BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
a.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pusat
kegiatan belajar masyarakat (PKBM) adalah salah satu lembaga
pendidikan yang diselenggarakan melalui jalur nonformal, yang keberadaannya diharapkan dapat membantu masyarakat yang karena sesuatu dan lain hal kebutuhan pendidikannya tidak terlayani melalui jalur formal. Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) Permai merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk sebagai salah satu tanggung jawab pemerintah dalam memberikan alternatif pendidikan bagi masyarakat yang termarginalkan dan kurang beruntung dalam memperoleh pendidikan di jalur formal. PKBM Permai ini merupakan PKBM pertama dan satu-satunya yang menyelenggarakan berbagai program pengembangan masyarakat yang berada di Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato. PKBM Permai ini dirintis pertama kali oleh pemerintah dan masyarakat pada tanggal 1 agustus tahun 2007. Sejak awal pendiriannya PKBM telah melaksanakan berbagai program diantaranya Program kejar Paket A dan B, PAUD, KF, TBM, dan Life Skill. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan terhadap masyarakat Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato, diketahui pada umumnya bahwa masyarakat Kecamatan Taluditi memiliki latar belakang yang berbeda-beda, baik ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, budaya dan menyangkut pendidikan. Ditinjau
42
43
dari aspek sosial, masyarakat Kecamatan Taluditi senantiasa menjaga suasana keakraban dan kekeluargaan. Dari aspek ekonomi, sebagian besar masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai petani, buruh, dan pegawai negeri sipil. Dari aspek budaya, masyarakat Kecamatan Taluditi terdiri atas beberapa suku dintaranya Gorontalo, jawa dan bali yang tentunya memiliki tradisi dan budaya yang berbeda-beda. Dari aspek ekonomi, masyarakat memiliki mata pencaharian sebagi petani, buruh dan PNS. Ditinjau dari segi pendidikan, kelompok terbesar masyarakat adalah tamatan SD, kelompok kedua adalah yang tidak tamat SD, selanjutnya tamatan SMP, tamatan SLTA, dan perguruan tinggi. Berdasarkan pengamatan tersebut sangat relevan jika dibentuknya PKBM di Kecamatan Taluditi, karena melihat kondisi masyarakat yang sebagian besar masih merupakan sasaran dari Program-program PKBM. Hal ini sesuai dengan tujuan penyelenggaraan program PKBM Permai yaitu untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap
mental
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan diri dan memiliki kecakapan hidup bagi masyarakat yang menjadi sasaran dari masing-masing program. Dalam penyelenggaraannya PKBM Permai memiliki Visi dan Misi Sebagai berikut : 1. Visi Menghasilkan Sumber Daya Masyarakat yang berkompetensi, berbudi pekerti luhur, mandiri dan berdaya saing tinggi serta mampu mengembangkan diri melalui Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar dapat manjawab tantangan globalisasi.
44
2. Misi a. Mewujudkan Program-Program Pendidikan Luar Sekolah yang dicanangkan oleh Pemerintah untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. b. Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. c. Menghasilkan Output yang dapat diterima oleh Lapangan Kerja yang ada, baik Pemerintah maupun di Pihak Swasta. Dalam pelaksanaannya PKBM Permai Kecamatan Taluditi memiliki beberapa program yang saat ini sedang dilaksanakan. Berikut tabel program yang dilaksanakan di PKBM permai Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato. No
Nama Program
Tujuan
1
Paket A dan B
Membantu masyarakat untuk menuntaskan pendidikan tiap jenjang
2
PAUD
3
KF
4
TBM
5
Life Skill
Untuk pembelajaran bagi anak usia dini Memberantas buta aksara Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan. Memberikan keterampilan bagi warga belajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi keluarga.
45
Dalam pengurusannya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Permai Kecamatan Taluditi memiliki struktur organisasi sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI PKBM “PERMAI” KETUA Drs. MOH. SALEH HALID
SEKERTARIS
BENDAHARA
HAJER TOWALU
TRI W GAIB
BAGIAN PENDIDIKAN 1. HERDA 2. SITI ROMLAH 3. WIWIN BOTUTIHE
BAGIAN JARINGAN KEMITRAAN DAN PELAYANAN INFORMASI AGUS SALIM
ss PELAKSANA PROGRAM/SATUAN Drs. MOH. SALEH HALID
PESERTA DIDIK/WARGA BELAJAR
*Data struktur kepengurusan periode 2010-2013 PKBM Permai
46
b.
Deskripsi Temuan Penelitian Persepsi warga belajar terhadap penyelenggaraan program pendidikan
kecakapan hidup merupakan gambaran pendapat atau respon dari warga belajar terhadap penyelenggaraan program tersebut. Oleh karena itu berhasil atau tidaknya penyelenggaraan suatu program tidak terlepas dari dukungan dan partisipasi dari semua pihak yang terkait. Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumya, bahwa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Persepsi Warga Belajar terhadap Penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) di PKBM Permai Kecamatan Taluditi. Adapun subjek penelitian ini adalah Ketua PKBM, pengelola, instruktur, warga belajar dan tokoh masyarakat. Untuk menunjang penelitian yang dilaksanakan, maka peneliti melakukan wawancara dengan para informan dengan memberikan 14 pertanyaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan program PKH yang berintikan tentang perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. 1.
Perencanaan Kegiatan awal dalam melaksanakan suatu kegiatan diperlukan penetapan
suatu rencana. Perencanaan merupakan suatu proses penentuan dan penyusunan rencana dan program kegiatan yang dilakukan secara terpadu dan sistematis. Terkait dengan hal tersebut, maka peneliti menanyakan kepada ketua PKBM. dan Pengelola program PKH tentang “Bagaimana perencanaan penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup di PKBM Permai. Dalam perencanaan program pendidikan kecakapan hidup selalu di bahas bersama-sama, serta selalu dilakukan analisis
kebutuhan
sebelum
pelaksanaan
kegiatan.
Beberapa
informan
47
mengemukakan bahwa pada tahap perencanaan dilaksanakan kurang matang namun hal tersebut berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh ketua PKBM Permai berikut ini : “Dalam merencanakan program yang akan dilaksanakan saya selaku ketua PKBM pertama-tama membentuk tim penyelenggara program yang terdiri dari pengelola program, bendahara, dan sekretaris setelah itu kami bersamasama mendiskusikan dan merumuskan tujuan yang hendak dicapai dan kegiatan apa yang akan dilaksanakan. Dalam pemilihan kegiatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar serta disesuaikan dengan potensi lingkungan.” (WW/MH/05/06/2012) Selanjutnya penyelenggara kursus menjahit di Desa Malango juga memberikan pendapat yang sama terkait beberapa hal tentang perencanaan penyelenggaraan program PKH : “Perencanaan program PKH di PKBM Permai selalu diawali dengan identifikasi kebutuhan kemudian yang tak kalah penting yang harus selalu diperhatikan pada tahap perencanaan yaitu tentang komponen utama dan komponen pembelajaran. Komponen utama meliputi peserta, pengelola, instruktur dan dana sedangkan komponen pembelajaran meliputi materi, jadwal, proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.” (WW/HK/08/06/2012). Dilain kesempatan juga
ketua
terkait prencanaan program PKH
PKBM Permai mengemukakan beberapa hal yang akan dilaksanakan di PKBM Permai
Kacamatan Taluditi. “Perencanaan program pendidikan kecakapan hidup lebih banyak disusun dan direncanakan oleh tim yang telah dibentuk sebelumnya, kalau untuk kursus, para tim penyelenggara menentukan langsung program yang akan dilaksanakan pada suatu kelompok yang akan dilatih tanpa melibatkan warga belajar kursus tersebut. Akan tetapi kalau untuk keterampilan yang diberikan untuk kelompok belajar paket B, pengambilan keputusan tentang keterampilan yang akan dilaksanakan di musyawarahkan bersama-sama dengan warga belajar. ”(WW/MH/07/06/2012) Masih terkait tahapan perencanaan peneliti memberikan pertanyaan kepada warga belajar tentang keterlibatan warga belajar pada tahap perencanaan program yang
48
akan dilaksanakan. Dalam tahap perencanaan pelibatan warga belajar adalah hal yang penting agar program yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan juga sesuai dengan bakat dan minat warga belajar. berikut pendapat masyarakat yang tidak terlibat dalam proses perencanaan. “Kalau untuk kegiatan kursus kami tidak pernah dilibatkan pada proses perencanaan program pendidikan kecakapan hidup, kami dilibatkan pada saat pelaksanaan program” (WW/HJ/17/06/2012) Informan dengan kapasitas yang sama juga mengemukakan pendapat yang sama dimana mereka tidak mengetahui tentang perencanaan program life skill yang akan dilaksanakan. Warga belajar kursus bunga sinetron ini mengemukakan : “Saya tidak mengetahui bagaimana tahapan perencanaan dalam penyelenggaraan program life skill dan saya juga tidak pernah dilibatkan pada proses itu.” (WW//20/06/2012) Pada kesempatan lain warga belajar yang mengaku senang mengikuti kegiatan life skill mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : “Memang kami tidak pernah tau tahapan perencanaan dalam penyelenggaraan program life skill atau keterampilan yang akan diselenggarakan dan kami juga tidak pernah dilibatkan akan tetapi dengan adanya kursus-kursus yang diselenggarakan itu sangat bermanfaat bagi kami dalam menambah pengetahuan dan keterampilan kami. (WW/WD/08/07/2012) Salah satu warga belajar yang tidak terlibat pada proses perencanaan yang berasal dari Desa Pancakarsa 1 ini juga mengemukakan pendapatnya, seperti yang dikemukakan berikut : “Saya tidak tau tentang perencanaan program life skill ini, pokoknya saya hanya ikut-ikutan saja dalam kursus ini karna nama saya sudah didaftar terlebih dahulu oleh penyelenggara.” (WW/NK/30/05/2012) Dari jawaban-jawaban informan tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan program pendidikan kecakapan hidup di PKBM Permai belum sesuai dengan
49
juknis penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup karena sebagian besar warga belajar tidak dilibatkan pada tahap perencanaan. 2.
Pengorganisasian Pengorganisasian adalah proses penetapan struktur dan peran-peran melalui
penentuan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan bagian-bagiannya. Terkait dengan kegiatan tersebut maka peneliti menanyakan kepada ketua PKBM dan Pengelola program PKH
tentang
perekrutan peserta program PKH. Dimana perekrutan peserta program PKH selalu diprioritaskan bagi masyarakat miskin dan belum mempunyai keterampilan, namun
terkadang
calon
peserta
program
PKH
dipilih
langsung
oleh
penyelenggara. Seperti yang dikemukakan oleh ketua PKBM Permai berikut ini : “Perekrutan peserta program PKH diprioritaskan bagi masyarakat miskin yang belum mempunyai keterampilan dan mempunyai kemauan yang sungguh-sungguh untuk mengikuti program tersebut.” (WW/MH/05/06/2012) Senada dengan ketua PKBM, Pengelola kursus menjahit di desa tirto asri juga menambahkan : “Selain masyarakat miskin yang belum mempunyai keterampilan, kami juga memilih warga belajar yang telah mempunyai pengetahuan dasar tentang jenis keterampilan yang akan dilaksanakan, ini kami lakukan agar warga belajar yang telah mempunyai keterampialan tersebut dapat menjadi tutor sebaya bagi warga belajar yang masih pemula.”(WW/SY/10/06/2012) Masih pada tahap pengorganisasian peneliti mengajukan pertanyaan kepada warga belajar tentang perekrutan peserta program pendidikan kecakapan hidup. Warga belajar yang didatangi langsung oleh penyelenggara ketika program akan dilaksankan memberikan jawaban sebagai berikut :
50
“Kami didatangi langsung oleh pengelola dan kemudian nama kami langsung dicatat serta diberitahukan tentang keterampilan yang akan dilaksanakan.” (WW/NK/18/06/2012) Salah satu warga belajar yang juga namanya langsung didaftarkan oleh penyelenggara mengemukakan pendapatnya : “Saya kurang tau bagaimana perekrutan dan syarat-syarat menjadi peserta kursus karena pengelola langsung memberitahukan kepada saya, bahwa saya diikutkan dalam kursus tersebut.”(WW/FM/1207/2012) Sedangkan warga belajar yang sebelumnya diberitahu oleh Ketua PKBM tentang penyelenggaraan kursus mengemukakan pendapatnya sebai berikut: “Saya diberitahu langsung oleh Ketua PKBM tentang perekrutan peserta, kemudian saya langsung mendaftarkan diri untuk mengikuti kursus tersebut”(WW/KD/25/06/2012) Dilain kesempatan ketika peneliti mengajukan pertanyaan yang sama kepada salah satu masyarakat terkait perekrutan peserta program dimana terkadang perekrutan di laksanakan tepat sesuai sasaran terkadang pula ada kekuasaan penyelenggara dalam menentukan calon peserta yang ikut dalam kegiatan kecakapan hidup tersebut. Salah seorang masyarakat desa panca karsa I mengemukakan bahwa : “Perekrutan peserta program harusnya tidak di pilih langsung oleh pengelola atau tim penyelenggara, akan tetapi sebelum program akan dilaksanakan sebaiknya di sosialisasikan kepada masyarakat umum kemudian biarkan masyarakat yang mendaftarkan diri mereka sendiri nanti setelah itu diadakan seleksi mana yang layak untuk mengikuti keterampilan tersebut. Hal ini dilakukan agar nantinya program yang dilaksanakan benarbenar tepat sasaran dan juga sesuai dengan bakat dan minat dari masyarakat.” (WW/FM/20/06/2012) Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kepada ketua PKBM, Pengelola, warga belajar dan masyarakat terkait pengorganisasian program pendidikan kecakapan hidup di PKBM Permai. Pengorganisasian di PKBM Permai sejauh ini
51
nampak jelas dan terarah dimana di berikan kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing pengurus yang diwujudkan dalam bentuk stuktur kepengurusan. Terkait pengorganisasian tersebut maka ketua PKBM Permai mengemukakan pendapatnya: “Pengorganisasian pada suatu program yang akan dilaksanakan merupakan hal yang penting. Dikatakan penting karena melalui pengorganisasian ada kejelasan tugas dan tanggung jawab dari masing-masing pengurus. Begitupun yang kami lakukan di PKBM Permai, sebelum kegiatan dilaksanakan maka terlebih dahulu dibentuklah tim pelaksana yang benarbenar mampu mengelola kegiatan dan mampu mengembangkan kegiatan yang akan dilaksanakan.” (WW/MH/07/06/2012) Dilain kesempatan, masih dengan pertanyaan tentang pengorganisasian program PKH di PKBM Permai maka Penyelenggara kursus pembuatan bunga sinetron memberikan pendapat : “Pengorganisasian pada progaram PKH telah dilakukan sebelum pelaksanaan program dimulai. Hal ini di lakukan agar masing-masing personil yang telah dibentuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Akan tetapi penngorganisasian pada Program PKH ini belum maksimal karena kebanyakan pengurus tidak melakukan tugas dan fungsi sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya” (WW/RM/11/06/2012)
Pendapat penyelenggara bunga sinetron tersebut senada dengan pendapat salah satu tokoh masyarakat Desa Makarti Jaya. “Selama ini telah dibentuk struktur organisasi terkait dengan program tersebut, akan tetapi kadang-kadang tugas yang diemban oleh masingmasing pengurus tidak dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah ditentukan jadi terkadang ada penumpukan tugas terhadap satu atau dua orang pengurus dan itu yang menyebabkan kerja dari pengurus program PKH tidak maksimal” (WW/RL/21/06/2012)
52
Pada kesempatan lain warga belajar yang tidak mengetahui dan memahami pengorganisasian dalam program pendidikan kecakapan hidup, mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : “Yang saya tau memang sudah ada struktur organisasi atau pembagian tugas pada tiap-tiap kursus dan keterampilan yang sedang dijalankan. Akan tetapi saya tidak tahu apa fungsi dari masing-masing pengurus tersebut.” (WW/WD/09/07/2012) Warga belajar dari Desa Makarti Jaya juga mengemukakan hal yang sama terkait pengorganisasian program life skill yang diselenggarakan di PKBM Permai seperti berikut : “Saya tidak tau tentang pengorganisasian pada penyelenggaraan kursus, yang saya tau hanya tugas dari penyelenggara dan instruktur karena hanya mereka yang sering saya lihat bekerja, jadi yang terkait dengan kerja dari pengurus lain saya kurang tau” (WW/HP/01/07/2012)
Dari
jawaban-jawaban
informan
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pengorganisasian program PKH di PKBM Permai pembagian tugasnya sudah ada akan tetapi pengurusnya tidak melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan demikian pengorganisasian pada program PKH di PKBM Permai belum maksimal karena belum berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. 3.
Pelaksanaan Unsur yang terpenting dalam penyelenggaraan program PKH yaitu tentang
pelaksanaan program. Pelaksanaan adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan secara nyata dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Terkait dengan hal tersebut peneliti memberikan pertanyaan tentang pelaksanaan program PKH di PKBM Permai. Dimana pelaksanaan program sudah dilaksanakan sesuai dengan
53
perencanaan dan banyak warga belajar yang tertarik untuk mengikuti program PKH. Terkait dengan hal ini ketua PKBM mengemukakan : “Pelaksanaan program PKH di PKBM Permai dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan baik dari segi pembelajaran, menetapan alokasi waktu, serta materi yang akan dibelajarkan. Materi yang dibelajarkan terbagi dalam dua kegiatan, yaitu teori dan praktek. Kami senantiasa berupaya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai denagan rencana dan alokasi waktu dan materi pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini kami lakukan agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai. “(WW/MH/05/06/2012) Pendapat yang hampir sama juga dikemukan oleh salah satu penyelenggara program PKH terkait pelaksanaan program. “Pada tahap perencanaan telah disusun rencana pembelajaran. Rencana pembelajaran tersebut yang menjadi patokan kami dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dan kami terus berupaya untuk memberikan yang terbaik untuk warga belajar sehingga warga belajar tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh.”(WW/SY/10/06/2012) Terkait dengan pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup warga belajar yang senang mengikuti Program tersebut memberikan pendapat : “Pelaksanaan program PKH di PKBM Permai sudah dilaksanakan secara baik, dan kami selaku warga belajar mengikuti dengan baik setiap pembelajaran yang dilaksanakan oleh instruktur, baik teori maupun praktek. Kami menyadari dari pembelajaran ini kami dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang nantinya setelah mendapatkan pengetahuan dan keterampilan maka kita dapat membuka usaha kecil-kecilan yang intinya dapat memperbaiki kualitas perekonomian kami.” (WW/HP/19/06/2012) Pada kesempatan lain warga belajar yang berasal dari Desa Tirto Asri juga mengemukakan bahwa mereka tertarik untuk mengikuti program life skill, seperti yang dikemukakan berikut: “Saya sangat senang dapat mengikuti kursus ini, waktu pembelajarannya pun tidak terlalu dipaksakan. “(WW///2012) “Pelaksanaan kursus ini, sangat membantu kami dalam mempelajari berbagai keterampilan.” (WW/NK/03/07/2012)
54
Selanjutnya masih pada tahap pelaksanaan program, peneliti kembali mengajukan pertanyaan tentang “Apakah dalam penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup, pihak penyelenggara mengadakan koordinasi dengan berbagai pihak. Pada dasarnya setiap pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup pihak penyelenggara selalu melakukakan koordinasi dengan berbagai pihak. Diadakannya koordinasi juga disampaikan oleh Pengelola program PKH, seperti yang dikemukakan berikut : “Kami selaku pengelola tentunya selalu mengadakan koordinasi dengan berbagai pihak, misalnya dengan kepala/aparat desa, dengan ketua PKBM dan unsur-unsur yang terkait, agar program yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah dirumuskan.” (WW/HK/08/06/2012) Pendapat dari warga belajar yang tidak mengetahui tentang koordinasi dalam penyelenggaraan program PKH, dikemukakan sebagai berikut : “Selama ini kami tidak mengetahui pihak penanggung jawab program berkoordinasi dengan pihak mana saja.”(WW/KD/28/05/2012) Selanjutnya warga belajar kursus menjahit yang juga tidak mengetahui tentang koordinasi yang dilakukan oleh pihak penyelenggara program, memberikan pendapat sebagai berikut : “Selama ini pihak penanggung jawab program tidak melakukan koordinasi dengan berbagai pihak karena kami tidak pernah melihat atau mendengar tentang pihak-pihak yang ikut bekerja sama dalam penyelenggaraan program Life Skill” (WW/FM/30/06/2012) Pendapat senada juga disampaikan oleh salah satu warga belajar yang berasal dari Desa Kalimas, seperti dikemukakan berikut: “Kalau pihak penyelenggara melakukan koordinasi atau kerja sama dengan berbagai pihak maka tentunya pihak-pihak tersebut dapat memantau pelaksanaan kegiatan kami tapi sampai sekarang tidak ada yang memantau
55
kami selain ketua (WW/HP/08/07/2012)
PKBM
dan
penyelenggara
program.”
Sementara itu ketika peneliti mengajukan pertanyaan kepada ketua PKBM dan warga belajar tentang keterlibatan warga belajar dalam menentukan program yang akan dilaksanakan. Beberapa warga belajar memang terlibat secara langsung dalam menentukan kecakapan apa yang akan dilaksanakan, memang tidak semua warga belajar terlibat secara langsung, hal ini disebabkan beberapa warga belajar yang masih bekerja. Pelibatan langsung terhadap penentuan program belajar juga disampaikan oleh ketua PKBM, seperti yang dikemukakan berikut: “Untuk menentukan jenis keterampilan, kami sebagai tim pengelola menganalisis dengan melihat kebutuhan peserta, peluang usaha kerja dengan memberdayakan potensi lokal.”(WW/MH/07/06/2012) Sementara itu warga belajar yang tidak terlibat langsung, mempunyai beberapa alasan, seperti yang dikemukakan oleh salah seorang warga belajar yang berasal dari Desa Malango: “Kami tidak dilibatkan karena keterampilan yang diajarkan
telah
ditentukan
langsung
oleh
tim
penyelenggara”
(WW/NK/18/06/2012l). Pendapat yang sama juga disampaikan oleh warga belajar keterampilan menganyam bambu, dalam hal ini ia mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : „Saya tidak dilibatkan dalam penentuan keterampilan yang akan dilaksanakan, karena masing-masing program sudah ditentukan terlebih dahulu oleh penyelenggara. Saya tinggal datang saja dan ikut keterampilan yang diselenggarakan, tanpa terlibat pada tahap penentuan keterampilan yang akan diselenggarakan.”(WW/WD/07/07/2012) Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh penyelenggara, dalam hal ini ia menyampaikan beberapa hal terkait dengan penyelenggaraan program pendidikan Kecakapan hidup di PKBM Permai
56
“Dalam hal penentuan program yang akan dilaksanakan tergantung dari jenis kecakapan hidup yang akan diselenggarakan. Kalau untuk kursus, kami yang menentukan tanpa melibatkan warga belajar. Akan tetapi jika keterampilan yang dilaksanakan di Kelompok belajar Paket B, kami diskusikan bersama dengan warga belajar tentang pemilihan keterampilan yang akan dilaksanakan.”(WW/SL/15/06/2012) Dari jawaban-jawaban informan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program PKH di PKBM Permai sudah sesuai dengan juknis dan tata cara penyelenggaraan. 4.
Pengawasan Pengawasan adalah cara untuk menjaga kualitas lulusan. Karena persaingan
semakin ketat. Oleh karena itu pengawasan sangat penting dilakukan termasuk pada pendidikan nonformal yang lulusannya harus memiliki daya tawar yang cukup tinggi. Pengawasan ini dilakukan agar program yang dilaksanakan tetap berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut maka peneliti mengajukan pertanyaan tentang apakah ada hambatan-hambatan yang dialami oleh warga belajar selama mengikuti program. Beberapa informan memang menyatakan terdapat beberapa hambatan, namun secara umum dalam penyelenggaraan tidak terdapat hambatan yang cukup berarti, seperti yang dikemukakan oleh warga belajat berikut: “Selama ini hambatan yang kami temui yaitu pada tahap pembelajaran dimana kami tidak mendapatkan modul atau teori yang berhubungan dengan pembelajaran, kebanyakan pembelajaran hanya langsung praktek” (WW/FM/20/06/2012) Pendapat yang lain juga dikemukakan oleh salah seorang warga belajar, yang mengaku mengalami kendala dalam penyelenggaran program kecakapan hidup yang diselenggarakan oleh PKBM Permai.
57
“Kendala atau hambatan lain juga datang dari perekrutan instruktur yang ahli dan bersertifikat yang sesuai dengan jenis keterampilan yang akan dilaksanakan.” (WW/RM/20/06/2012) Dikesempatan lain, ia juga menambahkan bahwa penyelenggaraan kecakapan hidup yang diselenggarakan oleh PKBM memang terdapat beberapa hambatan; “Hambatan yang kami alami selama ini yaitu menyangkut tentang kompetensi yang dimiliki oleh instruktur, instruktur yang direkrut kurang mempunyai keterampilan.” (WW/KD/8/06/2012) Hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan program PKH sangat bervariasi seperti yang dikemukakan oleh salah satu penyelenggara kursus yang berasal dari Desa Pancakarsa 1 berikut : “Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program PKH, sangat bervariasi mulai dari sulitnya merekrut instruktur sampai pada keterlambatan peserta dalam mengikuti program PKH.” (WW/SY/10/06/2012) Sedangkan warga belajar yang mengalami kendala dalam mengikuti pembelajaran mengemukakan alasan ketidakhadirannya, sebagai berikut : “Hambatan atau kendala yang saya alami selama ini yaitu menyangkut tentang waktu pelaksanaan kursus yang kedang-kadang bertabrakan dengan pekerjaan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Jadi, akhir-akhir ini saya sering tidak mengikuti pembelajaran.”(WW/31/05/2012) Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan tentang kiat-kiat apa yang dilakukan oleh pihak pengelola dalam menanggulangi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan program PKH. Kiat-kiat yang dilakukan dalam menanggulangi hambatan yang muncul sangat bervariasi, tergantung tingkat kesulitan dari masalah yang muncul tersebut. Penanggulangan masalah terkait proses pembelajaran juga disampaikan oleh instruktur kursus menjahit, mengemukakan pendapatnya seperti berikut :
yang
58
“Untuk menanggulangi pembelajaran yang kurang memberikan teori saya selaku instruktur senantiasa mencari buku-buku panduan pelaksanaan program PKH.” (WW/SL/15/06/2012) Dilain kesempatan ketua PKBM, yang selama ini merekrut instruktur pada setiap program PKH yang diselenggarakan, mengemukakan beberapa hal terkait perekrutan instruktur ahli, sebagai berikut : “Karena susahnya merekrut instruktur yang ahli yang bersertifikat maka terkadang kami menggunakan instruktur yang sama untuk menjadi instruktur pada keterampilan yang sama pada beberapa program kursus yang sama yang dilaksanakan dibeberapa desa.”(WW/MH/07/06/2012) Dalam penanggulangan masalah yang muncul akibat keterlambatan maupun ketidakhadiran
warga
belajar
pada
proses
pembelajarn,
penyelenggara
mengemukakan hal-hal sebagai berikut: “Sedangkan untuk menanggulangi keterlambatan peserta dalam mengikuti pembelajaran sampai pada saat ini kami belum bisa berbuat apa-apa karena biarpun telah didatangi dan diberikan motivasi tetap saja warga belajar kadang-kadang tidak hadir pada pembelajaran.”(WW/RM/11/06/2012) Pada kesempatan yang sama warga belajar yang tidak dapat hadir dalam proses pembelajaran mengemukakan beberapa alasannnya: “Sering pengelola datang menyuruh kami untuk mengikuti pembelajaran PKH akan tetapi apa boleh buat terkadang waktu pembelajaran bersamaan dengan aktivitas sehari-hari dirumah seperti sebelum mengikuti Kursus atau keterampilan kami masih harus mengerjakan berbagai pekerjaan rumah, itulah sebabnya kami sering tidak bisa hadir pada proses pembelajaran.” (WW/HP/19/06/2012) Pertanyaan selanjutnya yang diajukan oleh peneliti yaitu tentang bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh pihak penanggung jawab program PKH. Pengawasan penting dilakukan agar program yang dilaksanakan dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan. Pentingnya pengawasan juga disampaikan oleh Ketua PKBM, seperti yang ia kemukakan berikut:
59
“Pihak penanggung jawab sering melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program dengan melakukan monitoring.” (WW/MH/05/06/2012) Warga belajar kursus pembuatan bunga sinetron yang mengetahui tentang pengawasan yang dilakukan pada program PKH mengemukakan pendapatnya sebagai berikut juga menambahkan bahwa: “Setelah kursus berlangsung selama 3 bulan penilik PNFI dan pengawas dari deperindag datang bersama-sama menanyakan tentang perkembangan pembelajaran dikelompok ini.” (WW/BN/16/06/2012) Dikesempatan lain warga belajar yang merasa gembira mengikuti program PKH mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : “Pengawasan yang dilakukan sudah cukup baik, kami selaku warga belajar merasa senang karena dengan adanya pengawasan kami merasa lebih diperhatikan.” (WW/HJ/17/06/2012) Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan kepada warga belajar dan masyarakat tentang keterlibatan mereka dalam proses pengawasan program PKH. Beberapa informan memberikan pendapat bahwa, pelaksanaan pengawasan tidak banyak melibatkan masyarakat dan warga belajar karena pada tahapan itu sudah ada tim yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pengawasan tersebut. Berikut pendapat yang dikemukakan oleh salah satu warga belajar yang berasal dari Desa Kalimas, yang mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Selama ini kami tidak dilibatkan, karena telah ada tim yang dibentuk untuk melakukan pengawasan tersebut.” (WW/KA29/06/2012) Sementara itu warga belajar yang juga tidak dilibatkan pada proses pengawasan memberikan pendapatnya, sebagaimana yang dikemukakan sebagai berikut: “Kami tidak dilibatkan dan kami tidak mengetahui kapan dan siapa yang melakukan pengawasan terhadap program life skill yang kami ikuti, tugas
60
kami hanya mengikuti program tanpa tau hal-hal ini yang berkaitan dengan pengawasan.” (WW/HD/17/07/2012) Pada kesempatan lain, masyarakat yang peduli akan penyelenggaraan program PKH, mengemukakan pendapatnya terkait pengawasan Program PKH ; “Dilibatkan atau tidak saya selaku masyarakat yang tentunya mengerti tentang penyelenggaraan program tersebut selalu mengawasi dan memberikan saran kepada pihak penanggung jawab jika mulai ada penyimpangan dari pelaksanaan program PKH.” (WW/DE/24/06/2012) Berdasarkan jawaban-jawaban dari informan maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan pada Program PKH di PKBM permai belum optimal. 5.
Evaluasi Evaluasi merupakan pengumpulan kenyataan pembelajaran secara sistematis
yang bertujuan untuk mengetahui apakah telah terjadi perubahan pada peserta didik serta mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan. Berikut pendapat dari beberapa informan ketika ditanyakan tentang apakah pada program PKH dilakukan evaluasi. Beberapa informan memberikan pendapat bahwa setiap pelaksanaan program PKH selalu diadakan evaluasi. Pelaksanaan evaluasi juga disampaikan oleh warga belajar seperti berikut : “Iya dilakukan evaluasi dengan cara diberikan tes lisan dan penilaian hasil karya.” (WW/SL/15/06/2012) Pendapat senada juga disampaikan oleh informan yang memiliki kapasitas yang sama, dimana ia mengemukakan : “Iya kami diberikan evaluasi dengan mengikuti tes diakhir program dan dites juga pada saat keberlanjutan program.” (WW/KA/29/06/2012)
61
Terkait hal tersebut Ketua PKBM mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : “Evaluasi harus dilakukan karena ini tahap akhir dari penyelenggaraan program, oleh karena itu pada akhir program dan pasca pendampingan setelah program selesai, penanggung jawab bersama dengan pengelola melakukan evaluasi program yang telah dilaksanakan.” (WW/MH/05/06/2012) Selanjutnya peneliti mengajukan pertanyaan tentang bagaimana pendapat anda tentang pelaksanaan tahapan evaluasi program. Evaluasi
sangat penting
dilakukan, seperti yang disampaikan oleh penyelenggara program PKH berikut : “Evaluasi ini sangat penting karena dengan melakukan evaluasi kita dapat mengetahui sejauh mana program yang dilaksanakan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.” (WW/BN/16/06/2012) Informan dengan kapasitas yang sama juga menambahkan : “Melalui evaluasi kita mendapatkan gambaran yang jelas terhadap suatu objek, dan juga dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat ini kemudian mencarikan solusi agar kesalahan tersebut tidak terjadi lagi” (WW/SY/10/06/2012) Selanjutnya peneliti melanjutkan dengan memberikan pertanyaaan kepada warga belajar tentang apakah anda merasa bahwa program PKH memberikan dampak yang lebih baik bagi kesejahteraan hidup anda. Beberapa warga belajar memberikan pendapat bahwa pelaksanaan program PKH dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka, akan tetapi ada juga pendapat dari warga belajar yang mengatakan bahwa tidak ada peningkatan ekonomi atau peningkatan kesejahteraan hidup mereka setelah mengikuti program PKH tersebut. Pelaksanaan program PKH berdampak baik bagi ekonomi mereka disampaikan oleh salah satu warga belajar kursus menjahit, ia mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
62
“Dengan adanya program ini kami memperoleh pengetahuan dan keterampilan tambahan, meskipun program pembelajarannya telah selesai kami tetap dapat menggunakan keterampilan yang kami dapatkan. Misalnya dalam kursus menjahit kami sering diajak untuk menjahit disalah satu taylor yang merupakan taylor milik instruktur kursus menjahit. Di taylor ini kami menjahit pesanan dari orang-orang. Dari sinilah kami mendapatkan tambahan penghasilan hidup.” (WW/FM/20/06/20121) Pada kesempatan lain warga belajar yang merasa beruntung telah mengikuti program PKH memberikan pendapat sebagai berikut : “Dengan diberikannya keterampilan anyaman bambu kepada kami, maka bermodalkan keterampilan tersebut saya mencoba memasarkan hasil karya saya dan alhamdulilah dengan pendapatan dari pemasaran hasil karya sudah dapat menambah penghasilan saya” (WW/SN/28/06/2012) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan tahapan evaluasi sudah dilaksanakan dengan baik akan tetapi setelah dilakukan evaluasi tidak dilakukan tindak lanjut terhadap program yang dilaksanakan. c.
Persepsi Penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup Persepsi merupakan cara seseorang dalam menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan berdasarkan pengalaman tentang suatu objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh. Secara umum persepsi diartikan sebagai cara pandang seseorang dalam memahami dan menafsirkan pesan yang diamati yang dipengaruhi oleh minat, kebutuhan dan pengalaman dari individu tersebut. Dari hasil wawancara berbagai informan tentang penyelenggaraan program kecakapan hidup, maka beberapa persepsi cenderung menilai bahwa penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup pada dasarnya mempunyai dampak positif dan mampu dipahami keberadaan dan kemanfaatannya bagi warga belajar seperti yang dikemukakan oleh Hasni Djafar berikut :
63
“Adanya penyelenggaraan program kecakapan hidup sangat membantu kami dalam mempelajari berbagai keterampilan, dan dengan keterampilan tersebut kami dapat membuka usaha kecil-kecilan untuk menambah penghasilan sehari-hari.” (WW/HD/14/07/2012) Pendapat senada juga disampaikan oleh salah satu warga belajar yang berasal dari Desa Kalimas, yang mengemukakan bahwa: “Pada awalnya ketika saya pertama kali mengikuti program kecakapan hidup saya tidak memahami apa tujuan dari penyelenggaraan program ini, akan tetapi setelah saya ikut dalam pembelajarannya maka saya tertarik dan betul-betul mengikuti program ini. Dan alhamdulillah setelah kursus menjahit yang saya ikuti selesai, serta saya telah mampu menjahit. Saya kini telah bekerja di salah satu taylor dan ini sangat membantu dalam meningkatkan ekonomi keluarga saya.” (WW/IT/17/07/2012) Dilain kesempatan salah satu masyarakat yang berasal dari Desa Pancakarsa 1 juga menyampaikan pendapatnya tentang penyelenggaraan program life skill. Seperti yang dikemukakan sebagai berikut : “Penyelenggaraan program life skill ini dapat membantu masyarakat dalam rangka menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam rangka memperbaiki kualitas kehidupannya kearah yang lebih baik” (WW/RL/23/05/2012) Disamping hal-hal yang positif ada juga pendapat informan yang menilai keberadaan program life skill kurang bermanfaat karena tidak mampu memberikan sesuatu yang positif bagi dirinya seperti yang dikemukakan oleh warga belajar yang berasal dari Desa Tirto Asri, yang mengemukakan : “Saya tidak mengetahui apa manfaat dari penyelenggaraan program life skill ini. Saya ikut kursus ini karena hanya ikut-ikutan saja karena ada juga tetangga saya yang ikut program life skill ini.” (WW/HP/13/07/2012) Hal tersebut sama dengan yang diungkapkan oleh warga belajar kursus tataboga, “Pada umumnya kami sangat senang mengikuti program life skill ini, akan tetapi ketika pelaksanaannya, penerapan pendidikan kecakapan hidup melalui bentuk teori dan praktek kurang diseimbangkan, oleh karena itu sampai program selesai kebanyakan warga belajar tidak mahir atau penguasaan keterampilannya masih kurang. “ (WW/KD//08/07/2012)
64
Berbeda dengan pendapat tersebut diatas ketua penyelenggara sebagai key informan telah memberikan pemahaman dan sosialisasi tentang pentingnya keikutsertaan warga belajar dan masyarakat dalam program-program life skill yang selama ini telah dilaksanakan, seperti yang dikemukakan berikut : “Sosialisasi itu sangat penting dilakukan, dan selama ini saya sudah berusaha untuk menyampaikan kepada masyarakat umun maupun kepada warga belajar program kecakapan hidup akan manfaat dari penyelenggaran program ini.” (WW/MH/06/07/2012.) Dari pendapat-pendapat yang dikemukan diatas dapat disimpulkan bahwa tekait penyelenggaran program kecakapan hidup di PKBM Permai ada warga belajar yang memberikan persepsi positif dan ada juga yang memberikan persepsi negatif, hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan warga belajar dalam penyelenggaraan program life skill tersebut. B.
Pembahasan Hasil Penelitian Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
tahap
perencanaan
dalam
penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup di PKBM Permai Kecamatan Taluditi sangat besar pengaruhnya terhadap penyelenggaraan program. Hal ini disebabkan karena pada tahap perencanaan tersebutlah segala sesuatu yang menjadi kebutuhan maupun faktor penunjang dan penghambat dari penyelenggaraan program telah diperhitungkan dan dicarikan alternatif jalan keluarnya. Hal yang tidak kalah penting juga dalam pelaksanaan program yaitu perekrutan pengurus, instruktur, dan warga belajar. Dalam proses pembelajaran pada program pendidikan kecakapan hidup pusat perhatian warga belajar tertuju pada objek kerja atau keterampilan yang sedang dilakukan, oleh karena itu maka
65
keterampilan yang diajarkan harus dirancang dengan mode yang menarik dan berdasarkan dengan keinginan warga belajar, disajikan dengan kondisi yang tepat, serta instruktur yang membimbingnya harus memiliki kompetensi yang maksimal sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa, penyelenggaraan program pendidikan kecakapan hidup di PKBM Permai masih jauh dari apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yaitu : perencanaan yang dilakukan kurang matang hal ini dapat dilihat dari identifikasi kebutuhan yang dilakukan belum menunjukkan rencana yang menggambarkan perencanaan jangka menengah. Selanjutnya program-program yang dilaksanakan masih kurang menunjukkan adanya permintaan dari kelompok pengguna layanan. Kondisi ini tentunya memerlukan kerja keras dari semua pihak yang terlibat didalam penyelenggaraan untuk mencari langsung, menawarkan, dan memotivasi calon sasaran untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan program. 1.
Perencanaan Perencanaan sangat penting dilakukan karena dengan perencanaan sesuatu
yang dilakukan dapat diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan. Program PKH yang dilaksanakan di PKBM Permai kecamatan Taluditi bertujuan untuk memberikan keterampilan kepada warga belajar dalam rangka menyiapkan wargaa belajar yang unggul, terampil dan memiliki daya saing dalam menjaga kelangsungan hidup dimasa yang akan datang, serta dampaknya dapat meningkatkan relevasi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata secara preservatif dan progresif. Oleh karena itu maka perencanaan yang disusun harus
66
berdasarkan kebutuhan dan minat masyarakat, sehingga pelaksanaannya berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan deskripsi temuan penelitian dan hasil wawancara dari para informan
Program PKH di PKBM permai, dapat disimpulkan bahwa tahap
perencanaan belum dilaksanakan secara matang, hal ini disebabkan karena pada tahap perencanaan tidak pernah dilakukan analisis kebutuhan belajar dan pemilihan kegiatan yang diminati oleh warga belajar. Ini dapat dilihat dari beberapa beberapa warga belajar yang menjadi informan mengatakan bahwa mereka tidak pernah terlibat dalam proses perecanaan. Program-program yang selama ini dilaksanakan di PKBM Permai cenderung hanya mengikuti program yang telah dilaksanakan di PKBM-PKBM lain. 2.
Pengorganisasian Pengorganisasian adalah kegiatan yang dilakukan menyangkut rumusan
dan rincian tugas yang nantinya diemban oleh masing-masing pengurus. Pengorganisasian berkaitan dengan upaya melibatkan masyarakat dalam melakukan pembagian kerja serta mengelompokkan jenis-jenis kegiatan yang disesuaikan dengan kebutuhan kelompok-kelompok sasaran. Berdasarkan temuan penelitian Program PKH di PKBM Permai ternyata pengorganisasian pada program PKH belum sepenuhnya dilaksanakan, meskipun srtuktur organisasi telah ada. Hal ini dapat dilihat dari penumpukan kerja hanya pada pengurus tertentu sedangkan yang lain tidak melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah ditetapkan. Demikian pula dengan perekrutan peserta program yang tidak sesuai dengan aturan. Dengan demikian dapat disimpulkan
67
pengorganisasian program PKH belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena kurang jelasnya tugas dari masing-masing pengurus dan disebabkan karena kurangnya faktor ketenagaan sehingga tenaga yang direkrut dalam program PKH tersebut rata-rata tenaga honor yang pekerjaannya tidak tetap pada satu lembaga. Sehingganya fungsi-fungsi
kelembagaan belum dilaksanakan oleh individu-
individu yang profesional, mampu bekerja secara mandiri, serta belum memiliki banyak inisiatif dalam menjalankan tugasnya. 3.
Pelaksanaan Unsur yang terpenting dalam penyelenggaraan program PKH yaitu tentang
pelaksanaan program. Pelaksanaan adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan secara nyata dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Berdasarkan deskripsi temuan penelitian dan memperhatikan jawabanjawaban dari informan terkait dengan pelaksanaan program yang dimulai dari perekrutan peserta, perekrutan instruktur, penentuan jenis keterampilan sampai pada tahap pembelajaran telah berjalan dengan baik akan tetapi dalam menjalin koordinasi dengan berbagai pihak, para penanggung jawab belum memiliki pemahaman yang luas tentang koordinasi atau kerja sama dengan pihak-pihak tertentu dalam menjalin kerja sama atau koordinasi, hal ini dapat dilihat dari koordinasi yang dilakukan terbatas hanya pada pihak-pihak tertentu . 4.
Pengawasan Pelibatan berbagai pihak dalam proses pengawasan pembelajaran
keterampilan menjadi hal yang penting. Karena dengan kerja sama dengan berbagai pihak maka dapat menjamin kualitas proses dan hasil belajar yang
68
diharapkan serta memberikan penguatan proses pembelajaran pada peserta oleh penanggung jawab program dan pengelola agar lebih bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan penjaminan mutu program pembelajaran. Pada pembelajaran orang dewasa yang menjadi peserta, dalam rangka penguasaan kemampuan teori dan praktek selama proses maupun setelah pembelajaran dapat dirasakan langsung oleh peserta itu sendiri. Berdasarkan jawaban-jawaban yang disampaikan oleh informan pada tahap pengawasan program PKH dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan pada Program PKH di PKBM permai belum optimal hal ini dapat dilihat dari pengambilan keputusan terhadap penanggulangan masalah masih belum dapat memberikan solusi yang terbaik. 5.
Evaluasi Evaluasi adalah proses mengukur dan menilai terhadap suatu objek dengan
menampilkan hubungan sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi objek tersebut. Melalui evaluasi dapat dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran suatu program baik faktor penunjang maupun faktor penghambat. Hasil dari evaluasi tersebut dapat dijadikan referensi dalam perbaikan perencanaan selanjutnya. Menurut Brinkerhoff (dalam widiyoko 2009:4-5), dalam pelaksanaan evaluasi ada tujuh elemen yang harus dilakukan, yaitu : 1) penentuan fokus yang akan dievaluasi, 2) penyusunan desain evaluasi, 3) pengumpulan informasi, 4)analisis dan intrepetasi, 5) pembuatan laporan, 6) pengelolaan evaluasi, dan 7)evaluasi untuk evaluasi.
69
Menurut pengertian tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan evaluasi, evaluator pada tahap awal harus menentukan fokus yang akan dievaluasi dan desain yang akan digunakan. Hal ini berarti harus ada kejalasan apa yang akan dievaluasi yang secara implisit menekankan adanya tujuan evaluasi, serta adanya perencanaan bagaimana melakukan evaluasi. Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data, menganalisis dan membuat interpretasi terhadap data yang terkumpul serta membuat laporan. Selain itu, evaluator juga harus melakukan pengaturan terhadap evaluasi dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam melaksanakan evalusi secara keseluruhan. Berdasarkan jawaban-jawaban dari informan tentang kegiatan evaluasi di PKBM Permai selama ini penanggung jawab telah melaksanakan evaluasi sesuai dengan perencanaan akan tetapi setelah dievaluasi tidak dilakukan tindak lanjut terhadap program tersebut. Hal ini dilakukan karena dipandang bahwa program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.