44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Pelayananan Pajak Pratama Gorontalo dengan cara menyebar angket/kuesioner penelitian kepada wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang menyelenggarakan pembukuan. Jumlah responden yang menjadi subjek penelitian sebanyak 52 responden, jumlah ini telah sesuai dengan perhitungan pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin. Sehingga data dalam penelitian ini merupakan data primer ordinal, yang kemudian data tersebut ditransformasi ke data interval sebelum diolah dalam SPSS 17. 4.1.1.1
Karakteristik Responden
Adapun karakteristik responden dari penelitian ini dapat diukur dari profil responden berdasarkan jenis kelamin, wajib pajak, usia wajib pajak, pendidikan terakhir, pekerjaan/jabatan, dan omset per tahun. 1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:
44
45
Tabel 6: Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber: Olahan, 2014
Jumlah Responden 33 19 52
Presentase (%) 63,46 % 36,54 % 100 %
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa data yang dipilih melalui kuesioner yang diisi oleh responden menunjukan bahwa responden berjenis
kelamin laki-laki sebesar 63,46%, sedangkan
responden berjenis kelamin perempuan sebesar 36,54%. Dari persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki dimana sebagian besar laki-laki bekerja sebagai karyawan perusahaan, selain sebagai staf keuangan dan pimpinan perusahaan. 2. Profil Responden Berdasarkan Klasifikasi Wajib Pajak Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan klasifikasi wajib pajak dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini: Tabel 7: Profil Responden Berdasarkan Klasifikasi Wajib Pajak Wajib Pajak WP Badan WP Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha Jumlah Sumber: Olahan 2014
Jumlah Responden 31 21
Presentase (%) 59.62 % 40.38 %
52
100 %
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa data yang dipilih melalui kuesioner yang diisi oleh responden menunjukan bahwa responden wajib pajak badan sebesar 59,62%, sedangkan responden wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha sebesar 40,38%. Dari persentase
46
tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah wajib pajak badan. Hal ini dikarenakan oleh wajib pajak badan yang wajib menyelenggarakan pembukuan tanpa terkecuali jika dibandingkan dengan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha yang masih minim menyelenggarakan pembukuan. 3. Profil Responden Berdasarkan Usia Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini. Tabel 8: Profil Responden Berdasarkan Usia Usia ≤ 25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun 36-40 Tahun >40 Tahun Jumlah Sumber: Olahan, 2014
Jumlah Responden 3 7 14 20 8 52
Presentase (%) 5,77 % 13,46 % 26,92 % 38,46 % 15,38 % 100 %
Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa responden wajib pajak yang berusia dibawah 25 tahun sebanyak 5,77%, usia 26-30 tahun sebanyak 13.46%, usia 31-35 tahun sebanyak 26.92%, usia 36-40 tahun sebanyak 35.71%, di atas 40 tahun sebanyak 14.29%. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berusia 36-40 tahun, hal ini disebabkan pengalaman hidup yang matang membuat mereka lebih paham dalam mengembangkan usaha yang dijalankannya. 4. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini.
47
Tabel 9: Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Usia SMA Diploma (D3) Strata (1) Strata (2) Lain-lain Jumlah Sumber: Olahan, 2014
Jumlah Responden 11 13 19 5 4 52
Presentase (%) 21,15 % 25,00 % 36,54 % 9,62 % 7,69 % 100 %
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa responden wajib pajak dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 21.15%, pendidikan terakhir Diploma 3 (D3) sebanyak 25.00%, pendidikan terakhir Strata 1 (S1) sebanyak 36.54%, pendidikan terakhir Strata 2 (S2) sebanyak 9.62% dan Lain-lain sebanyak 7.69%. Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden berpendidikan terakhir Strata 1 (S1). Hal ini disebabkan karena dengan adanya tingkat pengetahuan yang tinggi membuat wajib pajak mampu bersaing dan berani mengembangkan kemampuan mereka dengan mengandalkan pengetahuan yang mereka miliki dibanding pelaku wajib pajak yang berpendidikan lebih rendah dari strata 1 (S1). 4.1.1.2
Analisis Tanggapan Responden
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian yang diperoleh dengan memberikan penilaian atas jawaban responden yang diisi oleh 52 orang responden dimana untuk menetapkan peringkat dalam pemahaman pembukuan dan kepatuhan Wajib Pajak dapat dilihat dari perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal menggunakan rumus sebagai berikut:
48
% skor aktual =
ୗ୩୭୰ ୟ୩୲୳ୟ୪ ୗ୩୭୰ ୍ୢୣୟ୪
x 100 %
Keterangan: a. Skor aktual adalah skor jawaban yang diperoleh dari seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan b. Skor ideal adalah skor maksimum atau skor tertingi yang mungkin diperoleh jika semua responden memilih jawaban dengan skor tertingi. Adapun kriteria responden berdasarkan skor actual dapat dilihat pada tabel 10 tabel berikut: Tabel 10: Kriteria Skor Jawaban Responden Berdasarkan Persentase Skor Aktual No Persentase Skor Kriteria 1 20 % - 36% Sangat Rendah/Tidak Baik 2 36,01% - 52% Rendah/Kurang Baik 3 52,01% -68% Cukup Tinggi/Cukup Baik 4 68,01% - 84% Tinggi/Baik 5 84,01% - 100% Sangat Tinggi/Sangat Baik Sumber: Narimawati (2007: 85)
4.1.1.3 Pemahaman pembukuan pada KPP Pratama Gorontalo Sebanyak 10 butir pernyataan/pertanyaan diajukan kepada wajib pajak untuk menilai bagaimana pemahaman pembukuan pada KPP Pratama Gorontalo. Kuesioner terdiri dari 5 indikator, yaitu pencatatan, pengelompokkan,
pengikhtisaran,
pelaporan
dan
penafsiran
data
keuangan. 1. Pencatatan Data Transaksi Keuangan Hasil tanggapan responden mengenai indikator pencatatan data transaksi keuangan dapat disajikan pada tabel 10 sebagai berikut:
49
Tabel 11: Rekapitulasi Tanggapan Responden mengenai pencatatan data transaksi keuangan No 1 2
Butir Kuesioner Bagaimana proses pencatatan transaksi yang anda gunakan? Seringkah anda mengalami kesalahan dalam pencatatan data transaksi keuangan? Total
5 F 6 % 11,54 F 3
Skor Jawaban responden 4 3 2 18 11 17 34,62 21,15 32,69 12 24 13
1 0 0 0
Jumlah skor
169 65% 161
% 5,77
23,08
4,62
34,62
0
61,9%
F 9 % 8,65
30 28,85
35 33,65
30 28,85
0 0
330 63,46%
Sumber: Olahan, 2014
Berdasarkan hasil persentase pada tabel 11, menerangkan bahwa 63.46% responden cukup baik dalam melakukan pencatatan meskipun sebagian Wajib Pajak masih ada yang melakukan kesalahan dalam melakukan pencatatan data transaksi keuangan hal itu disebabkan karena kurangnya perhatian dalam melakukan pembukuan. Skor
jawaban
yang
diperoleh
sebagian
besar
responden
menggunakan pencatatan manual akuntansi 32,69%, maksudnya hanya mencatat transaksi keuangan secara komersial dan tidak sampai pada tahap melakukan koreksi fiskal, kalau pun ada tidak sepenuhnya paham dalam penyusunan laporan rekonsiliasi fiskal. Untuk tanggapan yang menggunakan sistem komputer hanya 11,54%, dan yang menggunakan bantuan komputer sebagai media pencatatan sederhana 34,62%, sisanya menggunakan manual pembukuan 21,15%. Dapat diketahui disini bahwa dari sampel yang dilakukan peneliti sebagian besar Wajib Pajak sudah melakukan pembukuan meskipun masih ada yang sederhana. Disamping itu, Wajib Pajak pun di dalam pencatatan transaksinya masih cukup banyak melakukan pencatatan yang salah (5,77%+23,08%+4,62%). Hasil skor ini merupakan bukti yang dapat mendukung masalah yang ada pada
50
penelitian ini yaitu memang masih banyak Wajib Pajak yang belum paham melakukan pembukuan sesuai dengan aturan perpajakan. 2. Pengelompokkan data transaksi keuangan Hasil tanggapan responden mengenai indikator pengelompokkan data transaksi keuangan dapat disajikan pada tabel 12 sebagai berikut: Tabel 12: Rekapitulasi tanggapan responden mengenai pengelompokkan data transaksi keuangan No 3
4
Butir Kuesioner Sulitkah anda dalam proses pengelompokkan data keuangan? Bagaimana pengelompokkan data keuangan anda dalam usaha? Total
Skor Jawaban responden 4 3 2 16 22 8
1 1
Jumlah skor 172
f
5 5
%
9,62
30,77
42,31
15,38
1,92
66,15
f
14
14
15
9
0
179
%
23,08
26,92
28,85
17,31
0
68,85
f %
19 18,27
30 28,85
37 35,58
17 16,35
1 0,96
351 67,5
Sumber: Olahan, 2014
Berdasarkan hasil persentase pada tabel 12, menunjukkan 67.5% responden cukup baik dalam mengelompokkan transaksi keuangan meskipun sebagian Wajib Pajak masih ada yang mengalami kesulitan dalam melakukan pengelompokkan data transaksi keuangan hal itu disebabkan karena kurangnya kedisiplinan dalam mengelompokkan transaksi.
Skor
jawaban
yang
diperoleh
berdasarkan
tanggapan
responden sebagian besar responden menganggap sedang 42,31%, menganggap sulit 15,38% dan 1,92% menganggap merasakan sangat sulit. Untuk tanggapan yang merasakan mudah 30,77% sisanya yang menganggap bahwa proses pengelompokkan data itu sangat mudah 9,62%. Dapat diketahui disini bahwa dari sampel yang dilakukan peneliti
51
banyak Wajib Pajak masih ada yang merasakan sangat sulit dalam proses pengelompokkan data keuangan. Disamping masih merasa sangat sulit dalam pengelompokkan data Wajib Pajak pun dalam pelaksanaan pengelompokkan data keuangan masih masih banyak yang salah (17,31%). Serta yang masih belum pasti kebenarannya sebesar 28,85%. Hasil skor ini merupakan bukti yang dapat mendukung masalah yang ada pada penelitian ini yaitu kebanyakan wajib pajak tidak memiliki pembukuan yang teratur dan kurang paham terhadap pembukuan yang sesuai dengan aturan perpajakan. 3. Pengikhtisaran data keuangan Hasil tanggapan responden mengenai indikator Pengikhtisaran data keuangan dapat disajikan pada tabel 13 sebagai berikut: Tabel 13: Rekapitulasi tanggapan responden mengenai Pengikhtisaran data keuangan No 5
6
Butir Kuesioner Bagaimana menurut anda tentang pengikhtisaran data keuangan? Bagaimana kedisiplinan anda dalam pembukuan keuangan? Total
F
5 9
% 17,31
Skor Jawaban responden 4 3 2 21 11 9
1 2
Jumlah skor 182
40,38
21,15
17,31
3,85
70%
28
10
6
0
194
% 15,38
53,85
19,23
11,54
0
74,6
F 17 % 16,35
49 47,11
21 20,19
15 14,42
2 1,92
376 72,31
F
8
Sumber: Olahan, 2014
Berdasarkan hasil persentase pada tabel 13, menunjukkan 72.31% responden artinya sudah cukup baik meskipun masih ada sebagian wajib pajak mengalami kesulitan dalam melakukan pengikhtisaran data transaksi keuangan hal itu disebabkan karena kurangnya kedisiplinan dalam melakukan pembukuan.
52
Dari hasil skor jawaban diatas para pelaku Wajib Pajak sebanyak (40,38%) responden menyatakan mudah, (17,31%) menyatakan mudah sekali. Responden yang menyatakan sedang (21,15%), dan sisanya menyatakan rumit dan rumit sekali (17,31%+3,85%). Kedisiplinan dalam pembukuan keuangan bagi para Wajib Pajak sangat diperlukan demi mendapatkan hasil baik dan benar, berdasarkan hasil dari kuesioner yang diberikan para pelaku Wajib Pajak cukup disiplin dalam melakukan pembukuan hal ini terbukti diperolehnya 47.11% dari 72.31% responden menyatakan teratur dalam pembukuan data keuangan dan sisanya menyatakan
kurang
disiplin
(20,19%+14,42%+1,92%).
Hasil
ini
membuktikan bahwa masih ada Wajib Pajak yang kurang teratur dan masih merasakan sulit dalam pengikhtisaran walaupun sebagian mereka menyatakan mudah dan disiplin. 4. Pelaporan data keuangan Hasil tanggapan responden mengenai indikator pelaporan data keuangan dapat disajikan pada tabel 14 sebagai berikut: Tabel 14: Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Pelaporan Data Keuangan No 7
8
Butir Kuesioner Apakah anda setuju bahwa laporan fiskal dibuat setelah laporan keuangan komersial? Seringkah anda mengalami kesalahan dalam pencatatan data transaksi keuangan? Total Sumber: Olahan, 2014
Skor Jawaban responden 4 3 2 7 11 15
1 5
Jumlah skor 156
F
5 4
%
7,69
16,35
21,15
28,85
9,62
60
F
2
15
14
17
4
150
%
3,85
28,85
26,92
32,69
7,69
57,69
F %
6 5,77
34 32,69
25 24,04
32 30,77
9 8,65
303 58,85
53
Berdasarkan hasil persentase pada tabel 14, menunjukkan 28,85% responden, wajib pajak tidak setuju bahwa laporan fiskal dibuat setelah laporan komersial, hal ini mengindikasikan bahwa wajib pajak yang berangkutan belum memahami pembukuan sesuai dengan aturan perpajakan. Skor jawaban yang diperoleh berdasarkan tanggapan responden satu persatu berdasarkan kuesioner mengenai penyusunan laporan keuangan sebanyak (28,85%) responden menyatakan mudah, sedang
(26,92%)
dan
sisanya
masih
mengalami
kesulitan
(32,69%+7,69%). Hasil skor ini merupakan bukti yang dapat mendukung masalah yang ada pada penelitian ini yaitu kebanyakan tidak melakukan pembukuan dengan benar dan masih sering mengalami banyak kesalahan dalam membuat laporan keuangan sehingga berpengaruh terhadap jumlah pajak terutang yang dibayarkan. 5. Penafsiran data keuangan Hasil tanggapan responden mengenai indikator penafsiran data keuangan dapat disajikan pada tabel 15 sebagai berikut: Tabel 15: Rekapitulasi tanggapan responden mengenai penafsiran data keuangan No 9
10
Butir Kuesioner Apakah dengan adanya hasil penafsiran data keuangan membantu anda dalammengembangkan usaha? Bagaimana anda memfungsikan hasil dari penafsiran data keuangan? Total
Sumber: Olahan, 2014
Skor Jawaban responden 4 3 2 15 11 5
1 0
Jumlah skor 208
f
5 21
%
40,38
28,85
21,15
9,62
0
80
f
33
2
9
6
2
214
%
63,46
3,85
17,31
11,54
3,85
82,31
f %
54 51,92
17 16,35
20 19,23
11 10,58
2 1,92
423 81,35
54
Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa penafsiran data keuangan memberikan hasil yang baik bagi mereka dalam mengembangkan usaha, hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari kuesioner yaitu 40.38% responden menyatakan penafsiran data keuangan sangat membantu para pelaku Wajib Pajak Dalam pembukuan data keuangan bagi para pelaku Wajib Pajak ada sebagian yang menyatakan tidak berpengaruh baik terhadap usaha mereka, namun salah satu hal yang menguntungkan adalah jika menimbulkan hal yang positif bagi usaha mereka. Berdasarkan hasil kuesioner total diatas 81.35% responden menyatakan cukup membantu dalam pengembangan usahanya. Skor jawaban yang diperoleh mengenai adanya hasil penafsiran sebagian besar menayatakan sangat membantu (40,38%) dalam pengembangan usaha, (28,85%) membantu, dan sisanya menyatakan tidak cukup membantu. Hal ini didukung dengan hasil kuesioner berikutnya mengenai fungsi dari penafsiran data keuangan ditanggapi oleh responden sebagai keperluan pengembangan usaha (63,46%). Hasil skor ini menunjukan bahwa sebagian besar responden dengan adanya hasil dari penafsiran data keuangan sangat membantu Wajib Pajak untuk kemajuan peekembangan usahanya. Ringkasan Data Tanggapan Responden Variabel pemahaman pembukuan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo
diukur
menggunakan
5
indikator.
Jawaban
responden
dikategorikan dalam 5 kategori berdasarkan skala Likert dimana masingmasing jawaban mempunyai gradasi penilaian dari sangat positif (sangat
55
baik) ke sangat negatif (tidak baik) yang dituangkan dalam pilihan jawaban kuesioner. Berikut ini ringkasan dari data hasil penelitian mengenai pemahaman
pembukuan
pada
KPP
Pratama
Gorontalo
dengan
menggunakan persentase skor tanggapan responden. Tabel 16: Rekapitulasi Persentase Total Skor Tanggapan Responden Mengenai Pemahaman pembukuan Pada KPP Pratama Gorontalo No
Indikator
Skor aktual
Skor ideal
% skor aktual
% skor ideal
330
520
63,46
Cukup
351
520
67,5
Cukup
376
520
72,31
Baik
306
520
58.85
Cukup
423
520
81,35
Baik
1786
2600
68,89
Baik
Pencatatan data transaksi keuangan Pengelompokkan 2 data keuangan Pengikhtisaran data 3 keuangan Pelaporan data 4 keuangan Penafsiran data 5 keuangan Total Sumber: Olahan, 2014 1
Melalui persentase skor aktual tanggapan responden terhadap skor ideal
dapat
dilihat bahwa pemahaman pembukuan pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo termasuk dalam kategori baik. Artinya pemahaman pembukuan sudah baik meskipun sebagian Wajib Pajak masih menemukan kesulitan dalam pencatatan, pengelompokkan dan pelaporan data transaksi keuangan, pada pengikhtisaran dan penafsiran data keuangan berada juga pada kategori baik yang artinya sebagian besar wajib pajak melaksanakan
kegiatan
sudah memahami dengan baik dalam
pembukuan
untuk
menghasilkan
laporan
keuangan yang dibutuhkan dalam pelaporan kegiatan usaha sebagai pemenuhan kewajiban perpajakan.
56
4.1.1.4 Kepatuhan Wajib Pajak Sebanyak 8 butir pernyataan/pertanyaan diajukan kepada petugas pajak untuk menilai bagaimana tindakan kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Gorontalo. Kuesioner terdiri dari 4 indikator, yaitu kepatuhan mendaftarkan diri, kepatuhan menyetorkan kembali SPT, kepatuhan menghitung
dan
pembayaran
pajak
terutang,
dan
kepatuhan
pembayayaraan tunggakan. 1. Kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri Hasil tanggapan responden mengenai indikator kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri dapat disajikan pada tabel 16 sebagai berikut: Tabel 17: Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan WP dalam Mendaftarkan Diri No 1
2
Butir Kuesioner Setujukah anda masih banyak wajib pajak yang belum menjadi wajib pajak? Kenapamasih banyak wajib pajak yang tidak ingin menjadi wajib pajak? Total
Skor Jawaban responden 4 3 2 16 10 4
1 0
Jumlah skor 212
F
5 22
%
42,31
30,77
19,23
7,69
0
81,54
F
6
19
13
9
5
155
%
11,54
36,54
25
17,31
9,62
59,62
F %
28 26,92
35 33,65
23 22,12
13 12,5
5 4,81
367 70,58
Sumber: Olahan, 2014
Berdasarkan tabel 17, hasil tanggapan responden menunjukkan 70,58% wajib pajak sudah cukup baik dalam mendaftarkan diri, hal ini dikarenakan kesadaran wajib pajak yang bersangkutan untuk mendaftarkan diri, namun sebagian wajib pajak masih ditemukan belum memiliki NPWP dan tidak ingin mendaftarkan diri sebagai wajib pajak karena dipengaruhi oleh tingkat pemahaman wajib pajak 36,54% dan pengaruh lingkungan sekitar sebesar 25%.
57
2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali SPT Hasil tanggapan responden mengenai indikator kepatuhan untuk menyetorkan kembali SPT dapat disajikan pada tabel 18 sebagai berikut: Tabel 18: Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Untuk Menyetorkan Kembali SPT No 3 4
Butir Kuesioner Bagaimana perilaku wajib pajak dalam menyampaikan SPT? Apa yang menyebabkan wajib pajak tidak menyampaikan SPT? Total
Skor Jawaban responden 4 3 2 16 9 9 30,77 17,31 17,31 16 10 8
1 9 17,31 3
Jumlah skor 154 59,23 188
F % F
5 9 29,22 15
%
28,85
30,77
19,23
15,38
5,77
72,31
f %
24 25
32 30,77
19 18,27
17 16,35
12 11,54
342 65,77
Sumber: Olahan, 2014
Berdasarkan hasil total persentase pada tabel 18, menunjukkan 65.77%, artinya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal menyetorkan kembali SPT dalam kategori cukup baik, walaupun masih ada yang tidak melaporkan pajak. Hal ini disebabkan karena sebagian Wajib Pajak masih bingung sebagai pelapor pajak baru dan pemerintah tidak menyediakan orang yang memadai untuk menjelaskan cara pengisian SPT. Skor jawaban yang diperoleh mengenai penyetoran kembali SPT sebagian tidak menyampaikan kembali walaupun sudah di himbau petugas (17,31%),
tidak
(17,31%+17,31%)
menyampaikan dan
sisanya
sengaja
maupun
menyampaikan
tidak kembali
sengaja SPT
(29,22%+30,77%). Wajib Pajak tidak menyampaiakan SPT sebagian memang berniat untuk tidak membayar ( 28,85%) dan sebagian besar tidak dulu melaporkan karena mencoba keuntungan jika tidak diketahui (30,77%). Hasil skor ini merupakan bukti yang dapat mendukung masalah
58
yang ada pada penelitian ini yaitu masih banyak Wajib Pajak yang sulit dalam proses pelaporan SPT dan menjadikan Wajib Pajak kurang patuh. 3. Kepatuhan Dalam Menghitung Dan Pembayaran Pajak Terutang Hasil tanggapan responden mengenai indikator kepatuhan dalam menghitung dan pembayaran pajak terutang dapat disajikan pada tabel 19 sebagai berikut: Tabel 19: Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Untuk Menghitung dan Pembayaran Pajak Terutang No 5
6
Butir Kuesioner Apakah SPT yang disampaikan wp sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan dan sesuai dengan kenyataan pembukuannya? Bagaimana tindakan wajib pajak terhadap kedisiplinan membayar pajak? Total
Skor Jawaban responden 4 3 2 20 9 9
1 8
Jumlah skor 163
F
5 6
%
11,54
38,46
17,31
17,31
15,38
62,69
F
16
13
11
7
5
184
%
30,77
25
21,15
13,46
9,11
70,77
F %
22 21,15
33 31,73
20 19,23
16 15,38
13 12,5
347 66,73
Sumber: Olahan, 2014
Berdasarkan hasil total persentase pada tabel 19, menunjukkan 66.73%, artinya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal menghitung dan pembayaran pajak terutang cukup baik, walaupun masih ada yang kurang jujur dalam menghitungnya. Hal ini disebabkan karena adanya niat sebagian Wajib Pajak untuk tidak membayar serta kurangnya kesadaran dan kepatuhan terhadap kewajiban mereka membuat Wajib Pajak melakukan penyetoran sesuai dengan keinginannaya tanpa mengikuti aturan yang sudah ditetapkan. Skor jawaban yang diperoleh mengenai menghitung dan pembayaran pajak terutang sebagian besar sesuai dan hampir mendekati dengan kebenarannya (11,54%+17,31%+38,46%) serta
59
sisanya tidak sesuai karena tidak sengaja dan dengan maksud mengambil kentungan (17,31%+15,38%).
Berdasarkan kedisiplinan Wajib Pajak
sebagian besar tepat waktu pada awal bulan (30,77%) dan diakhir batas waktu penyetoran (13,6%+9,11%). Hasil skor ini merupakan bukti yang dapat mendukung masalah yang ada pada penelitian ini yaitu adanya Wajib Pajak yang berniat untuk tidak membayar pajak. 4. Kepatuhan Dalam Pembayaran Tunggakan Hasil tanggapan responden mengenai indikator kepatuhan dalam pembayaran tunggakan dapat disajikan pada tabel 20 sebagai berikut: Tabel 20: Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Kepatuhan Dalam Pembayaran Tunggakan No 7
8
Butir Kuesioner Bagaimana dengan tindakan wajib pajak terhadap tunggakan pajaknya? Apa yang membuat wajib pajak tidak menyetorkan tunggakan pajaknya? Total
f % f
5 21
Skor Jawaban responden 4 3 2 10 12 5
1 4
Jumlah skor 195
40,38
19,23
23,08
9,62
7,69
75
10
20
11
7
4
181
%
19,23
38,46
21,15
13,46
7,69
69,62
f %
31 29,81
30 28,85
23 22,12
12 11,54
8 7,69
376 72,31
Sumber: Olahan, 2014
Berdasarkan hasil total persentase pada tabel 20, menunjukkan 72.31%, artinya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam hal menghitung dan pembayaran tunggakan sudah cukup baik. Hal ini disebabkan karena sebagian wajib pajak sudah paham terhadap peraturan perpajakan. Skor jawaban yang diperoleh berdasarkan tanggapan responden mengenai pembayaran
tunggakkan,
membayar
sesuai
tunggakkan
(40,38),
membayar sebagian tunggakkan (19,23%) dan sisanya tidak membayar tunggakkan (23,08%+9,62%+7,69%). Dan sebagian besar responden
60
tidak menyetorkan tunggakkan karena lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai Wajib Pajak, serta sebanyak (9,52%) menyatakan sengaja. Hasil skor ini merupakan bukti yang dapat mendukung masalah yang ada pada penelitian ini yaitu adanya Wajib Pajak yang tidak paham terhadap peraturan perpajakan. Ringkasan Data Tanggapan Responden Variabel kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Gorontalo diukur menggunakan empat indikator. Jawaban responden dikategorikan dalam 5 kategori berdasarkan skala Likert dimana masing-masing jawaban mempunyai gradasi penilaian dari sangat positif (sangat baik) ke sangat negatif (tidak baik) yang dituangkan dalam pilihan jawaban kuesioner. Tabel 21: Rekapitulasi Persentase Total Skor Tanggapan Responden Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Gorontalo No 1
Indikator
Kepatuhan WP dalam mendaftarkan diri 2 Kepatuhan untuk menyetorkan kembali SPT 3 Kepatuhan dalam menghitung dan pembayaran pajak terutang 4 Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan Total Sumber: Olahan, 2014
Skor aktual
Skor ideal
% skor aktual
% skor ideal
367
520
70,58
Baik
342
520
65,77
Cukup
347
520
66,73
Cukup
376
520
72,31
Baik
1432
2080
68,84
Baik
Melalui persentase skor aktual tanggapan responden terhadap skor ideal dapat dilihat bahwa kepatuhan Wajib Pajak KPP Pratama dalam mendaftarkan diri termasuk dalam kategori baik. Artinya wajib pajak sudah memiliki pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kepentingan umum khususnya tentang kewajiban pajak.
61
Dalam hal ini wajib pajak masih memerlukan sosialisasi langsung tentang pajak di daerah mereka, terbukti 70.58% dari mereka yang sudah menjadi Wajib Pajak. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan ketentuan yang harus dilakukan bagi Wajib Pajak di KPP Pratama, berdasarkan persentase skor aktual tanggapan responden terhadap skor ideal sebesar 65.77% responden telah menyetor kembali SPT mereka, dalam hal ini Wajib Pajak di KPP Pratama masuk dalam kategori cukup. Artinya Wajib Pajak memiliki kesadaran yang cukup terhadap kewajiban mereka yang harus dilakukan sebagai Wajib Pajak yang baik. Melalui persentase skor aktual tanggapan responden terhadap skor ideal kepatuhan dalam menghitung dan pembayaran pajak terutang wajib pajak di KPP Pratama masuk dalam kategori cukup dengan hasil skor aktual yaitu 66.73%. Artinya Wajib Pajak di KPP Pratama cukup dalam menghitung dan membayar pajak terutang mereka. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan pada Wajib Pajak di KPP Pratama masuk dalam kriteria baik dengan hasil skor aktual yaitu 72.31%. Artinya adanya kesadaran dan kedisiplinan mereka sebagai Wajib Pajak dalam membayar tunggakan
mereka.
Jadi
secara
keseluruhan
menyatakan
bahwa
kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Gorontalo dalam kategori patuh.
62
4.1.2 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Hasil pengujian validitas dan reliabilitas untuk masing-masing variabel yang digunakan adalah sebagai berikut : 4.1.2.1
Variabel Pemahaman Pembukuan
Jumlah pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel pemahaman pembukuan dalam penelitian ini sebanyak 11 pertanyaan. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas seluruh pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel 22 sebagai berikut : Tabel 22: Hasil Uji Validitas Variabel X Pertanyaan
r tabel
Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11
0,423 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423
Koefisien Validitas (r hitung) 0.907 0.654 0.638 0.453 0.431 0.557 0.866 0.731 0.336 0.540 0.635
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Pertanyaan dalam pengujian validitas dikatakan valid jika rhitung lebih besar dari rtabel. Nilai r tabel didapatkan dari tabel dimana n=20 dan tingkat signifikan 5% maka nilai rtabel sebesar 0.423. Artinya karena jumlah responden sebanyak 20 orang maka nilai koevisien validitasnya harus di atas 0,423. Dari 11 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur hal-hal yang berkaitan dengan variabel pemahaman pembukuan, sebanyak 10
63
pernyataan yang telah memiliki nilai rhitung lebih besar dari rtabel 0.423 sehingga dikatakan memenuhi uji validitas. Sedangkan satu pernyataan lainnya memiliki nilai rhitung lebih kecil dari rtabel 0.423 dalam hal ini 0,336 < 0,423 sehingga dikatakan tidak memenuhi uji validitas. Dengan demikian, satu pertanyaan yang memiliki koefisien validitas yang rendah tersebut dikeluarkan
dari
daftar
pernyataan
yang
akan
digunakan
untuk
pengumpulan data penelitian. 4.1.2.2
Variabel Kepatuhan Wajib Pajak
Untuk variabel kepatuhan wajib pajak, jumlah pertanyan yang digunakan sebanyak 8 pernyataan. Hasil pengujian validitas dan reliabilitas seluruh pernyataan tersebut dapat dilihat pada tabel 11 sebagai berikut : Tabel 23: Hasil Uji Validitas Variabel Y Pertanyaan Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8
R hitung 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423 0,423
Koefisien Validitas 0.659 0.552 0.736 0.659 0.552 0.736 0.659 0.552
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Pertanyaan dalam pengujian validitas dikatakan valid jika rhitung lebih besar dari rtabel. Nilai r tabel didapatkan dari tabel dimana n=20 dan tingkat signifikan 5% maka nilairtabel sebesar 0.423. Dari 8 pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel kepatuhan wajib pajak, semua
64
pernyataan telah memiliki nilai rhitung lebih besar dari rtabel 0.423 sehingga dikatakan
memenuhi
uji
validitas.
dan
dengan
demikian
semua
pernyataan yang valid tersebut tidak dikeluarkan dari kuesioner dan tetap akan digunakan dalam pengumpulan data. Adapun hasil reliabilitas dari variabel pemahaman pembukuan dan variabel kepatuhan wajib pajak dapat dilihat pada tabel 24 sebagai berikut: Tabel Reliabilitas 24: Tabel Hasil Uji Reliabilitas Variabel Variabel X Variabel Y
Koefisien Reliabilitas 0.841 0.796
Hasil Reliabel Reliabel
Berdasarkan tabel di atas, nilai koefisien reliabilitas untuk variabel pemahaman pembukuan adalah sebesar 0.841 sedangkan nilai koefisen reliabilitas untuk variabel kepatuhan wajib pajak adalah sebesar 0.796. Nilai koefisien reliabilitas ini menunjukkan hasil pengukuran yang dihasilkan oleh instrumen yang digunakan menunjukkan konsistensi yang sudah cukup baik karena telah memenuhi standar minimal koefisien reliabilitas yang disyaratkan. Dengan kata lain, pernyataan-pernyataan yang
digunakan
untuk
mengukur
pemahaman
pembukuan
telah
menghasilkan pengukuran konsisten. 4.1.3 Method of Successive Interval (MSI) Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa data kuesioner yang menggunakan skala ukur ordinal. Sedangkan salah satu syarat untuk dapat digunakannya analisis regresi (parametrik) adalah data diharuskan berskala ukur metrik (minimal interval atau rasio). Untuk itu
65
sebelum diolah lebih lanjut, data yang telah diperoleh akan dinaikkan skala ukurnya menjadi interval dengan menggunakan metode MSI (Method of Successive Interval). Hasil MSI untuk setiap variabel dapat dilihat pada lampiran. Setelah data dinaikkan skala ukurnya dari ordinal menjadi interval maka, analisis regresi (parametrik) dapat diterapkan.
4.1.4 Analisis Regresi 4.1.4.1
Uji Normalitas Data Salah satu syarat dalam melakukan analisis regresi adalah data
dari variabel dependen (Y) yang diamati harus berdistribusi normal. Untuk itu sebelum dianalisis lebih lanjut terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk mengetahui normalitas data yang diamati. Pengujian normalitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Penentuan Hipotesis Ho
: data variabel kepatuhan wajib pajak berdisribusi normal
H1
: data variabel kepatuhan wajib pajak tidak berdistribusi
normal 2. Penentuan tingkat signifikansi Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signfikansinya (alpha) sebesar 5% 3. Penentuan Statistik Uji
66
Metode analisis yang akan digunakan dalam menguji normlitas data dalam penelitian adalah metode normal probability plot. 4. Penentuan Kriteria uji Karena menggunakan metode normal probability plot, apabila grafik dalam pengujian tersebut menunjukan penyebaran data yang berada disekitar wilayah garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas. 5. Kesimpulan Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan bantuan SPSS dapat dilihat pada gambar 4 sebagai berikut : Gambar 4: Hasil Pengujian Normalitas
Gammbar di atas dapat disimpulkan bahwa pengujian normalitas berdistribusi normal. Karena titik-titik yang menandakan data berada mengikuti garis diagonal. Dengan demikian maka Ho diterima dan dapat
67
disimpulkan bahwa data variabel dependen (kepatuhan wajib pajak) telah berdistribusi normal. 4.1.4.2
Hasil Analisis Regresi Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemahaman pembukuan
terhadap kepatuhan wajib pajak dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Hasil analisis regresi dengan menggunakan bantuan SPSS disajikan pada tabel 25 sebagai berikut: Tabel 25: Hasil Analisis Regresi
Hasil analisis di atas menunjukkan model regresi antara pemahaman pembukuan dengan kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut: ࢅ = , ૡ + , ࢄ Berdasarkan model di atas diketahui koefisien regresi untuk variabel pemahaman pembukuan bernilai positif sebesar 0,435. Koefisien regresi yang positif ini menunjukkan bahwa pemahaman pembukuan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Semakin tinggi tingkat pemahaman wajib pajak dalam menyelenggarakan pembukuan maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib pajak.
68
4.1.4.3
Pengujian Model Regresi Sebelum digunakan dalam pengambilan keputusan, model regresi
yang diperoleh terlebih dahulu harus diuji kebaikannya (goodness of fit). Tahapan pengujian kebaikan model regresi adalah sebagai berikut: 1. Penentuan Hipotesis Ho
: seluruh koefisien regresi tidak signifikan (model regresi tidak signifikan)
H1
: minimal satu koefisien regresi signifikan (model regresi signifikan)
2. Penentuan tingkat signifikansi Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signfikansinya (alpha) sebesar 5% 3. Penentuan Statistik Uji Dalam melakukan uji kebaikan model digunakan uji F. 4. Penentuan Kriteria uji Penentuan kriteria uji didasarkan pada perbandingan antara nilai Fhitung yang diperoleh dengan Ftabel. Jika nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel maka Ho ditolak, dan jika nilai Fhitung lebih kecil dari nilai Ftabel maka Ho diterima 5. Kesimpulan Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS disajikan pada tabel 14 sebagai berikut.
69
Tabel 26: Hasil Pengujian b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
327.033
1
327.033
Residual
734.379
50
14.688
1061.412
51
Total
F 22.266
Sig. a
.000
a. Predictors: (Constant), P_Pemb b. Dependent Variable: Kep_WP
Hasil diatas mempeoleh nilai Fhitung sebesar 22.266. Adapun nilai Ftabel pada tingkat signifikansi 5% dan derajat bebas pembilang (df1) sebesar k =1 dan derajat bebas penyebut (df2) sebesar N-k-1 = 52-1-1 = 50 adalah sebesar 4,03 . Jika kedua nilai F ini dibandingkan, maka nilai Fhitung yang diperoleh jauh lebih besar Ftabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan sudah sesuai dengan data. 4.1.4.4
Pengujian Hipotesis Setelah pengujian model dilakukan selanjutnya akan dilaksanakan
pengujian signfikansi pengaruh dari variabel X (pemahaman pembukuan) terhadap variabel Y (kepatuhan wajib pajak). Adapun pengujian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Penentuan Hipotesis Ho
: Tidak terdapat pengaruh pemahaman pembukuan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Gorontalo
H1
:Terdapat
pengaruh
pemahaman
pembukuan
kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Gorontalo
terhadap
70
2. Penentuan tingkat signifikansi Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signfikansinya (alpha) sebesar 5% 3. Penentuan Statistik Uji Dalam melakukan uji signfikansi pengaruh dalam model regresi akan digunakan uji t. 4. Penentuan Kriteria uji Penentuan kriteria uji didasarkan pada perbandingan antara nilai thitung yang diperoleh dengan ttabel. Jika nilai thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak, dan jika nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel maka Ho diterima 5. Kesimpulan Dari hasil analisis sebelumnya diketahui nilai thitung untuk variabel pemahaman pembukuan adalah sebesar 4,719. Sedangkan nilai ttabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat bebas 50 sebesar 2,009. Jika dibandingkan dengan nilai thitung yang diperoleh maka nilai thitung yang diperoleh masih jauh lebih besar dari nilai ttabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari pemahaman pembukuan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Gorontalo dan pengaruhnya bersifat positif. Semakin tinggi tingkat pemahaman wajib pajak dalam menyelenggarkan pembukuan maka tingkat kepatuhan wajib pajak akan semakin tinggi pula.
71
4.1.4.5
Koefisien Determinasi
Koefisien
determinasi
mencerminkan
besarnya
pengaruh
perubahan variabel bebas dalam menjalankan perubahan pada variabel tidak bebas secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai R2 berkisar antara 0< R2 <1. Jika nilai R2 semakin mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai koefisien determinasi untuk model regresi antara pemahaman pembukuan dengan kepatuhan wajib pajak yang diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS disajikan pada tabel 27 sebagai berikut : Tabel 27: Nilai Koefisisen Determinan
Hasil estimasi di atas diperoleh nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0,308. Nilai ini berarti bahwa sebesar 30,8% kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Gorontalo dipengaruhi oleh pemahaman pembukuan yang telah dilakukan selama ini, sedangkan sisanya sebesar 69,2% dipengaruhi oleh variabel lain, diantaranya sistem administrasi perpajakan, pelayanan pada wajib pajak, penegakkan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak dan tarif pajak (Siti Kurnia Rahayu, 2010:140).
72
4.2 Pembahasan Sejalan dengan adanya reformasi administrasi perpajakan modern, tingkat penerimaan pajak semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan adanya peningkatan penerimaan pajak, maka laju pembangunan ekonomi akan terus meningkat. Peningkatan penerimaan pajak ini disebabkan oleh tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak adalah pemahaman akan proses pembukuan yang sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Pembukuan atau pencatatan merupakan hal yang esensial bagi pengusaha, demikian juga untuk keperluan perpajakan. Pada dasarnya semua wajib pajak, wajib menyelenggarakan pembukuan karena pasal 28 ayat (1) UU KUP mewajibkan wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di dalam negeri untuk menyelenggarakan pembukuan. Akan tetapi, UU menyadari bahwa untuk wajib pajak orang pribadi tertentu penyelenggaraan pembukuan menuntut biaya dan tenaga yang cukup besar. Untuk tidak membebani masyarakat diluar kemampuannya, pasal 28 (2) UU KUP memberikan kemudahan kepada wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas untuk tidak menyelenggarakan pembukuan.
73
Namun dalam kenyataan di lapangan menunjukkan hal yang bertolak belakang, banyak wajib pajak yang belum paham menyusun pembukuan yang baik dan benar sesuai dengan aturan perpajakan. Akibat dari kurangnya pemahaman wajib pajak dalam penyelenggaraan pembukuan ini
menimbulkan
kurangnya
kepatuhan
wajib
pajak.
Kurangnya
pemahaman wajib pajak khususnya wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha ini disebabkan oleh kurangnya edukasi serta sosialisasi baik dari wajib pajak yang bersangkutan akan pentingnya hal ini dan dari pihak KPP Pratama Gorontalo dalam menyediakan wadah berupa
sosialisasi
secara
efektif
mengenai
proses
penyusunan
pembukuan yang baik dan benar sesuai dengan aturan perpajakan yang pastinya memberikan manfaat kepada wajib pajak yang bersangkutan. Hasil
analisis
tanggapan
responden
mengenai
pemahaman
pembukuan sudah cukup baik, artinya Wajib Pajak sudah memiliki kesadaran yang cukup dan kedisiplinan terhadap kewajiban mereka dalam melakukan pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran serta penafsiran serta pelaporan data keuangan terhadap usaha yang dijalankannya,
meskipun
sebagian
wajib
pajak
masih
mengalami
kesalahan dan kesulitan dalam pencatatan, pengelompokkan dan pelaporan data keuangan. Sedangkan hasil analisis tanggapan responden mengenai kepatuhan wajib pajak juga sudah cukup baik, artinya bahwa kepatuhan Wajib Pajak KPP Pratama dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam
74
menghitung dan pembayaran pajak terutang wajib pajak, kepatuhan dalam pembayaran tunggakan di KPP Pratama masuk dalam kriteria baik Hal ini disebabkan adanya kesadaran dan kedisiplinan mereka sebagai Wajib Pajak, meskipun sebagian wajib pajak masih belum memiliki NPWP dan menghindar untuk mendaftarkan diri secara langsung sebagai wajib pajak karena faktor tertentu. Jadi secara keseluruhan menyatakan bahwa kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Gorontalo dalam kategori patuh. Berdasarkan hasil analisis, adapun untuk pengaruh pemahaman pembukuan terhadap kepatuhan wajib pajak adalah sebesar 30,8%. Sedangkan pengaruh variabel lain terhadap kepatuhan wajib pajak mencapai 69,2%. Dari hasil ini terlihat bahwa meskipun pemahaman pembukuan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak namun besar pengaruhnya relatif rendah. Dengan kata lain peningkatan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Gorontalo lebih banyak ditentukan oleh faktor lain selain pemahaman pembukuan yang telah dilakukan selama ini. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak tersebut adalah sistem administrasi perpajakan, pelayanan
pada
wajib
pajak,
penegakkan
hukum
perpajakan,
pemeriksaan pajak dan tarif pajak (Siti Kurnia Rahayu, 2010:140). Nilai r square sebesar 30,8% tergolong lemah secara keseluruhan kontribusinya terhadap kepatuhan wajib pajak karena hanya dipengaruhi oleh satu variabel yakni pemahaman pembukuan, hal ini juga sejalan dengan
75
penelitian Muhtasun (2011) yang memperoleh nilai r square sebesar 14,3%. Jika dilakukan penelitian dengan menggunakan beberapa variabel, kemungkinan besar kontribusinya (r square) bisa menjelaskan variabel kepatuhan wajib pajak. Untuk itu kedepannya selain perbaikan dalam hal pemahaman pembukuan yang sudah dijalankan juga sebaiknya dilakukan perbaikan terhadap faktor-faktor lain yang sekiranya berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.