciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Meskipun rata-rata bagian marketing sudah well educated, namun demikian upaya untuk meningkatkan skill individual tetap harus dilakukan. Divisi diklat mempunyai kewajiban yang berat yaitu mendukung dan melatih, sehingga seorang marketing dapat tetap memberi informasi/berkomunikasi dengan baik, khususnya dengan pelanggan. Di sinilah seharusnya
seluruh
sistem
dan
kewenangan,
tugas
marketing
dapat
disosialisasikan melalui diklat, sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti mengenai strategi yang akan dicapai perusahaan.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
228
2) Pemberdayaan Organisasi Konsep pengelolaan pelanggan eksisting sangat mengandalkan virtual organisasi marketing team, dimana Marketing Manager berada dalam struktur organisasi yang sangat penting, dan bagian marketing pun mengandalkan dukungan dan berinteraksi dengan unit-unit kerja di luar bagian marketing maupun divisi penunjang lainnya. Dalam hal ini maka diperlukan juga penyatuan visi dan misi diantara fivisi yang diharapkan dapat dikendalikan oleh manajer pusat sehingga dalam pelaksanaan pelayanan produk baja dapat seragam, bahkan tidak membuat bingung pelanggan (customer). Untuk itu Unit Pelayanan yang didukung oleh Divisi yang terkait maupun Divisi penunjang lainnya harus mampu mengoptimalkan keberadaannya, dengan adanya strategi yang mengarah pada hal sebagai berikut: a. Memantapkan market leader di industri baja dengan mempertahankan dan menumbuhkan kekuatan basis customer. b. Melakukan segmentasi (berdasarkan tipe industri) dan profiling pelanggan, sebagai dasar pengelolaan program customer visit dan account plan. c. Melakukan
komunikasi
interaktif
kepada
masing-masing
pelanggan,
memberikan konsultasi agar nilai perusahaan di mata customer meningkat atau memberikan pelatihan di Divisi Diklat. d. Memberlakukan diferensiasi paket layanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. e. Memasarkan produk baru dan jasa nilai tambah yang masih terkait.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
229
3) Pemberdayaan Teknologi dan Sistem Informasi Pemberdayaan
teknologi
pada
dasamya
adalah
penyiapan
dan
pengembangan infrastruktur untuk mendukung value keserasian manfaat teknologi dengan kebutuhan bisnis dan value keandalan pelayanan. Bila melihat kondisi sekarang, infrastruktur yang sudah dimiliki PT. Krakatau Steel. Di samping itu teknologi perbajaan berubah sangat cepat yang ditandai terjadinya konvergensi. Konvergensi ini mendorong pertumbuhan jumlah dan jenis produk baja yang dapat disediakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Perkembangan teknologi ini sekaligus melahirkan suatu struktur industri saat ini. Diprediksi dalam memasuki abad 21 saat ini, integrasi industri baja akan sangat dominan di dunia. Tidak cukup hanya memiliki perusahaan baja yang ada semata, sehingga perlu investasi baru dengan mengoptimalkan infrastruktur yang telah ada.
1. Budaya Perusahaan Seiring
dengan
semangat
menuju
perubahan
yang
nyata
untuk
meningkatkan kinerja perusahaan, serta menumbuhkan profesionalisme seluruh jajaran PT Krakatau Steel, kami sangat berkomitmen kepada pembangunan Budaya Perusahaan. Budaya Perusahaan yang berisi kepercayaan, prinsip-prinsip, nilai-nilai yang menjadi dasar dan referensi sistem manajemen perusahaan serta perilaku karyawan dalam bekerja, diyakini mampu untuk mendorong percepatan kearah perubahan yang lebih baik. Guna mendukung Visi sebagai Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan menjadi
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
230
perusahaan terkemuka di dunia, kami melakukan reformulasi nilai budaya perusahaan yang baru. Nilai Budaya Perusahaan kami adalah: a. competence Mencerminkan kepercayaan akan kemampuan diri serta semangat untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, keahlian, dan sikap mental demi peningkatan kinerja yang berkesinambungan. b. integrity Mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap setiap kesepakatan, aturan dan ketentuan serta undang-undang yang berlaku, melalui loyalitas profesi dalam memperjuangkan kepentingan perusahaan. c. reliable Mencerminkan kesiapan, kecepatan dan tanggap dalam merespon komitmen dan janji, dengan mensinergikan berbagai kemampuan untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan. d. innovative Mencerminkan kemauan dan kemampuan untuk menciptakan gagasan baru dan implementasi yang lebih baik dalam memperbaiki kualitas proses dan hasil kerja di atas standar. Nilai-nilai budaya inilah yang senantiasa menjadi pedoman bertindak dan berperilaku seluruh jajaran manajamen dan karyawan, dalam rangka membangun kohesivitas di perusahaan.
2. Ciri Sebuah Rangkaian Nilai-nilai Competence, Integrity, Reliable, Innovative merupakan kesatuan nilai yang utuh dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Competence dan Integrity Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
231
menjadi modal dasar setiap insan Krakatau untuk dapat berkarya dan berprestasi dalam mewujudkan perusahaan yang profitable, growth dan sustainable. Dengan nilai competence menunjukkan bahwa perusahaan didukung oleh Sumber Daya Manusia yang unggul dan ditunjang sistem managemen dan teknologi yang handal, menjadi ciri keunggulan kompetitif untuk bersaing di arena global. Karyawan dituntut melakukan sejumlah peningkatan dan pengembangan kemampuan terbaiknya dalam upaya memaksimalkan kontribusi positif kepada perusahaan. Kemampuan yang senantiasa dikembangkan diperlukan untuk menjalankan dan menyelesaikan tugas yang diberikan, yang pada gilirannya mampu menjadikan diri setiap karyawan sebagai insan baja yang competent, siap menghadapi tantangan dan peluang ke depan. Selain pembekalan dari sisi kemampuan dan keahlian yang sesuai, karyawan perlu memiliki integrity, berupa komitmen terhadap kesepakatan, peraturan, serta undang-undang yang berlaku. Karyawan yang memiliki integritas akan selalu mewujudkan seluruh komitmen ini melalui perilaku yang konsisten dengan ucapan serta janji. Hal ini hanya dapat dicapai melalui keikhlasan yang tulus dari dalam diri setiap karyawan untuk benar-benar mewujudkannya Kombinasi Competence dan Integrity mampu menyempurnakan profil individu setiap karyawan, dengan bersatunya dua unsur yaitu kemampuan dalam menguasai teknologi dengan dilandasi moral positif yang selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan etika yang berlaku. Ketika bekal competence dan integrity yang dimiliki setiap individu diimplementasikan secara efektif dalam organisasi maka akan memunculkan
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
232
kapabilitas organisasi yang mampu meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan. Perusahaan yang ditunjang oleh sumber daya handal mampu untuk merespon setiap permintaan pasar dan konsumen secara meyakinkan. Produk berkualitas, pelayanan yang cepat dan tepat, serta harga yang cukup bersaing merupakan perwujudan akan janji perusahaan. Hal ini merupakan cerminan perusahaan yang reliable. Prestasi demi prestasi yang telah diraih akan senantiasa mampu ditingkatkan
jika
karyawan
selalu
berfikir
dan
berinovasi
untuk
memperbaiki cara-cara kerja yang ada. Karyawan dalam bekerja dituntut untuk selalu memperhatikan sekecil apapun peluang suatu perubahan. Innovative menjadi sifat yang harus dimiliki setiap karyawan dan menjadi modal untuk terus memberikan kontribusi dalam meningkatkan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu.
H. Model Manajemen Diklat Berbasis Kompetensi yang Efektif dan Efisien untuk Dikembangkan di PT. Krakatau Steel Berdasarkan hasil analisis penelitian seperti yang diuraikan di atas, dan berdasarkan berbagai pertimbangan khususnya menyangkut masih lemahnya kemampuan karyawan menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap, sehingga masih rendahnya kemampuan sumber daya manusia yang ada berpengaruh pada rendahnya tingkat pencapaian kinerja individu maupun kinerja perusahaan. Rendahnya pencapaian kinerja ini dalam jangka panjang dapat berakibat perusahaan tidak akan mampu bersaing dengan perusahaan sejenis dalam era persaingan bebas seperti sekarang ini.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
233
Walaupun kemampuan yang dimiliki dalam segi finansial cukup baik, tetapi kalau sumber daya manusia kemampuannya rendah sulit untuk dapat bersaing, karena kunci keberhasilan perusahaan untuk dapat memenangkan persaingan pada saat ini sangat tergantung kepada sumber daya manusia yang memiliki keunggulan dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Kondisi ini telah disadari oleh berbagai kalangan baik dari pengusaha maupun para pemerhati masalah pengembangan sumber daya manusia. Sebagai langkah awal dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan PT. Krakatau Steel perlu dilakukan pengembangan sumber daya manusia melalui diklat. Pendidikan dan Pelatihan (diklat) yang dilaksanakan menggunakan pendekatan model yang disarankan sesuai yang dijelaskan dalam gambar 4.7. Sebagai dasar pertimbangan, model ini akan dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengembangan sumber daya manusia dan organisasi berbasis standar kinerja yang ditetapkan. Selain dan pada itu model ini lebih spesifik, fleksibel, mempunyai relevansi dengan tugas dan pekerjaan, lebih bermutu dan dalam waktu relatif singkat. Adapun tujuan dari pada pendidikan dan pelatihan yang akan dilaksanakan dimaksudkan untuk menghasilkan kompetensi dalam menggunakan keterampilan yang ditentukan untuk pencapaian standar pada suatu kondisi yang telah ditetapkan dalam berbagai pekerjaan dan jabatan. Pendekatan yang digunakan dalam pendekatan model rancang bangun pendidikan dan pelatihan (diklat) dimaksudkan agar gagasan perencanaan mengenai program terbentuk dalam suatu pola kegiatan yang dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk lebih jelasnya model manajemen diklat yang diusulkan dapat dilihat pada gambar 4.7 yang diberi nama: “Model Konseptual Manajemen Diklat yang Ditawarkan secara Komprehensif”. Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
234 Input
Proses
Visi, Tujuan dan Sasaran Diktat
Visi, Misi, , Program dan Tujuan Diklat
Output
Feedforward
SDM Kurikulum/ Metodologi Sarana dan Prasarana Dana
Instrumental Input
SWOT Analysis
Training Needs Assessment
Lingkungan Internal dan Eksternal
Environmental Input
Standar: Kuantitas Kualitas Dana Lain-lain
Implementasi (Pelaksanaan Diklat)
Realisasi
Skill Knowledge
Human Resources Development
Attitude
(Feedback)
Gambar 4.7 Model Manajemen Diklat
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Outcomes
Efisiensi Efektivitas
Sustainable Model
235
Dari model manajemen diklat yang ditawarkan secara komprehensif tersebut maka akan dapat disusun: 1. Visi: Menjadikan divisi diklat sebagai pusat pendidikan dan pelatihan yang excellent (unggul) di dalam mengembangkan manajer-manajer profesional dalam lingkungan PT. Krakatau Steel; 2. Misi: Menghasilkan lulusan yang kompetitif, 3. Tujuan: Menyelenggarakan proses belajar mengajar (PBM) yang dapat bersaing dengan instansi lain yang juga menyelenggarakan diklat, sehingga output diktat ini akan dapat mengantisipasi masa depan; 4. Strategi: Dalam penyelenggaraan diklat diperlukan penanganan yang profesional dari penyelenggara, widyaiswara yang berkompeten, kurikulum yang adaptif, dan dana yang mengikuti kegiatan, serta sarana dan prasarana yang menunjang program diklat. Adapun tahapan-tahapan dalam Model Konseptual Manajemen Diklat yang Ditawarkan secara Komprehensif dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahap Analisis Kebutuhan dan Perencanaan Pengertian analisis kebutuhan diklat berguna untuk penentuan perbedaan antara keadaan yang nyata dan kondisi yang diinginkan dalam pelaksanaan kerja suatu organisasi. Sebagai bahan analisis kebutuhan, mendapatkan masukan dari informasi hasil penilaian membandingkan antara tingkat kinerja karyawan dengan standar kinerja. Hasil perbandingan dapat mengetahui kelemahan yang terjadi dan selanjutnya digunakan sebagai masukan bagi analisis kebutuhan dan perencanaan.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
236
Di samping itu analisis kebutuhan dan perencanaan dipengaruhi oleh Visi dan Misi perusahaan dan tujuan , sasaran dan rencana bisnis. Selanjutnya uraian lebih lanjut dapat dijelaskan di bawah ini: a. Tujuan Analisis Kebutuhan (Atmodiwirio, dalam Ansen 2004:346), adalah sebagai berikut: - Menggambarkan sifat yang sebenarnya dari suatu deskripsi pelaksanaan pekerjaan; - Menentukan sebab-sebab deskripansi pelaksanaan pekerjaan; - Merekomendasikan solusi yang cocok; - Menggambarkan populasi calon peserta. b. Proses Analisis Kebutuhan (Atmodiwirio, dalam Ansen 2004:347) - Langkah pertama, mengidentifikasi dan menggambarkan kesenjangan pelaksanaan kerja; - Langkah kedua, menentukan sebab-sebab kesenjangan; - Langkah ketiga, mengidentifikasi kesenjangan pelaksanaan kerja tersebut; yang didasarkan kepada kurangnya pengetahuan dan keterampilan; - Langkah keempat, menentukan apakah diklat solusi yang mungkin; - Langkah kelima, rekomendasi solusi; - Langkah keenam, menggambarkan tentang peran atau pelaksanaan tugas. c. Perencanaan (Gaspersz, 1997:58) - Jenis pendidikan dan latihan yang harus diberikan; - Siapa yang harus menerima pendidikan dan pelatihan; - Berapa banyak pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan; - Berapa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat pendidikan dan pelatihan; - Bagaimana cara memberikan program pendidikan dan pelatihan; - Berapa biaya yang dibutuhkan; - Sumber pendanaan. 2. Tahap Mengetahui Tujuan Pendidikan dan Pelatihan (Gaspersz, 1997:60) a. Menekankan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar memiliki wawasan yang komprehensif untuk melaksanakan tugas untuk memenangkan persaingan dan mendapatkan keuntungan sesuai tujuan yang ditetapkan perusahaan; b. Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan sebagai modal dasar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. 3. Tahap Pengembangan Sistem Kompetensi (Martin, 2002:154) a. Identifikasi pekerjaan atau posisi-posisi kunci yang akan dibuat kompetensi modelnya; Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
237
b. Lakukan analisis lebih jauh mengenai proses kerja penting (cara kerja, waktu kerja, hubungan kerja, tanggung jawab) pada posisi kunci tersebut; c. Lakukan survai mengenai kompetensi apa saja yang dibutuhkan agar berhasil melaksanakan pekerjaan tersebut; d. Bila perlu, lakukan survai mengenai kompetensi yang dibutuhkan dengan bercermin pada star performer atau input dari atasan langsung; e. Semua masukan yang ada, buatlah daftar tentang jenis-jenis kompetensi apa saja yang diperlukan pada posisi tertentu; f. Uraikan makna dari setiap jenis kompetensi yang telah dituliskan; g. Tentukan skala tingkat penguasaan kompetensi yang ingin dibuat misalnya 1 (sangat rendah), 2 (rendah), 3 (sedang), 4 (baik), 5 (sangat baik); h. Buat penjelasan dari suatu jenis kompetensi dalam skala yang telah dibuat; i. Uji kembali setiap kompetensi yang telah dibuat agar dapat diaplikasikan.
4. Tahap Perencanaan Kurikulum Penyusunan kurikulum merupakan tahap sangat penting yang akan menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tersebut. Tujuan kurikulum adalah “apa yang harus dicapai yang merupakan pedoman yang harus diketahui, dan bagaimana cara melakukan kurikulum tersebut” (Atmodiwirio, 2002:138). Secara garis besar menurut Atmodiwirio, (2002:139) bahwa langkahlangkah penyusunan kurikulum pendidikan dan pelatihan sebagai berikut: a. Mereviu analisis kebutuhan atau menganalisis kebutuhan; b. Menentukan tujuan dan menentukan isi atau kunci dalam bidang pelajaran; c. Menentukan isi atau kunci bidang pelajaran; d. Menentukan metode yang akan digunakan; e. Evaluasi.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
238
5. Tahap Menentukan Tujuan dan Sasaran Pembelajaran Menentukan tujuan pembelajaraan merupakan tugas yang paling kritis dalam proses pelaksanaan diklat. Sebab “tujuan tidak jelas maka pengukuran susah dilakukan dan berakibat kurang baik pada penyusunan tes, serta kriteria evaluasi diklat” (Atmodiwirio, 2002:111). Adapun maksud tujuan daripada pembelajaran adalah sebagai berikut: a) landasan untuk mengembangkan pertanyaan (tes); (b) alat untuk evaluasi program dan bahan diklat; (c) alat untuk menentukan metode penyampaian isi, garis besar dan urutan, dan tipe media yang digunakan; (d) alat bantu basal peserta untuk mengarahkan perhatiannya kepada hasilhasil pelajaran dan perilaku yang diharapkan” (Atmodiwirio, 2002:112).
Sedangkan tujuan pembelajaran terdiri dari tiga ranah menurut jenis kemampuan yang tercermin di dalamnya antara. lain: (a) ranah kognitif, adalah tujuan yang menitikberatkan pada kemampuan berfikir; (b) ranah psikomotor, tujuan yang memfokuskan pada keterampilan melaksanakan gerak fisik; (c) ranah afektif, tujuan yang memfokuskan pada kemampuan sikap (Atmodiwirio, 2002:115). Sasaran pembelajaran merupakan pernyataan tentang outcome yang diinginkan dari sebuah diklat. Sasaran pembelajaran “membuat suatu garis keterkaitan antara pemikiran kemana arah yang ingin dituju peserta dengan kegiatan perancangan dan pengembangan pembelajaran yang dibuat” (Irianto, 2001:64). Tanpa merumuskan sasaran yang jelas, outcome pembelajaran kemungkinan besar tidak dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan analisis kebutuhan pelatihan. Sasaran pembelajaran dari perspektif pelatih menyajikan (a) petunjuk bagi penyusunan content pelatihan sehingga pelatih dapat memahami materi yang Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
239
harus disajikan, membatasi informasi yang diberikan, memberikan materi secara konsisten, (b) informasi tentang prioritas isu dan content dalam pelatihan; (c) kriteria untuk mengembangkan penilaian dan proses evaluasi; (d) dasar dimana pelatih dapat menentukan dan merencanakan pengalaman pembelajaran. Sedangkan dari perspektif peserta antara lain: (a) petunjuk tentang informasi apa yang penting dan tidak penting; (b) informasi apa saja yang akan disajikan dalam pelatihan; (c) kriteria dimana mereka akan dinilai (Irianto, 2001:65). Komponen sasaran pembelajaran antara lain: “kinerja (performance), standar
dimana
suatu
kinerja
ditetapkan
pengukurannya,
syarat-syarat
(conditions) dimana kegiatan dapat dilakukan” (Irianto, 2001:66).
6. Tahap Sumber Pembelajaran Sumber pembelajaran adalah semua sarana penyajian yang mampu menyajikan pesan, baik secara auditif maupun visual. Sedangkan pusat sumber pembelajaaran ini adalah: kegiatan yang terorganisasikan terdiri dari seorang direktur, staf, peralatan yang ada satu atau beberapa fasilitas produksi khusus, pengadaan dan penyimpanan bahan pengajaran dan peraturan pengembangan dan rencana pelayanan yang terkait pada kurikulum dan pengajaran. Sedangkan manfaat daripada sumber belajar antara lain: (b) sumber belajar mempunyai daya atau kekuatan yang dapat memberikan sesuatu yang kita perlukan dalam proses pengajaran; (b) sumber belajar dapat dipergunakan secara sendiri-sendiri tetapi dapat sesuai dengan tujuan, (c) sumber belajar dapat mengubah tingkah laku yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan; (d) sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber belajar yang dirancang bangun dan tinggal pakai (Atmodiwirio, 2002:214).
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
240
7. Tahap Pelaksanaan Diklat Tahap pelaksanaan diklat dapat dibagi dalam tiga langkah yaitu langkah persiapan, langkah pelaksanaan, dan langkah pelaporan (Ansen, 2004:350). Untuk jelasnya ke tiga langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. a. Langkah Persiapan: Langkah persiapan terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) menyiapkan surat edaran tentang adanya program diklat; (b) mempersiapkan instrumen tes masuk diklat jika dibutuhkan; (c) melaksanakaan tes masuk peserta diklat; (d) menyiapkan buku pedoman/petunjuk; (e) panggilan peserta; (f) menentukan instruktur; (g) menyiapkan formulir/blanko; (h) menyediakan perlengkapan diklat; (i) menyusun biaya pelaksanaan diklat (biaya administrasi, edukatif).
b. Langkah Pelaksanaan Langkah pelaksanaan meliputi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan proses pelaksanaan diklat yang terdiri dari: (a) pembukaan; (b) melaksanakan kegiatan akademik.
c. Tahap Penilaian dan Pengukuran Kegiatan penilaian dan pengukuran merupakan bagian dari pada proses pendidikan dan pelatihan. Bila proses ini sudah dilakukan dapat dikatakan pendidikan dan pelatihan lengkap dan menyeluruh. Penilaian diarahkan untuk mengontrol ketercapaian tujuan kurikulum bidang studi tersebut, dan taraf penguasaan materi pelajaran oleh peserta. Dengan penilaian dapat diketahui efisiensi kegiatan diklat yang telah Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
241
dilaksanakan dan media pembelajaran yang digunakan oleh pelatih. Selain itu penilaian memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan peserta, hambatan-hambatan yang ada, kelemahan-kelemahan dan kekuatan yang dirasakan (Hamalik, 2000:116). Sedangkan pengertian daripada pengukuran dalam pendidikan dan pelatihan
sebagai
berikut:
“pengukuran
berkenaan
dengan
kegiatan
mengkonstruksi, mengadministrasikan dan menskor tes serta proses pengolahan dan penafsiran yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk mempertimbangkan nilai” (Hamalik, 2000:116). Selain daripada itu dalam penilaian pendidikan dan pelatihan prinsipprinsip yang harus diperhatikan antara lain: (a) penilaian hendaknya diberikan berdasarkan contoh-contoh atau sampel prestasi yang cukup banyak, baik macam maupun jumlahnya; (b) secara teknis harus dibedakan pembijian dan penilaian; (c) proses pemberian nilai mengenal adanya dua macam orientasi yang dapat sejalan atau tidak sejalan; (d) kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral daripada proses pembelajaran; (e) penilaian harus bersifat komparabel artinya setelah tahap pengukuran dilaksanakan dan menghasilkan angkaangka, maka prestasi yang menduduki tingkat biji semata harus memperoleh nilai yang sama pula (Hamalik, 2000:117). Adapun peranan utama dalam prosedur pengukuran dalam diklat adalah memberikan informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan.
8. Tahap Evaluasi dan Balikan Evaluasi merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur efektivitas suatu program dalam diklat. Suatu kegiatan evaluasi “diharapkan dapat mengukur keberhasilan, apakah tujuan diklat yang ditetapkan dapat dicapai” (Atmodiwirio, dalam Ansen, 2004:352). Adapun tahap evaluasi dalam “model manajemen diklat yang ditawarkan secara komprehensif” yaitu Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
242
pada setiap tahap dalam proses diklat dilakukan evaluasi. Kondisi ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan tiap tahap dari kegiatan proses diklat tersebut. Diharapkan dengan adanya evaluasi secara bertahap ini akan dapat mencegah terjadinya penyimpangan secara keseluruhan proses. Dengan evaluasi bertahap ini dapat mengetahui kelemahan setiap, tahap dan bila diketahui terjadi penyimpangan lebih cepat untuk segera diperbaiki. Kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan dan pelatihan dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: (a) perencanaan evaluasi; (b) melaksanakan evaluasi; (c) membuat keputusan yang didasarkan atas hasil evaluasi (Ansen, 2004:352). Sedangkan langkah-langkah dalam proses evaluasi terdiri dari langkan-langkah sebagai berikut: (a) mendaftar tujuan diklat; (b) mendaftarkan isu-isu perencanaan yang kritis; (c) meriviu informasi tentang evaluasi tersedia; (d) mengembangkan evaluasi tujuan; (e) pandangan umum (overview) evaluasi terhadap reaksi; (f) garis-garis besar evaluasi belajar; (g) garis besar evaluasi perilaku; (h) gambaran umum evaluasi; (1) mendesain studi (Atmodiwirio, dalam Ansen, 2004:353). Model manajemen diklat yang ditawarkan secara komprehensif ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas organisasi/perusahaan. Rasional pengajuan model manajemen diklat yang ditawarkan secara komprehensif dan kompentif ini dapat dinvatakan sebagai berikut: “Dengan bertambahnya kebutuhan dalam masyarakat dan persaingan yang ketat antar perusahaan sejenis, maka sudah seharusnya diikuti oleh pengembangan sistem penyelenggaraan diklat dan penyempurnaan yang kontinyu pada setiap faktor pendukung diklat”. Model manajemen diklat yang ditawarkan secara komprehensif ini diajukan dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) kebutuhan akan diklat terus Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
243
menerus dan dinamis; (2) Kebutuhan akan diklat tersebut diperoleh melalui organisasi yang belajar; (3) PT. Krakatau Steel terdorong oleh keberhasilan diklat dan mendorong keluar untuk melayani masyarakat konsumen dalam persaingan bisnis yang sehat. Berpijak pada visi, misi, strategi, kebijakan, dan program serta sasaran/ tujuan yang dituju, dapat disusun tujuan, sasaran dan visi diklat. Program diklat didukung oleh beberapa faktor yaitu: Sumber Daya Manusia (SDM)/(men), kurikulum (methods), sarana dan prasarana (materials), serta dana (money), dengan menentukan standar kualitas, standar kuantitas, standar dana, dan standar lain yang dibutuhkan. Program yang ditawarkan memerlukan pengawasan yang intensif, baik oleh penyelenggara maupun oleh widyaiswara dan penilaian yang kontinyu sejak program dimulai sampai program berakhir. Akhirnya, masyarakat konsumen akan memberikan feedback kepada program diklat, karena yang memanfaatkan outcome diklat adalah masyarakat/konsumen. Dengan asumsi kondisi yang diinginkan/optimal tentunya harus didukung oleh sumber daya-sumber daya yang berkualitas, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Selanjutnya untuk lebih memperjelas keunggulan program diklat yang ditawarkan dibandingkan dengan program diklat yang diterapkan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
244
Tabel 4.2 Program Diklat yang Diterapkan dan Ditawarkan No.
Program Diklat yang Diterapkan
No.
1.
Kebijakan strategi yang digunakan terkadang tidak mampu menyelesaikan berbagai persoalan mendesak (tingkat kompleksitas tantangan yang dihadapi dan hasil yang diharapkan cukup tinggi).
1.
2.
Kebijakan program diklat masih belum optimal pelaksanaannya, karena lulusan dari diklat ini selain ada yang berhasil, banyak juga yang tidak berhasil dalam meniti karir selanjutnya.
3.
Terkadang lebih mementingkan sudut internalnya saja.
4.
Manajemen dan kurikulum/ metodologi belum digarap dengan baik sebagaimana yang diharapkan.
5.
Kurikulum/Metodologi diberikan secara homogen, padahal peserta diklat yang dididik dan dilatih berlatar belakang pendidikan yang heterogen.
6.
Kurang memperhatikan kesesuaian antara program diklat yang diselenggarakan dengan kebutuhan SDM yang diperlukan.
7.
Kurangnya perumusan peninjauan kembali dan pemantapan misi, tujuan dan sasaran jangka panjang.
Program Diklat yang Ditawarkan Memberi solusi yang memungkinkan PT. Krakatau Steel lebih berkemampuan mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi, yaitu dengan menggunakan manajemen stratejik. Manajemen stratejik berguna untuk menetapkan arah masa depan organisasi dan mengimplementasikan keputusan yang bertujuan untuk mencapai sasaran jangka panjang dan jangka pendek suatu organisasi (Boseman dan Phatak, dalam Anwar, 2003:14). Manajemen stratejik memberikan perhatian yang besar terhadap berbagai bidang usaha yang kompleks dan rumit (Anwar, 2003:14).
2.
Manajemen diklat lebih efektif dan efisien serta lebih mengoptimalkan kualitas lulusan yang kelak akan menjadi feedback baik bagi PT. Krakatau Steel dalam penyelenggaraan diklat berikutnya dalam usaha mencapai produktivitas perusahaan.
3.
Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan diklat, baik dari segi keunggulan, kelemahan, peluang dan tantangannya.
4.
Kurikulum bisa cepat berubah apabila muncul kebutuhan dan permintaan baru dari perusahaan pengguna dan masyarakat.
5.
Memahami bahwa setiap perubahan membawa dampak pada berbagai aspek seperti SDM (peserta, widyaiswara, penyelenggara), kurikulum/metodologi sarana dan prasarana serta dana.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
245
6.
Dapat lebih menyamakan persepsi peserta dalam menafsirkan tugastugas di lapangan.
7.
Lebih mampu mengaitkan diklat dengan dunia kerja atau dengan tuntutan dunia kerja, sehingga diklat akan mempunyai kontribusi terhadap ekonomi.
8.
Memperhatikan kesesuaian antara model manajemen diklat yang diselenggarakan dengan kebutuhan SDM yang diperlukan.
9.
Merumuskan/meninjau kembali dan memantapkan misi, tujuan dan sasaran jangka panjang, sehingga dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan yang ada.
Hikmatulloh, 2009 Implementasi Manajemen Pendidikan Dan PelatihanBerbasis Kompetensi Bagi Karyawan Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu