BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Realibilitas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh responden, serta menghindari kesalahan intepretasi. Instrumen diuji pada 26 responden, kemudian dilakukan uji instrumen dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. 1. Uji Validitas Uji validitas adalah suatu uji yang mempunyai arti sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu instrumen (kuesioner) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2009). Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Korelasi yang digunakan adalah pearson correlation. Dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, item yang mempunyai nilai r hitung > r tabel dinyatakan valid dan jika nilai r hitung < r tabel dinyatakan tidak valid. Syarat minimum dianggap valid adalah jika koefisien korelasi 0,361 dengan taraf kesalahan 5%. Jadi jika koefisien korelasi < 0,361 dinyatakan tidak valid. Terdapat 28 item pertanyaan untuk kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE dan 37 pertanyaan untuk kuesioner tingkat pengetahuan mahasiswa yang diujikan kepada sejumlah 26 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pemilihan responden dengan melihat pengelompokkan mahasiswa disetiap Puskesmas dan setiap sesi kemudian diambil masing-masing
28
29
perwakilan berdasarkan no urut absen EPE. Hasil analisis validasi kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE dan tingkat pengetahuan mahasiswa Progam Studi Farmasi UMY dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4. Tabel 3.Validasi Evaluasi Pelaksanaan EPE No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 15
Pertanyaan EPE telah merangsang dan memberikan pengetahuan berharga. Setelah mengikuti EPE, kepercayaan diri saya saat bertemu pasien meningkat. EPE menjadikan beban bagi saya. Apoteker pembimbing di RS menstimulasi saya untuk berkontribusi dengan pengalaman dan pengetahuan saya sendiri. Tuntutan pada saya selama mengikuti EPE masuk akal. Saya sering kesulitan menemukan apa yang saya harapkan untuk saya pelajari selama mengikuti EPE. Diskusi kelompok meningkatkan pemahaman saya selama mengikuti EPE. Sistem pelaksanaan EPE sudah baik. Tugas yang didapat selama EPE penting untuk pembelajaran saya. Saya mempraktekkan bagaimana mengamati dan memahami perasaan pasien. EPE telah memberi saya pemahaman yang berharga tentang profesi apoteker dan pekerjaan kefarmasian. Sebagai mahasiswa, saya memiliki kesempatan untuk mempengaruhi muatan/materi EPE. Selama pelaksanaan EPE, apoteker pembimbing di RS memberikan feedback (umpan balik) yang bermanfaat untuk saya. EPE meningkatkan motivasi belajar saya terkait materi blok farmakoterapi renal dan kardiovaskuler, serta peran apoteker di RS. Saya dilatih untuk mengetahui pekerjaan kefarmasian di RS.
Koefisien Korelasi
Ket
0.654
Valid
0.579
Valid
0.405
Valid
0.670
Valid
0.590
Valid
-0.117
Tidak valid
0.593
Valid
0.448
Valid
0.755
Valid
0.278
Tidak valid
0.549
Valid
0.721
Valid
0.503
Valid
0.753
Valid
0.660
Valid
30
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Apoteker pembimbing di RS mendengarkan saya, membimbing dengan serius, dan responsif. Koordinator EPE memberikan informasi yang cukup memadai untuk saya. EPE menginspirasi saya untuk menjadi apoteker yang baik. Buku kerja EPE bermanfaat untuk proses belajar saya selama EPE. Apoteker pembimbing di RS bekerja keras untuk membuat EPE menjadi menarik. Saya menikmati pelaksanaan EPE. Diskusi selama EPE bermanfaat. Apoteker pembimbing di RS telah mendorong saya dengan beberapa cara untuk belajar lebih giat. EPE adalah kegiatan yang menarik dan berharga. EPE telah melatih pemahaman saya tentang pekerjaan kefarmasian di RS. Kelompok EPE saya bekerjasama dengan baik. Tujuan atau learning outcome kegiatan EPE telah terpenuhi. Secara umum, saya puas dengan kualitas kegiatan EPE.
0.599
Valid
0.452
Valid
0.673
Valid
0.547
Valid
0.587
Valid
0.741 0.751
Valid Valid
0.535
Valid
0.714
Valid
0.640
Valid
0.639
Valid
0.690
Valid
0.601
Valid
31
Tabel 4. Validasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa No
Pertanyaan
Koefisien
keterangan
korelasi
1
0.436
Valid
0.459
Valid
0.436
Valid
0.436
Valid
0.004
Tidak valid
6
Perawat harus mengisi buku pengambilan obat sebagai bukti obat sudah diambil. Saat pengambilan obat golongan psikotropika dan narkotika, harus mengisi buku pencatatan terlebih dahulu. Laporan penggunaan obat golongan psikotropika dan narkotika diserahkan ke BPOM. Penyerahan laporan penggunaan obat golongan psikotropika dan narkotika setiap 1 bulan sekali. Pengarsipan resep di instalasi farmasi (apotek) rawat inap dilakukan setiap hari dan diserahkan ke gudang setiap 1 tahun sekali. Pemusnahan resep dilakukan setiap 3 tahun sekali.
0.482
Valid
7
Pemusnahan resep dilakukan oleh pihak gudang.
0.149
Tidak valid
8
Penyusunan obat di instalasi farmasi rawat inap berdasarkan alphabetis. Penyimpanan obat golongan psikotropika dan narkotika secara khusus dalam lemari dengan 2 lapis pintu. Penyimpanan obat dengan nama yang mirip dilakukan dengan memberi label di box dengan tulisan LASA (Look Alike Sound Alike). Obat high alert diberi tanda khusus pada box.
0.482
Valid
0.510
Valid
0.459
Valid
0.436
Valid
Sebelum diberikan ke pasien obat higt alertdilakukan double cross check. Injeksi, suppositoria, elektrolit da pat disimpan dalam lemari es yang sama. Obat-obat yang hampir kadaluarsa diberi tanda warna merah. Informasi obat-obat yang hampir kadaluarsa diinformasikan ke dokter penanggung jawab pasien. Obat yang hampir kadaluarsa diutamakan untuk diresepkan ke pasien. Obat-obat yang sudah kadaluarsa dilaporkan untuk dimusnahkan. Pemusnahan obat NON psikotropika dan narkotika dilakukan oleh apoteker.
0.482
Valid
0.475
Valid
0.265
Tidak valid
0.345
Tidak valid
0.436
Valid
0.459
Valid
0.434
Valid
2
3 4 5
9
10
11 12 13 14 15
16 17 18
32
19
20
21 22 23 24 25
26 27 28 29
30 31 32 33 34 35 36 37
Pemusnahan obat psikotropika dan narkotika yang sudah kadaluarsa dilakukan oleh pihak gudang. Alur pelayanan resep di instalasi farmasi rawat inap adalah resep masuk→ screening resep→ data diinput dikomputer→diserahkan dibagian peracikan →diberi etiket dan sesuai nama bangsal →diserahkan kepada perawat. Resep diantarkan sendiri oleh keluarga pasien rawat inap ke instalasi farmasi rawat inap. Screening resep dilakukan oleh apoteker. Apabila apoteker tidak ada ditempat, screening resep bisa dilakukan oleh asisten apoteker. Apabila terdapat resep yang meragukan, apoteker melakukan konfirmasi ke dokter. Jika stok obat yang diresepkan kosong, apoteker boleh mengganti obat yang indikasinya sama tanpa konfirmasi ke dokter. Obat-obat yang sudah diracik diambil dari apotek oleh perawat bangsal. Obat-obat yang memerlukan edukasi diantarkan langsung oleh apoteker ke pasien. Obat untuk pasien ICU langsung diantarkan apoteker ke pasien. Unit Dose Dispensing (UDD) dan Individual Prescribing (IP) merupakan metode distribusi obat di instalasi farmasi rawat inap. Metode UDD dilakukan untuk mengihindari kesalahan pasien maupun kerusakan obat. Kerugian metode UDD adalah sumber daya manusia yang diperlukan sangat banyak. Keuntungan metode IP menurunkan beban kerja farmasi. Kekurangan metode IP obat yang tidak terpakai akan menumpuk dibangsal. Rekam medik adalah catatan riwayat penyakit dan pengobatan pasien. Menuliskan adanya efek samping atas penggunaan obat direkam medik merupakan tugas perawat. Pengisian rekam medik hanya bisa dilakukan oleh dokter. Lembar rekonsiliasi merupakan data pengobatan pasien rawat jalan atau UGD (Unit Gawat Darurat) yang terdapat dalam rekam medik.
0.397
Valid
-0,123
Tidak valid
0,678
Valid
0.482
Valid
0.149
Tidak valid
-0.010
Tidak valid
0.485
Valid
0.048
Valid
-0.048
Tidak valid
0.438
Valid
0.254
Tidak valid
0.582
Valid
0.482
Valid
0.292
Tidak valid
0.482
Valid
0.482
Valid
0.452
Valid
0.424
0.562
Valid
Valid
33
Dari hasil validitas didapatkan 2 soal tidak valid untuk kuesioner evaluasi pelaksanaan EPE dan 10 soal yang tidak valid untuk kuesioner tingkat pengetahuan mahasiswa, sehingga pertanyaan untuk evaluasi pelaksanaan EPE 26 soal dan tingkat pengetahuan mahasiswa 27 soal. Adanya pertanyaan yang tidak valid ini dikarenakan soal yang dibuat terlalu mudah atau terlalu sulit, sehingga responden mempunyai jawaban yang memusat atau tidak terdistribusi normal. 2. Uji Realibilitas Uji realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama (Notoatmodjo, 2012). Dalam suatu kelompok item-item pertanyaan dinyatakan reliabel apabila angka koefisien alpha cronbach (α) ≥ 0,6 (Arikunto, 2010). Uji realibilitas dilakukan kepada 26 responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 37 pertanyaan untuk kuesioner tingakat pengetahuan dan 28 pertanyaan untuk kuesioner motivasi belajar. Berikut adalah hasil uji realibilitas 26 responden. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .845
N of Items 37
Cronbach's Alpha .926
N of Items 28
34
Dari hasil analisis diperoleh nilai alpha cronbach sebesar 0,844 untuk kuesioner tingkat pengetahuan dan 0,926 untuk kuesioner motivasi belajar sehingga dinyatakan sangat reliabel. Berdasarkan hasil analisis uji validitas dan realibilitas kuesioner dapat disimpulkan bahwa dari 37 pertanyaan kuesioner yang diajukan 27 pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel untuk kuesioner tingkat pengetahuan dan dari 28 pertanyaan yang diajukan 26 pertanyaan dinyatakan valid dan reliabel untuk kuesioner motivasi belajar, sehingga dapat digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan motivasi belajar mahasiswa program studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Penelitian Evaluasi Pelaksanaan dan Pengaruh EPE terhadap Tingkat Pengetahuan Mahasiswa 1. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini yaitu mahasiswa Program Studi Farmasi UMY angkatan 2013 yang mengikuti EPE di blok 16. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan 26 butir pertanyaan untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan EPE dan 27 butir pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa. Kuesioner ini diberikan kepada 26 responden, dengan melihat pengelompokkan mahasiswa disetiap Rumah Sakit dan setiap sesi kemudian diambil masing-masing perwakilan, uji validitas dan reliabilitas perwakilan berdasarkan no urut absen 1 dan 2 untuk penelitian perwakilan berdasarkan no urut absen 3 dan 4.
35
2. Evaluasi Pelaksanaan EPE Evaluasi pelaksanaan EPE mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu, baik, cukup dan kurang baik. Baik jika skor jawaban 76%-100%, cukup jika skor jawaban 56%-75% dan kurang baik jika skor jawaban <56%. Distribusi jawaban responden terhadap evaluasi pelaksanaan EPE dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Distribusi Jawaban Evaluasi Pelaksanaan EPE No 1 2 3
Pengetahuan Baik Cukup Kurang baik Jumlah
Jumlah
Persentase (%)
19 7 0 26
73,08 26,92 0 100
Keseluruhan sampel pada penelitian ini adalah 26 responden. Berdasarkan data dari tabel diatas, evaluasi pelaksanaan EPE 73,08% baik dan 26,92% cukup. Hasil tersebut didapat setelah mahasiswa program studi Farmasi UMY melaksanakan progam EPE di blok 16. Evaluasi pelaksanaan EPE mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY diukur melalui 6 aspek pertanyaan, yaitu: persiapan, pembimbing, kegiatan, keterampilan mahasiswa, kinerja kelompok, mahasiswa. Distribusi evaluasi pelaksanaan EPE mahasiswa blok 16 Program Studi Farmasi UMY berdasarkan 6 aspek pertanyaan dapat dilihat pada gambar 3, gambar 4, gambar 5, gambar 6, gambar 7, gambar 8.
36
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
P25
P26
Gambar 3.Diagram Distribusi Evaluasi pelaksanaan EPE (Aspek Persiapan) 80 70 60
Sangat Setuju
50
Setuju
40
Netral
30
Tidak Setuju
20
Sangat Tidak Setuju
10 0 P18
P19
P20
P21
P22
Gambar 4. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Pembimbing) 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju P10
P11
P12
P13
Gambar 5. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Kegiatan)
37
80 70 60 Sangat Setuju
50
Setuju 40
Netral
30
Tidak Setuju
20
Sangat Tidak Setuju
10 0 P14
P15
P16
P17
Gambar 6. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek keterampilan Mahasiswa)
60 50 40
Sangat Setuju Setuju
30
Netral Tidak Setuju
20
Sangat Tidak Setuju 10 0 P23
P24
Gambar 7.Evaluasi Pelaksanaan EPE (Kinerja Kelompok)
38
90 80 70 60
Sangat Setuju
50
Setuju
40
Netral
30
Tidak Setuju
20
Sangat Tidak Setuju
10 0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
Gambar 8. Evaluasi Pelaksanaan EPE (Aspek Motivasi Belajar) Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa pelaksanaan EPE masuk dalam katagori baik dengan nilai persentase 73,08%. Peneliti mengasumsikan bahwa kesiapan mahasiswa Farmasi UMY dalam mengikuti kegiatan EPE tinggi sehingga mempengaruhi minat dan perhatian mahasiswa dalam kegitan EPE. Hal ini sejalan dengan hukum kesiapan (Low Of Readiness) oleh Thorndike menyatakan belajar akan lebih berhasil jika mahasiswa dalam keadan siap, karena dalam keadaan tersebut kegiatan belajar akan berjalan secara serius. Aspek dari kesiapan antara lain kesiapan mental, kesiapan pengetahuan terkait (materi persyaratan) kesiapan bahan, dan kesiapan instrument (alat dan bahan) sehingga berdampak dengan hasil atau peningkatan pengetahuan mahasiswa. Diagram distribusi pada gambar diatas, terdapat beberapa item evaluasi dengan jawaban netral >20% dapat dilihat pada lampirn 19. Analsis evaluasi pelaksaan EPE dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6.Analisis Evaluasi Pelaksanaan EPE Aspek Pertanyaan Apoteker pembimbing di Rumah Sakit bekerja keras untuk membuat EPE menjadi menarik Apoteker pembimbing di Rumah Sakit mendengarkan saya, membimbing dengan Pembimbing serius, dan responsif Apoteker pembimbing di Rumah Sakit telah mendorong saya dengan beberapa cara untuk belajar lebih giat Kelompok EPE saya bekerjasama dengan baik.
Kinerja Kelompok
Analisa Penyebab 1. Pada saat EPE berlangsung apoteker yang bertugas dalam memimbing mahasiswa melakukan EPE sedang sibuk. 2. Rumah sakit yang dikunjungi mahasiswa dalam kegiatan EPE banyak pasien, sehingga mahasiswa belajar mandiri tanpa ada pengawasan dari apoteker pembimbing 3. Apoteker pembimbing hanya memberikan informasi kepada mahasiswa seperlunya saja sehingga pelaksanaannya dirasa kurang efektif dan menarik.
Saran/solusi 1. Dilakukan sosialisasi kepada apoteker pembimbing.
1. Pada saat EPE banyak mahasiswa yang tidak serius dalam melakukan EPE 2. Kurangnya perhatian dari apoteker pembimbing di rumah sakit sehingga kegiatan EPE kurang efektif . 3. kerjasama dalam tim kurang terbentuk
1. Sosialisasi mengenai EPE lebih memberikan gambaran mengenai pelaksanaan EPE. 2. Dalam sosialisasi EPE lebih memotivasi mahasiswa. 3. Memberikan sosialisasi kepada apoteker di Rumah Sakit yang akan dijadikan tempat EPE 4. Selama kegiatan EPE berlangsung mahsiswa terus di dampingi apoteker
2. Adanya apoteker pendamping lain atau cadangan untuk membimbing mahasiwa dalam kegiatan EPE agar pengalaman dan pengetahuan mahasiswa tercapai sesuai kompetensi yang sudah ditetapkan 3. Perwakilan dari pengajar mendampingi mahasiswa selama pelaksanaan EPE berlangsung.
39
40
3. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Untuk melihat pengaruh pelaksanaan EPE terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa, data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Berdasarkan uji Wilcoxon pengetahuan pre dan post, dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 seperti yang tertera dibawah ini. Tabel 7.Hasil Pre Test dan Post Test Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pre Test Post Test Pengetahuan N % N % 10 38,5 26 100 Baik 16 61,5 0 0 Cukup 0 0 0 0 Kurang baik 26 100 26 100 Total 0,000 p value
Tabel diatas menujukkan sebanyak 10 responden (38,5 %) yang memiliki pengetahuan yang baik, sebanyak 16 responden (61,5%) mamiliki pengetahuan cukup. Setelah melakukan EPE, semua responden memiliki tingkat pengetahuan baik (100%) Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan ujiwilcoxon menunjukkan p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α (0,005) berarti ho ditolak dan hα diterima.
41
Artinya terdapat perbedaan skor yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan mahasiswa sebelum dan setelah dilaksanakannya EPE. Pengetahuan mahasiswa Program Studi Farmasi UMY sebelum dan setelah mengikuti EPE diukur melalui 4 kisi pertanyaan, yaitu: kelengkapan administrasi dan fisik terkait pelayanan kafarmasian di IFRS, pengelolaan obat di IFRS, good dispensing practice di IFRS dan observasi data dalam rekam medik pasien. Distribusi tingkat pengetahuan mahasiswa berdasarkan 4 kisipertanyaan dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10.
Persentase
Sebelum Early Pharmaceutical Exposure 120 100 80 60 40 20 0
100 76.9
65.4
57.7
26.9 7.7
19.2 3.8
15.4
26.9
Kelengkapan Pengelolaan obat di Good dispensing Observasi data administrasi dan IF rawat inap di RS practice di IF rawat dalam rekam medik fisik terkait inap di RS pasien pelayanan kefarmasian di IF rawat inap di RS Sangat baik
Baik
Cukup baik
Gambar 9.Diagram Distribusi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Sebelum EPE terhadap Kisi-kisi petanyaan
42
Setelah Early Pharmaceutical Exposure 120
100
Persentase
100
84.6 73.1
80
57.7
60
38.5
40
26.9 15.4
20
3.8 0 Kelengkapan administrasi dan fisik terkait Pengelolaan pelayanan Good obat dispensing kefarmasian di IF rawat Observasi practice di inap IF rawat didata diRS IF rawat dalam inap diinap rekam RS di RS medik pasien Sangat baik
Baik
Cukup baik
Gambar 10. Diagram Distribusi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Setelah EPE terhadap Kisi-kisi petanyaan Pada gambar menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah mengikuti EPE. Dimana EPE berpengaruh signifikan terhadap mahasiswa yang sudah mengikuti EPE. Menurut asumsi peneliti pengaruh peningkatan pengetahuan mahasiswa yang signifikan ini dikarenakan mahasiswa mendapatkan pelajaran dalam bentuk pengalaman langsung sehingga terjadi suatu proses belajar dimana sesuatu yang tidak tahu menjadi tahu, berbeda dengan apa yang mereka dapatkan dari perkuliahan yang mereka tahu hanya teorinya saja akan tetapi dalam melakukannya mereka tidak pernah melihat secara langsung. Hal ini sejalan dengan teori Soekidjo Notoatmojo(2007) yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku meliputi pengetahuan, kecakapan, keterampilan. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa sifat khas dari proses belajar memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum diketahui sekarang diketahui hal ini didukung dengan pernyataan Notoatmojo(2007) sebagian
43
besar diperoleh melalui mata dan telinga sejalan dengan kegiatan EPE yaitu mahasiswa langsung melihat kegiatan apa saja yang dilakukan selama EPE, mahasiswa ikut berpartisipasi langsung dalam kegiatan EPE sehingga mempangaruhi peningkatan pengetahuan yang signifikan terhadap pengetahuan mahasiswa. Setelah dilakukan analisis secara statistik pada beberapa item pertanyaan didapatkan hasil peningkatan pengetahuan yang tidak signifikan dapat dilihat pada lampiran 21. Uraian analisis pertanyaan dan solusi dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9.Analisis Evaluasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Aspek Pertanyaan Analisa Penyebab Injeksi, suppositoria, 1. Kurangnya penegtahuan elektrolit dapat disimpan mahasiswa tentang dalam lemari es yang sama penyimpanan obat yang disimpan di tempat khusus. Pengelolaan obat di Intalasi Farmasi(Apotek) Rawat Inap di Rumah Pemusnahan obat NON Sakit psikotropika dan narkotika dilakukan oleh apoteker.
Resep diantarkan sendiri oleh keluarga pasien rawat Good dispensing inap ke instalasi farmasi practice di intalasi rawat inap Farmasi(apotek) Jika stok obat yang Rawat Inap di diresepkan kosong, apoteker Rumah Sakit boleh mengganti obat yang indikasinya sama tanpa konfirmasi ke dokter
1.
2.
3.
Saran/solusi Mahasiswa sebaiknya mencari banyak literatur dari jurnal atau buku. Mahasiswa diharapkan aktif bertanya pada saat EPE berlangsung. Mahasiswa diharapkan mengamati dengan serius selama EPE berlangsung Mahasiswa banyak bertanya kepada apoteker pembimbing. Lebih banyak diskusi yang dilakukan antara mahasiswa dengan apoteker pembimbing dan antara mahasiswa dengan mahasiswa. Mengamati dengan seksama keadaan nyata di lapangan.
1. Mahasiswa kurang paham dengan pertanyaan tersebut.
1.
1. Mahasiswa kurang paham dengan alur pelayanan di rumah sakit .
1.
1. Kurangnya pemahaman mahasiswa tentang wewenang apoteker di instalasi rawat inap di rumah sakit.
1. Bertanya kepada apoteker pembimbing mengenai apa saja yang yang bisa dilakukan apoteker dalam pengobatan pasien.
2.
44
Observasi data dalam Pengisian rekam medik rekam medik pasien hanya bisa dilakukan oleh dengan kasus renal dokter dan kardiovaskuler (Bagian Rekam Medik)
1. Sebagian besar mahasiswa mengetahui bahwa dokter memiliki hak penuh dalam pengisian rekam medik.
1. Lebih banyak berdiskusi apoteker pembimbing tugas masing-masing kesehatan yang ada di sakit.
dengan tentang tenaga rumah
C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah minat responden dalam penelitian kecil sehingga mempengaruhi jumlah sampel dan Responden tidak didampingi saat mengisi kuesioner.
45