BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian Wilayah desa Lakeya merupakan salah satu desa yang berada di kabupaten Gorontalo, secara administratif desa Lakeya berada di Kecamatan Tolanguhula. Sebagai desa yang masih tertinggal, khususnya dalam dunia pendidikan desa Lakeya bukan berarti menutup diri dengan berbagai perkembangan pengetahuan, ini terbukti bahwa tidak semua penduduk desa Lakeya tidak mengenyam pendidikan formal, namun sebagian besar, khususnya kaum tua dan dewasa dan sebagian generasi muda yang masih banyak tidak mengenyam pendidikan formal sedangkan bagi kaum remaja sebagian besar putus sekolah hal ini seperti yang diungkapkan oleh Kepala desa yang menyatakan bahwa “Lakeya sebagai desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Boalemo, desa ini mempunyai penduduk yang cukup hiterogen. Disamping penduduk yang berasal dari Gorontalo, penduduk desa Lakeya juga banyak yang berasal dari suku Jawa atau suku lainnya. Namun dari segi pendidikan, kebanyakan penduduk desa mengenyam pendidikan sampai jenjang sekolah menengah, dan bahkan banyak juga yang putus sekolah. Sebagai desa yang cukup luas desa lakeya menyimpan berbagai potensi sumberdaya alam, khususnya pertanian dan pertambangan pasir. Potensi pertanian lebih dikembangkan pada pertanian Tebu rakyat yang nantinya hasil pertanian akan di jual ke Pabrik tebu. Desa Lakeya secara administratif mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Sidoharjo 2. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Moohu 3. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Wonosari 4. Sebelah selatan berbatasan dengan Dilooto Sebagai sebuah desa yang berada di wilayah kecamatan Tolanguhula desa Lakeya mempunyai luas 31.000Ha, yang terdiri atas tanah pekarangan dan persawahan, pegunungan, perbukitan serta hutan belukar. Desa ini terbagi menjadi lima dusun. Sesuai dengan data demografi desa Lakeya jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Desa Lakeya Berdasarkan Jenis Kelamin. No Jenis kelamin 1 2
Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah penduduk 907 960 1867
Persentase (%) keterangan 48,58% 51,42% 100%
Penduduk desa Lakeya mempunyai tingkat pendidikan yang masih rendah, rendahnya tingkat pendidikan memicu pula rendahnya tingkat penghasilan masyarakat. Dari jumlah penduduk yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani, ada beberapa penduduk yang juga berpenghasilan sebagai pedagang dan pegawai adapun jumlah berdasarkan mata pencaharian adalah sebagai berikut:
penduduk
Tabel 4.2. Jumlah pencaharian.
no 1 2 3 4 5 6
Penduduk
Desa
Berdasarkan mata
JUMLAH
MATA PENCAHARIAN Pegawai/karyawan TNI/Polri Buruh Tani Pedagang Petani Lain-lain
Lakeya
ANGKA 30 6 256 25 1245 295
PERSEN (%) 1,60 0,32 13,71 1,34 66,68 15,80
Sumber : monoggrafi desa Lakeya tahun 2011
Sementara itu ditinjau dari tingkat pendidikan masyarakatnya, desa Lakeya umumnya memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda, hal ini diwarnai
pola kehidupan meraka dlam memperoleh kesempatan pendidikan
terutama bagi penduduk yang masih tergolong usia sekolah. Disamping itu perbedaan pendidikan dikalangan penduduk juga dipengaruhi oleh tingkat pendapatan serta mata pencaharian mereka. Adapun jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Desa Lakeya Berdasarkan Tingkat Pendidikan. no 1 2 3 4 5 6
JUMLAH
PENDIDIKAN Sarjana/pascasarjana SLTA/setara SLTP/setara SD/sederajad Putus sekolah Tidak sekolah
ANGKA 35 300 450 950 75 57
Sumber : monoggrafi desa Lakeya tahun 2011
PERSEN (%) 1,87 16,86 24,10 50,88 4,01 3,05
Lakeya sebagai salah satu desa di Kecamatan Tolanguhula mempunyai potensi yang besar yang dapat dikembangkan, pertanian masih menjadi andalan daerah ini, hasil utama pertanian didaerah ini berupa padi, jagung, tanaman holtikultura, dan palawija dan lebih khusus lagi adalah tebu rakyat. Produksi padi mampu menutupi seluruh kebutuhan konsumsi penduduk Lakeya dan beberapa desa di sekitar. Sementara tebu mampu mencukupi kebutuhan Pabrik gula yang memang berada di desa Lakeya. Keberadaan Pabrik gula mampu menyerap tenaga kerja dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Sedangkan Jagung menjadi andalan daerah ini dan bahkan andalan provinsi Gorontalo, yang selalu meramaikan perdagangan antar daerah di Kabupaten Gorontalo bahkan beberapa pertanian melalui pengumpul telah melakukan ekspor. Pengembangan jagung menjadi sangat menarik mengingat keterkaitan antara pertanian, indusrti, dan peternakan yang sifatnya saling mendukung, produksi jagung akan terserap oleh industri pakan ternak yanng saat ini masih memiliki peluang investasi sangat besar. Keberadaan industri pakan ternak dengan bahan baku jagung akan sangat menguntungkan
pengembangan
peternakan
terutama
dengan
program
penggemukan ternak unggas seperti ayam, menjadi prioritas dalam pembangunan pedesaan di Kecamatan Tolanguhula, khususnya di desa Lakeya, hal ini mengingat Kecamatan Tolanguhula mempunyai Pasar yang cukup besar, dari sisi ini permintaan pasar dari kalangan petani, ternak, masyarakat dari kecamatan tetangga atau desa tetangga yang berbatasan langsung dengan Tolanguhula cukup tinggi, belakangan kebutuhan makanan, serta kebutuhan pokok dan pakan ternak dari desa lain masih disuplai dari luar daerah. Untuk kegiatan perkebunan, hasil
komoditi utama desa ini ini meliputi kelapa, kelapa hibrida. Disamping tanaman kebun, banyak masyarakat Lakeya juga menaman tanaman palawija, seperti cabai, tomat dan tanaman yang menjadi kebutuhan masyarakat baik desa Lakeya sendiri atau desa sekitar. Apalagi desa Lakeya merupakan desa yang berdekatan langsung dengan kota mandiri Wonosari, karena itu pemintaan akan kebutuhan palawija untuk masyarakat dapat dipenuhi oleh masyarakat desa Lakeya. Berangkat dari kelebihan tersebut maka untuk mengembangkan sumber manusia yang unggul, maka perlu pula peningkatan pendidikan yang akan dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini. Disamping program pengembangan pendidikan bagi Anak Usia Dini, program ini juga tidak lepas dari program pemerintah Kabupaten Gorontalo sebagai Kabupaten Layak anak. Untuk memulai program pendidikan anak usia dini, maka beberapa warga mulai merintis Taman Penitipan Anak, dimana Taman penitipan anak merupakan suatu bentuk program Pendidikan Anak Usia Dini yang berada pada jalur pendidikan non formal. Taman Penitipan Anak berfungsi untuk membantu para keluarga yang dengan alasan tertentu tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan rangsangan terhadap potensi yang dimiliki anak usia dini. Dalam pelaksanaan daerah layak anak, salah satunya adalah dibutuhkan peran orang tua atau masyarakat dalam mengembangkan potensi anak. Peran inilah yang kemudian menjadi bentuk fenomena yang terjadi di desa Lakeya. Berbagai macam peran orang tua dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan Anak Usia Dini khususnya taman penditipan anak dilakukan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan para ibu-ibu di Desa Lakeya baik melalui kegiatan kelompok
PKK, atau para istri karyawan pabrik gula seperti yang diungkapkan oleh Wisna Palilati, salah satu orang tua siswa” “Saya menitipkan anak saya ke TPA cendraawasih sebagai bentuk partisipasi saya dalam mengembangkan potensi anak, kebetulan saya kenal dengan pengelolanya yang juga anggota PKK di desa Lakeya”(wawancara Mei 2012) Kesadaran orang tua dalam mendidik para balita melalui kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk kesadaran para masyarakat akan kelebihan dan potensi yang akan dikembangkan para generasi selanjutnya. 4.2 Gambaran Umum Taman Penitipan Anak Cendrawasih Sejarah pendidikan di Indonesia memperlihatkan bahwa jauh sebelum pendidikan formal dikenal dan dikembangkan, masyarakat telah memprakarsai dan mengembangkan praktek-praktek pendidikan yang unik dan asli. Dalam bentuk-bentuk yang “sederhana” dan “tradisional”, di berbagai suku, dan komunitas ditemukan beragam praktek pendidikan berbasis kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi mereka masing-masing Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan Formal, nonformal, dan/atau informal (Pasal 28 ayat 2). Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Bentuk lain yang sederajad yang selanjutnya dikategorikan sebagai satuan PAUD sejenis dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan PAUD lainnya.
TPA Cendrawasih lahir pada tanggal 8 Pebruari 2010. Visi. Menghasilkan Sumber Daya Masyarakat yang berkompetensi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan berdaya saing kerja serta mampu mengembangkan diri dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Misi: 1) Mewujudkan Program-Program Pendidikan Luar Sekolah yang dicanangkan oleh Pemerintah untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. 2) Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 3) Menghasilkan Output yang dapat diterima oleh Lapangan Kerja yang ada, baik Pemerintah. Adapun tujuan pembentukan TPA Cendrawasih adalah untuk bersama-sama dengan Pemerintah guna berupaya melakukan yang di tujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pemahaman terhadap pentingnya pelaksanaan program TPA ini mengindikasikan bahwa pendidikan anak usia dini melalui layanan Taman Penitipan Anak akan memberikan rangsangan secara optimal terhadap tumbuh kembang anak baik jasmani dan rokhani. Oleh karena itu, hadirnya Taman Penitipan Anak sebagai salah satu program pendidikan anak usia dini di desa Lakeya mempunyai fungsi dan tujuan sebagai berikut: 1. Pengembangan segenap potensi anak 2. Penanaman nilai-nilai dan norma-norma kehidupan 3. Pembentukan dan pembiasaan prilaku-prilaku yang di harapkan
4. Pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar, serta 5. Pengembangan motivasi dan sikap belajar positif Langkah yang ditempuh oleh TPA Cendrawasih dalam penyelenggaraan kegiatan : 1.
Memberikan layanan dan bantuan pengasuhan bagi keluarga yang menitipkan anaknya di Taman penitipan Anak cendrawasih.
2.
Memberikan rangsangan bagi anak usia 0-4 tahun sesuai dengan kompetensi Anak Usia Dini.
3.
Melakukan pendekatan pembelajaran secara holistik
4.
Mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor anak sesuai dengan karakteritik anak usia dini
Taman penitipan anak yang memberikan layanan pengasuhan di desa lakaeya merupakan program pendidikan yang dirintis oleh berbagai komponen masyarakat yang peduli terhadap pengembangan sumber daya manusia di desa lakeya kecamatan tolanguhula, hal ini tidak terlepas dari program pemerintah Kabupaten Gorontalo sebagai Kabupaten layak anak yang memang dicanangkan oleh pemerintah daerah melalui melalui gerakan daerah Layak Anak. Untuk menyusun program kegiatan, maka disusun kepengurusan dalam bentuk sturuktur organisasi. Adapun struktur organisasi Taman Penitipan Anak adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Struktur TPA Cendrawasih
Pelindung/Penaseh at Ketua IIKK
Ketua Katy Payuyu
Sekretaris Asni
Bendahara Rahmiyati Aliwu
Bagian Kemitraan Dan Pelayanan Sharin Puhi
Bagian Pendidikan Rosman Yahya
Peserta Didik / Warga Belajar
Dalam perkembangannya, sejak berdiri sampai sekarang Taman Penitipan Anak Cendraawasih telah menampung murid sebanyak 64 siswa, adapun data siswa dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 4.4. Jumlah Siswa Berdasarkan jenis Kelamin Kelompok usia 0-2 Jumlah
Laki-laki 11 23 34
Perempuan 14 16 30
Keterangan
Dilihat dari segi kuantitas jumlah anak yang dititipkan, maka nampak bahwa animo para orang tua dalam memberikan kepercayaan pada Layanan pengasuhan pada taman penitipan anak cendrawasih menjadi bentuk fenomena yang patut di teliti. Disamping itu beberapa anak asuh berasal dari desa tetangga dan bahkan dari beberapa kecamatan yang berbatasan dengan kecamatana Tolanguhula, seperti yang dikemukakan oleh Linda salah satu orang tua yang menitipkan anaknya di TPA cendrawasih, ia yang juga berprofesi sebagai Pendidik PAUD, ia mengatakan bahwa ” memang benar, sebagian memang berasal dari desa tetangga, dan bahkan dari beberapa kecamatan yang berbatasan langsung dengan desa Tolanguhula” (wawancara 4 Juni 2012). Adapun jumlah anak berdasarkan daerah asalh dapat dibambarkan dalam table berikut ini” Tabel 4.5. Jumlah Anak Berdasarkan Daerah Asal Kelompok
Desa lakeya
Luar desa
Keterangan
Laki-laki
29
5
34
Perempuan
27
3
30
Jumlah
56
30
64
Untuk mendukung program pembelajaran, maka Taman Penitipan Anak ini mempunyai beberapa sarana penunjang, diantaranya adalah beberapa alat permainan educatif luar dan Alat permainan educatif dalam (APE dalam dan Luar) adapun sarana dan prasarana dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.6 Data Keadaan Gedung TK Permata Indah
KONSTRUKSI
Permanen Semi Permanen Bertingkat Tidak Bertingkat JUMLAH RUANG/BILIK
BAIK
KONDISI R. RINGAN
R. BERAT
2 -
-
-
2 BAIK
R. RINGAN
R. BERAT
-
-
-
-
Ruang bermain 2 Ruang Kantor 1 Ruang Perpustakaan Ruan UKS Lain-Lain JUMLAH 3 Sumber: arsip data TPA cendrawasih
Sedangkan untuk mendukung proses pembelajaran pada Taman Penitipan anak cendrawasih mempunyai beberapa alat permainan, diantaranya: Tabel 4.7. Keadaan APE dalam / APE luar TPA Cendrawasih desa Lakeya kecamatan Tolanguhula. No Alat Permainan Edukatif APE Luar: 1. Ayunan 2. Luncuran 3. Jungkitan 4. Bola Dunia 5. Bak Pasir 6. Tangga Majemuk. APE Dalam 1. Sentra Ibadah 2. Sentra Seni dan Kreativitas 3. Sentra Balok 4. Sentra Bahan Alam 5. Sentra Persiapan 6. Sentra Musik Dan olahraga
Ada
Tidak Ada
√ √ √ -
√ √
√ √ √ √ √ -
Sumber: arsip data TPA cendrawasih
√
Tabel 4.8.Data Inventaris Barang NO Inventaris Barang 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Meja Anak Tempat tidur anak Kursi Anak Meja dan Kursi Guru Papan Tulis Lemari Lambang Negara RI Bendera Merah Putih Gambar Rak Untuk Alat Permainan Tempat Sampah Sumber: arsip data TPA cendrawasih
Cukup Tidak Cukup √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ -
Tidak ada -
4.3 Pembahasan Temuan Hasil Penelitian Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang persepsi orang tua terkait dengan pelaksanaan program TPA Cendrawasih di Desa Lakea peneliti melakukan wawancara dengan salah satu masyarakat yaitu ibu WD tentang tentang pemahaman masyarakat terkait dengan keberadaan taman penitipan anak, sebagai berikut. “ya saya tahu kalau di dekat pabrik gula ada Taman Penitipan Anak (TPA), dan itu bergabung dengan sekolah kelompok bermain dan teman-kanakkanak yang di kelola oleh beberapa masyarakat dan istri para karyawan pabrik” (W/WD/M/TPA/09.04.12) Lebih lanjut terkait dengan pelaksanaan kegiatan Taman penitipan Anak, baik dalam kapasitas pengelolaan dan proses pembelajaran, ia menyatakan bahwa: “setahu saya TPA itu salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang sekarang banyak bermunculan di kota, desa bahkan di berbagai
perkampungan. Tapi kalau mau di pikir, kalau TPA itu di selenggarakan di sini, siapa ya yang mau menitipkan anaknya, soalnya kan ada bayarannya kalau dititipkan di TPA. Tapi yang saya dengar banyak karyawan pabrik yang istrinya juga bekerja menitipkan anaknya di TPA itu” (W/WD/M/TPA/09.04.12) Pemahaman tentang keberadaan taman penitipan anak juga di kemukakan NS selah seorang karyawan pabrik gula, pemahaman yang dikemukakan lebih bersifat formal. “ memang keberadaan TPA yang ada di sekitar pabrik sangat membantu kami yang sama-sama sebagai karyawan. selain sebagai wahana kesejahteraan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu bagi anak yang orangtuanya bekerja, juga didalamnya sekaligus menyelenggarakan program pendidikan (termasuk pengasuhan) terhadap anak (W/NS/iF/TPA/09.04.12) Sementara itu terkait dengan pelaksanaan layanan pembelajaran di taman penitipan anak desa lakeya bagai mana Peranan dan persepsi orang tua dalam penyelenggaraan TPA Cendrawasih akan sangat berpengaruh dan berperan penting, karena merupakan salah satu tuntutan dalam pelaksanaan untuk membantu penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Untuk mengetahui gambaran rill tentang persepsi orang tua tersebut dalam penyelenggaraan TPA cendraawasih, maka peneliti melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang tua, guru, pengasuh, penyelenggara dan masyarakat di sekitar TPA. Hasil pengamatan dan wawancara tersebut kemudian dirumuskan sebagai berikut: 1) Perencanaan Dalam
penyelenggaraan TPA
Cendrawasih penyelenggara
bersama
masyarakat melakukan perencanaan agar TPA Cendrawasih dapat melaksanakan
tugas dan fungsi lembaga pendidikan yang ada di lingkungannya. Menurut Ibu WD selaku penyelenggara (wawancara, 09 april 2012) mengemukakan bahwa tujuan perencanaan adalah sebagai berikut: “Perencanaan sangat perlu karena dengan adanya perencanaan penyelenggara akan dapat merumuskan tujuan yang dicapai serta untuk mengidentifikasi dan pengarahan sumber daya dengan efisien. (W/WD/M/TPA/09.04.12) Dari hasil wawancara di atas menggambarkan bahwa peran orang tua dalam perencanaan bagi penyelenggaran sangat diperlukan dan merupakan langkah awal sebelum berbagai kegiatan lainnya dilakukan. Hal ini tentunya dimaksudkan agar kegiatan yang dilakukan lebih teratur dan terarah kepada upaya pemilihan dan penentuan kebijakan tertentu. 2) Organisasi Penyelenggara bersama masyarakat melakukan penyusunan oragnisasi agar dalam lembaga pendidikan TPA Cendrawasih orang-orang yang terlibat di dalamnya dapat melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing. Menurut Ibu Widya selaku penyelenggara (wawancara, 09 April 2012) mengemukakan bahwa tujuan perencanaan adalah sebagai berikut: “Organisasi sangat perlu karena dengan adanya organisasi, dapat melaksanakan manajemen TPA dengan baik. Pengorganisasian ini dirasa penting agar nantinya dalam pengelolaan semuanya dapat di pertanggung jawabkan” (W/WD/M/TPA/09.04.12) Organisasi meruapakan fungsi dari manajemen, dengan adanya organisasi pelaksana akan mengetahui alur kebijakan, serta melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing.
3) Akuntabilitas (Tanggungjawab) Dalam
hal
ini
peneliti
mengajukan
pertanyaan
“Kepada
siapa
penyelenggaraan TPA ini dipertanggungjawabkan?” (wawancara 17 mei 2012) dan dijawab: “Tanggungjawab adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang petugas atau penyelenggara TPA pada jalur otoritas, dalam hal ini saya selaku penyelenggara bertanggungjawab atas penyelenggaraan TPA ini kepada ketua yayasan yang menyelenggarakan TPA ini. (W/WD/M/TPA/17.04.12) 4) Pengawasan Penyelenggaraan TPA Cendrawasih diperlukan pengawasan dari berbagai pihak untuk lancarnya kegiatan yang dilakukan dari langkah awal. Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan “apakah orang tua ikut serta dalam pengawasan penyelenggaraan TPA Cendrawasih?” (wawancara 17 Juni 2012) Dijawab oleh ibu Raihan Dakio “dalam penyelenggraan TPA Cendrawasih ini, tidak lepas dari partispasi seluruh pihak, olehnya seluruh anggota masyarakat pada umumnya dan orang tua pada khususnya yang berada di lingkungan tempat untuk mendirikan sekolah ini harus ikut dalam seluruh kegiatan yang dilakukan, karena suksesnya pendirian sekolah ini tidak lepas dari dukungan dan peran orang tua. (W/WD/M/TPA/17.04.12) Penyelenggaraan lembaga pendidikan TPA Cendrawasih tidak lepas dari dukungan dan partisipasi orang tua, karena tanpa dukungan dan antusias orang tua yang berada di lingkungan sekolah penyelenggaraan ini tidak dapat berjalan dengan baik. 5) Evaluasi
Dalam proses penyelenggaraan TPA Cendrawasih, tahap evaluasi sangat diperlukan untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir periode kerja, mengalisis atau sebagai tolak ukur pembanding yang telah dicapai dan yang perlu mendapat perhatian khusus. Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan “apakah orang tua ikut serta dalam evaluasi pada penyelenggaraan TPA Cendrawasih?” (wawancara 17 Juni 2012) Dijawab oleh ibu widya “Iya, sudah tentu. Kami mengadakan rapat dengan masyarakat beserta orang tua untuk membahas kesulitan, hambatan penyimpangan dan lain sebagainya dalam penyelenggaraan TPA Cendrawasih ini. Meminta pendapat/pandangan mereka mengenai apa yang telah dilaksanakan, apa yang belum dicapai dalam pelaksanaan seluruh proses penyelenggaraan TPA Cendrawasih ini kami musyawarahkan”. (W/WD/M/TPA/17.04.12) Penyelenggaraan lembaga pendidikan TPA Cendrawasih tidak lepas dari dukungan dan partisipasi orang tua, karena tanpa dukungan dan antusias orang tua yang berada di lingkungan sekitar TPA penyelenggaraan ini tidak dapat berjalan dengan baik. Karena itu persepsi orang tua terhadap penyelenggaraan TPA sangat berpengaruh Selain wawacara kepada penyelenggara mengenai persepsi orang tua terhadap keikutsertaan dalam manajemen, ada beberapa pertanyaan yang menyangkut peranan dan antusias orang tua terhadap penyelenggaraan TPA Cendrawasih terintegrasi Pendidikan aanak usia dini. Hasil wawancara menunjukkan bahwa persepsi orang tua dalam penyelenggaraan TPA Cendrawasih terintegrasi pendidikan anak usia dini ini sangat baik. Dukungan orang tua yang kurang baik akan berdampak pada kelancaran penyelenggaraan lembaga pendidikan TPA Cendrawasih.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, gambaran umum Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, pengindraan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indra setelah stimulus diterima maka diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai susunan sayaraf proses selanjutnya. Proses pengindraan terjadi setiap saat yaitu pada waktu individu menerima stimulus mengenai dirinya sendiri melalui alat indra. Alat indra merupakan merupakan penghubung individu dengan dunia luarnya. Dengan demikian persepsi dapat diartikan sebagai pola fikir dalam pemahaman individu tentang suatu objek yang terbentuk setelah melihat mengamati pristiwa-pristiwa tertentu yang menyangkut objek tersebut, pemahaman tentang sesuatu objek berdasarkan pengalaman-pengalamannya. persepsi merupakan proses mengingat atau mengidentifikasikan suatu objek atau pristiwa objektif dengan menggunakan pengertian suau pemberian arti atau pengalaman terhadap objek atau peristiwa persepsi yang salah atau subjektif disebabkan oleh kekeliruan menafsirkan arti atau rangsangan yang diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses mengingat, mengidentifikasi atau tanggapan terhadap satu kejadian, keadaan dan objek berdasarkan informasi, pengalaman yang diterima oleh panca indra.
Rangsangan yang diterima melalui panca indra merupakan suatu sinyal yang memberikan informasi – informasi terhadap otak kita sehingga, akan timbul persepsi atau prasangka terhadap benda atau kejadian tertentu. Persepsi orang tua terhadap penyelenggaraan Taman Penitipan anak pada dasarnya merupakan tanggaapan terhadap berbagai kegiatan yang diselenggarakan taman penitipan anak secara objektif atau subjektif. Oleh karena itu penyelenggaraan taman penitipan anak merupakan bentuk layanan yang harus didasarkan berbagai aturan yang pada akhirnya bertujuan untuk membantu tumbuh kembang anak agar ia mampu menjadi anak yang mandiri dan cerdas. Taman Penitipan Anak sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan usia dini dapat dimulai di rumah atau dalam keluarga, perkembangan anak pada tahun-tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Oleh karena itu, upaya-upaya pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar dan melalui bermain. Hal ini karena bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan, perasaannya dan berkreasi. Pentingnya pelayanan yang terpadu (kesehatan-gizi-psikososial-agamapendidikan) untuk anak usia lahir tiga tahun. Hal ini sebagai upaya meletakkan dasar-dasar perkembangan yang baik pada diri anak secara holistik sehingga anak dapat mengenal diri dari lingkungannya. Semua kegiatan dilaksanakan dengan
bermain sambil belajar yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani serta memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi anak. Layanan harus dasarkan pada kebutuhan anak, seperti bermain. Hal yang paling penting dari penataan lingkungan bermain anak adalah anak mendapatkan pengalaman yang unik. Misalnya science yang datang dengan sendirinya secara natural, yaitu berseksplorasi dan mengobservasi dengan tangannya sendiri. Anak dapat melihat tentang perubahan warna, memegang kulit kayu sebatang pohon, mendengar suara jangkrik atau mencium udara setelah hujan turun, anak-anak menggunakan semua perasaan mereka untuk belajar tentang dunianya. Prinsip penataan area bermain pada anak usia dini adalah : 1) Memenuhi aturan keamanan 2) Harus sesuai dengan karakteristik alamiah anak 3) Harus didasarkan pada kebutuhan anak dan 4) Secara estetis harus menyenangkan Untuk wahana bermain anak, perlunya dikembangkana dalam bentuk sentra, karena sentra adalah permainan dan kegiatan yang disusun sedemikian rupa untuk memberikan semangat pada kegiatan-kegiatan pembelajaran secara khusus yaitu yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, musik,seni, balok bangunan dan seni berbahasa. Sentra adalah zona atau area main anak yang dilengkapi dengan seperangkat alat main yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis main. Beberapa manfaat sentra bagi anak antara lain adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kreativitas anak dengan memberikan kesempatan padanya untuk bermain, bereksplorasi, dan menemukan bahwa kegiatannya akan membantunya dalam memecahkan masalah, mempelajari keahlian-.keahlian dasar dan memahami konsep-konsep baru. b. Melalui sentra, anak dapat memanipulasi objek dalam sentra-sentra yang disediakan, mengembangkan percakapan dan bermain peran serta belajar sesuai tingkatan dan langkah-langkah yang dia inginkan. c. Mengembangkan keahlian belajar yang mandiri karena adanya prinsip kehendak sendiri dan koreksi diri yang alamiah terhadap berbagai alat di sentra kegiatan d. Memberikan individualisasi kegiatan karena gaya dan tingkat belajar anak yang berbeda-beda. e. Memudahkan anak dalam memahami materi dan mengambil kesimpulan karena melalui sentra materi akan masuk ke otak anak secara teratur, sistematis, dan terarah. Terdapat 4 pijakan dalam pendekatan sentra yang perlu dilakukan pendidik, yaitu pijakan lingkungan main, pijakan sebelum main, pijakan selama main dan pijakan sesudah main. Jenis bermain pada anak terdiri dari tiga macam, yaitu main sensorimotoris atau fungsional, main peran, dan main pembangunan; sedangkan jenis sentra tidak terbatas, dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di mana KB/TPA tersebut berada. Secara tradisional, sentra-sentra yang biasanya diadakan, antara lain sentra keaksaraan atau persiapan, sentra bahan alam, sentra main peran, sentra bahan alam, sentra sains, sentra pembangunan, dan sentra seni,
rumah tangga, sentra balok, sentra pasir dan air; sentra perpustakaan, sentra musik dan sentra menulis. Prinsip-prinsip umum pendekatan sentra di KB dan TPA adalah keseluruhan proses pembelajaran dilaksanakan berlandaskan pada teori dan pengalaman empirik: a. Tiap proses pembelajaran harus ditujukan untuk tuk merangsang seluruh aspek kecerdasan– anak (kecerdasan jamak) melalui bermain yang terencana dan terarah serta dukungan pendidik dalam bentuk 4 jenis pijakan. b. Menempatkan penataan lingkungan main sebagai pijakan awal yang merangsang anak untuk aktif, kreatif, dan terus berpikir dengan menggali pengalamannya sendiri. c. Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses pembelajaran. d. Sebaiknya telah mengikuti pelatihan tentang pendekatan sentra sebelum menerapkannya. e. Melibatkan orang tua dan keluarga, sebagai satu kesatuan proses pembelajaran untuk mei dukung kegiatan anak di rumah. f. Menurut penelitian, anak dapat bergerak dengan bebas dan leluasa dalam memilih kegiatan jika disediakan 2,5 tempat main untuk setiap anak. Dalam Pembelajaran anak yang dilakukan di TPA pada dasarnya harus berdasarkan prinsip-prinsip penyelenggaraan PAUD yaitu pertama holistik dan terpadu, dimana dalam penyelenggaraan TPA harus dilakukan secara terarah ke pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rokhani anak serta dilaksanakan secara integrasi dalam suatu kesatuan yang utuh dan proporsional, secara makro, prinsip-prinsip holistik dan terpadu mengandung makna baahwa penyelenggaraan paud dilakukana secara integrasi dengan sistem sosial yang ada di masyarakat dan menyertakan segenap komponen masyarakat
sesuai dengan tanggung jaawab dan kewenangannya. Kedua berbasis keilmuan. Prinsip ini mengandung arti bahwa praktek pendidikan anak usia dini yang tepat dan perlu dikembangkan harus berdasarkan temuan-temuan mutakhir dalam bidang keilmuan yang relevan, dalam hal ini pada ahli akan selalu melakukan penelitian serta menyebarluaskan hasil temuan ilmiahnya di bidang pendidikan anak usia dini, sehingga nantinya dapat di aplikasikan oleh para paraktisi PAUD baik oleh tenaga profesional di lembaga PAUD atau tenaga-tenaga non profesional di masyarakat. Ketiga berorientasi pada perkembangan anak. Kegiatan di TPA sebagai salah satu lembaga pendidikan anak usia dini harus dilaksanakan sesuai dengan karakteristik dan tingkat perkembangan anak sehingga proses pendidikannya bersifat tidak terstruktur, informal, emergen, dan responsive terhadap perbedaan individual, serta melalui aktivitas langsung dalam suasana bermain. Keempat berorientasi pada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan Taman penitipan Anak harus berdasarkan pada kebutuhan masyarakat, apa ayang ingin di kembangkan terhadap potensi anak oleh masyarakat harus terserap oleh Taman Penitipan anak. Hal ini karena anak merupakan bagian dari masyarakat dan sekaligus sebagai penerus dari masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian taman
penitipan
anak
hendaknya
berlandaskan
dan
sekaligus
turut
mengembangkan nilai-nilai sosial kultural yang berkembang pada masyarakat yang bersangkutan. Lebih lanjut, prinsip ini juga mensyarakatkan perlunya Taman Penitipan Anak untuk memanfaatkan potensi lokal baik itu berupa keragamana sosial budaya maupun berupa sumber-sumber daya potensial yang ada di
masyarakat. Keempat prinsip pembelajaran pada anak di Taman Penitipan anak harus dilaksanakana karena pada dasarnya Taman Penitipan Anak adalah wahana asuhan kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya berhalangan, tidak mampu, atau tidak punya waktu untuk memberikan pelayanan kebutuhan kepada anaknya. Selain itu, Taman Penitipan Anak juga disebut sebagai wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup.